Anda di halaman 1dari 34

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya
diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg (Somantri, 2018).
Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95-104 mmHg,
hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila
tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan
diastolik karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik (Paula, 2019)
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi atau istilah kedokteran menjelaskan hipertensi adalah
suatu keadaan dimana terjadi gangguan pada mekanisme pengaturan tekanan darah (Mansjoer,
2018).
Hipertensi Heart Disease (HHD) adalah istilah yang diterapkan untuk menyebutkan penyakit
jantung secara keseluruhan, mulai dari left ventricle hyperthrophy (LVH), aritmia jantung,
penyakit jantung koroner, dan penyakit jantung kronis, yang disebabkan karena peningkatan
tekanan darah, baik secara langsung maupun tidak langsung (Morton, 2012).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah adalah sebagai berikut:
“Bagaimana Cara Pemberian Asuhan Keperawatan Pada Tn. P Dengan Diagnosa Medis
Hipertensi Heart Disease (HHD) Pada Sistem Kardiovaskuler ?”.

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penulisan ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman langsung
tentang bagaimana menerapkan Asuhan Keperawatan Pada Tn. P Dengan Diagnosa Medis
Hipertensi Heart Disease (HHD) Pada Sistem Kardiovaskuler.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mahasiswa dapat melengkapi Asuhan Keperawatan Pada Tn. P Dengan
Diagnosa Medis Hipertensi Heart Disease (HHD) Pada Sistem Kardiovaskuler ?
1.3.2.2 Mahasiswa mampu melakukan Pengkajian Keperawatan Pada Tn. P Dengan Diagnosa
Medis Hipertensi Heart Disease (HHD) Pada Sistem Kardiovaskuler ?
1.3.2.3 Mahasiswa mampu merumuskan Diagnosa Keperawatan Pada Tn. P Dengan Diagnosa
Medis Hipertensi Heart Disease (HHD) Pada Sistem Kardiovaskuler ?
1.3.2.4 Mahasiswa mampu merencanakan Intervensi Keperawatan sesuai dengan masalah
keperawatan Pada Tn. P Dengan Diagnosa Medis Hipertensi Heart Disease (HHD) Pada
Sistem Kardiovaskuler ?
1.3.2.5 Mahasiswa mampu melakukan Implementasi Keperawatan Pada Tn. P Dengan Diagnosa
Medis Hipertensi Heart Disease (HHD) Pada Sistem Kardiovaskuler ?
1.3.2.6 Mahasiswa mampu membuat Evaluasi Keperawatan Pada Tn. P Dengan Diagnosa Medis
Hipertensi Heart Disease (HHD) Pada Sistem Kardiovaskuler ?
1.3.2.7 Mahasiswa mampu melakukan Dokumentasikan Keperawatan Pada Tn. P Dengan
Diagnosa Medis Hipertensi Heart Disease (HHD) Pada Sistem Kardiovaskuler ?

1.4 Manfaat
1.4.1 Untuk Mahasiswa
Untuk menambah ilmu dan pengetahuan bagi mahasiswa dalam mempelajari asuhan
keperawatan pada klien dengan Hipertensi Heart Disease (HHD). Serta sebagai acuan atau
referensi mahasiswa dalam penulisan asuhan keperawatan.
1.4.2 Untuk Klien dan Keluarga
Sebagai sarana untuk memperoleh pengetahuan tentang Hipertensi Heart Disease (HHD)
beserta penatalaksanaannya.
1.4.3 Untuk Institusi (Pendidikan dan Rumah Sakit)
Sebagai sumber bacaan di perpustakaan STIKes Eka Harap Palangka Raya dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan perawatan di masa yang akan datang serta sebagai tolak
ukur kemampuan mahasiswa dalam penguasaan terhadap ilmu keperawatan mulai dari
proses keperawatan sampai pendokumentasiaan.
1.4.4 Untuk IPTEK
Untuk membantu mengembangkan Ilmu Pengetahuan Teknologi di bidang kesehatan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit


2.1.1 Definisi
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya
diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg (Somantri, 2018).
Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95-104 mmHg,
hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila
tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan
diastolik karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik (Paula, 2019)
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi atau istilah kedokteran menjelaskan hipertensi
adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan pada mekanisme pengaturan tekanan darah
(Mansjoer, 2018).
Hipertensi Heart Disease (HHD) adalah istilah yang diterapkan untuk menyebutkan
penyakit jantung secara keseluruhan, mulai dari left ventricle hyperthrophy (LVH), aritmia
jantung, penyakit jantung koroner, dan penyakit jantung kronis, yang disebabkan karena
peningkatan tekanan darah, baik secara langsung maupun tidak langsung (Morton, 2012).

