Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
EVALUASI EFEKTIVITAS BAHAN PEREKAT DAN PELAPIS UNTUK PELAPISAN BENIH KEDELAI (Glycine max (L.) Merr)
DENGAN CENDAWAN MIKORIZA ARBUSKULA
Compatibility Study of Coating and Binding Agent with Arbuscular Mycorrhizal Fungi for Soybean Seed (Glycine max (L.) Merr) Coating
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bahan perekat dan pelapis yang kompatibel dengan cendawan mikoriza arbuskula
(CMA) terhadap pelapisan benih kedelai. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga Agustus 2009 di Laboratorium
Agromikrobiologi dan di rumah kaca Balai Pengkajian Bioteknologi, BPPT PUSPIPTEK Serpong, Tangerang. Rancangan percobaan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan dua faktor. Faktor pertama adalah bahan
perekat yang terdiri atas: kontrol (tanpa bahan perekat), tapioka 5% (b/v), dan molases 90% (v/v). Faktor kedua adalah bahan pelapis gambut
dan gipsum yang terdiri atas beberapa perbandingan: 0:0; 0:100; 25:75; 50:50; 75:25; 100:0 (b/v). Inokulum CMA yang digunakan berupa
spora yang diperoleh dari hasil produksi Balai Pengkajian Bioteknologi BPPT dilapisi dengan bahan perekat dan bahan pelapis. Proses
pelapisan dilakukan dalam drum granulator. Benih yang telah terlapisi kemudian ditanam pada media tanam campuran tanah, kompos dan
pasir (1:1:1), dan diamati perkembangannya di rumah kaca. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh bahan perekat tapioka 5%
secara umum lebih baik daripada bahan perekat molases 90% terhadap beberapa parameter yang diamati. Benih yang diberi bahan perekat
maupun tanpa bahan perekat masih memiliki nilai daya tumbuh yang tinggi (92.6-98.1%). Daya tumbuh tertinggi ditunjukkan oleh bahan
pelapis gambut:gipsum dengan perbandingan 50:50. Kombinasi tanpa bahan perekat (kontrol) dengan bahan pelapis gambut:gipsum 0:100
menghasilkan tinggi tanaman yang tertinggi pada 2 MST, sedangkan tinggi tanaman terendah pada kombinasi tanpa bahan perekat dengan
bahan pelapis gambut:gipsum 100:0. Interaksi antara bahan perekat dan bahan pelapis menunjukkan pengaruh yang sangat nyata terhadap
jumlah daun pada 2 MST. Bahan perekat tapioka 5% mampu meningkatkan bobot kering tajuk, jumlah dan bobot kering bintil akar,
persentase infeksi CMA serta jumlah spora CMA. Bahan pelapis gambut:gipsum 50:50 mampu meningkatkan jumlah spora inokulum CMA.
Kombinasi bahan perekat tapioka 5% dan bahan pelapis gambut:gipsum 50:50 menghasilkan tinggi tanaman 3 MST, jumlah dan bobot
kering bintil akar tertinggi.
Kata kunci : bahan perekat, bahan pelapis, cendawan mikoriza arbuskula, gambut, gipsum, tapioka
Dari hasil penelitian ini banyak ditemukan struktur CMA Uji Perkecambahan Spora
pada infeksi mikoriza yang terdiri atas hifa internal dan vesikula, Uji perkecambahan spora dilakukan dengan mengukur
sedangkan arbuskula tidak ditemukan (Gambar 3). Menurut Smith panjang hifa spora CMA. Perlakuan bahan perekat menunjukkan
dan Read (1997), hifa internal berfungsi sebagai alat translokasi pengaruh yang nyata terhadap peubah panjang hifa spora CMA.
unsur hara, vesikula berfungsi sebagai tempat cadangan makanan Akan tetapi, perlakuan bahan pelapis tidak berpengaruh nyata
terutama lipid, sedangkan arbuskula merupakan struktur infeksi terhadap panjang hifa, kecuali bahan pelapis gambut:gipsum
yang sangat penting dalam simbiosis CMA, karena arbuskula (0:100) pada pengamatan hari ke-4 berpengaruh nyata terhadap
berfungsi dalam proses transfer unsur hara antara kedua simbion. panjang hifa spora CMA (Tabel 13). Pada perlakuan tanpa bahan
Terjadinya asosiasi CMA pada kedelai yang mendapat perekat (kontrol), ada kecenderungan peningkatan panjang hifa
perlakuan bahan perekat dalam penelitian ini, menunjukkan bahwa pada setiap hari pengamatan (hari ke-4 - 16), yaitu 2.29 – 2.35 µm.
