DOSEN PEMBIMBING:
Ns.Maulani.M.Kep
DISUSUN OLEH :
Endah Yomella
NPM
2014201063
Dengan mengucap puji syukur kepada Allah SWT memberikan rahmat kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Keperawatan Medikal Bedah III yang berjudul
“Closed Fraktur Tibia Fibula”. Makalah ini merupakan laporan yang dibuat sebagai bagian
dalam memenuhi kriteria mata kuliah . Shalawat serta salam kami panjatkan kepada junjungan
kita tercinta Rasulullah SAW , keluarga , para sahabat serta seluruh kaum muslimin yang tetap
teguh dalam ajaran beliau.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih ada kekurangan disebabkan oleh kedangkalan
dalam memahami teori , keterbatasan keahlian , dan tenaga penulis . Semoga segala bantuan ,
dorongan, dan petunjuk serta bimbingan yang telah diberikan kepada kami dapat bernilai ibadah
disisi Allah SWT . Akhir kata , semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua,
khususnya bagi penulis sendiri .
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul......................................................................................................... i
Kata Pengantar....................................................................................................... ii
PENDAHULUAN
Dengan demikian perawat harus mampu berpikir kritis dalam melakukan asuhan
keperawatan yang komprehensif serta mampu mengidentifikasi masalah - masalah klien yang
dirumuskan sebagai diagnosa keperawatan , mampu mengambil keputusan yang tepat dalam
mengatasi masalah keperawatan yang dialami oleh klien , asuhan keperawatan yang
diberikan secara holistik yaitu dilihat dari segi biofisikososial dan spiritual , serta mampu
berkolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk memberi asuhan keperawatan yang optimal.
TINJAUAN PUSTAKA
Tulang adalah jaringan yang kuat dan tangguh yang memberi bentuk pada tubuh .
Skelet atau kerangka adalah rangkaian tulang yang mendukung dan melindungi organ lunak,
terutama dalam tengkorak dan panggul .Tulang membentuk rangka penunjang dan
pelindung bagi tubuh dan tempat untuk melekatnya otot - otot yang menggerakan kerangka
tubuh . Tulang juga merupakan tempat primer untuk menyimpan dan mengatur kalsium
dan fosfat (Price dan Wilson, 2006).
Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh dan tempat untuk
melekatnya otot - otot yang menggerakan kerangka tubuh .Tulang juga merupakan tempat
primer untuk menyimpan dan mengatur kalsium dan fhosfat . Tulang rangka orang dewasa
terdiri atas 206 tulang . Tulang adalah jaringan hidup yang akan suplai syaraf dan
darah.Tulang banyak mengandung bahan kristalin anorganik ( terutama garam - garam
kalsium ) yang membuat tulang keras dan kaku , tetapi sepertiga dari bahan tersebut adalah
fibrosa yang membuatnya kuat dan elastic (Price dan Wilson, 2006).
Tulang ekstrimitas bawah atau anggota gerak bawah dikaitkan pada batang tubuh
dengan perantara gelang panggul terdiri dari 31 pasang antra lain : tulang koksa , tulang
femur , tibia , fibula , patella , tarsalia , metatarsalia , dan falang (Price dan Wilson ,2006).
1. Tulang Koksa (tulang pangkal paha) OS koksa turut membentuk gelang panggul ,
letaknya disetiap sisi dan didepan bersatu dengan simfisis pubis dan membentuk sebagian
besar tulang pelvis.
2. Tulang Femur ( tulang paha) Merupakan tulang pipa dan terbesar didalam tulang
kerangka pada bagian pangkal yang berhubungan dengan aseta bulum membentuk kepala
sendi yang disebut kaput femoris , disebelah atas dan bawah dari kolumna femoris
terdapat laju yang disebut trokanter mayor dan trokanter minor . Dibagian ujung
membentuk persendian lutut , terdapat dua buah tonjolan yang disebut kondilus
lateralis dan medialis . Diantara dua kondilus ini terdapat lakukan tempat letaknya tulang
tempurung lutut (patella) yang disebut dengan fosa kondilus.