2.1.2 Anatomi Fisiologi


Jantung adalah organ otot yang berongga dan berukuran sebesar kepalan tangan. Fungsi
utama jantung adalah memompa darah ke pembuluh darah dengan kontraksi ritmik dan berulang.
Jantung normal terdiri dari empat ruang, 2 ruang jantung atas dinamakan atrium dan 2 ruang
jantung di bawahnya dinamakan ventrikel, yang berfungsi sebagai pompa. Dinding yang
memisahkan kedua atrium dan ventrikel menjadi bagian kanan dan kiri dinamakan septum.
Batas-batas jantung:
1) Kanan : vena cava superior (VCS), atrium kanan, vena cava inferior (VCI)
2) Kiri : ujung ventrikel kiri
3) Anterior : atrium kanan, ventrikel kanan, sebagian kecil ventrikel kiri
4) Posterior : atrium kiri, 4 vena pulmonalis
5) Inferior : ventrikel kanan yang terletak hampir horizontal sepanjang diafragma sampai
apeks jantung
6) Superior : apendiks atrium kiri
Darah dipompakan melalui semua ruang jantung dengan bantuan keempat katup yang
mencegah agar darah tidak kembali ke belakang dan menjaga agar darah tersebut mengalir ke
tempat yang dituju. Keempat katup ini adalah katup trikuspid yang terletak di antara atrium
kanan dan ventrikel kanan, katup pulmonal, terletak di antara ventrikel kanan dan arteri
pulmonal, katup mitral yang terletak di antara atrium kiri dan ventrikel kiri dan katup aorta,
terletak di antara ventrikel kiri dan aorta. Katup mitral memiliki 2 daun (leaflet), yaitu leaflet
anterior dan posterior. Katup lainnya memiliki tiga daun (leaflet) .
Jantung dipersarafi aferen dan eferen yang keduanya sistem saraf simpatis dan
parasimpatis. Saraf parasimpatis berasal dari saraf vagus melalui preksus jantung. Serabut post
ganglion pendek melewati nodus SA dan AV, serta hanya sedikit menyebar pada ventrikel. Saraf
simpatis berasal dari trunkus toraksik dan servikal atas, mensuplai kedua atrium dan ventrikel.
Walaupun jantung tidak mempunyai persarafan somatik, stimulasi aferen vagal dapat mencapai
tingkat kesadaran dan dipersepsi sebagai nyeri.
Suplai darah jantung berasal dari arteri koronaria. Arteri koroner kanan berasal dari sinus
aorta anterior, melewati diantara trunkus pulmonalis dan apendiks atrium kanan, turun ke
lekukan A-V kanan sampai mencapai lekukan interventrikuler posterior. Pada 85% pasien arteri
berlanjut sebagai arteri posterior desenden/ posterior decendens artery (PDA) disebut dominan
kanan. Arteri koroner kiri berasal dari sinus aorta posterior kiri dan terbagi menjadi arteri
anterior desenden kiri/ left anterior descenden (LAD) interventrikuler dan sirkumfleks. LAD
turun di anterior dan inferior ke apeks jantung.
Mayoritas darah vena terdrainase melalui sinus koronarius ke atrium kanan. Sinus
koronarius bermuara ke sinus venosus sistemik pada atrium kanan, secara morfologi
berhubungan dengna atrium kiri, berjalan dalam celah atrioventrikuler.
Jantung dapat dianggap sebagai 2 bagian pompa yang terpisah terkait fungsinya sebagai
pompa darah. Masing-masing terdiri dari satu atrium-ventrikel kiri dan kanan. Berdasarkan
sirkulasi dari kedua bagian pompa jantung tersebut, pompa kanan berfungsi untuk sirkulasi paru
sedangkan bagian pompa jantung yang kiri berperan dalam sirkulasi sistemik untuk seluruh
tubuh. Kedua jenis sirkulasi yang dilakukan oleh jantung ini adalah suatu proses yang
berkesinambungan dan berkaitan sangat erat untuk asupan oksigen manusia demi kelangsungan
hidupnya.
Ada 5 pembuluh darah mayor yang mengalirkan darah dari dan ke jantung. Vena cava
inferior dan vena cava superior mengumpulkan darah dari sirkulasi vena (disebut darah biru) dan
mengalirkan darah biru tersebut ke jantung sebelah kanan. Darah masuk ke atrium kanan, dan
melalui katup trikuspid menuju ventrikel kanan, kemudian ke paru-paru melalui katup pulmonal.
Darah yang biru tersebut melepaskan karbondioksida, mengalami oksigenasi di paru-paru,
selanjutnya darah ini menjadi berwarna merah. Darah merah ini kemudian menuju atrium kiri
melalui keempat vena pulmonalis. Dari atrium kiri, darah mengalir ke ventrikel kiri melalui
katup mitral dan selanjutnya dipompakan ke aorta.
Tekanan arteri yang dihasilkan dari kontraksi ventrikel kiri, dinamakan tekanan darah
sistolik. Setelah ventrikel kiri berkontraksi maksimal, ventrikel ini mulai mengalami relaksasi
dan darah dari atrium kiri akan mengalir ke ventrikel ini. Tekanan dalam arteri akan segera turun
saat ventrikel terisi darah. Tekanan ini selanjutnya dinamakan tekanan darah diastolik. Kedua
atrium berkontraksi secara bersamaan, begitu pula dengan kedua ventrikel.

2.1.3 Etiologi
Menurut Oman (2018), hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2
golongan besar yaitu :
1) Hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya,
data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan
terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
a) Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar
untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.
b) Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah :
1) Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat.
2) Jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan).
3) Ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih)
c) Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah:
1) Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr).
2) Kegemukan atau makan berlebihan.
3) Stress.
4) Merokok.
5) Minum alkohol.
6) Minum obat-obatan (ephedrine, prednison, epineprin)
2) Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain.
a) Ginjal : Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut, Tumor.
b) Vaskular : Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma,  Emboli kolestrol,
Vaskulitis.
c) Kelainan endokrin :  DM, Hipertiroidisme, Hipotiroidisme.
d) Saraf :  Stroke, Ensepalitis, SGB.
e) Obat – obatan : Kontrasepsi oral, Kortikosteroid.
Menurut Mansjoer (2018), penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah
terjadinya perubahan-perubahan pada :
1) Elastisitas dinding aorta menurun.
2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20
tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya.
4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karenakurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

2.1.4 Klasifikasi
Menurut Oman (2018), secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan sesuai dengan
rekomendasi dari “The Sixth Report of The Join National Committee, Prevention, Detection and
Treatment of High Blood Pressure “ sebagai berikut :
No Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
1 Optimal <120 <80
2 Normal 120-129 80-84
3 High Normal 130-139 85-89
4 Hipertensi
Grade 1 (ringan) 140-159 90-99
Grade 2 (sedang) 160-179 100-109
Grade 3 (berat) 180-209 100-119
Grade 4 (sangat berat) >210 >120

