TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Rinitis secara umum didefinisikan sebagai dua atau lebih gejala dari:
selama lebih dari 1 jam dalam sehari. Ada beberapa jenis dari Rinitis, umumnya
Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi
pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan alergen yang sama
serta dilepaskannya suatu mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan
alergen spesifik tersebut (Soepardi, 2007). Definisi menurut WHO ARIA (allergic
rhinitis and its impact on asthma) tahun 2001 adalah kelainan pada hidung dengan
gejala bersin-bersin, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar
Sedangkan menurut Kimihiro Okubo (2011) dari Jepang rinitis alergi adalah
berulang, ingus berair, dan sumbatan hidung. Rinitis alergi sering dikenal sebagai
2.2 EPIDEMIOLOGI
Menurut Sheikh (2014), Rhinitis Alergi lebih sering terjadi pada laki-laki
3
4
dewasa muda, tetapi RA juga dapat terjadi pada semua golongan usia. Prevalensi
menyatakan bahwa prevalensi anak berusia 13-14 tahun lebih tinggi dari anak
berusia 6-7 tahun. Namun, sebanyak 80% kasus RA berkembang pada usia 20
Kota Medan adalah ibukota Provinsi Sumatera Utara dan merupakan kota
itu, apabila Rhinitis Alergi terjadi pada usia dewasa muda tentunya juga akan
2.3.1 Hidung
Secara umum, hidung dapat dibagi atas dua bagian, yaitu bagian luar
(eksternal) dan bagian dalam (internal). Di bagian luarnya, hidung dibentuk oleh
tulang, kulit dan otot. Osteokartilago hidung dibungkus oleh beberapa otot yang
berfungsi dalam pergerakan hidung meski minimal. Kulit yang melapisi tulang
hidung dan tulang rawan hidung merupakan kulit yang tipis dan mudah untuk
dalamnya terdiri atas dua kavum berbentuk seperti terowongan yang dibatasi
Gambar 1. (kiri) Struktur dinding lateral hidung. (kanan) Anatomi septum nasi
Setiap kavum nasi terhubung dengan nostril dibagian depan dan choana
dibagian belakang. Didalam cavum nasi anterior inferior terdapat vestibulum yang
berisi kelenjar sebasea dan rambut hidung dan dibagian lateralnya terdapat tiga
susun turbin konka yang disebut konka nasalis superior, media dan inferior
(Dhigra P, 2010).
interna. Persarafan hidung terdiri atas fungsi sensorik dan autonom. Cabang
sensorik nya terbagi tiga yaitu, nervus ethmoidalis anterior, cabang ganglion
yang berasal dari serat saraf parasimpatis yang berasal dari nervus petrosus
Secara umum fungsi hidung terdiri atas fungsi respirasi, indera penciuman
sebab didalamnya terdapat nervus olfaktorius dan bulbus olfaktori, konka dan
vaskular didalamnya melembabkan udara inspirasi, cilia dan rambut hidung yang
memperbaiki kualitas resonansi suara yang dikeluarkan, serta fungsi refleks nasal
(Dhigra P, 2010).
6
menyatakan bahwa faktor resiko yang berhubungan dengan rinitis alergi adalah
sebagai berikut:
(44,8%).
(17,6%).
Sedangkan merokok pada saat hamil dan pada masa anak-anak menambah
resiko rinitis alergi pada subjek atopi sehingga rinitis alergi akan menetap
2.5 PATOFISIOLOGI
atau reaksi anafilaksis atau reaksi alergi, timbul segera sesudah tubuh terpajan
dengan alergen. Istilah alergi yang pertama kali digunakan Von Pirquet pada
tahun 1906 diartikan sebagai “reaksi penjamu yang berubah” bila terpajan dengan
bahan yang sama untuk kedua kalinya. Urutan kejadian reakti tipe I adalah
sebagai berikut:
sampai diikatnya oleh reseptor spesifik (FcƐ-R) pada permukaan sel mast
dan basofil.