3. Osteum tibialis dan fibularis ( tulang kering dan tulang betis ) Merupakan tulang pipa
yang terbesar sesudah tulang paha yang membentuk persendian lutut dengan OS femur,
pada bagian ujungnya terdapat tonjolan yang disebut OS maleolus lateralis atau mata kaki
luar . OS tibia bentuknya lebih kecil dari pada bagian pangkal melekat pada OS fibula
pada bagian ujung membentuk persendian dengan tulang pangkal kaki dan terdapat
taju yang disebut OS maleolus medialis.
2.2. Definisi
Fraktur atau patah tulang adalah terputusya kontinuitas jaringan tulang dan tulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa (Brunner and Suddarth,2001).
Fraktur Tibia adalah fraktur yang terjadi pada bagian tibia sebelah kanan
maupun kiri akibat pukulan benda keras atau jatuh yang bertumpu pada kaki. (E.Oswari,
2011).
Fraktur Tibia adalah patah atau gangguan kontinuitas pada tulang tibia.
Closed Fraktur tibia Fibula adalah fraktur tertutup yang terjadi akibat trauma
langsung dari arah samping lutut dengan kaki yang masih terinfeksi tanah . ( kapita selecta
kedokteran jilid I. 2000 )
2.3. Etiologi
Menurut ( Rasjad , 2009 ) penyebab paling utama fraktur tibia yang disebabkan oleh
pukulan yang membengkokkan sendi lutut dan merobek ligamentum medialis sendi tersebut,
benturan langsung pada tulang tibia misalnya kecelakaan lalu lintas , serta kerapuhan
struktur tulang . Penyebab terjadinya fraktur yang diketahui adalah sebagai berikut :
6. Terjadi pembengkakan dan perubahan warna pada kulit diakibatkan karena terjadi
ekstravasasi darah dan cairan jaringan di sekitar area fraktur.
2.4 Patofisiologi
Fraktur paling sering disebabkan oleh trauma . Hantaman yang keras akibat
kecelakaan yang mengenai tulang akan mengakibatkan tulang menjadi patah dan fragmen
tulang tidak beraturan atau terjadi diskontinuitas ditulang tersebut . Pada fraktur tibia dan
fibula lebih sering terjadi dibanding fraktur batang tulang panjang lainnya karena periost yang
melapisi tibia agak tipis , terutama pada daerah depan yang hanya dilapisi kulit sehingga
tulang ini mudah patah dan karena berada langsung dibawah kulit maka sering
ditemukan adanya fraktur terbuka .
Kerusakan pada otot atau jaringan lunak dapat menimbulkan nyeri yang hebat karena
adanya spasme otot di sekitarnya . Sedangkan kerusakan pada tulang itu sendiri
mengakibatkan perubahan sumsum tulang ( fragmentasi tulang ) dan dapat menekan
persyaratan didaerah tulang yang fraktur sehingga menimbulkan gangguan syaraf ditandai
dengan kesemutan , rasa baal dan kelemahan . (Harris, 2006) .
Trauma pada tulang dapat menyebabkan keterbatasan gerak dan ketidak seimbangan
, fraktur terjadi dapat berupa fraktur terbuka dan fraktur tertutup . Fraktur tertutup tidak
disertai kerusakan jaringan lunak seperti tendon , otot , ligament dan pembuluh darah
(Smeltzer dan Bare, 2001).
Reduksi terbuka dan fiksasi interna (ORIF) fragmen - fragmen tulang dipertahankan
dengan pen , sekrup , plat , paku . Namun pembedahan meningkatkan kemungkinan terjadinya
infeksi . Pembedahan itu sendiri merupakan trauma pada jaringan lunak dan struktur yang
seluruhnya tidak mengalami cedera mungkin akan terpotong atau mengalami kerusakan
selama tindakan operasi (Price dan Wilson , 2006).
Keparahan dari fraktur bergantung pada gaya yang menyebabkan fraktur. Jika
ambang fraktur suatu tulang hanya sedikit terlewati , maka tulang mungkin hanya retak saja
bukan patah . Jika gayanya sangat ekstrem , seperti tabrakan mobil , maka tulang dapat pecah
berkepingkeping . Saat terjadi fraktur , otot yang melekat pada ujung tulang dapat terganggu.
