Anda di halaman 1dari 8

IDENTIFIKASI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X TKJ

DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL DAN JENIS KELAMIN SISWA DI SMKN 1


KAMAL

Meila Hayudiyani1, Muchamad Arif2, Medika Risnasari3


1
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Informatika
23
Dosen Program Studi Pendidikan Informatika
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Trunojoyo Madura
E-mail : meila.hayudiyani@gmail.com, muchamadarif83@gmail.com, medika.risna@trunojoyo.ac.id

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengindentifikasikan kemampuan berpikir kritis siswa ditinjau dari
kemampuan awal dan jenis kelamin siswa. Berpikir kritis yang digunakan ialah indikator berpikir kritis menurut
Facione. Dalam penelitian ini, kemampuan awal dikategorikan menjadi 2 yaitu a) Kemampuan Awal tinggi; dan
b) Kemampuan Awal Rendah. Untuk mendapatkan kelompok kemampuan awal tersebut dilakukan tes
Kemampuan Awal, kemudian pada masing – masing kategori dikelompokkan lagi berdasarkan jenis kelamin dan
didapatkan 4 siswa. Dari keempat subjek tersebut diberikan soal materi subnetting dengan tujuan
mengidentifikasikan kemampuan berpikir kritis dari masing–masing kemampuan awal yang dimiliki siswa. Hasil
yang diperoleh adalah (1) Siswa dengan kemampuan awal tinggi dan berjenis kelamin laki-laki dapat melalui
tahap interpretasi dengan baik, melakukan analisis, evaluasi, inference dan eksplanasi serta self-regulation
dengan baik; (2) Siswa dengan kemampuan awal tinggi dan berjenis kelamin perempuan dapat melalui tahap
interpretasi dengan baik, melakukan analisis, evaluasi, inference dan eksplanasi serta self-regulation dengan
baik; (3) Siswa dengan kemampuan awal rendah dan berjenis kelamin laki-laki tidak dapat melalui tahap
interpretasi dengan baik, tidak dapat melakukan analisis, evaluasi, inference, eksplanasi, dan self regulation; (4)
Siswa dengan kemampuan awal rendah dan berjenis kelamin perempuan tidak dapat melalui tahap interpretasi
dengan baik, tidak dapat melakukan analisis, evaluasi, inference, eksplanasi, dan self regulation

Kata-kata Kunci : kemampuan awal, kemampuan berpikir kritis, berpikir kritis Facione, subnetting

Abstract
The purpose of this research is to identified the ability think critically of student evaluated from early
ability and student gender. Think critical that used was indicator think critical according to Facione. In this
research, early ability categorized to become 2 that is a) The high early ability ; and b) The low early ability. To
get a group of the early ability conducted early ability test, then each - category grouped again appropriate to
gender and got 4 students.
From is fourth of the subject given by items problem of subnetting with a purpose to identify ability of critical
think from each early ability which has by student. The results were obtained ( 1) Male student with high early
ability can pass interpretation stage well, doing the analysis, evaluation, inference, explanation and self-
regulation well; (2) Female student with high early ability can pass interpretation stage well, doing the analysis,
evaluation, inference, explanation and self-regulation well; (3) Male student with low early ability can not pass
the interpretation stage. Can not doing the analysis, evaluation, inference, explanation, and self-regulation; (4)
Female student with low early ability can not pass the interpretation stage. Can not doing the analysis,
evaluation, inference, explanation, and self-regulation.

Key words : early ability, ability think critically, critical thinking of Facione, subnetting
Jurnal Ilmiah Edutic /Vol.4, No.1, November 2017 p-ISSN 2407-4489
e-ISSN 2528-7303

