Anda di halaman 1dari 17

Sejarah Pemikiran Ekonomi Merkantilsme

1. Merkantilis merupakan model kebijakan ekonomi dengan campur tangan pemerintah


yang dominan, proteksionisme serta politik kolonial, ditujukan dengan neraca perdagangan luar
negeri yang menguntungkan.
2. Pemikiran-pemikiran ekonomi lahir pada kaum merkantilis disebabkan adanya
pembagian kerja yang timbul di dalam masyarakat, pembagian kerja secara teknis dan
pembagian kerja teritorial, yang selanjutnya akan mendorong perdagangan internasional.
3. Pemikiran ekonomi kaum merkantilis merupakan suatu kebijakan yang sangat
melindungi industri, dalam negeri, tetapi menganjurkan persaingan, sementara itu terjadi
pembatasan-pembatasan yang terkontrol dalam kegiatan perdagangan luar negeri, kebijakan
kependudukan yang mendorong keluarga dengan banyak anak, kegiatan industri di dalam
negeri dengan tingkat upah yang rendah. Proteksi industri yang menganjurkan persaingan
dalam negeri, dan tingkat upah yang rendah mendorong ekspor.
4. Teori kuantitas uang didasarkan pada jumlah uang yang beredar mempengaruhi tingkat
bunga dan tingkat harga barang. Ke luar masuknya logam-logam mulia mempengaruhi tingkat
harga di dalam negeri serta jumlah uang yang beredar, dan kecepatan uang beredar.
5. Kebijakan ekonomi lebih bersifat makro, hal ini berhubungan dengan tujuan proteksi
industri di dalam negeri, dan menjaga rencana perdagangan yang menguntungkan, hal ini
dilakukan dalam usaha meningkatkan peranannya dalam perdagangan internasional dan
perluasan-perluasan kolonialisme.
Pemikiran Ekonomi Merkantilsme
Merkantilisme berkembang pada abat ke-15 sampai 17, dan berasal dari kata merchand; artinya
pedagang. Walaupun para ahli masih meragukan apakah merkantilisme benar merupakan suatu
aliran/mashab atau bukan, namun aliran ini memiliki dampak yang besar dalam perkembangan teori
ekonomi.
Aliran ini timbul pada masa ketika perdagangan antar negara semakin berkembang pesat. Kalau di
masa sebelumnya masyarakat dapat mencukupi kebutuhannya dengan dengan memproduksi
sendiri, pada masa merkantilisme ini berkembang paham bahwa jika sebuah negara hendak maju,
maka negara tersebut harus melakukan perdagangan dengan negara lain, surplus perdagangan
berupa emas dan perak yang diterima merupakan sumber kekayaan negara.

Berdasarkan pandangan baru kaum merkantilisme yang berkembang pesat pada zaman itu, banyak
negara Eropa yang membangun perekonomiannya dengan upaya ekspor ke negara lain, dan
sedapat mungkin mengurangi impor. Paham yang di anut kaum merkantilisme adalah sebagai
berikut:
1. Surplus perdagangan suatu negara merupakan tanda kekayaan negara tersebut
2. Pemilikan logam mulia berarti pemilikan kekayaan
3. Dalam suatu transaksi perdagangan, akan ada pihak yang mendapat keuntungan dan ada
pihak yang menderita kerugian.
Tokoh-tokoh Merkantilisme
1. Thomas Mun

Bukunya yang berjudul “England Treasure by Foreign Trade”; Manfaat perdagangan luar
negeri akan memperkaya negara jika menghasilkan surplus dalam bentuk emas dan perak.
Keseimbangan perdagangan hanyalah perbedaan antara yang di ekspor dan yang di impor.
Ketika negara mengalami surplus perdagangan, ini berarti ekspor lebih besar daripada
impor.
Lebih lanjut Menjelaskan bahwa perdagangan domestik tidak dapat membuat negara lebih
makmur, karena perolehan logam mulia dari seorang warga negara adalah sama dengan
hilangnya logam mulia dari warga negara yang lain. Dengan meningkatkan persedian uang
domestik sebagai hasil dari surplus perdagangan ternyata dapat juga memunculkan bahaya
karena orang akan terpancing untuk membeli lebih banyak barang-barang mewah. Hal ini
menyebabkan harga barang dalam negeri akan naik dan pada akhirnya akan mengurangi
ekspor karena barang-barang yang diproduksi  di dalam negeri akan terlalu mahal bila dijual
di luar negeri. Konsekuensi ini bisa dihindari yaitu dengan melakukan investasi kembali.
Reinvestasi ini akan menciptakan lebih banyak barang untuk diekspor.
Mun mengakui bahwa betapa pentingnya investasi modal dan Ia memandang
keseimbangan perdagangan merupakan sebuah cara untuk mengumpulkan modal produktif.
Untuk mendorong surplus ada tiga langkah yang harus dijalankan :

1.  Kebijakan Harga

Barang yang di ekspor haruslah dijual dengan harga terbaik yaitu harga yang menghasilkan
pendapatan dan kekayaan yang paling banyak. Ketika negara memiliki monopoli atau
mendekati monopoli di dunia perdagangan maka barang-barangnya harus dijual dengan
harga tinggi, tetapi ketika persaingan luar negeri sangat ketat harga barang harus ditekan
serendah mungkin. Hal ini akan menghasilkan lebih banyak penjualan bagi negara dan
membantu mengalahkan pesaing. Ketika pesaing asing lenyap, harga ditingkatkan kembali
tetapi tidak sampai pada tingkat dimana pesaing tertarik untuk kembali ke dalam pasar.

2.  Meningkatkan Kualitas Produk

Pemerintah dapat membantu meningkatkan kualitas produk dengan cara mengatur para
pengusaha pabrik dan membentuk dewan perdagangan yang akan memberikan nasehat
kepada pemerintah dalam persoalan-persoalanyang berkaitan dengan peraturan
perdagangan dan kegiatan industri. Peraturan-peraturan ini harus tegas agar negara dapat
memproduksi barang dengan kualitas yang tinggi.

3.    Kebijakan Pajak Nasional


Dalam hal kebijakan pajak, pemerintah harus dapat menyeimbangkan kepentingan nasional
dan swasta. Bea ekspor harus lebih kecil karena bea ini akan dimasukkan dalam biaya
penjualan di luar negeri. Bea impor harus rendah untuk barang-barang yang kemudian akan
di ekspor kembali dan harus tinggi untuk barang-barang yang cenderung dikonsumsi oleh
warga sendiri.

2.  Willam Petty

Dalam bukunya “Political Arithmetic” pada tahun 1671, Memberi sumbangan teori penting
untuk ilmu ekonomi. Ia adalah ahli ekonomi pertama yang menjelaskan sewa tanah
berdasarkan surplus.

