Anda di halaman 1dari 12

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif

adalah data yang diukur dalam suatu skala numeric (angka) yang dapat

dianalisis dengan menggunakan analisis statistik. Metode kuantitatif

merupakan metode yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan

dalam penelitian dengan populasi atau sempel tertentu, dalam pengumpulan

data menggunakan instrumen penelitian dan analisis datanya bersifat

kuantitatif/statistik dalam menguji hipotesis yang sudah ditetapkan Sugiyono

(2010:13)

Data yang diperlukan dalam penelitian membuat penelitian ini juga

termasuk studi empiris pada perusahaan yang terdaftar Bursa Efek Indonesia

(BEI). Dimana masing-masing perusahaan yang termasuk perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) melaporkan laporan

keuangannya dalam website Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id).

B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi menurut Sugiyono (2016) adalah wilayah generalisasi yang

terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur

41
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2016-2019 sebanyak 193

perusahaan.

Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Teknik pengambilan sampel pada

penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yaitu sampel atas

dasar kesesuaian karakteristik sampel dengan kriteria sampel yang telah

ditentukan. Adapun kriteria pengambilan sampel adalah sebagai berikut :

1. Perusahaan manufaktur yang mengeluarkan annual report selama periode

2016-2019.

2. Perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan keuangan dalam mata

uang Rupiah.

C. Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

sekunder.Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber pada

laporan tahunan (annual report) perusahaan manufaktur periode 2016-2019

yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI) (www.idx.co.id) yang

meliputi laporan keuangan perusahaan.

D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan.

Sedangkan variabel independen dalam penelitian ini adalah modal kerja,

intellectual capital, transaksi hubungan istimewa dan ukuran perusahaan.


Definisi dan pengukuran masing-masing variabel akan dijelaskan sebagai

berikut :

1. Variabel dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja perusahaan.

Kinerja prusahaan diukur menggunakan Return On Assets (ROA) di dalam

pengukurannya. ROA adalah tingkat pengembangan terhadap aset. ROA

mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba menggunaakn

aktiva yang digunakan oleh perusahaan. ROA diukur dengan rumus

Berikut (Clarke, 2011).

Laba Setelah Pajak


ROA (%) = –––––––––––––––––––
Rata-rata Total Asset

2. Variabel Independen ( X )

a. Modal Kerja

Menurut Prastowo (2012) Modal kerja adalah investasi sebuah

perusahaan pada aktiva-aktiva jangka pendek-kas, sekuritas,

persediaan dan piutang. Adapun rumus yang digunakan dalam

penelitian ini adalah :

Modal Kerja Bersih = Aktiva Lancar – Hutang Lancar.

b. Intelletual Capital

Intellectual Capital yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

kinerja Intellectual Capital yang diukur berdasarkan value added yang

diciptakan oleh physical capital (VACA), human capital (VAHU), dan

structural capital (STVA). Kombinasi dari ketiga value added tersebut


disimbolkan dengan nama VAIC™ yang dikembangkan oleh Pulic

(1998; 1999). Perhitungan VAIC™ itu sendiri dapat dilakukan

dengan beberapa tahap perhitungan, yaitu :

1. Menghitung value added (VA)

VA adalah indikator paling objektif untuk menilai

keberhasilan bisnis dan menunjukkan kemampuan perusahaan

dalam penciptaan nilai (value creation) karena VA memperlihatkan

nilai yang diperoleh perusahaan dalam sebuah periode (Pulic,

1998). VA dihitung sebagai selisih antara output dan input (Pulic,

1999).

Dimana:

VA = OUT – IN

Output (OUT) : Total penjualan dan pendapatan lain.

Input (IN) : Beban dan biaya-biaya (selain beban karyawan).

2. Menghitung Value Added Capital Employed (VACA)

Rasio ini menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap

unit dari modal fisik yang bekerja terhadap value added organisasi

(Ulum, Ghozali dan Chariri, 2008). Rasio VA terhadap Capital

Employed dihitung dengan formula sebagai berikut:

VACA = VA/CE

Dimana:

Capital Employed (CE) : Dana yang tersedia (ekuitas, laba bersih)


Menurut Pulic (1998) mengasumsikan apabila sebuah unit

CE bisa menghasilkan return yang lebih besar pada sebuah

perusahaan dari perusahaan lainnya, maka perusahaan pertama

lebih baik pemanfaatan CEnya. Oleh karena itu, pemanfaatan lebih

CE merupakan bagian dari Intellectual Capital sebuah perusahaan.

