Anda di halaman 1dari 61

GAMBARAN KECEMASAN PADA TINGKAT GLUKOSA

DARAH PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI


WILAYAH KERJA PUSKESMAS WELAHAN 1

KHOIRUL AZIS FIRMANSYAH


2017011955

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
CENDEKIA UTAMA KUDUS
2021
PERSETUJUAN PROPOSAL PENELITIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini, Pembimbing Utama dari :


Nama : Khoirul Azis Firmansyah
NIM : 2017011955
Judul Proposal : Gambaran Kecemasan Pada Tingkat Glukosa Darah Penderita
Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Welahan 1.
Menyatakan persetujuan untuk dilaksanakan seminar proposal oleh tim penguji
pada tanggal 25 Februari 2021.

Kudus,16 Februari 2021


Menyetujui,
Pembimbing Utama

Emma Setiyo Wulan, S.Kep., Ns., M.Kep


NIDN : 0617028602

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan


limpahan nikmat, rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat dan salam ta’adzim senantiasa
terlimpahkan kepada beliau baginda Rasulullah SAW, keluarga dan para sahabatnya
serta kepada siapa saja yang mengikuti ajarannya. Berkat pertolongan Allah SWT
dan petunjuk-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini sebagai salah
satu pernyataan untuk menyelesaikan pendidikan S1 Keperawatan dengan judul
“Gambaran Kecemasan Pada Tingkat Glukosa Darah Penderita Diabetes Mellitus
tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Welahan 1” . Dalam pembuatan proposal ini
penulis telah mendapatkan bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak sehingga
penulis dapat menyelesaikannya dengan baik, oleh karena itu penulis menyampaikan
terima kasih kepada :
1. Ibu Emma Setiyo Wulan,S.,Kep., Ns., M. Kep. selaku Dosen Pembimbing
Utama yang telah memberikan bimbingan dan petunjuk dalam menyusun
proposal ini.
2. Bapak Ilham Setyo Budi, S.Kp., M.Kes selaku Ketua STIKES Cendekia
Utama Kudus yang telah memberikan izin dan membantu terselesainya
proposal ini.
3. Ibu Heriyanti, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Ketua Jurusan Keperawatan
STIKES Cendekia Utama Kudus.
4. Puskesmas Welahan 1 yang telah mengizinkan saya untuk melaksanakan
penelitian ini.
5. Sahabat seperjuangan S1 Keperawatan angkatan 2017 yang selalu
mendukung dan bersama-sama memotivasi untuk keberhasilan kita semua.
6. Kedua orang tuaku tercinta Bapak dan Ibu yang selalu mendoakan, memberi
semangat untuk segera menyelesaikan pendidikan di Institusi Kesehatan.
7. Dan semua pihak yang telah membantu dalam penulisan proposal ini, yang
tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

ii
Dalam penulisan ini penulis menyadari bahwa dalam penyusunan
proposal ini masih jauh dari kata kesempurnaan. Oleh karena itu penulis dengan
terbuka mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan proposal ini. Penulis berharap semoga proposal ini dapat
bermanfaat bagi pembaca pada umumnya.

Kudus, 25 Februari 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PESETUJUAN PROPOSAL PENELITIAN..............................

KATA PENGANTAR..................................................................................... .

ii

DAFTAR ISI....................................................................................................

iv

DAFTAR TABEL............................................................................................

vii

DAFTAR GAMBAR........................................................................................

viii

DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................

ix

DAFTAR SINGKATAN.................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.............................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah......................................................................... 5

1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................... 5

1.4 Manfaat Penelitian........................................................................ 5

1.5 Keaslian Penelitian....................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

iv
2.1 Diabetes Mellitus .......................................................................... 11

2.1.1 Definisi............................................................................... 11

2.1.2 Etiologi .............................................................................. 11

2.1.3 Patofisiologi ...................................................................... 13

2.1.4 Klasifikasi.......................................................................... 15

2.1.5 Tanda dan Gejala ............................................................. 16

2.1.6 Komplikasi ....................................................................... 17

2.1.7 Penatalaksanaan ............................................................... 18

2.2 Kadar Gula Darah

2.2.1 Definisi Kadar Gula Darah.............................................. 19

2.2.2 Macam-macam Pemeriksaan............................................ 19

2.3 Kecemasan

2.3.1 Definisi Kecemasan........................................................... 20

2.3.2 Jenis-Jenis Kecemasan....................................................... 20

2.3.3 Gejala Kecemasan.............................................................. 21

2.3.4 Faktor Penyebab Kecemasan............................................. 22

2.3.5 Tingkat Kecemasan............................................................ 22

2.3.6 Alat Kecemasan................................................................. 23

2.3.7 Penatalaksanaan................................................................. 27

2.4 Kerangka Teori................................................................................. 30

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep............................................................................. 31

3.2 Hipotesis Penelitian.......................................................................... 31

v
3.3 Jenis dan Rancangan Penelitian....................................................... 31

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................... 32

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian....................................................... 32

3.6 Definisi Operasional......................................................................... 34

3.7 Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data...................... 35

3.8 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data...................................... 39

3.9 Etika Penelitian................................................................................ 40

4.0 Jadwal Penelitian............................................................................. 41

DAFTAR PUSTAKA.

LAMPIRAN.

vi
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Tabel Halaman

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian................................................. 7

Tabel 3.2 Definisi Operasional...............................................34

DAFTAR GAMBAR

vii
Nomor Judul Gambar Halaman

Gambar 2.1 Glukosa Darah......................................20

Gambar 2.2 Kerangka Teori.....................................30

Gambar 3.1 Kerangka Konsep...................................31

DAFTAR LAMPIRAN

viii
Nomor Judul Lampiran Halaman

Lampiran 1 Jadwal Penelitian..................................43

Lampiran 2 Instrumen Penelitian...............................44

DAFTAR SINGKATAN

ix
ADA (American Diabetes Association)
Anxiety VAS (Anxiety Visual Analog Scale)
DASS (Depression Anxiety Stress Scale)
DM (Diabetes Mellitus)
HADS (Hospital Anxiety and Depression Scale)
HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale)
IDF (International Diabetes Federation)
Kemenkes RI (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia)
Riskesdas ( Riset Kesehatan Dasar)
SPSS (Statistical For Social Science)
T-MAS (Taylor Manifest Anxiety Scale)
WHO (World Health Organization)
ZSAS (Zung-Self Anxiety Rating Scale)

x
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Diabetes mellitus adalah penyakit metabolik kronis yang ditandai


dengan peningkatan kadar glukosa darah (atau gula darah), Dari waktu ke
waktu menyebabkan kerusakan serius pada jantung, pembuluh darah, mata,
ginjal, dan saraf. Paling umum adalah diabetes tipe 2, biasanya pada orang
dewasa, yang terjadi ketika tubuh menjadi resisten terhadap insulin atau tidak
menghasilkan cukup insulin. Dalam tiga dekade terakhir prevalensi diabetes
tipe 2 telah meningkat secara dramatis di negara-negara dengan semua tingkat
pendapatan. Diabetes tipe 1 dulu dikenal sebagai diabetes remaja atau
diabetes tergantung insulin, Kondisi kronis di mana pankreas menghasilkan
sedikit atau tidak ada insulin dengan sendirinya. Bagi penderita diabetes
mellitus akses ke pengobatan yang terjangkau, termasuk insulin sangat
penting untuk kelangsungan hidup mereka. Target yang disepakati secara
global untuk menghentikan peningkatan diabetes dan obesitas pada tahun
2025. Sekitar 422 juta orang di seluruh dunia menderita diabetes, mayoritas
tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah, 1,6 juta kematian
secara langsung dikaitkan dengan diabetes setiap tahun. Baik jumlah kasus
maupun prevalensi diabetes terus meningkat selama beberapa dekade terakhir
(WHO, 2020).
Wilayah IDF (International Diabetes Federation) Timur Tengah dan
Afrika Utara (MENA) memiliki prevalensi diabetes yang disesuaikan dengan
usia tertinggi pada orang dewasa pada tahun 2019, 2030 dan 2045 (masing-
masing 12,2%, 13,3% dan 13,9%). Wilayah IDF Afrika (AFR) memiliki
prevalensi yang disesuaikan dengan usia terendah pada tahun 2019, 2030 dan
2045 (4,7%, 5,1% dan 5,2%), sebagian dapat dikaitkan dengan tingkat
urbanisasi yang lebih rendah, kekurangan gizi dan tingkat kelebihan berat