Untuk memahami gagasan surplus ini bayangkan ekonomi pertanian primitif yang hanya
menanam jagung. Pada saat itu jagung merupakan input proses produksi dan sekaligus
output. Sebagai input jagung jagung dipakai sebagai benih dan dimakan oleh pekerja. Pada
akhir tahun jagung akan dipanen dan digunakan sebagai bahan pangan dan bibit untuk
tahun depan.
Petty mendefinisikan surplus sebagai selisih antara total output dari jagung (saat panen
tahunan) dan input dari jagung yang dibutuhkan untuk menghasilkan output tersebut.
Menurut Petty pemilik tanah akan cenderung menerima pembayaran sewa yang sebanding
dengan surplus surplus yang dihasilkan oleh lahan mereka. (surplus = total output – input)
Tak seorangpun akan menyewakan lahan dengan biaya sewa melebihi surplus yang
dihasilakan lahan tersebut karena penyewa akan kehilangan uang/pendapatan.
Merkantilisme adalah praktik dan teori ekonomi, yang dominan di Eropa abad 16 ke abad ke-18
yang dipromosikan lewat peraturan ekonomi pemerintahan suatu negara untuk tujuan menambah
kekuasaan negara dengan mengorbankan kekuatan nasional saingannya. Ini adalah mitra dari
politik ekonomi absolutisme atau monarki absolut. [2] Merkantilisme termasuk kebijakan ekonomi
nasional yang bertujuan untuk mengumpulkan cadangan moneter melalui keseimbangan
perdagangan positif, terutama barang jadi. Secara historis, kebijakan tersebut sering menyebabkan
perang dan juga termotivasi untuk melakukan ekspansi kolonial. Teori merkantilis bervariasi dalam
penerapannya terkini dari satu penulis ke yang penulis lain dan telah berkembang dari waktu ke
waktu. Tarif tinggi, terutama pada barang-barang manufaktur, merupakan fitur yang hampir universal
dari kebijakan merkantilis.
Kebijakan lainnya termasuk:

 menciptakan koloni di luar negeri;


 melarang daerah koloni untuk melakukan perdagangan dengan negara-negara lain;
 memonopoli pasar dengan port pokok;
 melarang ekspor emas dan perak, bahkan untuk alat pembayaran;
 melarang perdagangan untuk dibawa dalam kapal asing;
 subsidi ekspor;
 mempromosikan manufaktur melalui penelitian atau subsidi langsung;
 membatasi upah;
 memaksimalkan penggunaan sumber daya dalam negeri; dan
 membatasi konsumsi domestik melalui hambatan non-tarif untuk perdagangan.
Atau dapat dikatakan suatu teori ekonomi yang menyatakan bahwa kesejahteraan
suatu negara hanya ditentukan oleh banyaknya aset atau modal yang disimpan oleh negara yang
bersangkutan, dan bahwa besarnya volum perdagangan global teramat sangat penting. Aset
ekonomi atau modal negara dapat digambarkan secara nyata dengan jumlah kapital (mineral
berharga, terutama emas maupun komoditas lainnya) yang dimiliki oleh negara dan modal ini bisa
diperbesar jumlahnya dengan meningkatkan ekspor dan mencegah
(sebisanya) impor sehingga neraca perdagangan dengan negara lain akan selalu positif.
Merkantilisme mengajarkan bahwa pemerintahan suatu negara harus mencapai tujuan ini dengan
melakukan perlindungan terhadap perekonomiannya, dengan mendorong ekspor (dengan
banyak insentif) dan mengurangi impor (biasanya dengan pemberlakuan tarif yang
besar). Kebijakan ekonomi yang bekerja dengan mekanisme seperti inilah yang dinamakan dengan
sistem ekonomi merkantilisme.
Ajaran merkantilisme dominan sekali diajarkan di seluruh sekolah Eropa pada awal periode modern
(dari abad ke-16 sampai ke-18, era di mana kesadaran bernegara sudah mulai timbul). Peristiwa ini
memicu, untuk pertama kalinya, intervensi suatu negara dalam mengatur perekonomiannya yang
akhirnya pada zaman ini pula sistem kapitalisme mulai lahir. Kebutuhan akan pasar yang diajarkan
oleh teori merkantilisme akhirnya mendorong terjadinya banyak peperangan dikalangan negara
Eropa dan era imperialisme Eropa akhirnya dimulai. Sistem ekonomi merkantilisme mulai
menghilang pada akhir abad ke-18, seiring dengan munculnya teori ekonomi baru yang diajukan
oleh Adam Smith dalam bukunya The Wealth of Nations, ketika sistem ekonomi baru diadopsi oleh
Inggris, yang notabene saat itu adalah negara industri terbesar di dunia.
Istilah "sistem dagang" digunakan oleh kritikus terkemuka, Adam Smith,[3] tetapi "merkantilisme"
telah digunakan sebelumnya oleh Mirabeau.
Sementara banyak negara menerapkan teori ini, satu contoh adalah Prancis, ekonomi negara paling
penting di Eropa pada saat itu. Raja Louis XIV dari Prancis mengikuti bimbingan Jean Baptiste
Colbert, umumnya pengendalian keuangan (1662-1683). Ditetapkan bahwa negara harus
memerintah di bidang ekonomi seperti yang terjadi di diplomatik, dan bahwa kepentingan negara
seperti yang diidentifikasi oleh raja yang unggul dari pedagang dan orang lain. Tujuan dari kebijakan
ekonomi merkantilis adalah untuk membangun negara, terutama di usia perang gencarnya, dan
negara harus mencari cara untuk memperkuat ekonomi dan melemahkan musuh asing. [4]
Saat ini, semua ahli ekonomi Eropa antara tahun 1500 sampai tahun 1750 dianggap sebagai
merkantilis meskipun ketika itu istilah 'merkantilis' belum dikenal. Istilah ini pertama kali
diperkenalkan oleh Victor de Riqueti, marquis de Mirabeau pada tahun [1763], dan kemudian
dipopulerkan oleh Adam Smith pada tahun 1776. Pada kenyataannya, Adam Smith menjadi orang
pertama kali menyebutkan kontribusi merkantilis terhadap ilmu ekonomi dalam bukunya yang
berjudul The Wealth of Nations.[5] Istilah merkantilis sendiri berasal dari bahasa Latin mercari, yang
berarti "untuk mengadakan pertukaran," yang berakar dari kata merx, berarti "komoditas." Kata
merkantilis pada awalnya digunakan oleh para kritikus seperti Mirabeau dan Smith saja, namun
kemudian kata ini juga digunakan dan diadopsi oleh para sejarawan.

berbagai mazhab dalam ilmu ekonomi, yang menurutnya terdapat delapan mazhab utama,
meliputi : (1) mazhab merkantilis; (2) mazhab fisiokrat; (3) mazhab klasik; (4) mazhab sosialis;
(5) mazhab hitoris; (6) mazhab marjinalis; (7) mazhab institusionalis; (8) mazhab kesejahteraan.

Sejarah Merkantilisme

Kemunculan mazhab merkantilisme dimulai sejak Abad Pertengahan, antara abad 14 dan 17
pada masa kejayaan Laissez-Faire. Masa –masa kemunculan merkantilisme memang tidak
berlangsung secara cepat dan juga tidak terlihat secara tegas.

Pada abad-abad tersebut, kemajuan –kemajuan ekonomi politik bahkan tidak begitu nampak.
Masyarakat lebih banyak memusatkan perhatiannya pada bagaimana sifat –sifat kesejahteraan
dalam sistem pasar yang tidak memihak. Ketika itu, secara lambat, Eropa mengalami
transformasi ekonomi dari feodalisme ke ekonomi pasar yang berorientasi keuntungan.

