Anda di halaman 1dari 11

ISLAM,

ANTARA PERSOALAN HIDUP DAN KERJA

FIRDAUS, S.Pd.I., M.Pd


email: Firdaus@ump.ac.id
Ibadah, Akhlaq, Mu’amalah 1

ISLAM DAN PERSOALAN HIDUP DAN KERJA

1. Hakekat hidup dan kerja


Dalam diri manusia terdapat apa yang disebut dengan nafs sebagai potensi yang
membawa kepada kehidupan. Dalam pandangan Al-Qur’an , nafs diciptakan Allah dalam
keadaan sempurna untuk berfungsi menampung serta mendorong manusia berbuat kebaikan
dan keburukan. Allah swt. Katakana dalam surat al-Syams ayat 7-8“Demi Nafs serta
penyempurnaan ciptaanny, Allah mengilhamkan kepadanya kejahatan dan ketaqwaan”. Allah
mengilhamkan, berarti memberi potensi agar manusia melalui nafs dapat menangkap ma’na
baik dan buruk, serta dapat mendorongnya untuk melakukan kebaikan dan keburukan.
Meskipun nafs berpotensi positif dan negative, namun diperoleh pula isyaratkan bahwa
pada hakekatnya potensi positif manusia lebih kuat dari pada potensi negetifnya. Hanya saja
daya Tarik keburukan lebih kuat dari daya tarik kebaikan. Untuk itu manusia dituntut agar
memelihara kesucian nafsnya. Firman Allah dalam surat al-Syams ayay 9-10.”sungguh
beruntunglah orang-orang yang menyucikannya dan merugilah orang-orang yang
Mengotorinya”Kecendrungan nafs lebih kuat untuk kebaikan dipahami dari isyarat ayat,
misalnya terdapat dalam surat al-Baqarah ayat 286 “ Allah tidak membebani seseorang, tetapi
sesuai dengan kesanggupan nya.
Nafs memperoleh ganjaran dari apa yang diusahakannya, dan memperoleh siksa dari
apa yang diusahakannya”Selain nafs, dalam diri manusia juga terdapat qalb yang sering
diterjemahkan hati. Seperti dikemukakan di atas, bahwa nafs ada dalam diri manusia, qalb pun
demikian, hanya saja qalb yang merupakan wadah dipahami dalam arti alat, sebagaimana
firman Allah dalam surat al-A’raf ayat 179 “mereka mempunyai qalb, tetapi tidak digunakan
untuk memahami”. Selain kata qalb,dalam al-qur’an juga terdapat kata fu’ad, seperti dalam
firman-Nya dalam surat al-Nahl “Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan
tidak mengetahui sesuatu maka Dia memberimu (alat) pendengaran, (alat) penglihatan serta
hati, agar kamu bersyukur (mempergunakannya memperoleh pengetahuan)”Kemudian
manusia juga memiliki ruh, sebagaimana firman-Nya dalam surat al-Isra’ ayat 85 “ Dan mereka
bertanya kepadamu tentang ruh, katakanlah Ruh adalah urusan Tuhanku, kamu tidak diberi
ilmu kecuali sedikit” Ada yang berpendapat, bahwa ruh itu sama dengan nyawa, tetapi apa
bedanya manusia dengan orang utan, monyet dan binatang yang lain ?. Dalam surat al-
mu’minun dijelaskan bawa dengan ditiupkannya ruh, maka menjadilah makhluk ini khalq akhar
Ibadah, Akhlaq, Mu’amalah 2

