Anda di halaman 1dari 13

medis dapat secara manual ataupun elektronik (digital)

(Setyaningrum, Setyorini, and Fitrianta 2018).


teknologi. Kesehatan di sisi lain juga memiliki
Dalam melakukan kegiatan dan pengelolaan
kemungkinan untuk menjadi sektor yang paling dirugikan
rekam medis terdapat beberapa aspek yang harus
oleh kemajuan teknologi yang berubah secara signifikan
diperhatikan, agar terjamin kepastian dan perlindungan
dan tiba–tiba (Tjandrawinata 2016).
hukum bagi semua komponen yang terlibat dalam
Sektor kesehatan dalam hal ini ditinjau dari
fasilitas dan keperluan operasional yang dilakukan oleh pelayanan kedokteran ataupun pelayanan kesehatan di
seorang dokter sebagai suatu bentuk pelayanan kesehatan rumah sakit. Dokter di dalam era revolusi industri 4.0
bagi masyarakat. Di era revolusi industri 4.0 ini, dokter telah menerapkan inovasi yang beragam dalam berbagai
sebagai pelayanan kesehatan perlu melakukan inovasi – hal secara daring. Inovasi terkini yang dilakukan oleh
inovasi baru. Inovasi tersebut diterapkan oleh para dokter dokter salah satunya adalah rekam medis elektronik atau
dalam suatu perkembangan sistem pelayanan kesehatan. e-RM.
“Perkembangan yang sangat pesat dalam
Pada dasarnya rekam medis elektronik adalah
pelayanan kesehatan saat ini mengharuskan
setiap pemberi pelayanan kesehatan agar segera penggunaan perangkat teknologi informasi untuk
memenuhi keinginan pelanggannya untuk pengumpulan, penyimpanan, pengolahan serta
mendukung pelayanan kesehatan dalam data pengaksesan data yang tersimpan pada rekam medis
kesehatan yang dinamakan Rekam Medis” pasien di rumah sakit dalam suatu sistem manajemen
(Lasmani, Haryanti, and Lazuardi 2014). basis data yang menghimpun berbagai sumber data medis
Rekam medis menjadi tolok ukur yang sangat
(Handiwidjojo 2009). Rekam medis elektronik juga dapat
penting dan tidak dapat dianggap menjadi hal yang mudah
dalam suatu sistem rumah sakit. Peranan rekam medis diartikan sebagai lingkungan aplikasi yang tersusun atas
sangat penting dan melekat erat dengan kegiatan penyimpanan data klinis, sistem pendukung keputusan
pelayanan kedokteran maupun pelayanan kesehatan yang klinis, standardisasi istilah medis, entry data
diberikan kepada pasien. terkomputerisasi, serta dokumentasi medis dan farmasi.
“Rekam medis yang baik adalah rekam medis Rekam medis elektronik juga bermanfaat bagi seorang
yang telah terintegrasi dengan tujuan dokter untuk mendokumentasikan, memonitor, dan
menciptakan keharmonisan kolaborasi tenaga
mengelola pelayanan kesehatan yang diberikan pada
kesehatan, kepuasan meningkat, tingkat efisiensi
biaya dan waktu, hingga perawatan yang lebih pasien di rumah sakit.
optimal” (Lasmani, Haryanti, and Lazuardi Rekam medis elektronik memiliki beberapa
2014). aspek yang dapat menguntungkan seorang dokter. Aspek–
Suatu permasalahan yang dapat timbul apabila aspek tersebut diantaranya adalah kualitas informasi,
suatu sistem informasi terkait rekam medis masih belum kepuasan informasi, harapan kinerja, hingga kondisi
terintegrasi adalah tidak adanya keterkaitan antara fasilitas terkait isi dari rekam medis elektronik tersebut.
penyedia layanan kesehatan dalam hal informasi pada Keseluruhan aspek tersebut cukup memberikan dampak
rekam medis dan apabila didalamnya tidak ada keterkaitan positif terhadap manfaat keberlakuan rekam medis
antara penyedia layanan kesehatan, maka pemeriksaan elektronik untuk perkembangan lebih lanjut, maka luaran
yang sama akan terjadi berulang–ulang. Apabila ditinjau dan isi dari suatu laporan dan informasi yang dihasilkan
kembali, data rekam medis milik seorang pasien yang dan dikandung dalam rekam medis elektronik perlu
dimiliki sangat berguna bagi pemeriksaan selanjutnya atau disesuaikan dengan format dari kementerian kesehatan
pemeriksaan berkelanjutan yang berkala maupun tidak. (Andriani, Kusnanto, and Istiono 2017).
Hal seperti ini sangat membantu mengurangi Pengelolaan rekam medis elektronik perlu
kemungkinan kesalahan diagnosa. menjadi sistem yang diterapkan oleh dokter dengan tujuan
Permasalahan lain yang sering timbul adalah untuk mempercepat dan mempermudah kinerja dalam
pada keluhan pasien yang menyatakan bahwa pasien menyampaikan dan memberikan informasi kepada pasien.
tersebut jenuh telah berpindah ke berbagai penyedia Informasi terkait kepemilikan rekam medis menjadi
layanan kesehatan dan menjawab pertanyaan yang sama prioritas utama karena diketahui bahwa suatu informasi
pada tiap kali pertemuan kunjungan atau permintaan yang tercantum di dalam rekam medis adalah milik pasien
diagnosa. Namun, beriringan dengan perkembangan yang didiperoleh ketika melaksanakan kontak medis
teknologi yang telah maju, maka pedoman ini mulai antara dokter dan pasien. Setiap pasien sebagai individu
bergeser ke arah rekam medis elektronik. Kemajuan memiliki hak pribadi terkait keamanan dan privasi sebagai
teknologi informasi dimanfaatkan oleh manajemen rumah hak dasar manusia. Hal ini berkaitan dengan perlindungan
sakit untuk pengembangan sistem informasi manajemen hukum terhadap hak pribadi pasien serta tenaga kesehatan
rumah sakit yang berintegrasi. Sistem pencatatan rekam yang bertanggungjawab atas keberlakuan rekam medis
milik setiap pasien (Suwignjo 2019).

1
Header halaman genap: Nama Jurnal. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2012, 0 - 216

Pasien sebagai individu memang memiliki hak– Secara hukum data dalam rekam medis
hak dasar sebagai manusia. Hak tersebut adalah hak sosial elektronik merupakan rekaman legal dari pelayanan yang
dimana wajib diadakannya pelayanan kesehatan yang baik telah diberikan pada pasien dan rumah sakit memiliki hak
dan hak individu manusia yaitu memperoleh pelayanan untuk menyimpan data tersebut. Hal ini menjadi tidak
kesehatan yang baik dan dalam hal ini pasien sebagai legal, bila oknum di rumah sakit menyalahgunakan data
individu yang sekaligus menjadi warga negara juga tersebut untuk kepentingan tertentu yang tidak
berhak untuk tidak dicampuri dalam ranah pribadi. Dalam berhubungan dengan pelayanan kesehatan pasien. Rekam
Pasal 4 ayat (8) Undang–Undang Nomor 8 Tahun 1999 medis elektronik berbeda dengan Rekam Kesehatan
Tentang Perlindungan Konsumen yang selanjutnya Elektronik(Handiwidjojo 2009).
disebut Undang–Undang Perlindungan Konsumen Rekam kesehatan elektronik merupakan
menyebutkan bahwa hak konsumen mencakup hak untuk kumpulan dari rekam medis elektronik pasien yang berada
mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau di setiap masing–masing rumah sakit atau pusat pelayanan
penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima Kesehatan. Rekam Kesehatan melalui Elektronik ini dapat
tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana diakses dan dimiliki oleh pasien beserta data yang bisa
mestinya. Hal ini menyebabkan keberlangsungan rekam digunakan di pusat pelayanan kesehatan untuk keperluan
medis elektronik wajib disertai dengan legalitas yang kuat perawatan berikutnya. Perbedaan antara rekam medis
dan memiliki landasan hukum yang relevan serta dapat elektronik dan rekam kesehatan elektronik membuktikan
dipertanggungjawabkan. bahwa rekam medis elektronik perlu memiliki landasan
Rekam medis elektronik merupakan suatu hukum yang dapat digunakan dalam keberlakuan rekam
catatan milik pasien selama pasien berobat yang medis elektronik.
berbentuk berupa format elektronik tentang informasi Pada dasarnya Rekam Medis telah memiliki
kesehatan seseorang dan dituliskan oleh satu atau lebih landasan hukum yang akurat yaitu dalam penjelasan Pasal
dokter dan tenaga kesehatan secara terpadu dalam 46 ayat (1) Undang–Undang No. 29 Tahun 2004 tentang
beberapa waktu pertemuan antara dokter dengan pasien Praktik Kedokteran, yang dimaksud dengan rekam medis
tersebut. Rekam medis elektronik dapat diakses melalui adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang
komputer dengan satu jaringan berasal dari suatu tujuan identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan
utama dalam menyediakan atau meningkatkan pelayanan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien
kesehatan yang efisien dan terpadu. Dalam suatu jaringan (Sudjana 2017). Dalam Peraturan Menteri Kesehatan
ini, data akan terpusat pada satu wadah dan pasien dapat Nomor 749a/Menkes/Per/XII/1989 tentang Rekam Medis
mengakses tanpa tergantung dengan satu perangkat saja. dijelaskan bahwa rekam medis merupakan berkas yang
Hal ini juga menimbulkan adanya kemungkinan potensial berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien,
terbukanya data pasien tersebut (Fatmawati Octarina et al. pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain
2018). kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan.
Persoalan terkait informasi data pasien yang Rekam medis elektronik sebagai layanan yang
tercantum pada rekam medis elektronik juga merupakan diberikan untuk masyarakat perlu memperhatikan
prioritas utama dan menjadi suatu hal yang sangat keuntungan yang akan dialami oleh pemberi dan penerima
memerlukan tingkat privasi dan landasan hukum yang rekam medis tersebut serta wajib memiliki legalitas dan
tepat. Dibalik berbagai keunggulan keberlakuan rekam perlindungan hukum. Pasien dalam menerima rekam
medis elektronik, tentunya memerlukan suatu medis juga memiliki perlindungan yang dibagi menjadi
penyelenggaraan yang telah didukung oleh suatu hak privasi, kewajiban dasar manusia, pembatasan hak,
kemampuan teknologi yang mumpuni hingga melalui segi dan kewajiban pemerintah.
kualitas dari sumber daya manusia yang paham akan Pasien memiliki beberapa hak terkait
teknologi tersebut. Khusus terkait keberlakuan rekam kepemilikan rekam medis tersebut. Pasien sebagai
medis elektronik, pada Pasal 21 Kode Etik Kedokteran konsumen juga memiliki landasan hukum terkait
Indonesia (KODEKI) tahun 2012 adalah mewajibkan perlindungan hak seorang konsumen yang telah diatur
setiap dokter agar senantiasa mengikuti perkembangan dalam Undang–Undang Perlindungan Konsumen. Rekam
ilmu dan teknologi terlebih perihal kedokteran dan Medis juga telah diatur pada Peraturan Menteri Kesehatan
kesehatan (Meilia, Christianto, and Librianty 2019). Nomor 269 Tahun 2008 dan Undang – Undang Nomor 11
Dalam hal ini, keberlakuan rekam medis elektronik Tahun 2008 Tentang ITE akan tetapi aturan secara teknis
termasuk dalam penggunaan suatu teknologi yang dapat yang spesifik terkait pemberlakuan sistem rekam medis
meningkatkan kinerja dokter dan tenaga medis sebagai elektronik ini masih belum diatur didalam peraturan
pemberi layanan kesehatan kepada masyarakat. perundang-undangan. Pada dasarnya kepemilikan tentang
rekam medis telah diatur dalam Undang–Undang Praktek