VACA dapat menjadi sebuah indikator kemampuan intelektual

perusahaan dalam memanfaatkan modal fisiknya dengan lebih

baik.

3. Menghitung Value Added Human Capital (VAHU)

VAHU menunjukkan kontribusi yang dihasilkan oleh setiap

rupiah yang diinvestasikan dalam Human Capital (HC) terhadap

VA organisasi (Ulum, Ghozali dan Chariri, 2008). Hubungan

antara VA dan HC memperlihatkan kemampuan HC membuat nilai

pada sebuah perusahaan. Oleh karena itu hubungan antara VA dan

HC mengindikasikan kemampuan HC untuk membuat nilai dalam

sebuah perusahaan. Dan ketika VAHU dibandingkan lebih dari

sebuah kelompok perusahaan, VAHU menjadi sebuah indikator

kualitas sumber daya manusia perusahaan (Kuryanto dan

Syafruddin, 2008). Rasio dari VA terhadap HC dihitung dengan

menggunakan formula sebagai berikut:

VAHU = VA/HC

Dimana:

Human Capital (HC) : Beban karyawan.


4. Menghitung Structural Capital Value Added (STVA)

STVA mengukur jumlah Structural Capital (SC) yang

dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari VA dan merupakan

indikasi bagaimana keberhasilan SC dalam mencipatakan nilai bagi

perusahaan(Ulum, Ghozali dan Chariri, 2008). Dalam model Pulic,

SC merupakan selisih antara VA dan HC, ini disebabkan karena

HC memberikan mamfaat yang lebih besar dari pada SC dalam

pembentukan nilai. Rasio dari SC terhadap VA dihitung dengan

formula sebagai berikut:

STVA = SC/VA

Dimana:

Structural Capital (SC) : VA – HC

5. Menghitung Value Added Intellectual Coefficient (VAIC™)

VAIC™ mengindikasikan kemampuan intelektual

organisasi. VAIC™ dapat juga dianggap sebagai BPI (Business

Performance Indicator). Adapun indikator VAIC™ diperoleh

dengan formula sebagai berikut:

VAIC™ = VACA + VAHU + STVA

c. Transaksi Hubungan Istimewa

Hubungan istimewa pada Pernyataan Standar Akuntansi

Keuangan (PSAK) No. 7 menggunakan istilah pihak-pihak berelasi

yang didefinisikan orang atau entitas yang terkait dengan entitas yang

menyiapkan laporan keuangannya (dalam Pernyataan ini dirujuk


sebagai entitas pelapor). Dummy variable digunakan dalam penelitian

ini untuk penetapan terjadi atau tidaknya perusahaan yang melakukan

transaksi hubungan istimewa. Ketika terjadi transaksi hubungan

istimewa akan dinyatakan dengan 1 dan ketika tidak terjadi akan

dinyatakan dengan 0 (nol). Hal ini merujuk pada penelitian yang

dilakukan oleh Handayani dan Arfan (2014)

d. Ukuran Perusahaan

Ukuran Perusahaan adalah suatu skal ayang dapat diklasifikasikan

besar kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva,

logsize, nilai pasar saham dan lain-lainnya (Isbanah, 2012). Dalam

penelitian ini rumus yang digunakan adalah :

Size = Ln Total Asset

E. Metode Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji

statistic deskriptif, uji asumsi klasik, uji hipotesis dan uji regresi linear

berganda.

1. Uji statistik deskriptif

Analisis ini digunakan untuk menganalisis data kuantitatif yang diolah

menurut perhitungan untuk masing-masing variabel, sehingga dapat

memberikan penjelasan atau gambaran mengenai kondisi perusahaan

selama periode pengamatan. Alat analisis yang digunakan adalah mean,

nilai maksimum, nilai minimum, dan standar deviasi.


2. Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik bertujuan untuk menguji kelayakan model

regresi berganda yang digunakan dalam penelitian ini dengan memastikan

bahwa didalam model regresi lolos dari uji-uji asumsi klasik.

a. Uji Normalitas

Tujuan dari dilakukannya uji normalitas ialah untuk menguji

apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual

memiliki distribusi normal. Metode yang digunakan adalah dengan

melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi

kumulatif dari distribusi normal. Peneliti menggunakan uji Kolmogrov

Smirnov untuk menguji normalitas data. Bila signifikan > 0,05 dengan

α = 5%, berarti distribusi data normal Ghozali (2016:154).

b. Uji Multikolinearitas

Menurut Ghozali (2016:103) uji multikoleniaritas bertujuan

untuk menguji apakah model regresi ditemukanadanya korelasi antar

variabel bebas (independen). Selanjutnya dijelaskan bahwa deteksi

adanya multikoleniaritas dapat dilihat dari besaran Variance Inflation

Factor (VIF) dan Tolerance, dengan ketentuan sebagai berikut : (1)

jika nilai tolerance < 0,1 dan VIF > 10, terjadi multikoleniaritas, (2)

jika nilai tolerance > 0,1 dan VIF < 10, tidak terjadi multikoleniaritas.

c. Uji Autokorelasi
Menurut Santoso (2008:219) uji autokorelasi bertujuan untuk

menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi kesalahan

pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada

periode t-1 (sebelumnya). Pengujian dilakukan dengan mengguankan

uji Durbin-Watson (DW) dengan ketentuan : (1) nilai DW yang besar

atau kecilnya diatas 2 berarti ada autokorelasi negated, (2) Nilai DW

antara -2 sampai dengan 2 berarti tidak ada autokorelasi atau bebas

dari autokorelasi, dan (3) Nilai DW yang kecil atau dibawah -2 berarti

ada autokorelasi positif.

d. Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain. Untuk mengetahuai ada

tidaknya heterokedastisitas dapat diuji mengguankan uji

Glejser.Apabila : (1) Sig > 0,05 maka tidak terjadi gejala

heterokedastisitas, (2) Sig < 0,05 maka terjadi heterokedastisitas.

3. Uji Hipotesis

a. Analisis regresi linear berganda

Untuk mengetahui hubungan dan seberapa besar pengaruh

antara variabel-variabel (independen) terhadap variabel terikat

(dependen). Persamaan regresi linear berganda dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :


KP = α + β1 MK + β2 IC + β3 THI+ β4 UK +е

Keterangan :

KP = Kinerja Perusahaan

MK = Modal kerja

IC = Intellectual Capital

THI = Transaksi Hubungan Istimewa

UK = Ukuran Perusahaan

α = Konstanta

β1β2β3β4 = Koefisien Variabel-Variabel

е = error

b. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur kemampuan

model dalam menjelaskan variasi varibael independen terhadap

variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah berkisar anatara

0-1. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel

independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen terbatas.

Nilai R2 yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen

meberikan hamper semua informasi untuk mempresiksi variabel

dependen.

c. Uji Statistik F

Analisis ini bertujuan untuk menguji model (sesuai) fit atau

tidak. Uji F dilakukan dengan melihat nilai signifikansi f pada ouput


hasil regresi dengan significance level 0,05 (α = 5%). Jika nilai

signifikansi lebih besar dari α maka hipotesis ditolak, yang berarti

model regresi tidak fit. Jika nilai signifikansi lebih kecil dari α maka

hipotesis diterima, yang berarti bahwa model regresi fit.

d. Uji Statistik t

Uji statistik t menunjukkan pengaruh masing-masing antara

variabel independen secara individu terhadap variabel dependen. Pada

uji statistic t, nilai t hitung akan dibandingkan dengan nilai t table,

dilakukan dengan cara : (1) bila t hitung > t table atau probabilitas <

tingkat signifikansi (Sig < 0,05), maka Ha diterima dan Ho ditolak,

variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen; (2) bila t

hitung < t table atau probabilitas > tingkat signifikansi (Sig > 0,05),

maka Ha ditolak dan Ho diterima, variabel independen tidak

berpengaruh terhadap variabel dependen.

Anda mungkin juga menyukai