1
badan yang lebih rendah dan obesitas. Namun jumlah penderita diabetes di
wilayah ini diperkirakan akan meningkat 143% pada tahun 2045 (IDF, 2019).
Penderita DM di Indonesia lebih banyak berjenis kelamin perempuan
(1,8%) daripada laki-laki (1,2%). Kemudian untuk daerah domisili lebih
banyak penderita diabetes melitus yang berada di perkotaan
(1,9%)dibandingkan dengan di perdesaan (1,0%) (Kemenkes RI, 2018).
Prevalensi Diabetes Mellitus semua umur di Indonesia dari Riskesdas
2018 sedikit lebih rendah dibandingkan prevalensi DM pada usia ≥15 tahun,
yaitu sebesar 1,5%. Namun Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya,
prevalensi DM berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur ≥ 15 tahun
hasil Riskesdas 2018 meningkat menjadi 2%. Berdasarkan kategori usia,
penderita DM terbesar berada pada rentang usia 55-64 tahun dan 65-74 tahun
(Latifah Noor, Herdiasnyah Dadang, 2020).
Diabetes Mellitus merupakan salah satu masalah kesehatan yang
berdampak pada produktivitas dan dapat menurunkan sumber daya manusia,
penyakit ini menduduki peringkat ke 2 dengan prevalensi sebanyak 22,1% di
tahun 2017. Prevalensi diabetes di Jawa tengah pada pada tahun 2017
mencapai 19,22% dan merupakan penyakit dengan urutan ke-2 setelah
hipertensi. Pada tahun 2018 prevalensi Diabetes mellitus di jawa tengah
20,57%, Jika diabetes tidak dikelola dengan baik maka akan menimbulkan
penyakit tidak menular lanjutan seperti jantung dan stroke. Jumlah penderita
DM di Provinsi Jawa Tengah tahun 2019 adalah sebanyak 652.822 orang, dan
sebesar 83,1 persen. Persentase pelayanan kesehatan penderita DM tertinggi
(> 100 persen) adalah di Purbalingga, Pati, Semarang, Sukoharjo, Kudus,
Wonosobo, Karanganyar, Jepara, Tegal dan Kota Magelang. Sedangkan
kabupaten/kota dengan capaian terendah berada di Pemalang 26,3 persen
(Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2019).
Dari data yang didapatkan di puskesmas dengan angka kejadian
tertinggi penyakit diabetes mellitus di kabupaten Jepara. Pada tahun 2020
angka kejadian tertinggi penyakit diabetes mellitus 99.43% di Puskesmas
Welahan 1, diurutan kedua dengan angka kejadian diabetes mellitus 96.64 %

2
di Puskesmas Keling 1, diurutan ketiga ada Puskesmas Kedung 2 dengan
angka kejadian diabetes mellitus 95.11% (Dinas Kesehatan Kabupaten
Jepara,2020).
Berdasarkan data Rekam Medik Puskesmas Welahan 1 Kabupaten
Jepara, Jumlah penderita Diabetes Mellitus tipe 2 terus meningkat, Pada tahun
2018 didapatkan 90 orang, Pada tahun 2019 didapatkan 120 orang, Pada
tahun 2020 didapatkan 156 orang (Rekam Medik Puskesmas Welahan 1
Kabupaten Jepara).
Hasil uji study pendahuluan menggunakan wawancara dengan 5
pasien di wilayah kerja Puskesmas Welahan 1. Didapatkan hasil pada 3
pasien mengatakan cemas terhadap kadar gula darah tidak stabil dan cemas
akan komplikasi atau dirawat kembali di Puskesmas, Dengan keluhan cemas
seperti insomnia, lelah, bosan dengan perawatan diabetes mellitus. Sedangkan
2 pasien sisanya bersikap santai, tidak mengalami keluhan akibat cemas
terhadap Diabetes Mellitus dan perawatannya.
Penyakit Diabetes Melitus merupakan penyakit degeneratif yang
dapat dikendalikan dengan empat pilar penatalaksaan. Pola makan menjadi
salah satu hal penting dalam empat pilar penatalaksanaan diabetes mellitus
dikarenakan pasien tidak memperhatikan pola makan yang seimbang.
Meningkatnya kadar gula darah pada pasien Diabetes Mellitus berperan
sebagai penyebab dari ketidakseimbangan jumlah insulin, oleh karena itu diet
menjadi salah satu pencegahan agar gula darah tidak meningkat, Dengan pola
makan yang tepat dapat membantu mengontrol kadar gula darah (Susanti &
Bistara, 2018).
Penyakit kronis seperti diabetes mellitus dapat menimbulkan masalah
psikologis pada pasien. Informasi yang tidak tepat dapat menimbulkan
mispersepsi yang berpengaruh terhadap kondisi psikologis diantaranya
tingkat kecemasan bahkan stres. Diabetes merupakan penyakit genetik yang
dapat diwariskan pada keturunan berikutnya. Selain itu, dampak buruk dan
komplikasi yang parah seperti amputasi menambah kekhawatiran pasien dan
keluarga (Syaiful, 2018).

3
Kecemasan merupakan perasaan subjektif mengenai ketegangan
mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari ketidakmampuan
mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa aman. Perasaan yang tidak
menentu tersebut pada umumnya tidak menyenangkan yang nantinya akan
menimbulkan atau disertai perubahan fisiologis dan psikologis. Orang yang
mendapatkan stresor maka hormon epinefrin akan meningkatkan produksi
glukagon pankreas sehingga meningkatkan glukosa darah, Pada orang normal
peningkatan ini dapat diatasi tubuh dengan peningkatan hormon insulin,
tetapi pada orang yang mengalami diabetes mellitus hormon insulin
mengalami gangguan pada produksi maupun reseptor tubuh yang mengikat
insulin sehingga gula darah akan tetap tinggi (Kadir, 2016).
Prevalensi gangguan ansietas pada pasien diabetes melitus lebih tinggi
daripada yang tidak, Diabetes melitus tipe-2 sering mengalami gangguan
ansietas dan depresi dengan prevalensi insidensi 20–60% menderita depresi,
dan 14-40% menderita ansietas. Diabetes Mellitus tipe 2 beresiko 2 kali lipat
menderita ansietas maupun depresi dan sering tidak terdeteksi sehingga tidak
mendapat penanganan dengan baik. Untuk mengetahui gambaran simtom
ansietas dan depresi pada pasien DM tipe-2 dengan menggunakan kuesioner
Hospital Anxiety and Depression Scale(HADS) (Hendriati et al., 2018).
Tingkat kecemasan pada penderita diabetes militus dikarenakan
bahwa diabetes dianggap suatu penyakit yang menakutkan, karena mempunyai
dampak negatif yang kompleks terhadap kelangsungan kecemasan individu.
Kecemasan yang terjadi karena seseorang merasa terancam baik fisik maupun
psikologis(Angriani & Baharuddin, 2020).
Pada penelitian Wiyadi (2018) ditemukan bahwa hasil penilaian
tingkat kecemasan menggunakan scala HARS didapatkan data Tingkat
kecemasan responden pada responden yang dirawat di Ruang Flamboyan RS
A. Wahab Syahranie Samarinda tingkat kecemasan yang terjadi pada 10 %
responden mengalami kecemasan ringan, 40% responden mengalami
kecemasan sedang dan 50% responden mengalami kecemasan berat (Wiyadi
et al., 2018).

