Anda di halaman 1dari 128

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah kesehatan di Indonesia merupakan masalah yang memerlukan

perhatian khusus dari berbagai pihak. Terdapat beberapa indikator yang dapat

digunakan dalam menilai derajat kesehatan masyarakat. Salah satunya yaitu

dapat digambarkan melalui Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian

bayi (AKB). Nilai AKI dan AKB menentukan status kesehatan, dan

keberhasilan pelayanan program kesehatan ibu dan anak (KIA) diwilayah

tersebut. Peranan bidan dalam masyarakat sebagai tenaga terlatih pada Sistem

Kesehatan Nasional adalah memberi pelayanan sebagai tenaga terlatih,

meningkatkan pengetahuan kesehatan masyarakat, meningkatkan penerimaan

gerakan keluarga berencana, memberi pendidikan “dukun beranak”, dan

meningkatkan sistem rujukan (Fitriyya, 2018).

Menurut WHO pada tahun 2016 Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar

527.000 jiwa. Di Indonesia pada bulan Januari sampai September 2016 Angka

Kematian Ibu (AKI) sebesar 401 per 100.000 jiwa. Angka ini meningkat jika

dibandingkan target AKI di Indonesia pada tahun 2015 sebesar 102 kematian

per 100.000 kelahiran hidup (Puspitaningati, 2017).

Kematian ibu menurut definisi WHO adalah kematian selama kehamilan

atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, akibat semua sebab

yang terkait dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya,

tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan/cidera.

1
2

Berdasarkan data WHO tahun 2015 rasio kematian ibu selama kehamilan

dan melahirkan atau dalam 42 hari setelah melahirkan adalah per 100.000.

Tahun 2015, AKI di Indonesia mencapai 126 dari 100.000 kelahiran hidup.

Kondisi ini masih sangat jauh dari target SDGs (Sustainable Development

Goals) yang menetapkan AKI 70 per 100.000 kelahiran hidup tahun 2030.

Dibandingkan dengan negara ASEAN, Indonesia menduduki peringkat

tertinggi untuk AKI. Singapura mencatat AKI terendah hanya 10 per 100.000

kelahiran hidup, kemudian Thailand 20 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei

Darussalam 23 per 100.000 dan Malaysia 40 per 100.000 kelahiran hidup

(Marwati, 2017).

Kematian ibu dan anak menjadi permasalahan serius yang tengah dihadapi

di beberapa negara bagian, terutama negara berkembang. Indonesia sebagai

salah satu negara berkembang dengan status kesehatan ibu dan anak yang

masih rendah. Indonesia memiliki AKI sebanyak 359 per 100.000 kelahiran

hidup, AKB sebanyak 32 per 1000 kelahiran hidup, dan Angka Kematian

Balita (AKABA) sebanyak 40 per 1000 kelahiran hidup. Negara Indonesia

menempati pering-kat ketujuh dari sebelas negara di kawasan Asia Tenggara

dengan AKI sebanyak 126 per 100,000 kelahiran hidup pada tahun 2015

(WHO, 2015). AKI yang tinggi ini didukung dengan adanya beberapa provinsi

di Indonesia yang mengalami peningkatan angka kematian ibu dan kematian

bayi (Pangestu, 2017) .


3

Kematian janin dalam rahim merupakan salah satu penyebab kematian

perinatal. Angka kematian perinatal menjadi penyumbang terbesar tingginya

angka kematian bayi. Menurut WHO, pada tahun 2015 Angka Kematian Bayi

(AKB) di dunia 31,7 per 1.000 kelahiran hidup, AKB di Asia Tenggara 24 per

1.000 kelahiran hidup (WHO, 2017). Hasil Survei Penduduk Antar Sensus

(SUPAS) 2015 menunjukkan AKB sebesar 22,23 per 1.000 kelahiran hidup,

yang artinya sudah mencapai target MDGs 2015 sebesar 23 per 1.000

kelahiran hidup. Namun demikian, AKB di Indonesia masih termasuk tinggi

dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura yang

sudah di bawah 10 kematian per 1.000 kelahiran bayi (Ramlah, 2017).

Penyebab kematian ibu di dunia adalah pra kondisi yang ada 28%

hipertensi dalam kehamilan 14% komplikasi abortus 8%, perdarahan

27%, infeksi 11%, partus lama dan lainnya 9%, dam pengumpulan

darah (embolism) 3%. Sementara itu, penyebab AKB adalah asfiksia

(kesulitan bernafas), imaturitas, hipotermi dan infeksi. Kesehatan ibu

yang tidak baik dan penyakit ibu yang tidak diobati dengan benar juga

dapat menyebabkan bayi lahir premature dan Berat Bayi Lahir Rendah

(BBLR) (Simbolan, 2014).

Proporsi penyebab kematian ibu maternal di ASEAN akibat perdarahan

33,1%, hipertensi 28,6%, infeksi 6,1% dan abortus 0,1%. Presentasi persalinan

ditolong oleh tenaga kesehatan pada tahun 2012 sebesar 89,3 namun pada

tahun 2013 mengalami penurunan menjadi 85,6% dan di non tenaga kesehatan

14,4% (Puspitaningati, 2017).


4

Berdasarkan penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu dalam

kandungan dan luar kandungan. Kematian bayi dalam kandungan adalah

kematian bayi yang dibawa oleh bayi sejak lahir seperti asfiksia. Sedangkan

kematian bayi luar kandungan atau kematian post neonatal disebabkan oleh

faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh dari luar (Yanti,2016).

Berdasarkan hasil sementara survei penduduk antar sensus (SUPAS) tahun

2016 AKB di Indonesia mencapai 26 per 1000 kelahiran hidup dan 305

kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan AKB sebesar 22,23 per

1.000 kelahiran hidup (Puspitaningati, 2017).

Di Provinsi Jawa Barat, Pada Tahun 2013 Angka Kematian Ibu

(AKI)sebesar 73,9 per 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi

(AKB) sebesar 5,0 per 1000 kelahiran hidup.

Hasil Cakupan Program Kesehatan Kabupaten Bogor tahun 2013, angka

kematian ibu di Kabupaten Bogor terdapat 53 per 111.460 kelahiran hidup

yang terdiri dari kematian ibu hamil sebanyak 11 orang, kematian ibu bersalin

23 orang dan kematian ibu nifas 19 orang. Cakupan persalinan di tenaga

kesehatan sebesar 84,1 % namun belum mencapai target karena masih ada

15,9% persalinan di non tenaga kesehatan yaitu ditolong oleh dukun/paraji

(Damanik, 2014)

Menurut Depkes RI (2007) salah satu solusi terbaru untuk

mempercepat penurunan AKI dan AKB adalah dengan melaksanakan

Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)

melalui pemasangan stiker persalinan pada semua rumah ibu hamil, yang
5

telah digalakkan oleh Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari pada

tanggal 18 Juli 2007 secara nasional. Pada program perencanaan

persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K), tertera nama ibu hamil,

taksiran persalinan, penolong persalinan, tempat persalinan, pendamping

persalinan, transportasi dan calon pendonor darah (Aliyanto, 2014).

Pada tahun 2012 Kementrian Kesehatan meluncurkan program

Expanding Maternal and Neonatal Survival (EMAS) dalam rangka

menurunkan angka kematian ibu dan neonatal sebesar 25%. Program ini

dilaksanakan di provinsi dan kabupaten dengan jumlah kematian ibu dan

neonatal yang besar, yaitu Sumatra Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah,

Jawa Timur, Sulawesi Selatan. Program EMAS berupaya menurunkan

Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Neonatal dengan cara : 1)

Meningkatkan kualitas pelayanan Emergensi Obstetri dan bayi baru lahir

minimal dari 150 Rumah Sakit PONEK dan 300 puskesmas / Balkesmas

PONED, 2) Memperkuat sistem rujukan yang efesien dan efektif antar

puskesmas dan rumah sakit (Budijanto, 2015).

Berdasarkan hasil survey di Puskesmas bulan Januari s/d Desember 2018,

ibu yang melakukan ANC sebanyak 60 orang, persalinan normal sebanyak 43

orang dan 17 di antaranya mengarah pada fatologis dan dirujuk di rumah sakit

terdekat. Sedangkan pada kunjungan KB sebanyak 342 Pasangan Usia Subur

(PUS) menggunakan alat kontrasepsi seperti KB suntik satu dan tiga bulan,

pil, implant, dan IUD (Puskesmas Mekarwangi, 2019).


6

Dalam pelaksanaan program kesehatan tersebut, bidan berperan

penting dalam menurunkan AKI dan AKB. Karena bidan sebagai ujung

tombak atau tenaga kesehatan yang berada digaris terdepan dan

berhubungan langsung dengan masyarakat, dalam memberikan pelayanan

yang berkesinambungan dan paripurna berfokus pada aspek pencegahan

melalui pendidikan kesehatan dan konseling, promosi kesehatan,

pertolongan persalinan normal dengan berlandaskan kemitraan dan

pemberdayaan perempuan serta melakukan deteksi dini pada kasus –

kasus rujukan kebidanan di Indonesia (Mufdlilah, 2017).

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk membantu

menurunkan AKI dan AKB dengan melakukan upaya “Asuhan Kebidanan

Komprehensif pada Ny. H Hamil di Puskesmas Mekar Wangi Kecamatan

Tanah Sareal Kota Bogor Periode Mei - Agustus Tahun 2019

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif pada

ibu hamul, ibu bersalin, ibu nifas dan bayi baru lahir dengan menggunakan

pendekatan manajemen Varney kemudian di lanjutkan dengan

pendokumentasian secara SOAP.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melaksanakan pengkajian pada ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir

dan nifas.
7

b. Mampu merumuskan diagnosa, masalah dan kebutuhan aktual kebidanan

pada ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir dan nifas.

c. Mampu mendiagnosa masalah potensial pada ibu hamil, bersalin, bayi baru

lahir dan nifas.

d. Mampu menetapkan kebutuhan tindakan segera dan kolaborasi pada ibu

hamil, bersalin, bayi baru lahir dan nifas.

e. Mampu menyusun rencana asuhan secara menyeluruh pada ibu hamil,

bersalin, bayi baru lahir dan nifas.

f. Mampu melaksanakan asuhan secara menyeluruh secara efisien, efektif dan

aman pada ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir dan nifas.

g. Mampu mengevaluasi keefektifan dari ashuhan yang telah diberikan pada

ibu hsmil, bersalin, bayi baru lahir dan nifas.

h. Mampu mendokumentasikan asuhan kebidanan dengan metode Varney dan

SOAP.

C. Gambaran Kasus

Laporan kasus ini akan membahas tentang Asuhan Kebidanan

Komprehensif pada Ny.H usia 24 Tahun G3P2A0 Hamil 40 minggu di

Puskesmas Mekar Wangi Kota Bogor Periode Mei-Agustus Tahun 2019 dari

masa kehamilan trimester III, Persalinan, Masa Nifas, Bayi Baru Lahir dan

Keluarga Berencana.
8

1. Tanggal 15 Juni 2019, ANC I

Pada pemeriksaan ANC I di Puskesmas Mekarwangi pada pukul

08.40 WIB, usia kehamilan 35 minggu kunjungan untuk komprehensif.

TTV dalam batas normal, tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 78x/menit,

respirasi 21x/menit, suhu 36,4 0C. TFU : 28 cm, DJJ : 146x/menit teratur.

Kenaikan berat badan selama hamil 10 kg. Diagnosa Ny. H usia 24 tahun

G3P2Ao usia kehamilan 30 minggu. Janin Tunggal Hidup Intauterine

Presentasi Kepala . Pada kunjungan ini ibu mengatakan sedikit pusing.

2. Tanggal 27 Juni 2019, ANC II

Pada pemeriksaan ANC II di Puskesmas Mekarwangi pada pukul

09.00 WIB, usia kehamilan 37 minggu kunjungan untuk komprehensif.

TTV dalam batas normal, tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 81 x/menit,

respirasi 19 x/menit, suhu 36,6 0C. TFU : 29 cm, DJJ : 150x/menit teratur.

Diagnosa Ny. H usia 24 tahun G3P2A0 usia kehamilan 34 minggu. Janin

Tunggal Hidup Intauterine Presentasi Kepala. Pada kunjungan ini ibu

mengatakan sakit pinggang.

3. Tanggal 10 Juli 2019, ANC III

Pada pemeriksaan ANC III di Puskesmas Mekar Wangi pada pukul

09.00 WIB, usia kehamilan 39 minggu kunjungan untuk komprehensif.

TTV dalam batas normal, tekanan darah 100/70 Mmhg, nadi 84x/menit,

respirasi 19 x/menit, suhu 36,2 0C. TFU : 28 cm, DJJ : 146x/menit teratur.

Diagnosa Ny. H usia 24 tahun G3P2A0 usia kehamilan 39 minggu. Janin


9

Tunggal Hidup Intauterine Presentasi Kepala. Pada kunjungan ini ibu

mengatakan sakit pinggang. HPHT Ny. H adalah tanggal 14 Oktober 2018

4. Tanggal 14 Juli 2019, INC

Ibu datang ke Puskesmas Mekarwangi pukul 10.00 WIB, dengan

keluhan perutnya mules-mules sejak pukul 07.20 WIB sudah keluar lendir

bercampur darah tetapi belum keluar air-air. Berdasarkan hasil

pemeriksaan keadaan umum baik, kesadaran komposmetis, didapatkan

TTV dalam batas normal yaitu Tekanan Darah 110/70 mmHg, nadi 83

x/menit, respirasi 22 x/menit, suhu 36,4 0C. BB : 58 kg. TFU : 29 cm,

Puki, divergen 2/5, DJJ Positif 140 x/menit (teratur). Pembukaan 7 cm,

porsio tipis lunak ketuban utuh. Diagnosa Ny. H usia 24 tahun G3P2A0

hamil 40 minggu inpartu kala I fase aktif. Janin Tunggal Hidup Intrauterin

presentasi kepala.

Pukul 17.00 WIB ibu mengatakan mulesnya sudah semakin sering

dan kuat, ingin mengedan seperti mau BAB, dilakukan VT ulang

pembukaan 10 cm, ketuban negatif presentasi kepala, penurunan Hodge

III+, posisi UUK di depan, ibu dipimpin untuk meneran. Pada pukul 11:20

WIB bayi lahir spontan dengan letak belakang kepala, menangis kuat,

warna kulit kemerahan, tonus otot kuat, jenis kelamin : perempuan , BB :

2700 gram, PB: 47 cm, LK : 33 cm, tidak ada kelainan kongenital, cacat

(-), Anus (-), pukul 11.35 WIB plasenta lahir lengkap.


10

5. Tanggal 14 Juli 2019

Pemeriksaan pertama masa nifas pada 2 jam postpartum, keadaan

umu baik, kesadaran komposmetis, keadaan emosional stabil, pemeriksaan

TTV.

D. Waktu Dan Tempat Pengambilan Kasus

Adapun pelaksanaan studi kasus ini dimulai sejak tanggal 15 Juni 2019

sampai dengan tanggal 02 September 2019, dan pelaksanaan studi kasus ini

dilaksanakan di Puskesmas Mekar Wangi Kecamatan Tanah Sareal Kota

Bogor. Adapun waktu pelaksanaannya sebagai berikut :

1. Ante Natal Care (ANC)

a. Kunjungan ANC I

Tanggal 15 Juni 2019, pukul 08:40 WIB, di Puskesmas Mekar Wangi

b. Kunjungan ANC II

Tanggal 27 Juni 2019, pukul 09.00 WIB, di Puskesmas Mekar Wangi

c. Kunjungan ANC III

Tanggal 10 Juli 2019, pukul 09.00 WIB, di Puskesmas Mekar Wangi

E. Manfaat Penelitian

1.) Bagi Mahasiswa

Mahasiswa dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara

langsung serta mengaplikasikan teori dengan praktik untuk memberikan

asuhan komprehensif kepada klien. Sehingga bisa memberikan asuhan

yang baik dari mulai dari kehamilan, persalinan bayi baru lahir dan nifas

serta Keluarga Berencana (KB).


11

2.) Bagi Institusi

Hasil asuhan komprehensif ini diharapkan dapat memeberikan manfaat

bagi institusi untuk meluluskan mahasiswa dengan keterampilan dan

pengetahuan yang baik serta dapat bermanfaat bagi mahasiswa yang akan

datang serta dapat menjadi bahan evaluasi untuk mahasiswa tingkat 3 yang

akan datang.

3.) Bagi Lahan Praktik

Dapat meningkatkan asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin, bayi baru

lahir, nifas dan Keluartga Berencana (KB) untuk menurunkan AKI dan

AKB serta dapat membagi ilmu kepada mahasiswa bagaimana melakukan

asuhan secara komprehensif.

4.) Bagi Masyarakat

Dapat meningkatkan kesadaran masyarakat agar melakukan pemeriksaan

kehamilan, melakukan persalinan, serta pengawasan masa nifas di tenaga

kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan menurunkan

tingginya AKI dan AKB.


12

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Kehamilan

1. Pengertian Kehamilan

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.

Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan) di hitung

dari hari pertama haid terakhir dengan 3 triwulan yaitu triwulan pertama di

mulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan ke dua dari empat bulan

sampai enam bulan, dan triwulan ke tiga dari bulan ke tujuh sampai

sembilan bulan (Saifuddin, 2013).

Kehamilan merupakan masa yang dimulai dari konsepsi sampai

lahinya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9

bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Manuaba, 2014).

Menurut federasi obstetri ginekologi internasional, kehamilan

didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum

dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Dihitung dari saat fertilisasi

hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40

minggu atau 10 bulan atau 9 bulan (Walyani, 2015).

2. Tanda kehamilan

Tanda- tanda pasti kehamilan adalah sebagai berikut

a) Denyut jantung Janin

Denyut jantung janin dengan stetoskop Leanec pada minggu 17-18,

Pada orang gemuk lebih lambat, dengan stetoskop ultrasonic (Doppler)

12
13

DJJ dapat didengar lebih awal lagi sekitar minggu ke-12. Melakukan

auskultasi pada janin bisa juga mengidentifikasi bunyibunyi yang lain,

seperti bising tali pusat, bising uterus, dan nadi ibu.

b) Gerakan janin dalam rahim

Gerakan janin juga bermula pada usia kehamilan 12 minggu, tetapi

baru dapat dirasakan oleh ibu pada usia kehamilan 16-28 minggu pada

multigravida, karena pada usia kehamilan tersebut ibu hamil dapat

merasakan gerakan halus hingga tendangan kaki bayi. Ibu

primigravida dapat merasakan gerakan janin pada usia kehamilan 18-

20 minggu

c) Tanda Brakton Hiks

Uterus yang dirangsang mudah berkontraksi. Tanda ini khas untuk

uterus dalam masa hamil, pada keadaan uterus yang membesar tapi

tidak ada kehamilan misalnya pada mioma uteri maka tanda ini tidak

ditemukan. ( Romauli, 2015)

3. Perubahan fisiologi pada kehamilan

Perubahan fisiologis pada kehamilan Trimester III menurut Romauli,

2015 adalah sebagai berikut

a) Sistem reproduksi

Vagina dan vulva

Vagina dan vulva mengalami banyak perubahan karena pengaruh

esterogen. Merupakan persiapan untuk mengalami peregangan waktu


14

saat persalinan dengan ketebalan mukosa mendorong jaringan ikat

perubahan ini mengakibatkan bertambah panjangnya dinding vagina.

Serviks uteri

Serviks uteri terjadi penurunan lebih lanjut dari konsentrasi kolagen.

Konsentrasinya menurun karena keadaan yang relatif delusi dalam

keadaan yang menyebar (dispersi).

Uterus

Pada akhir trimester 3 uterus akan terus membesar dalam rongga pelvis

uterus akan menyentuh dinding abdomen. Mendorong usus kesamping

dan ke atas, terus tumbuh hingga menyentuh hati, saat pertumbuhan

uterus akan berotasi.

Ovarium

Pada trimester 3 korpus luteum sudah tidak berfungsi lagi karena telah

di gantikan dengan plasenta yang telah terbentuk

Mammae

Pada ibu hamil trimester tiga, terkadang keluar rembesan cairan

berwarna kekuningan dari puting yang disebut dengan kolostrum. Hal

ini merupakan tanda bahwa payudara sedang menyiapkan ASI untuk

menyusui bayi nantinya. Progesteron menyebabkan puting menjadi

lebih menonjol dan dapat digerakkan

b) Kulit

Perubahan warna kulit menjadi gelap terjadi pada 90 % ibu hamil. Hal

ini dianggap sebagai efek samping dari perubahan hormon yaitu


15

peningkatan hormon stimulating melanosit, selain itu hormon

seterogen dan progesteron juga berperan dalam perubahan warna kulit

pada ibu hamil. Hiperpigmentasi terlihat lebih jelas pada wanita yang

berkulit gelap dan terlihat di area seperti aerola mamae, perineum, dan

umbilikus, aksila dan paha bagian dalam. Peningkatan ukuran maternal

mengakibatkan terjadi peregangan pada beberapa bagian seperti

payudara, abdomen, dan paha sehingga menimbulkan peregangan

maksimum pada lapisan kulit dan tampak tipis

c) Sistem Kardiovaskular

Kondisi atau posisi tubuh dapat memiliki dampak besar pada tekanan

darah. Posisi telentang dapat menurunkan curah jantung hingga 25%.