PENDAHULUAN kurang mengarahkan siswa untuk berpikir


Saat ini dunia pendidikan sedang kritis. Guru lebih banyak menuntut siswa
memasuki era globalisasi dengan mendengarkan pelajaran dan sedikit
perkembangan ilmu pengetahuan dan mengarahkan siswa untuk mengeluarkan
teknologi (IPTEK) yang semakin pesat. Setiap pendapat. Sehingga siswa cenderung pasif dan
individu tidak hanya dituntut untuk belum terbiasa berpikir kritis saat mengikuti
mempunyai prestasi akademik yang bagus pembelajaran. Oleh karena itu, sebaiknya
tetapi juga harus mempunyai keahlian dan seorang guru merancang kegiatan
kemampuan yang unggul dan kompeten. Di pembelajaran yang melatih dan
Indonesia terdapat Sekolah Menengah mengembangkan kemampuan berpikir kritis
Kejuruan (SMK) yang mempunyai misi siswa. Kemampuan berpikir kritis siswa tidak
meyiapkan tenaga kerja tingkat menengah terlepas dari faktor internal. Salah satu faktor
untuk mengisi kebutuhan dunia usaha dan yang mempengaruhi kemampuan berpikir
industri pada saat ini maupun yang akan kritis siswa adalah kemampuan awal siswa.
datang. Menurut Purwandari, Farida, Andista
(dalam Mahendra dkk, 2015) kemampuan
Menurut pendapat Sri (dalam Hafitriani,
awal adalah pengetahuan, keterampilan, dan
2015:2) mata pelajaran jaringan dasar
kemampuan yang telah dikuasai siswa untuk
mempelajari konsep dasar, prinsip kerja dan
mempelajari tugas baru. Kemampuan awal
teknologi jaringan dasar seperti : pemanfaatan
merupakan prasyarat yang diperlukan untuk
jaringan, perkembangan teknologi jaringan
mengikuti pembelajaran materi berikutnya.
komputer, model-model jaringan, model
Kemampuan awal siswa mempengaruhi cepat
referensi OSI, routing protokol, Local Area
lambatnya siswa dalam memahami materi
Network (LAN), Wide Area Network (WAN)
pembelajaran. Siswa yang mempunyai
dan perkembangan teknologi jaringan
kemampuan awal tinggi memungkinkan tidak
komputer lainnya sehingga diperlukannya
mengalami kesulitan dalam memahami materi
daya pemahaman dan berpikir yang tinggi
pelajaran, sedangkan siswa yang mempunyai
untuk mendalami materi dan menciptakan
kemampuan awal rendah akan mengalami
suatu produk yang akan dihasilkan.
banyak kesulitan dalam memahami materi
Hal tersebut sejalan dengan pendapat
pelajaran yang akan mengakibatkan rendahnya
Marzano dalam Slavin (2011:37) bahwa
kemampuan berpikir kritis siswa.
“Salah satu tujuan utama bersekolah ialah
Selain kemampuan awal, kemampuan
meningkatkan kemampuan siswa berpikir
berpikir kritis siswa juga dipengaruhi oleh
kritis, agar dapat mengambil keputusan
faktor jenis kelamin. Adanya perbedaan jenis
rasional tentang apa yang harus dilakukan atau
kelamin menyebabkan anak laki-laki dan
apa yang harus diyakini”. Berpikir kritis
perempuan mempunyai pengalaman belajar
merupakan salah satu kemampuan berpikir
yang berbeda-beda.
yang perlu dimiliki oleh setiap orang. Melalui
Menurut teori laterisasi otak (Mufidah
berpikir kritis ini, setiap orang dapat
dalam Nurrahmah, 2015), perempuan unggul
meningkatkan kemampuan bernalar dalam
dalam belahan otak kiri. Perempuan cenderung
menghadapi permasalahan sehari – hari.
tampil lebih baik dibanding laki-laki pada
Sesuai
tugas-tugas verbal, termasuk kelancaran
Berdasarkan hasil observasi selama
verbal, dan pada tugas-tugas memory dan
kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL)
kecepatan perseptual. Sedangkan laki-laki
yang dilakukan di SMKN 1 Kamal, guru
cenderung mendapat skor lebih tinggi pada