4
Pada penelitian Murdiningsih & Ghofur (2017) ditemukan bahwa
terdapat korelasi antara ansietas dengan kadar gula darah. Hasil korelasi
dengan variabel kadar glukosa darah menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
yang signifikan antara kecemasan terhadap kadar glukosa darah pada
penderita diabetes mellitus. Terdapat hubungan antara ansietas dengan
kontrol kadar gula darah. Sebagian besar klien yang memiliki kadar gula
darah yang tidak terkontrol merupakan klien yang mengalami ansietas.
Ansietas dirasakan klien dengan diabetes akan mempengaruhi klien dalam
melakukan perawatan diri diabetes. Sebagian klien yang menyatakan bahwa
jika merasa cemas dan gelisah, perawatan diri pun tidak bisa dipenuhi dan
gula darah akan naik (Simamora, 2016).
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul Gambaran kecemasan pada tingkat glukosa darah
penderita Diabetes melitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas welahan 1.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut “Gambaran kecemasan pada tingkat glukosa darah penderita
Diabetes Mellitus di wilayah kerja Puskesmas Welahan 1”.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mendeskripsikan kecemasan pada tingkat glukosa darah penderita
Diabetes Mellitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Welahan 1.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat secara teoritis
Penelitian ini dapat memberikan infomasi yang dapat memberikan
tambahan pengetahuan mengenai kecemasan pada tingkat glukosa
darah penderita Diabetes Melitus tipe 2.

5
1.4.2 Manfaat secara praktis
a) Bagi Pasien Diabetes Mellitus tipe 2.
Hasil penelitian ini memberikan informasi tentang gambaran
kecemasan pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2.
b) Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan keilmuan dan
menambah pengalaman peneliti dalam melaksanakan penelitian
atau referensi peneliti selanjutnya khususnya penelitian terkait
dengan penyakit Diabetes Mellitus tipe 2.
c) Bagi Keperawatan
Penelitian ini dapat bermanfaat untuk menambah informasi dan
wawasan tentang kecemasan penderita Diabetes Mellitus tipe 2.
d) Bagi Puskesmas
Pihak puskesmas dapat memberikan edukasi tentang kecemasan
pada penderita diabetes mellitus tipe 2. Sebagai upaya preventif
dalam mengurangi angka kejadian DM tipe 2.

6
1.5 Keaslian penelitian

Tabel 1.1
Keaslian Penelitian

No Judul Nama Rancangan Variabel Hasil


penelitia peneliti dan penelitian penelitian penelitian
n tahun

1 Gambara Livana PH1 Penelitian ini Tingkat Berikut ini


n tingkat , Indah menggunaka ansietas merupakan
ansietas Permata n metode pasien gambaran
pasien Sari2 , penelitian diabetes karakteristik
diabetes Hermanto kuantitatif mellitus PasienDM
mellitus 2019 deskriptif. diwilayah
di Penelitian kerja Dokter
kabupate kuantitatif keluarga
n merupakan Djazariyah
Kendal. penelitian Kabupaten
yang Kendal.
menekankan Tabel 1
pada suatu menunjukkan
fenomena bahwa
objektif yang sebagian
dikaji besar pasien
menggunaka DM berusia
n angka- 25-60 tahun,
angka, berjenis
pengolahan kelamin
statistik, perempuan,
struktur, dan Sekolah
percobaan Menengah
terkontrol Atas, tidak
(Hamdi, bekerja,
Bahruddin, memiliki
2014). penghasilan
Penelitian kurang dari
deskriptif UMR
merupakan Kabupaten
penelitian Kendal,
yang menikah, dan
mengambark lama
an sebuah menderita
fenomena DM lebih
atau situasi dari lima

7
masalah di tahun. Tabel
tempat 2
tempat menunjukkan
tertentu, bahwa
(Lapau, mayoritas
2012). pasien DM
Penentuan mengalami
sampel dari ansietas
suatu ringan.
populasi
yang
dijadikan
subjek
penelitian,
dilakukan
dengan
menggunaka
n sebuah
teknik yang
disebut
dengan
teknik
sampling.
Teknik
sampling
yang
digunakan
dalam
penelitian ini
yaitu
purposive
sampling.
Teknik
purposive
sampling
yaitu suatu
teknik untuk
menetapkan
sampel
dengan cara
memilih
sampel di
antara
populasi,
yang sesuai

8
dengan
kehendak
peneliti,
tujuan dan
masalah
penelitian,
sehingga
sampel
tersebut
dapat
mewakili
karakteristik
populasi
yang ada
Depresi, Penelitian ini Berdasarkan
2 Anxiety Ahmad termasuk Depresi hasil
dan Zaenudin Jenis anxiety dan penelitian,
stress Kholid2, penelitian ini stress analisis data,
dapat Edy merupakan meningkat dan
meningk Suprayitno penelitian kan kadar Pembahasan
atkan 3 2019 non gula darah dapat
kadar eksperiment pada pasien disimpulkan
gula yaitu dm tipe 2 1.Depresi,
darah rancangan Anxiety dan
pada atau desain Stres pada
pasien penelitian pasien
dm tipe 2 yang bersifat Diabetes
di korelasional Melitus Tipe
Persadia (Nursalam, II di RS PKU
RS PKU 2003). Muhammadi
Muham Penelitian ini yah
madiyah menggunaka Yogyakarta
Yogyaka n metode mayoritas
rta pendekatan normal/tidak
waktu depresi yaitu
dengan cross 16
sectional Responden
(Arikunto, (64,0%),
2010). Anxiety
Depresi, berat yitu 10
Anxiety dan Responden
Stres diukur (40,0%) dan
dengan Stres sedang
menggunaka yitu 9
n alat ukur Responden

9
(instrument) (36,0%).
yang dikenal 2.Ada
dengan nama hubungan
Depression, Depresi,
Anxiety and Anxiety dan
Stress Scales Stres dengan
(DASS), kadar gula
sedangkan darah pada
kadar gula pasien
dalam darah Diabetes
diukur Melitus Tipe
dengan II di RS PKU
Glucose Muhammadi
Cholesterol yah
Uric Acid Yogyakarta
(GCU) yang Tahun 2019.
sudah
terkalibrasi.
Populasi
penelitian ini
adalah
penderita
Diabetes
Melitus Tipe
II di
PERSADIA
RS PKU
Muhammadi
yah
Yogyakarta
sebanyak 65
pasien

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diabetes Mellitus

2.1.1 Definisi

Diabetes Mellitus adalah penyakit gangguan metabolisme


kronis yang disebabkan oleh banyak faktor yang ditandai dengan
tingginya kadar gula darah sebagai akibat dari gangguan fungsi
insulin. Diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang kompleks
dan memerlukan perawatan berkelanjutan dengan strategi
pengurangan resiko multi faktor di luar kendali glikemik (American
Diabetes Association, 2018).
Diabetes mellitus adalah sekelompok penyakit metabolik yang
ditandai dengan hiperglikemia kronis akibat defek sekresi insulin,
gangguan kerja insulin, atau keduanya. Ganguan metabolisme pada
karbohidrat, lipid, dan protein sebagian besar disebabkan gangguan
hormone insulin (Prolanis & Darah, n.d.2016).
Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit
metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (Soelistijo et al.,
2019).

