Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH FIQIH IBADAH

PRINSIP PELAKSANAAN HUKUM ISLAM

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Mata Kuliah Fiqih Ibadah dan Muamalah

Dosen Pembimbing: : Chusnul Azhar, S.Pd.I., M.Pd.I.

Disusun Oleh:

KELOMPOK 1

Abu Dzar Al Ghiffari 20160130112


Arief Fathurrahman 20160130148
Wahyu Puji Sahputra 20160130131

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2019
KATA PENGANTAR
Pertama kami panjatkan puji dan syukur kita atas kehadirat Allah, kita memuji,
memohon pertolongan dan ampunan-Nya. Kita memohon perlindungan kepada Allah
dari segala kejelekan diri kita dan keburukan perbuatan kita. Siapa yang diberi
hidayah oleh Allah, maka tidak ada yang dapat menyesatkkannya dan siapa yang
disesatkan, maka tidak ada yang dapat memberi petunjuk kepadanya. Yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kami semua sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan lancar tanpa suatu halangan apapun, dalam
makalah ini kami membahas tentang :

1. Konsep ibadah
2. Ibadah mahdlah dan ghoiru mahdlah
3. Prinsip dan Fungsi ibadah
4. Hikmah ibadah, dan makna spiritual ibadah bagi kehidupan sosial.

Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman masalah Ibadah yang
sangat diperlukan dalam suatu harapan mendapatkan pembelajaan dalam pemahaman
tentang Ibadah, bahwa Ibadah sangatlah penting dalam hidup beragama dan sekaligus
melakukan apa yang menjadi tugas mahasiswa yang mengikuti mata kuliah “FIQIH
IBADAH dan MUAMALAH” Dalam proses pendalaman materi IBADAH.

Demikianlah, makalah ini kita buat semoga bisa bermanfaat,

YOGYAKARTA, 2 APRIL 2019

KELOMPOK 1

HALAMAN
HALAMAN JUDUL……………………………………………… i
KATA PENGANTAR……………………………………………. ii
DAFTAR ISI……………………………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………..
1.1 Latar Belakang……………………………………..
1.2 Rumusan Permasalahan……………………………
1.3 Tujuan……………………………………………...

BAB II PEMBAHASAN……………………………………….
1. Konsep ibadah………………………………………..
2. Ibadah mahdlah dan ghoiru mahdlah ………………..
3. Prinsip dan Fungsi ibadah……………………………
4. Hikmah ibadah, dan makna spiritual ibadah bagi kehidupan sosial.

BAB III KESIMPULAN DAN PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Allah menciptakan manusia adalah untuk beribadah kepada-Nya. Di dalam ibadah


kita dapat mengambil nilai-nilai yang terkandung di dalamnya baik itu nilai
pendidikan, moral, aqidah, keimanan, dan lain-lain. Tujuan pendidikan Islam adalah
mendidik manusia untuk beribadah kepada Allah swt, membentuk manusia bertaqwa
kepada-Nya, serta mendidik manusia agar memahami nilai-nilai yang terkandung di
dalam ibadah.

Allah telah menetapkan tujuan penciptaan manusia dan jin yaitu untuk beribadah
kepada-Nya, sebagai mana terdapat dalam firman-Nya: “Dan aku tidak menciptakan
jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”. (Adz Dzariyat 56)

Ibadah dalam Islam mencakup seluruh sisi kehidupan, ritual dan social,
habluminallah, dan habluminan naas, meliputi pikiran, perasaan, dan pekerjaan.
“Katakanlah: Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku,dan matiku hanyalah untuk
Allah, Tuhan semesta alam”. (Al An’am 162).

Ibadah disebut benar manakala terpenuhi dua syarat yaitu ikhlash karena Allah
dan mengikuti aturan syariat. Allah berfirman: “yang menjadikan mati dan hidup,
supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia
Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (Al Mulk 2).

Nilai ibadah dalam hal ini adalah konsep yang berupa ajaran-ajaran Islam, dimana
ajaran Islam itu sendiri merupakan seluruh ajaran Allah yang bersumber dari Al-
Qur’an dan Sunnah yang pemahamannya tidak terlepas dari pendapat para ahli yang
telah lebih memahami dan menggali ajaran Islam. Peran ibadah dalam mendidik
manusia agar menjadi manusia yang berakal berfikir sistematis dan menggunakan
pikirannya secara terus menerus yang merupakan salah satu faktor yang dapat
digunakan sebagai media mendidik.

