Range of Motion Rom
Range of Motion Rom
Gerakan dapat dilihat sebagai tulang yang digerakkan oleh otot ataupun gaya ekternal lain
dalam ruang geraknya melalui persendian.
Bila terjadi gerakan, maka seluruh struktur yang terdapat pada persendian tersebut akan
terpengaruh, yaitu: otot, permukaan sendi, kapsul sendi, fasia, pembuluh darah dan saraf. Untuk
mempertahankan ROM normal, setiap ruas harus digerakkan pada ruang gerak yang dimilikinya
secara periodik.
Tujuan dari rentang gerak :
Melakukan rentang gerak bertujuan untuk melatih aktivitas seluruh sendi tubuh sehingga
sendi-sendi tersebut tidak kaku, dan tidak terjadi kecelakan saat tubuh di gerakan. Menjamin
keadekuatan mobilisasi sendi.
Jenis Mobilitas :
1. Mobilitas penuh merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan bebas
sehingga dapat mcaakukan interaksi sosial dan menjalankan peran schari-hari. Mobilitas penuh
ini merupakan fungsi saraf motorik volunter dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area
tubuh seseorang.
2. Mobilitas sebagian merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan yang
jelas, dan tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik
dan sensorik pada area tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada kasus cedera atau patah tulang
dengan pemasangan traksi. Pasien paraplegi dapat mengalami mobilitas sebagian pada
ekstremitas bawah karena kehilangan kontrol motorik dan sensorik. Mobilitas sebagian ini dibagi
mcnjadi dua jenis, yaitu:
a. Mobilitas sebagian temporer merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan
yang sifatnya sementara. Hal tersebut dapat disebabkan oleh trauma reversibel pada sistem
muskuloskeletal, contohnya adalah adanya dislokasi sendi dan tulang.
b. Mobilitas sebagain permanen merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan
yang sifatnya menctap. Hal tersebut disebabkan oleh rusaknya sistem saraf yang revc;rsibel.
Contohnya terjadinya hemiplegia karena stroke, paraplegi karena cedera tulang belakang, dan
untuk kasus poliomielitis terjadi karena terganggunya sistem saraf motorik dan sensorik.
2. Bahu
Fleksi : Menaikan lengan dari posisi di samping tubuh ke depan ke posisi di atas kepala, rentang
180°
Ekstensi : Mengembalikan lengan ke posisi di samping tubuh, rentang 180°
Hiperektensi : Mengerkan lengan kebelakang tubuh, siku tetap lurus, rentang 45-60°
Abduksi : Menaikan lengan ke posisi samping di atas kepala dengan telapak tangan jauh dari
kepala, rentang 180°
Adduksi : Menurunkan lengan ke samping dan menyilang tubuh sejauh mungkin, rentang 320°
Rotasi dalam : Dengan siku pleksi, memutar bahu dengan menggerakan lengan sampai ibu jari
menghadap ke dalam dan ke belakang, rentang 90°
Rotasi luar : Dengan siku fleksi, menggerakan lengan sampai ibu jari ke atas dan samping
kepala, rentang 90°
Sirkumduksi : Menggerakan lengan dengan lingkaran penuh, rentang 360° Ulang gerakan
berturut-turut sebanyak 4 kali.
3. Siku
Fleksi : Menggerakkan siku sehingga lengan bahu bergerak ke depan sendi bahu dan tangan
sejajar bahu, rentang 150°
Ektensi : Meluruskan siku dengan menurunkan tangan, rentang 150°
8. Pinggul
Fleksi : Mengerakan tungkai ke depan dan atas, rentang 90-120°
Ekstensi : Menggerakan kembali ke samping tungkai yang lain, rentang 90-120°
Hiperekstensi : Mengerakan tungkai ke belakang tubuh, rentang 30-50°
Abduksi : Menggerakan tungkai ke samping menjauhi tubuh, rentang 30-50°
Adduksi : Mengerakan tungkai kembali ke posisi media dan melebihi jika mungkin, rentang 30-
50°
Rotasi dalam : Memutar kaki dan tungkai ke arah tungkai lain, rentang 90°
Rotasi luar : Memutar kaki dan tungkai menjauhi tungkai lain, rentang 90°
Sirkumduksi : Menggerakan tungkai melingkar. Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.
9. Lutut
Fleksi : Mengerakan tumit ke arah belakang paha, rentang 120-130°
Ekstensi : Mengembalikan tungkai kelantai, rentang 120-130°. Ulang gerakan berturut-turut
sebanyak 4 kali.