Sirkulasi uteroplasenta menerima proporsi jantung yang terbesar,

dengan aliran darah meningkat. Hal ini terlihat dengan peningkatan

aliran darah maternal ke plasenta kira – kira 500 ml/menit.aliran darah

ke dalam kapiler membran mukosa dan kulit meningkat, hal ini

membantu untuk menghilangkan panas akibat peningkatan

metabolisme yang merupakan penyebab ibu hamil merasa kepanasan

dan selalu berkeringat setiap saat

d) Perubahan dan adaptasi psikologi kehamilan

Kehamilan merupakan suatu kondisi perubahan citra tubuh dan peran

dalam anggota keluarga.ibu hamil biasanya menunjukan respons

psikologi dan emosional yang sama selama kehamilan.( Hutahean,

2013)
16

1) Ambivalen

Pada awalnya ada rencana kehamilan kemudian terjadi hal yang

mengejutkan bahwa konsepsi telah terjadi. Ambivalen ini

berhubungan dengan pemilihan waktu yang salah. Ketakutan

tentang peran baru, ketakutan tentang kehamilan, persalinan dan

kelahiran.

2) Penerimaan

Penerimaan kehamilan di pengaruhi oleh banyak faktor.

Rendahnya penerimaan cenderung di hubungkan dengan tidak

direncanaknnya kehamilan dan bukti ketakutan serta konflik. Pada

trimester tiga menggabungkan perasaan bangga dengan rasa takut

menghadapi persalinan. Selama trimester III ketidaknyamanan

fisik meningkat dan istirahat yang adekuat menjadi keharusan

3) Introversion

Introvert atau memikirkan dirinya sendiri dari pada orang lain

merupakan peristiwa yang biasa dalam kehamilan. Ibu menjadi

kurang tertarik kan aktivitas terdahulunya. Dan lebih

berkonsentrasi untuk kebuhan akan beristirahat dan waktu untuk

sendiri.

4) Perasaan Buaian

Selama kehamilan ibu memiliki karakteristik ingin di buai dan di

manja dengan suka cita. Pasangan harus lebih memahami bahwa

ini merupakan karakteriustim kehamilan


17

5) Perubahan gambaran tubuh

Kehamilan menimbulkan perubahan bentuk tubuh ibu dalam waktu

yang singkat. Ibu menyadari bahwa mereka memerlukan lebih

banyak ruang sebagai kemajuan kehamilan

6) Insomnia.

Baik pada wanita yang mengandung maupun tidak, dapat

disebabkan oleh sejumlah penyebab, seperti kekhawatiran,

kecemasan, terlalu gembira menyambut suatu acara untuk

keesokan hari. Wanita hamil, bagaimanapun memiliki tambahan

alasan fisik sebagai penyebab insomnia. Hal ini meliputi

ketidaknyamanan lain selama kehamilan, dan pergerakan janin,

terutama jika janin tersebut aktif. Penanganan insomnia melalui

pengaturan waktu bisa efektif bisa tidak.

4. Tanda bahaya kehamilan

Ketika bidan mengikuti langkah-langkah proses manajemen

kebidanan, bidan harus waspada terhadap tanda-tanda bahaya dalam

kehamilan. Tanda-tanda bahaya ini, jika tidak dilaporkan atau terdeteksi,

dapat mengakibatkan kematian ibu. Pada setiap kunjungan antenatal bidan

harus mengajarkan kepada ibu bagaimana mengenali tanda-tanda bahaya

ini, dan menganjurkan untuk datang ke klinik dengan segera jika ia

mengalami tanda-tanda bahaya tersebut (Romauli, 2014).

tanda-tanda bahaya yang perlu diperhatikan dan diantisipasi dalam

kehailan lanjut, adalah :


18

1) Plasenta Previa

Gejala yang terpenting adalah perdarahan tanpa nyeri, biasa terjadi

secara tiba-tiba dan kapan saja. Bagian terendah anak sangat tinggi

karena plasenta terletak pada bagian bawah rahim sehingga bagian

terendah tidak dapat mendekati pintu atas panggul. Pada plasenta

previa, ukuran panjang rahim berukuran lebih besar maka pada

plasenta previa lebih sering disertai kelainan letak

2) Solusio Plasenta

Darah dari tempat pelepasan keluar dari serviks dan terjadilah

perdarahan tampak. Kadang-kadang darah tidak keluar, terkumpul

dibelakang plasenta. Solusio plasenta dengan perdarahan

tersembunyi menimbulkan tanda yang lebih khas (rahim keras

seperti papan) karena seluruh perdarahan tertahan didalam.

Umumnya berbahaya karena jumlah perdarahan yang keluar tidak

sesuaai dengan beratnya syok. Nyeri abdomen pada saat dipegang,

palpasi sulit dilakukan, fundus uteri makin lama makin naik dan

bunyi jantung biasanya tidak ada

3) Sakit kepala yang hebat

Wanita hamil mengeluh nyeri kepala yang hebat. Sakit kepala

seringkali merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam

kehamilan. Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah serius

adalah sakit kepala yang menetap dan tidak hilang dengan

beristirahat. Kadang-kadang dengan sakit kepala yang hebat ibu


19

mungkin menemukan bahwa penglihatannya menjadi kabur atau

berbayang. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala

dari preeklampsia.

4) Penglihatan kabur

Wanita hamil mengeluh penglihatan yang kabur. Karena pengaruh

hormonal, ketajaman penglihatan ibu dapat berubah dalam

kehamilan. Perubahan ringan (minor) adalah normal. Masalah

visual yang mengindikasikan keadaan yang mengancam adalah

perubahan visual yang mendadak, misalnya pendangan kabur dan

berbayang. Perubahan penglihatan ini mungkin disertai sakit

kepala yang hebat dan mungkin menandakan preeklampsia

5) Bengkak diawajah dan jari- jari tangan

Hampir dari separuh ibu hamil akan mengalami bengkak yang

normal pada kaki yang biasanya muncul pada sore hari akan

biasanya hilang setelah beristirahat dengan meninggikan kaki.

Bengkak biasanya menunjukkan adanya masalah serius jika

muncul pada muka dan tangan, tidak hilang setelah istirahat dan

disertai dengan keluhan fisik yang lain. Hal ini dapat merupakan

pertanda anemia, gagal jantung atau pre-eklampsia

6) Keluar cairan Pervaginam

Keluarnya cairan berupa air-air dari vagina pada trimester III.

Ketuban dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum proses

persalinan berlangsung. Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi


20

pada kehamilan preterm (sebelum kehamilan 37 minggu) maupun

pada kehamilan aterm. Normalnya selaputketuban pecah pada

akhir kala I atau awal kala

7) Gerakan janin tidak terasa

Ibu tidak merasakan gerakan janin sesudah kehamilan trimester III.

Normalnya ibu mulai merasakan janinnya bayinya lebih awal. Jika

bayi tidur, gerakannya akan melemah. Gerakan janin akan lebih

mudah terasa jika ibu berbarig atau beristirahat dan jika ibu makan

dan minum dengan baik. Gejala yang akan terjadi gerakan bayi

kurang dari 3 kali dalam periode 3 jam.

8) Nyeri perut yang hebat

Ibu mengeluh nyeri perut pada kehamilan trimester III. Nyeri

abdomen yang berhubungan dengan persalinan normal adalah

normal. Nyeri abdomen yang mungkin menunjukkan masalah yang

mengancam keselamatan jiwa adalah yang hebat, menetap dan

tidak hilang setelah beristirahat. Hai ini bisa berarti apendisitis,

kehamilan ektopik, aborsi, penyakit radang panggul, persalinan

preterm, grastitis, penyakit atau infeksi lain

9) Anemia

Anemia didefinisikan sebagai penurunan jumlah sel darah merah

atau penurunan jumlah sel konsentrasi hemoglobin di dalam

sirkulasi darah. Selama kehamilan, volume plasma maternal

meningkat secara bertahap sebanyak 50%, atau meningkat sekitar


21

1200 ml pada saat cukup lain. Peningkatan sel darah merah total

adalah sekitar 25% atau kira-kira 300 ml. Hemodilusi relatif ini

menyebabkaan penurnan konsentrasi Hb yang mencapai titik

terendah pada trimester kedua kehamilan dan meningkat kembali

pada trimester ketiga (Romauli, 2013).

5. Standar Asuhan Kehamilan

1) Kebijakan Program

Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama

kehamilan :

a. Satu kali pada triwulan pertama (<14 minggu)

b. Satu kali pada triwulan kedua (14-28 minggu)

c. Dua kali pada triwulan ketiga (28-36 dan sesudah minggu ke36).

(Prawirohardjo, 2009).

2) Pelayanan asuhan standar “7T”

a. Berat badan ibu hamil

b. Ukur tekanan darah

c. Ukur tinggi Funsus Uteri

d. Pemberian imunisasi Tetanus Toxoid (TT) lengkap

e. Pemberian tablet besi

f. Tes terhadap penyakit menular

g. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan


22

B. Persalinan

1. Pengertian Persalinan

Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada

kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi

belakang kepala yang berlangsung selama 18 jam produk konsepsi

dikeluarkan sebagai akibat kontraksi teratur, progresif, sering dan kuat

yang nampaknya tidak saling berhubugan bekerja dalam keharmonisan

untuk melahirkan bayi (Purwoastuti dan Walyani, 2015).

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi dari

rahim ibu melalui jalan lahir atau dengan jalan lain, yang kemudian janin

dapat hidup ke dunia luar. Persalinan merupakan proses pergerakan

keluarnya janin, plasenta dan membran dari dalam rahim melalui jalan

lahir. Proses ini berawal dari pembukaan dan dilatasi serviks sebagai

akibat kontraksi uterus dengan frekuensi, durasi dan kekuatan yang teratur.

Mula - mula kekuatan yang muncul kecil, kemudian terus meningkat

sampai pada pincaknya pembukaan serviks lengkap sehingga siap untuk

pengeluaran janin dari rahim ibu (Rohani, 2013).

2. Tanda dan gejala persalinan

Yang termasuk tanda-tanda persalinan meliputi :

a. Adanya kontraksi rahim

Secara umum tanda awal bahwa ibu hamil untu melahirkan adalah

mengejangnya rahim atau dikenal dengan istilah kontraksi. Kontraksi

tersebut berirama, teratur, dan involunter, umumnya kontraksi


23

bertujuan untuk menyiapkan mulut rahim untuk membesar dan

meningkatkan aliran darah di dalam plasenta

b. Keluar lendir bercampur darah.

Lendir disekresi sebagai hasil proliferasi kelenjar lendir serviks pada

awal kehamilan. Lendir mulanya menyumbat leher rahim, sumbatan

yang tebal pada mulut rahim terlepas, sehingga menyebabkan keluarna

lendir yang berwarna kemerahan bercampur darah dan terdorong

keluar oleh kontraksi yang membuka mulut rahim yang menandakan

bahwa mulut rahim menjadi lunak dan membuka.

c. Keluar air ketuban

Keluarnya air yang jumlahnya cukup banyak, berasal dari ketuban

yang pecah akibat kontraksi yang makin sering terjadi. Jika ketuban

yang menjadi tempat perlindungan bayi sudah pecah, maka sudah

saatnya bayi harus keluar

d. Pembukaan serviks

Membukanya leher rahim sebagai respon terhadap kontrasi yang

berkembang. Tanda ini tidak diketahui oleh pasien tetapi dapat

diketahui melaui pemeriksaan dalam ( Walayani, 2015).

3. Teori Permulaan Persalinan

Selama kehamilan dalam tubuh wanita terdapat dua hormone yang

dominan:
24

1. Estrogen

Berfungsi untuk meningkatkan sensitivitas otot rahim serta

memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan

oksitosin, prostaglandin ddan mekanis.

2. Progesteron

Berfungsi untuk menurunkan sensitivitas otot rahim, menghambat

rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, prostaglandin dan

mekanis, serta menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi

(Sulistyawati, 2010).

Adapun teori-teori tersebut diantarannya:

a) Teori penurunan hormon

b) Teori plasenta menjadi tua

c) Teori distensi rahim

d) Teori iritasi Mekanis

e) Teori Oksitosin

f) Teori Hipotalamus-Pituitari Dan Glandula Suprenlis

g) Teori Prostaglandin

4. Perubahan Fisiologis

Sejumlah perubahan fisiologis akan terjadi selama persalinan, hal ini

bertujuan untuk mengetahui perubahan- perubahan yang dapat dilihat

secara klinis bertujuan untuk dapat secara cepat dan cepat

mengintrepretasikan tanda- tanda, gejala tertentu dan penemuan perubahan

fisik dan laboratorium apakah normal apa tidak. ( Walyani, 2015).


25

a. Perubahan tekanan darah

b. Perubahan metabolisme

c. Perubahan suhu badan

d. Denyut jantung

e. Pernafasan

f. Perubahan renal

g. Perubahan Gastrointestinal

h. Perubahan hematologis

i. Kontraksi uterus

j. Pembentukan segmen atas rahim dan segmen bawah rahim

k. Perkembangan retraksi ring

l. Penarikanj serviks

m. Pembukaan ostium oteri interna dan ostiun oteri exsterna

n. Show

o. Tonjolan kantong ketuban

p. Pemecahan kantong ketuban

5. Faktor yang mempengaruhi persalinan

a. Power

power adalah kekuatan yang mendorong janin keluar. Kekuatan yang

mendorong janin keluar dalam persalinan ialah his, kontraksi otot-otot

perut, kontraksi diafragma dan aksi dari ligament, dengan kerja sama

yang baik dan sempurna ( Marmi, 2016)


26

1) Kontraksi Uterus (HIS)

Otot rahim terdiri dari 3 lapis, dengan susunan berupa anyaman

yang sempurna. Tediri atas lapisan otot longitudinal dibagian luar,

lapisan otot sirkular dibagian dalam, dan lapisan otot menyilang

diantara keduannya. Dengan susunan demikian, ketika otot rahim

berkontraksi maka pembuluh darah yang terbuka setelah plasenta

lahir akan terjepit oleh otot dan perdarahan dapat berhenti

(Sulistyawati, 2010)

2) Kontraksi dinding rahim

3) Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan.

4) Ketegangan dan kontraksi ligamentum retundum

b. Passage

Jalan lahir terdiri atas panggul ibu, yakni bagian tulang yang padat,

dasar panggul, vagina, dan introitus. Janin harus berhasil

menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relative kaku, oleh

karena itu ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan sebelum

persalinan dimulai

c. Pasanger

1) Janin

Sikap : Menunjukkan hubungan bagian-bagian janin satu sama

lain. Biasanya tubuh janin berbentuk lonjong (avoid) kira-kira

sesuai dengan kavum uterus.


27

Letak (situs) : Menujukkan hubungan sumbu janin dengan sumbu

jalan lahir. Bila kedua sumbunya sejajar disebut letak memanjang,

bila tegak lurus satu sama lain disebut letak melintang

Presentasi dan bagian bawah : Presentasi menunjukkan bagian

janin yang berada dibagian terbawah jalan lahir

Posisi dan Penyebutnya : Posisi menujukan hubugan bagian janin

tertentu (Penyebut, umpamanya ubunubun kecil, dagu atau sacrum)

dengan bagian kiri, kanan, depan, lintang (lateral) dan belakang

dari jalan lahir (Sulistyawati, 2010)

2) Plasenta

Karena plasenta juga harus melalui jalan lahir, ia juga dianggap

sebagai penumpang yang menyertai janin. Namun plasenta jarang

menghambat proses persalinan pada persalinan normal. Dimana

plasenta memiliki peranan berupa tansport zat dari ibu ke janin,

penghasil hormone yang berguna selama kehamilan, serta sebagai

barier. Melihat pentingnya peranan dari plasenta maka bila terjadi

kelaianan pada plasenta akan menyebabkan kelaianan pada janin

ataupun mengganggu proses persalinan (Marmi, 2012)

3) Air ketuban

Merupakan elemen penting dalam proses persalinan. Air ketuban

dapat dijadikan acuan dalam menentukan diagnose kesejahteraan

janin (Sulistyawati, 2010)


28

d. Posisi

Ganti posisi secara teratur kala II persalianan karena dapat

mempercepat kemajuan persalinan. Bantu ibu memperoleh posisi yang

paling nyaman sesuai dengan keinginannya.

e. Penolong persalinan

Kehadiran penolong yang berkesinambungan (bila diinginkan ibu)

dengan memelihara kontak mata seperlunya, bantuan member rasa

nyaman, sentuhan pijatan dan dorongan verbal, pujian serta penjelasan

mengenai apa yang terjadi dan beri nernagai informasi.

f. Pendamping persalinan

Pendamping persalinan merupkan factor pendukung dalam lancarnya

persalinan. Dorong dukungan berkesinambungan, harus ada sesorang

yang menunggui setiap saat, memegang tangannya dan memberikan

kenyamanan.

g. Psikolog Ibu

Melibatkan psikologi ibu, emosi dan persiapan intelektual, pengalaman

bayi sebelumnya, kebiasaan adat, dukungan dari orang terdekat pada

kehidupan ibu. (Walyani, 2014)

6. Mekanisme persalinan

1. Kala I

Pasien dikatakan dalam tahap persalinan kala I, jika sudah terjadi

pembukaan serviks dan kontraksi terjadi teratur minimal 2 kali dalam

10 menit selama 40 detik. Kala I adalah kala pembukaan yang


29

berlangsung antara pembukaan 0-10 cm (pembukaan lengkap). Proses

ini terbagi menjadi dua fase, yaitu fase laten (8 jam) dimana serviks

membuka sampai 3 cm dan fase aktif (7 jam) dimana serviks membuka

dari 3-10 cm. Kontraksi lebih kuat dan sering terjadi selama fase aktif.

Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat

sehingga parturient (ibu yang sedang bersalin) masih dapat berjalan-

jalan. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam

sedangkan pada multigravida sekitar 8 jam, Berdasarkan Kurve

Friedman, diperhitungkan pembukaan primigravida 1 cm per jam dan

pembukaan multigravida 2 cm per jam. Dengan perhitungan tersebut

maka waktu pembukaan lengkap dapat diperkirakan. (Sulistyawati,

2010)

2. Kala II

Kala II adalah pengeluaran bayi, dimulai dari pembukaan lengkap

sampai bayi lahir. Uterus dengan kekuatan hisnya ditambah kekuatan

meneran akan mendorong bayi hingga lahir. Proses ini biasanya

berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada multigravida.

Diagnosis persalinan kala II ditegakkan dengan melakukan

pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan sudah lengkap dan

kepala janin sudah tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm,.

3. Kala III

Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti sekitar 5 sampai 10 menit.

Dengan lahirnya bayi, mulai berlangsung pelepasan plasenta pada


30

lapisan nitabusch, karena sifat retraksi otot rahim. Lepasnya plasenta

sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda uterus

menjadi bundar, uterus terdorong ke atas karena plasenta dilepas ke

segmen bawah rahim, tali pusat bertambah panjang, terjadi perdarahan,

melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan ringan secara crede

pada fundus uteri (Manuaba, 2010:147).

4. Kala IV

Kala IV mulai dari lahirnya plasenta selama 1-2 jam. Pada kala IV

dilakukan observasi terhadap perdarahan pascapersalinan, paling

sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang dilakukan adalah

sebagai berikut:

a) Tingkat kesadaran pasien

b) Pemeriksaan tanda- tanda vital

c) Kontraksi uterus

d) Terjadinya pendarahan ( Sulistyawati, 2015)

7. Partograf

a. Pengertian Partograf

Partograf adalah alat bantu yang digunakan intuk memantau

kemajuan kala I persalinan dan informasi untuk membuat keputusan

klinik (Kuswanti dan Melina, 2014).

Observasi yang ketat harus dilakukan selama kala I persalinan

untuk keselamatan ibu, hasil observasi dicatat didalam partograf.

Partograf membantu bidan mengenali apakah ibu masih dalam kondisi


31

normal atau mulai ada penyulit. Dengan selalu menggunakan

partograf, bidan dapat mengambil keputusan klinik dengan cepat dan

tepat sehingga dapat terhindar dari keterlambatan dalam pengelolaan

ibu bersalin. Partograf dilengkapi halaman depan dan halaman

belakang untuk diketahui dengan lengkap proses persalinan kala I

sampai dengan IV (Nurjasmi dkk, 2016).

b. Penggunaan Partograf

1) Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan sebagai

bagian penting asuhan persalinan. Partograf harus digunakan, baik

tanpa ataupun adanya penyulit.

2) Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat (rumah,

puskesmas, klinik bidan swasta, rumah sakit, dll)

3) Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memeberikan

asuhan kepada ibu selama persalinan dan kelahiran (Spesialis

Obgin, bidan, dokter umum, residen dan mahasiswa kedokteran).

c. Komponen yang harus diobservasi

komponen yang harus diobservasi menggunakan partograf meliputi.

1) Denyut jantung janin setiap ½ jam

2) Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap ½ jam

3) Nadi setiap ½ jam

4) Pembukaan serviks setiap 4 jam

5) Penurunan setiap 4 jam

6) Tekanan darah dan temperatur tubuh setiap 4 jam


32

7) Produksi urin, aseton dan protein setiap 2 sampai 4 jam

d. Pencatatan selama fase aktif persalian

1) Informasi Tentang Ibu

Lengkapi bagian awal (atas) partograf secara teliti pada saat

memulai asuhan persalinan. Catat waktu kedatangan (tertulis sebagai

“jam” pada partograf) dan perhatikan kemungkinan ibu datang dalam

fase laten persalinan. Catat waktu terjadinya pecah ketuban.

2) Keselamatan Dan Kenyamanan Janin

Denyut Jantung Janin (DJJ)

Dengan menggunakan metode seperti yang diuraikan

pada bagian pemeriksaan fisik dalam bab ini, nilai dan catat

denyut jantung janin setiap 30 menit (lebih sering jika ada

tanda-tanda gawat janin). Setiap kotak pada bagian ini,

menunjukan waktu 30 menit. Skala angka disebelah kolom

paling kiri menunjukkan DJJ, catat dengan memberi tanda

titik pada garis yang sesuai dengan angka yang

menunjukkan DJJ, kemudian hubungkan titik yang satu

dengan titik yang lainnya dengan garis tidak terputus.

Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf diantara

garis tebal angka 180 dan 100. Tetapi, penolong sudah

harus waspada bila DJJ di bawah 120x/menit atau diatas

160x/menit.
33

Warna dan adanya air ketuban

Nilai air ketuban setiap kali dilakukan pemeriksaan

dalam dan nilai warna air ketuban jika selaput ketuban

pecah. Catat temuan-temuan didalam kotak yang sesuai di

bawah lajur DJJ.

Gunakan lambang-lambang berikut.

(1) U : ketuban utuh (belum pecah)

(2) J : ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih

(3) M : ketuban sudah pecah dan air ketuban

bercampur mekonium

(4) D : ketuban sudah pecah dan air ketuban

bercampur darah

(5) K : ketuban sudah pecah dan tidak ada air

ketuban (“kering”)

Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu

menunjukkan adanya gawat janin. Jika terdapat mekonium,

pantau DJJ secara seksama untuk mengenali tanda-tanda

gawat janin selama proses persalinan. Jika ada tanda-tanda

gawat janin ( denyut jantung janin <100 atau >180 kali per

menit), segera rujuk ibu ke fasilitas kesehatan yang sesuai.

Jika tedapat mekonium kental, segera rujuk ibu ketempat

yang memilki kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir.

Molage (penyusupan tulang kepala janin)


34

Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa

jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri dengan bagian

keras panggul ibu. Tulang kepala yang saling menyusup

atau tumpang tindih menunjukkan kemungkinan adanya

disproprosi tulang panggul (CPD). Ketidakmampuan

akomodasi akan benar-benar terjadi jika tulang kepala yang

saling menyusup tidak dapat dipisahkan. Apabila ada

dugaan diproporsi tulang panggul, penting sekali untuk

memantau kondisi janin dan kemajuan persalinan. Lakukan

tindakan pertolongan awal yang sesuai dan rujuk ibu

dengan tanda-tanda disproporsi tulang panggul ke fasilitas

kesehatan yang memadai.

Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, nilai

penyusupan kepala janin. Catat temuan dikotak yang sesuai

di bawah lajur air ketuban.Gunakan lambang-lambang

berikut.

(1) 0: tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan

mudah dapat dipalpasi

(2) 1: tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan

(3) 2: tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih,

tapi masih dapat dipisahkan

(4) 3: tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak

dapat dipisahkan
35

3) Kemajuan Persalinan

a) Pembukaan Serviks

Nilai dan catat pembukaan serviks etiap 4 jam (lebih sering

dilakukan jika ada tanda-tanda penyulit). Saat ibu berada

dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf hasil

temuan dari setiap pemeriksaan. Tanda “X” harus ditulis

digaris waktu yang sesuai dengan lajur besarnya

pembukaan serviks.Beritanda untuk temuan-temuan dari

pemeriksaan dalam yang dilakukan pertama kali selama

fase aktif persalinan di garis waspada.Hubungkan tanda

“X” dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh (tidak

terputus).

b) Penurunan Bagian Terbawah Atau Presentasi Janin

Dengan menggunakan metode yang dijelaskan dibagian

pemeriksaan fisik di bab ini. Setiap kali melakukan

pemeriksaan dalam (setiap 4 jam), atau lebih sering jika

ada tanda-tanda penyulit, nilai dan catat turunnya bagian

terbawah atau presentasi janin.

Pada persalinan normal, kemajuan pembukaan serviks

umunya diikuti dengan turunya bagian terbawah atau

presentasi janin. Akan tetapi, kadangkala turunya bagian

terbawah/prsentasi janin baru terjadi setelah pembukaan

serviks sebesar 7 cm.


36

Kata-kata “turunnya kepala” dan garis tidak terputus

dari 0-5, tertera disisi yang sama dengan angka pembukaan

serviks. Berikan tanda “O” pada garis waktu yang

sesuai.Sebagai contoh, jika kepala bisa dipalpasi 4/5,

tuliskan tanda “O” di nomor 4, hubungkan tanda “O” dari

setiap pemeriksaan dengan garis tidak terputus.

C. Bayi baru lahir

1. Definisi

Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu yang

sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus

dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan

ektrauterin (Walyani, 2015).

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang

kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37

minggu sampai dengan 42 minggu dengan berat badan antara 2500 gram

sampai 4000 gram dengan nilai apgar > 7 dan tanpa cacad bawaan

(Walyani, 2015)

2. Karakteristik bayi baru lahir Normal

Karakteristik bayi baru lahir yaitu lahir aterm antara 37-42 minggu, berat

badan 2.500-4.000 gram, panjang 45-53 cm, lingkar dada 30-38 cm,

lingkar kepala 33-35 cm, lingkar lengan 11-12 cm, ferekuensi denyut

jantung 120-160 x/menit, pernapasan ± 40-60 x/menit, kulit kemerah-

merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup, rambut lanugo
37

tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna, kuku agak

panjang dan lemas, Nilai APGAR > 7, gerak aktif, bayi lahir langsung

menangis kuat, refleks rooting ( mencari puting susu dengan rangsagan

taktil pada pipi dan daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik, refleks

morrro ( gerajan memeluk bila dikagetkan) sudah terbentuk dengan baik,

refleks grasping ( menggenggam) sudah baik, pada anak laki-laki

kematangan ditandai dengan testis dengan testis yang berada pada

skrotum dan penis yang berlubang, pada anak perempuan kematangan

ditandai dengan vagina dan uretra yang berlubang, serta adanya labia

minora dan mayora, dan eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya

mekonium dalam 24 jam pertama dan berarna hitam kecokletan.

(Purwoastuti, 2015)

3. Asuhan dan penanganan segera BBL

Manajemen/asuhan segera pada BBL normal adalah asuhan yang

diberikan pada bayi pada jam pertama setelah kelahiran, dilanjutkan

sampai 24 jam setelah kelahiran. Asuhan yang diberikan kepada BBL

bertujuan untuk memberikan asuhan yang adekuat dan terstandar pada

BBL dengan memperhatikan riwayat bayi selama kehamilan, dalam

persalinan dan keadaan bayi segera setelah lahir. Hasil yang diharapkan

dari pemberian asuhan kebidanan pada BBL adalah terlaksananya asuhan

segera/rutin pada BBL termasuk melakukan pengkajian, membuat

diagnosis dan masalah potensial, tindakan segera serta rencana asuhan

(Walyani, S 2015).
38

a).Kunjungan Neonatus

Terdapat tiga kali kujungan neonatus menurut (Buku Saku Asuhan

Pelayanan Maternal dan Neonatal, 2013) yaitu:

1) Pada usia 6-48 jam

(a). Menjaga kehangatan bayi

(b). Memastikan bayi menyusu sesering mungkin

(c). Memastikan bayi sudah buang air besar (BAB) dan buang air

kecil (BAK)

(d). Memastikan bayi cukup tidur

(e). Menjaga kebersihan kulit bayi

(f). Perawatan tali pusat untuk mencegah infeksi

(g). Mengamati tanda-tanda infeksi

2) Pada usia 3-7 hari

(a) Mengingatkan ibu untuk menjaga kehangatan bayinya

(b) Menanyakan pada ibu apakah bayi menyusu kuat

(c) Menanyakan pada ibu apakah BAB dan BAK bayi normal

(d) Menyakan apakah bayi tidur lelap atau rewel

(e) Menjaga kekeringan tali pusat

(f) Menanyakan pada ibu apakah terdapat tanda-tanda infeksi

3) Pada usia 8-28 hari

(a) Mengingatkan ibu untuk menjaga kehangatan bayinya

(b) Menanyakan pada ibu apakah bayi menyusu kuat


39

(c) Menganjurkan ibu untuk menyusui ASI saja tanpa makanan

tambahan selama 6 bulan

(d) Bayi sudah mendapatkan imunisasi BCG, Polio dan hepatitis

(e) Mengingatkan ibu untuk menjaga pusat tetap bersih dan kering

(f) Mengingatkan ibu untuk mengamati tanda-tanda infeksi

4. Pemeriksaan fisik

Butir-butir penting pada saat memeriksa bayi baru lahir :Gunakan tempat

yang hangat dan bersih, Cuci tangan sebelum dan sesudah memeriksa,

gunakan sarung tangan, dan bertindak lembut pada saat menangani bayi,

Lihat, dengar dan rasakan tiap-tiap daerah mulai dari kepala sampai jari-

jari kaki, jika ada faktor resiko dan masalah minta bantuan lebih lanjut jika

diperlukan dan rekam hasil pengamatan (marmi,2014).

Sebelum pemeriksaan fisik bagian demi bagian sebaiknya dilakukan

pemeriksaan antopometri untuk tiap bagian sesuai daerah yang dilakukan

pemeriksaan, untuk mencegah bayi tidak dibuka tutup pakaian berkali-kali

karena akan mengakibatkan suhu bayi tidak stabil, pemeriksaan antara

lain: Terlebih dahulu lakukan penimbangan berat badan dengan cara:

Letakan kain atau kertas pelindung dan atur skala penimbangan ke titik nol

sebelum penimbangan. Hasil timbangan dikurangi berat alas dan

pembungkus bayi, berat badan bayi lahir normal antara 2500gr- 4000gr,

kemudian ganti pembungkus bayi.


40

a. Bagian Kepala

1) Ukur lingkar kepala

Dilakukan dari dahi kemudian melingkari kepala kembali

lagi ke dahi. Ukuran Circumferensial (Keliling): (1)

Cirkumferensial fronto occipitalis ± 34 cm. (2) Cirkumferensia

mento occipitalis ± 35 cm. (3) Cirkumferensia sub occipito

bregmatika ± 32 cm.Setelah dilakukan pengukuran, maka

rabalah kepala sepanjang garis sutura dan fontanel, apakah

ukuran dan tampilannya normal. Sutura yang berjarak lebar

mengindikasikan bayi preterem, moulding yang buruk atau

hidrosefalus. Pada kelahiran spontan letak kepala, sering

terlihat tulang kepala tumpang tindih yang disebut

moulding/moulase. Keadaan ini normal kembali setelah

beberapa hari sehingga ubun-ubun mudah diraba.

Lakukan pemeriksaan terhadap adanya trauma kelahiran

misalnya; caput suksedaneum, sefal hematoma, perdarahan

subponeurotik/ fraktur tulang tengkorak; perhatikan adanya

kelainan kongenital seperti: anensefali, mikrosefali, kraniotabes

dan lainnya.

2) Kemudian periksa wajah

Wajah harus tampak simetris. Terkadang wajah bayi tidak

tampak simetris hal ini dikarenakan posisi bayi di intrauteri.

Perhatikan kelainan wajah yang khas seperti sindrom down atau


41

sindrom piere robin. Perhatikan juga kelainan wajah akibat

trauma lahir seperti laserasi, paresi N.fasialis.

3) Periksa mata

Goyangkan kepala bayi secara perlahan-lahan supaya mata

bayi terbuka, lakukan pemeriksaan terhadap: periksa jumlah,

eposisi atau letak mata; periksa adanya strabismus yaitu

koordinasi mata yang belum sempurna, periksa adanya

glaukoma kongenital, mulanya akan tampak sebagai

pembesaran kemudian sebagai kekeruhan pada kornea.

4) Hidung

Kaji bentuk dan lebar hidung, pada bayi cukup bulan

lebarnyaharus lebih dari 2,5 cm. Bayi harus bernapas dengan

hidung, jika melalui mulut harus diperhatikan kemungkinan ada

obstruksi jalan nafas karena atresia koana bilateral, fraktur

tulang hidung atau ensefalokel yang menonjol ke nasofaring.

Periksa adanya sekret yang mukopurulen yang terkadang

berdarah, hal ini kemungkinan adanya sifilis kongenital.

Periksa adanya pernapasan cuping hidung, jika cuping hidung

mengembang menunjukan adanya gangguan pernafasan.

5) Mulut

Perhatikan mulut bayi, bibir harus berbentuk dan simetris.

Ketidaksimetrisan bibir menunjukkan adanya palsi wajah.

Mulut yang kecil menunjukkan mikrognatia. Periksa adanya


42

bibir sumbing, adanya gigi atau ranula (kista lunak yang berasal

dari dasar mulut). Periksa keutuhan langit-langit, terutama pada

persambungan antara palatum keras dan lunak. Perhatikan

adanya bercak putih pada gusi atau palatum yang biasanya

terjadi akibat Epistein’s pearl atau gigi. Periksa lidah apakah

membesar atau sering bergerak.

6) Telinga diperiksa kanan dan kiri

Periksa dan pastikan jumlah, bentuk dan posisinya. Pada

bayi cukup bulan, tulang rawan sudah matang. Daun telinga

harus berbentuk sempurna dengan lengkungan yang jelas

dibagian atas, perhatikan letak daun telinga. Daun telinga yang

letaknya rendah (low set ear) terdapat pada bayi yang

mengalami sindrom tertentu (Pierre-robin). Perhatikan adanya

kulit tambahan atau aurikel hal ini dapat berhubungan dengan

abnormalitas ginjal.

b. Leher dan Dada

1) Pemeriksaan leher

Biasanya leher bayi pendek dan harus diperiksa

kesimetrisannya. Pergerakannya harus baik. Jika terdapat

keterbatatasan pergerakan kemungkinan ada kelainan tulang leher.

Periksa adanya trauma leher yang dapat menyebabkan kerusakan

pada fleksus brakhialis. Lakukan perabaan untuk mengidentifikasi

adanya pembengkakan periksa adanya pembesaran kelenjar tyroid


43

dan vena jugularis. Adanya lipatan kulit yang berlebihan dibagian

belakang leher menunjukkan adanya kemungkinan trisomi 21.

2) Klavikula

Raba seluruh klavikula untuk memastikan keutuhannya

terutama pada bayi yang lahir dengan presentasi bokong atau

distosia bahu. Periksa adanya kemungkinan fraktur

3) Tangan

Kedua lengan harus sama panjang, periksa dengan cara

meluruskan kedua lengan ke bawah. Kedua lengan harus bebas

bergerak, jika gerakan kurang kemungkinan adanya kerusakan

neurologis atau fraktur. Periksa jumlah jari dan perhatikan adanya

polidaktili atau sidaktili. Telapak tangan harus dapat terbuka, garis

tangan yang hanya satu buah berkaitan dengan abnormalitas

kromosom. Periksa adanya paronisia pada kuku yang dapat

terinfeksi atau tercabut sehingga menimbulkan luka dan perdarahan.

4) Dada

Ukur lingkar dada dari daerah dada ke punggung kembali ke

dada (pengukuran dilakukan melalui kedua puting susu), lingkaran

bahu ± 34 cm. Periksa kesimetrisan gerakan dada saat bernapas.

Apabila tidak simetris kemungkinan bayi mengalami

Pneumotoraks, paralisis diagfragma atau hernia diagfragmatika.

Pernapasan yang normal dinding dada dan abdomen bergerak secara

bersamaan. Tarikan sternum atau interkostal pada saat bernafas


44

perlu di perhatikan. Pada bayi cukup bulan, puting susu sudah

terbentuk dengan baik dan tampak simetris. Payudara tampak

membesar tetapi ini merupakan keadaan yang normal.

c. Abdomen

Abdomen harus tampak bulat dan bergerak secara bersamaan

dengan gerakan dada saat bernapas. Kaji adanya pembengkakan, jika

perut sangat cekung kemungkinan karena hepatosplenomegali atau

tumor lainnya. Jika perut kembung kemungkinan adanya enterokolitis

vesikali, omfalokel atau ductus omfaloentriskus persisten.

d. Genetalia

1) Pada bayi laki-laki panjang penis 3-4 cm dan lebar 1-1,3 cm.

Periksa lubang posisi uretra. Preputisium tidak boleh ditarik karena

akan menyebabkan fimosis. Periksa adanya hipospadia dan

epispadia. Skrotum harus dipalpasi untuk memastikan jumlah testis

ada dua.

2) Pada bayi perempuan cukup bulan labia mayora menutupi labia

minora. Lubang uretra terpisah dengan lubang vagina. Terkadang

tampak adanya sekret yang berdarah dari vagina, hal ini disebabkan

oleh pengaruh hormon ibu (withdrawl bedding).

e. Anus, rektum dan punggung

Anus dan rektum: periksa adanya kelainan atresia ani, kaji

posisinya. Mekonium secara umum keluar pada 24 jam pertama, jika


45

sampai 48 jam belum keluar kemungkinan adanya mekonium plug

syndrom, megakolon atau obstruksi saluran pencernaan.

f. Tungkai

Periksa kesimetrisan tungkai dan kaki. Periksa panjang kedua kaki

dengan meluruskan keduanya dan bandingkan. Kedua tungkai harus

dapat bergerak bebas. Kurangnya gerakan berkaitan dengan adanya

trauma, misalnya fraktur, kerusakan neurologis. Periksa adanya

polidaktili atau sidaktili pada jari kaki.

g. Spinal

Periksa spinal dengan cara menelungkupkan bayi, cari adanya

tanda-tanda abnormalitas seperti spina bifida, pembengkakan, lesung

atau bercak kecil berambut yang menunjukkan adanya abnormalitas

medula spinalis atau kolumna vertebra.

Setelah melakukan pemeriksaan punggung, lakukan pengukuran

panjang badan, dengan cara: Letakkan bayi di tempat yang datar,

dibawah cahaya lampu sorot agar bayi tidak kedinginan, ukur panjang

badan dari kepala sampai tumit dengan kaki/ badan bayi diluruskan.

Alat ukur harus terbuat dari bahan yang tidak lentur.

h. Kulit

Perhatikan kondisi kulit bayi, antara lain: periksa adanya ruam dan

bercak atau tanda lahir. Periksa adanya pembengkakan. Perhatikan

adanya vernik kaseosa. Perhatikan adanya lanugo, jumlah yang banyak

terdapat pada bayi kurang bulan. Terakhir setelah pemeriksaan selesai,


46

jelaskan pada ibu atau keluarga tentang hasil pemeriksaan, rapikan bayi,

bereskan alat, dan lakukan pendokumentasian tindakan dan hasil

pemeriksaan (Rukiyah, 2013).

5. Bayi Berat lahir Rendah (BBLR)

BBLR (bayi berat lahir rendah) didefinisikan dengan berat badan lahir

2.500 gram atau kurang.Pada bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) dapat

mengalami berbagai komplikasi salah satunya yaitu hiperbilirubinemia

(ikterus). Ikterus merupakan pewarnaan kuning pada kulit, sklera, atau

membran mukosa sebagai akibat penumpukan bilirubin yang berlebihan

pada jaringan. (Latifah, Lulu, 2017).

D. Nifas

1. Definisi

Masa Nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya placenta sampai

alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa

nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari ( Walyani, 2015).

Masa Nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah

kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran

reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal (Yanti, 2011).

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta

sampai 6 minggu setelah melahirkan (Marmi, 2014).

2. Perubahan fisiologi masa nifas

Perubahan fisiologis yang terjadi pada masa nifas antara lain :


47

a) Perubahan pada sistem reproduksi

berikut perubahan yang terjadi pada sistem reproduksi adalah

(a) Uterus

Pada masa nifas uterus akan mengalami involusi dengan

melibatkan pengreorganisasian dan pengguguran desidua serta

pengelupasan situs plasenta, sebagaimana diperlibatkan dengan

pengurangan dalam ukuran dan berat serta oleh warna dan

banyaknya lokia.

Tabel 2.1

Perkembangan uterus pada masa nifas

Involusi TFU Berat Uterus


Baru lahir Setinggi pusat, 2 jbst* 1.000 gr
1 minggu Pertengahan pusat simfisis 750 gr
2 minggu Tidak teraba di atas simfisis 500 gr
6 minggu Normal 50 gr
8 minggu Normal tapi sebelum hamil 30 gr
Sumber: Saleha, 2013

(b) Lokia

Lokia adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan

vagina selama masa nifas.

(c) Endometrium

Pada hari pertama tebal endometrium 2,5 mm, mempunyai

permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua, dua selaput janin.

Setelah tiga hari mulai rata, sehingga tidak ada pembentukan

jaringan parut pada bekas implantasi plasenta. ( saleha, 2013)

(d) Serviks
48

Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan. Delapan

belas jam pasca partum, serviks memendek dan konsistensinya

menjadi lebih padat dan kembali ke bentuk semula. Serviks

setinggi segmen bawah uterus tetap edematosa, tipis dan rapih

selama beberapa hari setelah ibu melahirkan. Muara serviks

eksterna tidak akan berbentuk lingkaran seperti sebelum

malahirkan, tetapi terlihat memanjang seperti suatu celah, sering

disebut seperti mulit ikan. Laktasi menunda produksi estrogen

yang mempengaruhi mucus dan mukosa (Sari dan Kurnia, 2014).

(e) Vagina dan Perineum

Estrogen pasca partum yang menurun berperan dalam penipisan

mukosa vagina dan hilangnya rugae. Vagina yang semula sangat

teregang akan kembali secara bertahap ke ukuran sebelum hamil,

6-8 minggu setelah bayi lahir. Perubahan pada perineum pasca

melahirkan terjadi pada saat perineum mengalami robekan (Sari

dan Kurnia, 2014)

3. Perubahan psikologi masa nifas

Perubahan psikologis yang terjadi paha masa nifas ada 3 tahap, periode ini

diekspresikan oleh Reva Rubin.

a. Taking in period

Terjadi pada 1-2 hari setelah persalinan, ibu masih passif dan sangat

bergantung pada orang lain, fokus perhatian terhadap dirinya, ibu lebih
49

mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan yang dialami, serta

kebutuhan tidur dan nafsu makan meningkat

b. Taking hold period

Berlangsung 3-4 hari postpartum, ibu lebih berkonsentrasi pada

kemampuannya dalam menerima tanggung jawab sepenuhnya terhadap

perawatan bayi. Pada masa ini ibu menjadi sangat sensitif, sehingga

membutuhkan bimbingan dan dorongan untuk mengatasi kritikan yang

dialami ibu.

c. Letting go period

Dialami setelah ibu dan bayi tiba di rumah. Ibu mulai secara penuh

menerima tanggung jawab sebagai “seorang ibu” dan menyadari atau

merasa kebutuhan bayi sangat bergantung pada dirinya. ( Saleha,

2013).

