Anda di halaman 1dari 8

Hasil

Pelajaran 1
CFA yang melibatkan semua variabel PWB dan SWB adalah yang pertama diuji. Semua
faktor ditentukan memiliki nondirectional hubungan kovarian. Selain itu, semua autokorelasi
di antara sisa pengukuran di seluruh waktu diperkirakan. Itu model cocok dengan data dengan
sangat baik (M1 pada Tabel 1) . Padahal penuh invariansi metrik (M2) didukung (CFI
0,002), skalar penuh invarian (M3) tidak didukung (CFI 0,022). Sebagai sug-gested oleh
indeks modifikasi, batasan pada intersep penguasaan lingkungan dan hubungan positif
santai. Itu Model yang dimodifikasi (M4) menyesuaikan data dengan sangat baik,
memberikan dukungan untuk invariansi skalar parsial (CFI 0,007). Memegang kendala
kesetaraan, model diuji (M5) di yang mana semua hubungan kovarian lintas waktu adalah
kon-vertikal ke jalur prediksi arah. Mengingat strukturnya porsi model ini sudah jenuh, model
fit tidak menunjukkan akurasi jalur arah. Waktu silang yang tidak signifikan jalur biasanya
dijatuhkan dalam model lintas-lag untuk membangun lebih banyak model pelit ( Little, 2013 ;
Newsom, 2015). Demikian, dalam serangkaian model yang dimodifikasi, jalur dari PWB2
dan SWB1 ke SWB3, dan dari SWB1 ke PWB2 dihilangkan satu per satu, yang
menghasilkan model akhir penelitian (M6). Model ini ditunjukkan pada Gambar 1. Estimasi
parameter dari model akhir adalah disajikan pada Tabel 2. Korelasi sinkron antara PWB1 dan
SWB1 adalah penting. Asosiasi konkuren antara variabel laten gangguan pada Waktu 2 dan
Waktu 3 juga signifikan. Semua dari jalur autoregresif signifikan, dengan pengecualian
SWB1 ke SWB3. Berkenaan dengan hubungan lintas-lag, jalur dari SWB1 dan SWB2 ke
PWB3 signifikan, tetapi yang pertama ternyata sangat negatif. Ini menunjukkan bahwa,
ketika tingkat sebelumnya variabel dipertahankan konstan, bahkan tingkat SWB yang lebih
tinggi mengarah ke level PWB yang lebih rendah dari waktu ke waktu. Jalur lintas-lag
dari PWB1 ke SWB2 dan SWB3 positif dan signifikan,
menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat PWB, semakin tinggi masa depan
tingkat SWB. Akhirnya, dalam model terpisah (M7), semua
faktor kesejahteraan mengalami kemunduran berdasarkan jenis kelamin, usia, dan
usia. 2 Kontra-
trolling untuk variabel demografis tidak berpengaruh besar
efek autoregressive dan cross-lag, menunjukkan bahwa
variabel demografis tidak menjelaskan hubungan yang diamati di M6. Kesesuaian model
dengan kovariat dilaporkan pada Tabel 1 , dan
estimasi parameternya dilaporkan dalam materi tambahan

Pelajaran 2
Model CFA cocok dengan data (M8 pada Tabel 1) . Metrik penuh
(M9, CFI
.001) dan skalar (M10, CFI
0,003) invarian
juga didukung. Model dengan autoregressive dan cross-lag
jalur arah (M11) selanjutnya diuji. Hasil dengan
Model tersaturasi struktural menunjukkan bahwa jalur dari SWB2 ke
PWB3 tidak signifikan, dan karenanya dihapus dari
model terakhir (M12). Estimasi parameter dari model akhir
ditunjukkan pada Tabel 2. Model ditunjukkan pada Gambar 1.Kedua jalur autoregresif itu
signifikan. Cross-lag
jalur dari PWB2 ke SWB3 juga signifikan, menunjukkan bahwa
semakin tinggi tingkat PWB pada Waktu 2, semakin tinggi tingkat SWB
pada Waktu 3. Efek prospektif negatif dari SWB pada PWB adalah
tidak direplikasi dalam Studi 2, menunjukkan bahwa efek prospektif
SWB mungkin bergantung pada panjang lag. Misalnya, efek ini mungkin
lebih cenderung menjadi negatif selama periode waktu yang lebih lama dan positif
atau tidak signifikan selama periode yang lebih pendek. Akhirnya, seperti yang dilaporkan di
bahan tambahan, efeknya hampir tidak berubah kapan
mengendalikan variabel demografis (M13)