Ada banyak faktor yang mendorong kemunculan paham merkantilisme ini. Eatwell (1987: 445),
menjelaskan salah satu di antaranya adalah perkembangan pemikiran ekonomi Eropa yang
dipengaruhi oleh kebijakan ekonomi nasional.

Perkembangan ekonomi merkantilisme adalah :


1. banyaknya penemuan dan penaklukan wilayah –wilayah geografi baru oleh negara –
negara Eropa;
2. adanya arus-arus modal baru, baik dari wilayah geografi baru maupun ke wilayah
geografi baru tersebut;
3. kebangkitan para raja dan saudagar yang mendorong nasionalisme;
4. perkembangan perdagangan lokal, menuju ke perdagangan baru keluar negeri dengan
tujuan untuk mendapat keuntungan lebih besar lewat perdagangan luar negeri;

5. meredupnya kekuasaan lama gereja dan golongan ningrat (Chilcote, 2010 : 552).
Kala itu, negara –negara banyak yang melakukan penjelajahan untuk menemukan daerah –
daerah baru. Kemudian, ‘penemuan-penemuan’ daerah baru yang luas ini pada akhirnya
memunculkan asumsi bahwa perdagangan pada tingkat lokal tidak lagi banyak memberi
keuntungan.
Para pedagang memiliki kesempatan lebih luas untuk berkembang lewat perdagangan luar
negeri. Perdagangan dengan berbagai negara hasil temuan pun terus dilakukan dan berkembang.
Pada akhirnya, hal ini menimbulkan persaingan dagang di antara para bangsa penjelajah.

Nama merkantilisme sendiri diidentikkan dengan para ‘kapitalis pedagang’


atau marchant capitalists, yang kala itu dianggap memiliki peran penting dalam dunia bisnis.
Jika merunut pada tulisan – tulisan kaum merkantilis di awal periode, secara pragmatis mereka
melakukan analisa mengenai bagaimana negara - negara menghasilkan kesejahteraan.

Asumsi kaum merkantilis kala itu adalah mengenai peran negara dalam upaya mencapai
kesejahteraan yang dilakukan dengan regulasi dan kontrol. Regulasi dan kontrol diperlukan
untuk membatasi individu yang terlalu mementingkan diri sendiri, yang dianggap dapat
menghambat kesejahteraan.

Karenanya, demi mencapai kesejahteraan ini diperlukan regulasi dan kontrol terhadap aspek –
aspek perdagangan, seperti :

1. keseimbangan pembayaran kredit;


2. keseimbangan perdagangan yang menguntungkan;
3. manufaktur; serta
4. sirkulasi komoditas lewat tanah yang subur.

Dalam upaya penegakan regulasi dan kontrol ini, terdapat tokoh yang dianggap memiliki peran
penting. Tokoh tersebut adalah Thomas Mun (1571-1641) yang merupakan saudagar kaya raya
dari Inggris dan Jean Baptist Colbert (1619-1683) yang merupakan seorang menteri utama
ekonomi dan keuangan dari Prancis zaman Raja Louis XIV.

Kedua tokoh tersebut dianggap sebagai dua tokoh penting yang mewakili kaum
‘scholar’ (terpelajar) dan saudagar kala itu. Dua tokoh ini pula yang membuat ‘ekonomi
merkalitisme’ juga sering disebut ‘Colbertisme’.

Selain itu, mazhab ini juga sering diidentikkan dengan komoditas ‘emas’, karena nilai
kesejahteraan yang banyak dinilai dengan standar emas. Karenanya, ketika mempelajari ide
pokok merkantilisme, kita akan banyak menemukan kegiatan ekonomi yang berhubungan
dengan emas.

Mazhab merkantilisme ini kemudian mulai meredup ketika menuju abad kedelapanbelas.
Redupnya mazhab merkantilisme ditandai dengan kemunculan mazhab Fisiokrat yang pertama
kali muncul di Prancis di awal tahun 1756.

Tokoh Merkantilisme

Mazhab merkantilisme merepresentasikan suatu kelompok dengan cita-cita dan ideologi


kapitalisme komersial, serta pandangan mengenai politik kemakmuran negara yang ditujukan
demi memperkuat posisi dan kemakmuran negara melebihi kemakmuran perseorangan.
Pemikiran Merkantilisme sendiri mulai dituangkan dalam bentuk tulisan pada tahun 1613. Tokoh
–tokoh yang menggawangi penulisan merkantilisme adalah Antonio Serra, Thomas
Munn dan David Hume.

Selain itu, ada juga para tokoh lain yang dianggap sebagai kaum Merkantilisme, yakni Sir Josiah
Child, Jean Bodin, Von Hornich dan Jean Baptiste Colbert. Mereka dianggap sebagai tokoh
pelopor yang merumuskan konsep pemikiran merkantilisme, dan mendukung merkantilisme.

Ada lagi, tokoh lain yang cukup populer dalam menguraikan konsep perdagangan bebas khas
“merkantilis” Eropa pada abad keenambelas hingga kedelapanbelas adalah esais Perancis,
Montaigne. Dituliskan oleh Montaigne, Merkantilis memegang prinsip dalam perdagangan
apapun, salah satu pihak dapat memperoleh keuntungan hanya dengan mengorbankan yang lain,
dengan kata lain, bahwa dalam setiap transaksi ada pemenang dan pecundang, seorang
“pemeras” dan yang “dieksploitasi.” (Murray, 2012: 157).

Kaum merkantilis menyebutkan bahwa konsep kesejahteraan didasarkan pada jumlah kekayaan
stok emas negara serta neraca perdagangan yang surplus. Atas dasar dua hal ini, maka kebijakan
pemerintah yang utama adalah bagaimana mendorong ekspor dan membatasi impor.

Pada intinya, mereka berpandangan bahwa semakin banyak emas, berarti semakin banyak pula
uang yang dimiliki, dan akhirnya dapat menghasilkan output dan kesempatan kerja  yang
semakin besar. Artinya, kesejahteraan bisa dicapai dengan lebih baik (Salvatore, 1996: 23-24).

Ide Pokok Merkantilisme

Mazhab merkantilisme muncul sebagai tanggapan atas upaya mencapai kesejahteraan. Beberapa
ide pokok yang terkandung dalam merkantilisme, dapat dijabarkan dalam beberapa poin, seperti
berikut:

1. Emas dan perak, adalah bentuk kekayaan yang khas yang paling banyak disukai,
karenanya ekspor logam mulia sangat dilarang;
2. Negara harus mampu mendorong kegiatan ekspor dan memupuk kekayaan dengan jalan
merugikan negara lain (tetangga);
3. Dalam kebijakan ekspor-impor, negara harus mencapai surplus sebesar-besarnya;
4. Kolonisasi dan monopolisasi perdagangan harus dilaksanakan secara ketat demi
memelihara keabadian kaum koloni agar tunduk dan tergantung pada negara induk;
5. Adanya penentangan atas bea, pajak, dan restriksi intern terhadap mobilitas barang;
6. Penguatan pemerintah pusat untuk menjamin kebijakan merkantilisme dapat berjalan
sebagaimana mestinya;
7. Pertumbuhan penduduk yang tinggi disertai sumber daya manusia yang tinggi adalah hal
penting guna memenuhi pasokan kepentingan militer dan pengelolaan merkentilisme
yang kuat pula.

