Pajak Hotel Dan Restoran Bagian 2
Pajak Hotel Dan Restoran Bagian 2
DAN RESTORAN
2
http://jdih.badungkab.go.id
Jasa tempat tinggal asrama yang Jasa tempat tinggal di rumah sakit, asrama
diselenggarakan oleh Pemerintah atau perawat, panti jompo, panti asuhan dan panti
Pemerintah Daerah sosial lainnya yang sejenis;
Jasa sewa apartemen, kondominium Jasa tempat tinggal di pusat pendidikan atau
dan sejenisnya; kegiatan keagamaan;
BADAN MELAKUKAN
PEMBAYARAN
PRIBADI
BADAN
PRIBADI
Jumlah Pembayaran
atau yang
SEHARUSNYA
DIBAYAR kepada Hotel
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PEMUNGUTAN
PAJAK DAERAH
MEMBELI
BADAN MAKANAN /
MINUMAN
PRIBADI
BADAN
PRIBADI
DITERIMA restoran
PP No 55 TAHUN 2016
KETENTUAN UMUM DAN
TATA CARA PEMUNGUTAN
PAJAK DAERAH
.
IKATAN KONSULTAN PAJAK INDONESIA
PENGEMBANGAN PROFESIONAL BERKELANJUTAN
17
1. Tanda Terima
LOGIN E SPTPD
SPTPD 2. Nomor Tagihan
Pembayaran
WAJIB PAJAK
No. Tagihan Pembayaran atas SPTPD yang dicetak
oleh bidang Data dan Teknologi Informasi SSPD
IKATAN KONSULTAN PAJAK INDONESIA Wajib pajak Menerima Surat Setoran Pajak Daerah
PENGEMBANGAN PROFESIONAL BERKELANJUTAN (SSPD) setelah melakukan pembayaran di teller Bank.
21
banquet, berupa
a) persewaan ruang rapat; atau
b) ruang pertemuan.
DATA
TRANSAKSI
PAJAK RESTORAN pembayaran service charge;
3 4
pembayaran jasa
boga/catering.
pembayaran makanan
dan minuman;
1 2
pembayaran pemakaian ruang
rapat atau ruang
pertemuan di restoran (room
charge)
24
Lapor
IKATAN KONSULTAN PAJAK INDONESIA
PENGEMBANGAN PROFESIONAL BERKELANJUTAN SPTPD
25
BUKTI
PELAPORAN
IKATAN KONSULTAN PAJAK INDONESIA
PENGEMBANGAN PROFESIONAL BERKELANJUTAN
SPTPD
Apa Perbedaan PPN dan PB1?
Meski pemajakannya sama-sama dari transaksi jual-beli, namun yang jadi pembeda dari PPN
dan PB1 ini adalah dari segi pemungut pajaknya
PPN itu dipungut oleh Pemerintah Pusat dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak (DJP),
sedangkan PB1 dipungut oleh Pemerintah Daerah (Pemda).
PERMENAKER NO 7 TAHUN 2016
3% (tiga persen)
Pendayagunaan peningkatan
kualitas sumber daya manusia;
Ditetapkan oleh Pengusaha dan Pekerja ayau serikat Pekerja
2% (dua persen)
Dibagikan kepada
pekerja/buruh.
wajib dibagikan setelah dikurangi penggantian atas risiko kehilangan atau
kerusakan dan pendayagunaan peningkatan kualitas sumber daya manusia
PENGGUNAAN
9 5 % ( s e m b i l a n
l i m a p e r s e n )
p u l u h
UANG SERVICE
Apabila pengusaha tidak membagikan uang servis kepada
pekerja/buruh maka dapat dikenai sanksi administratif
32
Jawaban
Perhitungan PB1 selama bulan Oktober :
●Persewaan kamar = Rp. 350.000.000
●Penjualan makanan & minuman = Rp. 125.000.000
●Jasa spa = Rp. 175.000.000
●Penyewaan ruangan = Rp. 18.600.000
●Penjualan gallery = Rp. 205.250.000
Pak Kelik membeli Nasi Goreng satu porsi seharga Rp50.000 dengan segelas Es
Teh Manis seharga Rp15.000 serta Tahu Goreng dan Telur Dadar masing-
masing Rp5.000 dan Rp10.000 di Restoran ENAK SEKALI.
Maka, PB1 yang harus dibayarkan oleh Pak Kelik dan total uang yang harus
dikeluarkan untuk membeli makan dan minuman tersebut adalah?