Diskusi dan kesimpulan


Diketahui bahwa SWB pada suatu waktu meramalkan SWB 10 tahun kemudian
dan PWB sekaligus memprediksikan PWB 10 dan 20 tahun kemudian. Itu
jalur autoregresif umumnya lebih kuat untuk PWB daripada
SWB (lihat Tabel 2), menunjukkan stabilitas yang lebih longitudinal untuk
PWB. Dibandingkan dengan PWB, tingkat SWB lebih kuat
ditentukan oleh pengalaman emosional, yang bisa sangat bervariasi
melintasi waktu dan konteks (Diener, 2014) . Sebaliknya, PWB berbasis
pada pengembangan keterampilan dan kemampuan yang lebih stabil, mungkin memimpin
ke tingkat stabilitas yang lebih tinggi (Steger, 2016 ). Oleh karena itu, hasil ini
menunjukkan bahwa PWB lebih kuat untuk memprediksi nilai masa depannya
daripada SWB. Sejalan dengan itu, Huta dan Ryan (2010) menemukan
bahwa partisipasi dalam kegiatan eudaimonik meningkatkan kesejahteraan keduanya
segera dan 3 bulan setelahnya, selama partisipasi dalam
aktivitas hedonis segera meningkatkan kesejahteraan.
Dalam kedua studi tersebut, nilai awal PWB diprediksi positif
perubahan tingkat SWB dari waktu ke waktu. Ukuran salib-
jalur tertinggal dari PWB berkisar dari 0,162 hingga 0,372 (lihat Tabel 2) .
Namun jalur lintas lag dari SWB berkisar dari 0,249 hingga 0,122,
menunjukkan bahwa tingkat awal SWB yang lebih tinggi dapat menyebabkan peningkatan
atau penurunan PWB di masa mendatang. Efek prospektif negatif dari
SWB yang diamati di sini konsisten dengan bukti yang menunjukkan hal itu
keadaan pikiran positif yang intensif dan / atau diperpanjang dapat mengganggu
fungsi psikologis dan proses pembentukan keterampilan (Gru-
ber et al., 2011 ; Joshanloo & Jarden, 2016). Ini juga ada di
sesuai dengan bukti yang menunjukkan bahwa tingkat kumulatif sedang
Kesulitan seumur hidup asli dapat dikaitkan dengan kesejahteraan optimal
dalam jangka panjang (Seery, Leo, Lupien, Kondrak, & Almonte, 2013) .
Bahwa jalur lintas-lag dari SWB agak lebih lemah atau masuk
arah yang tidak terduga menunjukkan bahwa tingkat SWB lebih tinggi jika tidak
ditambah dengan tingkat PWB yang lebih tinggi mungkin tidak kondusif
PWB masa depan. Secara keseluruhan, hasil menunjukkan bahwa PWB mungkin saja
lebih menguntungkan daripada SWB dalam jangka panjang karena kemungkinannya lebih
besar
untuk meningkatkan tingkat masa depan dari kedua aspek kesejahteraan.
Terlepas dari keuntungan yang jelas dari model panel cross-lagged
studi cross-sectional untuk menyelidiki presedensi kausal, itu
harus diakui bahwa model cross-lag dari kor-
data relasional sebenarnya adalah alat yang tidak sempurna untuk menentukan sebab akibat
arah "dengan pasti" (Newsom, 2015, hlm. 147). Specifi-
eksperimen yang dirancang dengan cermat dapat menghasilkan lebih banyak kepastian
tentang di-
rectionality dan sebab-akibat yang didahulukan karena fakta bahwa mereka
lebih efisien dalam meminimalkan potensi efek perancu. Sana-
kedepan, hasil sekarang harus dianggap awal sampai
direplikasi dalam penelitian tambahan dengan berbagai metodologi, sam-
ples, dan panjang lag.

• Kesehatan Mental Umum.