Otot dapat mengalami spasme dan menarik fragmen fraktur keluar posisi . Kelompok otot
yang besar dapat menciptakan spasme yang kuat bahkan mampu menggeser tulang besar,
seperti femur. Walaupun bagian proksimal dari tulang patah tetap pada tempatnya, namun
bagian distal dapat bergeser karena faktor penyebab patah maupun spasme pada otot - otot
sekitar . Fragmen fraktur dapat bergeser ke samping , pada suatu sudut (membentuk sudut),
atau menimpa segmen tulang lain . Fragmen juga dapat berotasi atau berpindah .
Selain itu , periosteum dan pembuluh darah di korteks serta sumsum dari tulang yang
patah juga terganggu sehingga dapat menyebabkan sering terjadi cedera jaringan lunak.
Perdarahan terjadi karena cedera jaringan lunak atau cedera pada tulang itu sendiri. Pada
saluran sumsum (medula), hematoma terjadi diantara fragmen - fragmen tulang dan dibawah
periosteum . Jaringan tulang disekitar lokasi fraktur akan mati dan menciptakan respon
peradangan yang hebat sehingga akan terjadi vasodilatasi , edema , nyeri , kehilangan fungsi ,
eksudasi plasma dan leukosit . Respon patofisiologis juga merupakan tahap penyembuhan
tulang.
1. Incomplit
2. Complit
Garis fraktur melibatkan seluruh potongan menyilang dari tulang dan fragmen
tulang biasanya berubah tempat atau bergeser (bergeser dari posisi normal).
3. Tertutup (simple)
4. Terbuka (compound)
Fragmen tulang meluas melewati otot dan adanya perlukaan di kulit yang terbagi
menjadi 3 derajad :
Derajad 1
Luka kurang dari 1 cm , kerusakan jaringan lunak sedikit , tidak ada tanda remuk ,
fraktur sederhana atau kominutif ringan dan kontaminasi minimal .
Derajad 2
Laserasi lebih dari 1 cm , kerusakan jaringan lunak , tidak luas , fraktur kominutif
sedang , dan kontaminasi sedang .
Derajad 3
Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas (struktur kulit , otot , dan neurovaskuler)
serta kontaminasi derajad tinggi.
a. Fraktur transversal
Fraktur transversal adalah frktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu
panjang tulang . Fraktur ini , segmen - segmen tulang yang patah direposisi atau direkduksi
kembali ke tempat semula , maka segmen - segmen ini akan stabil dan biasanya dikontrol
dengan bidai gips.
b. Fraktur kuminutif
Fraktur kuminutif adalah terputusnya keutuhan jaringan yang terdiri dari dua fragmen
tulang.
c. Fraktur oblik
Fraktur oblik adalah fraktur yang garis patahnya membuat sudut terhadap tulang.
d. Fraktur segmental
Fraktur segmental adalah dua fraktur berdekatan pada satu tulang yang menyebabkan
terpisahnya segmen sentral dari suplai darahnya , fraktur jenis ini biasanya sulit ditangani.
e. Fraktur impaksi
Fraktur impaksi atau fraktur kompresi terjadi ketika dua tulang menumbuk tulang yang
berada diantara vertebra .
2.6. Penatalaksanaan
Konsep dasar yang harus dipertimbangkan pada waktu menangani fraktur yaitu :
rekognisi , reduksi , retensi , dan rehabilitasi.
1. Rekognisi /Pengenalan
Riwayat kejadian harus jelas untuk mentukan diagnosa dan tindakan selanjutnya.
2. Reduksi/Manipulasi/Reposisi
Reduksi Tertutup
Traksi
Alat yang dapat digunakan menarik anggota tubuh yang fraktur untuk meluruskan
tulang. Beratnya traksi disesuaikan dengan spaasme otot yang terjadi yaitu :
Skin traksi adalah menarik bagian tulang yang fraktur dengan menepelkan
plester langsung pada kulit untuk mempertahankan bentuk , membantu
menimbulkan spasme otot pada bagian yang cidera dan biasanya digunakan
untuk jangka pendek (48 - 72jam).
Skeletal traksi adalah traksi yang digunakan untuk meluruskan tulang yang
cidera dan sendi panjang untuk mempertahankan traksi , memutuskan pins
(kawat) kedalam tulang.