21
Jurnal Ilmiah Edutic /Vol.4, No.1, November 2017 p-ISSN 2407-4489
e-ISSN 2528-7303

tugas numerik dan pada sejumlah tugas pertanyaan, maupun konsep. Inference adalah
perseptual lain, termasuk orientasi dan kemampuan dapat mengidentifikasi dan
visualisasi spasial. karena menurut Degun mendapatkan unsur-unsur yang dibutuhkan
(dalam Nurrahmah, 2015) otak laki-laki dalam menarik kesimpulan. Explanation
berkembang khusus pada belahan kanan. adalah kemampuan dapat menetapkan dan
Berdasarkan pemaparan diatas, guru memberikan alasan secara secara logis
hendaknya meningkatkan kemampuan berpikir berdasarkan hasil yang diperoleh. Sedangkan
kritis siswa dengan memperhatikan faktor indikator yang terakhir self regulation adalah
internalnya. Faktor internal dapat berupa kemampuan untuk memonitoring aktivitas
kemampuan awal dan jenis kelamin agar bisa kognitif seseorang, unsur-unsur yang
sehingga tujuan pembelajaran tercapai. digunakan dalam aktivitas menyelesaikan
Menurut pendapat Desmita (2014:162) permasalahan, khususnya dalam menerapkan
“Pendidikan haruslah merupakan proses kemampuan dalam menganalisi dan
produksi kesadaran kritis, seperti mengevaluasi.
menumbuhkan kesadaran kelas, kesadaran Keenam indikator kemampuan
gender, dan kesadaran kritis lainnya. berpikir kritis yang dikembangkan Facione
Poedjinoegroho (dalam Desmita, 2014:162) dijabarkan kembali oleh peneliti menjadi
mengatakan “Reformasi pendidikan yang beberapa subskill dalam tabel 1 berikut:
sedang diupayakan kini, tidak akan berarti jika Tabel 1. Indikator kemampuan berpikir
sikap kritis diri tidak termuat didalamnya. kritis menurut Facione
Tanpa landasan sikap kritis diri, reformasi No. Indikator Sub Skill
pendidikan hanya sebatas retorika”. Dari
1 Interpretasi Dapat menuliskan apa yang
permasalahan tersebut, peneliti ingin ditanyakan soal dengan
mengetahui bagaimana identifikasi jelas dan tepat.
kemampuan berpikir kritis siswa kelas X TKJ 2 Analisis Dapat menuliskan apa yang
ditinjau dari kemampuan awal dan jenis harus dilakukan dalam
kelamin dalam menyelesaikan soal jaringan menyelesaikan soal.
dasar. 3 Evaluasi Dapat menuliskan
Berpikir Kritis penyelesaian soal.
Menurut Facione (dalam Fithriyah dkk, 4 Inference Dapat menarik kesimpulan
dari apa yang ditanyakan
2016:582) ada enam indikator kemampuan
secara logis.
berpikir kritis yang terlibat di dalam proses
5 Eksplanasi a.Dapat menuliskan hasil
berpikir kritis. Indikator-indikator tersebut akhir.
antara lain interpretation, analysis, evaluation, b.Dapat memberikan
inference, explanation, serta self regulation. alasan tentang kesimpulan
Interpretation adalah kemampuan dapat yang diambil.
memahami dan mengekspresikan makna/arti 6 Self- Dapat meriview ulang
dari permasalahan. Analysis adalah Regulation jawaban yang
kemampuan dapat mengidentifikasi dan diberikan/dituliskan
menyimpulkan hubungan antar pernyataan, Adaptasi dari Fithriyah dkk (2016)
pertanyaan, konsep, deskripsi, atau bentuk Kemampuan Awal
lainnya. Evaluation adalah kemampuan dapat Menurut pendapat Kurniawati
mengakses kredibilitas pernyataan/representasi (2014:18), “Kriteria kemampuan awal tinggi
serta mampu mengakses secara logika jika memenuhi nilai standar KKM (Kriteria
hubungan antar pernyataan, deskripsi, Kemtuntasan Minimal) sekolah”. Adapun nilai