2
Kedokteran, sedangkan isi dan lampiran rekam medis dengan ketentuan peraturan yang ada (Marzuki 2016).
adalah milik pasien. Akan tetapi hal tersebut adalah Penulis melakukan analisis antara norma yang satu
mengatur perihal rekam medis secara konvensional, dengan norma lainnya menggunakan interpretasi.
bukan perihal rekam medis elektronik. Tujuannya adalah untuk mengetahui dan menganalisa
Peraturan terkait keberlakuan rekam medis aturan terkait keberlakuan rekam medis elektronik telah
elektronik memunculkan tanda tanya terkait pihak yang mengatur dengan jelas alur teknis dan perlindungan
bertanggungjawab atas kebocoran informasi terkait rekam penyebaran informasi pribadi terhadap seorang pasien
medis elektronik milik pasien. Beberapa kasus terkait serta akibat hukum di dalamnya. Penelitian ini
persoalan telah diberlakukannya rekam medis secara memfokuskan pada isu kekaburan norma mengenai aturan
elektronik telah terjadi. Dilansir melalui CNN Indonesia teknis rekam medis elektronik dan perlindungan
Pada Sabtu 13, Mei 2017 dikabarkan Rumah Sakit penyebaran informasi pribadi seorang pasien.
Dharmais dan Rumah Sakit Harapan Kita di Jakarta Pendekatan-pendekatan yang digunakan di dalam
diserang oleh suatu ransomware bernama Wannacry, yang penelitian ini adalah pendekatan perundang-undangan
mengakibatkan terkuncinya seluruh data akses rumah (statute approach), pendekatan konseptual (conseptual
sakit dan pelaku tindak kejahatan tersebut mengatakan approach), dan pendekatan kasus (case approach). Agar
tidak akan melepaskan data yang terkunci jika tidak dapat memecahkan isu hukum dan memberikan preskripsi
dibayarkan sejumlah uang kepada pelaku (Kertopati mengenai apa yang seharusnya, diperlukan adanya
2017). sumber-sumber penelitian(Marzuki 2016). Penelitian ini
Ransomware bernama wannacry menyerang memerlukan bahan hukum, terdiri dari:
pada bagian intranet, melainkan bukan pada akses internet a. Bahan Hukum Primer
secara global. Ransomware wannacry langsung bertujuan Bahan hukum primer dalam penelitian ini yang
untuk mengunci sistem elektronik rumah sakit melalui digunakan sebagai berikut:
sistem windows pada setiap komputer di kedua rumah Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
sakit tersebut, mulai dari Microsoft Word, Excel, Perlindungan Konsumen, Undang – Undang Nomor 29
PowerPoint, JPG, PDF, ZIP, hingga dokumen Adobe Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran, Undang –
Photoshop (Yordan 2017). Ransomware wannacry yang Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan
menyerang kedua rumah sakit tersebut mengakibatkan Transaksi Elektronik, Undang-Undang Nomor 36 Tahun
data yang dimiliki oleh rumah sakit tidak lagi dapat 2009 Tentang Kesehatan, Peraturan Menteri Nomor 32
diakses. Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan, Peraturan
Kasus yang terjadi pada dua rumah sakit tersebut Menteri Kesehatan Nomor 269 Tahun 2008 Tentang
terjadi akibat serangan yang secara disengaja ditujukan Rekam Medis, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290
demi mendapatkan keuntungan dan berdampak pada Tahun 2008 Tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran,
kerugian yang dialami pasien dimana informasi pribadi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2018
pasien akan berpotensi diambil alih oleh pihak yang tidak Tentang Kewajiban Rumah Sakit dan Kewajiban Pasien.
seharusnya mengetahui terkait hal tersebut. Penelitian ini b. Bahan Hukum Sekunder
bertujuan untuk mengetahui peran pertanggungjawaban Bahan hukum sekunder ialah data yang bersumber
rumah sakit sebagai badan hukum dalam menegakkan selain peraturan perundang-undangan. Bahan hukum
sistem keamanan bagi para pasien yang telah memberikan sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah
informasi pribadi kepada pihak rumah sakit. adalah buku teks terkait rekam medis elektronik, hak
pasien dalam kepemilikan rekam medis, kewajiban
METODE seorang dokter, serta buku teks mengenai prinsip–prinsip
Penelitian ini adalah penelitian hukum normatif yang dasar perlindungan konsumen. Buku-buku mengenai ilmu
merupakan suatu proses guna menemukan suatu aturan kesehatan, kedokteran, dan ilmu tentang pelayanan
hukum tertentu, prinsip–prinsip hukum, maupun doktrin kesehatan yang bersangkutan dengan adanya
hukum untuk menjawab suatu isu hukum yang dihadapi perlindungan konsumen ataupun laporan-laporan
(Marzuki 2016). Selain itu, guna menghasilkan suatu penelitian non hukum dan jurnal-jurnal nonhukum yang
argumentasi teori dan konsep baru dengan menganalisis mempunyai relevansi dengan rekam medis elektronik dan
dari beragam peraturan, kaidah (norma), dan perundang- perlindungan konsumen. Peneliti menggunakan bahan non
undangan sebagai objeknya. hukum yaitu buku panduan maupun jurnal sesuai dengan
Metode dalam penulisan ini menggunakan metode topik rekam medis elektronik dan perlindungan
preskripsi. Preskripsi merupakan upaya untuk konsumen.
memberikan argumentasi atas hasil penelitian apakah
telah sesuai antara perbuatan atau permasalahan tersebut HASIL DAN PEMBAHASAN