Maintenance traksi
Merupakan lanjutan dari traksi, kekuatan lanjutan dapat diberikan secara langsung
pada tulang dengan kawat atau pins.
Reduksi Terbuka :
Dilakukan dengan pembedahan fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi interna dalam
bentuk pin , kawat , sekrup , plat paku , atau batangan logam digunakan untuk
mempertahankan fragmen tulang dalam posisnya sampai penyembuhan tulang yang solid
terjadi . Alat ini dapat diletakkan disisi tulang atau langsung ke rongga sumsum tulang, alat
tersebut menjaga aproksimasi dan fiksasi yang kuat bagi fragmen tulang.
OREF (Open Reduction Eksternal Fixation) adalah reduksi terbuka dengan fiksasi
internal dimana tulang di transfiksasikan diatas dan dibawahnya fraktur, sekrup
atau kawat ditransfiksi dibagian proksimal dan distal kemudian dihubungkan satu
sama lain dengan suatu batang lain. Fiksasi eksternal ini digunakan utnuk
mengobati fraktur terbuka dengan kerusakan jaringan lunak. Alat ini memberikan
dukungan yang stabil untuk fraktur komunitif (hancur atau remuk). Pin yang telah
terpasang dijaga agar tetap terjaga posisinya, kemudian dikaitkan pada
kerangkanya . Fiksasi ini memberikan rasa nyaman bagi pasien yang mengalami
kerusakan fragmen tulang.
ORIF (Open Reduction Internal Fixation) adalah metode Penatalaksanaan patah
tulang dengan cara pembedahan reduksi terbuka dan fiksasi internal dimana
dilakukan insisi pada tempat yang mengalami cedera dan ditemukan sepanjang
bidang anatomic temapt yang mengalami fraktur.
3. Retensi/Immobilisasi
Merupakan upaya yang dilakukan untuk menahan fragmen tulang sehingga kembali
seperti semula secara optimum . Imobilisasi fraktur . Setelah fraktur direduksi , fragmen
tulang harus diimobilisasi , atau dipertahankan dalam posisi kesejajaran yang benar sampai
terjadi penyatuan . Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna . Metode
fiksasi eksterna meliputi pembalutan , gips , bidai , traksi kontinu , pin dan teknik gips , atau
fiksator eksterna. Implan logam dapat digunakan untuk fiksasi interna yang berperan
sebagai bidai interna untuk mengimobilisasi fraktur
4. Rehabilitasi
Hematoma terbentuk dari darah yang berasal dari pembuluh darah yang robek.
Hematoma dibungkus oleh jaringa lunak sekitar (periosteum dan otot). Hal ini terjadi
sekitar 1-2 x 24 jam.
Sel - sel berproliferasi dari lapisan dalam periosteum di sekitar frakur. Sel-sel ini
menjadi precursor osteoblast, dan akan tumbuh kearah fragmen tulang. Proliferasi juga
terjadi dijaringan sumsum tulang.
2.8 Komplikasi
1. Komplikasi awal
Compartemant Syndrome : Komplikasi ini sangat berbahaya karena dapat
menyebabkan gangguan vaskularisasi ektermitas bawah yang dapat mengancam
kelangsungan hidup ektermitas bawah . Mekasnisme terjadi fraktur tibia terjadi perdarahan
intra – compartment, hal ini akan menyebabkan tekanan intrakompartemen meninggi ,
menyebabkan aliran balik balik darah vena terganggu . Hal ini akan menyebabkan
oedema . Dengan adanya oedema tekanan intrakompartemen makin meninggi sampai
akhirnya sedemikian tinggi sehingga menyumbat arteri di intrakompartemen. Gejalanya
rasa sakit pada ektermitas bawah dan ditemukan paraesthesia, rasa sakit akan bertambah
bila jari digerakan secara pasif. Kalau hal ini berlangsung cukup lama dapat terjadi
paralyse pada otot - otot ekstensor hallusis longus, ekstensor digitorum longus dan tibial
anterior.
2. Komplikasi dalam waktu lama :
Malunion
Dalam suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi yang
tidak seharusnya. Malunion merupakan penyembuhan tulang ditandai dengan
meningkatnya tingkat kekuatan dan perubahan bentuk (deformitas).