4. Tujuan asuhan masa nifas

tujuan dari pemberian asuhan pada masa nifas adalah menjaga kesehatan

ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis, melaksanakan skrining

secara komprehensif, deteksi dini, mengobati atau merujuk bila terjadi

komplikasi pada ibu maupun bayi, memberikan pendidikan kesehatan

tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui,

pemberian imunisasi serta perawatan bayi sehari-hari, mencegah infeksi

dan komplikasi pada ibu, memberikan pelayanan keluarga berencana,

mendapatkan kesehatan emosional, mendorong pelaksanaan metode yang


50

sehat tentang pemberian makan anak, serta peningkatan pengembangan

hubungan yang baik antara ibu dan anak.

5. masa nifas

Masa Nifas atau puerperium adalah masa setelah partus selesai sampai

pulihnya kembali alat-alat kandungan seperti sebelum hamil. Lamanya

masa nifas ini yaitu kira-kira 6-8 minggu. Masa Nifas atau puerperium

dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42

hari) setelah itu (Saifuddin, 2009). Masa Nifas (puerperium) adalah masa

yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat- alat

kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil). Masa Nifas

berlangsung selama kira-kira 6 minggu ( Sulistyawati, 2015).

Tahapan nifas meliputi:

a) Puerperium dini adalah Suatu masa kepulihan dimana ibu

diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan-jalan

b) Puerperium intermedial adalah Suatu masa dimana kepulihan dari

organ-organ reproduksi selama kurang lebih enam minggu

c) Remote puerperium adalah Waktu yang diperlukan untuk pulih dan

sehat kembali dlam keadaan sempurna terutama ibu bila ibu selama

hamil atau waktu persalinan mengalami komplikas


51

6. Asuhan kebidanan masa nifas

a. Asuhan segera bayi baru lahir

Adalah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut selama jam

pertama setelah kelahiran. Aspek-aspek penting asuhan segera bayi

baru lahir :

1) Memantau pernafasan dan warna kulit bayi setiap 5 menit sekali

2) Jaga agar bayi tetap kering dan hangat dengan cara ganti handuk

atau kain yang basah dan bungkus bayi dengan selimut serta

pastikan kepala bayi telah terlindung baik

3) Memeriksa telapak kaki bayi setiap 15 menit, jika telapak bayi

dingin periksa suhu aksila bayi dan jika suhu kurang dari 36,5 0C

segera hangatkan bayi

4) Kontak dini dengan bayi

Berikan bayi kepada ibunya secepat mungkin untuk kehangatan

yaitu untuk mempertahankan panas dan untuk ikatan batin dan

pemberian ASI. Jangan pisahkan ibu dengan bayi dan biarkan bayi

bersama ibunya paling sedikit 1 jam setelah persalinan.

b. Asuhan bayi baru lahir

Asuhan yang diberikan dalam waktu 24 jam. Asuhan yang diberikan

adalah :

1) Lanjutkan pengamatan pernafasan, warna dan akti

2) Pertahankan suhu tubuh bayi yaitu hindari memandikan minimal 6

jam dan hanya setelah itu jika tidak terdapat masalah medis serta
52

suhunya 36,5 0C atau lebih, bungkus bayi dengan kain yang kering

atau hangat dan kepala bayi harus tertutup

3) Pemeriksaan fisik bayi

Butir-butir penting pada saat memeriksa bayi baru lahir :Gunakan

tempat yang hangat dan bersih, Cuci tangan sebelum dan sesudah

memeriksa, gunakan sarung tangan, dan bertindak lembut pada saat

menangani bayi, Lihat, dengar dan rasakan tiap-tiap daerah mulai

dari kepala sampai jari-jari kaki, jika ada faktor resiko dan masalah

minta bantuan lebih lanjut jika diperlukan dan rekam hasil

pengamatan

4) Berikan vitamin K untuk mencegah terjadinya perdarahan karena

defisiensi. Vitamin K pada BBL hal-hal yang harus dilakukan

adalah semua BBL normal dan cukup bulan berikan vitamin K

peroral 1 mg/hari selama 3 hari. Bayi resti berikan vitamin K

paretral dengan dosis 0,5-1 mg. Jenis vitamin K yang digunakan

adalah vitamin K1.Vitamin K1 diberikan intramuskular atau oral.

Dosis untuk semua bayi baru lahir Intramuskular, 1 mg dosis

tunggal, Oral, 2 mg diberikan pada waktu bayi baru lahir umur 3-7

hari dan pada saat bayi berumur 1-2 bulan. Bayi ditolong oleh

dukun wajib diberikan vitamin K1 secara oral. Penyediaan vitamin

K1 dosis injeksi 2 mg/ml/ampul, dosis oral 2 mg/tablet yang

dikemas dalam bentuk strip 3 tablet atau kelipatannya. Profilaksis


53

vitamin K1 pada bayi baru lahir dijadikan sebagai program

nasional.

5) Inisiasi Menyusui Dini ( IMD)

IMD adalah bayi yang mulai menyusu sendiri segera setelah lahir.

Begitu bayi lahir diletakkan diatas perut ibu yang sudah dialasi

kain kering. Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala

secepatnya. Tali pusat dipotong lalau diikat, Vernik (zat lemak

putih) yang melekat ditubuh bayi sebaiknya tidak dibersihakan

karena zat ini membuat nyaman kulit bayi. Tanpa dibedong, bayi

langsung ditengkurapkan di dada ibu atau diperut ibu dengan

kontka kulit bayi dan kulit ibu. Ibu dan bayi diselimuti bersama-

sama. Jika perlu bayi diberi topi untuk mengurangi pengeluaran

panas dari kepalanya.

7. Kunjungan masa nifas

Kunjungan Nifas dilaksanakan paling sedikit empat kali dilakukan untuk

mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah yang terjadi (Bahiyatun,

2016).

E. Keluarga Berencana

1. Definisi program KB

Keluarga Berencana merupakan usaha suami-istri untuk mengukur

jumlah dan jarak anak yang diinginkan. Usaha yang dimaksud termasuk

kontrasepsi atau pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga. Prinsip

dasar metode kontrasepsi adalah mencegah sperma laki-laki mencapai dan


54

membuahi telur wanita (fertilisasi) atau mencegah telur yang sudah

dibuahi untuk berimplantasi (melekat) dan berkembang di dalam rahim

(Walyani dan Endang, 2015).

Pengertian Keluarga Berencana menurut UU No. 10 tahun 1992

tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga

Sejahtera adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta

masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan

kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan

keluarga kecil, bahagia dan sejahtera (Arum dan Sujiyatini, 2014).

2. Tujuan program KB

program keluarga berencana memilik tujuan :

a) Tujuan umum

Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan

NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi

dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan

kalahiran sekaligus menjamin terkendalinya pertumbahan penduduk.

( sultiyawati, 2015)

b) Tujuan khusus

Meningkatkan penggunaan alat kontrasepsi dan kesehatan keluarga

berencana dengan cara pengaturan jarak kelahiran.

3. Jenis KB
55

Akseptor KB aktif kembali adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang

telah berhenti menggunakan selama 3 bulan atau lebih yang tidak diselingi

oleh suatu kehamilan dan kembali menggunakan alat kontrasepsi baik

dengan cara yang sama maupun berganti cara setelah berhenti atau

istirahat paling kurang tiga bulan berturut-turut dan bukan karena hamil

Kontrasepsi adalah alat yang digunakan untuk menunda, menjarangkan

kehamilan, serta menghentikan kesuburan. Kontrasepsi berasal dari kata

kontra berarti mencegah atau melawan. sedangkan Konsepsi artinya

pembuahan jadi kontrasepsi berarti mencegah bertemunya sperma dengan

ovum, sehingga tidak terjadi pembuahan yang mengakibatkan kematian

( Irianto,2014).

Jenis- Jenis Kontrasepsi dan Metode Kontrasepsi

a. Metode Sederhana

1) Tanpa Alat

a). Pantang Berkala

b). Metode Kalender

c). Metode Suhu Badan Basal

d). Metode Lendir Serviks

e). Coitus Interputus

2). Dengan Alat


56

a). Kondom

b) Barier intra vaginal antara lain : diafragama, kap serviks, spons,dan

kondom wanita

c). Kimiawi antara lain: vaginal jelly, vaginal suppositoria, Metode

Modern

b. Kontrasespi Hormonal

a). Pil KB

b). AKDR

c). Suntik Kb

d). Susuk KB

Berdasarkan lama efektifitasnya, kontrasepsi dapat dibagi menjadi :

1. MKJP ( Metode Kontrasepsi Jangka Panjang) yang termasuk dalam

kategori ini adalah susuk/implant, IUD,MOP, dan MOW.

2. Non MKJP (Non Metode Kontrasepsi jangka panjang) yang termasuk

dalam kategori ini adalah kondom, pil,suntik, dan lain-lain.( Irianto,

2014)

Metode suntikan KB adalah bagian gerakan keluarga berencana

nasional dengan cara memberikan suntikan dengan jangka waktu tertentu

serta peminatnya makin banyak. Tingginya minat pemakai suntikan KB

oleh karena aman, sederhana, efektif, tidak menimbulkan ganngguan dan

dapat diapakai pasca persalianan.(Manuaba, 2014).

Kontrasepsi suntikan KB adalah merupakan kontrasepsi suntik yang

berisi hormon sintesis estrogen dan progesteron yang mekanisme kerjanya


57

menekan ovulasi, menghambat transportasi gamet oleh tuba, mempertebal

mukus serviks serta mengganggu pertumbuhan endometrium.

( Handayani, 2015 )

Kontrasepsi suntik adalah yang diberikan kepada wanita yang

mendapat suntikan periodik untuk mencegah kehamilan. Kontrasepsi

suntikan adalah kontrasepsi yang diberikan dengan cara disuntikkan secara

intramuskular di daerah otot pantat (gluteus maximus) (Hartanto, 2010).

Kontrasepsi suntikan adalah alat kontrasepsi berupa cairan yang berisi

hormon progesteron yang disuntikan ke dalam tubuh wanita secara

periodik ( 1 bulan sekali atau 3 bulan sekali). Keuntungan menggunakan

KB suntik adalah praktis, efektif dan aman dengan tingkat keberhasillan

lebih dari 99%. ( Irianto, 2014)

4. Jenis KB Suntik 3 bulan

Tersedia dua jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung

progestin, yaitu :

1) Depomedroksiprogesteron Asetat (DMPA), mengandung

150 mg DMPA yang diberikan setiap tiga bulan dengan

cara disuntik Intramuskular (di daerah bokong).

2) Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), mengandung

200 mg Noretindron Enantat, diberikan setiap dua bulan

dengan cara disuntik Intramuskular.

a. Cara kerja kontasepsi suntik 3 bulan (Depo provera) yaitu :

1) Mencegah Ovulasi.
58

2) Mengentalkan lendir Serviks sehingga menurunkan

kemampuan penetrasi Sperma.

3) Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan Atrofi.

4) Menghambat transportasi Gamet oleh Tuba.

b. Efektivitas :

Kedua jenis kontrasepsi tersebut memiliki efektifitas yang

tinggi, dengan 30 % kehamilan per 100 perempuan per tahun, asal

penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah

ditentukan. 24 jam setelah penyuntikan klien dapat berhubungan

seksual.

c. Keuntungan :

1) Sangat efektif.

2) Pencegahan kehamilan jangka panjang.

3) Tidak berpengaruh terhadap hubungan suami istri.

4) Tidak mengandung Estrogen, sehingga tidak berdampak serius

terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah.

5) Tidak memiliki pengaruh terhadap produksi ASI.

6) Efek samping sedikit.

7) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.

8) Dapat digunakan oleh perempuan usia lebih dari 35 tahun

sampai Perimenopause dan lain-lain.

d. Keterbatasan
59

1) Sering ditemukan gangguan haid seperti : Siklus haid yang

memendek atau memanjang, perdarahan yang banyak atau

sedikit, perdarahan tidak teratur atau bercak (Spotting), dan

tidak haid sama sekali.

2) Klien sangat bergantung pada sarana pelayanan kesehatan

(harus kembali untuk suntik).

3) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan

berikutnya.

4) Sering meimbulkan efek samping masalah berat badan.

5) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi

menular seksual, Hepatitis B, atau virus HIV.

6) Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian

penggunaan dan lain-lain.

e. Cara Kerja

Kontrasepsi suntikanDepo Medroksi Progesteron

Asetat(DMPA) diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik

intramuskular dalam di daerah bokong. Apabila suntikan diberikan

terlalu dangkal, penyerapan kontrasepsi suntikan akan lambat dan

tidak bekerja secara efektif. Suntikan diberikan setiap 90 hari

(Sulistyawati, 2011).

F. Manajemen Kebidanan Menurut Varney


60

Langkah I : Pengumpulan data Dasar

Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua

data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, yaitu:

1. Riwayat kesehatan

2. pemeriksaan fisik pada kesehatan

3. Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya

4. Meninjau data laboratorium dan membandingkan dengan hasil studi

Pada langkah pertama ini dikumpulakan semua informasi yang akurat dari

semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan mengumpulkan

data dasar awal yang lengkap. Bila klien mengalami komplikasi yang perlu

dikonsultasikan kepada dokter dalam manajemen kolaborasi bidan akan

melakukan konsultasi.

Langkah ke II : Interpretasi data

Pada langkah ini dilakukan interpretasi data yang benar terhadap diagnosa

atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas

data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan di

interpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik.

Masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita yang di identifikasikan

oleh bidan. Masalah ini sering menyertai diagnosa. Sebagai contoh yaitu

wanita pada trimester ketiga merasa takut terhadap proses persalinan dan

persalinan yang sudah tidak dapat ditunda lagi. Perasaan takut tidak termasuk

dalam kategori “nomenklatur standar diagnosa” tetapi tentu akan menciptakan


61

suatu masalah yang membutuhkan pengkajian lebih lanjut dan memerlukan

suatu perencanaan untuk mengurangi rasa sakit.

Langkah III : Mengidentifikasikan diagnosa atau masalah Potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial

lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi.

Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan

pencegahan, sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila

diagnosa atu masalah potensial benar-benar terjadi

Langkah IV (keempat): Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang

Memerlukan Penanganan segera

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan/atau

untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan

yang lain sesuai kondisi klien.

Langkah keempat mencerminkan kesinambunagan dari proses manajemen

kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau

kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan

terus menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam persalinan.

Data baru mungkin saja perlu dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data

mungkin mengindikasikan situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak

segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak (misalnya,

perdarahan kala III atau perdarahan segera setelah lahir, distocia bahu, atau

nilai APGAR yang rendah).


62

Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukan satu situasi yang memerlukan

tindakan segera sementara yang lain harus menunggu intervensi dari seorang

dokter, misalnya prolaps tali pusat. Situasi lainya bisa saja tidak merupakan

kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.

Langkah V: Merencanakan Asuhan yang menyeluruh Pada langkah ini

direncanakan asuahan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah

sebelumnya.

Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau

masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini informasi/

data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi.

Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah

teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi

juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa

yang diperkirakan akan terjadi berikutnya apakah diberikan penyuluhan,

konseling, dan apakah merujuk klien bila ada masalah-masalah yg berkaitan

dengan sosial ekonomi,kultur atau masalah psikologis.

Semua keputusan yg dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus

rasional dan benar- benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yg up to

date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan atau tidak akan

dilakukan oleh klien.

Langkah VI: Melaksanaan perencanaan

Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah

diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien dan aman.


63

Perencanaan ini bisa dilakukan oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan

dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan

tidak melakukanya sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk

mengarahkan pelaksanaanya. Manajemen yang efisien akan menyingkat

waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien.

Langkah ke VII : Evaluasi

Pada langkah ke-7 ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah

diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar

telah terpenuhi sesuai dengan sebagaimana telah diidentifikasi didalam

masalah dan diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang

benar efektif dalam pelaksananya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana

tersebut telah efektif sedang sebagian belum efektif

G. Pendokumentasian hasil asuhan kebidanan secara SOAP

Dokumentasi asuhan kebidanan adalah catatan tentang interaksi antara

tenaga kesehatan, pasien, keluarga pasien, dan klinik kesehatan yang mencatat

tentang hasil pemeriksaan, prosedur pengobatan pada pasien dan pendidikan

pada pasien dan respon pasien terhadap semua kegiatan yang telah dilakukan

(Purwoastuti, 2015).

Metode pendokumentasian dalam asuhan kebidanan adalah SOAP, yang

merupakan salah satu metode dokumentasian yang ada, SOAP merupakan

singkatan dari :

S= Subjektif

Menggambarkan hasil pengumpulan data klien melalui anamnesa.


64

O= Objektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik, laboratorium, tes

diagnostik dan dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung assesment.

A = Assesment

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data

subjektif (langkah II, III dan VI)

P = Planning

Menggambarkan pendokumentasian dari rencana dan evaluasi assesment

(langkah IV, V dan VII).

Alasan Pemakaian Dokumentasi asuhan kebidanan (SOAP)

1. Metode dokumentasi SOAP merupakan perkembangan informasi yang

sistematis mengorganisir penemuan dan kesimpulan seorang bidan menjadi

suatu rencana asuhan.

2. Metode ini merupakan intisari dari proses penatalaksanaan kebidanan untuk

tujuan mengadakan pendokumentasian asuhan.

SOAP merupakan urutan- urutan yang dapat membantu bidan dalam

mengorganisasikan pikiran dalam memberikan asuhan yang komprehensif

(Purwoastuti, 2015).
65

BAB III

PERKEMBANGAN KASUS

A. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil

1. Kunjungan ANC Pertama

Tanggal 15 Juni 2019, pukul 08.40 WIB.

a. Pengkajian

DATA SUBJEKTIF

Nama Ny. H usia 24 tahun, suku Sunda kebangsaan Indonesia beragama

Islam, pendidikan terakhir adalah Sekolah Menengah Pertama (SMP) saat ini

menjadi ibu rumah tangga. Ny. H memiliki suami yang bernama Tn. S usia 28

tahun, pendidikan terakhirnya adalah SMP, bekerja sebagai karyawan di

daerahnya yang bertempat tinggal di Kp. Rawajati RT 02/ rw 08.

Ibu datang ke Puskesmas Mekar Wangi pada tanggal 15 Juni 2019, pukul

08.40 WIB, ibu mengatakan hanya ingin memeriksakan kehamilannya dan tidak

ada keluhan.

Ibu mengatakan tidak merasakan adanya tanda-tanda bahaya penyulit

seperti nyeri kepala yang hebat, pandangan kabur, nyeri ulu hati, oedema, gerakan

janin berkurang dan perdarahan pervaginam.

Ibu mengatakan pertama kali menstruasi pada usia 13 tahun dengan siklus

teratur yaitu 28 hari, lamanya 6-7 hari dengan banyak 2-4 kali ganti pembalut.

Ibu mengatakan tidak pernah sakit saat menstruasi sehingga tidak mengganggu

65
66

aktivitas sehari-harinya. Ibu mengaku hari pertama haid terakhir (HPHT) tanggal

15 Oktober 2018 maka taksiran persalinan tanggal 22 Juli 2019.

Ibu mengatakan ini merupakan kehamilan yang pertama dan belum pernah

mengalami keguguran . Gerakan janin pertama kali dirasakan ibu pada saat usia

kehamilan ± 14 minggu, gerakan janin yang dirasakan ibu dalam 24 jam terakhir

adalah ± 11 kali, ibu telah mendapatkan imunisasi TT 2 tanggal 07 Februari 2018.

Pada trimester pertama ibu melakukan ANC 2 kali pada usia kehamilan 6

minggu dan 11 minggu. Trimester kedua ibu melakukan ANC 5 kali pada usia

kehamilan 18 minggu, 20 minggu, 22 minggu, 23 minggu, dan 24 minggu.

Trimester ketiga ibu melakukan 6 kali ANC yaitu pada usia kehamilan 29

minggu, 30 minggu, 36 minggu, 37 minggu, 38 minggu dan 39 minggu.

Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit seperti TBC, malaria,

hipertensi, ginjal, DM, dan lain-lain. Ibu juga mengatakan tidak pernah

melakukan operasi seperti SC, appendiks, dan lain-lain. Ibu mengatakan tidak

memiliki riwayat penyakit keluarga seperti hipertensi, DM, kelainan darah,

kelahiran kembar, jantung, retardasi mental, masalah herediter, kelainan

kongenital dan lain-lain.

Ibu mengatakan suami yang pertama dan istri yang pertama, lamanya

menikah ± 2 tahun, respon ibu terhadap kehamilan ini sangat diinginkan dan

diharapkan, adapun bentuk dukungan keluarga terhadap ibu adalah selalu

membantu dan memotivasi, mengantar ibu periksa hamil. Tidak ada adat istiadat

yang ibu dan keluarga percaya selama kehamilan. Ibu mengatakan pengambilan

keputusan dilakukan oleh suami dan keluarga. Persiapan keluarga menjelang


67

persalinan yaitu psikologis, uang, kendaraan perlengkapan ibu dan bayi. ibu

berencana menyusui dan merawat bayinya.