22
Jurnal Ilmiah Edutic /Vol.4, No.1, November 2017 p-ISSN 2407-4489
e-ISSN 2528-7303

KKM di SMKN 1 Kamal untuk mata pelajaran dibimbing oleh paradigma kualitatif
jaringan dasar adalah 75, jadi siswa yang didefinisikan sebagai suatu proses penelitian
belum memenuhi standar KKM sekolah untuk memahami masalah-masalah manusia
dikatakan kemampuan awalmya masih rendah. atau sosial dengan menciptakan gambaran
Berdasarkan KKM di SMKN 1 Kamal, apabila menyeluruh dan kompleks yang disajikan
nilai siswa 75 atau lebih artinya siswa dengan kata-kata, melaporkan pandangan
dikatakan tuntas, sedangkan apabila nilai siswa terinci yang diperoleh dari para sumber
kurang dari 75 artinya siswa dikatakan tidak informasi, serta dilakukan dalam latar (setting)
tuntas.dengan demikian, kategori kemampuan alamiah
awal dalam penelitian ini adalah sebagai Subjek yang dimaksud dalam penelitian ini
berikut: adalah siswa kelas X TKJ SMKN 1 Kamal
1. Kemampuan awal tinggi jika skor ≥ 75 yang terbagi kedalam 2 kelompok, yaitu siswa
2. Kemampuan awal rendah jika skor < 75 dengan kemampuan awal tinggi, dan rendah
Jenis Kelamin yang kemudian dikelompokkan kembali
Hasil penelitian Mahanal (2012) menunjukkan berdasarkan jenis kelamin menggunakan
adanya pengaruh yang signifikan gender purposive sampling.
terhadap kemampuan berpikir kitis siswa SMA Pengumpulan data dalam penelitian ini
di Malang. Kelompok siswa perempuan menggunakan :
menunjukkan kemampuan berpikir kritis lebih 1. Tes kemampuan awal. Tes ini
tinggi dibanding siswa laki-laki. Hasil menggunakan materi arsitektur TCP/IP
penelitian Rubin (1993) yang menunjukkan yang mana materi tersebut merupakan
tidak adanya perbedaan yang signifikan antara materi prasyarat untuk mempelajari materi
laki-laki dan perempuan dalam aspek subnetting. Adapun pengelompokan
intelgensi secara umum, meskipun dalam kemampuan awal siswa adalah sebagai
aspek aspek tertentu dapat dijumpai adanya berikut :
perbedaan antara anak laki-laki dan anak a. Kemampuan awal tinggi jika skor ≥ 75
perempuan. Demikian juga temuan Myers b. Kemampuan awal rendah jika skor < 75
(2006) menunjukkan bahwa tidak ada 2. Tes Berpikir Kritis. Dalam penyusunan tes
perbedaan yang nyata kemampuan berpikir berpikir kritis, peneliti berpedoman dengan
kritis antara siswa laki-laki dan perempuan. indikator materi yang digunakan sekolah
Menurut Rud dan Baker (2000) gender tidak dan indikator berpikir kritis menurut
ditemukan menjadi prediktor yang signifikan FACIONE.
skor posttest kemampuan berpikir kritis. 3. Wawancara. Dalam penelitian ini, peneliti
(Mahanal, 2012:182). melakukan wawancara tak terstruktur
METODE PENELITIAN kepada masing–masing subjek. penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan diluar pembelajaran guna mendalami
pendekatan kualitatif. Creswell (dalam identifikasi kemampuan berpikir kritis
Gunawan, 2016:83) menyatakan: Research subjek penelitian tersebut.
that is guided by the qualitative paradigm is Dokumentasi. Dokumentasi yang digunakan
defined as: “an inquiry process of dalam penelitian ini berupa video, foto dan
understanding a social or human problem rekaman suara. Bentuk dokumentasi tersebut
based on building a complex, holistic picture, digunakan peneliti untuk memperkuat data
formed with words, reporting detailed views of yang telah diperoleh dari proses tes hingga
informants, and conducted in a natural wawancara
setting”. Yang artinya, penelitian yang