2.1.2 Etiologi

Faktor penyebab Diabetes Mellitus menurut Saputra, Lyndon


(2014)
1) DM tipe 1

11
Disebabkan oleh destruksi sel beta pulau langerhans akibat
proses autoimun. Diabetes Mellitus tipe 1 hanya dapat di obati
dengan pemberian terapi insulin yang dilakukan secara terus
menerus berkesinambungan. Riwayat keluarga, diet dan faktor
lingkungan sangat mempengaruhi perawatan penderita diabetes
tipe 1. Pada penderita diebetes tipe 1 haruslah diperhatikan
pengontrolan dan memonitor kadar gula darahnya, sebaiknya
menggunakan alat test gula darah.
2) DM tipe 2
Disebabkan oleh kegagalan relatif sel beta dan resistensi
insulin. Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin
untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer
dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Terjadi
paling sering pada mereka yang berusia lebih dari 30 tahun dan
pada mereka yang obesitas.
3) Diabetes Melitus Gestasional
Diakibatkan kombinasi kemampuan reaksi dan pengeluaran
hormon insulin yang tidak cukup. Sering terjadi pada kehamilan
dan akan sembuh setelah melahirkan.
4) Faktor resiko DM
a) Usia
Terjadi DM tipe 2 bertambah dengan penambahan usia (jumlah
sel b yang produktif berkurang seiring pertambahan usia).
b) Berat badan atau obesitas
Obesitas membuat sel tidak sensitif terhadap insulin (retensi
insulin). Semakin banyak jaringan lemak dalam tubuh
semakin resisten terhadap kerja insulin.
c) Gaya Hidup
Gaya hidup adalah perilaku seseorang yang ditujukan dalam
aktivitas fisik, makanan cepat saji. Kurangnya berolahraga

12
dan pola makan yang tidak baik merupakan faktor pemicu
terjadinya DM tipe 2.

d) Faktor genetik
Faktor genetik dapat langsung mempengaruhi sel beta dan
mengubah kemampuannya untuk mengenali dan menyebarkan
rangsang sekretoris insulin.
2.1.2 Patofisiologi
Pada DM Tipe I adalah penyakit autoimun yang ditentukan
secara genetik dan gejala yang pada akhirnya menuju pada proses
tahap kerusakan imunologik sel-sel yang memproduksi insulin, yaitu
kerusakan pada sel langerhans sehingga terjadi penurunan sekresi atau
defisiensi insulin sehingga metabolisme insulin menjadi terganggu.
Bila sekresi insulin berkurang atau tidak ada, maka konsentrasi
glukosa dalam darah akan meningkat (hiperglikemia), keadaan
hiperglikemia menyebabkan tekanan extra sel meningkat, karena
peningkatan tekanan ini sehingga cairan dari ekstrasel ditarik ke
dalam darah sehingga terjadi gangguan reabsorbsi pada ginjal
sehingga kemampuan reabsorbsi melebihi batas ambang ginjal dan
akan tampak glukosuria akibat dari ginjal tidak dapat menyaring
glukosa yang keluar, ketika glukosa yang berlebihan diekskresikan ke
dalam urin.
Ekskresi ini akan disertai dengan pengeluaran cairan dan
elektrolit yang berlebihan (diuresis osmotik) sebagai akibat dari
kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan mengalami
peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia).
Pasien mengalami penurunan berat badan akibat defisiensi insulin
menyebabkan gangguan metabolisme protein dan lemak. Oleh
karena menurunnya simpanan kalori pasien mengalami banyak

13
makan (polifagia). Dalam keadaan normal insulin mengendalikan
glukogenolisis (Glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis
(pembentukan glukosa baru) yang dapat menyebabkan hiperglikemia.
Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan
peningkatan produksi keton dengan tanda dan gejala :nyeri abdomen,
mual, muntah, hiperventilasi, nafas bau aseton, bila tidak ditangani
dapat mengakibatkan penurunan kesadaran bahkan kematian.
Pemecahan lemak yang tidak sempurna akan menyebabkan
peningkatan asam lemak bebas dan menimbulkan aterosklerosis yang
memvasokonstriksi pembuluh darah yang membuat tahanan perifer
meningkat akhirnya terjadi peningkatan tekanan darah. Aterosklerosis
menyebabkan aliran darah ke seluruh tubuh terganggu, pada organ
ginjal akan terlihat adanya proteinuria, hipertensi mencetuskan
hilangnya fungsi ginjal dan terjadi insufisiensi ginjal. Pada organ mata
terjadi pandangan kabur. Sirkulasi ekstremitas bawah yang buruk
mengakibatkan neuropati perifer dengan gejala kesemutan, parastesia,
penurunan sensitivitas terhadap panas dan dingin. Akibat lain dari
gangguan sirkulasi ekstremitas bawah yaitu lamanya penyembuhan
luka karena kurangnya O2 dan ketidakmampuan fagositosis dari
leukosit yang mengakibatkan gangren.
Dalam patofiosiologi DM tipe 2 terdapat beberapa keadaan
yang berperan yaitu: Resistensi insulin dan disfungsi sel B pankreas.
Diabetes mellitus tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi
insulin, namun karena sel-sel sasaran insulin gagal atau tidak
mampu merespon insulin secara normal. Keadaan ini lazim disebut
sebagai resistensi insulin ”Resistensi insulin banyak terjadi akibat
dari obesitas dan kurangnya aktivitas fisik serta penuaan. Pada
penderita diabetes mellitus tipe 2 dapat juga terjadi produksi gula
darah hepatic yang berlebihan namun tidak terjadi pengrusakan sel-
sel B Langerhans secara autoimun seperti diabetes mellitus tipe 2.

14
Defisiensi fungsi insulin pada penderita diabetes mellitus tipe 2
hanya bersifat relatif dan tidak absolut (Fatimah, 2015).
Pada awal perkembangan diabetes melitus tipe 2, sel B
menunjukan gangguan pada sekresi insulin fase pertama, artinya
sekresi insulin gagal mengkompensasi resistensi insulin. Apabila
tidak ditangani dengan baik, pada perkembangan selanjutnya akan
terjadi sel-sel B pankreas. Kerusakan sel-sel B pankreas akan terjadi
secara progesif yang akan menyebabkan defisiensi insulin (Fatimah,
2015).
2.1.3 Klasifikasi DM
Berdasarkan etiologi, DM di klasifikasikan menjadi empat tipe
yaitu :
1) DM tipe 1
Diabetes Mellitus yang terjadi karena kerusakan sel beta akibat
terjadinya gangguan metabolik glukosa yang ditandai dengan
hiperlikemia kronis. Penyebab dari kerusakan sel beta adalah
tubuh kehilangan kemampuan untuk memproduksi insulin.
2) DM tipe 2
Diabetes Mellitus tipe 2 disebabkan oleh resistensi insulin yang
disertai defisiensi insulin, serta menyebabkan kerusakan pada
sekresi insulin.
3) Diabetes Mellitus gestasional
Diabetes Mellitus Gestasional merupakan gangguan toleransi
glukosa darah berbagai derajat yang sering dialami oleh ibu
hamil. Adanya gangguan toleransi glukosa yang relatif ringan,
kebanyakan wanita penderita diabetes mellitus gestational memiliki
hemeostatis glukosa yang normal selama kehamilan pertama dan
juga bisa mengalami defisiensi insulin relative pada kehamilan
kedua, akan tetapi kadar gula darah akan kembali normal setelah
persalinan.
4) DM tipe lain

15
Gangguan endokrin yang menimbulkan hiperglikemia akibat
peningkatan produksi glukosa hati atau penurunan penggunaan
glukosa oleh sel.