Ibu mengatakan pola makan sebelum hamil yaitu 3 kali sehari dengan

porsi cukup. Menu makanan yang biasa ibu konsumsi adalah nasi, lauk, sayur, dan

buah. Ibu mengaku minum air putih ± 8 gelas air putih per hari. Dan pola makan

saat hamil dengan mengkonsumsi makanan 3 kali sehari dengan porsi cukup.

Menu makanan yang biasa ibu konsumsi adalah nasi, lauk, sayur, dan buah. Ibu

mengaku minum air putih ± 8 gelas air putih per hari. makanan yang terakhir di

makan adalah nasi, sayur dan ikan pada pukul 17.00 WIB.

Ibu mengaku sebelum hamil biasa Buang Air Besar (BAB) 1 kali sehari,

konsistensi lunak, warna kuning, bau khas feses, dan tidak memiliki keluhan. Ibu

biasa Buang Air Kecil (BAK) ± 5-6 kali sehari dengan warna kuning jernih dan

ibu tidak memiliki keluhan. Saat hamil ibu mengatakan BAB 1 hari sekali dengan

konsistensi lunak, warna kuning, bau khas feses, dan tidak ada keluhan. Saat

hamil Ibu biasa BAK ± 6-7 kali sehari dengan warna kuning jernih, dan tidak ada

keluhan.

Ibu mengatakan biasa tidur malam berkisar antara 7-8 jam, dan tidur siang

kadang-kadang lamanya ± 2 jam. Ibu mengatakan jarang berolahraga ringan di

pagi hari seperti jalan-jalan pagi. Rekreasi jarang dilakukan. Ibu mengatakan tidak

pernah mengkonsumsi obat-obatan/jamu, merokok, minuman beralkohol, maupun

NAPZA. Ibu melakukan pekerjaan rumah sendiri. Dalam melakukan pekerjaan

rumah ibu biasa memasak, menyapu, mencuci. ibu mengatakan melakukan

hubungan seksual selama kehamilan jarang dengan frekuensi ± 1 kali dalam


68

seminggu. Selama hubungan ibu tidak merasakan ada masalah. Ibu mengatakan

mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari, dan ganti pakaian dalam 2 kali

sehari.

DATA OBJEKTIF

Dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dengan hasil pemeriksaan adalah

: keadaan umum baik, kesadaran Composmentis dengan tekanan darah 100/80

mmHg, denyut nadi 78 x/menit, pernapasan 21x/menit dan suhu 36,4 ºC. Hasil

pemeriksaan antropometri adalah LILA 24,5 cm , tinggi badan 152 cm, berat badan

sebelum hamil adalah 45 kg dan berat badan sekarang adalah 53 kg.

Hasil pemeriksaan fisik pada kepala didapatkan hasil rambut tampak

bersih, hitam dan tidak rontok, pada daerah muka tidak terdapat cloasma dan

oedema, konjugtiva tidak anemis dan sclera tidak ikterik. Pada hidung tidak ada

pengeluaran dan tidak terdapat polip, pada telinga kiri dan kanan bersih. pada mulut

tidak terdapat stomatitis, lidah tampak bersih dan gigi tidak terdapat caries. Pada

leher tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening dan kelenjar tyroid, pada

leher juga tidak terdapat pelebaran vena jugularis. Payudara tampak simetris

dengan putting susu menonjol dan areola tampak coklat kehitaman

(hiperpigmentasi), terdapat pengeluaran Colostrum, pada pemeriksaan palpasi pada

payudara tidak terdapat benjolan dan tidak terdapat nyeri tekan. Pada pemeriksaan

pinggang ibu tidak merasakan nyeri ketuk. Pada pemeriksaan abdomen,

pembesaran abdomen sesuai usia kehamilan, terdapat linea nigra dan striae livide

tetapi tidak terdapat luka bekas operasi.


69

Palpasi

TFU : 28 cm

Leopold I : Teraba satu bagian bulat, lunak dan tidak melenting.

Leopold II : Pada bagian sebelah kanan perut ibu teraba bagian keras,

panjang dan ada tahanan. Pada bagian sebelah kiri perut ibu teraba bagian-bagian

terkecil janin.

Leopold III : Teraba bagian bulat dan keras.

Leopold IV : 4/5 bagian

TBJ : (28-11) x 155 =2635gram

DJJ : 144 x/menit, punctum maximum terdengar di satu titik sebelah

kanan bawah pusat ibu.

Pada Ekstremitas atas bersih dan tidak terdapat oedema. Pada ekstremitas bawah

tampak bersih, tidak terdapat oedema dan varices, reflek patella positif (+) kanan

dan kiri. Pada pemeriksaan panggul dan genetalia tidak dilakukan. Pemeriksaan

laboratorium, Hb 12,6 gr %.

II Interpretasi Data

Diagnosa

Ny. H 24 tahun G3P2A0 hamil 34 minggu

janin tunggal hidup intrauterine presentasi kepala.

DS : Ibu mengatakan ini kehamilan yang ketiga dan belum pernah

keguguran, HPHT : 15 Oktober 2018 , TP : 22 Juli 2019.

DO : TFU : 28 cm
70

Leopold I : Teraba satu bagian bulat, lunak dan tidak melenting.

Leopold II : Pada bagian sebelah kanan perut ibu teraba bagian keras, panjang

dan ada tahanan. Pada bagian sebelah kiri perut ibu teraba bagian-bagian terkecil

janin.

Leopold III : Teraba bagian bulat, keras dan melenting.

Leopold IV : Divergen 4/5 bagian

TBJ : (28-11) x 155 =2635gram

DJJ : 146 x/menit, punctum maximum terdengar di satu titik sebelah

kanan bawah pusat ibu.

Masalah : tidak ada

Kebutuhan : tidak ada

III. Masalah Potensial

Tidak ada

IV. Tindakan Segera

Tidak ada

V. Rencana Tindakan

1. Lakukan informed soncent.

2. Informasikan seluruh hasil pemeriksaan.

3. Jelaskan tentang menu gizi seimbang

4. Jelaskan pola istirahat.

5. Anjurkan ibu olahraga ringan seperti jalan kaki pagi hari dan senam hamil.

6. Ajarkan ibu cara merawat payudara.

7. Jelaskan perubahan fisiologis pada trimester III


71

8. Jelaskan tanda-tanda bahaya kehamilan.

9. Jelaskan tanda-tanda persalinan.

10. Berikan ibu obat penambah darah Fe .

11. Ingatkan ibu untuk control ulang 1 minggu kemudian atau jika terdapat

keluhan dan tanda-tanda persalinan.

VI. Tindakan/Implementasi

1. Mengajukan informed concent pada ibu dan suami bahwa ibu akan

dijadikan pasien study kasus yang akan diikuti perkembangannya sejak

hamil, bersalin, nifas dan KB.

2. Menginformasikan semua hasil pemeriksaan pada ibu tentang kehamilan,

bahwa usia kehamilannya saat ini 34 minggu . Keadaan umum baik,

kesadaran composmentis, tekanan darah 100/80 mmHg, TB 152 cm, BB

52 kg. Pada pemeriksaan fisik yang dilakukan tidak terdapat kelainan. DJJ

144 x/menit dengan irama teratur.

3. Menjelaskan gizi seimbang untuk ibu hamil yang terdiri dari karbohidrat,

protein, lemak, mineral, dan vitamin yang terdapat pada buah-buahan,

lauk-pauk dan sayur-sayuran hijau.

4. Menjelaskan pada ibu mengenai pola istirahat dengan tidur siang ± 1-2

jam dan tidur malam 8 jam.

5. Menganjurkan ibu untuk olahraga ringan seperti jalan kaki pada pagi hari

dan senam hamil.


72

6. Mengajarkan ibu cara merawat payudara yaitu dibersihkan dengan baby

oil atau minyak kelapa pada areola mamae dan putting susu. Dilakukan 2

kali sehari setiap pagi hari dan sore sebelum mandi.

7. Menjelaskan perubahan fisiologis pada trimester III yang mungkin terjadi

seperti sering BAK karena bagian terbawah janin atau kepala janin sudah

masuk jalan lahir sehingga menekan kandung kemih, cara mengatasinya

adalah dengan memperbanyak minum pada siang hari dan mengurangi

minum pada malam hari.

8. Menjelaskan kepada ibu tanda bahaya kehamilan seperti sakit kepala yang

hebat, pandangan kabur, bengkak pada muka dan ekstremitas, nyeri

uluhati, gerakan janin berkurang dan perdarahan pervaginam.

9. Menjelaskan kepada ibu tanda-tanda persalinan seperti his atau yang

semakin sering dan semakin kuat, terdapat pengeluaran lender bercampur

darah.

10. Menganjurkan ibu minum tablet penambah darah (Fe) 10 tablet yang

diminum 1x1 pada malam hari dengan menggunakan air putih atau jeruk,

hindari minum dengan air teh, kopi dan susu karena dapat mengganggu

proses penyerapan.

11. Menganjurkan ibu untuk kontrol ulang 1 mingu kemudian atau jika ibu

merasakan adanya tanda bahaya kehamilan dan tanda-tanda persalinan.

VII. Evaluasi

1. Ibu bersedia untuk diperiksa perkembangannya dari semenjak hamil,

bersalin, nifas dan KB.


73

2. Ibu mengerti penjelasan bidan mengenai keadaan janin dan dirinya.

3. Ibu mengerti penjelasan bidan tentang menu makanan seimbang.

4. Ibu bersedia untuk istirahat yang cukup.

5. Ibu bersedia untuk olahraga ringan.

6. Ibu mengerti penjelasan bidan mengenai perawatan payudara yaitu

dibersihkan dengan baby oil atau minyak kelapa pada areola mamae dan

putting susu. Dilakukan 2 kali sehari setiap pagi hari dan sore sebelum

mandi.

7. Ibu mengerti penjelasan bidan dapat mengulangi kembali penkes

perubahan fisiologis pada trimester III yang mungkin terjadi seperti sering

BAK karena bagian terbawah janin atau kepala janin sudah masuk jalan

lahir sehingga menekan kandung kemih, cara mengatasinya adalah dengan

memperbanyak minum pada siang hari dan mengurangi minum pada

malam hari.

8. Ibu mengerti penjelasan bidan tentang bahaya kehamilan.

9. Ibu mengerti penjelasan bidan tentang tanda-tanda persalinan.

10. Ibu bersedia untukminum tablet penambah darah.

11. Ibu bersedia untuk kontrol tanggal 27 juni 2019 atau jika ibu merasakan

adanya tanda bahaya kehamilan dan tanda-tanda persalinan.


74

2. Kunjungan ANC kedua

Tanggal 27 Juni 2019 , pukul 09:00 WIB, di Puskesmas Mekar Wangi

S : Ibu mengatakan ingin kunjungan ulang dan mengeluh sakit pinggang

O : Keadaan umum baik dan kesadaran composmentis. Hasil pemeriksaan

tanda-tanda vital adalah tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 81 x/menit,

pernapasan 19 x/menit, suhu tubuh 36,6 ºC. Berat badan 53 kg. Pada mata

konjungtiva tidak anemis dan skelra tidak ikterik. Tidak terdapat oedema dan

cloasma pada wajah. Tidak terpadat pembesaran kelenjar getah bening dan

kelenjar tyroid, tidak terdapat pelebaran vena jugularis. Payudara tampak simetris

dengan putting susu menonjol dan areola tampak coklat kehitaman

(hiperpigmentasi), terdapat pengeluaran Colostrum, pada pemeriksaan palpasi

pada payudara tidak terdapat benjolan dan tidak terdapat nyeri tekan. Pada

pemeriksaan abdomen, pembesaran abdomen sesuai usia kehamilan, terdapat

linea nigra dan striae livide tetapi tidak terdapat luka bekas operasi.

Palpasi

TFU : 28 cm

Leopold I : Teraba bagian bulat, lunak dan tidak melenting.

Leopold II : Pada bagian sebelah kanan perut ibu teraba bagian keras,

panjang dan ada tahanan. Pada bagian sebelah kiri perut ibu teraba bagian-bagian

terkecil janin.

Leopold III : Teraba bagian bulat dan keras.

Leopold IV : 4/5 bagian

TBJ : (28-11) x 155 = 2635 gram


75

DJJ : 146 x/menit, punctum maximum terdengar di satu titik

sebelah kanan bawah pusat ibu.

Pada Ekstremitas atas tampak bersih, tidak terdapat oedema. Pada ekstremitas

bawah tampak bersih, tidak terdapat oedema dan varices, reflek patella positif (+)

kanan dan kiri. Pada pemeriksaan panggul dan genetalia tidak dilakukan.

A : Ny. H usia 24 tahun G3P2A0 hamil 37 minggu

janin tunggal hidup intrauterine

P :

1. Memberitahu semua hasil pemeriksaan pada ibu tentang kehamilan, bahwa

usia kehamilannya saat ini 37 minggu . Keadaan umum baik, kesadaran

composmentis, tekanan darah 100/70 mmHg. Berat badan 53 kg. Pada

pemeriksaan fisik yang dilakukan tidak terdapat kelainan. DJJ 146 x/menit

dengan irama teratur. Ibu mengerti tentang informasi yang di jelaskan oleh

bidan.

2. Menjelaskan gizi seimbang untuk ibu hamil yang terdiri dari karbohidrat,

protein, lemak, mineral, dan vitamin. Sumber makanan yang mengandung

zat besi seperti sayur-sayuran yang berwarna hijau, hati dan susu. Ibu

mengerti penjelasan yang diberikan oleh bidan.

3. Menjelaskan pada ibu mengenai pola istirahat dengan tidur siang ± 1-2

jam dan tidur malam ± 8 jam. Ibu mengerti penjelasan yang diberikan oleh

bidan.

4. Menganjurkan ibu untuk melakukan olahraga ringan seperti jalan kaki

pada pagi hari dan sering melakukan hubungan seksual karena pada
76

sperma terdapat hormone prostaglandin yang dapat meyebabkan

kontraksi. Ibu bersedia melaksanakan anjuran bidan.

5. Mengajarkan ibu cara merawat payudara yaitu dibersihkan dengan baby

oil atau minyak kelapa pada areola mamae dan putting susu. Dilakukan 2

kali sehari setiap pagi hari dan sore sebelum mandi. Ibu mengerti

penjelasan yang diberikan oleh bidan dan dapat mempraktekannya sendiri

di rumah.

6. Menjelaskan kepada ibu tanda bahaya kehamilan seperti sakit kepala yang

hebat, penglihatan kabur, bengkak pada muka tangan dan kaki, nyeri

uluhati, gerakan janin berkurang dan perdarahan pervaginam. Ibu mengerti

penjelasan yang diberikan oleh bidan dan dapat mengulangnya kembali.

7. Menjelaskan kepada ibu tanda-tanda persalinan seperti his atau mules yang

semakin sering dan semakin kuat, terdapat pengeluaran lendir bercampur

darah. Ibu mengerti penjelasan yang diberikan oleh bidan.

8. Menganjurkan ibu untuk minum tablet penambah darah (Fe) 10 tablet

yang diminum 1x1 pada malam hari dengan menggunakan air putih atau

jeruk, hindari minum dengan air teh, kopi dan susu karena dapat

mengganggu proses penyerapan.

9. Memberikan support dan motivasi ibu serta keluarga untuk persiapan

persalinan yaitu persiapan fisik dan mental ibu, serta mempersiapkan

peralatan yang dibawa saat bersalin seperti pakaian bayi, pakaian ibu,

pembalut dan kain. Ibu bersedia mempersiapkan fisik, mentak dan

peralatan persalinan.
77

10. Menganjurkan ibu untuk kontrol ulang 1 minggu kemudian tanggal 10

Juni 2018 atau jika ibu merasakan adanya tanda bahaya kehamilan dan

tanda-tanda persalinan. Ibu bersedia melaksanakan anjuran bidan.

3. Kunjungan ANC ketiga

Tanggal 10 Juli 2019 , pukul 09.00 WIB, di Puskesmas Mekar Wangi

S : Ibu mengatakan ingin kunjungan ulang , mengeluh nyeri perut bagian

bawah

O : Keadaan umum baik dan kesadaran composmentis. Hasil pemeriksaan

tanda-tanda vital adalah tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 84 x/menit,

pernapasan 19 x/menit, suhu tubuh 36,2 ºC. Berat badan 54 kg. Pada mata

konjungtiva tidak anemis dan skelra tidak ikterik. Tidak terdapat oedema

dan cloasma pada wajah. Tidak terpadat pembesaran kelenjar getah bening

dan kelenjar tyroid, tidak terdapat pelebaran vena jugularis. Payudara

tampak simetris dengan putting susu menonjol dan areola tampak coklat

kehitaman (hiperpigmentasi), terdapat pengeluaran Colostrum, pada

pemeriksaan palpasi pada payudara tidak terdapat benjolan dan tidak

terdapat nyeri tekan. Pada pemeriksaan abdomen, pembesaran abdomen

sesuai usia kehamilan, terdapat linea nigra dan striae livide tetapi tidak

terdapat luka bekas operasi.

Palpasi

TFU : 29 cm

Leopold I : Teraba bagian bulat, lunak dan tidak melenting.


78

Leopold II : Pada bagian sebelah kanan perut ibu teraba bagian keras,

panjang dan ada tahanan. Pada bagian sebelah kiri perut ibu teraba bagian-bagian

terkecil janin.

Leopold III : Teraba bagian bulat dan keras.

Leopold IV : 4/5 bagian

TBJ : (29-11) x 155 = 2790 gram

DJJ : 144 x/menit, punctum maximum terdengar di satu titik sebelah

kanan bawah pusat ibu.

Pada Ekstremitas atas tampak bersih, tidak terdapat oedema. Pada

ekstremitas bawah tampak bersih, tidak terdapat oedema dan

varices, reflek patella positif (+) kanan dan kiri. Pada pemeriksaan

panggul dan genetalia tidak dilakukan.

A : Ny. H usia 24 tahun G3P2A0 hamil 39 minggu

janin tunggal hidup intrauterine presentasi kepala.

P :

1. Memberitahu semua hasil pemeriksaan pada ibu tentang kehamilan, bahwa

usia kehamilannya saat ini 38 minggu . Keadaan umum baik, kesadaran

composmentis, tekanan darah 100/70 mmHg. Berat badan 54 kg. Pada

pemeriksaan fisik yang dilakukan tidak terdapat kelainan. DJJ 144 x/menit

dengan irama teratur. Ibu mengerti tentang informasi yang di jelaskan oleh

bidan.

2. Menjelaskan gizi seimbang untuk ibu hamil yang terdiri dari karbohidrat,

protein, lemak, mineral, dan vitamin. Sumber makanan yang mengandung


79

zat besi seperti sayur-sayuran yang berwarna hijau, hati dan susu. Ibu

mengerti penjelasan yang diberikan oleh bidan.

3. Menjelaskan pada ibu mengenai pola istirahat dengan tidur siang ± 1-2

jam dan tidur malam ± 8 jam. Ibu mengerti penjelasan yang diberikan oleh

bidan.

4. Menganjurkan ibu untuk melakukan olahraga ringan seperti jalan kaki

pada pagi hari dan sering melakukan hubungan seksual karena pada

sperma terdapat hormone prostaglandin yang dapat meyebabkan

kontraksi. Ibu bersedia melaksanakan anjuran bidan.

5. Mengajarkan ibu cara merawat payudara yaitu dibersihkan dengan baby

oil atau minyak kelapa pada areola mamae dan putting susu. Dilakukan 2

kali sehari setiap pagi hari dan sore sebelum mandi. Ibu mengerti

penjelasan yang diberikan oleh bidan dan dapat mempraktekannya sendiri

di rumah.

6. Menjelaskan kepada ibu tanda bahaya kehamilan seperti sakit kepala yang

hebat, penglihatan kabur, bengkak pada muka tangan dan kaki, nyeri

uluhati, gerakan janin berkurang dan perdarahan pervaginam.

Ibu mengerti penjelasan yang diberikan oleh bidan dan dapat

mengulangnya kembali.

7. Menjelaskan kepada ibu tanda-tanda persalinan seperti his atau mules yang

semakin sering dan semakin kuat, terdapat pengeluaran lendir bercampur

darah. Ibu mengerti penjelasan yang diberikan oleh bidan.


80

8. Menganjurkan ibu untuk minum tablet penambah darah (Fe) 10 tablet

yang diminum 1x1 pada malam hari dengan menggunakan air putih atau

jeruk, hindari minum dengan air teh, kopi dan susu karena dapat

mengganggu proses penyerapan.

9. Memberikan support dan motivasi ibu serta keluarga untuk persiapan

persalinan yaitu persiapan fisik dan mental ibu, serta mempersiapkan

peralatan yang dibawa saat bersalin seperti pakaian bayi, pakaian ibu,

pembalut dan kain. Ibu bersedia mempersiapkan fisik, mentak dan

peralatan persalinan.

10. Menganjurkan ibu untuk kontrol ulang 1 minggu kemudian tanggal 17

Juli 2019 atau jika ibu merasakan adanya tanda bahaya kehamilan dan

tanda-tanda persalinan. Ibu bersedia melaksanakan anjuran bidan.

B. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin

Pada tanggal 14 Juli 2019 Pukul 10.00 WIB

1. KALA I Pukul 10.15 WIB

S : Ibu datang bersama suami dan keluarganya, ibu mengeluh

mulas-mules sejak pukul 07.20 WIB. Mulas yang terasa

semakin sering dan kuat. Ibu mengatakan sudah keluar

lendir bercampur darah sejak pukul 09.30 WIB.

