Anda di halaman 1dari 20

Nama: Nur Hasanudin

Kelas: PAI 3B
NPM : 141104090382
Dosen: Santi Lisnawati

RESUME PSIKOLOGI PERKEMBANGAN

1. DEFINISI, RUANG LINGKUP, DAN MANFAAT PSIKOLOGI PERKEMBANGAN


A. Definisi Psikologi Perkembangan
1. Psikologi merupakan alih kata Bahasa Inggris “pschology” dan kata ini berasal dari
bahasa Yunani yaitu “psycho” dan ”logos”. Adapun “psycho” berarti jiwa,
sedangkan “logos” berarti pengetahuan atau ilmu jadi secara etimologis, psikologi
dapat di artikan sebagai pengetahuan tentang jiwa atau ilmu jiwa.
B. Ruang Lingkup Psikologi Perkembangan:
1. Psikologi Anak (mencakup masa bayi).
2. Psikologi Puber dan Addolesensi (psikologi pemuda).
3. Psikologi Orang Dewasa.
4. Psikologi Orang Tua.
C. Manfaat Psikologi Perkembangan
1. Pengetahuan tentang perkembangan dapat memberikan harapan yang realistis
terhadap anak dan remaja. Misalnya psikologi perkembangan memeberi tahukan
kepada kita kapan biasanya anak mulai berbicara dan kapan anak sekolah mulai
mampu berfikir abstrak.
2. Pengetahuan tentang perkembangan dapat membantu kita dalam memberikan
respons yang tepat terhadap perilaku anak.
3. Pengetahuan tetang perkembangan dapat membantu kita mengenal kapan
perkembangan normal yang sesungguhnya dimulai.
4. Studi perkembangan dapat membantu kita memahami diri kita sendiri.
5. Psikologi perkembangan akan memberikan wawasan dan pemahaman sejarah
hidup kita sendiri.

1
2. SEJARAH, TOKOH, DAN PENELITIAN PERKEMBANGAN
A. Sejarah
Selama berabad-abad lamanya psikologi hanya merupakan hasil introspeksi dan
bagian dari filsafat.  Pada abad ke-4 SM, sekitar tahun 387 SM, Plato mendirikan
sekolah filsafat bernama Akademi. Plato berpendapat bahwa jiwa manusia terbagi atas
jiwa badaniyah dan jiwa rohaniyah. Jiwa badaniyah akan mati jika jasad pun mati,
sedangkan jiwa rohaniah tidak pernah berakhir.
Pada awalnya, “Psikologi perkembangan hanya fokus pada usia dan tahapan-
tahapan. (Siegel dalam Hurlock, 1980). Sebagian riset dipusatkan pada anak-anak dan
usia prasekolah, usia sekolah dan remaja. Plato adalah salah seorang filosof yang banyak
mempengaruhi pandangan masyarakat tentang kehidupan anak. Plao juga
mengungkapkan bahwa perbedaan setiap individu ditentukan oleh faktor keturunan.
Artinya; sejak lahir anak telah memiliki bakat-bakat atau benih-benih kemampuan yang
dapat dikembangkan melalui pengasuhan dan pendidikan. Kemudian, riset tersebut
diperluas hingga pada pembahsan mengenai usia dewasa dan lanjut usia.
B. Tokoh
a. Zaman Filsafat
1. Plato
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa plato adalah adalah salah satu
filsof yang mengerti tentang perkembangan anak. Pandangan-pandangannya
dalam bidang ini banyak berpengaruh dan mengubah pandangan masyarakat
tentang kehidupan anak.
2. J.A Comenius
Teori yang diungkapnya adalah bagaimana memberikan penanganan dan metode
pembelajaran yang tepat bagi anak-anak, agar anak-anak dapat tertarik untuk
mengikuti apa yang diajarkan padanya. J.A Comenius berpendapat bahwa anak-
anak bukanlah orang dewasa yang terperangkap dalam tubuh kecil.
3. John Locke
John Locke adalah seorang filsuf dari Inggris. Teori Locke yang terkenal adalah
teori ”tabula rasa”. Menurut teori “tabula rasa” lingkungan adalah faktor yang
paling menentukan dalam perkembangan anak. Anak ketika baru
dilahirkan adalah ibarat secarik kertas putih. Perkembangan dan
pertumbuhannya nanti tergantung bagaimana cara mengisi kertas
tersebut. Tujuan dari teori “tabula rasa (blank slate) untuk mengungkapkan