2.1.5 Patofisiologi
Penyulit utama pada penyakit jantung hipertensif adalah hipertrofi ventrikel kiri yang
terjadi sebagai akibat langsung dari peningkatan bertahap tahanan pembuluh darah perifer dan
beban akhir ventrikel kiri. Faktor yang menentukan hipertrofi ventrikel kiri adalah derajat dan
lamanya peningkatan diastole. Pengaruh beberapa faktor humoral seperti rangsangan simpato-
adrenal yang meningkat dan peningkatan aktivasi system renin-angiotensin-aldosteron (RAA)
belum diketahui, mungkin sebagai penunjang saja. Fungsi pompa ventrikel kiri selama hipertensi
berhubungan erat dengan penyebab hipertrofi dan terjadinya aterosklerosis primer.
Pada stadium permulaan hipertensi, hipertrofi yang terjadi adalah difus (konsentrik). Rasio
massa dan volume akhir diastolik ventrikel kiri meningkat tanpa perubahan yang berarti pada
fungsi pompa efektif ventrikel kiri. Pada stadium selanjutnya, karena penyakir berlanjut terus,
hipertrofi menjadi tak teratur, dan akhirnya eksentrik, akibat terbatasnya aliran darah koroner.
Khas pada jantung dengan hipertrofi eksentrik menggambarkan berkurangnya rasio antara massa
dan volume, oleh karena meningkatnya volume diastolik akhir. Hal ini diperlihatkan sebagai
penurunan secara menyeluruh fungsi pompa (penurunan fraksi ejeksi), peningkatan tegangan
dinding ventrikel pada saat sistol dan konsumsi oksigen otot jantung. Hal-hal yang memperburuk
fungsi mekanik ventrikel kiri berhubungan erat bila disertai dengan penyakit  jantung  koroner.
Walaupun tekanan perfusi koroner meningkat, tahanan pembuluh koroner juga meningkat.
Jadi cadangan aliran darah koroner berkurang. Perubahan-perubahan hemodinamik sirkulasi
koroner pada hipertensi berhubungan erat dengan derajat hipertrofi otot jantung. Ada 2 faktor
utama penyebab penurunan cadangan aliran darah koroner, yaitu :
1) Penebalan arteriol koroner, yaitu bagian dari hipertrofi umum otot polos pembuluh darah
resistensi arteriol (arteriolar resistance vessels) seluruh badan. Kemudian terjadi retensi
garam dan air yang mengakibatkan berkurangnya compliance pembuluh-pembuluh ini
dan mengakibatkan tahanan perifer;
2) Hipertrofi yang meningkat mengakibatkan kurangnya kepadatan kepiler per unit otot
jantung bila timbul hipertrofi eksentrik. Peningkatan jarak difusi antara kapiler dan serat
otot yang hipertrofik menjadi faktor utama pada stadium lanjut dari gambaran
hemodinamik ini.
Jadi, faktor koroner pada hipertensi berkembang menjadi akibat penyakit, meskipun
tampak sebagai penyebab patologis yang utama dari gangguan aktifitas mekanik ventrikel kiri
(Chang, 2019).
WOC HHD
Hipertensi

Hipertensi heart disease

Hipertrophy ventrikel kiri jantung (LVH)

B1 (Breathing) B2 (Bleeding) B3 (Brain) B4 (Bladder) B5 (Bowel) B6 (Bone)

Rekasi radang pada Volume sekuncup Suplai O2 dan nutrisi Penyebaran Kurang Suplai O2 dan nutrisi ke
bronkus dan alveolus Volume residu ke jaringan menurun nafsu makan
jaringan menurun
Kerusakan jaringan
Kerja miokard Anoreksia
Akumulasi sekret Risiko Penurunan Pemenuhan O2 nutrisi
meningkat Penurunan
Curah Jantung terganggu
kemampuan ginjal Penurunan
Gangguan ventilasi
Miokard iskemik berat badan Pembentukan ATP
Gangguan terganggu
Dispnea (sesak napas)
Nyeri dada Eliminasi Urine Defisit Nutrisi
Kelelahan
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Nyeri Akut
Aktivitas terganggu

Intoleransi Aktivitas
2.1.6 Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala)
Menurut Alsagaff (2018), manifestasi klinis pada hipertensi dibedakan menjadi dua,
yaitu :
1) Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan
darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti
hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
2) Gejala yang lazim sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala
terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.

2.1.7 Komplikasi
Meningkatnya tekanan darah seringkali merupakan satu-satunya gejala pada hipertensi
essensial. Kadang-kadang hipertensi essensial berjalan tanpa gejala dan baru timbul gejala
setelah komplikasi pada organ sasaran seperti pada ginjal, mata,otak, dan jantung. Gejala-
gejala seperti sakit kepala, mimisan, pusing, migrain sering ditemukan sebagai gejala klinis
hipertensi essensial.
Pada survei hipertensi di Indonesia tercatat gejala-gejala sebagai berikut : pusing,
mudah marah, telinga berdengung, mimisan (jarangan), sukar tidur, sesak nafas, rasa berat di
tengkuk, mudah lelah, dan mata berkunang-kunang.
Gejala akibat komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai adalah:
gangguan penglihatan, gangguan saraf, gagal jantung, gangguan fungsi ginjal, gangguan
serebral (otak), yang mengakibatkan kejang dan pendarahan pembuluh darah otak yang
mengakibatkan kelumpuhan, gangguan kesadaran hingga koma, sebelum bertambah parah
dan terjadi komplikasi serius seperti gagal ginjal, serangan jantung, stroke, lakukan
pencegahan dan pengendalian hipertensi dengan merubah gaya hidup dan pola makan.
Beberapa kasus hipertensi erat kaitannya dengan gaya hidup tidak sehat. seperti kurang olah
raga, stress, minum-minuman, beralkohol, merokok, dan kurang istirahat. Kebiasaan makan
juga perlu diwaspadai. Pembatasan asupan natrium (komponen utama garam), sangat
disarankan karena terbukti baik untuk kesehatan penderita hipertensi (Paula, 2019).
Menurut Alsagaff (2018), dalam perjalannya penyakit ini termasuk penyakit kronis
yang dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi antara lain:
1) Stroke.
2) Gagal jantung.
3) Gagal ginjal.
4) Gangguan pada mata.

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang


Menurut Somantri (2018), pemeriksaan penunjang untuk pasien Hipertensi Heart
Disease (HHD), yaitu :
1) Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh.
2) Pemeriksaan retina.
3) Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan
jantung.
4) EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri.
5) Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa.
6) Pemeriksaan; renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan fungsi.
7) Ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.
8) Foto dada dan CT scan.