(makhluk yang unik), yang berbeda dengan makhluk lain. Karena manusia memiliki ruh lah ia
mudah menerima wahyu dari Allah swt.
Mempelajari wahyu dikatakan santapan rohani, bukan santapan nyawa. Manusia
berpotensi mendapatkan hidayah Karena mempunyai roh.Selain memiliki nafs, qalb, dan ruh
manusia juga memiliki ‘aql. Kata ‘aql dalam al-qur’an menggunakan bentuk kata kerja masa kini
dan lampau. Dari segi bahasa, kata ini dapat diartikan tali pengikat, penghalang. ‘Aql
merupakan sesuatu yang mengikat atau menghalangi seseorang terjerumus dalam kesalahan
atau berbuat dosa.
Allah berfirman dalam surat al-An’am ayat 151 “…” dan janganlah kamu mendekati
perbuatan keji, baik yang nampak atau tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang
diharamkan Allah kecuali demi kebenaran, itulah wasiat Allah kepadamu agar kamu ber’aqal
(dapat memahaminya)” Menurut Hamka, dalam bukunya Falsafah Hidup, Islam sangat
memuliakan ‘aql, maka dari itu Islam adalah agama yang menjunjung tinggi “aql. Orang yang
dapat menempatkan dirinya merasa terikat pada aturan-aturan Allah dalam firman-firman-Nya,
maka itulah sebenarnya orang-orang yang ber’aqal.
Seorang muslim dalam aktifitas kehidupnya dapat menggunakan ‘aqalnya jauh dari
perbuatan keji, ruhnya banyak berisikan wahyu Allah, hatinya jadi tentram sehingga dirinya
terkendali kejalan yang diridhai Allah, terhindar dari langkah-langkah syetan yang buruk
Demikianlah hakekat hidup manusia dengan berbagai potensi yang terdapat dalam dirinya
untuk melaksanakan pekerjaan.

2. Rahmat Allah Terhadap Orang Yang Rajin Bekerja


Umar bin Khattab khalifah ke dua setelah Abu bakar siddiq berkata “aku benci orang
berpangku tangan, tanpa ada aktifitas kerja, baik kerja untuk dunia atau untuk kepentingan di
akherat kelak”Dalam hal ini khalifah umar sangat menghargai dan menyenangi orang yang rajin
bekerja dan beraktifitas Sebagai muslim yang ta’at, Umar selalu mendorong umat Islam untuk
memiliki semangat bekerja dan beramal, serta menjauhkan diri dari sifat malas.
Rasulullah bersabda “Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari lemah pendirian, sifat
malas, penakut, kikir, hilangnya kesadaran, terlilit utang dan dikendalikan orang lain. Dan akau
berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, dan dari fitnah (ketika hidup dan mati). (H.R Bukhari
dan Muslim)Orang muslim yang akan berhasil dalam hidupnya adalah kemampuannya
meninggalkan perbuatan yang melahirkan kemalasan/tidak produktif dan digantinya dengan
Ibadah, Akhlaq, Mu’amalah 3

amalam yang bermanfa’at. Sabda Rasulullah Saw. Dari Abu hurairah“ Sebaik-baik Islamnya
seseorang adalah meninggalkan perbuatan yang tidak bermanfa’at” (HR. Tarmizi).
Bekerja bagi seorang muslim adalah dalam rangka mendapatkan rezki yang halal dan
memberikan manfa’at yang sebesar-besarnya bagi masyarakat sebagai ibadahnya kepada
Allah swt. Firman-Nya :“Apabila shalat telah ditunaikan, maka bertebaranlah kamu dimuka
bumi, dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung”
(al-Jmu’ah: 10)Dalam pandangan Islam bekerja merukapan bagian dari ibadah, makaaplikasi
dan implementasinya perlu diikat dan dilandasi oleh akhlak/etika, yang senantiasa disebut etika
profesi. Etika/akhlaq yangmencerminkan sifat terpuji, yaitu Shiddiq, istiqamah, futhanah,
amanah dan tablig. Dari uraian diatas, dapat difahami, bahwa seorang muslim yang akan
mendapat kasih sayang dari Allah swt. Adalah apabila orang itu jauh dari sifat malas, senang
melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfa’at, rajin bekerja, tidak menyia-nyiakan waktu,
menyadari bahwa semua aktifitas yang dilakukan adalah dalam rangka beribadah kepada Allah
Swt.

3. Akhlak dalam bekerja


Seorang muslim dalam bekerja selalu berhati-hati dan terbuka pikirannya kepada
keindahan ciptaan Allah.
Dia menyadari bahwa Allah lah yang mengontrol segala urusan dunia dan kehidupan
manusia. Dia mengenal tanda-tanda kekuasaan-Nya, senantiasa berzikir dan tawakal kepada-
Nya. “ sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang,
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang bertawakal ( yaitu) orng-orng yang mengingatAllah
sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi ( sambbil berkata) Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau ciptakan semua
ini dengan sis-sia, maha suci Engkau, maka peliharalah kami dari api neraka” (Ali Imran ayat
190-191)
Dalam bekerja dia tulus danpatuh kepada Allah dalam keadaan bagaimanapun, tidak
boleh melampai batas, selalu ta’at mengikuti bimbingan Allah meskipun tidak sesuai dengan
keinginannya. Dia bertanggung jawab menjalankan kewajiban pekerjaan yang telah ditetapkan
untuknya. Bila ia mendapatkan kendala, segera mencari penyebabnya dan siapmemikul semua
konsekwensinya.
Dia memahami sabda Rasul Saw. “Betapa indahnya urusan orang Islam. Seluruh
urusan (kerjanya) adalah baikbagi dirinya. Jika ia mengalami kemudahan, ia bersyukur, dan
Ibadah, Akhlaq, Mu’amalah 4