2.1.4 Tanda dan gejala DM


Menurut (Dipro et al., 2015) ada beberapa tanda dan gejala
Diabetes Mellitus tipe 2, antara lain :
1) Tanda-tanda khas penderita diabetes mellitus
a) Sering berkemih (Poliuria)
Gejala umum pada penderita diabetes mellitus, biasanya
banyaknya air kencing disebabkan gula dalam darah terlalu
banyak, Sehingga membuat tubuh harus segera mengeluarkan
kelebihan gula tersebut melalui ginjal bersama urine. Gejala ini
terutama muncul pada malam hari, kondisi ini terjadi karena
kadar gula dalam darah relatif lebih tinggi pada malam hari.
b) Merasa sering haus (Polidipsia)
Gejala ini merupakan usaha tubuh untuk menghindari kekurangan
cairan (dehidrasi). Karena tubuh banyak mengeluarkan air dalam
bentuk urine, secara otomatis akan menimbulkan rasa haus untuk
mengganti cairan yang keluar.
c) Sering makan (Polifagia)
Gejala ini disebabkan oleh berkurangnya cadangan gula dalam
tubuh meskipun kadar gula dalam darah tinggi. Ketidakmampuan
insulin dalam menyalurkan gula sebagai sumber tenaga dalam sel
membuat tubuh merasa lemas dan kurang bertenaga.
d) Peningkatan berat badan
Tingginya kandungan gula dalam darah dan kurangnya hormon
insulin akan menyebabkann tubuh memecah lemak sebagai energi

16
setiap harinya. Apabila didiamkan, pemecahan lemak akan terjadi
secara terus menerus, lama kelamaan pasokan lemak penderita
diabetes mellitus berkurang diikuti penurunan berat badan hingga
akhirnya penderita penyakit diabetes mellitus terlihat kurus.

2) Tanda-tanda tidak khas penderita diabetes mellitus


a) Pandangan kabur
Tingginya kadar gula dalam darah akan menyebabkan darah
menjadi lebih kental, kekentalan darah yang meningkat akan
menyebabkan aliran darah tidak lancar. Lama kelamaan gangguan
pada aliran darah akan ikut mempengaruhi mikrovaskuler ke
retina. Terganggunya kerja retina akan menyebabkan pandangan
menjadi kabur.
b) Disfungsi ereksi
Masalah seksual dimana alat kelamin tidak mampu ereksi
dengan maksimal. Kondisi ini besar kaitannya dengan penurunan
fungsi saraf bagian alat kelamin karena tingginya kadar gula
darah.
c) Kesemutan pada kaki dan tangan
Kesemutan terjadi karena tidak lancarnya peredaran darah.
Rasa kesemutan paling sering terjadi pada kaki.
2.1.6 Komplikasi
Komplikasi DM secara umum adalah :
1) Komplikasi akut
Komplikasi akut merupakan reaksi komplikasi jangka pendek
akibat dari ketidakseimbangan konsentrasi kadar glukosa
dalam darah. Kompikasi akut yang dialami penderita DM
berupa hopglikemi, koma diabetik, diabetes ketoasidosis,
hiperesmolar non ketotik.

17
2) Komplikasi kronis
Komplikasi kronis sebagai penyebab kematian dan kecacatan
akibat dari DM, sehingga berpengaruh pada seluruh sistem tubuh,
fisik, mental sosial dan ekonomi pada penderita DM. Komplikasi
kronis pada DM berupa angiopati, retinopati, nefropati, neuropati,
komplikasi pada kaki dan kulit, stroke, gagal ginjal kronis,
penyakit vaskular perifer (Simatupang, 2020).
2.1.7 Penatalaksanaan
Menurut (Soelistijo dkk, 2015) penatalaksanaan diabetes mellitus
tipe 2 terdiri dari :
1. Edukasi
a) Pencegahan primer dilakukan pemberian edukasi yang
ditunjukkan pada kelompok resiko tinggi.
b) Pencegahan sekunder dilakukan pemberian edukasi yang
ditunjukkan pada pasien baru berupa materi edukasi tentang
pengertian diabetes mellitus, penatalaksanaan, mengenal,
mencegah komplikasi, tanda dan gejala.
c) Pencegahan tersier dilakukan pemberian edukasi yang
ditunjukkan pada pasien dengan tingkatan lanjut. Materi yang
diberikan berupa materi edukasi tentang cara pencegahan
komplikasi dan perawatan, upaya untuk rehabilitas.
2. Terapi Farmakologi
Pada umumnya pasien diabetes mellitus perlu minum obat anti
diabetes secara oral atau tablet. Pasien diabetes mellitus juga
memerlukan suntikan insulin pada kondisi tertentu.
1) Monitoring Kadar Gula Darah
Pada pasien diabetes mellitus diperlukan pamantauan kadar
gula darah untuk mengatur atau mengendalikan kadar gula
darah dalam tubuh.
2) Latihan aktivitas fisik

18
Dapat mencegah dan memperlambat penyakit diabetes mellitus
tipe 2 dan mengontrol kadar gula darah dalam tubuh. Dengan
latihan aktivitas fisik minimal 30 menit setiap hari dapat
mengurangi resiko terjadinya diabetes mellitus.

2.2 Kadar Gula Darah


2.2.1 Definisi
Glukosa darah adalah tingkat glukosa di dalam kosentrasi gula
darah atau tingkat glukosa serum diatur dengan ketat di dalam tubuh,
Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah sumber utama energi
untuk sel-sel tubuh (Simatupang, 2020).
Glukosa darah adalah tingkat glukosa di dalam darah gula
yang ditransportasikan melalui aliran darah untuk memenuhi
kebutuhan energi ke seluruh sel di dalam tubuh (Nordqvist, 2014).

2.2.2 Macam-macam pemeriksaan gula darah


Terdapat beberapa jenis pemeriksaan glukosa darah,
menurut Seogondo, et al. (2015) yakni kadar glukosa darah
sewaktu, puasa, 2 jam setelah makan (2 jam PP) :
a) Glukosa darah sewaktu
Pemeriksaan glukosa darah sewaktu yaitu mengukur kadar
glukosa darah tanpa memperhatikan waktu makan.
Peningkatan kadar glukosa darah dapat terjadi setelah makan,
stress, atau pada diabetes mellitus. Nilai normalnya berkisar
antara 70 mg/dl sampai 125 mg/dl (Kartika, 2015).
Glukosa darah sewaktu >200 mg/dl dikategorikan glukosa
darah sewaktu yang tinggi (American Diabetes Association,
2014).

19
b) Glukosa darah puasa
Kadar glukosa darah puasa diukur setelah terlebih dahulu tidak
makan setelah 8 jam. Kadar glukosa darah ini menggambaran
level glukosa yang diperidiksi oleh hati. Nilai normalnya
kurang dari 100 mg/dl. Glukosa darah puasa > 126 mg/dl
dapat diketogarikan glukosa darah puasa yang tinggi.

c) Glukosa darah 2 jam setelah makan


Pemeriksaan kadar glukosa darah diperiksa tepat 2 jam
setelah makan. Pemeriksaan ini menggambarkan efektifitas
insulin dalam transportasi glukosa ke sel. Nilai normalnya
berkisar antara 100 mg/dl sampai 140 mg/dl (Kartika, 2015).
Tabel 2.1

Baik Sedang Buruk


Glukosa darah 80-109 110-125 >126
puasa

Glukosa darah 110- 145-179 >200


2 jam 144

Glukosa darah <100 100-199 >200


sewaktu

2.3 Konsep kecemasan


2.3.1 Definisi
Kecemasan (ansietas/anxiety) adalah gangguan alam perasaan
ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak
mengalami gangguan dalam menilai realistis, Individu-individu yang
tergolong normal kadang kala mengalami kecemasan yang

20
menampak, sehingga dapat disaksikan pada penampilan berupa gejal-
gejala fisik maupun mental.Gejala tersebut lebih jelas pada individu
yang mengalami gangguam mental. Lebih jelas lagi bagi imdividu
yang mengidap penyakit mental yang parah ( Manurung,2016).