3
Header halaman genap: Nama Jurnal. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2012, 0 - 216

A. Tanggung Jawab Rumah Sakit Terkait Sakit Harapan Kita dan Rumah Sakit Dharmais. Serangan
Potensi Kebocoran Data Rekam Medis siber tersebut dengan sengaja ditujukan pada kedua
Elektronik Akibat Cyber Crime rumah sakit tersebut menggunakan ransomware berjenis
malicious software atau suatu malware yang mampu
Penggunaan rekam medis elektronik sebagai inovasi
menyerang sistem elektronik komputer dengan cara
merupakan upaya yang dapat memajukan proses mengenkripsi keseluruhan data atau mengunci sistem
pelayanan kesehatan di Indonesia. Akan tetapi dalam komputer tersebut sehingga tidak dapat diakses kembali.
beberapa hal rekam medis elektronik masih memiliki Hal ini mengakibatkan seluruh komputer di kedua rumah
hambatan yang membuat keberlakuannya tidak berjalan sakit terganggu dan tidak dapat beroperasi. Ransomware
dengan baik. Berdasarkan peraturan perundang - tersebut mengunci keseluruhan data dan mengubah
undangan terkait keberlakuan rekam medis, masih dapat sistem teknologi informasi yang di dalamnya adalah data
rekam medis elektronik milik pasien. Upaya yang dapat
dikategorikan bahwa rekam medis elektronik belum
dilakukan oleh kedua rumah sakit tersebut hanyalah
memiliki payung hukum yang tepat dan jelas. mencoba menginstal ulang sistem agar server komputer
Sebagaimana yang telah diatur dalam Pasal 2 ayat (2) dapat kembali beroperasi (Kertopati 2017).
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269 Tahun 2008 Menurut Crawford Morris, Rumah Sakit
yang menyatakan bahwa suatu penyelenggaran rekam merupakan sebuah institusi yang memberikan layanan
medis elektronik diatur dalam suatu peraturan tersendiri. kesehatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
Hal ini berkaitan dengan jaminan yang dimiliki oleh terorganisir, dan didalamnya terdapat pelayanan
pengobatan pasien hingga diagnosis, kegiatan tersebut
pasien agar data yang tersimpan di rumah sakit telah
dilakukan dalam bentuk suatu penyelenggaraan
terlindungi dan memiliki beberapa unsur keamanan pelayanan kesehatan untuk perorangan secara
privasi maupun keamanan informasi secara proporsional dengan menyediakan berbagai fasilitas
general(Handiwidjojo 2009). mulai dari pelayanan rawat inap, rawat jalan, hingga unit
Melalui pandangan secara teknis, rekam medis gawat darurat (Haryanto et al. 2019).
elektronik dapat diberlakukan dengan menggunakan Rumah sakit sebagai suatu badan hukum atau
teknologi enkripsi termasuk upaya penanda biometrik korporasi. Dalam pengertian secara luas, korporasi dapat
seperti pendeteksi wajah dan penggunaan sidik jari yang berupa suatu badan hukum maupun bukan badan hukum.
mana hal ini lebih dapat memberikan jaminan rasa aman Dalam pengertian sempit, yaitu sebagai badan hukum,
dan akan memberikan perlindungan bagi data pasien. korporasi merupakan badan hukum yang keberadaan dan
Proses penggunaan pendeteksi wajah dan penggunaan kewenangannya untuk dapat atau berwenang melakukan
sidik jari memerlukan tindakan yang ekstra yang perlu perbuatan hukum diakui oleh hukum perdata. Maka,
dilakukan oleh rumah sakit. Namun upaya ini belum juga dalam hal ini rumah sakit dapat dituntut dan diminta
diterapkan di berbagai rumah sakit dengan alasan pertanggungjawaban terkait setiap tindakan, perbuatan,
terkendala oleh anggaran yang akan dikeluarkan dan dan kebijakan yang dilakukan oleh tenaga medis di dalam
sebagainya. Terlepas dari hal – hal teknis seperti itu, rumah sakit. Berdasarkan doktrin dan ajaran pembenaran
permasalahan terkait keberlakuan rekam medis juga bahwa korporasi dibebani oleh kewajibannya untuk
terdapat pada aspek legalitas. Sejauh ini kecakapan mempertanggungjawabkan sesuai aturan doctrine of
legalitas berbenturan dengan kemajuan teknologi yang vicarious liability yang merupakan suatu ajaran untuk
ada, kecapakan legalitas yang dimaksud pada kalimat suatu pertanggungjawaban pengganti. Dimana apabila
sebelumnya ialah jaminan terkait keamanan keberlakuan dianalogikan seorang atasan bertanggungjawab untuk
rekam medis elektronik. (Handiwidjojo 2009). setiap kesalahan yang dilakukan oleh bawahannya selama
Menurut Handiwidjojo, penggunaan rekam medis kesalahan tersebut terjadi dalam ranah pekerjaannya.
elektronik di Indonesia kerap kali seperti berjalan Pertanggungjawaban ini memberikan peluang bagi pihak
ditempat. Menurutnya, rekam medis elektronik seolah yang dirugikan atas perbuatan – perbuatan melawan
bukan menjadi prioritas karena rumah sakit akan hukum dan dapat mengajukan gugatan terkait kelalaian
mengutamakan sistem elektronik, sistem pemberian gaji, yang terjadi dengan diikuti bukti tertera. Melalui doktrin
hingga sistem akuntasi. Skala prioritas rumah sakit vicarious liability, maka Rumah Sakit Dharmais dan
umumnya masih fokus pada jaminan manajemen Rumah Sakit Harapan Kita sebagai badan hukum atau
keuangan dan upaya – upaya lain untuk mendapatkan korporasi perlu mempertanggungjawabkan perbuatan
profit atau keuntungan yang maksimal. Belum adanya yang dilakukan oleh dokter dan tenaga kesehatan
regulasi yang mengatur terkait aspek legalitas rekam (Haryanto et al. 2019).
medis elektronik di rumah sakit akan membuka peluang Tanggung jawab hukum menurut Purbacaraka
terjadinya permasalahan – permasalahan yang timbul bersumber atau lahir atas penggunaan fasilitas dalam
diakibatkan karena benturan antara kemajuan teknologi penerapan kemampuan tiap orang untuk menggunakan
dan kecakapan legalitas rekam medis elektronik hak dan/atau melaksanakan kewajibannya (Purbacaraka
(Handiwidjojo 2009). 2010). Selanjutnya ditegaskan bahwa setiap pelaksanaan
Pada tahun 2017 lalu, terjadi serangan siber kewajiban dan setiap penggunaan hak, baik yang
ransomware yang menimpa dua rumah sakit yang dilakukan secara tidak memadai maupun yang dilakukan
berlokasi di Jakarta. Rumah sakit tersebut adalah Rumah secara memadai pada dasarnya tetap harus disertai