2
pentingnya pengaruh pengalaman pengalaman dan lingkungan hidup terhadap
perkembangan anak.
4. Jean Jacques Rousseau
Jean Jacques Rousseau adalah seorang filosof perancis abad ke-18. Teori yang
dikemukakannya menentang teori Locke. Menurut Rousseau, manusia adalah
makhluk yang aktif, dapat bereksplorasi bersemenjak di lahirkan, artinya setiap
anak telah memiliki bakat bawaan dari lahir. Potensi-potensi tersebut seharusnya
dapat berkembang baik secara alami. Akan tetapi jika dikemudian hari timbul
perilaku yang buruk, hal itu karena pengaruh lingkungan. Teori yang
diungkapkan Rousseau, yang lebih mementingkan kemampuan bawaan (innate
knowledge) dikenal dengan aliran “nativisme”. Teori Locke yang lebih
mementingkan faktor lingkungan (pengalaman & pendidikan) dikenal dengan
aliran “empirisme” atau “environmentalisme”.
Kemudian Locke dan Rousseau disebut sebagai pelopor pertama dalam psikologi
anak. Locke dipandang sebagai bapak “teori environmental” dan “teori  belajar”
sedangkan Rousseau dipandang sebagai “teori developmental” dalam psikologi.
b. Psikologi Perkembangan Modern
1. Jean Peaget
Fokus penelitian Jean Peaget adalah perkembangan kognitif anak hingga remaja.
Menurut Peaget perkembangan pada seorang individu bukan karena pengaruh
gen  atau lingkungan saja, akan tetapi keduanya masing-masing memiliki porsi
yang berbeda-beda. Perkembangan terjadi karena adanya interaksi individu
(dalam hal ini telah menyangkut unsur gen) dengan lingkungannya. Jean
Piaget dalam (Ali dan Asrori, 2006) merupakan seorang ahli psikologi kognitif,
membagi perkembangan intelek/kognitif menjadi empat tahap:
a) Tahap sensori-motoris (0-2 tahun). Pada tahap ini segala perbuatan
merupakan perwujudan dari proses pematangan aspek motorik. Melalui
pematangan motoriknya, anak mengembangkan kemampuan
mempersepsi, sentuhan-sentuhan, gerakan-gerakan, dan belajar
mengkoordinasikan tindakannya.
b) Tahap Praoperasional (2-7 tahun). Tahap ini disebut juga sebagai tahap
intuisi sebab perkembangan kognitifnya memperlihatkan kecenderungan
yang ditandai oleh suasana intuitif

3
c) Tahap operasional konkret (7-11 tahun). Pada tahap ini anak mulai
menyesuaikan diri dengan relitas konkret dan sudah mulai berkembang
rasa ingin tahunya. Anak sudah dapat mengamati, menimbang,
mengevaluasi, dan menjelaskan pikiran-pikiran orang lain dalam cara-
cara yang kurang egosentris dan objektif
d) Tahap operasional formal (11 tahun ke atas). Pada tahap ini sudah
mampu melakukan abstraksi, memaknai arti kiasan dan simbolik, dan
memecahkan masalah-masalah yang bersifat hipotesis.
2. B. F. Skinner
Teori yang dikembangkan oleh Skinner adalah operant conditioning. Inti teori ini
adalah bagaimana mengubah suatu aspek tingkah laku yang diinginkan melalui
rangsangan-rangsangan yang diatur secara tertentu, seperti memberi reward atas
perilaku baik seorang anak, atau punishment  jika seorang anak berperilaku
buruk.

3. PERIODISASI DAN PERKEMBANGAN INDIVIDU


A. Periodisasi dan Perkembangan Individu
Psikologi perkembangan merupakan sebuah disiplin ilmu yang secara khusus
mempelajari perilaku manusia sejak masa prenatal, janin, bayi, anak, remaja, dewasa
dan kematian. Setiap individu normal tidak stagnasi melainkan selalu mengalami
pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan tahap perkembangannya.
1. Masa Pra-Natal
Masa pra-natal ini ditandai dengan adanya proses pembentukan sistem
jaringan dan struktur oegan-organ fisik. Proses pertumbuhan dan perkembangan
dimulai sejak terjadinya konsepsi yakni pertemuan antaraspermatozoon dengan sel
telur yang bakal menjadi calon manusia
2. Masa Bayi dan Anak Tiga Tahun Pertama ( Atitama/ Toddler )
Setelah melalui masa kandungan selama 9 bulan 10 hari/ 42-43 minggu,
seorang bayi akan lahir ke dunia. Seorang bayi yang lahir akan menangis sebagai
tanda berfungsinya perasaan dan panca-indra dalam menghadapi penyesuaian diri
dengan lingkungan hidupnya yang baru. Kegiatan yang cukup menyenangkan pada
masa ini adalah masa bermain. Dengan bermain anak mampu mengembangkan
keterampilan motorik, kecerdasan, inisiatif, imajinasi, kreativitas, bakat dan
kemampuan sosial.

4
3.  Masa Anak-anak Awal (Early Childhood)
Secara kronologis usia, yang tergolong anak-anak awal (Early
Childhood) ialah mereka yang berada pada usia 4-5 tahun, 11 bulan. Masa anak ini,
ditandai dengan kemandirian, kemapuan control diri ( self-control) dan hasrat untuk
memperluas pergaulan dengan anak-anak yang sebaya.
4. Masa Anak Tengah (Middle Childhood)
Di masa ini, anak-anak berada pada kisaran usia 7-9 tahun. Jean piaget
menyebutkan bahwa masa anak-anak tengah berada pada fase perkembangan operasi
konkrit. Masa ini dalam, dalam pandangan psikoanalis Sigmund Freud, berada pada
tahap laten yakni masa tenang dan nyaman, dimana libido seksual ditekan ke alam
bawah sadar, guna memberikan kesempatan untuk menegmbangkan potensi
intelektual maupun sosialisasi.
5. Masa Anak Akhir (Late Childhood)
Menurut Piaget, anak-anak terus mengembangkan kapasitas intelektual di
bangku pendidikan formal yakni sekolah dasar. Tak kalah pentingnya ialah
meningkatnya aktivitas yang menyita banyak energi fisik, akibat pertumbuhannya
yang kian mendekati masa proses kematangan yakni masa remaja.
6. Masa Remaja (Adolescence)
Sebagai kelanjutan langsung dari masa anak akhir, mak remaja merupakan
masa transisi (peralihan) menuju masa. Secara umum, yang tergolong remaja adalah
merekan yang berada pada usia 13-21 tahun. Ciri yang cukup menonjol pada diri
remaja adalah sifat revolusioner, pemeberontak, progressif yang cenderung ingin
mengubah kondisi yang mapan.
7. Masa Dewasa Muda (Young Adulthood)
Secara umum yang tergolong dewasa muda ialah mereka yang ada pada usia
22-40 tahun. Dari sisi perkembangan kognitif, mereka telah lulus Sekolah Menengah
Atas dan memasuki dunia perguruan tinggi, lalu segera mengembangkan karier
sesuai dengan minat dan bakatnya.
8. Masa Dewasa Tengah (Middle Adulthood)
Masa dewasa tengah merupakan masa yang penuh tantangan , karena kondisi
fisik mereka mulai menurun. Mereka akan bersikap dan bertindak lebih bijaksana.
Dalam kehidupan karier, masa dewasa tengah adalah masa dimana mereka mencapai
puncak prestasi. Contoh Ir. Soekarno menjadi presiden RI yang pertama pada usia
45 tahun, Bill Clinton menjadi presiden USA pada usia 44 tahun.