kandungan bahan perekat tapioka 5 % memberikan tambahan Perlakuan bahan pelapis gambut:gipsum (0:100) pada pengamatan
energi bagi CMA. Komposisi kimia pati tapioka (per 100 gram hari ke-4 menunjukkan panjang hifa tertinggi (2.37 µm)
bahan) adalah energi 307 kalori, kadar air 9.1 %, karbohidrat 88.2 dibandingkan dengan bahan pelapis lainnya (2.14-2.27 µm).
%, protein 1.1 %, lemak 0.5 %, fosfor 125 mg, kalsium 84 mg, dan Interaksi perlakuan bahan perekat dan bahan pelapis memberikan
besi 1 mg (Yengkokpam et al., 2007). Cendawan mikoriza pengaruh yang tidak nyata terhadap panjang hifa.
arbuskula diduga tetap membutuhkan karbohidrat untuk Hasil pengamatan terhadap panjang hifa menunjukkan
meningkatkan infektivitasnya (kemampuan CMA untuk bahwa perlakuan tanpa bahan perekat (kontrol) dapat
menginfeksi akar) pada tanaman kedelai. meningkatkan pertumbuhan hifa spora CMA. Adanya perlakuan
Orlowska et al. (2005) menyatakan bahwa kolonisasi akar bahan perekat tapioka 5 % maupun molases 90 % menyebabkan
merupakan ukuran kompatibilitas isolat CMA dengan tanaman. kontaminasi pada media pertumbuhan atau media agar untuk
Kompatibilitas isolat tercermin dari naiknya komponen perkecambahan spora CMA. Selain itu, bahan perekat tapioka 5 %
pertumbuhan dan hasil tanaman. Selanjutnya, Karepesina (2007) maupun molases 90 % menutupi hifa yang tumbuh dari spora
melaporkan bahwa pengaruh inokulum tanah CMA dari bawah CMA sehingga menghambat pengukuran panjang hifa pada saat
tegakan jati Ambon dapat meningkatkan persen infeksi akar pengamatan.
terbaik, yaitu pada semai jati Ambon yang diinokulasi dengan
inokulum tanah CMA yang berasal dari Banda 4 dan Salahutu 1 Tabel 13. Pengaruh bahan perekat dan bahan pelapis terhadap
dengan peningkatan sebesar 89.7 % dan 89.3 % terhadap kontrol. panjang hifa spora CMA
Perlakuan Panjang hifa (hari)
4 8 12 16
………..µm………..
Bahan Perekat (b/v)
Kontrol 2.29 a 2.31 a 2.32 a 2.35 a
Tapioka 5% 2.16 b 2.13 b 2.15 b 2.17 b
Molases 90% 2.25ab 2.26 a 2.30 b 2.29 a
Bahan Pelapis (b/v)
a b c Gambut:gipsum (0:0) 2.15 b 2.18 2.20 2.21
Gambar 3. Infeksi CMA pada Akar Kedelai 12 MST (a = akar yang tidak terinfeksi, Gambut:gipsum (0:100) 2.37 a 2.32 2.33 2.34
b = hifa internal, c = vesikula; perbesaran 40x) Gambut:gipsum (25:75) 2.14 b 2.16 2.22 2.21
Gambut:gipsum (50:50) 2.21 b 2.21 2.23 2.30
Jumlah Spora CMA Gambut:gipsum (75:25) 2.27 b 2.28 2.25 2.26
Bahan perekat dan bahan pelapis berpengaruh sangat Gambut:gipsum (100:0) 2.26 b 2.27 2.28 2.31
Keterangan : angka-angka pada kolom yang sama diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan
nyata terhadap jumlah spora CMA. Interaksi antara bahan perekat tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5%
karena itu, tiap usaha yang ditujukan untuk peningkatan tingkat
Komponen Panen Kedelai per Tanaman pada 12 MST infeksi rhizobium dan CMA akan dapat meningkatkan
Perlakuan bahan perekat dan bahan pelapis tidak pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah (Triwahyuningsih,
berpengaruh nyata terhadap peubah jumlah polong isi, bobot basah 2000). Hasil penelitian Oktavia et al. (2000), kombinasi inokulasi
dan bobot kering polong isi, serta bobot kering polong hampa. CMA dan tanpa pemberian herbisida memperlihatkan jumlah