23
Jurnal Ilmiah Edutic /Vol.4, No.1, November 2017 p-ISSN 2407-4489
e-ISSN 2528-7303

Teknik analisis data yang digunakan dalam memenuhi indikator self-regulation, berarti
penelitian ini adalah analisis data kualitatif. siswa mampu ereview ulang jawaban yang
Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2013: telah diberikan/dituliskan. Adapun hasil
337-345) mengemukakan bahwa aktivitas analisis tes berpikir kritis ke-4 subjek adalah
dalam analisis data kualitatif dilakukan secara sebagai berikut :
interaktif dan berlangsung secara terus 1. Indikator Interpretasi.
menerus sampai tuntas, sehingga datanya Berdasarkan hasil temuan penelitian
sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, pada tahap interpretasi diperoleh data yaitu 2
yaitu data reduction, data display, dan siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi
conclusion drawing/verification berjenis kelamin laki-laki dan perempuan
HASIL PENELITIAN DAN menjawab soal dengan benar sesuai dengan
PEMBAHASAN apa yang ditanyakan soal atau dapat
memahami maksud soal yang disajikan dengan
Berdasarkan hasil tes kemampuan awal
baik. Sedangkan 2 siswa yang memiliki
siswa dan hasil konsultasi dengan guru ata
kemampuan awal rendah berjenis kelamin
pelajaran SMKN 1 Kamal, maka didapatkan :
laki-laki dan perempuan, tidak dapat
1. 1 siswa laki-laki dengan kemampuan awal
memberikan jawaban yang sesuai dengan
tinggi yang memperoleh nilai 85.
pertanyaan sehingga dikatakan kurang dapat
2. 1 siswa perempuan dengan kemampuan
memahami maksud soal dengan baik. Dapat
awal tinggi yang memperoleh nilai 85.
disimpulkan bahwa hanya 2 orang siswa
3. 1 siswa laki-laki dengan kemampuan awal
dengan kemampuan awal tinggi berjenis
rendah yang memperoleh nilai 33.
kelamin laki-laki dan perempuan yang dapat
4. 1 siswa perempuan dengan kemampuan
memenuhi indikator interpretasi. Hal tersebut
awal rendah yang memperoleh nilai 10.
sesuai dengan penjelasan teori bahwa
Setelah itu peneliti menganalisis dari
interpretasi ialah kemampuan dapat
masing-masing siswa berdasarkan kemampuan
memahami dan mengekspresikan makna/arti
awal yang dimilikinya.
dari permasalahan.
Menurut Facione (1990) ada enam indikator
2. Indikator Analisis.
berpikir kritis yang terlibat dalam berpikir
Berdasarkan hasil temuan penelitian
kritis. Indikatot tersebut adalah, interpretasi,
pada tahap analisis diperoleh data yaitu 2
analisis, evaluasi, inference, eksplanasi, dan
siswa dengan kemampuan awal tinggi berjenis
self-regulation. Apabila siswa memenuhi
kelamin laki-laki dan perempuan dapat
indikator interpretasi, berarti siswa mampu
menghubungkan informasi dari soal untuk
mebuliskan apa yang diketahui dari soal.
menyelesaikan jawaban. Sedangkan 2 siswa
Apabila siswa memenuhi kriteri analisis,
yang memiliki kemampuan awal rendah
berarti siswa mampu menghubungkan
berjenis kelamin laki-laki dan perempuan tidak
informasi dari soal untuk menuliskan jawaban.
dapat menghubungkan informasi dari soal
Apabila siswa memenuhi indikator evaluasi,
untuk menyelesaikan jawaban.
itu artinya siswa mampu menuliskan
Dapat disimpulkan bahwa hanya 2
penyelesaian soal. Apabila siswa memenuhi
orang siswa dengan kemampuan awal tinggi
indikator inference, berarti siswa mampu
berjenis kelamin laki-laki dan perempuan yang
menarik kesimpulan dari yang ditanyakan
dapat memenuhi indikator analisis. Hal
secara logis. Apabila memenuhi indikator
tersebut sesuai dengan penjelasan teori yang
eksplanasi, berarti siswa mampu menuliskan
telah dikemukakan bahwa analisis ialah
hasil akhir dari jawaban. Dan apabila siswa
kemampuan dapat mengidentifikasi dan