Dari sini, bisa ditarik kesimpulan sederhana bahwa suatu negara menjadi sejahtera dan kaya
dengan melakukan sebanyak mungkin ekspor dan sesedikit mungkin impor.
Meski demikian, Hume memaparkan bahwa dalam kondisi ini, pemerintah tidak ikut campur
dalam kegiatan perdagangan internasional ini. Ini dilakukan karena keyakinan akan adanya
mekanisme aliran emas, yang membuat neraca perdagangan internasional dapat seimbang ke
arah semula.

Teori Perdagangan Internasional dalam Pandangan Kaum Merkantilisme

Kembali ditekankan bahwa Kaum Merkantilisme yang berkembang pesat sekitar abad ke-16 ini,
meyakini pemikiran bahwa ekonomi nasional dan pembangunan ekonomi dapat dicapai dengan
mengusahakan jumlah ekspor sehingga melebihi jumlah impor, atau surplus.

Jika dikaitkan dengan sektor perdagangan luar negeri, maka kita bisa menarik dua ide pokok
terkait kebijakan merkantilis, berupa :

1. Pemupukan logam mulia. Tujuan pemukukan logam mulai adalah untuk pembentukan


negara nasional yang kuat dan pemupukan kemakmuran nasional demi mempertahankan
dan mengembangkan kekuatan negara;
2. Politik perdagangan untuk mencapai surplus. Setiap politik perdagangan beserta
kerangka kebijakan negara, ditujukan untuk menunjang kelebihan ekspor di atas impor
atau demi mencapai neraca perdagangan yang aktif.

Agar suatu negara mencapai neraca perdagangan yang aktif, ekspor harus didorong dan impor
harus dibatasi. Alasan utama dilakukan hal ini adalah berkaitan dengan tujuan utama
perdagangan luar negeri yakni demi memperoleh tambahan logam mulia.

Jadi, di sini dapat ditarik kesimpulan sederhana bahwa perdagangan internasional atau
perdagangan luar negeri, menitikberatkan tujuan politik merkantilisme pada upaya untuk
memperbesar ekspor di atas impor, serta kelebihan ekspor dapat dibayarkan dengan logam mulia.

Kaum merkantilis memiliki target yang besar untuk dapat melakukan monopoli atas
perdagangan. Atas dasar target ini, muncul kebijakan lain terkait yakni dengan memperoleh
daerah-daerah jajahan seluas mungkin guna memasarkan hasil industri.

Hal inilah yang mendorong terjadinya pencarian wilayah geografis baru yang semakin luas oleh
kaum merkantilis dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan. Sebab, pokok perbincangan
utama kaum merkantilis memang mengenai bagaimana bisa mencapai kesejahteraan menurut
ukuran mereka.

Berikut penjelasan mengenai teori merkantilisme yang berkembang di abad ke-16.


Merkantilisme ini sering dianggap sebagai salah satu pemikiran ekonomi ataupun ekonomi
politik terbesar sepanjang sejarah, selain liberalisme dan sosialisme. Jadi, memahami sejarah
merkantilisme, tokoh merkantilisme, dan ide pokok perspektif merkantilisme merupakan hal
penting sebagai landasan berpikir di ranah ekonomi maupun politik.

Kritik terhadap Merkantilisme
Setiap teori sejatinya bebas dari nilai. Akan tetapi, tidak ada teori yang bebas dari kritik,
termasuk merkantilisme. Teori merkantilisme atau yang juga dikenal sebagai mazhab
merkantilisme ini juga banyak mendapat kritik dari para ahli.

Para pengamat akhir abad ketujuhbelas dan abad kedelapanbelas misalnya, banyak melayangkan
pertanyaan –pertanyaan terhadap kaum merkantilis seputar surplus produk sosial yang terjadi
dengan adanya pertumbuhan manufaktur dan teknologi pertanian. Kaum merkantilis sendiri
kesulitan untuk menjelaskan bagaimana hubungan tenaga kerja dengan tanah.

Kritik lain disampaikan oleh Francois Quesnay dalam Economic Table (1758), seorang fisiokrat
terkemuka, yang menyampaikan bahwa ia menantang asumsi merkantilis bahwa kesejahteraan
berkembang dari perdagangan dan industri. Ia menekankan tentang surplus yang dihasilkan
dalam pertanian.

Ia juga mengkritisi tentang kebijakan pemerintah dalam hal pembayaran pajak. Menurutnya,
pajak –pajak seharusnya dibayar oleh para pemilik tanah. Tidak seharusnya para petani kecil,
pedagang, adn pelaku manufaktur yang dipandang produktif –lah yang diharuskan membayar
pajak (Chilcote, 2010 : 553).

Salah satu kritik terhadap merkantilisme yang paling populer adalah yang disampaikan oleh
David Hume. David Hume banyak mengajukan ulasan tentang konsep kesejahteraan sebagai ide
pokok dari kaum merkantilisme.

Berikut adalah beberapa kritik David Hume terhadap merkantilisme :

1. Potensi inflasi akibat penumpukan logam mulia.


2. Menurunnya kuantitas ekspor barang.
3. Kuantitas impor meningkat.
4. Terjadi defisit neraca perdagangan.
5. Raja menjadi miskin.

Penjelasan : Kemakmuran seorang raja atau suatu negara diidentikkan dengan ukuran standar
emas. Ide pokok pemikiran merkantilisme menyatakan bahwa kemakmuran negara atau raja
dapat dicapai dengan jumlah ekspor yang lebih tinggi dari impor (surplus).

Dengan adanya surplus, negara dapat memupuk logam mulia yang semakin banyak. Sebab, alat
pembayaran atau uang yang digunakan waktu tersebut adalah logam mulia. Jadi, jika logam
mulia semakin banyak, maka juga berarti jumlah uang yang beredar juga semakin banyak, yang
artinya terjadi Money Supply.

Jumlah uang beredar yang tinggi, sementara jumlah produksi tetap inilah yang kemudian
memicu terjadinya inflasi atau kenaikan harga. Terjadinya kenaikan harga di dalam negeri pada
akhirnya berimbas terhadap harga barang-barang ekspor yang juga akan ikut naik. Pada
akhirnya, kuantitas ekspor akan ikut menurun.
Ketika kuantitas ekspor menurun dan harga barang dalam negeri meningkat akibat inflasi, maka
barang impor akan menjadi lebih murah. Hal ini berimbas pada peningkatan kuantitas impor.
Pada akhirnya, akan terjadi defisit, kepemilikan logam mulia akan berkurang, dan raja atau
negara pun menjadi miskin.

Raja atau negara yang tadinya kaya raya atau makmur karena memiliki logam mulia yang
banyak pun akan berubah miskin. Perubahan raja dari makmur menjadi miskin inilah yang
dikritik oleh David Hume. Menurut Hume, kondisi ini disebut sebagai “Mekanisme Otomatis”
dari “Price-Specie Flow Mechanism” (PSFM).