• Pengertian kesehatan mental;
kesehatan mental adalah kondisi psikologis di mana individu menyadari kemampuannya,
mampu menghadapi stres dan menyelesaikan dengan cara positif, mampu bekerja produktif
dan efisien, dan mampu memberikan kontribusi terhadap komunitas di mana dia bernaung.
mental adalah dasar bagi individu untuk berfungsi optimal sebagai seorang manusia dan
menjalankan perannya di keluarga, lingkungan kerja, dan komunitas.
Faktor-Faktor kesehatan mental;
• Faktor biologis (atau disebut gangguan mental organik)
a. Gangguan pada fungsi sel saraf di otak.
b. Infeksi, misalnya akibat bakteri Streptococcus.
c. Kelainan bawaan atau cedera pada otak.
• Faktor psikologis
a. Peristiwa traumatik, seperti kekerasan dan pelecehan seksual.
b. Kehilangan orang tua atau disia-siakan di masa kecil.
c. Kurang mampu bergaul dengan orang lain.
d. Perceraian atau ditinggal mati oleh pasangan.
Gejala dan tanda gangguan mental tergantung pada jenis gangguan jiwa yang dialami.
contoh gejala gangguan mental adalah:
• Waham atau delusi, yaitu meyakini sesuatu yang tidak nyata atau tidak sesuai dengan
fakta yang sebenarnya.
• Halusinasi, yaitu sensasi ketika seseorang melihat, mendengar, atau merasakan
sesuatu yang sebenarnya tidak nyata.
• Suasana hati yang berubah-ubah dalam periode-periode tertentu.
• Marah berlebihan sampai mengamuk dan melakukan tindak kekerasan.

Pengertian depresi

Depresi adalah gangguan suasana hati (mood) yang ditandai dengan perasaan sedih yang
mendalam dan rasa tidak peduli. Semua orang pasti pernah merasa sedih atau murung.
Seseorang dinyatakan mengalami depresi jika sudah 2 minggu merasa sedih, putus harapan,
atau tidak berharga.

Gejala Depresi

Ada ciri-ciri psikologi dan fisik yang menunjukkan seseorang terkena depresi. Ciri-ciri
psikologi seseorang yang mengalami depresi adalah:
1. Mengalami kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan
2. Tidak stabil secara emosional
3. Menurunnya selera makan

Penyebab Depresi :
Depresi lebih sering dialami oleh orang dewasa, dan penyebabnya diduga berhubungan
dengan faktor genetik, hormon, dan zat kimia di otak. Beberapa faktor pemicu terjadinya
depresi, di antaranya:
1. Mengalami peristiwa traumatis
2. Memiliki penyakit kronis atau serius
3. Mengonsumsi jenis obat tertentu
4. Memiliki riwayat gangguan mental lainnya
5. Memiliki tekanan batin, misalnya karena masalah keuangan atau masalah rumah tangga

Pengobatan Depresi :

Dalam mengobati depresi, psikiater dapat melakukan beberapa cara berikut:


1. Melakukan psikoterapi, untuk membantu mengatasi masalah akibat depresi
2. Memberikan obat antidepresan, untuk mengatasi depresi pasien
3. Memberikan terapi kejut listrik, untuk mengubah kinerja otak pasien
4. Menjalani perawatan di rumah sakit jika mengalami depresi yang parah

Cara mengatasi depresi :

1. Melakukan psikoterapi
2. Memberikan obat antidepresan
3. Menekuni hobi yang disukai
4. Singkirkan pikiran-pikiran negatif, tanamkan kata-kata yang positif
5. Jagakesehatan tubuh

Pengertian bipolar

Pengertian Gangguan Bipolar. Gangguan bipolar adalah gangguan mental yang ditandai
dengan perubahan emosi yang drastis. Seseorang yang menderita bipolar dapat merasakan
gejala mania (sangat senang) dan depresif (sangat terpuruk).

Gejala Gangguan Bipolar

Terdapat dua fase dalam gangguan bipolar, yaitu fase mania (naik) dan depresi (turun). Pada
periode mania, pengidapnya jadi terlihat sangat bersemangat, enerjik, dan bicara cepat.
Sedangkan pada periode depresi, pengidapnya akan terlihat sedih, lesu, dan hilang minat
terhadap aktivitas sehari-hari.