4
dengan pertanggungjawaban, demikian pula dengan kesehatan yang dalam bidang ini berwenang karena
pelaksanaan kekuasaan. mengetahui tentang keadaan dan mengetahui cara
Menurut Guwandi (2010), Pada dasarnya, rumah mengatasi permasalahan yang muncul oleh pasien.
sakit bertanggung jawab terhadap tiga hal, yaitu:
Pada dasarnya seorang dokter dan tenaga
a. Tanggung jawab yang berhubungan dengan duty
kesehatan secara tidak langsung memiliki hubungan
of care (kewajiban memberikan pelayanan yang
keterkaitan dengan pasien. Hubungan keduanya muncul
baik);
akibat suatu perjanjian, perjanjian ini terjalin antara
b. Tanggung jawab terhadap sarana dan peralatan;
dokter dan tenaga kesehatan dengan pasien maupun
c. Tanggung jawab terhadap personalia.
keluarga yang bertanggungjawab atas pasien tersebut.
Duty of care dapat diartikan sebagai kewajiban
Akibat dari perjanjian tersebut mulailah muncul
memberikan pelayanan yang baik dan wajar (Guwandi
hubungan hukum yang dapat menimbulkan suatu hak dan
2010).
kewajiban oleh masing – masing pihak. Seorang dokter
Beberapa kelalaian rumah sakit yang terkait
dan tenaga kesehatan memiliki hak dan kewajiban,
dengan pelaksanaan terlihat dalam putusan pengadilan
demikian juga seorang pasien mempunyai hak dan
diantaranya adalah Putusan
kewajibannya (Aribowo, Nurhayati, and Dahlan 2018).
Nomor381/Pid.B/2014/PN.Tk tanggal 13 November
Hak dan kewajiban dokter dapat
2014 (telah berkekuatan hukum) dan Putusan Nomor
diimplementasikan dalam pelaksanaan pelayanan
569/Pdt.G/2013/PN.Jkt.Pst tanggal 28 Agustus 2013
kesehatan sehari – hari dalam memberikan penanganan
(telah berkekuatan hukum) (Guwandi 2010).
medis hingga diperlukannya penyampaian informasi
Sebagaimana yang telah diatur dalam Pasal 15
secara komprehensif tentang tindakan medis apa yang
Peraturan Menteri Kesehatan, bahwa pimpinan sarana
nantinya akan diambil oleh dokter dan tenaga kesehatan
pelayanan kesehatan bertanggungjawab atas kehilangan,
yang mana notabenenya memerlukan persetujuan pasien
kerusakan, hingga pemalsuan terkait rekam medis
ataupun keluarga pasien. Meskipun upaya ini telah
elektronik dan selanjutnya ialah penggunaan oleh orang
dilakukan, tidak menutup kemungkinan apabila dokter
atau badan yang tidak berwenang atas kepemilikan dan
ataupun tenaga kesehatan tersebut mengalami human
kegunaan rekam medis elektronik. Menurut pedoman
error atau kesalahan yang dilakukan akibat kelalaiannya
sistem pencatatan rumah sakit, sebuah rumah sakit
(Aribowo, Nurhayati, and Dahlan 2018).
memiliki kegunaan dan fungsi untuk memberikan
Kelalaian yang dilakukan oleh dokter dan tenaga
layanan pengobatan hingga perawatan yang maksimal
bagi pasien. Rekam medis elektronik yang merupakan kesehatan dalam melaksanakan tindakan medis cukup
catatan medis milik pasien harus dipelihara dan beragam, mulai dari skala yang ringan hingga skala berat.
diamankan karena memiliki keterkaitan langsung dengan Skala ringan dalam hal ini seperti dapat menyebabkan
pasien (Soeparto 2006). kekeliruan pelaporan data, kesalahan penyampaian
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan oleh informasi, dan keterlambatan penanganan medis. Skala
rumah sakit juga telah diatur dalam ketentuan Pasal 1 berat dalam hal ini adalah terkuncinya data rekam medis
angka 1 Undang – Undang Nomor 44 Tahun 2009
elektronik milik pasien seperti yang terjadi pada kedua
Tentang Rumah Sakit yang berbunyi:
“Rumah Sakit adalah institusi pelayanan rumah sakit di Jakarta yaitu Rumah Sakit Dharmais dan
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan Rumah Sakit Harapan Kita yang disebabkan oleh
perorangan secara paripurna yang menyediakan kelalaian penggunaan sistem rumah sakit dan hal yang
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat”. lebih parah adalah kelalaian yang mengakibatkan
Selanjutnya ditinjau dalam ketentuan pada Pasal hilangnya nyawa seseorang. Kelalaian dalam
2 Undang – Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang melaksanakan tindakan medis ini menyebabkan
Rumah Sakit yang berbunyi:
munculnya kerugian yang dialami pasien atau
“Rumah Sakit diselenggarakan berasaskan
pancasila dan didasarkan kepada nilai kemanusiaan, etika keluarganya. Bagi pasien yang telah dirugikan dapat
dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak mengajukan pertanggungjawaban atas kesalahan dan
dan anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan kelalaian yang disebabkan oleh dokter dan tenaga
keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi sosial.” kesehatan tersebut.
Berdasarkan Pasal 1 dan 2 Undang – Undang Akibat yang muncul dari tindakan kesalahan dan
Nomor 44 Tahun 2009 tersebut menetapkan bahwa setiap kelalaian yang disebabkan oleh dokter dan tenaga
rumah sakit perlu menjunjung tinggi perlindungan dan kesehatan tersebut menempatkan seorang pasien untuk
keselamatan pasien. Dalam hal ini rumah sakit berperan memiliki hak meminta ganti rugi. Sebagaimana yang
sebagai badan usaha di bidang kesehatan dan memiliki telah diatur dalam Pasal 58 ayat (1) Undang – Undang
Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan yang
peranan yang penting untuk mewujudkan kesejahteraan
berbunyi:
kesehatan masyarakat melalui upaya – upaya yang “Setiap orang berhak menuntut ganti rugi
dilakukan secara optimal. Oleh sebab itu, setiap rumah terhadap seseorang, tenaga kesehatan, dan/atau
sakit perlu untuk melaksanakan pengelolaan kegiatan dan penyelenggara kesehatan yang menimbulkan kerugian
memprioritaskan tanggung jawab para dokter dan tenaga

5
Header halaman genap: Nama Jurnal. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2012, 0 - 216

akibat kesalahan atau kelalaian dalam pelayanan Ketiga, rumah sakit yang bersangkutan tidak
kesehatan yang diterimanya.” bertanggungjawab kepada tindakan kesengajaan yang
Berdasarkan Pasal 58 ayat (1) maka dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan hingga menyebabkan
diinterpretasikan menggunakan interpretasi gramatikal
kerugian seorang pasien. Keempat, rumah sakit harus
melalui penggunaan makna “kesalahan dan kelalaian”,
maka setiap tindakan kesalahan atau kelalaian yang bertangungjawab atas seluruh tindakan dan kebijakan
memberikan pengaruh kepada pasien, pasien memiliki yang diambil dan dilakukan oleh tenaga kesehatan selama
hak untuk menuntut ganti rugi. Karena dalam hal ini tindakan tersebut masih terbukti dilakukan dan terjadi di
segala tindakan dokter dan tenaga kesehatan adalah ikut rumah sakit.
serta dalam pertanggungjawaban rumah sakit. Kemudian, agar dapat ditentukan sejauh mana
Dokter sebagai seorang individu yang lingkup pertanggung jawaban rumah sakit atas serangan
mempunyai keahlian dan kewenangan profesi dalam cyber crime ini, maka perlu dipertimbangkan melalui
bidang kesehatan secara administratif diberi rumah sakit teoritik dan melalui berbagai aspek, seperti pola
kewenangan untuk memberikan pelayanan kesehatan di hubungan kerja yang terjadi selama beberapa saat
rumah sakit. Pemberian kewenangan ini didasari oleh sebelum serangan terjadi, pola pertanggungjawaban,
hingga rumah sakit sebagai korporasi juga dapat
perjanjian kerja sama yang pada akhirnya menimbulkan
dijadikan pertimbangan yang akurat. Ketiga aspek
hak dan tanggung jawab untuk pasien dan dokter beserta tersebut dapat diuarikan dan dijadikan dasar pemikiran
tenaga kesehatan. Hal ini juga berlaku bagi tindakan rumah sakit atas pertanggungjawaban kelalaian tenaga
medis yang dilakukan oleh dokter bagi pasien. Oleh kesehatan dirumah sakit (Wahyudi 2011).
karena itu, berdasarkan perjanjian maka timbul hak dan Pertanggungjawaban tersebut dapat dilakukan
kewajiban bagi para pihak. dalam 4 (empat) aspek, pertama adalah hukum perdata,
Menurut Undang – Undang Nomor 44 Tahun hukum pidana, hukum administrasi, hingga aspek etika
2009 Tentang Rumah Sakit pada Pasal 46 menyatakan profesi. Rumah Sakit Dharmais dan Harapan Kita dalam
bahwa rumah sakit bertanggungjawab secara hukum menjalankan pelaksanaan pembukaan rahasia yang
kepada setiap kerugian yang diakibatkan atas kelalaian terdapat didalam suatu rekam medis oleh dokter dan
tenaga kesehatan di rumah sakit. Agar dapat terhindar tenaga kesehatan didalamnya perlu berjalan bersamaan
dari kelalaian tersebut dan melaksanakan dengan penuh dengan diberikannya tanggung jawab kepada rumah sakit
tanggung jawab, para tenaga kesehatan perlu memiliki tersebut, tanggung jawab tersebut berupa:
suatu beban kewajiban dan tanggung jawab. Beban 1. Tanggung Jawab Hukum Perdata
tanggungjawab dan kewajiban pada dasarnya merupakan Sesuai dengan prinsip hukum perdata bahwa hukum
suatu bentuk perbuatan dan prestasi. Dalam Kamus Besar perdata merupakan hukum privat, adalah barang siapa
Bahasa Indonesia (KBBI), tanggung jawab didefinisikan yang menyebabkan kerugian bagi orang lain harus
sebagai suatu keadaan dimana seseorang diwajibkan memberikan kompensasi atau ganti rugi. Menurut Pasal
untuk memiliki pola pikir untuk menanggung apapun 1365 Kitab Undang – Undang Hukum Perdata (KUHPer)
yang telah dikerjakannya. dalam sudut pandang hukum perdata, seorang pasien
Tanggung jawab juga dapat diartikan dalam yang dirugikan dapat meminta kompensasi atau ganti
bentuk berupa pertangungjawaban pidana dan perdata rugi. Dalam hal ini pasien yang telah mempercayakan
yang pada dasarnya keduanya memiliki hubungan yang informasi pribadinya kepada Rumah Sakit Dharmais dan
berkaitan. Hubungan yang dimaksud adalah hubungan Harapan Kita telah dirugikan atas ancaman kebocoran
yang bersifat positif dalam artian suatu perbuatan jenis
informasi rekam medis akibat kelalaian rumah sakit serta
ini dapat dikenakan hukuman pidana maupun perdata,
karena suatu kesalahan ataupun kelalaian yang dilakukan terdapat suatu hubungan kausal antara kesalahan yang
oleh tenaga medis dapat dikategorikan dalam bentuk terjadi dengan kerugian yang ditimbulkan yaitu suatu
kriminal maupun wanprestasi (Prodjodikoro 2012). perbuatan melawan hukum.
Berdasarkan rumusan pada Pasal 46 Undang – 2. Tanggung Jawab Hukum Administrasi
Undang Nomor 44 Tahun 2009, dapat disimpulkan Konsekuensi yang terjadi didalam hukum
beberapa hal yang pertama bahwa, rumah sakit administrasi kepada hubungan hukum rumah sakit
bertanggungjawab atas kerugian yang sebatas hanya yang dengan pasien terjadi bersangkutan secara langsung dan
diakibatkan atas kelalaian tidak adanya sistem keamanan tidak langsung kepada kebijakan atau ketentuan yang
yang dapat mencegah terjadinya serangan ransomware diberlakukan di rumah sakit dan telah diberlakukan
pada kasus Rumah Sakit Dharmais dan Rumah Sakit dalam rangka pelaksanaan pelayanan kesehatan yang
Harapan Kita. Kedua, rumah sakit tidak bermutu. Ketentuan dari hukum administrasi ini dapat
bertanggungjawab atas keseluruhan kerugian, jika menimbulkan akibat berupa sanksi hukum administrasi
ternyata tidak ada tindakan kelalaian yang dilakukan oleh yang berupa pencabutan izin usaha, pencabutan status
tenaga medis pada rumah sakit yang bersangkutan. badan hukum bagi rumah sakit, dan sanksi yang dapat