5
9. Masa Dewasa Akhir (Late Adulthood)
Dewasa akhir merupakan tahap yang dialami oleh individu yang akan
memasuki masa kematian. Dalam keadaan demikian, justru membuat mereka makin
bijaksana guna mempersiapkan diri agar dapat mati secara terhormat, yakni dengan
mendekatkan diri pada Tuhan, tekun beribadah, do’a dan sebagainya.

4. TEORI PERKEMBANGAN
A. Teori Perkembangan
Istilah perkembangan (development) dan pertumbuhan (growth) dalam artian biasa
memang hampir sama. Keduanya dapat diartikan adanya perubahan dari keadaan
sesuatu kekeadaan yang lain. Namun pada istilah pertumbuhan dititik beratkan pada
perubahan fisik, sedangkan istilah perkembangan digunakan kalau lebih menekankan
pada perubahan psikis. Sebagaimana Monks dkk, menuliskan istilah pertumbuhan
khusus dimaksudkan bagi pertumbuhan dalam ukuran-ukuran badan dan fungsi fisik
yang murni, sedangkan istilah perkembangan lebih dapat mencerminkan sifat-sifat yang
khas mengenai gejala psikologik yang Nampak.
1) Teori Nativisme ( Teori yang Berorientasi pada Biologi )
Aliran nativisme berasal dari kata natus (lahir); nativis (pembawaan) yang
ajarannya memandang manusia (anak manusia) sejak lahir telah membawa sesuatu
kekuatan yang disebut potensi. Aliran nativisme berpandangan segala sesuatunya
ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir, jadi perkembangan individu
itu semata-mata dimungkinkan dan ditentukan oleh dasar turunan.
Tokoh utama aliran nativisme adalah Arthur Schopenhaur (Jerman 1788-
1860). dan J.J. Rousseau seorang ahli filsafat dan pendidikan dari Perancis. Kedua
tokoh ini berpendapat bahwa sering ditemukan anak mirip orang tuanya (secara
fisik) dan anak juga mewarisi bakat-bakat yang ada pada orang tuanya.
2) Teori Empirisme ( Teori Lingkungan )
Aliran empirisme, bertentangan dengan paham aliran nativisme. Empirisme
(empiri = pengalaman), tidak mengakui adanya pembawaan atau potensinya di
bawah lahir manusia. Dengan kata lain bahwa anak manusia itu lahir dalam keadaan
suci dalam pengertian anak bersih tidak membawa apa-apa.
Tokoh perintis aliran empirisme adalah seorang filosof Inggris bernama John
Locke (1704-1932) yang mengembangkan teori “Tabula Rasa”, yakni anak lahir di
dunia bagaikan kertas putih yang bersih.

6
3) Teori Konvergens
Aliran konvergensi berasal dari kata konvergen, artinya bersifat menuju satu
titik pertemuan. Aliran ini berpandangan bahwa perkembangan individu itu baik
dasar (bakat, keturunan) maupun lingkungan, kedua-duanya memainkan peranan
penting.
Perintis aliran konvergensi adalah William Stern (1871-1939), seorang ahli
pendidikan bangsa Jerman yang berpendapat bahwa seorang anak dilahirkan di
dunia  disertai pembawaan baik maupun pembawaan buruk. Bakat yang dibawa anak
sejak kelahirannya tidak berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan
lingkungan yang sesuai untuk perkembangan bakat itu.
Al-Qur’an dan hadist sendiri  sebagai acuan dasar pendidikan Islam dalam
menerangkan teori belajar mengajar telah memberikan konsep terhadap pemikiran
yang terdapat aliran nativisme, empirisme dan konvergensi. Dalam  hal ini, Al-
Qur’an menegaskan bahwa pembawaan seorang anak (peserta didik) sejak lahirnya
disebut fitrah, dan fitrah ini adalah dasar keagamaan yang dimiliki oleh setiap orang.
Fitrah menurut Al-Qur’an di samping dapat menerima pengaruh dari dalam
(keturunan) juga dapat menerima pengaruh dari luar (lingkungan).
4) Teori Interaksionisme
Teori ini menganggap perkembangan sepanjang waktu sebagai sebuah
kemajuan tingkat. Ia percaya bahwa semua orang muda melalui empat tingkat
perkembangan  kognitif yang sama dalam masa perkembangannya. Selanjutnya,
mereka melalui tingkat-tingkat yang sama dengan cara yang sungguh sama.
5) Teori Psikodinamika
Teori Psikodinamika adalah teori yang berupaya menjelaskan hakekat dan
perkembangan kepribadian. Unsur-unsur yang sangat diutamakan dalam teori ini
adalah motivasi, emosi, dan aspek-aspek internal lainnya. Teori ini mengasumsikan
bahwa kepribadian berkembang ketika terjadi konflik-konflik dari aspek-spek
psikologi tersebut.
Sigmund Freud berfikir bahwa kepribadian orang dewasa ditentukan oleh
cara-cara mengatasi konflik antara sumber-sumber kesenangan oral, anal, alat
kelamin, serta tuntutan-tuntutan realitas. Bila konflik ini tidak diatasi, individu
dapatmengalami perasaan yang mendalam pada tahapan perkembangan sikoseksual
tertentu.