2.1.9 Penatalaksanaan Medis


Pengobatan pasien dengan penyakit jantung hipertensi terbagi dalam dua kategori
pengobatan dan pencegahan tekanan darah yang tinggi dan pengobatan penyakit jantung
hipertensi. Tekanan darah ideal adalah kurang dari 140/90 mmHg pada pasien tanpa penyakit
diabetes dan penyakit ginjal kronik dan kurang dari 130/90 mmHg pada pasien dengan
penyakit diatas. Berbagai macam strategi pengobatan penyakit jantung hipertensi menurut
Oman (2018), yaitu :

1) Pengaturan Diet
Berbagai studi menunjukkan bahwa diet dan pola hidup sehat dan atau dengan obat-
obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan bisa memperbaiki keadaan LVH.
Beberapa diet yang dianjurkan, yaitu :
a) Rendah garam, beberapa studi menunjukan bahwa diet rendah garam dapat
menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi. Dengan pengurangan
komsumsi garam dapat mengurangi stimulasi sistem renin-angiotensin sehingga
sangat berpotensi sebagai anti hipertensi. Jumlah intake sodium yang dianjurkan
50-100 mmol atau setara dengan 3-6 gram garam per hari.
b) Diet tinggi potassium, dapat menurunkan tekanan darah tapi mekanismenya belum
jelas. Pemberian Potassium secara intravena dapat menyebabkan vasodilatasi,
yang dipercaya dimediasi oleh nitric oxide pada dinding vaskular.
c) Diet kaya buah dan sayur.
d) Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.
e) Tidak mengkomsumsi alkohol.
2) Olahraga Teratur
Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat untuk
menurunkan tekanan darah dan dapat memperbaiki keadaan jantung. Olaharaga
isotonik dapat juga bisa meningkatkan fungsi endotel, vasodilatasi perifer, dan
mengurangi katekolamin plasma. Olahraga teratur selama 30 menit sebanyak 3-4 kali
dalam satu minggu sangat dinjurkan untuk menurunkan tekanan darah.
3) Penurunan Berat Badan
Pada beberapa studi menunjukkan bahwa obesitas berhubungan dengan kejadian
hipertensi dan LVH. Jadi penurunan berat badan adalah hal yang sangat efektif untuk
menurunkan tekanan darah. Penurunan berat badan (1kg/minggu) sangat dianjurkan.
Penurunan berat badan dengan menggunakan obat-obatan perlu menjadi perhatian
khusus karena umumnya obat penurun berat badan yang terjual bebas mengandung
simpatomimetik, sehingga dapat meningkatan tekanan darah, memperburuk angina
atau gejala gagal jantung dan terjainya eksaserbasi aritmia. Menghindari obat-obatan
seperti NSAIDs, simpatomimetik, dan MAO yang dapat meningkatkan tekanan darah
atau menggunakannya dengan obat antihipertensi.
4) Farmakoterapi
Pengobatan hipertensi atau penyakit jantung hipertensi dapat menggunakan berbagai
kelompok obat antihipertensi seperti thiazide, beta-blocker dan kombinasi alpha dan
beta blocker, calcium channel blockers, ACE inhibitor, angiotensin receptor blocker
dan vasodilator seperti hydralazine. Hampir pada semua pasien memerlukan dua atau
lebih obat antihipertensi untuk mencapai tekanan darah yang diinginkan.

2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian Keperawatan
2.2.1.1 Identitas Klien
Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pekerjaan, pendidikan,
status perkawinan, alamat, tanggal MRS, dan diagnosa medis.
2.2.1.2 Keluhan Utama
Apa yang paling dirasakan saat ini ditanyakan meliputi paliatif, propokatif, kualitas,
region/radian, skala dan time (PQRST).
2.2.1.3 Riwayat Penyakit Sekarang
Dikaji tentang proses penjalaran penyakit sampai dengan timbulnya satu keluhan
faktor yang memperberat dan yang memperingan kualitas dari keluhan dan bagaimana
klien menggambarkan yang dirasakan.
2.2.1.4 Riwayat Penyakit Dahulu
Dikaji penyakit yang pernah dialami klien yang berhubungan dengan penyakit
sekarang atau penyakit lain seperti riwayat penyakit kandung kemih, gagal jantung,
penyakit sistemik (DM), dan hipertensi.
2.2.1.5 Riwayat Penyakit Keluarga
Dikaji kemungkinan pada keluarga ada riwayat penyakit gangguan perkemihan,
riwayat kesehatan yang menular atau keturunan.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


2.2.2.1 Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventrikular (Kode D.0008 Hal. 34)
2.2.2.2 Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral (Kode D.0077
Hal. 172)
2.2.2.3 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen (Kode D.0056 Hal. 128)

2.2.3 Intervensi Keperawatan


2.2.3.1 Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventrikular (Kode D.0008 Hal. 34)
Tujuan :
1) Risiko penurunan curah jantung teratasi
Kriteria Hasil :
1) Tanda vital dalam rentang normal (Tekanan darah, nadi, respirasi).
2) Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan.
3) Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites.
4) Tidak ada penurunan kesadaran.
5) AGD dalam batas normal.
6) Tidak ada distensi vena leher.
7) Warna kulit normal.
Intervensi :
1) Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas, lokasi, durasi).
2) Catat adanya distrimia jantung.
3) Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac putput.
4) Monitor status kardiovaskuler.
5) Monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung.
6) Monitor balance cairan.
7) Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan antiaritmia.
8) Atur periode latihan dan istirahat.
9) Monitor TD, nadi, suhu, dan RR.
10) Monitor VS saat pasien berbaring, duduk atau berdiri.
11) Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan.
12) Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama dan setelah aktivitas.
13) Monitor jumlah, bunyi dan irama jantung.
2.2.3.2 Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral (Kode
D.0077 Hal. 172)
Tujuan :
1) Nyeri akut teratasi
Kriteria Hasil :
1) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan).
2) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri.
3) Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri).
4) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.
5) Tanda vital dalam rentang normal.
6) Tidak mengalami gangguan tidur.
Intervensi :
1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.
2) Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.
3) Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan.
4) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan.
5) Kurangi faktor presipitasi nyeri.
6) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi.
7) Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dalam, relaksasi, distraksi,
kompres hangat/ dingin.
8) Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
9) Tingkatkan istirahat.
10) Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur.
11) Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali.
2.2.3.3 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen (Kode D.0056 Hal. 128)
Tujuan :
1) Intoleransi aktivitas teratasi
Kriteria Hasil :
1) Berpartisifasi dalam aktifitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi
dan RR.
2) Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADLs) secara mandiri.
3) Tanda-tanda vital dalam rentang normal.
4) Level kelemahan.
5) Sirkulasi status baik.
6) Status respirasi : pertukaran gas dan ventilasi adekuat.
Intervensi :
1) Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan.
2) Bantu klien untuk memilih posisi nyaman untuk istirahat atau tidur.
3) Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan.
4) Dorong klien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuan.
5) Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai
indikasi.