6
dilayangkan kepada dokter dan tenaga kesehatan dalam belum terjamin. Peraturan terkait perlindungan data
pembuatan rekam medis adalah dapat berupa teguran pribadi juga diatur dalam Pasal 28G ayat (1) Undang-
lisan maupun tertulis, penundaan gaji dalam kurun waktu Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
tertentu, hingga berupa pencabutan surat ijin praktek yang menyatakan bahwa:
yang dilandasi oleh Pasal 4 Peraturan Pemerintah “Setiap orang berhak atas perlindungan diri
Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1966 Tentang pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda
Wajib Simpan Rahasia Kedokteran yang berbunyi: yang dibawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman
“Terhadap pelanggaran ketentuan mengenai: wajib dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat
simpan rahasia kedokteran yang tidak atau tidak dapat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi”.
dipidana menurut Pasal 322 atau Pasal 112 Kitab Persoalan seperti ini ditimbulkan akibat adanya
Undang-undang Hukum Pidana, Menteri Kesehatan dapat keprihatinan terkait suatu pelanggaran privasi yang
melakukan tindakan administratif berdasarkan Pasal 11 dimungkinkan untuk dialami oleh seseorang atau badan
Undang-undang tentang Tenaga Kesehatan.” hukum. Pelanggaran privasi seperti ini dapat
3. Tanggung Jawab Hukum Pidana. menimbulkan kerugian yang tidak merugikan secara
Mengacu kepada keberlakuan asas “tiada pidana materiil saja, akan tetapi berdampak pada moril dimana
tanpa kesalahan” dan Pasal 2 Kitab Undang – Undang kerugian tersebut mengakibatkan hancurnya nama baik
Hukum Pidana (KUHP) yang menyatakan bahwa suatu seseorang maupun badan hukum. Hal ini menjadi
ketentuan pidana didalam perundang – undangan prioritas ketika data pribadi dalam bidang kesehatan tidak
Indonesia diimplementasikan bagi setiap orang yang terlepas dari kemungkinan penyalahgunaan. Terdapat
melakukan delik di Indonesia. Bunyi Pasal 2 Kitab banyak peluang suatu data jejak rekam medis yang
Undang – Undang Hukum Pidana (KUHP) ini dapat bersifat rahasia dapat diretas dan dikunci demi
diartikan bahwa setiap orang yang berada didalam kepentingan yang merugikan salah satu pihak.
wilayah hukum Indonesia dapat diminta Maka terdapat peraturan khusus seperti
pertanggungjawaban pidana akibat kesalahan yang ia diantaranya dalam Pasal 46 Undang – Undang Nomor 29
perbuat. Begitu pula terhadap dokter maupun tenaga Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran yang menjadi
kesehatan yang secara pidana membuka rahasia regulasi terkait kinerja dokter, dimana didalam Undang –
kedokteran diancam melakukan pelanggaran Pasal 332 Undang tersebut menyatakan bahwa:
KUHP dengan ancaman hukuman selama-lamanya 9 “Setiap dokter dan dokter gigi dalam
bulan penjara. menyelenggarakan praktik kedokteran harus membuat
Menurut Pasal 26 ayat (1) Undang-Undang Nomor rekam medis dan rekam medis ini harus dijaga
11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi kerahasiaannya oleh Dokter atau Dokter Gigi dan
Elektronik menyatakan bahwa kecuali ditentukan oleh pimpinan sarana pelayanan kesehatan.”
Peraturan Perundang-undangan, maka penggunaan setiap Berdasarkan Pasal 46 tersebut dapat dimaknai
informasi yang berkaitan dengan penggunaan media bahwa suatu rekam medis merupakan sebuah keharusan
elektronik dan bersangkutan dengan data pribadi dalam penyelenggaraan praktik kedokteran. Rekam
seseorang wajib dilakukan atas persetujuan seseorang medis sebagai suatu keharusan didalam penyelenggaraan
yang bersangkutan. Berkaitan dengan hal tersebut, data praktik kedokteran perlu memberikan manfaat yang dapat
pribadi sebagai privasi diatur dalam Pasal 84 ayat (1) diterima oleh pasien. Rumah Sakit Dharmais dan
Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Harapan Kita perlu memberikan manfaat rekam medis
Administrasi Kependudukan yang berbunyi: elektronik antara lain:
“(1) Data Pribadi Penduduk yang harus dilindungi Mempermudah penelusuran informasi, dapat
memuat: disalurkan kepada informasi diluar rumah sakit,
a. Nomor KK; penyimpanan lebih efisien dan ringkas, serta dapat
b. NIK; digunakan sesuai dengan kebutuhan, pelaporan lebih
c. Tanggal/bulan/tahun lahir; efektif dan dapat dilakukan secara otomatis, kualitas
d. Keterangan tentang kecacatan fisik dan/atau standarisasi data dapat dikendalikan, dapat diintegrasi
mental; dengan perangkat lunak yang terhubung, dapat
e. NIK ibu kandung; mempermudah pelayanan kepada pasien, tidak
f. NIK ayah; dan memerlukan kertas, sehingga dapat menurunkan
g. beberapa isi catatan Peristiwa Penting.” penggunaan kertas, dapat melakukan back-up data
Walaupun peraturan terkait data pribadi telah sebagai upaya pencegahan, dapat sekaligus memproses
diatur, namun perlindungan hukum terkait data pribadi data yang banyak dalam waktu yang singkat, serta dapat
pasien yang tercantum didalam rekam medis elektronik meminimalisir medical error.

7
Header halaman genap: Nama Jurnal. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2012, 0 - 216

Pengaturan lebih lanjut kepada Peraturan (2) Pemanfaatan rekam medis sebagaimana
Menteri Kesehatan Nomor 269 tahun 2008 tentang dimaksud pada ayat (1) huruf c yang
Rekam Medis. Pasal 10 ayat (1), (2), dan (3) yang menyebutkan identitas pasien harus mendapat
menyatakan bahwa: persetujuan secara tertulis dari pasien atau ahli
“(1) Informasi tentang identitas diagnosis, warisnya dan harus dijaga kerahasiaannya.
riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan dan riwayat Mengingat makna yang tercantum dalam Pasal
pengobatan pasien harus dijaga kerahasiaannya oleh 13 ayat (1) dan (2) tersebut adalah seseorang yang akan
dokter, dokter gigi, tenaga kesehatan tertentu, petugas menerima manfaat rekam medis elektronik perlu
pengelola dan pimpinan sarana pelayanan kesehatan. memiliki hasil persetujuan secara tertulis yang diberikan
(2) Informasi tentang identitas, diagnosis, pasien atau setidak – tidaknya ahli waris. Setelah
riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan, dan riwayat menerima informasi rekam medis elektronik tersebut
pengobatan dapat dibuka dalam hal: perlu untuk merahasiakan informasi didalamnya dan
a. untuk kepentingan kesehatan pasien; apabila terjadi kelalaian dan kesalahan yang dilakukan
b. memenuhi permintaan aparatur penegak maka perlu dipertanggungjawabkan oleh rumah sakit
hukum dalam rangka penegakan hukum sebagai badan hukum yang menaungi dokter dan tenaga
atas perintah pengadilan; kesehatan.
c. permintaan dan/atau persetujuan pasien Pertanggungjawaban rumah sakit sebagaimana
sendiri; yang telah diatur dalam Pasal 46 Undang – Undang
d. permintaan institusi/lembaga berdasarkan Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit yang
ketentuan perundang-undangan; dan berbunyi: “Rumah Sakit bertanggung jawab secara
e. untuk kepentingan penelitian, pendidikan, hukum terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas
dan audit medis, sepanjang tidak kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di Rumah
menyebutkan identitas pasien; Sakit.” Berdasarkan Pasal 46 tersebut, maka pada kasus
(3) Permintaan rekam medis untuk tujuan serangan cyber crime yang menimpa Rumah Sakit
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus Dharmais dan Rumah Sakit Harapan Kita, seorang pasien
dilakukan secara tertulis kepada pimpinan sarana berhak secara hukum meminta pertanggungjawaban atas
pelayanan kesehatan.” suatu hal yang merugikan.
Berdasarkan Pasal 10 ayat (1), (2), dan
(3) tersebut, dapat dimaknai bahwa informasi B. Akibat Hukum Kebocoran Informasi Rekam
tentang identitas, riwayat penyakit, pemeriksaan, Medis Elektronik Milik Pasien yang
hingga diagnosis pasien, harus dijaga Disebabkan Oleh Cyber Crime
kerahasiaannya oleh dokter dan tenaga Akibat hukum merupakan suatu akibat yang
kesehatan. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor timbul akibat peristiwa hukum. Karena suatu
269 Tahun 2008 juga memberikan regulasi peristiwa hukum disebabkan adanya perbuatan
terkait manfaat kepemilikan dan tanggung jawab hukum, sedangkan suatu perbuatan hukum juga
dalam pengelolaan rekam medis dan terkait bisa melahirkan suatu hubungan hukum, maka
pemberian informasi diharuskan terdapat akibat hukum dimaknai sebagai suatu akibat
perjanjian tertulis sebagaimana yang telah diatur yang ditimbulkan oleh adanya suatu perbuatan
dalam Pasal 13 ayat (1) dan (2) yang hukum dan/atau hubungan hukum (Ishaq 2009).
menyatakan bahwa: Berbagai peristiwa hukum dalam bidang
“(1) Pemanfaatan rekam medis dapat dipakai kesehatan juga kerap kali memunculkan akibat
sebagai: hukum yang dapat muncul dari terjadinya
a) Pemeliharaan kesehatan dan wanprestasi maupun perbuatan melawan hukum.
pengobatan pasien; Dokter dan tenaga kesehatan tidak luput dari
b) Alat bukti dalam proses penegakan kelalaian dan kesalahan terkait permasalahan
hukum;
pengelolaan rekam medis elektronik. Dimana
c) Disiplin kedokteran dan kedokteran
gigi; tindakan kelalaian dan kesalahan tersebut telah
d) Penegakkan etika kedokteran dan merugikan pasien yang sedang ditangani. Kasus
etika kedokteran gigi; malpraktik seperti kebocoran yang terjadi pada
e) Keperluan pendidikan dan penelitian, Rumah Sakit Dharmais dan Rumah Sakit
dasar pembayar biaya pelayanan Harapan Kita dapat bersifat pidana, perdata, dan
kesehatan; administrasi.
f) Data statistik kesehatan.