Perlakuan bahan perekat hanya berpengaruh nyata terhadap jumlah polong kedelai tertinggi. Tingginya jumlah polong ini karena
dan bobot basah polong hampa. Bahan perekat tapioka 5 % adanya CMA yang membantu tanaman dalam penyerapan unsur
menghasilkan rata-rata jumlah polong hampa terendah (2.79), dan hara terutama hara P, sehingga pembentukan polong dapat
bahan perekat molases 90 % menghasilkan bobot basah polong meningkat. Pada tanaman unsur P ini berguna untuk mempercepat
hampa terendah (1.96 g) (Tabel 14). Walaupun tidak berbeda pembungaan, mempergiat pembentukan polong, mengurangi
nyata, jumlah polong isi pada perlakuan tapioka 5 % lebih tinggi jumlah polong yang tidak berisi, dan untuk mempercepat
dibandingkan molases dan kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa matangnya polong.
pati tapioka mempunyai sifat kekuatan gel yang baik, kemurnian
larutan dan daya rekat tinggi sehingga banyak digunakan sebagai Tabel 14. Pengaruh Bahan Perekat dan Bahan Pelapis terhadap Komponen Panen per
Tanaman pada 12 MST
bahan perekat. Kemampuan daya rekat tapioka yang tinggi diduga
menyebabkan spora CMA menempel pada benih, namun pada Perlakuan Jumlah Jumlah
penelitian ini perhitungan jumlah spora CMA tidak dilakukan Polong
Polong Polong Polong Isi
Hampa
setelah pelapisan benih. Isi Hampa
Interaksi antara perlakuan bahan perekat dan bahan BB BK BB BK
....……g……….
pelapis tidak berpengaruh nyata terhadap peubah jumlah polong, Bahan Perekat (b/v)
bobot basah dan bobot kering polong isi dan polong hampa per
Kontrol 5.66 3.45a 4.99 4.10 2.45a 1.03
tanaman pada 12 MST. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa
Tapioka 5 % 6.15 2.79 b 5.13 4.05 2.54a 1.08
bahan perekat tapioka 5 % maupun molases 90 % dapat Molases 90 % 6.06 3.47a 5.07 3.94 1.96b 1.01
meningkatkan efektivitas CMA pada tanaman kedelai (kemampuan
Bahan Pelapis (b/v)
CMA untuk memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan
Gambut:gipsum (0:0) 6.09 3.72 5.19 3.86 2.73 1.10
dan produktivitas pada tanaman inang).
Cendawan mikoriza arbuskula yang menginfeksi sistem Gambut:gipsum 5.79 3.56 4.89 4.10 2.50 0.99
(0:100)
perakaran inang akan memproduksi hifa secara intensif sehingga Gambut:gipsum 5.54 3.08 4.63 3.73 2.15 1.04
tanaman bermikoriza akan mampu meningkatkan kapasitasnya (25:75)
dalam menyerap unsur hara terutama fosfor dan unsur-unsur mikro Gambut:gipsum 5.85 3.16 5.15 4.04 2.32 0.97
seperti Cu, Zn, dan Mo dari dalam tanah. Fosfor termasuk esensial (50:50)
Gambut:gipsum 6.33 3.04 5.24 4.24 2.10 1.01
bagi tanaman dengan fungsi sebagai pemindah energi yang tidak (75:25)
dapat digantikan oleh unsur hara lain. Hal ini dapat mempengaruhi Gambut:gipsum 6.12 2.85 5.27 4.20 2.09 1.13
peningkatan hasil komponen produksi yang menyangkut polong (100:0)
Keterangan : angka-angka pada kolom yang sama diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan
berisi dan produksi biji, baik kualitas maupun kuantitas hasil tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5 %
(Oktavia et al., 2000).
Inokulasi CMA dan rhizobium secara nyata dapat
meningkatkan produksi polong kering dan biji kacang tanah. Oleh