1.1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penyusun merumuskan rumusan masalah


sebagai berikut.

1. Pengertian ibadah
2. Macam-macam ibadah
3. Prinsip dan Fungsi ibadah
4. Hikmah ibadah, dan makna spiritual ibadah bagi kehidupan sosial.

1.2. Tujuan
1. Mengetahui pengertian ibadah
2. Mengetahui macam-macam ibadah
3. Mengetahui Prinsip dan Fungsi ibadah
4. Mengetahui Hikmah ibadah, dan makna spiritual ibadah bagi kehidupan
sosial

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ibadah


Ibadah secara etimologi berasal dari kata ‘abd yang artinya abdi, hamba,
budak, atau pelayan. Jadi ‘ibadah berarti, pengabdian, penghambaan, pembudakan,
ketaatan, atau merendahkan diri. Sedangkan secara terminologis, Hasbi Ash-
Shiddieqy mengutip beberapa pendapat, antara lain; Mengesakan Allah,
menta’zimkan-Nya dengan sepenuh-sepenuhnya ta’zim serta menghinakan diri kita
dan menundukkan jiwa kepada-Nya. Ulama akhlak mengartikan ibadah dengan
mengerjakan segala taat badaniyah dan menyelenggarakan segala syariat (hukum).
Ulama fikih mengartikan ibadah dengan segala taat yang dikerjakan untuk mencapai
keridhaan Allah dan meng-harap pahala-Nya di akhirat.
Selanjutnya ulama tafsir, M. Quraish Shihab menyatakan bahwa: Ibadah
adalah suatu bentuk ketundukan dan ketaatan yang mencapai puncaknya sebagai
dampak dari rasa pengagungan yang bersemai dalam lubuk hati seseorang terhadap
siapa yang kepadanya ia tunduk. Rasa itu lahir akibat adanya keyakinan dalam diri
yang beribadah bahwa obyek yang kepadanya ditujukan ibadah itu memiliki
kekuasaan yang tidak dapat terjangkau hakikatnya.
Sedangkan. Abd. Muin Salim menyatakan bahwa: Ibadah dalam bahasa
agama merupakan sebuah konsep yang berisi pengertian cinta yang sempurna,
ketaatan dan khawatir. Artinya, dalam ibadah terkandung rasa cinta yang sempurna
kepada Sang Pencipta disertai kepatuhan dan rasa khawatir hamba akan adanya
penolakan sang Pencipta terhadapnya.
Adapun pendapat lain mengenai ibadah adalah:
‫التقرب ألى هلل بامتثال أوامره واجتنا ب نواھیھ والعمل بما أذن بھ الشا رع وھي عامة وخاصة‬
Ibadah adalah mendekatkan diri kepada Allah dengan melaksanakan perintah-
perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Juga yang dikatakan ibadah
adalah beramal dengan yang diizinkan oleh Syari’ Allah Swt.; karena itu ibadah itu
mengandung arti umum dan arti khusus. Ibadah dalam arti umum adalah segala
perbuatan orang Islam yang halal yang dilaksanakan dengan niat ibadah. Sedangkan
ibadah dalam arti yang khusus adalah perbuatan ibadah yang dilaksanakan dengan
tata cara yang telah ditetapkan oleh Rasulullah Saw. Ibadah dalam arti yang khusus
ini meliputi Thaharah, Shalat, Zakat, Shaum, Haji, Kurban, Aqiqah Nadzar dan
Kifarat.
Di sisi lain, dipahami bahwa ibadah adalah perbuatan manusia yang
menunjukkan ketaatan kepada aturan atau perintah dan pengakuan kerendahan
dirinya di hadapan yang memberi perintah. Adapun yang memberi perintah untuk
beribadah, adalah tiada lain kecuali Allah sendiri, sebagaimana dijelaskan dalam Q.S.
al-Baqarah (2): 21,

“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang
sebelummu, agar kamu bertakwa.”
Dari ayat di atas, dapat dipahami bahwa sasaran ibadah hanyalah kepada Allah swt.
Dengan kata lain, bahwa manusia beribadah adalah untuk mengabdikan dirinya
kepada Allah sebagai Tuhan yang telah menciptakan mereka.