Kritik David Hume ini membuat teori merkantilisme dianggap tidak relevan. Berdasarkan pada
kritik yang dilontarkan David Hume ini pula, muncul teori klasik atau absolute advantage dari
Adam Smith.

Adam Smith sendiri juga mengajukan kritikannya terhadap teori merkantilisme, yang juga
didasarkan pada PSFM dari Hume. Berikut adalah beberapa kritik Adam Smith terhadap teori
merkantilisme :

1. ukuran kemakmuran suatu negara tidak seharusnya ditentukan oleh banyaknya logam
mulia yang dimiliki.
2. kemakmuran negara ditentukan berdasarkan pada nilai GDP (Gross Domestic Product)
dan sumbangan perdagangan luar negeri terhadap pembentukan GDP.
3. untuk meningkatkan GDP dan perdagangan luar negeri, pemerintah harus mengurangi
campur tangan terhadap perdagangan agar dapat tercipta perdagangan bebas atau free
trade.
4. Free trade memunculkan persaingan perdagangan yang semakin ketat, sehingga
mendorong masing-masing negara untuk melakukan spesialisasi dan pembagian kerja
internasional, berdasarkan keunggulan absolut yang dimiliki oleh masing-masing negara.
5. Spesialisasi dan pembagian kerja internasional yang didasarkan pada konsep absolute
advantage dapat memacu peningkatan produktivitas dan efisiensi. Pada akhirnya, hal ini
dapat mendorong peningkatan GDP dan perdagangan luar negeri.
6. Peningkatan GDP dan perdagangan internasional identik dengan kemakmuran suatu
negara.

Merkantilisme Era Modern

Era merkantilisme ini memang terus mengalami peredupan menjelang abad ke -17. Namun,
bukan berarti nilai –nilai dari kebijakan merkantilisme ini sama sekali ditinggalkan.
Merkantilisme justru mengalami perkembangan lewat kritik –kritik dan masukan yang
dilayangkan para pengamatnya.

Saat ini, ide –ide merkantilisme juga masih banyak dijalankan oleh negara- negara, namun dalam
bentuk “neo merkantilisme”. Neomerkantilisme yang dimaksud ini adalah kebijakan yan memuat
proteksi dengan tujuan melindungi dan mendorong ekonomi industri nasional, melalui kebijakan
tarif atau Tariff Barrier dan kebijakan Nontariff Barrier.
Di era sekarang, tariff barrier dalam rangka kebijakan proteksi ini banyak menerapkan
bentuk countervailing duty, bea anti dumping dan surcharge. Namun, kebijakan proteksi yang
lebih banyak digunakan biasanya adalah dalam bentuk Nontariff Barrier, seperti contohnya
kebijakan larangan, sistem kuota, ketentuan teknis, harga patokan, peraturan kesehatan, dan lain
sejenisya.

Referensi:

1. Chilcote, Ronald H. 2010. Teori Perbandingan Politik : Penelusuran Paradigma. Jakarta


: PT.
2. Eatwell, John , et.al. 1987. The Palgrave: A Dictionary of Economics. London: 
McMillan Press Limited.
3. Murray N. Rothbard. 2012. Pasar Bebas, dalam Priyono dan Zainuddin Ismail. Teori
Ekonomi. hal 157. Dharma Ilmu.
4. Salvatore, Dominick. 1996. International Economics Fifth Edition. New Jersey :
Prentice-Hall, Inc., A Simon & Company.
5. Sardjono, Sigit. 2017. Ekonomi Mikro : Teori dan Aplikasinya. Yogyakarta : Penerbit
Andi.
6. Satradipoera, Komaruddin. 2001. Sejarah Pemikiran Ekonomi: Suatu Pengantar Teori
dan Kebijaksanaan Ekonomi. Bandung: Kappa-Sigma.

Merkantilisme berkembang pada abat ke-15 sampai 17, dan berasal dari kata merchand yang
artinya pedagang. Walaupun para ahli masih meragukan apakah merkantilisme benar merupan
suatu aliran/mashab atau bukan, namun aliran ini memiliki dampak yang besar dalam
perkembangan teori ekonomi.

Aliran ini timbul pada masa ketika perdagangan antar negara semakin berkembang pesat. Kalau di
masa sebelumnya masyarakat dapat mencukupi kebutuhannya dengan dengan memproduksi
sendiri, pada masa merkantilisme ini berkembang paham bahwa jika sebuah negara hendak maju,
maka negara tersebut harus melakukan perdagangan dengan negara lain, surplus perdagangan
berupa emas dan perak yang diterima merupakan sumber kekayaan negara.

Berdasarkan pandangan baru kaum merkantilisme yang berkembang pesat pada zaman itu, banyak
negara Eropa yang membangun perekonomiannya dengan upaya ekspor ke negara lain,dan
sedapat mungkin mengurangi impor. Paham yang di anut kaum merkantilisme adalah
sebagai berikut:
1. surplus perdagangan suatu negara merupakan tanda kekayaan negara tersebut
2. pemilikan logam mulia berarti pemilikan kekayaan
3. dalam suatu transaksi perdagangan, akan ada pihak yang mendapat keuntungan dan ada pihak yang
menderita kerugian.
 Tokoh-tokoh Merkantilisme

1. Thomas Mun                                                  
Dalam bukunya yang berjudul “England Treasure by Foreign Trade” Thomas Mun menulis tentang
manfaat perdagangan luar negeri. Ia menjelaskan bahwaperdagangan luar negeri akan
memperkaya negara jika menghasilkan surplus dalam bentuk emas dan perak. Keseimbangan
perdagangan hanyalah perbedaan antara apa yang di ekspor dan apa yang di impor. Ketika negara
mengalami surplus perdagangan, ini berarti ekspor lebih besar daripada impor.

Lebih lanjut Thomas Mun menjelaskan bahwa perdagangan domestik tidak dapat membuat negara
lebih makmur, karena perolehan logam mulia dari seorang warga negara adalah sama dengan
hilangnya logam mulia dari warga negara yang lain. Dengan meningkatkan persedian uang
domestik sebagai hasil dari surplus perdagangan ternyata dapat juga memunculkan bahaya karena
orang akan terpancing untuk membeli lebih banyak barang-barang mewah. Hal ini menyebabkan
harga barang dalam negeri akan naik dan pada akhirnya akan mengurangi ekspor karena barang-
barang yang diproduksi  di dalam negeri akan terlalu mahal bila dijual di luar negeri. Konsekuensi ini
bisa dihindari yaitu dengan melakukan investasi kembali. Reinvestasi ini akan menciptakan lebih
banyak barang untuk diekspor.

Mun mengakui bahwa betapa pentingnya investasi modal dan Ia memandang keseimbangan
perdagangan merupakan sebuah cara untuk mengumpulkan modal produktif.