yang demikian itu baik bagi dirinya, jika ia mengalami kesulitan , ia menghadapinya dengan
sabar dan tabah, dan itupun juga baikbagi dirinya (HR. Bukhari).
Akhlak seorang muslim dalam bekerja menemukan kemudahan selalu bersyukur, ketika
menghadapi kesulitan dia tabah dan sabar . Mudah dan sulit baginya sama, karena semua itu
adalah untuk menguji kekuatan imannya. Pada sa’atnya ia mendapatkan kesalahan dalam
bekerja, menyimpang dari ketentuan Allah dan Rasul-Nya, ia segera bertobat, segera ingat
akan Tuhannya, menghentikan segala kesalahannya dan memohon ampun atas kekeliruannya.
“Sesungguhnya orang-orang yangbertaqwa bila dalam dirinya timbul perasaan was-was
dari setan, mereka segera ingat kepada Allah. Maka waktu itu juga mereka melihat kesalahan-
kesalahannya (al-A’raf :201) Demikianlah akhlak seorang muslim dalam bekerja.
4. Etika Bekerja Dalam Islam
Dalam mewujudkan nilai-nilai ibadah dalam bekerja yang dilakukan oleh setiap insan,
diperlukan adab dan etika yang membingkainya, sehingga nilai-nilai luhur tersebut tidak hilang
sirna sia-sia. Diantara adab dan etika bekerja dalam Islam adalah :
a. Bekerja dengan ikhlas karena Allah SWT.
Ini merupakan hal dan landasan terpenting bagi seorang yang bekerja. Artinya ketika
bekerja, niatan utamanya adalah karena Allah SWT. Ia sadar, bahwa bekerja adalah
kewejiban dari Allah yang harus dilakukan oleh setiap hamba. Ia faham bahwa memberikan
nafkah kepada diri dan keluarga adalah kewajiban dari Allah. Ia pun mengetahui, bahwa
hanya dengan bekerjalah ia dapat menunaikan kewajiban-kewajiban Islam yang lainnya,
seperti zakat, infak dan shodaqah. Sehingga ia selalu memulai aktivitas pekerjaannya
dengan dzikir kepada Allah.
b. Itqon, tekun dan sungguh-sungguh dalam bekerja.
Implementasi dari keikhlasan dalam bekerja adalah itqon (baca ; profesional) dalam
pekerjaannya. Ia sadar bahwa kehadiran tepat pada waktunya, menyelesaikan apa yang
sudah menjadi kewajibannya secara tuntas, tidak menunda-nunda pekerjaan, tidak
mengabaikan pekerjaan, adalah bagian yang tidak terpisahkan dari esensi bekerja itu
sendiri yang merupakan ibadah kepada Allah SWT. Dalam sebuah hadits, riwayat Aisyah ra,
bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah SWT mencintai seorang hamba
yang apabila ia bekerja, dia itqan (baca ; menyempurnakan) pekerjaannya." (HR. Thabrani).
c. Jujur dan amanah.
Etika lain dari bekerja dalam Islam adalah jujur dan amanah. Karena pada
hakekatnya pekerjaan yang dilakukannya tersebut merupakan amanah, baik secara duniawi
Ibadah, Akhlaq, Mu’amalah 5