2.2.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawatuntuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus
kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Potter & Perry,
2011).
2.2.5 Evaluasi Keperawatan
Menurut Craven dan Hirnle (2011) evaluasi didefenisikan sebagai keputusan
dariefektifitas asuhan keperawatan antara dasar tujuan keperawatan klien yang telah
ditetapkandengan respon prilaku klien yang tampil.
Tujuan evaluasi antara lain :
1) Untuk menentukan perkembangan kesehatan klien. 
2) Untuk menilai efektifitas, efisiensi, dan produktifitas dari tindakan keperawatan yang
telah diberikan.
3) Untuk menilai pelaksanaan asuhan keperawatan.
4) Mendapatkan umpan balik
5) Sebagai tanggung jawab dan tanggunggugat dalam pelaksanaan pelayanan
keperawatan.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada hari Senin, 12 November 2020 pukul 12.00
WIB didapatkan data sebagai berikut :
3.1.1 Identitas Pasien

Nama : Tn. P
Umur : 60 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMP
Status Perkawinan : Kawin
Alamat : Jl. Badak XI No. 18
Tgl MRS : 31 Oktober 2020/pukul 15.00 WIB
Diagnosa Medis : Hipertensi Heart Disease (HHD)

3.1.2 Riwayat Kesehatan/Perawatan


3.1.2.1 Keluhan Utama
Pasien mengatakan mengeluh “nyeri pada kepala bagian belakang”.
3.1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Pada hari Selasa, 3 November 2020 pasien mengatakan mengeluh nyeri pada kepala
bagian belakang. Pasien merasa khawatir dengan keadaannya. Maka pada hari Jumat,
6 November 2020, pasien datang ke ruang Sistem Kardiovaskuler dengan diantar
oleh keluarganya pada pukul 15.00 WIB mengeluh nyeri pada kepala bagian belakang
dengan nyeri hilang timbul. Dengan TTV, TD : 170/90 mmHg, N : 90x/menit, RR :
20x/menit dan S : 36,7℃. Terapi yang diberikan yaitu O² 3 L/menit, infus D5 % 20
tetes/menit, injeksi ketorolac 3 x 10 mg, injeksi omeprazole 1 x 1 mg, obat oral :
amlodipine 1 x 10 mg, bisoprolol 1 x 5 mg, dan simvastatin 1 x 1 mg. Pasien pun
disarankan oleh dokter untuk dirawat inap diruang Sistem Kardiovaskuler.
3.1.2.3 Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit sebelumnya.
3.1.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan dalam keluarganya tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan
seperti diabetes mellitus serta jantung.

Genogram Keluarga





Keterangan  : Pria, : Wanita, : meninggal,  : Klien, : Garis keturunan, - - - - - :