Untuk mendorong surplus ada tiga langkah yang harus dijalankan :

1. Dengan Kebijakan Harga

Barang yang di ekspor haruslah dijual dengan harga terbaik yaitu harga yang menghasilkan
pendapatan dan kekayaan yang paling banyak. Ketika negara memiliki monopoli atau mendekati
monopoli di dunia perdagangan maka barang-barangnya harus dijual dengan harga tinggi, tetapi
ketika persaingan luar negeri sangat ketat harga barang harus ditekan serendah mungkin. Hal ini
akan menghasilkan lebih banyak penjualan bagi negara dan membantu mengalahkan pesaing.
Ketika pesaing asing lenyap, harga ditingkatkan kembali tetapi tidak sampai pada tingkat dimana
pesaing tertarik untuk kembali ke dalam pasar.

2. Meningkatkan Kualitas Produk

Pemerintah dapat membantu meningkatkan kualitas produk dengan cara mengatur para pengusaha
pabrik dan membentuk dewan perdagangan yang akan memberikan nasehat kepada pemerintah
dalam persoalan-persoalanyang berkaitan dengan peraturan perdagangan dan kegiatan industri.
Peraturan-peraturan ini harus tegas agar negara dapat memproduksi barang dengan kualitas yang
tinggi.

3. Kebijakan Pajak Nasional

Dalam hal kebijakan pajak, pemerintah harus dapat menyeimbangkan kepentingan nasional dan
swasta. Bea ekspor harus lebih kecil karena bea ini akan dimasukkan dalam biaya penjualan di luar
negeri. Bea impor harus rendah untuk barang-barang yang kemudian akan di ekspor kembali dan
harus tinggi untuk barang-barang yang cenderung dikonsumsi oleh warga sendiri.

2. Willam Petty
Dalam bukunya “Political Arithmetic” pada tahun 1671, Petty memberi sumbangan teori penting
untuk ilmu ekonomi. Ia adalah ahli ekonomi pertama yang menjelaskan sewa tanah berdasarkan
surplus.

Untuk memahami gagasan surplus ini bayangkan ekonomi pertanian primitif yang hanya menanam
jagung. Pada saat itu jagung merupakan input proses produksi dan sekaligus output. Sebagai input
jagung jagung dipakai sebagai benih dan dimakan oleh pekerja. Pada akhir tahun jagung akan
dipanen dan digunakan sebagai bahan pangan dan bibit untuk tahun depan.

Petty mendefinisikan surplus sebagai selisih antara total output dari jagung (saat panen tahunan)
dan input dari jagung yang dibutuhkan untuk menghasilkan output tersebut. Menurut Petty pemilik
tanah akan cenderung menerima pembayaran sewa yang sebanding dengan surplus surplus yang
dihasilkan oleh lahan mereka. (surplus = total output – input)

Tak seorangpun akan menyewakan lahan dengan biaya sewa melebihi surplus yang dihasilakan
lahan tersebut karena penyewa akan kehilangan uang/pendapatan.