dari atasannya atau pemilik usaha, maupun secara duniawi dari Allah SWT yang akan
dimintai pertanggung jawaban atas pekerjaan yang dilakukannya. Implementasi jujur dan
amanah dalam bekerja diantaranya adalah dengan tidak mengambil sesuatu yang bukan
menjadi haknya, tidak curang, obyektif dalam menilai, dan sebagainya. Rasulullah SAW
memberikan janji bagi orang yang jujur dan amanah akan masuk ke dalam surga bersama
para shiddiqin dan syuhada'. Dalam hadits riwayat Imam Turmudzi : Dari Abu Said Al-Khudri
ra, beliau berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Pebisnis yang jujur lagi dipercaya
(anamah) akan bersama para nabi, shiddiqin dan syuhada'.
d. Menjaga etika sebagai seorang muslim.
Bekerja juga harus memperhatikan adab dan etika sebagai seroang muslim, seperti
etika dalam berbicara, menegur, berpakaian, bergaul, makan, minum, berhadapan dengan
customer, rapat, dan sebagainya. Bahkan akhlak atau etika ini merupakan ciri
kesempurnaan iman seorang mu'min. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW mengatakan,
"Orang mu'min yang paling sempurna imannya adalah mereka yang paling baik akhlaknya."
(HR. Turmudzi). Dan dalam bekerja, seorang mu'min dituntut untuk bertutur kata yang
sopan, bersikap yang bijak, makan dan minum sesuai dengan tuntunan Islam, berhadapan
dengan customer dengan baik, rapat juga dengan sikap yang terpuji dan sebagainya yang
menunjukkan jatidirinya sebagai seorang yang beriman. Bahkan dalam hadits yang lain
Rasulullah SAW menggambarkan bahwa terdapat dua sifat yang tidak mungkin terkumpul
dalam diri seorang mu'min, yaitu bakhil dan akhlak yang buruk. (HR. Turmudzi)
e. Tidak melanggar prinsip-prinsip syariah.
Aspek lain dalam etika bekerja dalam Islam adalah tidak boleh melanggar prinsip-
prinsip syariah dalam pekerjaan yang dilakukannya. Tidak melanggar prinsip syariah ini
dapat dibagi menjadi beberapa hal, Pertama dari sisi dzat atau substansi dari pekerjaannya,
seperti memporduksi barang yang haram, menyebarluaskan kefasadan (seperti pornografi
dan permusuhan), riba, risywah dsb. Kedua dari sisi penunjang yang tidak terkait langsung
dengan pekerjaan, seperti tidak menutup aurat, ikhtilat antara laki-laki dengan perempuan,
membuat fitnah dalam persaingan dsb. Pelanggaran-pelanggaran terhadap prinsip syariah,
selain mengakibatkan dosa dan menjadi tidak berkahnya harta, juga dapat menghilangkan
pahala amal shaleh kita dalam bekerja. Allah SWT berfirman, "Hai orang-orang yang
beriman, taatlah kepada Allah dan taatlal kepada Rasul-Nya dan janganlah kalian
membatalkan amal perbuatan/ pekerjaan kalian.." (QS. 47 : 33).
f. Menghindari syubhat
Ibadah, Akhlaq, Mu’amalah 6

Dalam bekerja terkadang seseorang dihadapkan dengan adanya syubhat atau


sesuatu yang meragukan dan samar antara kehalalan dengan keharamannya. Seperti
unsur-unsur pemberian dari pihak luar, yang terdapat indikasi adanya satu kepentingan
terntentu. Atau seperti bekerja sama dengan pihak-pihak yang secara umum diketahui
kedzliman atau pelanggarannya terhadap syariah. Dan syubhat semacam ini dapat berasal
dari internal maupun eksternal. Oleh karena itulah, kita diminta hati-hati dalam kesyubhatan
ini. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda, "Halal itu jelas dan haram itu jelas, dan
diantara keduanya ada perkara-perkara yang syubhat. Maka barang siapa yang terjerumus
dalam perkara yang syubhat, maka ia terjerumus pada yang diharamkan..." (HR. Muslim)
g. Menjaga ukhuwah Islamiyah.
Aspek lain yang juga sangat penting diperhatikan adalah masalah ukhuwah
islamiyah antara sesama muslim. Jangan sampai dalam bekerja atau berusaha melahirkan
perpecahan di tengah-tengah kaum muslimin. Rasulullah SAW sendiri mengemukakan
tentang hal yang bersifat prefentif agar tidak merusak ukhuwah Islamiyah di kalangan kaum
muslimin. Beliau mengemukakan, "Dan janganlah kalian menjual barang yang sudah dijual
kepada saudara kalian" (HR. Muslim). Karena jika terjadi kontradiktif dari hadits di atas,
tentu akan merenggangkan juga ukhuwah Islamiyah diantara mereka; saling curiga,
su'udzon dsb. Karena masalah pekerjaan atau bisnis yang menghasilkan uang, akan sangat
sensitif bagi palakunya. Kaum Anshar dan Muhajirin yang secara sifat, karakter, background
dan pola pandangnya sangat berbeda telah memberikan contoh sangat positif bagi kita;
yaitu ukhuwah islamiyah. Salah seorang sahabat Anshar bahkan mengatakan kepada
Muhajirin, jika kamu mau, saya akan bagi dua seluruh kekayaan saya; rumah, harta,
kendaraan, bahkan (yang sangat pribadipun direlakan), yaitu istri. Hal ini terjadi lantaran
ukhuwah antara mereka yang demikian kokohnya.