8
Tindakan kelalaian dan kesalahan dalam bertanggungajawab, bukan hanya atas kerugian
pengelolaan rekam medis elektronik adalah yang disebabkan perbuatan-perbuatan,
termasuk dalam salah satu kriteria tindakan melainkan juga atas kerugian yang disebabkan
malpraktik.
kelalaian atau kesemberonoannya”.
“Tindakan malpraktik sendiri dibagi
menjadi tiga golongan, malpraktik medik Gugatan ini (atas perbuatan melawan
(medical malpractice), malpraktik etik hukum) dapat diterima apabila memiliki fakta
(ethical malpractice), dan malpraktik yuridik yang ikut serta sebagai pendukung bahwa pasien
(juridical malpractice). Malpraktik yuridik memang telah dirugikan dan memiliki sebab-
digolongkan menjadi malpraktik perdata, akibat atas tindakan yang dilakukan oleh dokter
pidana, dan administrasi. Akibat hukum saat dan tenaga kesehatan. Gugatan ini dapat diajukan
seseorang mengalami kerugian atas tindakan
terlepas atas ada atau tidak adanya kontrak antara
malpraktik tersebut, menurut sudut pandang
yuridis dapat mengajukan ganti rugi dalam kedua belah pihak yang mewujudkan suatu
dua kategori. Ganti rugi karena wanprestasi tindakan perbuatan melawan hukum (Nasution
dan ganti rugi berdasarkan peraturan 2013).
perundang – undangan termasuk suatu Kesalahan yang diakibatkan atas
perbuatan melawan hukum yang berupa kelalaian dokter dan pasien hingga menimbulkan
materiil dan non materiil” (Lajar, Dewi, and permasalahan berupa kerugian pasien karena
Widyantara 2020).
perbuatan melawan hukum merupakan awal
Wanprestasi dan perbuatan melawan hukum
mula sebab timbulnya kerugian bagi pasien.
merupakan penyebab timbulnya suatu ganti rugi.
Kerugian pasien ini dapat diganti oleh orang –
Dasar hukum ganti rugi yang dikarenakan oleh
orang yang telah dibebankan oleh hukum untuk
wanprestasi telah diatur dalam Pasal 124 dan
membayarkan bentuk ganti rugi tersebut. Bentuk
Pasal 1252 Buku III KUHPerdata. Ganti rugi
ganti rugi atas perbuatan melawan hukum yang
yang dikarenakan oleh perbuatan melawan
diatur dalam hukum perdata antara lain: (Hasuri
hukum juga telah diatur dalam Pasal 1365
and Anam 2020).
KUHPerdata. Ganti rugi yang diakibatkan oleh
1. Ganti rugi nominal,
perbuatan melawan hukum ini merupakan bentuk
2. Ganti rugi kompensasi,
ganti rugi yang bebannya diberikan kepada
3. Ganti rugi karena penghukuman.
seseorang yang telah merugikan orang lain.
Ganti rugi yang disebabkan oleh perbuatan
Ganti rugi akibat perbuatan melawan hukum
melawan hukum akan berlaku lebih keras apabila
timbul diikuti dengan perjanjian yang ada (Salim
diperbandingan dengan ganti rugi yang
2013).
disebabkan oleh karena sebuah kontrak. Hal ini
Perjanjian antara pasien dengan dokter dan
dikarenakan dokter dan tenaga kesehatan wajib
tenaga kesehatan yang telah merugikan pasien
untuk selalu berhati – hati dan berwaspada atas
dalam hal kebocoran informasi pasien tersebut
setiap tindakan yang dilakukan agar tidak
akibat kelalaian dokter dan tenaga kesehatan di
merugikan orang lain (Fuady 2017).
Rumah Sakit Dharmais dan Rumah Sakit
Dokter dan tenaga kesehatan perlu selalu
Harapan Kita dalam mengelola rekam medis
menjunjung tinggi sikap waspada dalam setiap
elektronik mengakibatkan terjadinya suatu beban pengelolaan rekam medis elektronik karena
ganti rugi yang timbul diakibatkan oleh menyangkut kerugian pasien. Upaya dan
perbuatan melawan hukum yang dimana unsur tindakan yang dilakukan oleh dokter dan tenaga
utamanya ialah kesalahan, yaitu sebagaimana medis dalam melindungi informasi pribadi
yang telah diatur dalam dalam Pasal 1365 pasien pada rekam medis elektronik sangat
KUHPerdata yang melandasi secara umum dan diperlukan. Walaupun pada umumnya para pihak
yang bertanggungjawab atas keberlakuan rekam
Pasal 58 Undang – Undang Nomor 36 Tahun
medis elektronik juga tidak luput dari suatu
2009 Tentang Kesehatan yang mengatur secara kesalahan. Pada umumnya yang menjadi
khusus. penyebab dari terjadinya ketidaksesuaian hingga
Kesalahan adalah sebab awal sebuah ganti kegagalan dalam upaya pemberian pelayanan
rugi harus dilaksanakan, walaupun memerlukan kesehatan adalah disebabkan oleh
pembuktian terlebih dahulu sebelum ketidakmampuan seorang tenaga kesehatan
dibayarkannya ganti rugi tersebut. Hal ini dalam melaksanakan kegiatan pelayanan tersebut
(Guwandi 2010).
sebagaimana yang telah diatur dalam Pasal 1366
Beragam faktor mulai dari faktor internal
KUHPerdata yang berbunyi: “Setiap orang maupun eksternal yang dapat membukakan