Tinggal serumah

3.1.3 Pemeriksaan Fisik


3.1.3.1 Keadaan Umum
GCS : 4, Pasien tampak lemah, kesadaran compos mentis, pasien dapat melakukan
pergerakan pada kaki dan tangan dengan skala 4, pasien tampak mual-mual, skala
ADL didapatkan hasil : 2 (dibantu oleh keluarga), pasien berbaring dengan posisi
terlentang ditempat tidur, terpasang infus D5 0,9 % 20 tpm ditangan sebelah kiri,
pasien tampak tidak mengenakan baju dan hanya menggunakan selimut.
3.1.3.2 Status Mental
Tingkat kesadaran pasien adalah compos mentis, ekspresi wajah pasien tampak
kesakitan, bentuk badan klien yaitu sedang (mesomorph), pasien berbaring dengan
posisi terlentang, pasien sangat jelas berkomunikasi atau mudah dimengerti. Fungsi
kognitif pasien terhadap orientasi waktu, orang dan tempat yaitu pasien baik, pasien
dapat mengetahui saat pengkajian pada siang hari serta mengenali keluarga dan
perawat yang bertugas dan pasien mengetahui bahwa ia sedang dirawat di rumah
sakit. Insight pasien juga baik dan untuk mekanisme pertahanan diri pasien adaptif.
3.1.3.3 Tanda-tanda Vital
Pada tanda-tanda vital didapatkanhasil : TD : 170/90 mmHg, N : 90x/menit, RR :
20x/menit dan S : 36,7℃.
3.1.3.4 Pernapasan (Breathing)
Pada sistem pernapasan didapatkan : bentuk dada barrel chest, pola nafas tidak teratur,
suara napas mengi, sesak nafas, nyeri dada, batuk disertai sekret, retraksi otot bantu
napas : ada dan alat bantu pernapasan O2 masker 6 lpm.
Masalah Keperawatan : Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
3.1.3.5 Cardiovasculer (Bleeding)
Pada sistem kardiovaskular atau bleeding, didapatkan masalah. Klien tampak sakit
kepala. Untuk CRT atau capillary refill time pada klien didapatkan hasilnya kurang
dari 2 detik. Ictus cordis pasien tidak terlihat, suara jantung pasien pun terdengar
normal (S1 dan S2 tunggal) dengan bunyi lub-dub. Nadi teraba kuat dan teratur, akral
hangat.
Masalah Keperawatan : Risiko Penurunan Curah Jantung
3.1.3.6 Persyarafan (Brain)
Pada sistem persarafan atau brain, nilai GCS klien untuk E adalah : 4 dengan hasil
klien dapat membuka mata secara spontan untuk V adalah 5 dengan hasil orientasi
baik; M klien bernilai 6 dengan hasil dapat mengikuti perintah dan dengan data
tersebut didapatkan total nilai GSC adalah 15 (compos mentis). Pupil klien isokor
dengan refleks cahaya untuk kanan dan kiri adalah positif.
Masalah Keperawatan Lain : Pasien mengeluh nyeri pada kepala bagian belakang
dengan nyeri hilang timbul, P : Timbul nyeri pada saat menggerakkan kepala, Q :
Terasa nyeri hilang timbul, R : Nyeri dibagian kepala bagian belakang, S : 4 (Nyeri
Sedang ) T : Nyeri terasa sekitar 1 menit
Masalah Keperawatan : Nyeri Akut
3.1.3.7 Eliminasi Urine (Bladder)
Produksi urine 1.200 ml, urine berwarna kuning, bau khas urine amoniak, tidak ada
masalah/ lancar. Tidak ada keluhan lainnya dipemeriksaan eliminasi urine.
Masalah Keperawatan : Tidak ada
3.1.3.8 Eliminasi Alvi (Bowel)
Pada sistem eliminasi alvi, pengkajian yang didapatkan yaitu: bibir pasien tampak
lembab dan tidak ada lesi, gigi pasien tampak lengkap dan putih bersih, pada gusi
tidak didapatkan adanya peradangan dan perdarahan, lidah merah muda, tidak ada
perdarahan di mukosa, pada tonsil tidak terjadi peradangan, rektum tidak ada kelainan
dan pasien juga tidak menderita haemoroid. Saat pengkajian pasien mengatakan sudah
ada BAB 1 kali dengan konsistensi lunak, warna kuning dan bau khas, serta saat BAB
pun tidak ada keluhan.
Masalah Keperawatan : Tidak ada
3.1.3.9 Tulang-Otot-Integumen (Bone)
Sistem tulang-otot-integumen atau bone, klien mampu untuk menggerakkan sendinya
secara bebas, tidak terdapat parises, paralise, krepitasi, nyeri, bengkak, kekakuan,
flasiditas, spastisitas, dan hemiparese di ektstermitas atas dan bawah, serta ukuran otot
pasien simetris. Untuk uji kekuatan otot didapatkan hasil, pada ekstremitas atas 44 44
dan ekstremitas bawah 44 44.
Pasien memiliki tulang belakang yang normal. Tidak ada keluhan lainnya di sistem
tulang-otot-integumen.
Masalah Keperawatan : Intoleransi Aktivitas
3.1.3.10 Kulit-kulit Rambut
Pasien tidak memiliki riwayat alergi baik pada obat, makanan, dan kosmetik. Suhu
kulit pasien hangat, warna kulitnya normal, turgor kulit berkeringat. Pada kulit klien
tidak terdapat jaringan parut, macula, pustula, nodula, vesikula, papula dan ulkus.
Tekstur rambutnya lurus dan pendek, berwarna hitam dan terdistribusi secara merata
dan bentuk kuku pasien juga simetris. Tidak ada keluhan lainnya di sistem kulit
rambut.
Masalah Keperawatan : Tidak ada
3.1.3.11 Sistem Penginderaan
Sistem penginderaan meliputi mata, telinga dan hidung, hasil pemeriksaannya adalah
fungsi penglihatan klien normal, bola mata bergerak normal, visus mata kanan dan
kiri tidak dikaji, sklera berwarna putih atau normal dan kornea tampak bening.
Telinga pasien tidak mengalami gangguan. Bentuk hidung pasien pun tampak
simetris, tidak terdapat adanya lesi, patensi, obstruksi, nyeri tekan pada sinus. Septum
nasal juga tidak mengalami deviasi, dan tidak terdapat polip pada hidung. Pada sistem
penginderaan, tidak ada keluhan lainnya.
Masalah Keperawatan : Tidak ada
3.1.3.12 Leher dan Kelenjar Limfe
Pada pemeriksaan daerah leher dan kelenjar limfe, tidak ditemukan adanya massa,
tidak ada jaringan parut, kelenjar limfe dan tiroid tidak teraba, dan mobilitas leher
pasien bergerak secara bebas.
Masalah Keperawatan : Tidak ada
3.1.3.13 Sistem Reproduksi
Pada pemeriksaan reproduksi tidak kaji.
3.1.4 Pola Fungsi Kesehatan
3.1.4.1 Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit
Keluarga dan pasien ingin lekas sembuh
Masalah Keperawatan : Tidak ada
3.1.4.2 Nutrisida Metabolisme
Pada pemeriksaan nutrisida metabolisme didapatkan hasil TB pasien 160 cm, BB
sekarang 60 kg, BB sebelum sakit 60 kg. Pemeriksaan selanjutnya didapatkan hasil
pola makan sehari-hari pasien sebelum sakit 3 kali/hari dan saat sakit 3 kali/hari
karena pasien berada di rumah sakit. Porsi yang bisa dihabiskan pasien saat sebelum
sakit adalah 1 porsi, saat sakit 1 porsi makanan (tidak habis). Jenis makanan yang
dikonsumsi pasien sebelum sakit adalah nasi, ikan dan sayur, sedangkan saat sakit
adalah nasi, lauk pauk sayur dan buah. Jenis minuman yang biasa diminum oleh
pasien sebelum sakit dan saat sakit yaitu air putih. Pasien dapat menghabiskan jumlah
minuman sebelum sakit adalah ± 1500-2000 cc/hari, sedangkan saat sakit adalah ±
1200 cc/hari.
Masalah Keperawatan : Tidak ada
3.1.4.3 Pola istirahat dan tidur
Lama tidur 4-5 jam/hari
Masalah Keperawatan : Tidak ada
3.1.4.4 Kognitif
Pasien mengetahui bahwa ia sedang dirawat di rumah sakit karena penyakit yang ia
derita
Masalah Keperawatan : Tidak ada
3.1.4.5 Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri, peran)
Gambaran diri : pasien dapat menerima kejadian yang dialaminya
sekarang
Ideal diri : pasien ingin cepat pulang dan sembuh
Identitas diri : pasien adalah seorang laki-laki
Harga diri : pasien sangat diperhatikan keluarganya
Peran : pasien adalah seorang ayah
Masalah Keperawatan : Tidak ada
3.1.4.6 Aktivitas Sehari-hari
Sebelum sakit : bekerja sebagai kuli bangunan
Saat sakit : pasien hanya melakukan aktivitas di tempat tidur
seperti makan dan minum
Masalah Keperawatan : Tidak ada
3.1.4.7 Koping-Toleransi terhadap Stress
Jika ada masalah pasien selalu berbicara kepada istri, anak dan keluarga.
Masalah Keperawatan : Tidak ada
3.1.4.8 Nilai Pola Keyakinan
Selama dirawat diruangan tidak ada tindakan keperawatan yang bertentangan dengan
pola keyakinan yang dianut klien.
Masalah Keperawatan : Tidak ada