Pengertian-pengertian ibadah dalam ungkapan yang berbeda-beda


sebagaimana yang telah dikutip, pada dasarnya memiliki kesamaan esensial, yakni
masing-masing bermuara pada pengabdian seorang hamba kepada Allah swt., dengan
cara mengagungkan-Nya, taat kepada-Nya, tunduk kepada-Nya, dan cinta yang
sempurna kepada-Nya.
Makna pengabdian atau penghambaan yang akan dijelaskan adalah perkara
yang memuliakan manusia serta membedakan dengan hewan dan makhluk lainnya.
Apa yang difirmankan Allah Subhanahu wa ta’ala dalam surat Adz-Dzaariyaat:56
Artinya: “Tiadalah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
ber’ibadah (mengabdi, menghamba) kepada-Ku”. Arti ‘ibadah di sini adalah bahwa
jin dan manusia dalam hidupnya harus tunduk dan patuh terhadap aturan dan hukum-
hukum Allah. Ini berarti, bahwa tujuan Allah menciptakan jin dan manusia adalah
agar mereka: Pertama, hanya setia kepada Allah saja dan tidak kepada yang lain,
karena hanya Dia Yang Maha Menghidupi dan Maha Memelihara. Kedua, agar
mereka hanya mengikuti perintah-perintah Allah saja dan tidak mendengarkan
perintah siapa pun yang bertentangan dengan perintah-Nya. Ketiga, hanya kepada
satu Dzat saja mereka harus menyembah dan mendekatkan diri (taqarrub), yaitu
hanya kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dan tidak kepada yang lain.
Dalam situasi dan kondisi bagaimana pun, perbuatan seorang hamba yang
senantiasa mengikuti aturan dan hukum Allah, serta yang melepaskan diri dari ikatan
dan aturan hukum yang lain yang bertentangan dengan hukum Allah, maka itulah
yang disebut ‘ibadah. Dengan demikian, ‘ibadah adalah perbuatan sepanjang hidup
yang dijalani oleh seorang hamba dengan mengikuti ramburambu atau aturan-aturan
dan hukum Allah Ta ‘ala. Dalam hidup yang demikian ini, maka tidur kita, bangun
kita, makan dan minum kita, bahkan berjalan dan berbicara kita, semuanya adalah
‘ibadah. Setiap perbuatan seorang hamba yang ta’at akan selalu memperhatikan,
mana yang dibolehkan oleh Allah dan mana yang tidak dibolehkan oleh Allah, mana
yang halal dan mana yang haram, apa yang diwajibkan dan apa yang dilarang,
perbuatan apa yang membuat-Nya suka kepada kita dan perbuatan apa yang
membuat-Nya tidak suka kepada kita. Allah memberitahukan, tujuan penciptaan jin
dan manusia adalah agar mereka melaksanakan ibadah kepada Allah . Dan Allah
Maha Kaya, tidak membutuhkan ibadah mereka, akan tetapi merekalah yang
membutuhkan-Nya. Karena ketergantungan mereka kepada Allah , maka mereka
menyembah-Nya sesuai dengan aturan syari’at-Nya. Maka siapa yang menolak
beribadah kepada Allah , ia adalah sombong. Siapa yang menyembah-Nya tetapi
dengan selain apa yang disyari’atkan-Nya maka ia adalah mubtadi’ (pelaku bid’ah).
Dan siapa yang hanya menyembah-Nya dan dengan syari’at-Nya, maka dia adalah
mukmin muwahhid (yang mengesakan Allah).