Aliran Merkantilisme
Merkantilisme berasal dari kata pedagang yang berarti pedagang. Aliran merkantilis adalah suatu aliran yang
yakin keyakinan bahwa suatu negara akan maju, jika melakukan perdagangan dengan negara lain. Melalui
perdagangan luar negeri, negara akan memperoleh surplus perdagangan luar negeri yang berarti dana akan
masuk ke dalam negeri, baik dalam bentuk emas atau perak.
Konsep Umum Merkantilisme
Banyak pendapat yang sudahdicetuskan para tokoh sejak jaman kuno. Pada jaman tersebut ekonomi yang
masih terikat dengan kuatnya prinsip-prinsip moral dan etika yang bersumber pada agama. Keterikatan
tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan konsep ekonomi pada pertengahan pertengahan dan pada abad
pertengahan.
Munculnya paham merkantilisme oleh para kaum aliran merkantilis pada menitikberatkan kepada bidang
ekonomi seperti masalah-masalah keduniawian. Oleh karena pemahaman yang terbatas pada masalah
keduniawian, sehingga banyak bermunculan pendapat-pendapat yang muncul hanya saja kesalahan aspek
ekonomis, bukan pada etika dan moral semata. Dengan kata lain merkantilis merupakan perintis kearah
pemikiran ekonomi yang hanya memandang berdasarkan masalah-masalah ekonomi yang bersifat
keduniawian.
Berbagai konsep yang dikemukakan oleh kaum merkantilis hanya diperoleh dari semua Negara barat yang
perekonomian pada saat itu sedang berkembang (Teguh Sihono, 2008). Negara-negara tersebut adalah inggris
dan perancis. Sehingga konsep-konsep ekonomi dalam Negara tersebut mampu memberikan warna terhadap
ajaran kaum merkantilisme.
Sebenarnya hingga saat ini belum ada kesepakatan apakah merkantilisme dapat disebut sebagai aliran / madzab
ekonomi. Sebagian mengganggap bahwa merkantilisme adalah suatu kebijakan ekonomi dalam perdagangan
yang terjadi pada jaman perintis, yakni pada tahun 1500-1750, dan bukan merupakan sebuah madzab ekonomi.
Merkantilisme merupakan sebuah istilah yang berasal dari kata pedagang yang berarti pedagang. Menurut
paham merkantilisme ini, tiap Negara jika ingin maju harus melakukan kegiatan ekonomi berupa perdagangan,
perdagangan tersebut harus dilakukan dengan Negara lain. Sumber kekayaan Negara akan diperoleh
melalui surplus perdagangan luar negeri yang diterima dalam bentuk emas atau perak, sehingga waktu itu
adalah untuk merangsang ekspor dan membatasi aktifitas penting. Negara-negara yang menganut paham
merkantilisme pada waktu itu antara lain, Portugis, Spanyol, Inggris, Perancis, dan Belanda.
Paham merkantilisme yang dianut oleh beberapa Negara tersebut pada abad ke XVI pada diwujudkan
berdasarkan perdagangan antara Negara-negara Eropa hingga akhirnya sampailah pada perdagangan jalur
Hindia-Belanda (Indonesia pada waktu itu).
Pada jaman merkantilisme, bukan hanya bidang perekonomian dan perdagangan saja yang mengalami
kemajuan yang sangat pesat, tetapi kemajuan sastra juga sangat pesat. Kemajuan dalm tulisan-tulisan ekonomi
maju baik dari segi kuantitas dan kualitas. Pada jaman tersebut masing-masing orang menjadi penulis bagi
dirinya sendiri. Sehingga banyak sekali bermunculan-berdasarkan dasar dari penulis. Karena tulisan-tulisan
tersebut, sulit sekali untuk di generalisasikan untuk mengetahui yang bersifat pokok dan umum. Penyebabnya
adalah banyak diantara penulis tersebut yang bukan berasal dari latar belakang pendidikan di universitas yang
berdasarkan penelitian ilmiah, akan tetapi tulisan tersebut berdasarkan masalah-masalah ekonomi yang terjadi
dengan bisnis mereka. Tulisan mereka masihberserakan , untuk menonton Adam Smith menggunakan tulisan
sebagai sumber daya bukunya yang berjudul The Wealth of Nations (Launderth , 1976).
Kebijaksanaan-bijaksana dalam masa merkantilisme sangat mengabaikan sektor pertanian, sehingga
menimbulkan berbagai macam kritik. Lahirnya berbagai kritik ini merupakan pertanda awal lahirnya faham
baru, yakni aliran fisiokrat. Tiga pokok pemikiran aliran merkantilsme adalah neraca perdagangan dan arus
logam mulia, proteksi dan teori kuantitas uang. Pokok pemikiran tersebut terpusat pada suatu doktrin
merkantilisme, yakni neraca perdagangan yang menguntungkan.
Dalam konsep merkantilisme, hasil rancangan suatu Negara ditentukan oleh beberapa faktor, yakni ekspor
barang, ekspor jasa, ekspor logam mulia, dan impor modal.
Faktor pendorong yang mengoreksi aliran merkantilis adalah semakin memperburuk perekonomian
perorangan yang telah berorientasi pada keperluan pasar. Keadaan seperti ini adalah awal dari revolusi
industri yang terjadi di Inggris (Launderth, 1976). Merkantilisme disebut juga sebagai kaum
perintis . Karena berdasarkan pemikiran pemikiran, pemikiran pemikiran kearah pemikir ekonomi
yang mendasarkan suatu ilmu hingga akhirnya muncul aliran klasik .
1.      Pendapat Tokoh-Tokoh Merkantilisme
Pada abad ke-16, banyak sekali tokoh-tokoh merkantilis. Sehingga dalam makalah ini tidak dapat diuraikan
satu persatu. Tokoh-tokoh merkantilisme dapat dibedakan menjadi dua golongan yakni golongan tua dan
muda. Tokoh pertama yakni tokoh merkantilisme tua memiliki pandangan tidak sama dengan tokoh-tokoh
dijaman kuno. Tokoh-tokoh yang termasuk pada kaum ini adalah, orang Prancis J. Bodin, John Hales, Milles,
Gerard de Malynes, dan Misselden. Kaum ini mendukung pernyataan pernyataan bahwa Negara dikatakan
berhasil jika Negara dapat memasukkan emas sebanyak-banyaknya kedalam negeri, sehingga Negara akan
menjadi makmur dan kaya. Kemakmuran Negara dalam pemikiran kaum ini menitik beratkan kepada
kepemilikan emas. Karena pada kaum ini beranggapan bahwa emas memiliki kekuatan untuk menentukan
kekayaan suatu Negara.
Kaum Merkantilis tua juga disebut sebagai kaum Bullion.  Dalam konsep yang debrikan kaum bullion ini
menganggap bahwa dalam mencapai kekayaan Negara, Negara harus banyak mengekspor produk yang dibuat
dalam negeri kepada Negara-negara lainnya untuk selanjutnya dapat memasukkan sebanyak-banyaknya ke
dalam negerinya sendiri, emas tersebut harus bekerja dalam jumlah yang banyak. Jelaslah, dengan konsep yang
diberikan kaum tua seperti ini sangat lah tidak benar dan mereka belum melihat hakekat dari perdagangan luar
negeri itu sendiri yang diwujudkan pada sektor tumpuan pada Negara dengan paham merkantilisme.
Golongan muda yang juga disebut sebagai kaum merkantilisme muda merupakan kaum yang berada di luar
tokoh merkantilisme tua. Golongan ini di prakarsai oleh beberapa tokoh-tokoh penting seperti, Thomas mun,
Sir William Petty, Sir Dudley North, Richard Contillon, David Hume, dan John Locke.
Berikut ini adalah penjelasan dari beberapa tokoh merkantilisme yang berasal dari golongan tua atau golongan
muda.
1.       Jean Bodin (1530-1596)
Jean Bodin adalah seorang ilmuwan berbangsa Perancis, yang dapat dikatakan sebagai orang pertama yang
secara sistematis menyajikan teori tentang uang dan harga. Menurutnya, bertambahnya uang yang diperoleh
dari perdagangan luar negeri dapat menyebabkan naiknya harga barang-barang. Selain itu, kenaikan harga-
harga barang juga dapat disebabkan oleh praktik monopoli dan pola hidup mewah dari kaum bangsawan dan
raja. Dalam praktik tersebut, biasanya rakyat menjadi korban, sehingga sangat dikecam pada saat itu.
Dalam bukunya yang berjudul Reponse Aux Paradoxes de Malestroit (1568), dikemukakan oleh bodin,
naiknya harga-harga barang secara umum disebabkan oleh 5 faktor, yakni:
1.       Bertambahnya logam mulia seperti perak dan emas.
2.       Praktek momopoli yang dilakukan oleh dunia swasta paupun peran Negara.
3.       Jumlah barang di dalam negeri menjadi langka oleh karena sebagian hasil produksi di ekspor.
4.       Pola hidup mewah kalangan bangsawan dan raja-raja.
5.       Menurunnya nilai mata uang logam karena isi karat yang terkandung di dalamnya, dikurangi atau
dipermainkan.
Bodin Sependapat dengan Machiavelli bahwa Negara yang mempunyai kekuasaan mutlak terhadap warga