2.3.2 Jenis jenis kecemasan


a) Kecemasan rasional
Suatu ketakutan akibat adanya objek yang mengancam,
misalnya ketika menunggu hasil ujian.
b) Kecemasan irrasional
Yang berarti bahwa mereka mengalami emosi ini di bawah
keadaan spesifik yang biasanya tidak dipandang mengancam.
c) Kecemasan fundamental
Kecemasan fundamental adalah suatu pertanyaan tentang
siapa dirinya, untuk apa hidupnya dan akan kemanakah kelak
hidupnya berlanjut.
d) Kecemasan ringan
Kecemasan ringan adalah suatu kecemasan yang wajar
terjadi pada individu, dan individu tersebut tidak dapat
mengatasinya sehingga timbul kecemasan.
e) Kecemasan berat
Kecemasan berat adalah kecemasan yang terlalu berat
dan berakar secara mendalam dalam diri sesorang.
2.3.3 Gejala kecemasan
a) Gejala yang bersifat fisik antara lain adalah :
1. Jari tangan dingin
2. Detak jantung makin cepat
3. Berkeringat dingin
4. Kepala pusing
5. Nafsu makan berkurang
6. Tidur tidak nyenyak
7. Dada sesak

21
b) Gejala yang bersifat mental
1. Ketakutan merasa akan ditimpa bahaya
2. Tidak dapat memusatkan perhatian
3. Tidak tentram
4. Ingin lari dari kenyataan.

2.3.4 Faktor penyebab kecemasan


a) Lingkungan
Lingkungan atau sekitar tempat tinggal mempengaruhi
cara berfikir individu tentang diri sendiri maupun orang
lain.
b) Emosi
Kecemasan terjadi jika individu tidak mampu
menemukan jalan keluar untuk perasaannya sendiri dalam
hubungan personal, terutama jika dirinya menekan rasa marah
atau frustasi dalam jangka waktu yang sangat lama.
c) Status kesehatan jiwa dan Fisik
Kelemahan fisik dan penyakit dapat melemahkan kondisi
mental individu sehingga memudahkan timbulnya kecemasan.
d) Trauma atau konflik
Munculnya gejala kecemasan sangat bergantung pada
kondisi individu, dalam arti bahwa pengalaman-pengalaman
emosional atau konflik mental yang terjadi pada individu
akan memudahkan timbulnya gejala-gejala kecemasan.
2.3.5 Tingkat kecemasan
Ada 4 tingkat kecemasan yaitu :
a) Cemas ringan

22
Cemas yang normal menjadi bagian sehari-hari dan
menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan
lahan persepsinya.
b) Cemas sedang
Cemas memungkinkan sesorang memusatkan pada hal
yang penting dan mengesampingkan hal yang tidak penting.
c) Cemas berat
Cemas ini sangat mengurangi lahan persepsi individu
cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan
spesifik dan tidak dapat berfikir pada hal yang lain.
d) Panik
Tingkat panik dari suatu kecemasan berhubungan dengan
ketakutan dan teror, karena mengalami kehilangan kendali.
2.3.6 Alat ukur kecemasan
Kecemasan seseorang dapat diukur dengan menggunakan
instrumen Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS), Anxiety Visual
Analog Scale (Anxiety VAS), Depression Anxiety Stress Scale
(DASS), Taylor Manifest Anxiety Scale ( T-MAS) dan Zung-Self
Anxiety Rating Scale (ZSAS).
a) Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS),
Untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang
apakah ringan, sedang, berat maupun panik, orang akan
menggunakan alat ukur (instrumen) yang dikenal dengan nama
Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRSA). Alat ukur ini terdiri
dari 14 kelompok gejala yang masing-masing kelompok dirinci
lagi dengan gejala-gejala yang lebih spesifik. Masing-masing
kelompok gejala diberi penilaian angka (score) antara 0-4 yang
artinya adalah :
Nilai 0 : tidak ada (tidak ada gejala)
Nilai 1 : ringan (satu gejala dari pilihan yang ada)
Nilai 2 : sedang (separuh dari gejala yang ada)

23
Nilai 3 : berat (lebih dari separuh gejala)
Nilai 4 : sangat berat (semua gejala ada)
Masing-masing nilai angka (score) dari ke 14 kelompok
gejala tersebut dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan
tersebut dapat diketahui derajat kecemasan seseorang, yaitu
< 14 : tidak ada kecemasan
15-20 : kecemaan ringan
21-27 : kecemasan sedang
28-41 : kecemasan berat
42-56 : kecemasan sangat berat/panic
b) Anxiety Visual Analog Scale (Anxiety VAS)
Suatu alat untuk mengukur tingkat kecemasan dengan
menggunakan garis horizontal berupa skala sepanjang 10
cm atau 100 mm. Penilaiannya yaitu ujung sebelah kiri
mengidentifikasi “tidak ada kecemasan” dan semakin ke
arah ujung sebelah kanan kecemasan yang dialami luar
biasa.
c) Depression Anxiety Stress Scale (DASS)
DASS terdiri atas pertanyaan ynag terkait dengan tanda dan
gejala depresi, ansietas atau kecemasan dan stress. Kuesioner
DASS ada dua jenis yaitu DASS 42 dan DASS 21. DASS 42
terdiri atas 42 pertanyaan sedangkan DASS 21 terdiir atas 21
pertanyaan, masing-masing gangguan (depresi, ansietas dan
stress) terdapat 7 pertanyaan. Masing-masing item terdiri atas
0 (tidak terjadi dalam seminggu terakhir) sampai 3 (sering
terjadi dalam seminggu terakhir) sampai 3 (sering terjadi
dalam waktu seminggu terakhir).
d) Taylor Manifest Anxiety Scale ( T-MAS)
T-MAS merupakan kuesioner yang dirancang untuk
mengukur skala ansietas pada individu. T-MAS terdiri atas

24
38 pertanyaan yang terdiri ata kebiasaan dan emosi yang
dialami. Masing-masing item terdiri atas “ya” dan “tidak”.
e) Zung-Self Anxiety Rating Scale (ZSAS)
Cara penilaian tingkat kecemasan ZSAS adalah penilaian
kecemasan pada pasien dewasa yang dirancang oleh
William W. K. Zung dikembangkan berdasarkan gejala
kecemasan dalam Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorder (DSM-II). Terdapat 20 pertanyaan dimana
setiap pertanyaan dinilai 1- 4 dengan nilai 1 = tidak pernah,
2 = kadang-kadang, 3= sebagian waktu, 4 = hampir setiap
waktu). Terdapat 15 pertanyaan ke arah peningkatan
kecemasan dan 5 pertanyaan ke arah penurunan kecemasan.
Skore nya :
Skor 20 – 44 = kecemasan ringan
Skor 45 – 59 = kecemasan sedang
Skor 60 – 80 = kecemasan berat
Penelitian ini menggunakan kuisioner Hamilton Rating Scale for
Anxiety (HRSA) karena skala HRSA sudah memiliki validitas dan
reliabilitas cukup tinggi untuk melakukan pengukuran kecemasan
pada penelitian trial clinic yaitu 0,93 dan 0,97. Dan sudah banyak
peneliti yang memakai skala HRSA untuk mengetahui tingkat
kecemasan. Dalam jurnal penelitian tentang pengaruh kegiatan
mewarnai pola mandala terhadap tingkat kecemasan mahasiswa
Akademi Keperawatan Dirgahayu Samarinda menggunakan skala
kecemasan HRSA didapatkan hasil terdapat adanya perbedaan
signifikan tingkat kecemasan sebelum dan sesudah kegiatan
mewaranai pola mandala, dengan formula t test didapatkan hasil nilai
p=0,004 yang menunjukkan adanya perbedaan signifikan tingkat
kecemasan sebelum dan sesudah kegiatan mewarnai pola mandala
pada mahasiswa Akademi Keperawatan Dirgahayu Samarinda.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Fu’ad Kautsar dkk (2015)