3.1.5 Sosial-Spritual
3.1.5.1 Kemampuan berkomunikasi
Pasien sangat jelas dalam berkomunikasi atau mudah dimengerti
3.1.5.2 Bahasa sehari-hari
Pasien berkomunikasi sehari-hari menggunakan bahasa Bugis dan bahasa Indonesia
3.1.5.3 Hubungan dengan keluarga
Baik, istri dan anak beserta keluarga yang selalu mendampingi dan menjaga pasien
selama di rumah sakit.
3.1.5.4 Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain
Baik, pasien kooperatif dengan segala tindakan yang diberikan petugas kesehatan.
3.1.5.5 Orang berarti/terdekat
Istri dan anak
3.1.5.6 Kebiasaan menggunakan waktu luang
Pasien menggunakan waktu luang untuk beristirahat ditempat tidur
3.1.5.7 Kegiatan beribadah
Sebelum sakit : beribadah di Masjid
Saat sakit : berdoa ditempat tidur

3.1.6 Data Penunjang (Radiologis, Laboratorium, Penunjang Lainnya)


Tanda-tanda radiologis HHD pada thorax (PA) antara lain :
1) Keadaan awal batas kiri bawah jantung menjadi bulat karena hipertropi konsentrik
ventrikel kiri.
2) Pada keadaan lanjut, apeks jantung membesar ke kiri dan ke bawah.
3) Aortic knob membesar dan menonjol disertai klasifikasi.
4) Aorta askenden dan deskenden melebar dan berkelok, ini disebut pemanjangan
elongatio aorta.
5) Pada thorax gagal jantung, terlihat perubahan corakan vaskuler paru.
6) Distensi vena di lobus superior, bentuknya menyerupai huruf Y, dengan cabang lurus
mendatar ke lateral.
7) Batas hilus pulmo terlihat kabur.
8) Menunjukkan adanya edema pulmonum keadaan awal.
9) Terdapat tanda-tanda edema pulmonum, meliputi edema paru interstisial.
3.1.6.2 Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 12 November 2020

No Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal


1 Hb 10,7 g/dL 13,5-18
2 Hct 33 % 40-54
3 AE 4,3 10³/µL 4,6-6,2
4 AL 100 10³/µL 4,5-11
5 AT 268 10³/µL 150-450
6 Na 120 mmol/L 136-146
7 K 4,7 mmol/L 3,7-5,4
8 Cl 98 mmol/L 98-106
9 SGOT 12 LI/L 0,0-35
10 SGPT 14 LI/L 0,0-45
11 Ureum 134 mg/dL <50
12 Kreatinin 12,1 mg/dL 0,7-1,3
13 GDS 279 mg/dL 60-140
14 HbsAg Non reactive
15 GDP 140 mg/dL 70-110
16 GD2JPP 210 mg/dL 80-140
17 HbAlC 10,2 % 4,8-5,9
18 Cholesterol Total 307 mg/dL 50-200
19 Cholesterol LDL 237 mg/dL 83-210
20 Cholesterol HDL 70 mg/dL 30-74
21 Trigliserida 122 mg/dL <150
3.1.7 Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis yang didapatkan pasien selama berada di RS yaitu :

No Nama Obat Dosis/Rute Indikasi Kontraindikasi


1 O² 3 L/menit 1-2 L/menit Diberikan pada pasien yang Pada pasien fraktur dasar tengkorak
(nasal) membutuhkan terapi oksigen kepala, trauma maksilofasial,
jangka pendek dengan konsentrasi obstruksi nasal dll.
rendah sampai sedang.
2 Infus D5 0,9 % 20 tpm Untuk mengganti cairan tubuh. Hipersensitif.
(IV)
3 Injeksi ketorolac 3 x 10 mg Untuk penatalaksanaan jangka Hipersensitivitas terhadap
(IV) pendek terhadap nyeri akut, sedang ketorolac, pasien dengan riwayat
sampai berat setelah prosedur asma, dan gangguan ginjal sedang
bedah. hingga berat.
4 Injeksi Omeprazole 1 x 1 mg Untuk mengurangi kadar asam Alergi (hipersensitif) terhadap
(IV) lambung dan pengobatan jangka omeprazole.
panjang tukak usus dua belas jari
dan yang tidak responsif terhadap
obat-obat antagonis reseptor H2,
tukak lambung, refluks esofagitis
yang erosif, dan sindrom Zoilinger-
Ellison.
5 Amlodipine 1 x 10 mg Untuk pengobatan hipertensi dan Pada pasien sensitif terhadap
(IV) dapat digunakan sebagai obat dihydropyridine.
tunggal untuk mengontrol tekanan
darah pada kebanyakan pasien.
6 Bisoprolol 1 x 5 mg Untuk hipertensi, gagal jantung, Pada pasien syok kardiogenik dan
(IV) dan atrial fibrilasi dengan kisaran asma berat.
dosis yang berbeda-beda untuk
masing-masing indikasi.
7 Simvastatin 1 x 1 mg Untuk memberikan respons Pada pasien verapamil, diltiazem,
(IV) terhadap diet dan tindakan-tindakan dan dronedarone.
lain yang sesuai, untuk mengurangi
insiden kejadian koroner klinis dan
memperlambat progresi
aterosklerosis koroner pada pasien
penderita penyakit jantung koroner
dan kadar kolestrol 5,5 mmol/l atau
lebih.

Palangka Raya, 12 November 2020


Mahasiswa

Melatia Paska
2018.C.10a.0977
3.1.8 Analisa Data

Data Subyektif dan Kemungkinan Penyebab Masalah


Data Obyektif
DS : Peningkatan afterload, Risiko penurunan
- Pasien mengeluh nyeri vasokonstriksi, iskemia curah jantung
pada kepala bagian miokard, hipertropi
belakang dengan nyeri ventrikular
hilang timbul
DO :
- GCS : 4
- Dispnea
- Adanya tanda-tanda
iskemia yang dapat
dilihat dari hasil
pemeriksaan EKG
Pemeriksaan TTV :
- TD : 170/90 mmHg
- N : 90x/menit
- RR : 20x/menit
- S : 36,7°C

DS : Peningkatan tekanan vaskuler Nyeri akut


- Pasien mengeluh serebral
nyeri
pada kepala bagian
belakang dengan
nyeri
hilang timbul P :
Timbul nyeri pada
saat menggerakkan
kepala, Q : Terasa
nyeri hilang timbul,
R : Nyeri dibagian
kepala bagian
belakang, T : Nyeri
terasa sekitar 1 menit
DO :
- Pasien tampak
kesakitan
- S : 8 (Nyeri Berat )
- Gelisah
- TD : 170/90 mmHg
- N : 90x/menit
- RR : 20x/menit
- S : 36,7°C
DS : Kelemahan umum Intoleransi aktivitas
- Adanya ungkapan ketidakseimbangan antara
verbal tentang suplai dan kebutuhan oksigen
kelemahan
DO :
- Respon tensi terhadap
aktivitas abnormal
- Dispnea
- Skala 4 pada
ekstremitas atas dan
bawah
- ADL didapatkan hasil :
2 (dibantu oleh
keluarga)