Penyebab Gangguan Bipolar

Beberapa ahli berpendapat bahwa kondisi ini disebabkan oleh ketidakseimbangan


neurotransmitter atau zat pengontrol fungsi otak. Tidak hanya itu, ada juga yang berpendapat
bahwa gangguan bipolar berkaitan dengan faktor keturunan. Beberapa faktor yang diduga
bisa meningkatkan risiko seseorang terkena gangguan bipolar adalah mengalami stres tingkat
tinggi, pengalaman traumatik, kecanduan minuman beralkohol atau obat-obatan terlarang,
dan memiliki riwayat keluarga dekat (saudara kandung atau orangtua) yang mengidap
gangguan bipolar.
Cara mengatasi gangguan bipolar :

Pengobatan terdiri dari obat-obatan dan terapi


Penanganan biasanya seumur hidup dan sering melibatkan kombinasi obat serta psikoterapis.
Terapi.

Kelompok dukungan, Terapi perilaku kognitif, Psikoedukasi, Terapi keluarga, dan


Psikoterapi

Obat
Antikonvulsan, Antipsikotik, dan SSR

Perawatan pendukung
Rawat inap

Demensia
disebabkan oleh rusaknya sel saraf dan hubungan antar saraf pada otak. Berdasarkan
perubahan yang terjadi, ada beberapa jenis demensia, yaitu:

-Penyakit Alzheimer :
Penyebab Alzheimer masih belum diketahui, namun perubahan genetik yang diturunkan dari
orang tua diduga dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit ini. Selain faktor genetik,
kelainan protein dalam otak juga diduga dapat merusak sel saraf sehat dalam otak.

-Demensia vaskular
Demensia vaskular disebabkan oleh gangguan pembuluh darah di otak. Stroke berulang
merupakan penyebab tersering dari demensia jenis ini.

cara mengatasi : 1.Berhenti merokok.


2. Menjaga asupan nutrisi dan menerapkan pola makan sehat, misalnya dengan mengonsumsi
makanan rendah lemak dan tinggi serat.
3.Konsumsi vitamin untuk otak juga diduga baik untuk mencegah demensia.
4.Kurangi asupan alkohol.
Menjaga berat badan ideal.
5.konsultasi ke dokter jika mengalami stres, depresi, atau gangguan kecemasan.

Skizofrenia
Gangguan yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berpikir, merasakan, dan
berperilaku dengan baik.
Penyebab pasti skizofrenia tidak diketahui, namun kombinasi genetika, lingkungan, serta
struktur dan senyawa kimia pada otak yang berubah mungkin berperan atas terjadinya
gangguan.
Cara mengatasi:
1. Mengkonsumsi obat Antipsikotik dan Anti-tremor.
2. Terapi
Kelompok dukungan, Rehabilitasi, Terapi kognitif, Psikoedukasi, Terapi keluarga, Terapi
perilaku, dan Psikoterapi kelompok.

Penanganan biasanya seumur hidup dan sering melibatkan kombinasi obat psikoterapis, dan
layanan perawatan khusus terkoordinasi.

Autisme
Pengertian:
Autisme, atau gangguan spektrum autisme (ASD), mengacu pada berbagai kondisi yang
ditandai oleh tantangan dengan keterampilan sosial, perilaku berulang, ucapan dan
komunikasi nonverbal.

Tidak ada satu autisme tetapi banyak subtipe, yang paling dipengaruhi oleh kombinasi faktor
genetik dan lingkungan. Karena autisme adalah gangguan spektrum, setiap orang dengan
autisme memiliki kekuatan dan tantangan yang berbeda. Cara penyandang autisme belajar,
berpikir, dan memecahkan masalah dapat berkisar dari sangat terampil hingga sangat
tertantang.

Beberapa faktor dapat memengaruhi perkembangan autisme, dan seringkali disertai dengan
sensitivitas sensorik dan masalah medis seperti gangguan gastrointestinal (GI), kejang atau
gangguan tidur, serta masalah kesehatan mental seperti kecemasan, depresi, dan masalah
perhatian.