5. Ranjau-Ranjau Berbahaya Dalam Dunia Kerja


Dunia kerja adalah dunia yang terkadang dikotori oleh ambisi-ambisi negatif manusia,
ketamakan, keserakahan, keinginan menang sendiri, dsb. Karena dalam dunia kerja, umumnya
manusia memiliki tujuan utama hanya untuk mencari materi. Dan tidak jarang untuk mencapai
tujuan tersebut, segala cara digunakan. Sehingga sering kita mendengar istilah, injak bawah,
jilat atas dan sikut kiri kanan. (Na'udzu billah min dzalik). Oleh karenanya, disamping kita perlu
untuk menghiasi diri dengan sifat-sifat yang baik dalam bekerja, kitapun harus mewaspadai
ranjau-ranjau berbahaya dalam dunia kerja serta berusaha untuk menghindarinya semaksimal
Ibadah, Akhlaq, Mu’amalah 7

mungkin. Karena dampak negatif dari ranjau-ranjau ini sangat besar, diantaranya dapat
memusnahkan seluruh pahala amal shaleh kita. Berikut adalah diantara beberapa sifat-sifat
buruk dalam dunia kerja yang perlu dihindari dan diwaspadai:
a. Hasad (Dengki)
Hasad atau dengki adalah suatu sifat, yang sering digambarkan oleh para ulama
dengan ungkapan "senang melihat orang susah, dan susah melihat orang senang." Sifat
ini sangat berbahaya, karena akan "menghilangkan" pahala amal shaleh kita dalam
bekerja.Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda :
Dari Abu Hurairah ra berkata, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, “Jauhilah
oleh kalian sifat hasad (iri hati), karena sesungguhnya hasad itu dapat memakan kebaikan
sebagaimana api melalap kayu bakar. (HR. Abu Daud)
b. Saling bermusuhan
Tidak jarang, ketika orang yang sama-sama memiliki ambisi dunia berkompetisi
untuk mendapatkan satu jabatan tertentu, atau ingin mendapatkan "kesan baik" di mata
atasan, atau sama-sama ingin mendapatkan proyek tertentu, kemudian saling fitnah,
saling tuduh, lalu saling bermusuhan. Jika sifat permusuhan merasuk dalam jiwa kita, dan
tidak berusaha kita hilangkan, maka akibatnya juga sangat fatal, yaitu bahwa amal
shalehnya akan "dipending" oleh Allah SWT, hingga mereka berbaikan.Dalam hadits lain
Rasulullah SAW bersabda :
Dari Abu Hurairah ra berkata,bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Pintu-pintu surga
dibuka pada hari senin dan kamis, maka pada hari itu akan diampuni dosa setiap hamba
yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, kecuali seseorang yang sedang
bermusuhan dengan saudaranya sesama muslim, maka dikatakan kepada para malaikat,
“Tangguhkan dua orang ini sampai mereka berbaikan.” (HR. Muslim).
c. Berprasangka Buruk
Sifat inipun tidak kalah negatifnya. Karena ambisi tertentu atau hal tertentu,
kemudian menjadikan kita bersu'udzon atau berprasangka buruk kepada saudara kita
sesama muslim, yang bekerja dalam satu atap bersama kita, khususnya ketika ia
mendapatkan reward yang lebih baik dari kita. Sifat ini perlu dihindari karena merupakan
sifat yang dilarang oleh Allah & Rasulullah SAW, di samping juga bahwa sifat ini
merupakan pintu gerbang ke sifat negatif lainnya.Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW
bersabda :
Ibadah, Akhlaq, Mu’amalah 8

Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Jauhilah


oleh kalian prasangka buruk, karena sesungguhnya prasangka buruk itu adalah sedusta-
dustanya perkataan. Dan janganlah kalian mencari-cari berita kesalahan orang lain, dan
janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah kalian saling
mementingkan diri sendiri, dan janganlah kalian saling dengki, dan janganlah kalian saling
marah, dan jangan lah kalian saling memusuhi dan jadilah kalian hamba-hamba Allah yang
bersudara. (HR. Muslim)
d. Sombong
Di sisi lain, terkadang kita yang mendapatkan presetasi sering terjebak pada satu
bentuk kearogansian yang mengakibatkan pada sifat kesombongan. Merasa paling pintar,
paling profesional, paling penting kedudukan dan posisinya di kantor, dsb. Kita harus
mewaspadai sifat ini, karena ini merupakan sifatnya syaitan yang kemudian menjadikan
mereka dilaknat oleh Allah SWT serta dijadikan makhluk paling hina diseluruh jagad raya
ini. Sifat ini pun sangat berbahaya, karena dapat menjadikan pelakunya diharamkan
masuk ke dalam surga (na'udzu billah min dzalik). Dalam sebuah riwayat Rasulullah SAW
bersabda "Tidak akan pernah masuk ke dalam surga seseorang yang di dalam hatinya
terdapat satu biji sawi sifat kesombongan" (HR. Muslim).
e. Namimah (mengadu domba)
Indahnya dunia terkadang membutakan mata. Keingingan mencapai sesuatu,
meraih kedudukan tinggi, memiliki gaji yang besar, tidak jarang menjerumuskan manusia
untuk saling fitnah dan adu domba. Sifat ini teramat sangat berbahaya, karena akan
merusak tatanan ukhuwah dalam dunia kerja. Di samping itu, sifat sangat dimurkai oleh
Allah serta dibenci Rasulullah SAW.Dalam sebuah hadits rasulullah bersabda :

َّ ‫سو َل‬
‫َّللا‬ َ ُ‫يث فَقَا َل ُحذَ ْيفَة‬
ُ ‫سم ْعتُ َر‬ َ ‫َع ْن ُحذَ ْيفَةَ أَنَّهُ بَلَغَهُ أَ َّن َر ُج اًل يَنُ ُّم ْال َحد‬
‫سلَّ َم َيقُو ُل ََل َي ْد ُخ ُل ْال َجنَّةَ نَ َّمام‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللاُ َعلَيْه َو‬ َ
Dari Hudzaifah ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersbada, “Tidak akan masuk
surga sesroang yang suka mengadu domba.” HR Bukhari Muslim)

6. Keharusan Profesionalisme Dalam Bekerja


Profesonal berarti berkualitas, bermutu dan ahli dalam satu bidang pekerjan yang
menjadi profesinya. Suatu pekerjaan yang dilaksanakan oleh seseorang yang memang ahlinya,
tentu akanmendapatkan hasil yang bermutu dan baik. Sebaliknya suatu pekerjaan yang
Ibadah, Akhlaq, Mu’amalah 9