7
5. TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN
A. Tugas-tugas Perkembangan
Tugas perkembangan adalah sesuatu tugas yang timbul pada periode tertentu dalam
kehidupan seseorang. Adapun menurut Robert Havighurst, tugas perkembangan ialah
tugas yang terdapat pada suatu tahap kehidupan seseorang, yang akan membawa
individu kepada kebahagiaan dan keberhasilan dalam tugas-tugas pengembangan
berikutnya yaitu apabila tahap kehidupan tersebut dijalani dengan berhasil.

1). Tugas-tugas perkembangan pada usia bayi dan kanak-kanak (0-6 tahun)

a) Belajar berjalan.
b) Belajar memakan makanan padat.
c) Belajar berbicara.
d) Belajar buang air kecil dan buang air besar.
e) Belajar mengenal perbedaan jenis kelamin.
f) Mencapai kestabilan jasmaniah fisiologis.
g) Membentuk konsep-konsep (pengertian) sederhana kenyataan sosial dan alam.
h) Belajar mengadakan hubungan emosional dengan orang tua, saudara dan orang
lain
i) Belajar mengadakan hubungan baik dan buruk, yang berarti mengembangkan
kata hati.

2). Tugas-tugas perkembangan pada masa sekolah (6-12 tahun)

a) Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan.


b) Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai makhluk
biologis.
c) Belajar bergaul dengan teman-teman sebaya.
d) Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya.
e) Belajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung.
f) Belajar mengembangkan konsep sehari-hari.
g) Mengembangkan kata hati.
h) Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi.
i) Mengembangkan sikap yang positif terhadap kelompok sosial dan lembaga-
lembaga.

3). Tugas-tugas perkembangan pada masa remaja (12-18 tahun)

8
a) Mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya.
b) Mencapai peran sosial sebagai pria dan wanita.
c) Menerima keadaan fisik dan menggunakannya secara efektif.
d) Mencapai kemandirian emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya.
e) Mencapai jaminan kemandirian ekonomi.
f) Memilih dan mempersiapkan karier (pekerjaan).
g) Mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga.
h) Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan
bagi warga negara.
i) Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial.
j) Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai petunjuk/pembimbing
dalam bertingkah laku.
k) Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

4). Tugas-tugas perkembangan pada masa dewasa

a) Memilih pasangan hidup.


b) Belajar hidup bersama pasangan hidup.
c) Memulai hidup berkeluarga.
d) Memelihara dan mendidik anak.
e) Mengelola rumah tangga.
f) Memulai kegiatan pekerjaan.
g) Bertanggung jawab sebagai warga masyarakat dan warga negara.
h) Menemukan persahabatan dalam kelompok sosial.
i) Memiliki tanggung jawab sosial dan kenegaraan sebagai orang dewasa.
j) Mengembangkan dan memelihara standar kehidupan ekonomi.
k) Membimbing anak dan remaja agar menjadi orang dewasa yang bertanggung
jawab dan berbahagia.
l) Mengembangkan kegiatan-kegiatan waktu senggang sebagai orang dewasa,
hubungan dengan pasangan-pasangan keluarga lain sebagai pribadi.
m) Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan fisik sebagai
orang setengah baya.
n) Menyesuaikan diri dengan kehidupan sebagai orang tua yang bertambah tua.

5). Tugas-tugas perkembangan pada masa usia lanjut

9
a) Menyesuaikan diri dengan kondisi fisik dan kesehatan yang semakin menurun.
b) Menyesuaikan diri dengan situasi pensiun dan penghasilan yang semakin
berkurang.
c) Menyesuaikan diri dengan kematian dari pasangan hidup.
d) Membina hubungan dengan sesama usia lanjut.
e) Memenuhi kewajiban-kewajiban sosial dan kenegaraan.
f) Memelihara kondisi dan kesehatan.
g) Kesiapan menghadapi kematian.

6. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN


A. Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan dan perkembangan biasanya di definisikan secara terpisah. Karena
yang satu terjadi setelah yang lain dan kalaupun terjadi secara simultan tetap saja ada
tahapan-tahapan yang harus di lalui. Dalam ilmu Biologi, pertumbuhan dan
perkembangan di definiskan sebagai berikut:
Pertumbuhan adalah proses pertambahan ukuran, volume dan massa yang bersifat
irreversible(tidak dapat balik) karena adanya pembesaran sel dan pertambahan jumlah
sel akibat adanya proses pembelahan sel. Pertumbuhan dapat dinyatakan secara
kuantitatif karena pertumbuhan dapat diketahui dengan cara melihat perubahan yang
terjadi pada makhluk hidup yang bersangkutan. Contohnya adalah pertumbuhan pada
tumbuhan dapat di lihat dengan adanya perubahan tinggi babatang, menghitung jumlah
daun, jumlah bunga, dll.
Perkembangan adalah suatu proses untuk menuju kedewasaan pada makhluk hidup
yang bersifat kualitatif, artinya tidak dapat dinyatakan dengan suatu bilangan tatpi dapat
di amati dengan mata telanjang. Proses perkembangang dapat di lihat dengan
terbentuknya organ-organ perkembangbiakan seperti munculnya bunga pada tumbuhan
yang kemudian di ikuti oleh buah atau umbi, dll.
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan hasil interaksi antara faktor-faktor
dalam dan luar. Faktor dalam (faktor internal) meliputi sifat genetik tersebut yang
diperoleh secara turun menurun, yang berupa gen dan hormon. Faktor luar (faktor
eksternal) meliputi faktor lingkungan. Untuk mengetahui lebih jelas tentang perubahan
biologis pada makluk hidup dapat di lihat pada tahap-tahap pertumbuhan dan
perkembangan pada tumbuhan.