7
2. Fase aktivasi yaitu waktu yang terjadi akibat pajanan ulang dengan
antigen yang spesifik, sel mast melepas isinya yang berisikan granul yang
menimbulkan reaksi.
farmakologik.
Gambar 2. Reaksi Tipe I. Antigen memasang sel B untuk membentuk IgE diikat
oleh sel mast/basofil melalui reseptor Fc. Apabila tubuh terpajan ulang dengan
antigen yang sama, maka antigen tersebut akan diikat oleh IgE yang sudah ada
pada permukaan sel mast/basofil. Akibat ikatan antigen-IgE. Sel mast/basofil
mengalami degranulasi dan melepas mediator yang preformed antara lain
histamin yang menimbulkan gejala hipersensitivitas tipe I. (Sumber: Imunologi
dasar, Karnen garna Baratawijaya ,2002).
bagian atas (yakni mukosanasalis, tuba eustachius, dan sinus) dan mata. Pada
kasus yag berat, pasien juga memiliki gejala sistemik. Interaksi kompleks antara
inflamasi adalah penyebab dari inflamasi. Individu yang rentan pada rinitis alergi
akan menghasilkan IgE spesifik sebagai respon terhadap protein tertentu. IgE
yang dilepaskan sel mast menyebabkan vasodilatasi segera, kongesi nasal, bersin
sel inflamasi lainnya (yakni makrofag, eosinofil, neutrofil, dan limfosit), yang
menyebabkan respon lambat yang dapat terjadi dalam beberapa jam atau hari dan
2.6 KLASIFIKASI
berlangsungnya,yaitu:
Pada saat ini yang sering digunakan adalah klasifikasi ARIA berdasarkan
waktu terjadinya rinitis alergi dapat dibedakan menjadi dua yaitu, rinitis alergi
allergic rhinitis). Rhinitis alergi berselang terjadi 4 hari per minggu dan >4
keparahan yaitu sebagai berikut: rinitis alergi ringan (mild allergic rhinitis) dan
ringan, penderita dapat tidur dengan nyenyak, tidak terdapat gangguan aktivitas
seharihari maupun pekerjaan ataupun sekolah, serta tidak memiliki gejala yang
9
salah satu atau lebih gejala sebagai berikut: tidur yang terganggu, gangguan
yang mengganggu.
2.7 DIAGNOSIS
Rinitis alergi perlu dibedakan dari jenis rinitis yang lain. Anamnesis dan
pemeriksaan fisik yang cermat pada umumnya sudah cukup untuk menegakkan
A. Anamnesis
yang encer, bersin – bersin, rasa gatal di hidung, langit – langit, sekitar mata dan
telinga. Beberapa penderita mengeluhkan mata merah dan lakrimasi. Gejala nasal
dan okuler menjadi petunjuk untuk membedakan rinitis alergi dan rinitis kronis
meliputi penjalaran inflamasi pada tuba eustachii, telinga tengah, dan sinus
ditegakkan apabila terdapat gejala utama sebagai hidung berair dengan ingus
encer. Gejala utama tersebut dapat bersamaan dengan satu atau lebih gejala
sebagai berikut: bersin, sumbatan hidung, gatal pada hidung, atau konjungtivitis
(mata merah dan gatal). Apabila seseorang memenuhi kriteria diatas diperlukan
10
B. Pemeriksaan Fisik
pooling darah vena kronis. Anak – anak sering kali menggosok – gosok
concha nasalis inferior dan medius pucat dan membengkak disertai eksudat encer.
(P.G.Konthen dkk.,2008).
C. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah tepi Pada hitung jenis lekosit dan hitung jenis
2.8 PENATALAKSANAAN
aktivitas kesenangan.
yaitu:
(Sheikh,2013).
untuk episode berat dan akut) mungkin juga dapat digunakan sebagai
3. Imunoterapi
2.9 KOMPLIKASI
13
Terdapat beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada penederita rinitis alergi