dilaksanakan oleh seseorang yang bukan profesinya, akan mendapatkan hasil yang tidak
bermutu dan bahkan akan berantakan. Sabda Rasul Saw. “Bila menyerahkan suatu urusan
kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancuran”.
Menurut sabda Rasul ini, seseorang dalam bekerja, apapun pekerjaannya, kalau ingin
mengharpkan hasil yang berkualitas dan baik, maka dia harus profeisinal / ahli dalam pekerjaan
yang menjadi tanggung jawabnya itu.
Ahli dalam bekerja, berarti menguasai ilmu pengetahuan yang berhubungan lansung
dengan pekerjannya. Seorang pekerja yang bekerja dalam dunia pertanian, tentu dia harus
bereilmu tentang tanaman, pemupukan, pengiran dan lain-lain. Dia harus mengerti, memahami
dan menghayati secara mendalam segala yang menjadi tugas dan kewajibannya dalam
pertanian. Sifat kreatifits dan kemampuan melakukan berbagai macam inovasi yangbermanfa’at
tentang pertanian akan muncul dalam dirinya.
Tentunya kreatif dan inovatif hanya mungkin akan dimiliki manakala seseorang selalu
berusaha untuk menambah berbagai ilmu pengetahuan, peraturan, dan informasi yang
berhubungan dengan pekerjaan apapun bentuk pekerjanya.
Sebagai seorang guru (pengejar) dituntut harus ahli dalam ilmu keguruan, jangan
setengah-setengah, tapi belajar, terus belajar tentang profesi keguruan sampai akhir hayatnya.
Firman Allah dalam al-Baqarah : 208 ”Hai orang yang beriman, masuklah kamu
kedalam kedamaian /Islam secara menyeluruh, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah
setan, karena setan itu adalah musuhmu yang nyata”. Tersirat dalam ayat ini, bahwa aktifitas
apapun yang dilakukan menuntut pelakunya untuk berilmu secara mendalam dan menyeluruh
(kaffah) sesuai dengan profesinya.
Orang beriman diminta untuk memasukkan totalitas dirinya kedalam wadah islam
secara menyeluruh, sehingga semua kegiatannya berada dalam wadah islam /kedamaian. Ia
damai dengan dirinya, keluarganya, seluruh manusia, binatang, tumbuh tumbuhan dan alam
raya semuanya. Wadah Islam secara menyeluruh yang dimaksud juga penguasaan ilmu islam
secara menyeluruh sehingga mampu melaksanakan aktifitas islam dengan berkualitas dan
bermutu.
a. Bekerja Sebagai suatu kewajiban seorang hamba kepada Allah SWT.
Allah SWT memerintahkan bekerja kepada setiap hamba hambanya (QS.Attaubah
/9 :105) “Dan Katakanlah : ‘Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasulnya serta orang orang
mu’min akan melihat pekerjaan itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang
Ibadah, Akhlaq, Mu’amalah 10

maha mengetahui akan yang Ghaib, dan yang Nyata, lalu diberitahukan-Nya kepada kamu
apa yang telah kamu Kerjakan.
b. Mendapatkan Cinta Allah SWT.
Dalam Sebuah riwayat digambarkan “sesungguhnya allah swt mencintai seorang
mu’min yang telah giat bekerja (HR.Thabrani).
c. Terhindar dari Azab Api Neraka
· Dalam Sebuah riwayat dikemukakan, “Pada suatu saat, Sa’ad bin Muadz Al-
Anshari berkisah bahwa ketika Nabi Muhammad SAW baru pulang dari perang Tabuk,
beliau melihat tangan Sa’ad melepuh, kulitnya gosong kehitam-hitaman karna diterpa
sengatan matahari. Rasullulah bertanya, ‘Kenapa Tanganmu?’ sa’ad menjawab ‘karena
mengola tanah tanah dengan cangkul ini untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi
tanggunganku.’ Kemudian Rasullulah SAW mengambil tangan Sa’ad dan menciumnya
seraya berkata “ Inilah tangan yang tidak akan pernah disentuh oleh api neraka”
(HR.Tabrani).
Kesimpulannya, bekerja dengan sikap professional juga harus memperhatikan
adab dan etika sebagai seorang Muslim seperti etika dalam berbicara, menegur,
berpakaian, bergaul, makan, minum, berhadapan dengan customer/klien, rapat dan
sebagainya.

Kesimpulan
Kerja adalah suatu cara untuk memenuhi kebutuhan manusia baik kebutuhan fisik,
psikologis, maupun sosial. Selain itu, kerja adalah aktivitas yang mendapat dukungan sosial dan
individu itu sendiri. Manusia diwajibkan untuk berusaha, bukan menunggu karena Allah tidak
menurunkan harta benda, iptek dan kekuasaan dari langit melainkan manusia harus
mengusahakannya sendiri. Manusia harus menyadari betapa pentingnya kemandirian ekonomi bagi
setiap muslim. Kemandirian atau ketidak ketergantungan kepada belas kasihan orang lain ini
mengandung resiko, bahwa umat Islam wajib bekerja keras. Dan syarat itu adalah memahami
konsep dasar bahwa bekerja merupakan ibadah. Dengan pemahaman ini, maka akan terbangun
etos kerja yang tinggi.
Tujuan bekerja menurut Islam ada dua, yaitu memenuhi kebutuhan sendiri dan keluarga,
dan memenuhi ibadah dan kepentingan sosial. Islam menjunjung tinggi nilai kerja, tetapi Islam juga
memberi balasan dalam memilih jenis pekerjaan yang halal dan haram.

Anda mungkin juga menyukai