O : Keadaan umum baik dan kesadaran composmentis. Hasil

pemeriksaan tanda-tanda vital adalah Tekanan Darah

110/70 mmHg, nadi 83 x/menit, respirasi 22 x/menit, suhu


81

36,4 0C. Pada wajah tidak terdapat oedem dan cloasma.

konjungtiva tidak anemis dan skelra tidak ikterik pada

mata. Payudara tampak simetris dengan putting susu

menonjol dan areola tampak coklat kehitaman

(hiperpigmentasi), terdapat pengeluaran Colostrum, pada

pemeriksaan palpasi pada payudara tidak terdapat benjolan

dan tidak terdapat nyeri tekan. Pada pemeriksaan

abdomen, pembesaran abdomen sesuai usia kehamilan,

terdapat linea nigra dan striae livide tetapi tidak terdapat

luka bekas operasi.

Palpasi

TFU : pertengahan pusat dan Prosesus Xyphoideus

(McD = 29 cm)

Leopold I : Teraba bagian bulat, lunak dan tidak

melenting.

Leopold II : Pada bagian sebelah kanan perut ibu teraba

bagian keras, panjang dan ada tahanan. Pada bagian

sebelah kiri perut ibu teraba bagian-bagian terkecil janin.

Leopold III : Teraba bagian bulat, keras dan sudah masuk

PAP

Leopold IV: Divergen 2/5 bagian

TBJ : (29-11) x 155 = 2790 gram


82

DJJ : 140 x/menit, punctum maximum terdengar di satu

titik sebelah kanan bawah pusat ibu.

His : 3 x 10 menit, lamanya 30 detik.

Pada pemeriksaan genetalia exsterna terdapat pengeluaran

lendir bercampur darah, labia mayora dan minora tidak

oedem, orifisium urethra dan vagina normal, tidak ada

pembesaran pada kelenjar skene dan bartholin, perineum

tidak terdapat luka parut dan varices. Tidak terdapat

Haemoroid pada anus. Pada pemeriksaan dalam vulva

vagina tidak terdapat oedema, portio tipis dan lunak,

pembukaan 7 cm, ketuban positif, presentasi kepala,

penurunan Hodge III, posisi UUK depan tidak terdapat

molase. Pada Ekstremitas atas bersih tidak pucat pada

kuku, tidak oedema. Pada ekstremitas bawah bersih tidak

terdapat oedema dan varices.

A : Ny. H usia 24 tahun G3P2A0 hamil 40 minggu inpartu

kala I fase aktif

janin tunggal hidup intrauterine persentasi kepala.

P : 1. Melakukan informed consent pada keluarga untuk

persetujuan bahwa ibu akan ditolong persalinannya.

Keluarga bersedia.

2. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga,

Tekanan Darah 110/70 mmHg, nadi 83 x/menit, respirasi


83

22 x/menit, suhu 36,4 0C pembukaan 7 cm dengan

keadaan ketuban utuh dan DJJ 140 x /menit, keadaan ibu

dan janinya baik. Ibu dan keluarga mengerti penjelasan

bidan.

3. Menganjurkan kepada keluarga untuk memberikan minum

atau makan disela-sela his untuk menambah kekuatan ibu

pada saat bersalin nanti. Keluarga bersedia memberikan

makan dan minum.

4. Menganjurkan pada ibu untuk miring kiri karena untuk

mempercepat kemajuan persalinan. Ibu mengerti

penjelasan bidan dan ibu memilih untuk miring ke arah

kiri.

5. Menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAK dan BAB

karena dapat mengganggu kontraksi. Ibu bersedia

melaksanakan anjuran bidan.

6. Menjelaskan pada ibu tentang tanda-tanda bersalin yaitu

adanya dorongan meneran dari ibu adanya perasaan ingin

BAB. Ibu mengerti penjelasan bidan.

7. Menanyakan kepada ibu siapa yang akan mendampinginya

dalam persalinannya nanti. Ibu memilih didampingi oleh

ibunya.

8. Mengajarkan kepada ibu tentang cara mengatasi rasa sakit,

yaitu dengan cara menarik nafas panjang melalui hidung


84

dan dikeluarkan melalui mulut pada saat ada his dan bila

tidak ada his ibu dapat bernafas seperti biasa. Ibu mengerti

penjelasan bidan dan dapat melaksanakan teknik relaksasi

dengan baik.

9. Menganjurkan ibu untuk banyak berdoa agar

persalinannya dapat berjalan dengan lancar. Ibu bersedia

untuk berdoa.

10. Mengobservasi kemajuan persalinan sesuai dengan

partograf yaitu : mengobservasi DJJ, his, nadi setiap 30

menit sekali. TTV setiap 2 jam dan pembukaan setiap 4

jam sekali atau jika ada indikasi.

11. Memberikan support dan motivasi pada ibu saat

mengalami kontraksi. Ibu merasa senang karena merasa

diperhatikan.

12. Mempersiapkan perlengkapan ibu dan bayi. Perlengkapan

ibu dan bayi sudah siap.

13. Mempersiapkan partus set dan perlengkapan lainnya.

Partus set dan perlengkapan lainnya sudah disiapkan.

2. Kala II

Tanggal 14 Juli , pukul 17.30 WIB

S : Ibu mengeluh mulas semakin kuat, sering serta keluar

lendir campur darah dan ibu merasa ingin meneran seperti

ingin BAB.
85

O : Keadaan umum baik, kesadaran composmentis. Hasil

pemeriksaan tanda-tanda vital adalah tekanan darah

110/70 mmHg, nadi 80x/menit, pernapasan 22 x/menit,

suhu 35,9ºC. Hasil DJJ adalah 146 x /menit. Kontraksi 4x

dalam 10 menit lamanya 40 detik. Terlihat tanda-tanda

gejala kala II seperti adanya dorongan ingin meneran,

adanya tekanan pada anus, perineum menonjol dan vulva

membuka. Hasil pemeriksaan dalam yaitu vulva dan

vagina tidak terdapat oedema, portio tidak teraba,

pembukaan lengkap, ketuban negatif, presentasi kepala

dan penurunan Hodge IV, tidak terdapat molase.

A : Ny. h usia 24 tahun G3P2A0 hamil 40 minggu inpartu

kala II

Janin tunggal hidup intrauterine, persentasi kepala

P : 1. Memberitahukan kepada ibu bahwa pembukaan sudah

lengkap dan ibu akan segera melahirkan dengan keadaan

ibu dan janin baik. Ibu mengetahui bahwa ia akan segera

melahirkan.

2. Menganjurkan ibu untuk memilih posisi yang nyaman saat

bersalin. Ibu memilih untuk posisi stengah duduk.

3. Mengajarkan kepada ibu bagaimana cara meneran yang

baik yaitu berada pada posisi setengah duduk, kedua

tangan ibu merangkul paha sampai siku, kemudian ibu


86

mengangkat kepala dan membuka mata melihat kearah

perut dan gigi bertemu gigi dan mengedan seperti BAB

ketika ada his. Ibu mengerti penjelasan bidan dan ibu

dapat mempraktekannya sendiri.

4. Mengobservasi DJJ setiap kontraksi menghilang. Observasi

DJJ sudah di lakukan

5. mendekatkan alat yang telah disiapkan. Alat telah

didekatkan.

6. Memimpin persalinan secara APN. Bayi lahir spontan

menangis kuat pikul 17.30 WIB dengan jenis kelamin laki-

laki pada tonus otot baik, dan warna kulit kemerahan.

7. mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala, dan

bagian tubuh lainya kecuali telapak tangan dan kaki tanpa

membersihkan verniks dan mengganti handuk basah

dengan handuk kering kemudian membiarkan bayi diatas

perut ibu. Bayi sudah dikeringkan.

3. Kala III

Tanggal 14 Juli 2019 . Pukul : 17.40 WIB

S : Ibu mengeluh perutnya masih merasa mulas dan Ibu

mengatakan merasa senang dan bahagia atas kelahiran

putranya.

O : Keadaan umum baik. Kesadaran composmentis, TFU

sepusat, kontraksi baik, pada kandung kemih kosong dan


87

terlihat tanda-tanda pelepasan plasenta seperti uterus

globular, keluar semburan darah secara tiba-tiba dan tali

pusat tampak memanjang.

A : Ny. H usiA 24 tahun P3AO partus kala III

P : 1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa sudah tampak

tanda-tanda pelepasan plasenta dan tindakan selanjutnya

mengeluarkan plasenta . Ibu mengerti penjelasan bidan.

2. Memeriksa kembali uterus ibu untuk memastikan tidak

ada lagi bayi dalam uterus. Uterus telah diperiksa dan

tidak ada lagi bayi dalam uterus.

3. Memberitahu ibu bahwa ibu akan disuntik oksitosin 10 IU

secara IM pada sepertiga paha bagian luar. Ibu mengerti

penjelasan bidan dan bersedia untuk disuntik.

4. menggunting tali pusat setelah dua menit pasca

persalianan, jepit tali pusat bayi. mendorong isi tali pusat

kearah ibu dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal

dari klem pertama. Tali pusat sudah di gunting dan sudah

diikat dengan benang tali pusat.

5. menyelimuti bayi dengan kain hangat dan memakaikan

topi di kepala bayi serta meletakan bayi di dada ibu untuk

melakukan IMD. Bayi sedang melakukan IMD

6. Melakukan peregangan tali pusat dengan tangan

dorsokranial. peregangan tali pusat


88

5. Menilai kelengkapan plasenta. Plasenta lahir lengkap pada

pukul 17.45 WIB dengan kotiledon lengkap, selaput

ketuban lengkap. Berat ± 500 gram, diameter 17 cm, tebal

2,5 cm dan panjang tali pusat 70 cm.

6. Melakukan massase uterus selama 15 detik dan

mengajarkan ibu serta keluarga untuk melakukan massase

yang baik manfaatnya agar tidak terjadi perdarahan hebat.

Ibu dan keluarga mengerti penjelasan bidan dan sudah bisa

melakukannya sendiri.

4. Kala IV

Tanggal 14 Juli 2019 , pukul 17.45 WIB

S : Ibu mengtakan badanya terasa lelah dan perutnya masih

terasa mulas.

O : Keadaan umum baik, kesadaran composmentis. Hasil

pemeriksaan tanda-tanda vital adalah tekanan darah

110/70 mmHg, nadi 86 x/menit, suhu 36,5 ºC, pernapasan

23 x/menit. TFU 2 jari dibawah pusat dengan kontraksi

baik, perdarahan normal dan kandung kemih teraba

kosong, perineum utuh.

A : Ny. H usia 24 tahun P3A0 partus kala IV.

P : 1. Memberi tahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan

tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 86 x/menit, suhu 36,5

ºC, pernapasan 23 x/menit.


89

2. Membersihkan sarung tangan di larutan klorin 0,5% dari

lendir dan darah, bilas di air DTT dan keringkan dengan

kain bersih dan kering. sarung tangan telah dibersihkan.

3. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan

klorin 0,5 % untuk dekontaminasi 10 menit.

4. Cuci dan bilas peralatan setelah dekontaminasi. Peralatan

sudah dibersihkan.

5. Membersihkan ibu dengan air DTT, bersihkan cairan

ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian

yang bersih dan kering dan ibu sudah dibersihkan.

6. Memastikan ibu merasa nyaman dan bantu ibu

memberikan ASI. Mendekontaminasi tempat bersalin

dengan larutan klorin 0,5 %. Ibu merasa nyaman

7. Menganjurkan keluarga untuk memberikan minum dan

makan yang diinginkan Ibu. Keluarga bersedia.

8. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat

sampah yang sesuai. Mencelupkan sarung tangan ke dalam

larutan klorin 0,5 % dibuka secara terbalik dan rendam

dalam larutan klorin selama 10 menit.

9. Menjelaskan kepada ibu bahwa mulas itu baik untuk

menghindari perdarahan dan apabila tidak terdapat

kontraksi maka lakukan massase yang sudah diajarkan.

Ibu mengerti penjelasan bidan.


90

10. Menganjurkan ibu untuk segera menyusui bayinya,

sekaligus memberikan support dan motivasi pada ibu

untuk memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan tanpa

makanan tambahan apapun. Ibu bersedia melaksanakan

anjuran bidan.

11. Menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAK. Ibu

bersedia melaksanakan anjuran bidan.

12. Memeriksa tekanan darah, nadi, tinggi fundus uteri,

kontraksi, kandung kemih dan perdarahan setiap 15 menit

selama 1 jam pertama pasca persalinan dan selama 30

menit selama jam kedua pasca persalinan.

13. Memeriksa temperatur tubuh ibu satu kali setiap jam

selama 2 jam pertama pasca persalinan.

14. Melengkapi partograf.

C. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir

1. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Usia 1 jam Pada

Tanggal 14 Juli 2019 pukul 18.30 WIB

S : Ibu mengatakan bayinya sudah bisa menemukan putting

susu ibu dan mampu menghisap tapi belum terlalu kuat.

O : Nilai APGAR 8/9, gerakan bayi aktif, menangis kuat tidak

merintih, jenis kelamin laki-laki, , suhu tubuh 36,3 ºC,

respirasi 40 x/menit. berat badan 3000 gram, panjang


91

badan 48 cm, LILA 12 cm, lingkar kepala 33 cm, lingkar

dada 34 cm.Terdapat reflek moro, reflek rooting, reflek

babynsky, reflek tonick neck, reflek palmas graps, reflek

sucking, dan reflek plantar. Kepala tidak terdapat caput

succadaneum dan cepalhematom, tidak hydrocephalus dan

anancephalus, sutura teraba tidak terdapat penyusupan.

Mata tampak simetris, tidak terdapat perdarahan dan

pembengkakan, terdapat reflek pupil, konjungtiva tidak

anemis dan sklera tidak ikhterik. Hidung tampak simetris,

terdapat lubang hidung, tidak terdapat pernafasan cupping

hidung, tidak terdapat pengeluaran lendir, tidak terdpaat

polip, telinga simestris kiri dan kanan ada daun dan lubang

telinga, pengeluaran tidak ada. mulut tidak terdapat

labioskizis, labiopalatonatoskizis, dan labiopalatoskizis,

pada leher tidak terdapat pembengkakan dan kelainan,

dada tampak simetris, perut tidak kembung, tali pusat

segar dan tidak terdapat perdarahan, pada punggung tidak

terdapat spina bifida, testis sudah turun, ekstremitas atas

dan bawah normal jumlah jari kaki dan tangan normal.

A : By. Ny. H neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan

usia 1 jam
92

P :

1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu. berat

badan 2900 gram, panjang badan 48 cm, suhu tubuh 36,6

ºC, respirasi 48 x/menit . Ibu merasa senang dengan hasil

pemeriksaan

2. Melakukan perawatan tali pusat yaitu hanya menggunakan

kasa bersih dengan cara tidak memberikan apapun pada tali

pusat agar cepat kering. Perawatan tali pusat sudah di

lakukan

3. Memberikan bayi salep mata. Bayi telah diberikan salep

mata.

4. Memberikan Injeksi vit K pada bayi sebanyak 0,5 mg/ IM

di paha kiri untuk mencegah perdarahan. Vit K telah

diberikan.

5. Memberikan Injeksi hepatitis B0 setelah 1 jam injeksi Vit

K. bayi belum diberikan Injeksi hepatitis B0

6. Menjaga kehangatan tubuh bayi dengan memakaikan

pakaian bayi dan membedong bayi dengan kain bersih dan

kering serta memastikan kepala bayi tertutup untuk

menghindari hilangnya panas. Bayi telah dijaga

kehangatannya.

7. Memandikan bayi setelah 6 jam lahir dengan syarat bayi

dalam keadaan sehat. Bayi belum di mandikan


93

8. Memotivasi ibu untuk menyusui bayinya. Ibu bersedia

menyusui bayinya.

2. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Usia 6 jam

Pada Tanggal 14 Juli 2019 pukul 22.30 WIB

S : Ibu mengatakan bayinya sudah mulai menyusu dan bayi

sudah BAK dan BAB. Ibu mengatakan tidak ada masalah

pada bayinya.

O : Keadaan umum baik, suhu 360C, respirasi 44 x/menit,

reflek hisap baik, perut tidak kembung, tali pusat bersih.

A : By. Ny. h neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan

usia 6 jam

P : 1. Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan bahwa bayi ibu

dalam keadaan baik nadi 125 x/ menit, suhu 36 0c, respirasi

44 x/menit. Ibu mengetahui hasil dari pemeriksaan.

2. Memberitahukan ibu bahwa bayi akan dimandikan. Bayi

sudah dimandikan.

3. Mengingatkan ibu agar tetap menjaga kehangatan dan

kebersihan tubuh bayi. Ibu mengerti dan akan menjaga

kehangatan dan kebersihan tubuh bayi

4. Mengingatkan ibu untuk menyusui bayinya sesering

mungkin. Ibu mengerti dan bersedia menyusui sesering

mungkin.
94

5. Memberi tahu ibu manfaat ASI yaitu mengandug zat gizi

lengkap, mudah dicerna dan diserap oleh bayi, sebagai

antibody agar bayi terhindar dari penyakit. Menjalin

hubungan kasih sayang ibu dan bayi, mempercepat

pemulihan kesehatan ibu setelah melahirkan, ekonomis

dan praktis. Ibu mengerti manfaat dari ASI.

6. Memberitahukan ibu cara merawat tali pusat, yaitu tali

pusat harus selalu kering dan tidak usah di diberi apapun

hanya di bungkus dengan kasa kering yang bersih. Ibu

mengerti mengenai penjelasan yang diberikan tentang

perawatan tali pusat

7. Memberitahukan ibu tentang tanda-tanda bahaya pada

bayi, yaitu suhu tubuh panas/dingin, warna kulit kuning

terutama kurang dari 24 jam pertama setelah lahir atau

ditemukan pada umur bayi lebih dari 14 hari, biru atau

pucat, menghisap ASI lemah, mengantuk berlebihan, tali

pusat merah, bengkak dan bau busuk, tidak BAB/BAK

dalam 24 jam, kejang, tidak bisa tenang, menngis terus

menerus. Ibu mengetahui tanda-tanda bahaya pada bayi

dan bersedia datang jika bayi ibu mengalami tanda-tanda

tersebut.

8. Menganjurkan ibu membawa bayinya ke PKM 6 hari

kemudian untuk kontrol keadaan bayi, yaitu pada tanggal


95

20 July 2019. Ibu bersedia kontrol 6 hari pada tanggal 20

Juli 2019.

3. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Usia 6 hari

Pada Tanggal 20 Juli 2019 pukul 09.30 WIB

S : Ibu mengatakan bayi kuat menyusui, tidak ada tanda-tanda

bahaya bayi baru lahir pada bayinya dan ibu mengatakan

tidak ada keluhan.

O : Keadaan umum baik, Suhu 36 0C, respirasi 45 x/menit,

kulit barwarna kemerahan, pada mata sklera tidak tampak

ikhterik, tali pusat dalam keadaan bersih dan sudah puput,

berat badan 3500 gram, BAK ± 5-6 kali/hari, BAB ± 3-4

kali/hari.

A : By. Ny. H neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan

usia 6 hari

P : 1. Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan bahwa bayi ibu

dalam keadaan baik. Ibu mengetahui hasil dari

pemeriksaan.

2. Menganjurkan ibu untuk menyusui sesering mungkin

sesuai dengan kebutuhan bayi, atau maksimal setiap 2 jam.

Ibu bersedia melaksanakan anjuran bidan.

3. Menganjurkan ibu untuk menjemur bayinya ±30menit

setiap pagi hari dibawah jam 09.00 WIB sebelum atau

sesudah mandi. Ibu bersedia melaksanakan anjuran bidan.


96

4. Menganjurkan ibu untuk tidur di siang hari ketika bayinya

tidur. Ibu bersedia melaksanakan anjuran bidan

5. Menganjurkan ibu untuk menjauhkan bayinya dari orang

yang sakit agar tidak tertular oleh penyakit. ibu mengerti

tentang penjelasan yang telah diberikan dan bersediaakan

melaksanakannya.

6. Menganjurkan ibu untuk kontrol ulang saat anaknya usia 1

bulan untuk melakukan imunisasi BCG dan Polio manfaat

imunisasi BCG untuk mencegah penyakit TBC dan polio

untuk mencegah lumpuh layuh pada tungkai kaki dan

lengan tangan. Ibu bersedia kontrol ulang mengerti

manfaat dari imunisasi BCG dan polio. Ibu bersedia

kontrol ulang.

4. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Usia 14 hari

Pada Tanggal 28 Juli 2019 pukul 11.00 WIB

S : Ibu mengatakan bayinya menyusu dengan baik, BAK dan

BAB lancar, cukup tidur.

O : Keadaan umum baik, suhu 36,50C, respirasi 45 x/menit,

kulit barwarna kemerahan, pada mata sklera tidak kuning,

refleks mengisap kuat, BAK ±7-8 kali/hari, BAB ± 3-4

kali/hari.
97

A : By. Ny. H neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan

usia 14 hari

P : 1. Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan bahwa bayi ibu

dalam keadaan baik. Ibu mengetahui hasil dari

pemeriksaan.

2. Menganjurkan ibu untuk menyusui sesering mungkin

sesuai dengan kebutuhan bayi, atau maksimal setiap 2 jam.

Ibu bersedia bersedia memberikan ASI sesering mungkin.

3. Menganjurkan ibu untuk menjauhkan bayinya dari orang

yang sakit karena bayi mudah tertular penyakit, ibu

bersedia melakukan nya.

4. Menganjurkan ibu untuk menjemur bayinya setiap pagi

sebelum jam 09.00 WIB. Ibu bersedia melaksanakan

anjuran bidan.