11. Kaki
Inversi : Memutar telapak kaki ke samping dalam, rentang 10°
Eversi : Memutar telapak kaki ke samping luar, rentang 10°. Ulang gerakan berturut-turut
sebanyak 4 kali.
2. Mobilisasi fasif (Passive ROM) adalah pergerakan yang dilakukan dengan bantuan orang lain,
perawat atau alat bantu.
IndikasiPROM
Pada daerah dimana terdapat inflamasi jaringan akut yang apabila dilakukan pergerakan aktif
akan menghambat proses penyembuhan
Sasaran PROM
a. Mempertahankan mobilitas sendi dan jaringan ikat
b. Meminimalisir efek dari pembentukan kontraktur
c. Mempertahankan elastisitas mekanis dari otot
d. Membantu kelancaran sirkulasi
e. Meningkatkan pergerakan sinovial untuk nutrisi tulang rawan serta difusi persendian
f. Menurunkan atau mencegah rasa nyeri
g. Membantu proses penyembuhan pasca cedera dan operasi
h. Membantu mempertahankan kesadaran akan gerak dari pasen
Manfaat Mobilisasi :
1. Gerakan tubuh yang teratur dapat meningkatkan kesegaran tubuh
2. Memperbaiki tonus otot dan sikap tubuh,mengontrol berat badan,mengurangi ketegangan,dan
meningkatkan relaksasi
3. Menjaga kebugaran dari tubuh
4. Merangsang peredaran darah dan kelenturan otot
5. Menurunkan stress seperti : hipertensi, kelebihan BB, kepala pusing, kelelahan dan depresi
6. Merangsang pertumbuhan pada anak-anak
Kelainan Postur
Kelainan postur yang didapat atau congenital mempengaruhi efisiensi system
moskuloskeletal, spt kesejajaran tubuh keseimbangan dan penampilan.
Macam2 abnormal:
1) Tortikolis
Diskripsi : mencondongkan kepala ke sisi yang sakit, dimana otot
sternokleidomastoideus berkontraksi.
Penyebab : kondisi congenital.
Penatalaksanaan : operasi, pemanasan, topangan, atau imobilisasi
berdasarkan penyebab dan tingkat keparahan.
2) Lordosis
Diskripsi : kurva anterior pada spinal lumbal yang melengkung
berlebihan.
Penyebab : kondisi congenital, kondisi temporer missal,
kehamilan.
Penatalaksanaan : latihan peregangan spinal berdasarkan penyebab.
3) Kifosis
Diskripsi : peningkatan kelengkungan pada kurva spinal torakal.
Penyebab : kondisi congenital, penyakit tulang atau ricket
tuberkolosis spinal.
Penatalaksanaan : latihan peregangan spinal, tidur tanpa bantal,
menggunakan papan tempat tidur, memakai jaket, penggabungan spinal (berdasarkan penyebab
dan tingkat keparahan).
4) Kifolordosis
Diskripsi : kombinasi dari kifosis dan lordosis.
Penyebab : kondisi congenital.
Penatalaksanaan : sama dengan metode yang digunakan untuk kifosis dan
lordosis berdasarkan penyebab.
5) Skoliosis
Diskripsi : kurvatura spinal lateral, tinggi pinggul dan bahu tidak
sama.
Penyebab : kondisi congenital, poliomyelitis, paralisis spastic,
panjang kaki tidak sama
Penatalaksanaan : immobilisasi dan operasi (berdasarkan penyebab dan
tingkat keparahan).
6) Kifoskoliosis
Diskripsi : tidak normalnya kurva spinal anteroposteriol dan
lateral.
Penyebab : kondisi congenital, poliomyelitis, kor pulmonal.
Penatalaksanaan : immobilisasi dan operasi (berdasarkan penyebab dan
tingkat keparahan).
7) Dysplasia Pinggung Kongenital
Diskripsi : ketidakstabilan pinggul dengan keterbatasan abduksi
pinggul, dan kadang-kadang kontraktur adduksi (kaput vemur tidak bersambung dengan
assetatbulum karena abnormal kedangkalan assetatbulum).
Penyebab : kondisi congenital (biasanya dengan kelahiran
sungsang).
Penatalaksanaan : mempertahankan abduksi paha yang terus menerus
sehingga kaput vemur menekan ke bagian tengah assetatbulum, beban abduksi, gips,
pembedahan.
8) Knock-knee (genu varum)
Diskripsi : kurva kaki yang masuk ke dalam sehingga lutut rapat
jika seseorang berjalan.
Penyebab : kondisi congenital, penyakit tulang atau ricket.
Penatalaksanaan : knee braces, operasi jika tidak dapat diperbaiki oleh
pertumbuhan.