10
7. PERKEMBANGAN PERMAINAN, BAHASA, DAN FANTASI
A. Perkembangan
Perkembangan secara khusus diartikan sebagai perubahan-perubahan yang bersifat
kualitatif dan kuantitatif yang menyangkut aspek-aspek mental psikologi manusia.
Pengertian perkembangan menunjuk padda suatu proses ke arah yang lebih
sempurna dan tidak begitu saja dapat diulang kembali. Perkembangan juga berkaitan
dengan belajar khususnya mengenai isi proses perkembangan. Di samping itu
bagaimana suatu hal dipelajari, dengan demikian perkembangan dapat diartikan sebagai
proses yang kekal dan tetap menuju ke arah suatu organisasi pada tingkat integrasi yang
lebih tinggi, berdasarkan pertumbuhan, pemasakan dan belajar.
B. Permainan
Dunia anak adalah dunia bermain (Playing is the world of children). Permainan
merupakan aktifitas utama yang dilakukan dalam kehidupan anak. Anak-anak suka
bermain karena di dalam diri mereka terdapat dorongan batin dan dorongan
mengembangkan diri.
Permainan bagi anak-anak adalah suatu bentuk aktifitas yang menyenangkan yang
dilakukan semata-mata untuk aktifitas itu sendiri, bukan ingin memperoleh sesuatu yang
dihasilkan dari aktifitas tersebut. Hal ini adalah karena bagi anak-anak proses
melakukan sesuatu lebih menarik daripada hasil yang akan didapatkannya.
C. Bahasa
Sebelum mampu berbicara umumnya seorang anak memiliki perilaku untuk
mengeluarkan suara-suara yang bersifat sederhana kemudian berkembang secara
kompleks yang mengandung arti, suara-suara yang dikeluarkan anak dapat dibedakan
antara suara tangis, suara mendekut dan suara ocehan.
Schaerlaekens (1977), membedakan perkembangan bahasa pada masa awal anak-
anak ini atas tiga periode, yaitu periode pralingual (kalimat satu kata), periode lingual
awal (kalimat dua kata) dari 1 hingga 2,5 tahun dan periode differensiasi (kalimat tiga
kata dengan bertambahnya diferensiasi pada kelompok kata dan kecakapan verbal)
D. Fantasi
Fantasi adalah yang berhubungan dengan khayalan atau sesuatu yang tidak benar-
benar ada dan hanya ada dalam benak atau pikiran saja. Kata lain untuk fantasi adalah
imajinasi.
Fantasi ialah kemampuan jiwa untuk membentuk tanggapan-tanggapan atau
bayangan-bayangan baru. Dengan kekuatan fantasi, manusia dapat melepaskan diri dari

11
keadaan yang dihadapinya dan menjangkau ke depan, ke keadaan-keadaan yang
mendatang.

8. PERKEMBANGAN EMOSI ANAK


A. Perkembangan Emosi Anak
Pengalaman emosional yang sesuai pada tiap tahap merupakan dasar perkembangan
kemampuan koginitif, sosial, emosional, bahasa, keterampilan dan konsep dirinya di
kemudian hari. Tahapan tersebut saling berkesinambungan, tahapan yang lebih awal
akan mempersiapkan tahapan selanjutnya. Anak-anak yang diasuh dengan kehangatan
dan tidak mengalami gangguan perkembangan biasanya akan mencapai tahapan terakhir
secara otomatis pada usia 4-5 tahun, namun anak-anak dengan kebutuhan khusus
membutuhkan bantuan dari orang tua dan profesional untuk bisa mencapainya dengan
lebih perlahan. Kapan / pada usia berapa tercapainya bukan merupakan hal yang penting
bila dibandingkan bagaimana pencapaiannya.
a. Regulasi Diri dan Minat terhadap Lingkungan
Kemampuan anak untuk mengolah rangsang dari lingkungan dan menenangkan
diri. Bila anak masih belum mampu meregulasikan diri maka ia akan tenggelam
dalam usaha mencari rangsang yang dibutuhkannya atau sebaliknya menghindari
rangsang yang membuatnya tidak nyaman. Dengan demikian ia tidak bisa
memperhatikan lingkungan secara lebih bermakna. Kemampuan yang dimiliki:
a) Menunjukkan minat terhadap berbagai rangsang dalam lingkungan sedikitnya
selama 3 detik.
b) Bisa tenang dan terfokus pada sesuatu sedikitnya 2 menit.
c) Pulih dari kondisi tidak menyenangkan dalam 20 menit dengan bantuan.
d) Menunjukkan minat terhadap pengasuh, tidak hanya terhadap benda
b. Keakraban Keintiman
Kemampuan anak untuk terlibat dalam suatu relasi yang hangat, akrab,
menyenangkan dan penuh cinta. Pengasuh merupakan hal terpenting dalam
dunianya. Kemampuan yang dimiliki:
a) Menunjukkan respon terhadap tawaran pengasuh (dengan senyum, kerenyit,
vokalisasi, meraih dan tingkah laku bertujuan yang lain)
b) Menunjukkan respon terhadap tawaran pengasuh dengan rasa senang yang nyata
c) Menunjukkan respon terhadap tawaran pengasuh dengan rasa ingin tahu dan
minat asertif (misalnya dengan mengamati wajah)