9
Header halaman genap: Nama Jurnal. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2012, 0 - 216

peluang terjadinya kelalaian yang berakibat pada memberikan pelayanan sarana dan prasarana
kerugian pasien. Dokter dan tenaga kesehatan juga perlu memastikan kualitas sumber daya
perlu memiliki keterampilan dengan menempuh manusia (dokter dan tenaga kesehatan). Dalam
pendidikan maupun pelatihan yang berkaitan
proses kredensial ini rumah sakit perlu melihat
dengan profesi kesehatan dan menjadi hal yang
perlu dipertanggungjawabkan. Bahkan, seorang track record yang diberikan oleh dokter sebagai
tenaga kesehatan yang telah memiliki pertimbangan akurat. Akhir dari proses ini
keterampilan lebih dan telah mampu adalah memastikan bahwa seorang pasien yang
melaksanakan berbagai hal seperti dokter, dokter berkepentingan dapat mengakses pelayanan
gigi, perawat, bidan, tidak luput dari kelalaian kesehatan dan memiliki rasa aman atas informasi
yang menyebabkan kegagalan dalam pribadi yang diberikan kepada rumah sakit
memberikan pelayanan kesehatan (Wahyudi
(Andrianto and Andaru 2019).
2011).
Penyebab lain dari tidak terampilnya tenaga Perihal kelalaian tenaga medis, sebagaimana
kesehatan adalah disebabkan oleh kelalaian dan yang telah diatur dalam Pasal 46 Undang –
kesalahan yang tidak sesuai dengan prosedur Undang Rumah Sakit bahwa setiap rumah sakit
medis yang berlaku, maka dari itu keberlakuan bertangungjawab terhadap segala bentuk
rekam medis elektronik sangat perlu dilakukan kerugian yang menimpa seseorang yang
secara terintegritas sebagai upaya pencegahan dikarenakan suatu akibat dari kelalaian tenaga
terjadinya faktor – faktor tersebut. Rumah sakit kesehatan dirumah sakit. Bunyi pasal ini
perlu untuk menerapkan dan menentukan menempatkan suatu ketentuan konkrit yang
manajemen resiko demi mengurangi resiko dapat menjadi dasar yuridis bagi pasien yang
didalam tindakan medis hingga keseluruhan terbukti dirugikan atas terkuncinya data rekam
penyelenggaraan rumah sakit. Apabila suatu medis elektronik dimana pasien dapat merasakan
permasalahan muncul, maka dokter dan tenaga suatu ancaman yang terjadi.
kesehatan perlu mengambil tindakan pelaporan Setelah ditentukan suatu pertangungjawaban
kepada staf manajemen resiko untuk diberikan tersebut, lantas diperlukan suatu pemberian hak
analisis penyebab terjadinya suatu permasalahan. atas ganti rugi yang merupakan implementasi
Rumah sakit juga perlu memberikan evaluasi dan dari bentuk tanggung jawab rumah sakit tersebut.
perubahan kepada penerapan sistem yang selama Pemberian hak ganti rugi ini dapat diberikan
ini digunakan jika muncul permasalahan. kepada setiap pasien yang dirugikan akibat fisik
Terlebih dari pelaporan tersebut, didalamnya maupun nonfisik yang tetap didasari oleh
juga membutuhkan peran direktur medis rumah kesalahan dan kelalaian tenaga kesehatan. Dalam
sakit yang memiliki peran krusial dan memiliki kasus serangan cyber crime ini, seorang pasien
kewenangan tanggung jawab bagi pengawasan tidak dirugikan secara fisik, maupun nonfisik.
terhadap prosedur tindakan medis dan sistem Dimana perbedaannya sangat terlihat, pasien
yang diterapkan di rumah sakit. Sebagai upaya yang dirugikan fisiknya adalah pasien yang rugi
awal demi melaksanakan evaluasi dapat atas hilang dan tidak berfungsinya organ tubuh
dilakukan dengan cara mengadakan proses secara normal dalam kondisi Sebagian organ
kredensial (Andrianto and Andaru 2019). tubuh maupun secara keseluruhan seperti kondisi
Proses kredensial merupakan proses uji sebelum pasien tersebut mempercayakan jasa
kompetensi para dokter dan tenaga kesehatan rumah sakit tersebut.
lainnya. Proses ini berperan dalam Sedangkan, yang dimaksud kerugian non
mengupayakan berbagai kepentingan yang fisik adalah yang berkaitan pada kerugian
terjadi di rumah sakit. Seperti adanya materiil oleh pasien. Bentuk tuntutan
kepentingan yang muncul dari dokter yang perlu pertanggungjawaban dalam kerugian nonfisik
mengadakan praktik di rumah sakit. Sebagai seperti yang terjadi pada kasus kedua rumah
contoh pada hal ini adalah setiap dokter wajib sakit di Jakarta ini merupakan tuntutan berupa
memberikan lisensi yang telah diberikan izin keluhan, maupun ketidakpuasan yang
atau diterbitkan oleh negara dan untuk menimbulkan kekhawatiran atas ancaman yang
kelanjutannya, masih terdapat kepentingan dari terjadi yang dirasakan selama menerima
rumah sakit sebagai korporasi kepada badan pelayanan kesehatan. Dalam hal ini pasien
pemerintahan demi melindungi aset rumah sakit. berhak untuk berperan sebagai penggugat, bukan
Dalam hal ini peran rumah sakit selain hanya pasien akan tetapi dapat diwakilkan oleh
keluarga pasien yang nantinya dapat mengajukan

10
gugatan, sebuah tuntutan secara perdata melalui tersebut adalah suatu akibat hukum
upaya pengajuan sebagaimana yang diatur dari perbuatan seorang pencuri
didalam peraturan perundang-undangan karena telah mengambil barang
(Wahyudi 2011). milik orang lain tanpa hak dan
Pasien yang dirugikan secara non fisik dalam secara sengaja melawan hukum.
kasus serangan ransomware ini tidak hanya Berdasarkan tiga wujud akibat hukum
memiliki hak ganti rugi sebagaimana juga yang tersebut, pada kasus serangan ransomware pada
telah diatur dalam Pasal 58 Undang – Undang Rumah Sakit Dharmais dan Rumah Sakit
Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Harapan Kita yang menempatkan dokter dan
melainkan juga telah diatur secara rinci dalam tenaga kesehatan sebagai pihak yang lalai dan
Pasal 4 huruf h Undang - Undang Nomor 8 melakukan kesalahan kepada pasien, maka
Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. akibat hukum yang ditimbulkan adalah termasuk
Didalamnya mengandung makna bahwa dalam kepada kategori yang ketiga, yakni lahirnya
upaya mendapatkan kompensasi ganti rugi suatu sanksi dimana terdapat perbuatan melawan
dan/atau penggantian, jika pasien terbukti telah hukum. Sanksi tersebut dapat berupa ganti rugi,
menerima ketidaksesuaian atau tidak ganti rugi yang dimaksud dalam Undang –
sebagaimana mestinya tentang suatu perjanjian Undang Perlindungan Konsumen adalah ganti
terkait barang dan/jasa yang diterima hal tersebut kerugian berupa perawatan kesehatan, pemberian
dapat diajukan suatu tuntutan sebagai bentuk santunan, hingga berupa pengembalian sejumlah
ganti rugi dan akibat hukum atas terjadinya suatu uang yang telah pasien tersebut keluarkan
peristiwa hukum. ataupun berjumlah kelipatan apabila memang
Menurut Soeroso (2013), Akibat hukum telah diperjanjikan sesuai dengan ketentuan
menurut wujudnya memiliki 3 (tiga) kategori: peraturan perundang – undangan yang berlaku.
1. Lahir, berubah atau lenyapnya suatu Hak ini merupakan hak yang diperoleh
keadaan hukum. Sebagai contoh, pasien sebagai konsumen apabila tenaga
suatu akibat hukum dapat kesehatan terbukti melakukan kesalahan,
mengalami perubahan dari tidak kelalaian, maupun wanprestasi. Pemberian ganti
cakap hukum menjadi cakap hukum rugi ini dilakukan dalam kurun waktu 7 (tujuh)
ketika seseorang berusia 21 tahun hari setelah dilaksanakannya pemberian
(menurut KUHPerdata). pelayanan kesehatan. Pelaksanaan kewajiban
2. Lahir, berubah atau lenyapnya ganti rugi ini tidak berhubungan dengan tuntutan,
kepemilikan hubungan hukum antar dimana pelaksanaan ganti rugi ini tidak dapat
kedua atau lebih subjek hukum, menghapuskan hak pasien untuk menuntut
yang mana saat hak dan kewajiban tuntutan pidana dengan syarat adanya
antara pihak yang satu bertemu pembuktian lebih lanjut yang didasari oleh unsur
dengan hak dan kewajiban yang – unsur kesalahan Rumah Sakit sebagaimana
dimiliki oleh pihak yang lain. telah diatur dalam Pasal 19 ayat 3 dan 4 Undang
Sebagai contoh, Andi memiliki – Undang Perlindungan Konsumen.
perjanjian sewa-menyewa atas suatu Kesalahan atau kelalaian yang dilakukan oleh
rumah yang diperjanjikan dengan dokter dan tenaga kesehatan merupakan
Bima, maka disitu lahir hubungan perbuatan melawan hukum atas tindakan
hukum antara Andy dan Bima. kelalaian yang dilakukan oleh dokter atau tenaga
Apabila masa sewa rumah tersebut kesehatan dalam suatu rumah sakit yang
berakhir, perlu ditandai dengan mengakibatkan timbulnya suatu tanggung jawab
dipenuhinya perjanjian sewa- karena perbuatan melawan hukum. Berdasarkan
menyewa dan dengan itu hubungan kesalahan yang merugikan pasien didalam rumah
hukum antara Andi dan Bima sakit tersebut, maka timbul pertanggungjawaban
menjadi lenyap. dari dokter dan tenaga kesehatan sebagai subyek
3. Lahirnya suatu sanksi dimana hukum yang bersangkutan atas kesalahannya,
terdapat suatu tindakan yang sehingga dalam hal ini rumah sakit yang
melawan hukum. Sebagai contoh, berperan sebagai badan hukum yang menaungi
seorang pencuri diberikan sanksi profesi dokter dan tenaga kesehatan harus
berupa sejumlah hukuman, maka hal