Delayed Union
Adalah proses penyembuhan yang terus berjalan dengan kecepatan yang lebih
lambat dari keadaan normal . Delayed union merupakan kegagalan fraktur
berkonsolidasi sesuai dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini
disebabkan karena penurunan suplai darah ke tulang.
Non Union
Merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi dan memproduksi sambungan yang
lengkap , kuat , dan stabil setelah 6-9 bulan . Non union di tandai dengan adanya
pergerakan yang berlebih pada sisi fraktur yang membentuk sendi palsu atau
pseuardoarthrosis . Ini juga disebabkan karena aliran darah yang kurang.
2.9 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Arif Muttaqin (2008), pemeriksaan pemeriksaan penunjang pada fraktur
yaitu:
1. Anamnesa/ pemeriksaan umum
2.Pemeriksaan radiologi. Pemeriksaan yang penting adalah pemeriksaan menggunakan sinar
Rontgen (sinar-x) untuk melihat gambaran tiga dimensi dari keadaan dan kedudukan
tulang yang sulit.
3.CT scan : pemeriksaan bidang tertentu tulang yang terkena dan dapat memperlihatkan
jaringan lunak atau cedera ligament atau tendon.
4. X - Ray : menentukan lokasi, luas, batas dan tingkat fraktur.
5. Pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan laboratorium yang lazim digunakan untuk mengetahui lebih jauh kelainan
yang terjadi meliputi :
a. Kalsium serum dan fosfor serum meningkat pada tahap penyembuhan tulang.
a. Biopsi tulang dan otot : Pemeriksaan ini sama dengan pemeriksaan di atas, tetapi lebih
diindikasikan bila terjadi infeksi.
c. Artroskopi : Didapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek karena trauma
yang berlebihan.
d. MRI : Menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur.
e.Indigium Imaging : Pada pemeriksaan ini didapatkan adanya infeksi pada tulang.
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.2 Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Tn.B
Umur : 45 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : Buruh
2. Penanggung Jawab
Nama : Ny. R
Umur : 43 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
3. Data Medik
= Laki – Laki
= Perempuan
= Meninggal
= Satu Rumah
9. Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda Vital
Kesadaran : Komposmentis
Suhu :380C
Pernafasan : 25 x/menit
BB : 40 Kg
TB : 165 cm
Kepala
Bentuk kepala simetris, tidak ada edema, warna rambut hitam, kulit kepala bersih,
distribusi rambut merata.
Leher
Trakea ditengah, Pembesaran KGB (-)
Mata
Mata simetris kiri dan kanan, Seclera tidak ikterik , Pupil bulat isokor, Reflek
pupuil +/+normal
Hidung dan Penciuman
Hidung tampak simetris, tidak terdapat polip, fungsi penciuman normal, distribusi
bulu hidung merata.
Telinga atau Pendengaran
Telinga klien tampak bersih, telinga tampak simetris kiri dan kanan, tidak ada
gangguan pendengaran, ada serumen tetapi sedikit.
Paru-paru
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, tidak ada retraksi, tidak ada sikatrik
Palpasi : Vocal fremitus kanan sama kiri
Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru, batas paru hepar pada SICV LMC
dextra
Auskultasi : Suara dasar vesikuler, tidak ada suara tambahan di semua lapang paru
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : batas jantung
Kanan atas : SIC II LPS dextra
Kanan bawah : SIC IV LPS dextra
Kiri atas : SIC II LMC sinistra
Kiri bawah : SIC IV LMC sinistra
Auskultasi : S1-S2, reguler, tidak ada murmur, tidak ada gallop
Abdomen
Inspeksi : Tampak asites
Auskultasi : Peristaltik normal
Perkusi : Pekak pada region abdomen kanan atas sampai 3 jari dibawah
arcus costae dan timpani di abdomen kanan bawah dan
abdomen kiri.