25
tentang Uji Validitas dan Reliabilitas Hamilton Anxiety Rating Scale
terhadap kecemasan dan produktivitas pekerja Visual Inspection PT.
Widatra Bhakti pada uji validitas ditunjukkan pada bagian Correct
Item-Total Correlation seluruh soal memiliki nilai positif dan lebih
besar dari syarat yaitu 0,05, sedangkan pada uji reliabilitas
ditunjukkan dengan nilai Cronbach’s Alpha adalah 0,793 dengan
jumlah items 1 butir lebih besar dari 0,6 maka kuisioner yang
digunakan terbukti reliabel (0,793>0,6). Sehingga HRSA dianjurkan
untuk mengukur tingkat kecemasan.
Skala HARS menurut Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)
penilaian kecemasan terdiri dari 14 item, meliputi :
1. Perasaan ansietas, yaitu melihat kondisi emosi individu yang
menunjukkan perasaan cemas, firasat buruk, takut akan pikiran
sendiri, dan mudah tersinggung.
2. Ketegangan (tension) yaitu merasa tegang, lesu, tak bisa istirahat
dengan tenang, mudah terkejut, mudah menangis, gemetar, dan
gelisah.
3. Ketakutan, yaitu takut pada gelap, takut pada orang asing, takut
ditinggal sendiri, takut pada binatang besar, takut pada keramaian
lalu lintas, dan takut pada kerumunan orang banyak.
4. Gangguan tidur, yaitu sukar masuk tidur, terbangun pada malam
hari, tidur tidak nyenyak, bangun dengan lesu, banyak mimpi-
mimpi, mimpi buruk, dan mimpi yang menakutkan.
5. Gangguan kecerdasan, yaitu sukar berkonsentrasi dan daya ingat
buruk.
6. Perasaan depresi yaitu hilangnya minat, berkurangnya
kesenangan pada hobi, sedih, bangun dini hari, dan perasaan yang
berubah-ubah sepanjang hari.
7. Gejala somatik (otot), yaitu sakit dan nyeri di otot-otot, kaku,
kedutan otot, gigi gemerutuk, dan suara yang tidak stabil.
8. Gejala somatik (sensorik), yaitu tinitus (telinga berdengung),

26
penglihatan
9. Gejala kardiovaskular, yaitu takikardi, berdebar, nyeri di dada,
denyut nadi mengeras, perasaan lesu/lemas seperti mau pingsan,
dan detak jantung seperti menghilang/berhenti sekejap.
10. Gejala respiratori, yaitu rasa tertekan atau sempit di dada,
perasaan tercekik, sering menarik napas, dan napas pendek/sesak.
11. Gejala gastrointestinal, yaitu sulit menelan, perut melilit,
gangguan pencernaan, nyeri sebelum dan sesudah makan,
perasaan terbakar di perut, rasa penuh atau kembung, mual,
muntah, buang air besar lembek, kehilangan berat badan, dan sulit
buang air besar (konstipasi).
12. Gejala urogenital, yaitu sering buang air kecil, tidak dapat menahan
air seni, amenorrhoe, menorrhagia, perasaan menjadi dingin
(frigid), ejakulasi praecocks, ereksi hilang, dan impotensi.
13. Gejala otonnom, yaitu mulut kering, muka merah, mudah
berkeringat, pusing, sakit kepala, dan bulu-bulu berdiri/merinding.
14. Tingkah laku pada saat wawancara, yaitu gelisah, tidak tenang,
jari gemetar, kening berkerut, muka tegang, tonus otot meningkat,
napas pendek dan cepat, dan muka merah.

Masing-masing kelompok gejala diatas diberi penilaian angka antara


0-4, yang dirincikan sebagai berikut :
0: tidak ada gejala sama sekali.
1: gejala ringan (apabila terdapat 1 dari semua gejala yang ada).

2: gejala sedang (jika terdapat separuh dari gejala yang ada).

3: gejala berat (jika terdapat lebih dari separuh dari gejala yang
ada).

4: gejala berat sekali (jika terdapat semua gejala yang ada).


Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor
dan item 1-14 dengan hasil :

27
1) Skor < 6 : tidak ada kecemasan
2) Skor 7-14 : kecemasan ringan
3) Skor 15-27 : kecemasan sedang
4) Skor > 27 : kecemasan berat
2.3.7 Penatalaksanaan kecemasan
Penatalaksanaan kecemasan pada tahap pencegahan dan terapi
memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu
mencakup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan
psikoreligius. Selengkapnya seperti pada uraian berikut :

a) Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :

1.Makan makanan yang bergizi dan seimbang


2.Tidur yang cukup
3.Cukup olahraga
4.Tidak merokok
5.Tidak minum minuman keras
b) Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarma merupakan pengobatan untuk cemas
dengan memakai obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi
gangguan neuro-transmitter (sinyal penghantar saraf) di susunan
saraf pusat otak (limbic system). Terapi psikofarmaka yang sering
dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diaepam,
clobaam, bromaepam, loraepam, buspirone HCl, meprobamate
dan alpraolam.
c) Terapi Somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai
gejala ikutan atau akibat dari kecemasan yang berkepanjangan.
Untuk menghilangkan keluhan-keluhan somatik (fisik) itu dapat
diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang
bersangkutan.

28
d) Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu,
antara lain :
1. Psikotererapi suportif, memberikan motivasi, semangat dan
dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus
asa dan diberi keyakinan serta percaya diri.
2. Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan
koreksi bila dinilai bahwa ketidakmampuan dalam mengatasi
kecemasan.

3. Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki


kembali (re-konstruksi) kepribadian yang telah mengalami
goncangan akibat stressor.
4. Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien,
yaitu kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi
dan daya ingat.
5. Psikoterapi psiko-dinamik untuk menganalisa dan
menguraikan proses dinamika kejiwaan yang dapat
menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu menghadapi
stressor psikososial sehinggga mengalami kecemasan.
6. Psikoterapi keluarga memperbaiki hubungan kekeluargaan,
faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor
keluarga dapat dijadikan sebagai faktor pendukung.
e) Terapi Psikoreligius Untuk meningkatkan keimanan seseorang
yang erat hubungannya dengan kekebalan dan daya tahan
dalam menghadapi problem kehidupan yang merupakan
stressor psikososial.

29
2.4 Kerangka teori

Gambar 2.2

30
Peningkatan
Faktor resiko DM
glukosa darah
Usia
Berat badan atau
obesitas
Gaya hidup
Faktor genetik
Faktor yang
mempengaruhi
kecemasan
Lingkungan
Emosi
Status kesehatan jiwa
dan fisik
Kecemasan Trauma/ konflik
Ringan
Sedang
Berat
Berat sekali Keterangan :

1. Diteliti :
2. Tidak diteliti :

Sumber : soelistijo et al, 2015, perkeni 2019, fatimah,


2015,manurung,2016.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

31
3.1 Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah suatu uraian visualisasi hubungan atau
kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel
yang satu dengan variabel lain yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2018).
Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah gambaran kecemasan
pada tingkat glukosa darah penderita diabetes mellitus tipe 2 di wilayah kerja
Puskesmas Welahan 1.

Kecemasan pada tingkat glukosa darah penderita Diabetes


Mellitus tipe 2
Gambar 3.1
Kerangka konsep
3.2 Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari penelitian yang
kebenarannya akan diuji atau dibuktikan hasil penelitian berupa benar atau
salah, dapat diterima atau ditolak. Kesimpulan yang diperoleh dari hasil
pembuktian atau analisa data dalam menguji rumusan jawaban sementara atau
hipotesis tersebut, hasil akhir suatu penelitian (Notoatmojo, 2018).
Dalam penelitian ini tidak menggunakan hipotesis karena jenis penelitian
ini adalah penelitian deskriptif, dimana hanya menggambarkan suatu kejadian
atau peristiwa.
3.3 Jenis dan Rancangan Penelitian
3.3.1 Jenis Penelitian
Penilitian ini termasuk penelitian Kuantitatif dengan pendekatan
deskriptif. Menurut Sugiono (2012) Penelitian kuantitatif adalah metode
Penelitian yang berlandaskan pada suatu filsafat positivisme, digunakan
untuk meneliti pada populasi dan sampel tertentu, pengumpulan data
menggunakan instrument penelitian dan analisis data bersifat kuantitatif
atau statistic dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskiptif dengan tujuan untuk
mendiskripsikan objek penelitian atau hasil penelitian.