*Cara mengatasi: *
1.Terapi Perilaku dan Komunikasi
Terapi ini dilakukan dengan memberikan sejumlah pengajaran pada pengidap, termasuk
kemampuan dasar sehari-hari, baik verbal maupun nonverbal.
2.Terapi Keluarga
Tujuannya adalah agar keluarga bisa belajar bagaimana cara berinteraksi dengan pengidap
dan juga mengajarkan pengidap berbicara dan berperilaku normal.
3.Pemberian Obat-obatan
Pemberian obat-obatan tidak bisa menyembuhkan autisme, melainkan dapat mengendalikan
gejalanya.

Gangguan Penyakit.
PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder).
• Penegertian PTSD.
PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder) atau gangguan stres pasca trauma adalah kondisi
kesehatan jiwa yang dipicu oleh peristiwa yang traumatis, baik dengan mengalaminya
maupun menyaksikannya. orang yang mengalami kejadian traumatis akan menghadapi
kesulitan dalam menjalaninya, tetapi dengan waktu dan perawatan diri yang baik, kesulitan
akan berkurang. Jika pengalaman yang traumatis tersebut tetap menghantui sampai membuat
seseorang kesulitan dalam menjalani hidup, maka orang tersebut mengidap PTSD.
Adapun Penyebab dan Faktor Risiko PTSD adalah:
a. Pengalaman yang menakutkan, termasuk jumlah dan tingkat keparahan trauma yang
telah dialami dalam hidup.
b. Mewarisi risiko kesehatan mental, seperti riwayat gangguan kecemasan dan depresi
dalam keluarga.
c. Pernah mengalami trauma lain di awal kehidupan, seperti pelecehan masa kanak-
kanak.
Gejala-Gejala Kesehatan PTSD(Post-Traumatic Stress Disorder).
1. Gejala Ingatan Intrusif:
• Ingatan yang tidak diinginkan, yang bersifat mengganggu yang datang berulang;
2. Avoidance:
• Mencoba menghindari berpikir atau berbicara tentang peristiwa traumatis.
3. Perubahan Negatif pada Cara Berpikir dan Mood:
• Pikiran negatif tentang orang lain, diri sendiri, lingkungan, bahkan dunia.
• Putus asa tentang masa depan.
4. Perubahan pada Reaksi Emosional maupun Fisik.
• Menjadi mudah kaget atau ketakutan.
• Kesulitan berkonsentrasi.
• Kerapuhan, ledakan kemarahan atau perilaku agresif dan Rasa bersalah atau malu
yang luar biasa.
• Cara Mengobati PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder).
1. Psikoterapi.
• Terapi kognitif. Membantu pengidap untuk mengenali cara pikir (pola kognitif) yang
menyebabkan terhambatnya pengidap dalam proses melalui peristiwa traumatis tersebut.
• Terapi paparan. Terapi paparan bertujuan untuk membantu pengidap agar bisa
menghadapi situasi dan memori yang dianggap menakutkan sehingga pengidap dapat
menghadapinya dengan efektif. Terapi ini efisien terutama pada kasus dimana pengidap
mengalami kilas balik atau mimpi buruk.
2. Obat-Obatan
• Antidepresan. Obat ini membantu meringankan gejala depresi, cemas, gangguan tidur
dan gangguan konsentrasi.
• Pencegahan PTSD(Post-Traumatic Stress Disorder).
Dengan mencari bantuan dan dukungan yang tepat waktu. Hal ini bertujuan agar reaksi stres
yang normal menjadi semakin buruk dan berkembang menjadi PTSD, bisa dicegah. Ini bisa
berarti beralih ke keluarga dan teman-teman yang akan mendengarkan dan menawarkan
kenyamanan.

Gangguan obsesif kompulsif


Juga disebut: OCD
Pikiran berlebihan (obsesi) yang menyebabkan perilaku repetitif (kompulsi).
Gangguan obsesif-kompulsif ditandai dengan pikiran tak masuk akal dan ketakutan (obsesi)
yang menyebabkan perilaku kompulsif.
Cara mengatasi :
1. . Ketahui Pemicu Rasa Cemas Penyebab OCD
2. Lawan Sifat Kompulsif dan Obsesif yang Menghantui
3. Tantang Pikiran Obsesif yang Ada
4. Cari Dukungan dari Sekitar
5. Kendalikan stress
6. Jalani Hidup Sehat untuk Mengurangi OCD
7. Menjalani Terapi Kognitif Perilaku (CBT)

Anda mungkin juga menyukai