2.2 Macam-macam Ibadah


Secara umum ibadah terbagi menjadi 2, yaitu:
1. Ibadah Mahdlah.
Yaitu ibadah yang langsung berhubungan dengan Allah SWT. Semua perbuatan
ibadah yang pelaksanaannya diatur dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam
Al-Quran dan sunnah. Contoh, salat harus mengikuti petunjuk Rasulullah
salallahu alaihi wassalaam dan tidak dibenarkan untuk menambah atau
menguranginya, begitu juga puasa, haji dan yang lainnya. Dengan shalat lima kali
sehari berarti memperingatkan kita, bahwa di mana pun dan kapan pun kita
berada adalah tetap budak Allah, dan hanya kepada-Nyalah kita harus
menghamba. Dengan shalat membawa manusia mendekatkan diri kepada Allah
Subhanahu wa ta’ala. ‘Ibadah mahdlah ini dilakukan hanya berhubungan dengan
Allah saja (hubungan ke atas/ Hablum Minallah), dan bertujuan untuk
mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah Ta ‘ala. Ibadah ini hanya dilaksanakan
dengan jasmani dan rohani saja, karenanya disebut ‘ibadah badaniyah ruhiyah.
2. ‘Ibadah Ghairu Mahdlah,
yaitu ibadah yang membutuhkan keterlibatan orang lain atau ‘ibadah yang tidak
hanya sekedar menyangkut hubungan dengan Allah, tetapi juga menyangkut
hubungan sesama makhluk (Hablum Minallah Wa Hablum Minannas), atau di
samping hubungan ke atas, juga ada hubungan sesama makhluk. Hubungan
sesama makhluk ini tidak hanya sebatas pada hubungan sesama manusia, tetapi
juga hubungan manusia dengan lingkungan alamnya (hewan dan tumbuhan).
Contoh, zakat, infaq, sedekah, dll. Zakat menyadarkan kita akan kenyataan bahwa
harta yang kita peroleh adalah pemberian Allah Subhanahu wa ta’ala, bukan
sepenuhnya atas hasil usaha sendiri. Jangan kita habiskan harta itu hanya untuk
kepentingan kepuasan lahiriyah saja, tetapi haruslah kita berikan juga hak Allah,
mensucikan harta kita, membuktikan kepedulian kita kepada fakir miskin.

2.3 Prinsip dan Fungsi ibadah dalam Islam


2.3.1 Prinsip-prinsip Ibadah
A. Niat lillahi ta’ala (Al-Fatihah/1:5)
( ِ ٥ ( ‫ت ِ َعیُن‬o‫نس‬ َْ ‫ك‬ َ َّ ‫ا‬oِ‫د وإی‬oُُ o‫ك ن َْعب‬
َ َّ ‫ا‬oِ‫) إی‬٤ ( ‫ ِّدیِن‬o‫وم ال‬oَِِْْ ‫ك ی‬ ِ ‫) الَّرْ َح ِمن الَّ ِر‬٢ ( ‫عال َِمیَن‬oَ‫م هلَِّل 􀍿 ربِّ ا َْْل‬o‫بس‬
ِ ‫) مال‬٣ ( ‫حیم‬ ِِْْoِ
‫حْ ُمد‬oَ‫) ا َْْل‬١ ( ‫حیم‬
ِ ‫َِّ الَّرْ َح ِمن الَّ ِر‬
1. dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
2. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.
3. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
4. yang menguasai di hari Pembalasan.
5. hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami
meminta pertolongan.

B. Tidak menyekutukan Allah SWT, secara langsung maupun tersembunyi. Firman


Allah SWT.

Artinya:
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa“ Q.S An-Nisa
ayat36

C. Dilaksanakan dengan penuh kepasrahan diri kepada Allah.


Firman Allah SWT.

Artinya:
“Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku
hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya; dan
demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan Aku adalah orang yang
pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)". Q.S Al-An’am ayat 162-163

D. Dilaksanakan dengan penuh keikhlasan.


Firman Allah SWT.

Artinya:
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus,
dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang
demikian Itulah agama yang lurus. Q.S Al-Bayyinah: 5

E. Dilaksanakan dengan penuh kesabaran dan keteguhan hari.


Firman Allah SWT.

Artinya:
Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara
keduanya, Maka sembahlah dia dan berteguh hatilah dalam beribadat kepada-
Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan dia (yang
patut disembah)?. Q.S Maryam; 65

F. Tidak menggunakan perantara (washilah) (Al-Baqarah/2: 186)


‫بي ل َعَلھَّ ْ ُم‬
ِ ‫ ُوا‬o ‫ِؤمن‬oُْ ِْ ‫لي وْ لی‬
ِ ‫تجیب ُوا‬ َْ َ‫اِن ف ْل‬o ‫ََِِذا دَع‬o ‫اع إ‬
َِ o ‫یس‬ ِ ‫ َّد‬o ‫وة ال‬oo‫ َ ِریبٌ أ ُِجیبُ ْد َع‬o ‫إَنِ ِّي ق‬o ‫ن ِّي ف‬oo‫ا َ ِدي ع‬o ‫ك عب‬
َ َ‫أل‬o ‫ََِِذا َس‬o ‫َوإ‬
‫ی َْر ُُشد َون‬
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka
(jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan
orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka
itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-
Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.