12
d) Bisa mengantisipasi bahwa benda yang ada jadi hilang dari pandangannya
(misalnya dengan tersenyum atau berceloteh untuk menunjukkan minat)
e) Menunjukkan rasa tidak suka bila didiamkan/tidak direspon selama sedikitnya
30 detik saat bermain
f) Memprotes dan mulai marah saat frustrasi
g) Pulih dari kondisi tidak menyenangkan dalam 15 menit dengan bantuan
c. Komunikasi Dua Arah
Kemampuan anak untuk terlibat dalam komunikasi dua arah, menutup siklus
komunikasi (aksi-reaksi). Komunikasi di sini tidak harus verbal, yang penting ia bisa
mengkomunikasikan intensi/tujuannya dan kemudian mengenal konsep sebabakibat
(berpikir logis) dan konsep diri. la mulai menyadari bahwa tingkah lakunya
berdampak terhadap lingkungan. Sehingga mulai muncul keinginan untuk aktif
memilih/ menentukan pilihan dan berinisiatif. Kemampuan yang dimiliki:
a) Menunjukkan respon terhadap gestures pengasuh dengan gestures bertujuan
(misalnya meraih ingin digendong bila tangan kita terentang, menatap atau
berceloteh bila diajak bicara)
b) Memulai interaksi dengan pengasuh (misalnya memegang hidung/rambut anda,
mengulurkan tangan ingin digendong)
c) Menunjukkan emosi akrab/kedekatan (balas memeluk, meraih ingin digendong
bila tangan terentang), kegembiraan dan kegairahan (tersenyum senang saat
mengambil mainan dari mulut anda dan memasukkannya ke mulutnya sendiri),
rasa ingin tahu yang asertif (menyentuh dan mengelus rambut anda), protes dan
marah (mendorong makanan di atas meja sampai jatuh, menjerit bila mainan
yang diinginkan tidak diberikan) , takut (membalik/menjauh, tampak ketakutan,
menangis bila orang tak dikenal mendekatinya terlalu tiba-tiba).
d) Pulih dari rasa tidak senang dalam 10 menit dengan terlibat dalam interaksi
social.
d. Komunikasi Komplek
Kemampuan anak untuk menciptakan komunikasi kompleks (sekitar 10
siklus), mengekspresikan keinginan dan emosi secara lebih berwarna, kompleks dan
kreatif. Mulai menyertakan keinginannya dalam bermain, tidak hanya mengikuti
perintah atau petunjuk pengasuh/orang tua. Selanjutnya hal ini akan menjadi dasar
terbentuknya konsep diri dan kepribadian. la mampu memahami pola karakter dan
tingkah laku orang lain sehingga mulai memahami apakah tingkah lakunya disetujui

13
atau tidak, akan dipuji atau diejek, dll sehingga mulai berkembang kemampuan
memprediksi kejadian dan kemudian mengarah pada kemampuan memecahkan
masalah berdasarkan keurutan logis. Kemampuan yang dimiliki:
a) Menutup sedikitnya 10 siklus komunikasi secara berkelanjutan (misalnya
memegang tangan anda. menuntun ke lemari es, menunjuk, berceloteh, berespon
terhadap pertanyaan anda dengan celoteh dan gestures, meneruskan pertukaran
gestural sampai anda membuka pintu lemari es dan mengambil apa yang
diinginkannya).
b) Menirukan tingkah laku pengasuh dengan bertujuan (misalnya memakai topi
ayah dan berjalan berkeliling menunggu pujian).
c) Menutup sedikitnya 10 siklus dengan vokalisasi atau kata, ekspresi wajah, saling
menyentuh/memeluk, bergerak dalam ruang, aktifitas motorik (kejarkejaran) dan
komunikasi dengan jarak yang jauh (di ruangan yang luas ada jarak antara
dirinya dan pengasuh).
d) Menutup sedikitnya 3 siklus berkelanjutan saat merasakan emosi:
1. keakraban/kedekatan (menunjukkan ekspresi wajah, gestures dan vokalisasi
saat mendekat ingin dipeluk, dicium, atau menirukan bicara di telpon
mainannya saat anda menerima telpon sungguhan).
2. kegembiraan dan kegairahan (menunjukkan vokalisasi dan tatapan untuk
mengundang seseorang berbagi kegairahan mengenai sesuatu yang menarik,
berbagi guyonan dengan anak lain atau orang dewasa dengan tertawa
bersama).
3. rasa ingin tahu yang asertif (bereksplorasi sendiri, menggunakan kemampuan
komunikasi jarak jauh untuk merasakan kedekatan dengan anda saat ia
bermain atau bereksplorasi sendirian).
4. takut (menyatakan minta dilindungi dengan berkata 'nggak' sambil lari ke
belakang anda).
5. marah (memukul, berteriak, membanting atau tiduran di lantai, atau
memandang dengan tatapan marah dan dingin).
6. pembatasan (mengerti dan berespon positif terhadap 'tidak, berhenti!'
atau peringatan dengan jari atau ekspresi marah.
7. Pulih dari rasa tidak senang dengan meniru tingkah laku
(membantingbanting
kaki ke lantai atau membalas teriak bila dibentak).