11
Header halaman genap: Nama Jurnal. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2012, 0 - 216

mengganti kerugian yang ditimbulkan atas untuk mengeluarkan rekam medis elektronik yang
perbuatannya. terintegrasi dengan baik sehingga menimbulkan rasa aman
Berdasarkan aturan Kitab Undang – Undang bagi pasien yang telah mempercayakan rumah sakit untuk
Hukum Perdata, ruang lingkup yang meliputi melaksanakan pemberian jasa yang optimal.
bentuk ganti rugi atas pertanggungjawaban suatu Bagi dokter dan tenaga kesehatan, saran yang
tindak kesalahan dapat meliputi antara lain; dapat disampaikan adalah perlu untuk meneladani sikap
a. Setiap perbuatan yang dapat waspada atas berbagai ancaman yang muncul dari
menimbulkan kerugian bagi pihak lain, beragam kemungkinan, serta melaksanakan wewenang
maka diperlukan ganti kerugian yang dengan sikap penuh tanggung jawab mengingat bahwa
diakibatkan dari perbuatan itu (Pasal pasien merupakan seseorang yang perlu dijaga
1365 KUH Perdata) kerahasiaan informasi dan keselamatannya.
b. Seseorang bukan hanya bertanggung Bagi pasien sebagai individu pengguna jasa
jawab kepada suatu kerugian yang ketersediaan rekam medis elektronik yang disediakan oleh
diakibatkan dari perbuatan yang rumah sakit perlu untuk sadar atas hak dan kewajiban
disengaja, tetapi juga wajib bertanggung konsumen. Pasien juga perlu mengetahui bagaimana
jawab karena kelalaiannya dan sikap peraturan perundang – undangan telah mengatur terkait
kurang hati-hati yang ia perbuat (Pasal regulasi keberlakuan rekam medis elektronik agar
1366 KUH Perdata) Di dalam lingkup memahami prosedur yang diberikan rumah sakit.
hukum perdata, seseorang atau badan
hukum, tidak hanya bertanggung jawab DAFTAR PUSTAKA
karena perbuatan orang lain yang
Andriani, Rika, Hari Kusnanto, and Wahyudi Istiono.
menjadi tanggungannya dan benda yang
2017. “Analisis Kesuksesan Implementasi Rekam
berada dalam pengawasannya (Pasal Medis Elektronik Di Rs Universitas Gadjah Mada.”
1367 KUH Perdata). Jurnal Sistem Informasi 13(2): 90.
Andrianto, Wahyu, and Djarot Dimas Achmad Andaru.
PENUTUP 2019. “Pola Pertanggungjawaban Rumah Sakit
Simpulan Dalam Penyelesaian Sengketa Medis Di
Indonesia.” Jurnal Hukum dan Pembangunan.
Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, maka dapat
http://webcache.googleusercontent.com/search?
disimpulkan: q=cache:Vywb1vRmSJwJ:jhp.ui.ac.id/index.php/h
Bahwa segala tindakan dan kebijakan Rumah Sakit ome/article/download/2348/1565+&cd=1&hl=en&
yang dikeluarkan oleh Rumah Sakit Dharmais dan Rumah ct=clnk&gl=id.
Sakit Harapan Kita menjadi tanggung jawab Rumah Sakit Aribowo, Bonifasius Nadya, B. Resti Nurhayati, and
tersebut atas perbuatan melawan hukum. Melalui doktrin Sofyan Dahlan. 2018. “Persepsi Pasien Tentang
vicarious liability, maka Rumah Sakit Dharmais dan Aspek Hukum Perikatan Upaya (Inspanning
Verbintenis) Dalam Transaksi Terapeutik Antara
Rumah Sakit Harapan Kita, sebagai badan hukum atau
Dokter Dengan Pasien Di Rsud Kota Salatiga.”
korporasi perlu mempertanggungjawabkan tindakan dan Soepra 3(1): 52.
kebijakan yang telah dibuat. Bahwa secara yuridis, Fatmawati Octarina, Nynda et al. 2018. Tinjauan
tanggung jawab yang dilakukan oleh Rumah Sakit Terhadap UU ITE Untuk Penerapan Rekam Medis
merupakan implementasi Pasal 1365 KUHPerdata. Berbasis Online Pada Penduduk Muslim Di
Bahwa tindakan kelalaian dan kesalahan yang Indonesia.
dilakukan oleh Rumah Sakit Dharmais dan Rumah Sakit Fuady, Munir. 2017. Perbuatan Melawan Hukum :
Pendekatan Kontemporer. V. Jakarta: Citra Aditya
Harapan Kita dalam pengelolaan rekam medis elektronik Bakti.
menimbulkan akibat hukum berupa ganti rugi atas Guwandi, J. 2010. Medical Law/Hukum Medik. Jakarta:
kerugian yang dialami oleh Pasien. Ganti rugi tersebut Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
adalah sebuah sanksi akibat terjadinya suatu perbuatan http://lib.ui.ac.id/detail?id=20162671.
melawan hukum. Handiwidjojo, Wimmie. 2009. “Rekam Medis
Saran Elektronik.” Universitas Kristen Duta Wacana
Yogyakarta 2(1): 36–41.
Berdasarkan simpulan, maka ada beberapa rekomendasi
https://ti.ukdw.ac.id/ojs/index.php/eksis/article/vie
yang dapat dipertimbangkan, antara lain: w/383.
Bagi rumah sakit, diharapkan dapat Haryanto, Nanda Dwi et al. 2019. “Tanggung Jawab
mengoptimalkan sistem keamanan dan meningkatkan Rumah Sakit Terhadap Kerugian Pasien.” VII(2):
sumber daya manusia yang akan diberikan kewenangan 246–53.
Hasuri, Hasuri, and Khoirul Anam. 2020.

12
“Pertanggungjawaban Dokter Terhadap Kerugian Jakarta.
Pasien Akibat Perbuatan Melawan Hukum.” https://kumparan.com/kumparantech/semua-yang-
Nurani Hukum 2(1): 1. perlu-kamu-tahu-tentang-ransomware-wannacry-
Ishaq. 2009. Dasar - Dasar Ilmu Hukum. Edisi 1 Ce. ada-di-sini/full.
Jakarta: Sinar Grafika.
Kertopati, Lesthia. 2017. “Dua Rumah Sakit Di Jakarta
Kena Serangan Ransomware WannaCry.” CNN
Indonesia.
https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20170513
191519-192-214642/dua-rumah-sakit-di-jakarta-
kena-serangan-ransomware-wannacry.
Lajar, Julius Roland, Anak Agung Sagung Laksmi Dewi,
and I Made Minggu Widyantara. 2020. “Akibat
Hukum Malpraktik Yang Dilakukan Oleh Tenaga
Medis.” Jurnal Interpretasi Hukum 1(1): 7–12.
Lasmani, Patricia Suti, Fitri Haryanti, and Lutfan
Lazuardi. 2014. “Evaluasi Implementasi Rekam
Medis Terintegrasi DiInstalasi Rawat Inap RSUP
Dr. Sardjito Yogyakarta.” Jurnal Manajemen
Pelayanan Kesehatan 17(01): 3–8.
Marzuki, Peter Mahmud. 2016. Penelitian Hukum. 12th
ed. Jakarta.
Meilia, Putri Dianita Ika, Gilbert Mayer Christianto, and
Nurfanida Librianty. 2019. “Buah Simalakama
Rekam Medis Elektronik: Manfaat Versus Dilema
Etik.” Jurnal Etika Kedokteran Indonesia 3(2): 61.
Nasution, Bahder Johan. 2013. Hukum Kesehatan :
Pertanggungjawaban Dokter. II. Jakarta: Rineka
Cipta.
Prodjodikoro, Wirjono. 2012. Tindak-Tindak Pidana
Tertentu Di Indonesia. 3rd ed. Bandung: Refika
Aditama.
Purbacaraka, Purnawidhi. 2010. Perihal Kaedah Hukum.
Bandung: Citra Aditya Bakti.
http://lib.ui.ac.id/detail?id=20453072.
Salim, H Sidik. 2013. Hukum Kontrak Teori Dan Teknik
Penyusunan Kontrak. VI. Jakarta: Sinar Grafika.
Setyaningrum, Niken, Andri Setyorini, and Fachruddin
Tri Fitrianta. 2018. “Surya Medika.” Surya Medika
Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan Dan Ilmu
Kesehatan Masyarakat 13(1): 41–50.
Soeparto, Pitono. 2006. Etik Dan Hukum Di Bidang
Kesehatan: Edisi 2. 2nd ed. Surabaya: Airlangga
University Press. https://books.google.co.id/books?
id=0foEEAAAQBAJ&dq=tanggung+jawab+rumah
+sakit&source=gbs_navlinks_s.
Soeroso, R. 2013. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: Sinar
Grafika.
Suwignjo, Aditya Hans. 2019. “Tinjauan Hukum
Pembukaan Rekam Medik Dari Sudut Pandang
Asuransi Kesehatan.” Spektrum Hukum 16(1): 1.
Tjandrawinata, Raymond. 2016. “Industri 4.0: Revolusi
Industri Abad Ini Dan Pengaruhnya Pada Bidang
Kesehatan Dan Bioteknologi.” Medicinus 29(1):
31–39. http://zenodo.org/record/49404.
Wahyudi, Setya. 2011. “Erhadap Kerugian Akibat
Kelalaian Tenaga Kesehatan Dan Implikasinya.”
Jurnal Dinamika Hukum 11(3): 505–21.
Yordan, Jofie. 2017. Semua Yang Perlu Kamu Tahu
Tentang Ransomware WannaCry Ada Di Sini.

13

Anda mungkin juga menyukai