•4
• PPh Pasal 25
• PPh Pasal 4 ayat 2 •2
•6 • PPN
• K E WA J I BA N P E R PA JA K A N H OT E L
PAJAK PUSAT
IKATAN KONSULTAN PAJAK INDONESIA
PENGEMBANGAN PROFESIONAL BERKELANJUTAN
• Pengusaha hotel wajib memotong PPh Pasal 21/26,
• - Gaji Karyawan
21/26 • - Pesangon
• - Tenaga Ahli
• SERVICE CHARGE
• Ke wa j i b a n P P h 2 1 / 2 6
• Kekhususan Usaha Hotel
General Manager
• > 500 Juta 30%
• > 250 Juta – 500 Director of Finance,
Juta 25% Director of Revenue
Penghasilan Neto
DIKURANGI PTKP
PPh bln Des = PPh terutang – PPh dipot PPh 21 Masa Desember =
Jan s.d Nop Rp 9.239.200 – (Rp 769.933 x 11)= Rp. 769.937
PADA SAAT BERHENTI
BEKERJA , BAGUS MENERIMA
PESANGON SEBESAR
Rp.166.621.500.
BERAPAKAH PPh 21
TERUTANG ATAS PESANGON
TERSEBUT?
IKATAN KONSULTAN PAJAK INDONESIA
PENGEMBANGAN PROFESIONAL
BERKELANJUTAN 48
PEMBAHASAN
Rp - Rp 50,000,000 0%
Rp 50,000,000 Rp 100,000,000 5%
Dikali 12
≤ 450.000 > 450.000 Dikurangi PTKP Setahun
Dibagi 12
Upah sehari dikurangi PTKP sehari
PPh Pasal 21 Sebulan
Dikali tarif 5%
Contoh Kasus
(50% X Ph Bruto)
(50% X Ph Bruto Kumulatif) (50% X Ph Bruto)
- PTKP Bulanan (kumulatif )
Dikali
Tarif Pasal 17
Pasal 13 Ayat (1) PER-16/PJ/2016 :
Bagi yang telah memiliki NPWP dan hanya memperoleh penghasilan dari 1 (satu)
Pemotong PPh Pasal 21/26 serta tidak memperoleh penghasilan lain
IKATAN KONSULTAN PAJAK INDONESIA
PENGEMBANGAN PROFESIONAL
BERKELANJUTAN
PESERTA KEGIATAN MANTAN PEGAWAI
Dikali
Tarif Pasal 17
IKATAN KONSULTAN PAJAK INDONESIA
PENGEMBANGAN PROFESIONAL BERKELANJUTAN
TIDAK
FINAL
SUBJEK PAJAK
JATUH TEMPO
DISEDIAKAN PEMBAYARAN
UNTUK PENGHASILAN YG
DIBAYARKAN BERSANGKUTAN DIBAYARKAN
PENGHASILAN
ROYALTI
JASA TEKNIK DAN
MANAJEMEN KOMISI TRAVEL
AGENT
JASA
Kekhususan Kewajiban PPh 23/26 atas Usaha Hotel dan MARKETING
Restoran
IKATAN KONSULTAN PAJAK INDONESIA
PENGEMBANGAN PROFESIONAL
BERKELANJUTAN
22
yang dikenakan atas Penghasilan
Kena Pajak dari bagian peredaran
bruto sampai dengan Rp4,8 Miliar.
%
our office
PPh
OBJEK PPh 26 26
SUBJEK PPh 26
SETIAP
PENGHASILAN
YANG DITERIMA
WAJIB PAJAK LUAR WPLN DI
NEGERI, selain BUT INDONESIA dengan
nama dan dalam
bentuk apa pun
TARIF
PPh PASAL 26
Dasar Hukum:
• Pasal 26 Ayat (2) UU Pajak Penghasilan TARIF 10% x PREMI YANG DIBAYAR
• Pasal 1 Ayat (1) dan (2) PMK No. 624 Tahun 1994
● PEMBAYARAN ASURANSI KE LUAR
NEGERI
MERUPAKAN BENEFICAL
OWNER apabila
DISYARATKAN P3B
*P3B: Persetujuan Penghindaran Pajak
Berganda
IKATAN KONSULTAN PAJAK INDONESIA
PENGEMBANGAN PROFESIONAL BERKELANJUTAN
DAFTAR P3B INDONESIA YANG BERLAKU EFEKTIF:
DI 58 NEGARA
Australia RRC Prancis
Bangladesh Uni Emirat Arab Jerman
Brunei Darussalam Vietnam Hungaria
India Algeria Italia
Jepang Kanada Luxemburg
Jordan Mesir Belanda
Korea Utara Mauritius (dihentikan) Norwegia
Korea Selatan Mexico Polandia
Kuwait Seychelles Rumania
Malaysia Afrika Selatan Rusia
Mongolia Sudan Slovakia
New Zealand Tunisia Spanyol
Pakistan Amerika Serikat Swedia
Philippines Venezuela Switzerland
Qatar Austria Turki
Saudi Arabia Belgia Ukraina
Singapura Bulgaria United Kingdom
Srilangka Ceko Uzbekistan
Thailand Denmark Syria
Finlandia Taiwan
IKATAN KONSULTAN PAJAK INDONESIA
PENGEMBANGAN PROFESIONAL BERKELANJUTAN
Menggunakan form DGT, diisi dengan
benar, lengkap dan jelas
SURAT
DISAHKAN oleh Pejabat otoritas pajak
KETERANGAN setempat pada Part II DGT Form atau
Apabila dalam suatu Masa Pajak Pengusaha Kena Pajak selain melakukan penyerahan yang terutang pajak
juga melakukan penyerahan yang tidak terutang pajak, sepanjang bagian penyerahan yang terutang
pajak dapat diketahui dengan pasti dari pembukuannya, jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan
adalah Pajak Masukan yang berkenaan dengan penyerahan yang terutang pajak
• Yang dimaksud dengan “penyerahan yang terutang pajak” adalah penyerahan barang atau jasa yang sesuai dengan
ketentuan UU ini dikenai Pajak Pertambahan Nilai.