14
9. PERKEMBANGAN INTELEGENSI
A. Perkembangan Intelegensi
Secara Etimologis Intelegensi berasal dari bahasa Inggris “Intelligence”. Intelegensi
berasal dari bahasa Latin yaitu “Intellectus dan Intelligentia atauIntellegere” yang berarti
memahami1. Jadi intelegensi adalah aktivitas atau perilaku yang merupakan perwujudan
dari daya atau potensi untuk memahami sesuatu.
Teori tentang intelegensi pertama kali dikemukakan oleh Spearman dan Wynn Jones
Pol pada tahun 1951. Spearman dan Wynn mengemukakan adanya konsep lama
mengenai suatu kekuatan (power) yang dapat melengkapi akal pikiran manusia tunggal
pengetahuan sejati. Kekuatan tersebut dalam bahasa Yunani disebut dengan “Nous”,
sedangkan penggunaan kekuatannya disebut “Noeseis”.
Maka dapat disimpulkan bahwa intelegensi merupakan keahlian memecahkan
masalah, kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan serta kemampuan
merespons sesuatu yang terjadi dalam kehidupan. Kecerdasan merupakan fitrah manusia
sejak lahir yang antara satu dengan yang lain memiliki taraf yang berbeda - beda.
1. Macam-macam Intelegensi
Secara umum macam-macam intelligensi dibedakan menjadi 3 diantaranya:
a) Inteligensi Analitis
yaitu kecerdasan yang lebih cenderung dalam proses penilaian objektif dalam
suatu pembelajaran dalam setiap pelajaran, selalu mendapatkan nilai yang bagus
dalam setiap hasil ujian. Misalnya: seorang individu dalam ujian disetiap
pelajarannya selalu mendapatkan nilai di atas rata-rata.
Santrock mengatakan bahwa “ para siswa yang mempunyai kemampuan
analitis yang tinggi, cenderung disukai di sekolah-sekolah konvensional. Mereka
cenderung mendapatkan nilai baik di kelas-kelas dimana guru mengajar dan
memberikan ujian yang obyektif ”.
b) Inteligensi Kreatif
Yaitu kecerdasan yang lebih cenderung pada sifat-sifat yang unik, merancang
hal-hal yang baru. Misalnya: seorang peserta didik diinstrusikan untuk menuliskan
kata “P O H O N” oleh gurunya, tetapi jawaban seorang individu yang kreatif
dengan menggambarkan sebuah pohon.
Santrock mengatakan bahwa “ para siswa yang berintelegensi kreatif yang
tinggi sering tidak berada di tingkat atas di kelas mereka. Para siswa yang

15
berinteligensi kreatif, mungkin tidak memenuhi harapan para guru tentang
bagaimana tugas-tugas harusnya dikerjakan. Mereka memberikan jawaban yang
unik, yang membuat mereka mendapat teguran “.
c) Inteligensi Praktis
Yaitu kecerdasan yang berfokus pada kemampuan untuk menggunakan,
menerapkan, mengimplementasikan, dan mempraktikan. Misalnya: seorang
individu mendapatkan skor rendah dalam tes IQ tradisional, tetapi dengan cepat
memahami masalah dalam kehidupan nyata, contohnya dalam pembelajaran
praktikum di laboratorium, akan cepat memahami karena dibantu dengan
berbagai peralatan dan media.

10. PERKEMBANGAN JIWA PADA MASA PUBERTAS/MUKALLAF


A. Perkembangan Jiwa pada Masa Pubertas/Mukallaf
1. Masa pra-pubertas (12 - 13 tahun)
Masa ini disebut juga masa pueral, yaitu masa peralihan dari kanak-kanak ke
remaja. Pada anak perempuan, masa ini lebih singkat dibandingkan dengan anak
laki-laki. Pada masa ini, terjadi perubahan yang besar pada remaja, yaitu
meningkatnya hormon seksualitas dan mulai berkembangnya organ- organ seksual
serta organ-organ reproduksi remaja.
Pada fase Remaja, terjadi perkembangan intelektual yang sangat pesat,
sehingga seringkali remaja-remaja ini cenderung bersikap suka mengkritik (karena
merasa tahu segalanya), yang sering diwujudkan dalam bentuk pembangkangan
ataupun pembantahan terhadap orang tua, mulai menyukai orang dewasa yang
dianggapnya baik, serta menjadikannya sebagai "hero" atau pujaannya. Perilaku ini
akan diikuti dengan meniru segala yang dilakukan oleh pujaannya, seperti model
rambut, gaya bicara, sampai dengan kebiasaan hidup pujaan tersebut. Ekspresi ini
menunjukkan pula terjadinya proses erosi percaya diri, namun bisa pula terjadi
perkembangan positif seperti meningkatnya rasa percaya diri.
2. Masa pubertas (14 - 16 tahun)
Masa ini disebut juga masa remaja awal, dimana perkembangan fisik mereka
begitu menonjol. Remaja sangat cemas akan perkembangan fisiknya, sekaligus
bangga bahwa hal itu menunjukkan bahwa ia memang bukan anak-anak lagi. Pada
masa ini, emosi remaja menjadi sangat labil akibat dari perkembangan hormon-
hormon seksualnya yang begitu pesat. Keinginan seksual juga mulai kuat muncul

16
pada masa ini. Pada remaja wanita ditandai dengan datangnya menstruasi yang
pertama, sedangkan pada remaja pris ditandai dengan datangnya mimpi basah yang
pertama. Remaja akan merasa bingung dan malu akan hal ini, sehingga orang tua
harus mendampinginya serta memberikan pengertian yang baik dan benar tentang
seksualitas. Jika hal ini gagal ditangani dengan baik, perkembangan psikis mereka
khususnya dalam hal pengenalan diri/gender dan seksualitasnya akan terganggu.
Kasus-kasus gay dan lesbi banyak diawali dengan gagalnya perkembangan remaja
pada tahap ini.
3. Masa akhir pubertas (17 - 18 tahun)
Pada masa ini, remaja yang mampu melewati masa sebelumnya dengan baik,
akan dapat menerima kodratnya, baik sebagai laki-laki maupun perempuan. Mereka
juga bangga karena tubuh mereka dianggap menentukan harga diri mereka. Masa ini
berlangsung sangat singkat. Pada remaja putri, masa ini berlangsung lebih singkat
daripada remaja pria, sehingga proses kedewasaan remaja putri lebih cepat dicapai
dibandingkan remaja pria. Umumnya kematangan fisik dan seksualitas mereka
sudah tercapai sepenuhnya. Namun kematangan psikologis belum tercapai
sepenuhnya.

