PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya
diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg (Somantri, 2018).
Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95-104 mmHg,
hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila
tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan
diastolik karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik (Paula, 2019)
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi atau istilah kedokteran menjelaskan hipertensi adalah
suatu keadaan dimana terjadi gangguan pada mekanisme pengaturan tekanan darah (Mansjoer,
2018).
Hipertensi Heart Disease (HHD) adalah istilah yang diterapkan untuk menyebutkan penyakit
jantung secara keseluruhan, mulai dari left ventricle hyperthrophy (LVH), aritmia jantung,
penyakit jantung koroner, dan penyakit jantung kronis, yang disebabkan karena peningkatan
tekanan darah, baik secara langsung maupun tidak langsung (Morton, 2012).
1.4 Manfaat
1.4.1 Untuk Mahasiswa
Untuk menambah ilmu dan pengetahuan bagi mahasiswa dalam mempelajari asuhan
keperawatan pada klien dengan Hipertensi Heart Disease (HHD). Serta sebagai acuan atau
referensi mahasiswa dalam penulisan asuhan keperawatan.
1.4.2 Untuk Klien dan Keluarga
Sebagai sarana untuk memperoleh pengetahuan tentang Hipertensi Heart Disease (HHD)
beserta penatalaksanaannya.
1.4.3 Untuk Institusi (Pendidikan dan Rumah Sakit)
Sebagai sumber bacaan di perpustakaan STIKes Eka Harap Palangka Raya dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan perawatan di masa yang akan datang serta sebagai tolak
ukur kemampuan mahasiswa dalam penguasaan terhadap ilmu keperawatan mulai dari
proses keperawatan sampai pendokumentasiaan.
1.4.4 Untuk IPTEK
Untuk membantu mengembangkan Ilmu Pengetahuan Teknologi di bidang kesehatan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.3 Etiologi
Menurut Oman (2018), hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2
golongan besar yaitu :
1) Hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya,
data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan
terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
a) Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar
untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.
b) Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah :
1) Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat.
2) Jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan).
3) Ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih)
c) Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah:
1) Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr).
2) Kegemukan atau makan berlebihan.
3) Stress.
4) Merokok.
5) Minum alkohol.
6) Minum obat-obatan (ephedrine, prednison, epineprin)
2) Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain.
a) Ginjal : Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut, Tumor.
b) Vaskular : Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma, Emboli kolestrol,
Vaskulitis.
c) Kelainan endokrin : DM, Hipertiroidisme, Hipotiroidisme.
d) Saraf : Stroke, Ensepalitis, SGB.
e) Obat – obatan : Kontrasepsi oral, Kortikosteroid.
Menurut Mansjoer (2018), penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah
terjadinya perubahan-perubahan pada :
1) Elastisitas dinding aorta menurun.
2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20
tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya.
4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karenakurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
2.1.4 Klasifikasi
Menurut Oman (2018), secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan sesuai dengan
rekomendasi dari “The Sixth Report of The Join National Committee, Prevention, Detection and
Treatment of High Blood Pressure “ sebagai berikut :
No Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
1 Optimal <120 <80
2 Normal 120-129 80-84
3 High Normal 130-139 85-89
4 Hipertensi
Grade 1 (ringan) 140-159 90-99
Grade 2 (sedang) 160-179 100-109
Grade 3 (berat) 180-209 100-119
Grade 4 (sangat berat) >210 >120
2.1.5 Patofisiologi
Penyulit utama pada penyakit jantung hipertensif adalah hipertrofi ventrikel kiri yang
terjadi sebagai akibat langsung dari peningkatan bertahap tahanan pembuluh darah perifer dan
beban akhir ventrikel kiri. Faktor yang menentukan hipertrofi ventrikel kiri adalah derajat dan
lamanya peningkatan diastole. Pengaruh beberapa faktor humoral seperti rangsangan simpato-
adrenal yang meningkat dan peningkatan aktivasi system renin-angiotensin-aldosteron (RAA)
belum diketahui, mungkin sebagai penunjang saja. Fungsi pompa ventrikel kiri selama hipertensi
berhubungan erat dengan penyebab hipertrofi dan terjadinya aterosklerosis primer.
Pada stadium permulaan hipertensi, hipertrofi yang terjadi adalah difus (konsentrik). Rasio
massa dan volume akhir diastolik ventrikel kiri meningkat tanpa perubahan yang berarti pada
fungsi pompa efektif ventrikel kiri. Pada stadium selanjutnya, karena penyakir berlanjut terus,
hipertrofi menjadi tak teratur, dan akhirnya eksentrik, akibat terbatasnya aliran darah koroner.