• Yang dimaksud dengan “penyerahan yang tidak terutang pajak” adalah penyerahan barang dan jasa yang tidak dikenai
PPN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4A dan yang dibebaskan dari pengenaan PPN sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 16B.
• Pengusaha Kena Pajak yang dalam suatu Masa Pajak melakukan penyerahan yang terutang pajak dan penyerahan yang
tidak terutang pajak hanya dapat mengkreditkan Pajak Masukan yang berkenaan dengan penyerahan yang terutang
pajak. Bagian penyerahan yang terutang pajak tersebut harus dapat diketahui dengan pasti dari pembukuan Pengusaha
Kena Pajak
Jasa Perhotelan
Memori Penjelasan:
Jasa Perhotelan meliputi:
1. Jasa penyewaan kamar, termasuk
tambahannya di hotel, rumah
penginapan, motel, losmen, hostel,
serta fasilitas yang terkait dengan
kegiatan perhotelan untuk tamu yang
menginap; dan
2. Jasa penyewaan ruangan untuk
kegiatan acara atau pertemuan di
hotel, rumah penginapan, motel,
losmen, dan hostel
IKATAN KONSULTAN PAJAK INDONESIA
PENGEMBANGAN PROFESIONAL BERKELANJUTAN
PPN – Terkait usaha perhotelan
Pasal 2 PMK-43/PMK.010/2015
Apabila dalam suatu Masa Pajak Pengusaha Kena Pajak selain melakukan penyerahan yang
terutang pajak juga melakukan penyerahan yang tidak terutang pajak, sedangkan Pajak
Masukan untuk penyerahan yang terutang pajak tidak dapat diketahui dengan pasti, jumlah
Pajak Masukan yang dapat dikreditkan untuk penyerahan yang terutang pajak dihitung
dengan menggunakan pedoman yang diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan
MEMORI PENJELASAN
Dalam hal Pajak Masukan untuk penyerahan yang terutang pajak tidak dapat diketahui
dengan pasti, cara pengkreditan Pajak Masukan dihitung berdasarkan pedoman yang diatur
dengan Peraturan Menteri Keuangan, yang dimaksudkan untuk memberikan kemudahan
dan kepastian kepada Pengusaha Kena Pajak
Contoh:
Pengusaha Kena Pajak melakukan 2 (dua) macam penyerahan, yaitu:
a. Penyerahan yang terutang pajak = Rp. 35.000.000,00, Pajak Keluaran = Rp. 3.500.000,00
b. Penyerahan yang tidak terutang pajak = Rp. 15.000.000,00, Pajak Keluaran = NIHIL
Pajak Masukan yang dibayar atas perolehan BKP dan JKP yang berkaitan dengan keseluruhan
penyerahan sebesar Rp. 2.500.000,00 sedangkan Pajak Masukan yang berkaitan dengan
penyerahan yang terutang pajak tidak dapat diketahui dengan pasti.
Menurut ketentuan ini, Pajak Masukan sebesar Rp. 2.500.000,00 tidak seluruhnya dapat
dikreditkan dengan Pajak Keluaran sebesar Rp. 3.500.000,00.
Besarnya Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dihitung berdasarkan pedoman yang diatur
dengan PMK.
1 2 3
YANG
LEBIH
DAHULU
TERJADI
Saat diakui
Saat ditagih sebagai hutang
DPP PPh
DPP PPN JLN =
PASAL 26
PENYEBAB TIDAK SAMA:
1. Jasa dari luar daerah pabean bukan merupakan objek PPN
2. Objek PPN tetapi bukan objek PPh 26 berdasarkan Tax Treaty:
penyerahan jasa tidak melalui BUT
3. Objek PPh Pasal 26 tetapi bukan objek PPN: bunga dan dividen
4. Selisih kurs pemotongan PPh dan penyetoran PPN