G. Dilakukan sesuai dengan tuntunan al-Qur’an dan sunnah


H. Seimbang antara dunia akherat (Al-Qashash/28:77)
‫ِْغ‬oَِْ‫ك وال تب‬ َ َْ‫ن هلَُّل إلِی‬o‫ا أ َْح َس‬oo‫ن َكم‬o‫وأح ْس‬
oَِِْْ َ ‫ ُّْدنیا‬o‫ك َمن ال‬
َ ‫یب‬o‫نص‬
َِ ‫س‬ ِ ‫ َّداَر‬o‫ك هلَُّل ال‬
َ َ‫ رة وال ت ْن‬o‫اآل َخ‬ َ َ ‫ا‬o‫ما آت‬oََِ‫َوابْت َ ِغ فِی‬
ُّ‫إِن هلََّل ال ی ُِحب‬ ْ ‫ْالف َسَا َد في‬
َِّ َّo ‫رض‬
ِ ‫األ‬ ِ
ُْ
‫ُ ْمفِ ِسدیَن‬o‫اْل‬
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagiaanmu
dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat
kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan.

I. Tidak berlebih-lebihan (Al-A’raf/7:31)


ْ ‫یا َ بن َِي آ َدم ُخذوا زینتَ َُْكم ْعنَد ِّكل ْم ِس ٍجد ُوكل ُوا‬
‫ن‬oََِ‫ ْم ِسرفِی‬oُ‫ ُْسِْرف ُوا إنِھَّ ال ی ُِحبُّ ا ُْْل‬oِ ‫وا َشرب ُوا وال ت‬
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki) mesjid,
Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.

J. Mudah (bukan meremehkan) dan Meringankan Bukan Mempersulit (Al-


Baqarah/2:286)
‫أو أ َْخطَأنْا َ ربنَّا َ وال‬ ْ ‫لف هلَُّل ن ْفَسًا إاِل وْ َسعھا َ لھَا َ ما ك َس‬
ْ ‫بتَ َوعل ْیَھا َ ما ْاكت َس‬
َْ َ ‫َُُؤاِ ْخذنا َ إ ْ ِن ن ِ َسینا‬oَ ‫َبتَ ربنَّا َ ال ت‬ ُِ ّ ‫ََُُك‬o ‫ال ی‬
‫ِْصرا َكما‬oًًِْ ‫ح ْمل عل ْیَنا َ إ‬oَِِْْ ‫ت‬
َ ‫ا‬o‫ا َ أ ْنَتَ ْموالن‬o‫وا َرحْ من‬ْ َ ‫ا‬oَ‫ر لن‬o ْ ‫َُُّح ْملنا َ ما ال طَاقةَ لنَا َ ب ِھ‬oَِّ ‫َح ْملتھَ عل َى ال َِّذیَن ْمن ق ْبَلنِا َ ربنَّا َ وال ت‬
ْ َّ ‫واعفُ عنا‬
ِ ْ o‫واغف‬
َْ ْ ُْ ‫فا َ ْن‬
ِ oَ‫وم اْل‬oَِِْْ ‫صرنا َ عل َى الق‬
‫كافریَن‬
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.
Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat
siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): “Ya Tuhan Kami,
janganlah Engkau hukum Kami jika Kami lupa atau Kami tersalah. Ya Tuhan
Kami, janganlah Engkau bebankan kepada Kami beban yang berat
sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan
Kami, janganlah Engkau pikulkan kepada Kami apa yang tak sanggup Kami
memikulnya. beri ma’aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami.
Engkaulah penolong Kami, Maka tolonglah Kami terhadap kaum yang kafir.”