24
Jurnal Ilmiah Edutic /Vol.4, No.1, November 2017 p-ISSN 2407-4489
e-ISSN 2528-7303

menyimpulkan hubungan antar pernyataan, Sedangkan 2 siswa dengan kemampuan awal


pertanyaan, konsep, Deskripsi, atau bentuk rendah berjenis kelamin laki-laki dan
lainnya. perempuan tidak dapat menuliskan
3. Indikator Evaluasi penyelesaian akhir dari jawaban. Dapat
Berdasarkan hasil temuan penelitian disimpulkan bahwa hanya 2 orang siswa
pada tahap evaluasi diperoleh data yaitu 2 dengan kemampuan awal tinggi berjenis
siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi kelamin laki-laki dan perempuan dapat
berjenis kelamin laki-laki dan perempuan memenuhi indikator eksplanasi. Sesuai
dapat menyelesaikan soal dengan baik. penjelasan teori yang telah dikemukakan
Sedangkan 2 siswa yang memiliki kemampuan bahwa eksplanasi adalah kemampuan dapat
awal rendah berjenis kelamin laki-laki dan menetapkan dan memberikan alasan secara
perempuan tidak dapat menyelesaikan soal logis berdasarkan hasil yang di peroleh.
dengan baik. 6. Indikator Self-Regulation
Dapat disimpulkan bahwa hanya 2 Berdasarkan hasil temuan penelitian pada
orang siswa dengan kemampuan awal tinggi tahap self-regulation diperoleh data yaitu 2
yang dapat memenuhi indikator Evaluasi. Hal siswa dengan kemampuan awal tinggi berjenis
tersebut sesuai dengan penjelasan teori bahwa kelamin laki-laki dan perempuan dapat
evaluasi yaitu kemampuan dapat mengakses mereview jawaban yang diberikan atau
kredibilitas pernyataan/representasi serta dituliskan. Sedangkan 2 siswa dengan
mampu mengakses secara logika hubungan kemampuan awal rendah berjenis kelamin
antar pernyataan, deskripsi, pertanyaan, laki-laki dan perempuan tidak dapat mereview
maupun konsep. jawaban yang diberikan. Dapat disimpulkan
4. Indikator Inference bahwa hanya 2 orang siswa dengan
Berdasarkan hasil temuan penelitian kemampuan awal tinggi berjenis kelamin laki-
pada tahap inference diperoleh data yaitu 2 laki dan perempuan yang dapat memenuhi
siswa dengan kemampuan awal tinggi berjenis indikator self-regulation. Hal tersebut sesuai
kelamin laki-laki dan perempuan dapat dengan penjelasan teori pada bab 2, self
menarik kesimpulan dari jawaban yang telah regulation adalah kemampuan untuk
diselesaikan pada tahap evaluasi. Sedangkan 2 memonitoring aktivitas kognitif seseorang,
siswa yang memiliki kemampuan awal rendah unsur-unsur yang digunakan dalam aktivitas
berjenis kelamin laki-laki dan perempuan tidak menyelesaikan permasalahan, khususnya
dapat memberikan kesimpulan dari jawaban. dalam menerapkan kemampuan dalam
Dapat disimpulkan bahwa hanya 2 menganalisi dan mengevaluasi
orang siswa dengan kemampuan awal tinggi KESIMPULAN DAN SARAN
berjenis kelamin laki-laki dan perempuan yang
Kesimpulan
dapat memenuhi indikator inference, artinya
Berdasarkan hasil penelitian dan
subjek mampu mengidentifikasi dan
pembahasan yang diperoleh dapat diambil
mendapatkan unsur-unsur yang dibutuhkan
suatu kesimpulan dari identifikasi kemampuan
dalam menarik kesimpulan.
berpikir kritis siswa X TKJ ditinjau dari
5. Indikator Eksplanasi
kemampuan awal dan jenis kelamin siswa
Berdasarkan hasil temuan penelitian
adalah sebagai berikut :
pada tahap eksplanasi diperoleh data yaitu 2
1. Siswa dengan kemampuan awal tinggi
siswa dengan kemampuan awal tinggi berjenis
dan berjenis kelamin laki-laki dapat
kelamin laki-laki dan perempuan dapat
memahami maksud soal (interpretasi)
menuliskan jawaban akhir dari soal.