Palpasi : Tidak teraba pembesaran hepar
Ekstremitas
Ekstremitas atas : Akral teraba hangat , edema - / - , Sianosis - / -
Ekstremitas bawah : Akral teraba hangat , edema - / + , Sianosis - /-
Cruris sinistra
Deformitas (+), terlihat perbedaan panjang antara kaki kanan dan kaki kiri yang
sehat
Edema (+)
Luka (-)
Feel
Teraba hangat didaerah yang dikeluhkan dari pada didaerah sekitarnya
Nyeri tekan (+)
Krepitasi (+)
Arteri dorsalis sinistra teraba
Sensibilitas baik
CRT baik
Move : Range of movement terbatas
Fleksi : Nyeri dan terbatas
Ekstensi : Nyeri dan terbatas
Penataaksanaan
Non medikamentosa :
- Pemasangan bidai melewati sendi dan diistirahatkan
- Edukasi kepada pasien dan keluarganya perawatan pasca operasi
Medikamentosa
Operatif :
2. Analisa Data
3 Ds
- Klien mengatakan kaki kiri
ygpatah siap dioperasi
- Klien mengatakan sulit
beraktifitas
Do
Pembatasan gerak Gangguan mobilitas fisik
- Terlihat perbedaan panjang
antara kaki kiri dan kanan
- Klien tampak dibantu saat
beraktifitas
- Terlihat adanya pemasangan
bidai
3. Intervensi
BAB IV
PEMBAHASAN
Selama penulis melakukan asuhan keperawatan yang telah di lakukan pada Tn.B
DiRuangan Bedah . Penulis telah mencoba menerapkan dan mengaplikasikan asuhan
keperawatan pada klien Tn.B dengan fraktur sesuai dengan teori-teori yang ada . Ada
beberapa hal yang dapat dibahas dan diperhatikan dalam penerapan dan pengaplikasian
asuhan keperawatan , maka dalam bab ini dapat dilakukan pembahasan menurut tinjauan
teoritis dengan tinjauan kasus dengan mencari factor - factor pendukung , kesenjangan dan
kesamaan yang terjadi akan diuraikan dengan menggunakan langkah - langkah proses
keperawatan , antara lain yaitu .
4.1 Pengkajian
Dalam melakukan pengkajian pada klien Tn.B , penulis tidak menemukan kesulitan
dalam berkomunikasi dengan klien sehingga penulis memperoleh dan mendapatkan informasi
langsung dari klien.
Saat melakukan pengkajian riwayat kesehatan dahulu penulis tidak ada menemukan
riwayat penyakit fraktur sebelumnya.
Saat melakukan pengkajian pemeriksaan fisik pada klien Tn.B . S tidak didapatkan
kesenjangan data antara antara tinjauan teoritis dengan data yang ditemukan pada saat
melakukan pengkajian pemeriksaan fisik ( tinjauan kasus ) dikarenakan dalam pemeriksaan
fisik ini sangat penting dilakukan untuk menggali sejauh mana perkembangan penyakit dan
kondisi klien saat ini.
4.2 Diagnosa Keperawatan
- Nyeri akut b/d Spasme otot , gerakan fragmen tulang ,edema , cedera jaringan
lunak , pemasangan traksi , stress / ansietas .
4.3 Intervensi
Intervensi keperawatan adalah semua tindakan asuhan yang perawat lakukan atas
nama klien. Tindakan ini termasuk intervensi yang di prakarsai oleh perawat , dokter , atau
intervensi kolaboratif (Mc. Closky & Bulechek, 2004). Dalam menyusun rencana tindakan
keperawatan kepada klien berdasarkan prioritas masalah yang ditemukan tidak semua rencana
tindakan pada teori dapat ditegakkan pada tinjauan kasus, karena rencana tindakan pada
tinjauan kasus disesuaikan dengan keluhan dan keadaan klien.
Nyeri akut b/d Spasme otot , gerakan fragmen tulang ,edema , cedera jaringan lunak ,
pemasangan traksi , stress / ansietas, rencana tindakan yang dilakukan kepada klien yaitu
Identifikasi local , karakteristik , durasi , frekuensi , kualitas , intensitas nyeri , Identifikasi
nyeri , Identifikasi respon nyeri non verbal , Identifikasi factor yang memperberat dan
memperingan nyeri , Monitor efek samping penggunaan analgetik .
Gangguan mobilitas fisik b/d Pembatasan gerak . Rencana tindakan yang akan
dilakukan kepada klien yaitu Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya , Identifikasi
toleransi fisik melakukan pergerakan, Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum
memulai mobilisasi, Fasilitasi melakukan pergerakan, Melibatkan keluarga untuk membantu
pasien dalam meningkatkan pergerakan.