2.3.2 Fungsi Ibadah


Setiap muslim tidak hanya dituntut untuk beriman, tetapi juga dituntut untuk
beramal sholeh. Karena Islam adalah agama amal, bukan hanya keyakinan. Ia tidak
hanya terpaku pada keimanan semata, melainkan juga pada amal perbuatan yang
nyata. Islam adalah agama yang dinamis dan menyeluruh. Dalam Islam, Keimanan
harus diwujudkan dalam bentuk amal yang nyata, yaitu amal sholeh yang dilakukan
karena Allah. Ibadah dalam Islam tidak hanya bertujuan untuk mewujudkan
hubungan antara manusia dengan Tuhannya, tetapi juga untuk mewujudkan hubungan
antar sesama manusia. Islam mendorong manusia untuk beribadah kepada Allah SWT
dalam semua aspek kehidupan dan aktifitas. Baik sebagai pribadi maupun sebagai
bagian dari masyarakat. Ada tiga aspek fungsi ibadah dalam Islam.
1. Mewujudkan hubungan antara hamba dengan Tuhannya.
Mewujudkan hubungan antara manusia dengan Tuhannya dapat dilakukan
melalui “muqorobah” dan “khudlu”. Orang yang beriman dirinya akan selalu
merasa diawasi oleh Allah. Ia akan selalu berupaya menyesuaikan segala
perilakunya dengan ketentuan Allah SWT. Dengan sikap itu seseorang muslim
tidak akan melupakan kewajibannya untuk beribadah, bertaubat, serta
menyandarkan segala kebutuhannya pada pertolongan Allah SWT. Demikianlah
ikrar seorang muslim seperti tertera dalam Al-Qur’an surat Al-Fatihah ayat 5
“Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami
meminta pertolongan.”Atas landasan itulah manusia akan terbebas dari
penghambaan terhadap manusia, harta benda dan hawa nafsu.
2. Mendidik mental dan menjadikan manusia ingat akan kewajibannya
Dengan sikap ini, setiap manusia tidak akan lupa bahwa dia adalah anggota
masyarakat yang mempunyai hak dan kewajiban untuk menerima dan memberi
nasihat. Oleh karena itu, banyak ayat Al-Qur'an ketika berbicara tentang fungsi
ibadah menyebutkan juga dampaknya terhadap kehidupan pribadi dan
masyarakat. Contohnya:Ketika Al-Qur'an berbicara tentang sholat, ia menjelaskan
fungsinya: “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al
Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-
perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah
lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui
apa yang kamu kerjakan.”
Dalam ayat ini Al-Qur'an menjelaskan bahwa fungsi sholat adalah mencegah dari
perbuatan keji dan mungkar. Perbuatan keji dan mungkar adalah suatu perbuatan
merugikan diri sendiri dan orang lain. Maka dengan sholat diharapakan manusia
dapat mencegah dirinya dari perbuatan yang merugikan tersebut.
Ketika Al-Qur'an berbicara tentang zakat, Al-Qur'an juga menjelaskan fungsinya:
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah
Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”
Zakat berfungsi untuk membersihkan mereka yang berzakat dari kekikiran dan
kecintaan yang berlebih-lebihan terhadap harta benda. Sifat kikir adalah sifat
buruk yang anti kemanusiaan. Orang kikir tidak akan disukai masyarakat. Zakat
juga akan menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati pemberinya dan
memperkembangkan harta benda mereka. Orang yang mengeluarkan zakat
hatinya akan tentram karena ia akan dicintai masyarakat. Dan masih banyak
ibadah-ibadah lain yang tujuannya tidak hanya baik bagi diri pelakunya tetapi
juga membawa dapak sosial yang baik bagi masyarakatnya. Karena itu Allah
tidak akan menerima semua bentuk ibadah, kecuali ibadah tersebut membawa
kebaikan bagi dirinya dan orang lain. Dalam hal ini Nabi SAW bersabda:
“Barangsiapa yang sholatnya tidak mencegah dirinya dari perbuatan keji dan
munkar, maka dia hanya akan bertambah jauh dari Allah” (HR. Thabrani)
3. Melatih diri untuk berdisiplin
Adalah suatu kenyataan bahwa segala bentuk ibadah menuntut kita untuk
berdisiplin. Kenyataan itu dapat dilihat dengan jelas dalam pelaksanaan sholat,
mulai dari wudhu, ketentuan waktunya, berdiri, ruku, sujud dan aturan-aturan
lainnya, mengajarkan kita untuk berdisiplin. Apabila kita menganiaya sesama
muslim, menyakiti manusia baik dengan perkataan maupun perbuatan, tidak mau
membantu kesulitan sesama manusia, menumpuk harta dan tidak menyalurkannya
kepada yang berhak. Tidak mau melakukan “amar ma'ruf nahi munkar”, maka
ibadahnya tidak bermanfaat dan tidak bisa menyelamatkannya dari siksa Allah
SWT.
2.4 Hikmah ibadah, dan makna spiritual ibadah bagi kehidupan social
Tujuan ibadah adalah membersihkan dan menyucikan jiwa dengan mengenal
dan mendekatkan diri serta beribadat kepada-Nya. Sesungguhnya ibadah dengan
pengertian yang hakiki itu merupakan tujuan dari dirinya sendiri. Dengan melakukan
ibadah, manusia akan selalu tahu dan sadar bahwa betapa lemah dan hinanya mereka
bila berhadapan dengan kekuasaan Allah, sehingga ia menyadari benar-benar
kedudukannya sebagai hamba Allah. Jika hal ini    benar-benar telah dihayati, maka
banyak manfaat yang akan diperolehnya. Misalnya saja surga yang dijanjikan, tidak
akan luput sebab Allah tidak akan menyalahi janjinya. Jadi, tujuan yang hakiki dari
ibadah adalah menghadapkan diri kepada Allah SWT dan  menunggalkan-Nya
sebagai tumpuan harapan dalam segala hal.
Kesadaran akan keagungan Allah akan menimbulkan kesadaran betapa hina
dan rendahnya semua makhluk-Nya. Orang yang melakukan ibadah akan merasa
akan terbebas dari beberapa ikatan atau kungkungan makhluk. Semakin besar
ketergantungan dan harapan seseorang kepada Allah, semakin terbebaslah dirinya
dari yang selain-Nya. Harta, pangkat, kekuasaan dan sebagainya tidak akan
mempengaruhi kepribadiannya. Hatinya akan menjadi merdeka kecuali dari Allah
dalam arti sesungguhnya. Kemerdekaan sesungguhnya adalah kemerdekaan hati.

BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan

Ibadah
Ibadah adalah mendekatkan diri kepada Allah dengan melaksanakan perintah
perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Ibadah dalam arti umum adalah
segala perbuatan orang Islam yang halal yang dilaksanakan dengan niat ibadah.
Sedangkan ibadah dalam arti yang khusus adalah perbuatan ibadah yang dilaksanakan
dengan tata cara yang telah ditetapkan oleh Rasulullah Saw. Ibadah dalam arti yang
khusus ini meliputi Thaharah, Shalat, Zakat, Shaum, Haji, Kurban, Aqiqah Nadzar
dan Kifarat.
ibadah terbagi menjadi 2, yaitu:
1. Ibadah Mahdlah : Yaitu ibadah yang langsung berhubungan dengan Allah
SWT. Semua perbuatan ibadah yang pelaksanaannya diatur dengan ketentuan
yang telah ditetapkan dalam Al-Quran dan sunnah.
2. Ibadah Ghairu Mahdlah :
yaitu ibadah yang membutuhkan keterlibatan orang lain atau ‘ibadah yang tidak
hanya sekedar menyangkut hubungan dengan Allah, tetapi juga menyangkut
hubungan sesama makhluk (Hablum Minallah Wa Hablum Minannas), atau di
samping hubungan ke atas, juga ada hubungan sesama makhluk.

Prinsip-prinsip Ibadah Memiliki 10 Macam Yaitu :


- Niat lillahi ta’ala (Al-Fatihah/1:5)
- Tidak menyekutukan Allah SWT, secara langsung maupun tersembunyi. Firman
Allah SWT.
- Dilaksanakan dengan penuh kepasrahan diri kepada Allah.
- Dilaksanakan dengan penuh keikhlasan.
- Dilaksanakan dengan penuh kesabaran dan keteguhan hari.
- Tidak menggunakan perantara (washilah) (Al-Baqarah/2: 186)
- Dilakukan sesuai dengan tuntunan al-Qur’an dan sunnah
- Seimbang antara dunia akherat (Al-Qashash/28:77)
- Tidak berlebih-lebihan (Al-A’raf/7:31)
- Mudah (bukan meremehkan) dan Meringankan Bukan Mempersulit (Al-
Baqarah/2:286)

Fungsi Ibadah
Ada tiga aspek fungsi ibadah dalam Islam :
- Mewujudkan hubungan antara hamba dengan Tuhannya.
- Mendidik mental dan menjadikan manusia ingat akan kewajibannya
- Melatih diri untuk berdisiplin

Hikmah ibadah, dan makna spiritual ibadah bagi kehidupan social


- Dengan melakukan ibadah, manusia akan selalu tahu dan sadar bahwa betapa lemah
dan hinanya mereka bila berhadapan dengan kekuasaan Allah, sehingga ia
menyadari benar-benar kedudukannya sebagai hamba Allah.
- Kesadaran akan keagungan Allah akan menimbulkan kesadaran betapa hina dan
rendahnya semua makhluk-Nya. Orang yang melakukan ibadah akan merasa akan
terbebas dari beberapa ikatan atau kungkungan makhluk

DAFTAR PUSTAKA

Alqur’an dan terjemahan

Anda mungkin juga menyukai