3.1.9 Prioritas Masalah


3.1.9.1 Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventrikular
3.1.9.2 Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
3.1.9.3 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen
3.1.10 Intervensi Keperawatan
Nama : Tn. P
Ruang Rawat : Sistem Kardiovaskuler

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi Rasional


Risiko penurunan curah Setelah dilakukan tindakan 1. Evaluasi adanya nyeri 1. Perbandingan dari tekanan
jantung berhubungan keperawatan selama 3x7 jam dada (intensitas, lokasi, memberikan gambaran
dengan peningkatan masalah risiko penurunan durasi). yang lebih lengkap
afterload, vasokonstriksi, curah jantung teratasi 2. Catat adanya distrimia tentang
iskemia miokard, Kriteria Hasil : jantung. keterlibatan/bidang
hipertropi ventrikular 1. Rasa nyeri yang di 3. Catat adanya tanda dan masalah vaskuler.
(Kode D.0008 Hal. 34) rasakan dapat berkurang. gejala penurunan cardiac 2. Denyutan karotis,
2. Tanda vital dalam output. jugularis, radialis dan
rentang normal (tekanan 4. Monitor status femoralis mungkin
darah, nadi, respirasi). kardiovaskuler. teramati/palpasi. Denyut
3. Tidak ada edema paru, 5. Berikan oksigen untuk pada tungkai mungkin
perifer, dan tidak ada mempertahankan menurun, mencerminkan
asites. saturasi oksigen >94% efek dari vasokontriksi.
4. Tidak ada penurunan 6. Kolaborasi pemberian 3. S4 umum terdengar pada
Kesadaran. antiaritmia, Bisoprolol 1 pasien hipertensi berat
5. Warna kulit normal. x 5 mg(IV) karena adanya hipertropi
atrium, perkembangan S3
menunjukan hipertropi
ventrikel dan kerusakan
fungsi, adanya krakels,
dapat mengindikasikan
kongesti paru sekunder
terhadap terjadinya atau
gagal ginjal jantung
kronik.
4. Adanya pucat, dingin,
kulit lembab dan masa
pengisian kapiler lambat
mencerminkan
dekompensasi/penurunan
curah jantung.
5. Dapat mengindikasikan
gagal jantung, kerusakan
ginjal atau vaskuler.
6. Menurunkan tekanan
darah.
Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan pengkajian 1. Meminimalkan stimulasi
dengan peningkatan keperawatan selama 1x7 jam nyeri secara meningkatkan relaksasi.
tekanan vaskuler serebral masalah nyeri akut teratasi komprehensif termasuk 2. Tindakan yang
(Kode D.0077 Hal. 172) lokasi, karakteristik, menurunkan tekanan
Kriteria Hasil : durasi, frekuensi, vaskuler serebral dengan
1. Mampu mengontrol nyeri kualitas dan faktor menghambat/memblok
(tahu penyebab nyeri, presipitasi. respon simpatik, efektif
mampu menggunakan 2. Bantu pasien dan dalam menghilangkan
teknik nonfarmakologi keluarga untuk mencari sakit kepala dan
untuk mengurangi nyeri, dan menemukan komplikasinya.
mencari bantuan). dukungan. 3. Aktivitasnya yang
2. Melaporkan bahwa nyeri 3. Kontrol lingkungan yang meningkatkan
berkurang dengan dapat mempengaruhi vasokontriksi
menggunakan manajemen nyeri seperti suhu menyebabkan sakit kepala
nyeri. ruangan, pencahayaan pada adanya peningkatan
3. Mampu mengenali nyeri dan tekanan vaskuler serebral.
(skala, intensitas, kebisingan. 4. Meminimalkan
frekuensi dan tanda 4. Ajarkan tentang teknik penggunaan oksigen dan
nyeri). non farmakologi: napas aktivitas yang berlebihan
4. Menyatakan rasa nyaman dalam, relaksasi, yang memperberat kondisi
setelah nyeri berkurang. distraksi, klien.
5. Tanda vital dalam rentang kompres hangat atau 5. Menurunkan kerja
normal. dingin. miokard sehubungan
6. Tidak mengalami 5. Farmokologi, kaloborasi dengan kerja pencernaan.
gangguan tidur. pemberian analgetik,
Injeksi ketorolac 3 x 10
mg
(IV)
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan 1. Bantu klien untuk 1. Parameter menunjukan
berhubungan dengan keperawatan 1x7 jam mengidentifikasi aktivitas respon fisiologis pasien
kelemahan umum masalah intoleransi aktivitas yang mampu dilakukan. terhadap stres, aktivitasn
ketidakseimbangan antara teratasi 2. Bantu klien untuk dan indikator derajat
suplai dan kebutuhan memilih posisi nyaman pengaruh kelebihan kerja
oksigen (Kode D.0056 Kriteria Hasil : untuk istirahat atau tidur. jantung.
Hal. 128) 1. Berpartisifasi dalam 3. Bantu aktivitas perawatan 2. Stabilitas fisiologis pada
aktifitas fisik tanpa diri yang diperlukan. istirahat penting untuk
disertai peningkatan 4. Dorong klien untuk memajukan tingkat
tekanan darah, nadi dan melakukan aktivitas aktivitas individual.
RR. sesuai kemampuan. 3. Kemajuan aktivitas
2. Mampu melakukan 5. Berikan lingkungan bertahap mencegah
aktivitas sehari-hari tenang dan batasi peningkatan tiba-tiba pada
(ADLs) secara mandiri. pengunjung selama fase kerja jantung.
3. Tanda-tanda vital dalam akut sesuai indikasi. 4. Teknik penghematan
rentang normal. energi menurunkan
4. Level kelemahan. penggunaan energi dan
5. Sirkulasi status baik. sehingga membantu
6. Status respirasi : keseimbangan suplai dan
pertukaran gas dan kebutuhan oksigen.
ventilasi adekuat. 5. Seperti jadwal
meningkatkan toleransi
terhadap kemajuan
aktivitas dan mencegah
kelemahan.

Anda mungkin juga menyukai