4.4 Implementasi
Pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan tang telah disusun pada tahap
perencanaan (intervensi). Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat pada kebutuhan
klien, factor - fakor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan , strategi implementasi
keperawatan dan kegiatan komunikasi . Setelah rencana tindakan ditetapkan , maka
dilanjutkan dengan melakukan rencana tersebut dalam bentuk nyata , sebelum diterapkan
kepada klien terlebih dahulu melakukan pendekatan kepada klien dan keluarga klien agar
tindakan yang akan diberikan dapat disetujui klien dan keluarga klien , sehingga seluruh
rencana tindakan asuhan keperawatan sesuai dengan masalah yang dihadapi klien .
Gangguan mobilitas fisik b/d Pembatasan gerak , implementasi yang akan dilakukan
kepada klien yaitu Mengidentifikasi kebutuhan dilakukan pembidaian (fraktur),
Mengidentifikasi material bidaiyang sesuai , Menutup luka terbuka dengan balutan,
Mengatasi perdarahan sebalum bidai di pasang, Memberikan bantalan pada bidai,
Menempatkan eksremitas yang cidera dalam posisi fungsional , Memasang bidai pada posisi
tubuh seperti saat di temukan , Mendorong kedua tangan untuk menopang area cedera,
Mengunakan kain gendongan secara tepat, Menjelaskan tujuan dan langkah - langkah
prosedur sebelum pemasangan bidai menganjurkan membatasi gerak pada area cedera.
a. Adanya faktor perencanaan yang baik dan keaktifan keluarga dalam perawatan sehingga
memudahkan untuk melakukan asuhan pada tindakan keperawatan.
b. Pendekatan yang dilakukan dengan baik sehingga keluarga merasa percaya dan
memudahkan dalam pemberian serta pelaksanaan tindakan keperawatan.
c. Adanya kerja sama yang baik antara penulis dengan petugas ruangan sehingga penulis
mendapatkan bantuan dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan.
4.5 Evaluasi
Dari 3 diagnosa keperawatan yang penulis tegakkan sesuai dengan apa yang penulis
temukan dalam melakukan studi kasus dan melakukan asuhan keperawatan kurang lebih
sudah mencapai perkembangan yang lebih baik dan optimal, maka dari itu dalam melakukan
asuhan keperawatan untuk mencapai hasil yang maksimal memerlukan adanya kerja sama
antara penulis dengan klien, perawat, dokter, dan tim kesehatan lainnya.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Tulang adalah jaringan yang kuat dan tangguh yang memberi bentuk pada tubuh.
Skelet atau kerangka adalah rangkaian tulang yang mendukung dan melindungi organ lunak,
terutama dalam tengkorak dan panggul . Tulang membentuk rangka penunjang dan
pelindung bagi tubuh dan tempat untuk melekatnya otot - otot yang menggerakan kerangka
tubuh . Tulang juga merupakan tempat primer untuk menyimpan dan mengatur kalsium
dan fosfat .
Komplikasi awal fraktur antara lain : Syok hipovolemik atau traumatic , Sindroma
Kompartement , Kerusakan Arteri , Infeksi , Avaskuler nekrosis. Komplikasi dalam waktu
lama atau lanjut fraktur antara lain : Malunion , Delayed Union , Nonunion . Manifestasi
klinis fraktur adalah nyeri , hilangnya fungsi , deformitas , pemendekan ekstrimitas ,
krepitus , pembengkakan local , dan perubahan warna.
5.2. Saran
Setelah penulis membuat kesimpulan tentang asuhan keperawatan pada Tn.B
dengan fraktur , maka penulis menganggap perlu adanya saran untuk memperbaiki dan
meningkatkan mutu asuhan keperawatan.
1. Institusi Pendidikan
2. Penulis
3. Penulis Selanjutnya
Harris , Robert M . 2006 . Rockwood & Grenn’s Fractures in Adults . Lippincott Williams &
Wilkins
A . Price , Sylvia . 1995 . Patofisiologis Konsep Klinis Proses Penyakit . Jakarta : EGC