11. PERKEMBANGAN PADA MASA ADOLESEN DAN TUA


A. Masa Adolesen
1. Adolesen  Awal
Adolesen  Awal merupakan masa dewasa atau satu tahap yang dianggap
kritikal selepas alam remaja karena pada masa ini manusia berada pada tahap awal
pembentukan karir dan keluarga. Pada peringkat ini, seseorang perlu membuat
pilihan yang tepat demi menjamin masa depannya terhadap pekerjaan dan keluarga.
Berbagai masalah mulai timbul terutama dalam perkembangan karir dan juga
hubungan dalam keluarga. Pada tahap ini manusia mulai menerima dan memikul
tanggungjawab yang lebih berat. Pada tahap ini juga hubungan intim mulai berlaku
dan berkembang.
2. Adolesen  Madya
Pada masa dewasa madya, aspek jasmaniah mulai berjalan lamban, berhenti
dan secara berangsur menurun. Aspek- aspek psikis (intelektual- sosial- emosional)
masih terus berkembang, walaupun tidak dalam bentuk penambahan atau
peningkatan kemampuan tetapi berupa perluasan dan pematangan kualitas. Pada

17
akhir masa dewasa madya (sekitar usia 40 tahun), kekuatan aspek- aspek psikis ini
pun secara berangsur ada yang mulai menurun, dan penurunannya cukup drastis
pada akhir usia dewasa.
3. Adolesen  Akhir
Saat individu memasuki dewasa akhir, mulai terlihat gejala penurunan fisik
dan psikologis dan lambatnya gerak motorik. Akibat perubahan fisik yang semakin
menua maka perubahan ini akan sangat berpengaruh terhadap peran dan hubungan
dirinya dengan lingkunganya. Dengan semakin lanjut usia seseorang secara
berangsur-angsur ia mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya karena berbagai
keterbatasan yang dimilikinya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial para
lansia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitasnya.
4. Aspek Perkembangan
Dalam studi psikologi perkembangan kontemporer atau perkembangan
rentang hidup,wilayah pembahasannya tidak terbatas pada perubahan perkembangan
selama masa anak-anak dan remaja saja, tetapi juga masa dewasa, tua, hingga
meninggal dunia. Hal ini dikarenakan perkembangan manusia tidak akan berakhir,
tetapi terus berkesinambungan. Perubahan-perubahan badaniah yang terjadi
sepanjang hidup, memengaruhi sikap, proses kognitif, dan perilaku individu. Hal ini
berarti bahwa permasalahan yang harus diatasi juga mengalami perubahan dari
waktu ke waktu sepanjang rentang kehidupan.
a. Perkembangan fisik
Dilihat dari aspek perkembangan fisik, pada awal masa dewasa
kemampuan fisik mencapai puncaknya, dan ada juga yang mengalami masa
penurunan. Adapun beberapa gejala penting dari perkembangan fisik yang
terjadi selama masa dewasa, antara lain kesehatan badan, perkembangan
sensori, serta perkembangan otak.
I. Kesehatan badan
II. Perkembangan sensori
III. Perkembangan otak
b. Perkembangan kognitif
I. Perkembangan memori
II. Perkembangan intelegensi

18
c. Perkembangan psikososial
Pada masa dewasa, individu memasuki peran kehidupan yang lebih
luas. Pola dan tingkah laku sosial orang dewasa berbeda dalam beberapa hal
dari orang yang lebih muda. Perbedaan-perbedaan tersebut tidak disebabkan
oleh peristiwa-peristiwa kehidupan yang dihubungkan dengan keluarga dan
pekerjaan. Selama periode ini, orang melibatkan diri secara khusus dalam
karier, pernikahan, dan hidup berkeluarga.
I. Perkembangan keintiman
II. Perkembangan generatif.
III. Perkembangan integritas
B. Masa Tua
Tugas utama pada masa tua ini lebih banyak penekanannya kepada unsur
pribadi.Bagaimana seseorang mampu menyesuaikan diri dengan penurunan fisik dan
kesehatan yang terjadi.Adapun tugas-tugas perkembangan pada masa lanjut usia adalah
sebagai berikut:
I. Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan
II. Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya income (penghasilan)
keluarga.
III. Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup
IV. Membentuk hubungan dengan orang-orang yang seusia

19
DAFTAR PUSTAKA

Yusuf, Syamsu ,Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja:Bandung:PT.Remaja


Rosdakarya,tahun 2014.

Lisnawati,Santi,Bahan Psikologi Perkembangan,Bogor,tahun 2014.


Woolfolk, Anita E dan Nicolich, Lorraine McCune. Mengembangkan Kepribadian & Kecerdasan
Anak-Anak (Psikologi Pembelajaran I). Inisiasi Press : Jakarta. 2004.
Upton, Penney ,Psikologi Perkembangan:Jakarta:Penerbit Erlangga,tahun 2012.

Soemanto, Wasty. Pengantar Psikologi. Jakarta: PT Bina Askara.1998.


B.Hurlock Elizabeth,Psikologi Perkembangan terjemahan dari Development
Psychology,Jakarta:Penerbit Erlangga.

20

Anda mungkin juga menyukai