Khas pada jantung dengan hipertrofi eksentrik menggambarkan berkurangnya rasio antara massa
dan volume, oleh karena meningkatnya volume diastolik akhir. Hal ini diperlihatkan sebagai
penurunan secara menyeluruh fungsi pompa (penurunan fraksi ejeksi), peningkatan tegangan
dinding ventrikel pada saat sistol dan konsumsi oksigen otot jantung. Hal-hal yang memperburuk
fungsi mekanik ventrikel kiri berhubungan erat bila disertai dengan penyakit jantung koroner.
Walaupun tekanan perfusi koroner meningkat, tahanan pembuluh koroner juga meningkat.
Jadi cadangan aliran darah koroner berkurang. Perubahan-perubahan hemodinamik sirkulasi
koroner pada hipertensi berhubungan erat dengan derajat hipertrofi otot jantung. Ada 2 faktor
utama penyebab penurunan cadangan aliran darah koroner, yaitu :
1) Penebalan arteriol koroner, yaitu bagian dari hipertrofi umum otot polos pembuluh darah
resistensi arteriol (arteriolar resistance vessels) seluruh badan. Kemudian terjadi retensi
garam dan air yang mengakibatkan berkurangnya compliance pembuluh-pembuluh ini
dan mengakibatkan tahanan perifer;
2) Hipertrofi yang meningkat mengakibatkan kurangnya kepadatan kepiler per unit otot
jantung bila timbul hipertrofi eksentrik. Peningkatan jarak difusi antara kapiler dan serat
otot yang hipertrofik menjadi faktor utama pada stadium lanjut dari gambaran
hemodinamik ini.
Jadi, faktor koroner pada hipertensi berkembang menjadi akibat penyakit, meskipun
tampak sebagai penyebab patologis yang utama dari gangguan aktifitas mekanik ventrikel kiri
(Chang, 2019).
WOC HHD
Hipertensi
Rekasi radang pada Volume sekuncup Suplai O2 dan nutrisi Penyebaran Kurang Suplai O2 dan nutrisi ke
bronkus dan alveolus Volume residu ke jaringan menurun nafsu makan
jaringan menurun
Kerusakan jaringan
Kerja miokard Anoreksia
Akumulasi sekret Risiko Penurunan Pemenuhan O2 nutrisi
meningkat Penurunan
Curah Jantung terganggu
kemampuan ginjal Penurunan
Gangguan ventilasi
Miokard iskemik berat badan Pembentukan ATP
Gangguan terganggu
Dispnea (sesak napas)
Nyeri dada Eliminasi Urine Defisit Nutrisi
Kelelahan
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Nyeri Akut
Aktivitas terganggu
Intoleransi Aktivitas
2.1.6 Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala)
Menurut Alsagaff (2018), manifestasi klinis pada hipertensi dibedakan menjadi dua,
yaitu :
1) Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan
darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti
hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
2) Gejala yang lazim sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala
terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
2.1.7 Komplikasi
Meningkatnya tekanan darah seringkali merupakan satu-satunya gejala pada hipertensi
essensial. Kadang-kadang hipertensi essensial berjalan tanpa gejala dan baru timbul gejala
setelah komplikasi pada organ sasaran seperti pada ginjal, mata,otak, dan jantung. Gejala-
gejala seperti sakit kepala, mimisan, pusing, migrain sering ditemukan sebagai gejala klinis
hipertensi essensial.
Pada survei hipertensi di Indonesia tercatat gejala-gejala sebagai berikut : pusing,
mudah marah, telinga berdengung, mimisan (jarangan), sukar tidur, sesak nafas, rasa berat di
tengkuk, mudah lelah, dan mata berkunang-kunang.
Gejala akibat komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai adalah:
gangguan penglihatan, gangguan saraf, gagal jantung, gangguan fungsi ginjal, gangguan
serebral (otak), yang mengakibatkan kejang dan pendarahan pembuluh darah otak yang
mengakibatkan kelumpuhan, gangguan kesadaran hingga koma, sebelum bertambah parah
dan terjadi komplikasi serius seperti gagal ginjal, serangan jantung, stroke, lakukan
pencegahan dan pengendalian hipertensi dengan merubah gaya hidup dan pola makan.
Beberapa kasus hipertensi erat kaitannya dengan gaya hidup tidak sehat. seperti kurang olah
raga, stress, minum-minuman, beralkohol, merokok, dan kurang istirahat. Kebiasaan makan
juga perlu diwaspadai. Pembatasan asupan natrium (komponen utama garam), sangat
disarankan karena terbukti baik untuk kesehatan penderita hipertensi (Paula, 2019).