5. Menganjurkan ibu untuk tidur di siang hari ketika bayinya

tidur. Ibu bersedia melaksanakan anjuran bidan

6. Mengingatkan kepada ibu tentang tanda-tanda bahaya

pada bayi, seperti demam tinggi, kejang-kejang, bayi

warna kuning, apabila bayi ibu mengalaini tanda-tanda

seperti itu, segera bawa bayi ibu ke tenaga kesehatan

terdekat. Ibu merasa sangat senang sudah di ingatkan

tanda-tanda bahaya bayi baru lahir.


98

5. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Usia 6 minggu

Pada Tanggal 15 Agustus 2019 pukul 11.00 WIB

S : Ibu mengatakan bayinya menyusu dengan baik, BAK dan

BAB lancar, cukup tidur.

O : Keadaan umum baik, suhu 36,40C, respirasi 48 x/menit,

kulit barwarna kemerahan, pada mata sklera tidak kuning

dan badan bayi juga tidak kuning, refleks mengisap kuat,

BAK ±8-9 kali/hari, BAB ± 4-5 kali/hari.

A : By. Ny. H usia 6 minggu.

P : 1. Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan bahwa bayi ibu

dalam keadaan baik. Ibu mengetahui hasil dari

pemeriksaan.

2. Menganjurkan ibu untuk tetap slalu memberikan ASI

sesuai kebutuhan bayi atau maksimal setiap 2 jam. ibu

bersedia untuk memberikan ASI sesering mungkin.

3. Menganjurkan ibu untuk menjauhkan bayinya dari orang

yang sakit karena bayimudah tertular penyakit, ibu

bersedia melakukannya.

4. Menganjurkan ibu untuk menjemur bayinya setiap pagi

sebelum jam 09.00 WIB. Ibu bersedia melaksanakan

anjuran bidan.

5. Menganjurkan ibu untuk tidur di siang hari ketika bayinya

tidur. Ibu bersedia melaksanakan anjuran bidan


99

6. Mengingatkan kepada ibu tentang tanda-tanda bahaya

pada bayi, seperti demam tinggi, kejang-kejang, bayi

warna kuning, apabila bayi ibu mengalaini tanda-tanda

seperti itu, segera bawa bayi ibu ke tenaga kesehatan

terdekat.

7. Menganjurkan ibu untuk kontrol lagi saat usia anaknya 2

bulan untuk melakukan imunisasi combo 1 ( DPT 1&

Hepatitis B 2) dan polio 2. Ibu bersedia kontrol ulang saat

bayi nya berusia 2 bulan untuk di imunisasi.

D. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas

1. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas 6 jam

Pada Tanggal `14 Juni 2019 pukul 22. 30 WIB

S : Ibu mengatakan perutnya masih terasa mulas, BAK 1x dan

sudah menyusui bayinya.

O : Keadaan umum baik, kesadaran composmentis. tekanan

darah 110/70 mmHg, respirasi 20 kali/menit, suhu 36,4°C.

Pada pemeriksaan fisik muka tidak terdapat oedema dan

tidak tampak pucat, mata konjungtiva tidak anemis dan

sklera tidak ikterik. Pada mulut dan bibir tidak tampak

pucat, gigi tidak terdapat caries, pada leher tidak terdapat

pembesaran kelenjar getah bening dan thyroid, tidak

terdapat pelebaran vena jugularis. Pada dada, payudara


100

tampak simetris dengan puting susu tampak bersih,

menonjol dan areola tampak coklat kehitaman

(hyperpigmentasi). tidak terdapat tumor, tidak tampak

bengkak, tidak terdapat bendungan ASI konsistensi lunak,

pengeluaran ASI (+), tidak terdapat nyeri, dan tidak

tampak kemerahan. Ekstremitas atas dan bawah bersih

tidak terdapat oedema, reflek patella kanan (+) dan kiri

(+).Pada palpasi abdomen : kontraksi uterus baik,

membulat dan mengeras, TFU 2 jari di bawah pusat.

kandung kemih kosong Pengeluaran pervaginam adalah

lochea rubra, dan tidak ditemukan tanda-tanda infeksi.

A : Ny. H usia 24 tahun P3A0 6 jam post partum

P : 1. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa ibu

dalam keadaan baik. Ibu merasa senang dengan

keadaannya yang baik.

2. Mengajarkan ibu membersihkan vagina dengan

menggunakan air hangat dan jangan takut-takut untuk

membersihkannya. Ibu ibu bersedia membersihkan vagina

dengan bersih dan tidak takut.

3. Menganjurkan ibu untuk memakan makanan yang bergizi,

seperti tahu, tempe, telur, serta sayuran dan ibu harus

banyak mengkonsumsi banyak air putih dan buah-buahan

agar air susu yang dihasilkan akan menjadi banyak, selain


101

itu juga dapat memperlancar pencernaan sehingga BAB

ibu tidak menjadi keras. Ibu mengerti tentang penjelasan

yang diberikan bidan dan bersedia untuk tidak memantang

makanan.

4. Memberikan penkes dan mengajari ibu tentang cara

merawat tali pusat, bahwa setiap kasa penutup tali pusat

basah segera diganti dengan kasa yang kering dan bersih,

serta tidak diberi obat apapun agar tidak terjadi infeksi.

Ibu mengerti tentang penjelasan yang diberikan Bidan.

5. Mengingatkan ibu tentang cara menyusui yang baik dan

benar. Sebelum ibu menyusui, ibu sebaiknya mencuci

tangan terlebih dahulu karena tangan yang kotor dapat

membawa kuman penyakit kepada bayi sehingga bayi

mudah terserang diare. Setelah mencuci tangan

diusahakan terlebih dahulu mengoleskan ASI disekitar

puting susu ibu kemudian mengatur posisi yang paling

nyaman untuk menyusui. Jangan menidurkan bayi

sebelum bayi disendawakan, karena hal ini dapat

mengakibatkan bayi memuntahkan ASI yang telah masuk.

Ibu dapat melakukan semua saran bidan.

6. Memberi tahu ibu tanda-tanda bahaya ibu nifas yaitu sakit

kepala yang hebat, penglihatan kabut, odem pada wajah

dan xstremitas, nyeri ulu hati, perdarahan pervaginam dan


102

lochea berbau. Ibu mengerti tanda bahaya ibu nifas dan

dapat mengulangnya.

7. Memberikan suplemen tablet fe untuk penambah darah

dan vit A untuk mata serta antibiotik utuk pencegahan

infeksi, Ibu telah minum obat.

8. Menganjurkan ibu untuk kontrol ulang 6 hari kemudian

pada tanggal 20 Juli 2019. Ibu bersedia untuk konrol ulang

pada tanggal 20 Juli 2019

2. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas 6 hari

Pada Tanggal 20 Juli 2019 pukul 09.30 WIB

S : Ibu mengatakan keadaannya sudah jauh lebih baik setelah

istirahat di rumah, pengeluaran ASI lebih lancar .

O : Keadaan umum baik, kesadaran composmentis. tekanan

darah 110/80 mmHg, respirasi 22 kali/menit, suhu 36,5°C.

Pada pemeriksaan fisik muka tidak terdapat oedema dan

tidak tampak pucat, mata konjungtiva tidak anemis dan

sklera tidak ikterik. Pada mulut dan bibir tidak tampak

pucat, gigi tidak terdapat caries, pada leher tidak terdapat

pembesaran kelenjar getah bening dan thyroid, tidak

terdapat pelebaran vena jugularis. Pada dada, payudara

tampak simetris dengan puting susu tampak bersih dan

menonjol. tidak terdapat tumor, tidak tampak bengkak,


103

tidak terdapat bendungan ASI konsistensi lunak,

pengeluaran ASI banyak, tidak terasa nyeri, dan tidak

tamapk kemerahan. Ekstremitas atas dan bawah: tidak

terdapat oedema dan varices, reflek patella kanan (+) dan

kiri (+). Pada palpasi abdomen : kontraksi uterus baik,

membulat dan mengeras, TFU pertengahan pusat dan

symphisis. Pengeluaran pervaginam adalah lochea

sanguinolenta, kandung kemih kosong dan tidak

ditemukan tanda-tanda infeksi

A : Ny. H usia 24 tahun P3A0 6 hari post partum

P : 1. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga,

bahwa ibu dan bayi dalam keadaan sehat. Ibu mengerti

dan tahu tentang keadaannya sekarang.

2. menganjurkan ibu agar tetap menjaga kebersihan

khususnya daerah vagina seperti setelah BAK dan BAB

bersihkan dari depan kebelakang. Ibu mengerti tentang

penjelasan dari bidan.

3. Mengingatkan ibu tentang cara menyusui yang baik dan

benar. Ibu tahu cara menyusui yang benar dan selalu

mencuci tangan sebelum menyusui.

4. Memberikan pendidikan kesehatan tentang ASI Eksklusif,

menganjurkan dan memberikan support kepada ibu untuk

tetap memberikan ASI saja pada bayinya yaitu ASI


104

Eksklusif selama 6 bulan tanpa diberi makanan tambahan

apapun. Ibu mengerti tentang penjelasan bidan dan mau

melaksanakannya.

5. Menganjurkan ibu untuk memakan makanan yang bergizi,

seperti tahu, tempe, telur, serta sayuran-sayuran hijau dan

ibu harus banyak mengkonsumsi banyak air putih dan

buah-buahan agar air susu yang dihasilkan akan menjadi

banyak, selain itu juga dapat memperlancar pencernaan

sehingga BAB ibu tidak menjadi keras. Ibu mengerti

tentang penjelasan yang diberikan Bidan dan berjanji tidak

akan memantang makanan.

6. Mengingatkan ibu kembali tanda-tanda bahaya ibu nifas

yaitu sakit kepala yang hebat, penglihatan kabut, odem

pada wajah dan xstremitas, nyeri ulu hati, perdarahan

pervaginam dan lochea berbau. Ibu merasa senang telah

di ingatkan dan ibu mampu mengulangnya kembali.

7. Menganjurkan ibu untuk tidur di siang hari ketika bayinya

tidur. Ibu bersedia melaksanakan anjuran bidan

8. Menyarankan keluarga untuk membantu pekerjaan ibu

dirumah, seperti mencuci dan memasak. Keluarga sudah

membantu selama ibu hamil hingga sekarang.

9. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang jika ada keluhan.

Ibu bersedia untuk kunjungan ulang jika ada keluhan.


105

3. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas 14 hari

Pada Tanggal 26 Juli 2019 pukul 11.00 WIB

S : Ibu mengatakan BAB dan BAK normal, istirahat dan tidur

cukup.

O : Keadaan umum baik, kesadaran composmentis. tekanan

darah 100/70 mmHg, respirasi 20x kali/menit, suhu

36,2°C. Pada pemeriksaan fisik muka tidak terdapat

oedema dan tidak tampak pucat, mata konjungtiva tidak

anemis dan sklera tidak ikterik. Pada mulut dan bibir tidak

tampak pucat, gigi tidak terdapat caries, pada leher tidak

terdapat pembesaran kelenjar getah bening dan thyroid,

tidak terdapat pelebaran vena jugularis. Pada dada,

payudara tampak simetris dengan puting susu tampak

bersih dan menonjol. tidak terdapat tumor, tidak tampak

bengkak, tidak terdapat bendungan ASI konsistensi lunak,

pengeluaran ASI banyak, tidak terasa nyeri, dan tidak

tamapk kemerahan. Ekstremitas atas dan bawah: tidak

terdapat oedema dan varices, reflek patella kanan (+) dan

kiri (+).Pada palpasi abdomen : kontraksi uterus baik,

membulat dan mengeras, TFU sudah tidak teraba.

Pengeluaran pervaginam adalah lochea serosa, kandung

kemih kosong dan tidak ditemukan tanda-tanda infeksi


106

A : Ny. H usia 24 tahun P3A0 14 hari hari post partum

P : 1. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga,

bahwa ibu dalam keadaan sehat. Ibu mengerti dan tahu

tentang keadaannya sekarang.

2. menganjurkan ibu agar tetap menjaga kebersihan

khususnya daerah vagina seperti setelah BAK dan BAB

bersihkan dari depan kebelakang. Ibu mengerti tentang

penjelasan dari bidan.

3. Mengingatkan ibu tentang cara menyusui yang baik dan

benar. Ibu tahu cara menyusui yang benar dan selalu

mencuci tangan sebelum menyusui.

4. Memberikan pendidikan kesehatan tentang ASI Eksklusif,

menganjurkan dan memberikan support kepada ibu untuk

tetap memberikan ASI saja pada bayinya yaitu ASI

Eksklusif selama 6 bulan tanpa diberi makanan tambahan

apapun. Ibu mengerti tentang penjelasan bidan dan mau

melaksanakannya.

5. Menganjurkan ibu untuk memakan makanan yang bergizi,

seperti tahu, tempe, telur, serta sayur-sayuran hijau dan

ibu harus banyak mengkonsumsi banyak air putih dan

buah-buahan agar air susu yang dihasilkan akan menjadi

banyak, selain itu juga dapat memperlancar pencernaan

sehingga BAB ibu tidak menjadi keras. Ibu mengerti


107

tentang penjelasan yang diberikan Bidan dan berjanji tidak

akan memantang makanan.

6. Menganjurkan ibu untuk tidur di siang hari ketika bayinya

tidur. Ibu bersedia melaksanakan anjuran bidan

7. Mengingatkan ibu kembali tanda-tanda bahaya ibu nifas

yaitu sakit kepala yang hebat, penglihatan kabut, odem

pada wajah dan xstremitas, nyeri ulu hati, perdarahan

pervaginam dan lochea berbau. Ibu merasa senang telah

di ingatkan dan ibu mampu mengulangnya kembali.

8. Menyarankan keluarga untuk membantu pekerjaan ibu

dirumah, seperti mencuci dan memasak. Keluarga sudah

membantu selama ibu hamil hingga sekarang.

4. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas 6 minggu

Pada Tanggal 2 September pukul 11.00 WIB

S : Ibu mengatakan BAB dan BAK normal, istirahat dan

tidur cukup

O : Keadaan umum baik, kesadaran composmentis. tekanan

darah 110/80 mmHg, denyut nadi 80 kali/menit, respirasi

20x kali/menit, suhu 36 °C, BB: 48 kg. Pada pemeriksaan

fisik muka tidak terdapat oedema dan tidak tampak pucat,

mata konjungtiva tidak anemis dan sklera tidak ikterik.

Pada mulut dan bibir tidak tampak pucat, gigi tidak

terdapat caries, pada leher tidak terdapat pembesaran


108

kelenjar getah bening dan thyroid, tidak terdapat pelebaran

vena jugularis. Pada dada, payudara tampak simetris

dengan puting susu tampak bersih dan menonjol. tidak

terdapat tumor, tidak tampak bengkak, tidak terdapat

bendungan ASI konsistensi lunak, pengeluaran ASI

banyak, tidak terasa nyeri, dan tidak tamapk kemerahan.

Ekstremitas atas dan bawah: tidak terdapat oedema dan

varices, reflek patella kanan (+) dan kiri (+).Pada palpasi

abdomen : kontraksi uterus baik, membulat dan mengeras,

TFU sudah tidak teraba. Sudah tidak terdapat pengeluaran

pervaginam.

A : Ny. H usia 24 tahun P3A0 6 minggu post partum

P : 1. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga,

bahwa ibu dan bayi dalam keadaan sehat. Ibu mengerti

dan tahu tentang keadaannya sekarang.

2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang ASI Eksklusif,

menganjurkan dan memberikan support kepada ibu untuk

tetap memberikan ASI saja pada bayinya yaitu ASI

Eksklusif selama 6 bulan tanpa diberi makanan tambahan

apapun. Ibu mengerti tentang penjelasan bidan dan mau

melaksanakannya.

3. Menganjurkan ibu untuk memakan makanan yang bergizi,

seperti tahu, tempe, telur, serta sayuran baik sayuran hijau


109

ataupun tidak dan ibu harus banyak mengkonsumsi

banyak air putih dan buah-buahan agar air susu yang

dihasilkan akan menjadi banyak, selain itu juga dapat

memperlancar pencernaan sehingga BAB ibu tidak

menjadi keras. Ibu mengerti tentang penjelasan yang

diberikan Bidan dan berjanji tidak akan memantang

makanan.

4. Menganjurkan ibu untuk tidur di siang hari ketika bayinya

tidur. Ibu bersedia melaksanakan anjuran bidan

5. Menyarankan keluarga untuk membantu pekerjaan ibu

dirumah, seperti mencuci dan memasak. Keluarga sudah

membantu selama ibu hamil hingga sekarang.

6. Memberikan penkes tentang KB. Ibu memilih untuk

menggunakan KB suntik.

7. Menganjurkan ibu untuk datang kembali saat bayinya

berusia 2 bulan untuk imunisasi combo I dan Polio II. Ibu

bersedia untuk datang kembali.

E. Asuhan Kebidanan pada Ibu KB

Tanggal Pengkajian : 09 september 2019

Waktu : 11.00 WIB

Subjektif:

Ibu ingin melakukan KB suntik 3 bulan. Mengingat penjelasan bidan

sebelumnya jika KB 3 bulan tidak mengganggu ASI.


110

Objektif:

Keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis, berat badan 43

kg, tekanan darah 110/60 mmHg, nadi 78 x/menit, pernafasan 19 x/menit,

suhu 37 °C. Pada pemeriksaan fisik, mata konjungtiva merah muda, sklera

putih, leher tidak ada benjolan, payudara tidak ada benjolan, abdomen

tidak teraba ballotment, kandung kemih kosong, ekstremitas bawah kuku

tidak pucat, tidak oedema, tidak ada varises.

Assesment:

P3A0 Calon Akseptor KB suntik 3 bulan.

Planning:

a. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa Keadaan umum ibu baik,

kesadaran composmentis, berat badan 46 kg, tekanan darah 110/60

mmHg, nadi 78 x/menit, pernafasan 19 x/menit, suhu 37 °C.

Evaluasi: ibu mengetahui hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan

baik.

b. Memngingatkan kembali pada ibu kelebihan dan kukurangan KB

suntik 3 bulan. Kelebihannya yaitu: ralatif aman untuk ibu menyusui,

dapat mengurangi resiko timbulnya kanker ovarium dan kanker rahim,

tidak berinteraksi dengan obat-obatan lain, bermanfaat bagi wanita

yang tidak dapat menggunakan kontrasepsi yang mengandung

estrogen, tidak perlu mengingat untuk mengkonsumsi pil kontrasepsi

setiap hari, tidak perlu berhitung lebih dulu saat berhubungan seksual,

jika ingin berhenti tidak perlu repot ke tenaga kesehatan.


111

Kekurangannya yaitu: sakit kepala, kenaikan berat badan, panyudara

nyeri, perdarahan, menstruasi tidak teratur, kurang lebih satu tahun

untuk mengembalikan kesuburan saat berhenti penyuntikan, tidak

memberikan perlindungan dari penyakit menular seksual.

Evaluasi: Ibu mengerti penjelasan tentang kekurangan dan kelebihan

KB suntik 3 bulan.

c. Melakukan penyuntikan Depo provera sebanyak 3 ml di dorsogluteal

(1/3 spina iliaka anterior superior (SIAS)) secara IM

Evaluasi: penyuntikan sudah dilakukan.

d. Memberitahu ibu kunjungan ulang 3 bulan kemudian pada tanggal 02

November 2019 atau jika ada keluhan .

Evaluasi: Ibu bersedia kunjungan ulang 3 bulan kemudian pada

tanggal 02 November 2019 atau jika ada keluhan.


112

BAB IV

PEMBAHASAN

Langkah awal yang dilakukan adalah anamnesa yang meliputi, biodata

Ny.H dan suami kemudian melakukaninformed consent kepada pasien untuk

memberikan asuhan komprehensif dimulai masa kehamilan, persalinan, bayi

baru lahir, masa nifas dan KB. Hal ini sesuai dengan teori Walyani

(2015),Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat

dari semua yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data

dapat dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik sesuai dengan

kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan khusus dan

pemeriksaan penunjang. Langkah ini merupakan langkah awal yang akan

menentukan langkah berikutnya, sehingga kelengkapan data sesuai dengan

kasus yang dihadapi akan menentukan proses interpretasi yang benar atau

tidak dalam tahap selanjutnya, sehingga dalam pendekatan ini harus yang

komprhensif meliputi data subjektif, objektif dan hasil pemeriksaan sehingga

dapat menggambarkan kondisi atau masalah klien yang sebenarnya.

Dari hasil anamnesa Ny.h berusia 24 tahun, ini merupakan usia

reproduksi tidak sehat. Hal ini tidak sesuai dengan teori Walyani (2015), usia

sangat menentukan suatu kesehatan ibu, dikatakan beresiko tinggi apa bila ibu

hamil berusia dibawah 20 tahun, dan diatas 35 tahun. Usia berguna untuk

mengentisipasi diagnosa masalah kesehatan dan tindakan yang dilakukan.

113
113

Dari hasil studi kasus yang telah dilakukan pada Ny. H usia 24

tahun dengan menerapkan 7 langkah Varney dan SOAP, maka pada bab

ini akan diuraikan pembahasan dengan membandingkan antara teori

dengan kenyataan yang ada pada Ny.H G3P2A0 di Puskesmas Mekar

Wangi. kota Bogor Periode Mei - Agustus Tahun 2019.

A. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan

Pemeriksaan kehamilan pada Ny. H pertama kali dilakukan di

Puskesmas Mekas Wangi pada tanggal 15 juni 2019, pukul 08.40 WIB,

dengan usia kehamilan 34 minggu. Sebelumnya dilakukan informed

consent pada pasien untuk mendampinginya selama kehamilan, persalinan,

dan masa nifas sekaligus membantu dalam perawatan bayi baru lahir. Ibu

dan keluarga bersifat kooperatif dan menanggapi kegiatan studi kasus ini.