25
Jurnal Ilmiah Edutic /Vol.4, No.1, November 2017 p-ISSN 2407-4489
e-ISSN 2528-7303

yang diberikan dengan baik, tidak sesuai dengan apa yang ditanyakan
menghubungkan informasi dari soal soal. Secara otomatis siswa dengan
(analisis) dengan penyelesaian jawaban, kemampuan awal rendah tidak dapat
menyelesaikan penyelesaian dari soal menghubungkan informasi dari soal
(evaluasi) sehingga mampu menarik (analisis), tidak dapat menyelesaikan soal
kesimpulan dari jawaban (inference). (evaluasi) dan menarik kesimpulan dari
Selain itu siswa dengan kemampuan awal jawaban (inference). Siswa dengan
tinggi mampu menuliskan penyelesaian kemampuan awal rendah tidak dapat
akhir dari soal (eksplanasi) dan dapat menuliskan penyelesaian akhir
mereview jawaban yang telah di tuliskan (eksplanasi) dari jawaban soal dan tidak
(self-regulation). dapat mereview hasil jawaban yang telah
2. Siswa dengan kemampuan awal tinggi diberikan (self-regulation).
dan berjenis kelamin perempuan dapat Berdasarkan pemaparan penjelasan dari
memahami maksud soal (interpretasi) keempat subjek diatas, maka terdapat
yang diberikan dengan baik, perbedaan berpikir kritis antara siswa yang
menghubungkan informasi dari soal memiliki kemampuan awal tinggi dan rendah.
(analisis) dengan penyelesaian jawaban, Namun tidak terdapat perbedaan berpikir kritis
menyelesaikan penyelesaian dari soal siswa yang berjenis kelamin laki-laki dan
(evaluasi) sehingga mampu menarik siswa yang berjenis kelamin perempuan.
kesimpulan dari jawaban (inference). Saran
Selain itu siswa dengan kemampuan awal Berdasarkan hasil penelitian tentang
tinggi mampu menuliskan penyelesaian kemampuan berpikir kritis siswa kelas X TKJ
akhir dari soal (eksplanasi) dan dapat menurut Facione dalam mengerjakan soal pada
mereview jawaban yang telah di tuliskan materi subnetting ditinjau dari kemampuan
(self-regulation). awal dan jenis kelamin dapat dikemukakan
3. Siswa dengan kemampuan awal rendah beberapa saran sebagai berikut:
dan berjenis kelamin laki-laki tidak dapat 1. Guru lebih sering memberikan
memahami soal yang diberikan permasalahan yang kompleks atau soal-soal
(interpretasi). Jawaban yang diberikan yang menuntut siswa berpikir kritis kepada
tidak sesuai dengan apa yang ditanyakan siswa terutama siswa yang memiliki
soal. Secara otomatis siswa dengan kemampuan awal rendah agar dapat
kemampuan awal rendah tidak dapat melatih proses berpikir kritis.
menghubungkan informasi dari soal 2. Guru dapat menyusun sebuah model
(analisis), tidak dapat menyelesaikan soal pembelajaran yang dapat mengembangkan
(evaluasi) dan menarik kesimpulan dari kemampuan berpikir kritis siswa.
jawaban (inference). Siswa dengan 3. Guru lebih memperhatikan dan bersikap
kemampuan awal rendah tidak dapat sesuai dengan perbedaan jenis kelamin siswa
menuliskan penyelesaian akhir yang memiliki perbedaan dalam berpikir
(eksplanasi) dari jawaban soal dan tidak
dapat mereview hasil jawaban yang telah DAFTAR PUSTAKA
diberikan (self-regulation).
4. Siswa dengan kemampuan awal rendah Desmita. 2014. Psikologi Perkembangan
dan berjenis kelamin perempuan tidak Peserta Didik. Bandung: PT Remaja
dapat memahami soal yang diberikan Rosdakarya.
(interpretasi). Jawaban yang diberikan

26
Jurnal Ilmiah Edutic /Vol.4, No.1, November 2017 p-ISSN 2407-4489
e-ISSN 2528-7303

Fithriyah dkk. (2016), “Analisis kemampuan Slavin, Robert E. 2011. Psikologi Pendidikan:
berpikir kritis siswa kelas IX-D SMPN Teori dan Praktik. Edisi Kesembilan,
17 Malang”. Prosiding Konferensi Jilid 1. Jakarta: PT Indeks.
Nasional Penelitian Matematika dan Sugiyono. 2014. Metode Penelitian
Pembelajarannya. Universitas Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.
Muhammadiyah Surakarta. Bandung:alfabeta
Gunawan, Imam. 2016. Metode Penelitian
Kualitatif: Teori dan Praktik. Jakarta:
PT Bumi Aksara.
Hafitriani, Sarah. (2015). Pembelajaran
dengan pendekatan scientific
menggunakan multimedia berbasis
labirin game untuk meningkatkan hasil
belajar siswa smk (Tesis magister
tidak dipublikasikan). Universitas
Pendidikan Indonesia.
Kurniawati, Siska.(2014). Efektivitas model
discovery learning ditinjau dari
pemahaman konsep matematis siswa
dan kemampuan awal matematika
(skripsi sarjana pendidikan tidak
dipublikasikan). Universitas Lampung.
Mahanal, Susriyati. (2012). “Strategi
pembelajran biologi, gender dan
pengaruhnya terhadap kemampuan
berpikir kritis”. Seminar Nasional IX
Pendidikan Biologi FKIP UNS. Vol.9,
No.1.
Mahendra, R., Murtafiah, W., Adamura, F.
(2015). “Profil penalaran siswa kelas
X SMA dalam menyelesaikan masalah
persamaan kuadrat ditinjau dari
kemampuan awal siswa”. Jurnal imiah
pendidikan. Vol.4 No.1
Nurrahmah, Fatihatun. (2015). Profil proses
berpikir kreatif siswa kelas X menurut
Wallas dalam memecahkan masalah
pada materi pokok gerak lurus
ditinjau dari jenis kelamin dan
prestasi belajar fisika.(Skripsi sarjana
pendidikan tidak dipublikasikan).
Universitas Islam Negeri Walisongo
Semarang

27

Anda mungkin juga menyukai