Menurut Alsagaff (2018), dalam perjalannya penyakit ini termasuk penyakit kronis
yang dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi antara lain:
1) Stroke.
2) Gagal jantung.
3) Gagal ginjal.
4) Gangguan pada mata.
1) Pengaturan Diet
Berbagai studi menunjukkan bahwa diet dan pola hidup sehat dan atau dengan obat-
obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan bisa memperbaiki keadaan LVH.
Beberapa diet yang dianjurkan, yaitu :
a) Rendah garam, beberapa studi menunjukan bahwa diet rendah garam dapat
menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi. Dengan pengurangan
komsumsi garam dapat mengurangi stimulasi sistem renin-angiotensin sehingga
sangat berpotensi sebagai anti hipertensi. Jumlah intake sodium yang dianjurkan
50-100 mmol atau setara dengan 3-6 gram garam per hari.
b) Diet tinggi potassium, dapat menurunkan tekanan darah tapi mekanismenya belum
jelas. Pemberian Potassium secara intravena dapat menyebabkan vasodilatasi,
yang dipercaya dimediasi oleh nitric oxide pada dinding vaskular.
c) Diet kaya buah dan sayur.
d) Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.
e) Tidak mengkomsumsi alkohol.
2) Olahraga Teratur
Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat untuk
menurunkan tekanan darah dan dapat memperbaiki keadaan jantung. Olaharaga
isotonik dapat juga bisa meningkatkan fungsi endotel, vasodilatasi perifer, dan
mengurangi katekolamin plasma. Olahraga teratur selama 30 menit sebanyak 3-4 kali
dalam satu minggu sangat dinjurkan untuk menurunkan tekanan darah.
3) Penurunan Berat Badan
Pada beberapa studi menunjukkan bahwa obesitas berhubungan dengan kejadian
hipertensi dan LVH. Jadi penurunan berat badan adalah hal yang sangat efektif untuk
menurunkan tekanan darah. Penurunan berat badan (1kg/minggu) sangat dianjurkan.
Penurunan berat badan dengan menggunakan obat-obatan perlu menjadi perhatian
khusus karena umumnya obat penurun berat badan yang terjual bebas mengandung
simpatomimetik, sehingga dapat meningkatan tekanan darah, memperburuk angina
atau gejala gagal jantung dan terjainya eksaserbasi aritmia. Menghindari obat-obatan
seperti NSAIDs, simpatomimetik, dan MAO yang dapat meningkatkan tekanan darah
atau menggunakannya dengan obat antihipertensi.
4) Farmakoterapi
Pengobatan hipertensi atau penyakit jantung hipertensi dapat menggunakan berbagai
kelompok obat antihipertensi seperti thiazide, beta-blocker dan kombinasi alpha dan
beta blocker, calcium channel blockers, ACE inhibitor, angiotensin receptor blocker
dan vasodilator seperti hydralazine. Hampir pada semua pasien memerlukan dua atau
lebih obat antihipertensi untuk mencapai tekanan darah yang diinginkan.
3.1 Pengkajian
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada hari Senin, 12 November 2020 pukul 12.00
WIB didapatkan data sebagai berikut :
3.1.1 Identitas Pasien
Nama : Tn. P
Umur : 60 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMP
Status Perkawinan : Kawin
Alamat : Jl. Badak XI No. 18
Tgl MRS : 31 Oktober 2020/pukul 15.00 WIB
Diagnosa Medis : Hipertensi Heart Disease (HHD)
Genogram Keluarga
3.1.5 Sosial-Spritual
3.1.5.1 Kemampuan berkomunikasi
Pasien sangat jelas dalam berkomunikasi atau mudah dimengerti
3.1.5.2 Bahasa sehari-hari
Pasien berkomunikasi sehari-hari menggunakan bahasa Bugis dan bahasa Indonesia
3.1.5.3 Hubungan dengan keluarga
Baik, istri dan anak beserta keluarga yang selalu mendampingi dan menjaga pasien
selama di rumah sakit.
3.1.5.4 Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain
Baik, pasien kooperatif dengan segala tindakan yang diberikan petugas kesehatan.
3.1.5.5 Orang berarti/terdekat
Istri dan anak
3.1.5.6 Kebiasaan menggunakan waktu luang
Pasien menggunakan waktu luang untuk beristirahat ditempat tidur
3.1.5.7 Kegiatan beribadah
Sebelum sakit : beribadah di Masjid
Saat sakit : berdoa ditempat tidur
Melatia Paska
2018.C.10a.0977
3.1.8 Analisa Data