Pada kehamilan ini Ny H melakukan pemeriksaan ANC sebanyak

13 kali hal ini sesuai dengan teori Saifuddin (2009) yang mengatakan

bahwa kunjungan ANC minimal dilakukan sebanyak 4 kali selama

kehamilan, yaitu 1x pada trimester pertama, 1x pada trimester ke dua, dan

dua kali pada trimester ke 3.

Asuhan pemeriksaan kehamilan pada Ny. H dilakukan 7 T yaitu

Timbang berat badan, Ukur Tekanan darah, ukur Tinggi fundus,

Pemberian imunisasi TT lengkap, pemberian Tablet Fe, Test Hiv dan

Temu wicara. Asuhan standar pemeriksaan ini sesuai dengan Teori

Prawirohardjo (2010) yang menyatakan bahwa asuhan pemeriksaan

kehamilan minimal 7 T yaitu Timbang berat badan, Ukur Tekanan darah,


114

ukur Tinggi fundus, Pemberian imunisasi TT lengkap, pemberian Tablet

Fe, Tes PMS dan Temu wicara.

Peningkatan berat badan 9 kg hal ini normal sesuai dengan teori

Prawirohardjo (2010) karena Secara perlahan berat badan ibu hamil akan

mengalami kenaikan antara 9-13 kg selama kehamilan atau sama dengan

0,5 kg per minggu atau 2 kg dalam satu bulan.

Berat badan sekarang 53 kg dan berat badan sebelum hamil 45 kg,

berat badan ditimbang setiap ibu datang atau berkunjung untuk

mengetahui kenaikan BB dan penurunan BB. Selama kehamilan ibu

mengalami kenaikan berat badan 9 kg. Tidak ada kesenjangan dengan teori

Walyani (2015), bahwa kenaikan BB ibu hamil normal rata-rata antara 6,5

kg sampai 16 kg.

Selama pemeriksaan kehamilan ibu selalu diberikan tablet Fe ini

sesuai dengan teori Prawirohardjo (2010) yang menyatakan bahwa Selama

kehamilan ibu hamil harus mendapatkan 90 tablet penambah darah (fe).

B. Asuhan Kebidanan pada Persalinan

Pada tanggal 14 Juli 2019 pukul 17.30 WIB. Ibu datang ke PKM

dengan keluhan mules-mules sejak pukul 11.20 WIB dan telah keluar

lendir darah pukul 10.00 WIB. adanya tanda-tanda tersebut merupakan

salah satu tanda persalinan dan ini sudah sesuai dengan teori Manuaba

(2010).
115

Kala I fase aktif pada Ny. H berlangsung selama 4 jam dari

pembukaan 4 cm sampai 10 cm, hal ini tidak sesuai dengan teori Sumarah

(2009) tersebut yang menyebutkan bahwa Persalinan kala 1 fase aktif ( 7

jam) dari pembukaan serviks 3 cm sampai pembukaan 10 cm. Dalam fase

aktif masih dibagi menjadi 3 fase lagi, yaitu fase akselerasi, dimana dalam

waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm, fase dilatasi maksimal, yakni

dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat, dari pembukaan

4 cm menjadi 9 cm, dan fase deselerasi, dimana pembukaan menjadi

lambat kembali yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi 10 cm.

Pada kala II ditemukan tanda-tanda ibu merasa ingin meneran

seperti ingin BAB, perineum menonjol, vulva dan spingter ani terbuka,

peningkatan pengeluaran lendir bercampur darah, ini sesuai dengan teori

Sumarah (2009) yang menyatakan bahwa tanda-tanda persalinan pada kala

II yaitu Ibu biasanya akan merasakan tekanan pada rectum dan merasakan

ingin buang air besar. Kemudian perineum menjadi menonjol dan menjadi

lebar dengan membukanya anus. Labia mulai membuka dan tak lama

kemudian kepala janin mulai tampak di dalam vulva pada saat ada his.

Pada kala II tidak ada kesenjangan, kala II berlangsung 30 menit

dan tidak terjadi penyimpangan, sesuai dengan teori Sumarah (2009)

dimana kala II Proses ini berlangsung selama 2 jam pada primigravida dan

1 jam pada multigravida.

Kala III Ny. H berlangsung 9 menit dimulai dari lahirnya bayi

sampai dengan lahirnya plasenta, hal ini sesuai dengan teori Sumarah
116

(2009) yang mengatakan kala III berlangsung selama 30 menit. Setelah

bayi lahir dilakukan pemeriksaan adanya bayi kedua kemudian dilakukan

menejemen aktif kala III yaitu pemberian syntocinon 10 IU IM,

peregangan tali pusat terkendali, dan masase uterus segera setelah plasenta

lahir. Hal tersebut sesuai dengan teori Prawirohardjo (2009).

Pada kala IV Ny.H dilakukan pemantauan setiap selama 2 jam

Hal ini sesuai dengan teori Sumarah (2009). Yang menyatakan bahwa

Observasi yang harus dilakukan pada Kala IV adalah Pemeriksaan tanda-

tanda vital : tekanan darah, nadi, pernapasan, Kontraksi uterus dan

Perdarahan.

Dilakukan pemeriksaan DJJ dengan hasil 144 x/menit teratur,

dalam batas normal.Tidak ada kesenjangan dengan teori Walyani (2015),

bahwa DJJ normal berkisar antara 120 – 160 per menit. Bila DJJ< 120 atau

> 160 per menit kemungkinan ada kelainan janin atau plasenta.

Perhitungan taksiran berat janin yaitu (29-11) × 155 = 2790 gram.

Hal ini sesuai dengan rumus Johnson dalam Mochtar (2013), yaitu

Taksiran Berat Janin (TBJ) : (TFU dalam cm – n ) x 155 gram. Bila kepala

diatas atau kepala spina ischiadika maka n = 12 dan bila kepala di bawah

spina ischiadika makan n = 11, dikarenakan kepapal bayi Ny.S sudah

masuk PAP dan berada di bawah spina ischiadika makan dilakukan

perhitungan TBJ dengan n = 11 dan TBJ Ny.S adalah 2790 ini merupakan

sesuai dengan usia kehamilannya 37 minggu. Tidak ada kesenjangan


117

dengan teori manuaba, 2014 bahwa usia kehamilan 37 minggu ke atas TBJ

2500- 4000 gram.

C. Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir

Pada tanggal 14 Juli 2019 Pukul 17.30 WIB bayi lahir normal

dengan usia kehamilan 40 minggu, BB : 3000, PB: 47 cm gram, LK : 32

cm, LD : 33 cm, LILA : 12 cm, Nilai Apgar : 8/9, hal ini normal karena

sesuai dengan teori Vivian (2010) yang menyatakan bahwa Lahir aterm

antara 37-42 minggu, Berat badan 2.500-4.000 gram, Panjang badan 48-52

cm, Lingkar dada 30-38 cm, Lingkar kepala 33-35 cm, Lingkar lengan 11-

12 cm dan Nilai Apgar >7.

Penatalaksanaan asuhan bayi baru lahir yaitu jaga kehangatan,

keringkan dan bungkus agar tetap hangat, hal ini sesuai dengan asuhan

segera bayi baru lahir menurut teori,Vivian (2010). Yang menyatakan

Untuk mencegah terjadinya hipotermia, bayi yang baru lahir harus segera

dikeringkan dan dibungkus dengan kain kering kemudian diletakkan

telungkup di atas dada ibu untuk mendapatkan kehangatan dari dekapan

ibu.

Setelah 1 jam IMD dilakukan pemeriksaan fisik pada By Ny.H

Hail pemeriksaan laju jantung : 144 x/menit, pernafasan: 46 x/menit, suhu

36,8°C, Berat badan 2900 gram, panjang badan 47 cm, lingkar kepala 32

cm, lingkar dada 33 cm. Pemeriksaan pada By Ny.H normal sesuai dengan

teori Dewi (2013), ciri-ciri bayi baru lahir normal yaitu, aterm antara 37-

42 minggu, berat badan 2.500-4.000 gram, panjang badan 48-52 cm,


118

lingkar dada 30-38 cm, lingkar kepala 33-35 cm, frekuensi denyut jantung

120-160 x/menit, pernafasan 40-60x/menit, suhu 36,5 – 37,5 °C .

Penulis melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) segera setelah

lahir dan setelah tali pusat dipotong dan diikat, yaitu dengan cara

meletakkan bayi diatas perut ibu selama 1 jam setelah bayi lahir. Hal ini

sesuai dengan teori Rukiyah (2013), setelah dilahirkan sebaiknya bayi

langsung diletakan didada ibunya sebelum bayi itu dibersihkan. Sentuhan

kulit dengan kulit mampu menghadirkan efek psikologis yang dalam

diantara ibu dan anak. Penelitian membuktikan bahwa ASI eksklusif

selama 6 bulan memang baik bagi bayi. Naluri bayi akan membimbingnya

saat baru lahir. Satu jam pertama setelah bayi dilahirkan insting bayi

membawanya untuk mencari puting sang bunda. Prilaku bayi tersebut

dikenal dengan istilah IMD.

D. Asuhan Kebidanan Nifas

Kunjungan nifas dilakukan 4 kali, hal ini sesuai dengan teori

Saleha (2009) yang menyatakan dengan program dan kebijakan teknis

masa nifas bahwa kunjungan masa nifas dilakukan paling sedikit 4 kali.

Kunjungan ini terdiri dari pemantauan 6 jam post partum, 6 hari, 2 minggu

dan 6 minggu post partum.

Ibu diberikan Vitamin A ini sesuai dengan teori Saleha (2009)

yang menyatakan bahwa pada ibu nifas diberikan kapsul vitamin A

200.000 unit.
119

Selama nifas, ASI keluar banyak, ibu dan keluarga bahagia dan

senang dalam merawat bayinya dan ibu tetap memberikan ASI pada

bayinya. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum normal,

kesadaran compos mentis, TTV dalam batas normal dan Involusi uterus

berjalan normal.

Pengeluaran darah ±20cc, lochea rubra, tidak ada luk jahitan dan

tanda infeksi. Hal ini juga sesuai dengan teori Mansyur (2014), keluar

pada hari 1-4 masa postpartum cairan yang keluar berwarna merah karena

terisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi,

lanugo (rambut bayi), dan mekonium.

Pada pemeriksaan genetalia terlihat luka jahitan laserasi basah. Hal

ini sesuai dengan teori Yuniarto (2016), yang menyatakan bahwa luka

pada perineum bisa sembuh <7 hari (cepat) dan ≥7 hari (lambat), luka

dinyatakan sembuh apabila luka kering, tidak ada kemerahan, tidak ada

pembengkakan, jaringan menyatu dan tidak ada nyeri ketika untuk duduk

dan berjalan. Asuhan yang penulis berikan pada Ny.H adalah dengan

menganjurkan agar ibu merawat dan selalu membersihkan genetalia

menggunakan air bersih dan dikeringkan jangan sampai lembab serta

menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan bergizi terutama telur

agar luka jahitan pada ibu cepat kering


120

E. Asuhan Kebidanan pada Ibu KB Suntik 3 Bulan pada Tanggal

09 September 2019 Pukul 09.30 WIB

Hasil anamnesa Ny.H ingin melakukan KB suntik 3 bulan. Mengingat

penjelasan bidan sebelumnya jika KB 3 bulan tidak mengganggu ASI. Hal

ini sesuai dengan teori Sulistyawati (2011), yang menyatakan bahwa KB

suntik 3 bulan dapat digunakan pada ibu pospartumkarena tidak

mengganggu laktasi.

Melakukan penyuntikan Depo provera sebanyak 3 ml di dorsogluteal

(1/3 spina iliaka anterior superior (SIAS)) secara IM. Hal ini sesuai

dengan teoriSulistyawati (2011), bahwa Suntik KB 3 bulan adalah

kontrasepsi yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara suntik

intramuscular (di daerah bokong, dorsogluteal 1/3 spina iliaka anterior

superior) secara IM.Depo provera adalah 6-alfa-medroxsiprogesterone

yang digunakan untuk tujuan kontrasepsi parenteral, mempunyai efek

progesterone yang kuat dan sangat efektif. Obat ini termasuk obat depo

Noristerat termasuk dalam golongan konsentrasi ini. Mekanisme kerja

kontrasepsi ini sama seperti kontrasepsi hormonal lainnya. Depo provera

sangat cocok untuk program postpartum oleh karena tidak mengganggu

laktasi.

Memberitahu ibusetelah 24 jam penyuntikan KB 3 bulan ibu dapat

melakukan hubungan seksual, hal ini sesuai dengan teori sulistyawati

(2011), 24 jam setelah penyuntikan klien dapat berhubungan seksual.


121

Penulis memberitahu ibu kunjungan ulang 3 bulan kemudian pada

tanggal 20 Oktober 2018 atau jika ada keluhan. Hal ini sesuai dengan teori

Sulistyawati (2011), bahwa kontrasepsi suntikanDepo Medroksi

Progesteron Asetat(DMPA)diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik

intramuskular dalam di daerah bokong. Apabila suntikan diberikan terlalu

dangkal, penyerapan kontrasepsi suntikan akan lambat dan tidak bekerja

secara efektif. Suntikan diberikan setiap 90 hari.


122

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penulis melakukan pengkajian asuhan kebidanan pada Ny. H sesuai dengan

kebutuhan pasien melalui upaya pendekatan manajemen kebidanan sejak usia

kehamilan 40 minggu sampai dengan nifas 6 minggu serta bayi baru lahir yang

dilakukan di Puskesmas Mekar Wangi Kota Bogor Periode Mei - Agustus

Tahun 2019

diperoleh hasil sebagai berikut :

1. Penulis melakukan pengkajian secara menyeluruh yang meliputi

asuhan kebidanan sesuai dengan kebutuhan Ny. H melalui upaya

pendekatan manajemen kebidanan mulai dari masa hamil, bersalin,

bayi baru lahir, masa nifas dan KB.

2. Penulis menginterpretasikan data dengan menetapkan diagnosa dari

hasil pengkajian data subjektif dan data objektif. Masalah yang

ditentukan masih dalam batas normal sehingga untuk memenuhi

kebutuhan Ny. H diberikan pendidikan kesehatan sesuai dengan

masalah fisiologis yang dihadapi oleh ibu selama hamil, bersalin, bayi

baru lahir, masa nifas dan KB.

3. Penulis tidak menemukan masalah potensial pada masa hamil,

bersalin, bayi baru lahir dan nifas sehingga tidak ada antisipasi
123

diagnosa atau masalah potensial karena masalah yang dialami masih

dalam batas normal.

4. Penulis tidak melakukan tindakan segera secara mandiri, kolaborasi

dan rujukan pada Ny. H saat hamil, bersalin, bayi baru lahir dan nifas

karena tidak ditemukan adanya masalah potensial.

5. Berdasarkan diagnosa yang telah ditegakkan penulis merencanakan

asuhan kebidanan yang akan diberikan pada Ny. H saat hamil,

bersalin, bayi baru lahir, masa nifas dan KB.

6. Berdasarkan perencanaan yang telah dibuat memberikan asuhan

kebidanan pada Ny. H saat hamil, bersalin, bayi baru lahir, masa nifas.

Maka penulis mengimplementasikan asuhan kebidanan pada kenyataan

sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

7. Dari seluruh asuhan kebidanan yang telah diberikan pada Ny. H pada

saat hamil, bersalin, bayi baru lahir, nifas dan KB. Kemudian penulis

mengevaluasi asuhan yang telah diberikan telah tercapai dengan baik

dan asuhan kebidanan yang diberikan dapat dipahami dan dimengerti

oleh pasien..

8. Penulis mendokumentasikan hasil dari setiap tindakan yang dilakukan

pada Ny. H saat hamil, bersalin, bayi baru lahir, masa nifas dan KB

dengan menggunakan manajemen Varney dan SOAP.


124

B. Saran

1. Bagi Mahasiswa

Diharapkan mahasiswa dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan

secara langsung serta mengaplikasikan teori dengan praktik untuk memberikan

asuhan komprehensif kepada klien. Sehingga bisa memberikan asuhan yang

baik dari mulai dari kehamilan, persalinan bayi baru lahir dan nifas serta

Keluarga Berencana (KB).

2. Bagi Institusi

Diharapkan hasil asuhan komprehensif ini dapat memeberikan manfaat bagi

institusi untuk meluluskan mahasiswa dengan keterampilan dan pengetahuan

yang baik serta dapat bermanfaat bagi mahasiswa yang akan datang serta dapat

menjadi bahan evaluasi untuk mahasiswa tingkat 3 yang akan datang.

3. Bagi Lahan Praktik

Diharapkan dapat meningkatkan asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin,

bayi baru lahir, nifas dan Keluartga Berencana (KB) untuk menurunkan AKI

dan AKB serta dapat membagi ilmu kepada mahasiswa bagaimana melakukan

asuhan secara komprehensif.

4. Bagi Masyarakat

Diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat agar melakukan

pemeriksaan kehamilan, melakukan persalinan, serta pengawasan masa nifas di

tenaga kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan menurunkan

tingginya AKI dan AKB


125

DAFTAR PUSTAKA

Adriaansz, George, dkk. 2009. Pelayanan Kesehatan Maternl dan Neonatal.

Jakarta. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Asri, Dwi, Clervo, Cristine. 2012. Asuhan Persalinan Normal. Yogyakarta.

Nuha Medika.

Damanik, Debora. 2014 Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan

penolong persalinan di desa bojong kabupaten bogor tahun 2014

http;bogorgitlib.ac.id di unduh pada tanggal 27 Mei 2018

Dewi, Sartika. 2016. Kewajiban Bidan Dalam Menanggulangi Kematian Ibu

Dan Kematian Bayi Di Hubungkan Dengan Undang-Undang Kesehatan

Nomor 36 Tahun 2009. http://journal.ubpkarawang.ac.iddiunduh pada 20

Juli 2019.

Dewi, Vivian Nanny Lia, Sunarsih, Tri. 2011. Asuhan Kehamilan untuk

Kebidanan. Jakarta. Salemba Medika.

Dewi, Vivian Nanny Lia. 2013. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.

Jakarta. Salemba Medika

Fitriya Munaaya. 2018 Efektifitas Pelatihan Midwifery Update Terhadap

Peningkatan Pengetahuan Bidan pada Pelayanan Kebidanan di

Surakarta httpswww.ejournal.stikespku.ac.id di unduh pada tanggal 25

Juli 2019

125
126

Herlyssa. 2013. Perbedaan Pertumbuhan Bayi Baru Lahir Pada Metode Lotus

Birth. http://ejurnal.poltekkesjakarta3.ac.iddiunduh pada 12 Agustus

2018.

Hidayati Ratna. 2009. Asuhan Keperawatan pada kehamilan fisiologis dan p

atologis. Salemba medika. Jakarta

Laksmi, Ni Made Diah Permata, Roespandi, Hanny, Handy, Fransisca. 2010.

Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial. Jakarta. Kementrian Kesehatan

Republik Indonesia.

Manuaba, Ida Ayu Candranita, Manuaba Ida Bagus Gde Fajar, Manuaba Ida

Bagus Gde. 2014. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB.

Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Mansyur, Nurliana, Dahlan, A Kasrida. 2014. Asuhan Kebidanan Masa Nifas.

Malang. Selaksa Media.

Mochtar, Rustam. 2013. Sinopsis Obstetri. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran

EGC.

Nugroho, Taufan, dkk. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan 3 Nifas.

Yogyakarta. Nuha Medika.

Nurasiah, Ai, Rukmawati, Ani, Badriah, Dewi Lailatul. 2012. Asuhan

Persalinan Normal Bagi Bidan. Bandung. Refika Aditama.

Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta. PT Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo.

Pangestu Dwi Ninil. 2017 The Role of Community Health Workers in Maternal

and Child Health Surveillance to Optimize Maternal and Child Health


127

in Pasuruan District, East httpsmedia.neliti.com di unduh tanggal 04

Juli 2018

Puspitaningati, Eva. 2017 Asuhan Kebidanan Comunity of care pada ibu hamil

sampai dengan keluarga berencana di bpm ponorogo

http;repositoriuin.ac.id di unduh pada tanggal 21 juli 2018

Ratuliu, Monika. 2014. Buku Pintar ASI dan Menyusui. Penerbit Noura Books:

Jakarta.

Rukiyah, Ai Yeyeh , Yuilianti, Lia. 2010. Asuhan Kebidanan 4 Patologi

Kebidanan. Jakarta. Trans Info Media.

Rukiyah, Ai Yeyeh , Yuilianti, Lia. 2013. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak

Balita. Jakarta. Trans Info Media.

Rukiyah, Ai Yeyeh. 2014. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta. Trans Info Media.

Rohani, Saswita, Reni, Marisah. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa

Persalinan. Jakarta. Salemba Media.

Ramlah Besse, 2017. Manajemen asuhan kebidanan pada “Ny.E” dengan

kematian janin dalam rahim di RSUD Syekh yusuf Gowa Tahun 2017”

https;repositori.uin.ac.id di unduh pada tanggal 22 juli 2017

Saleha, Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta. Salemba

Medika.

Sondakh, Jenny Js, Carolina, Sally, Astikawati, Rina. 2013. Asuhan Kebidanan

Persalinan Dan Bayi Baru Lahir. Jakarta . Penerbit Erlangga..

Sulistyawati, Ari, Nugraheny, Esty. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu

Bersalin. Jakarta. Salemba Medika.


128

Sulistyawati, Ari. 2016. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta.

Salemba Medika.

Sulistyawati, Ari. 2011. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta. Salemba

Medika.

Walyani, Elisabeth Siwi. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan.

Yogyakarta. Pustaka Baru Press.

Anda mungkin juga menyukai