Negara, karena Negara berada di atas hokum. Sebenarnya teori yang dikemukakan oleh bodin ini agak
berlebihan, tetapi teori ini mencerminkan kebutuhan Negara-negara yang sedang tumbuh akan kekuasaan
negara untuk menjaga kestabilan ekonomi dan menciptakan kemakmuran bagi setiap rakyatnya.
Menanggapi perilaku mewah-mewahan yang dilakukn oleh para kaum bangsawan, Jean Bodin menambahkan
jumlah cadangan yang berupa perediaan emas tersebut lebih baik terlebih dahulu, dan dilakukan secara hemat
dan berhati-hati yang akan berujung pada terkendalinya inflasi. \
Teori Jean Bodin tentang nilai uang, sangat maju, maka dari itu dalam selang waktu sekitar setangah abad,
Irving Fisher berada sebagai dasar teorinya yakni teori kuantitas uang.
2.       Thomas Mun (1571-1641)
Thomas Mun; adalah seorang saudagar kaya yang berasal dari Inggris. Dia banyak menulis tentang
perdagangan luar negeri. Buku yang ditulisnya dan sempat menjadi karya yang terkenal berjudul Harta Karun
Inggris oleh Perdagangan Luar Negeri adalah salah satu sumbangan besar terhadap teori perdagangan luar
negeri. Thomas Mun mengecam kaum bulion yang melarang mengalirnya emas keluar negeri.
Untuk meningkatkan kekayaan Negara, cara yang biasa dilakukan adalah lewat perdagangan. Dia berpedoman
bahwa nilai ekspor keluar negeri harus lebih besar dibandingkan dengan yang penting oleh Negara
itu. Menurutnya, perdagangan masih tetap akan menguntungkan sekalipun tidak memiliki emas dan perak,
dengan cara melakukan transaksi pembayaran lewat bank. Yang digunakan sebagai jaminan kredit adalah
komoditi yang sedang diperjual-belikan itu.
Suatu Negara yang memiliki terlalu banyak uang justru tidak baik karena menaikkan harga-harga, dan
meskipun kenaikan tersebut akan meningkatkan pendapatan para pengusaha, kenaikan nama tersebut secara
umum langsung merugikan dan mengurangi volume perdagangan, karena harga yang tinggi akan mengurangi
konsumsi dan permintaan.
3.       Jean Baptis Colbert (1619-1683)
JB Colber; adalah seorang pejabat Negara Perancis dengan posisi sebagai Menteri Utama di Bidang Ekonomi
dan keuangan dalam pemerintahan Louis XIV. Tujuan yang dibuat olehnya lebih mengarah pada kekuasaan
dan kejayaan Negara untuk meningkatkan kekayaan orang-perorang.
Ia mendorong usaha dalam sektor kerajinan dan perdagangan dengan menekankan pengenaan impor barang,
dengan tujuan yang memberikan subsidi kepada kapal-kapal pengangkut Perancis, Perluas daerah jajahan
Perancis, memperbaiki sistem transportasi dalam negeri. Untuk mendukung kebijakan tersebut dibutuhkan
tenaga kerja yang banyak dan murah, maka tenaga kerja Perancis dilarang keluar negeri, sedangkan imigran
dari luar negeri di dorong masuk ke dalam Negara.
JB Colbert menjamin hak monopoli yang diberikan kepada perusahaan-perusahaan guna mendorong timbulnya
perusahaan baru khususnya untuk perdagangan antar Negara. Ia melakukan rangsangan terhadap penemuan-
penemuan baru serta membangun industri-industri perkontohan. Ia juga mendorong pengembangan ilmu
pengetahuan dengan menyediakan akademi-akademi, perpustakaan, dan memberikan subsidi ke setiap sektor
ekonomi.
Dalam praktik ekonomi, banyak terjadi aliansi antara para saudagar dengan penguasa. Kaum saudagar disini
merekomendasikan dan mendukung dari penguasa. Penguasa pun anggota bantuan dan perlindungan berupa
monopoli, proteksi, dan keistimewaan-keistimewaan lainnya. Pada abad tersebut, eropa bergaya sebagai
kapitalisme komersial, yang kadangkala disbut sbeagai kapitalisme saudagar karena kaum saudagarlah yang
memegang kendali perekonomian.
4.       Sir William Petty (1623-1687)
Dalam karyanya yang berjudul A risalah Pajak dan Kontribusi (1662); teori yang menyatakan bahwa
pemberian nomor hari kerja yang menentukan nilai suatu barang, melainkan biaya yang diperlukan agar para
pekerja tersebut dapat tetap bekerja.
Uang diperlukan dalam jumlah secukupnya, tetapi lebih atau kurang dari yang diperlukan dapat mendatangkan
kemhudaratan. Harga uang adalah bunga modal, dengan demikian, semakin besar jumlah uang, maka bunga
modal turun, akan mendorong kegiatan usaha. Tingkat harga yang bervariasi proporsional dengan jumlah uang
yang diukur. Teori inilah yang juga dikembangkan oleh Irving Fisher untuk Teori Kuantitas Uang nya.
Karya lain adalah Aritmatika Politik (1676), menggambarkan bidang metodologi ekonomi. Nilai tenaga kerja
yang kurang cocok dengan ahli-ahli berikutnya sampai tokoh klasik yang bernama David Ricardo.
Sir Dudley North (1641-1691)
North; Perdagangan bebas tanpa campur tangan dan intervensi pemerintah yang tunduk pada undangan dan
segala peraturan. Pemerintah tidak perlu lagi mencegah larinya emas keluar negeri selama emas tersebut
digunakan sebagai keperluan perdagangan.
Fungsi uang dalam perekonomian suatu Negara adalah sebagai alat untuk mengajukan perdagangan dan bukan
untuk simbol kekayaan Negara. Uang digunakan hany untuk peperangan dan kepentingan pembayaran untuk
Negara lain. Menurutnya, bunga uang yang rendah akan mendorong perdagangan dan memperkaya Negara.
6.       David Hume (1711-1776)
Dalam teorinya, hume sangat memperhatikan faktor keadilan, dan beranggapan bahwa ketidekadilan akan
memperlemah suatu Negara. Setiap warga Negara harus menikmati hasil kerjanya sesuai dengan kesempatan
yang diperolehnya. Jika tidak terjadi keadilan, maka kekayaan yang dimiliki oleh kaum kaya akan di
distribusikan lagi bagi kaum miskin. 
Berikut ini adalah teori Hume yang terkenal:
“Price Specie-flow Mechanism”, gambaran yang cukup lengkap tentang hubungan timbal balik antara
neraca perdagangan suatu negara, jumlah uang, dan tingkat harga secara umum. Dalam teori perdagangan
internasional hal ini dikenal sebagai mekanisme aliran mata uang harga.
Pokok-Pokok Ajaran Merkantilisme
Berikut ini adalah 7 ajaran pokok dari merkantilisme dalam buku perkembangan pemikiran ekonomi oleh
Teguh Sihono, 2008. Tujuh hal pokok dalam ajaran merkantilisme yakni:
1. Logam Mulia berupa Emas dan Perak adalah jenis kekayaan yang sangat diinginkan. Beberapa kaum
merkantilis mempercayai bahwa logam mulia adalah satu-satunya berharga yang berharga untuk dicari.
2. Merkantilisme mengajarkan tentang nasionalisme. Tidak semua Negara menikmati surplus dari ekspor
besar dan kumpulan kekayaan dari pembayaran yang dilakukan dengan negara tetangga. Hanya
kekuatan orang yang dapat mempertahankan koloninya dan mendominasi lalulintas perdagangannya,
akan sanggup bersaing dengan Negara-negara lain dan sukses dalam persaingan ekononomi.
3. Mengijinkan impor bahan mentah tanpa pajak bilamana barang itu dapat diproduksikan didalam
negeri dan pengeluaran barang-barang mentah.
4. Pedagang-pedagang kapitalis yakin bahwa penguasaan atau dominasi serta monopoli di daerah
kolonial adalah untuk keuntungan Negara penjajah. Mereka juga berusaha agar Negara jajahan
tergantung pada Negara jajahan.
5. Merkantilis memperbolehkan adanya monopoli dan perdagangan bebas disini dalam hal perpajakan
saja, yang tidak sama dengan prinsip perdagangan bebas, sehingga tidak semua orang bebas
menggunakan modalnya dengan hak-hak utama / perdagangan bebas.
6. Menghendaki pemerintah sentral yang kuat untuk melaksanakan peraturan-peraturan di dalam bidang
perdagangan dan perusahaan. Pemerintah mengijinkan hal-hal untuk mengadakan monopoli guna
melakukan perdagangan luar negeri.
Meskipun mengutamakan kekayaan bangsa, tetapi merkantilis tidak mendorong untuk sebagian besar
penduduk. Dalam kenyataanya kaum merkantilis senang masyarakat atau penduduk yang bekerja giat, yang
mampu menyediakan tenaga kerja murah dan tentara, serta kelasi yang siap untuk bertempur demi kejayaan
bangsa serta memperkaya pemimpin-pemimpin mereka.
Inti pokok dari ajaran merkantilisme adalah menginginkan peran pemerintah yang seluas-luasnya dalam
bidang perekonomian dapat mencapai surplus ekspor di atas impor pada perdagangan luar negeri sehingga
dapat terus memupuk cadangan logam mulia.

Anda mungkin juga menyukai