32
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif untuk melihat gambaran kecemasan
pada tingkat glukosa darah penderita diabetes mellitus.
3.3.2 Rancangan Penelitian
Pendekatan yang digunakan adalah Cross Sectional yaitu suatu
penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor dengan
efek, dengan cara pendekatan observasi atau pengumpulan data sekaligus
pada satu waktu (point time approach). Artinya tiap subjek penelitian hanya
diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter
atau variabel subjek pada saat pemeriksaan (Notoatmojo, 2012).
3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Welahan 1
kabupaten Jepara dilakukan tanggal 1 maret-31 maret 2021.
3.5 Populasi dan sampel
3.5.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah jumlah keseluruhan objek penelitian atau objek
yang diteliti (Notoatmodjo, 2018). Populasi dalam penelitian ini adalah 156
pasien dengan penyakit Diabetes Mellitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas
Welahan 1.
3.5.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh
populasi (Notoatmodjo, 2018).
Dalam teori Arikunto (2013) apabila jumlah sampel dari penelitian100
maka sebaiknya populasinya diambil semua sebagai sampel, sedangkan jika
populasi subjeknya besar maka dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau
lebih. Dari populasi 156 diambil oleh peneliti 20% untuk dijadikan sampel
yaitu berjumlah 31 responden sebagai sampel.
20 x p = sampel
100
P (Populasi ) : 156
20 x 156 = 3120 = 31,2 = 31 sampel
100 100

33
3.5.3 Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel dalam penelitan ini yaitu menggunakan
Teknik pengambilan sampel (sampling) dilakukan secara Non Probability
Sampling berupa accidental sampling yaitu sampel yang dilakukan dengan
mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu
tempat dengan konteks penelitian. Dalam hal ini sampel yang dimaksud
adalah penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas
Welahan 1 (Notoatmodjo, 2012).
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh
setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel.
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Penderita DM tipe 2.
2. Pasien yang bersedia menjadi responden.
3. Pasien DM yang berusia >30 tahun.
4. Pasien dengan kadar gula darah >200 mg/dl.
5. Pasien yang lama menderita DM >1 tahun.
b. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi adalah kriteria atau ciri-ciri anggota populasi yang
tidak dapat diambil sebagai sampel.
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :
1. Pasien yang tidak menderita DM tipe 2.
2. Pasien yang menolak menjadi responden.
3. Pasien DM yang berusia <30 tahun.

3.6 Definisi operasional


Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang
dimaksud atau tentang apa yag diukur oleh variabel yang bersangkutan.
Definisi operasional bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran

34
atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta
pengembangan instrumen (alat ukur) (Notoatmodjo, 2018)
Tabel 3.2
Definisi Operasional
Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional Operasional
Kecemasan Suatu derajat Kecemasan - Tidak ada Ordinal
terhadap respon diukur dengan kecemasan
tingkat emosional yang kuesioner ( <14)
glukosa dapat Hamilton Rating - Kecemasan
darah pada mengganggu Scale for Anxiety ringan
penderita psikologis dan (HRSA) dengan ( 15 – 20)
diabetes keadaan fisik 14 item. Dan - Kecemasan
meliitus tipe pada penderita setiap itemnya sedang
2. diabetes mellitus diberikan nilai: ( 21 – 27 )
tipe 2. - Tidak ada - Kecemasan
gejala skor 0 berat ( 28 –
- Ringan atau 41 )
satu gejala dari - Kecemasan
pilihan skor 1 berat sekali
- Sedang atau / panik
separuh dari ( 42 – 56)
gejala skor 2
- Berat atau lebih
dari separuh
gejala skor 3
- Sangat berat
atau semua
gejala skor 4

3.7 Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data


3.7.1 Instrumen Penelitian
Instrument penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk mengumpulkan
data. Instrument penelitian ini dapat berupa:

35
kuesioner (daftar pertanyaan), formulir observasi, formulir-formulir lain
yang berkaitan dengan pencatatan data dan sebagainya (Notoatmodjo,
2018). Instrumen untuk masing-masing variabel adalah sebagai berikut:
Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner baku Hamilton Rating Scale
for Anxiety (HRSA). Alat ukur ini terdiri dari 14 kelompok gejala yang
masing-masing kelompok dirinci lagi dengan gejala-gejala yang lebih
spesifik. Masing-masing kelompok gejala diberi penilaian angka (score)
antara 0-4 yang artinya adalah :
Nilai 0 : tidak ada (tidak ada gejala)
Nilai 1 : ringan (satu gejala dari pilihan yang ada)
Nilai 2 : sedang (separuh dari gejala yang ada)
Nilai 3: berat (lebih dari separuh gejala)
Nilai 4 : sangat berat (semua gejala ada)
Masing-masing nilai angka (score) dari ke 14 kelompok gejala tersebut
dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat
kecemasan seseorang, yaitu :
< 14 : tidak ada kecemasan
15-20 : kecemaan ringan
21-27 : kecemasan sedang
28-41 : kecemasan berat
42-56 : kecemasan sangat berat/panik
Penelitian ini menggunakan kuisioner Hamilton Rating Scale for
Anxiety (HRSA) arena skala HRSA sudah memiliki validitas dan reliabilitas
cukup tinggi untuk melakukan pengukuran kecemasan pada penelitian trial
clinic yaitu 0,93 dan 0,97. Dan sudah banyak peneliti yang memakai skala
HRSA untuk mengetahui tingkat kecemasan. Dalam jurnal penelitian tentang
pengaruh kegiatan mewarnai pola mandala terhadap tingkat kecemasan
mahasiswa Akademi Keperawatan Dirgahayu Samarinda menggunakan skala
kecemasan HRSA didapatkan hasil terdapat adanya perbedaan signifikan
tingkat kecemasan sebelum dan sesudah kegiatan mewaranai pola mandala,
dengan formula t test didapatkan hasil nilai p=0,004 (Kristina, 2017).

36
3.7.2 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses
pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam penelitian (Sugiyono,
2019).
a. Data Primer
Data primer adalah data secara langsung dikumpulkan dari
responden yang diberikan melalui kuesioner. Proses-proses dalam
pengumpulan data pada penelitian ini melalui beberapa tahap:
1) Mengajukan surat ijin dari program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Cendekia Utama Kudus untuk melakukan
penelitian.
2) Setelah peneliti mendapat surat permohonan penelitian kepada STIKES
Cendekia Utama Kudus, kemudian peneliti mengajukan surat
permohonan izin kepada Kepala Dinas kesehatan kabupaten Jepara untuk
memperoleh data yang akan digunakan penelitian. Kemudian meminta
izin kepada Puskesmas Welahan 1 untuk melakukan penelitian.
3) Peneliti harus meninjau data rekam medik dari puskesmas untuk
mengetahui data yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
4) Peneliti memberikan penjelasan kepada responden tentang maksud
dan tujuan dari penelitian.
5) Setelah mendapatkan persetujuan dari Responden, peneliti
memberikan informed consent untuk diisi dan ditandatangani oleh
responden sebagai tanda bahwa responden setuju untuk terlibat dalam
penelitian ini.
6) Peneliti memberikan lembar kuesioner Untuk diisi oleh responden.
7) Setelah kuesioner diisi oleh responden maka kuesioner dikembalikan
kepada peneliti saat itu juga.
Setelah kuesioner terkumpul, peneliti memeriksa dan dilakukan
pengecekan apakah sudah terisi sesuai dengan petunjuk pengisian.
b. Data sekunder.

37
Menurut Notoadmodjo (2012), data sekunder adalah data yang diperoleh
dari sumber data pustaka, literatur, jurnal dan data instansi terkait.
Dalam penelitian ini data sekunder didapatkan dari referensi buku,
jurnal, hasil penelitian sebelumnya, E-book dan data dari Puskesmas
Welahan 1.
c. Validitas dan Relibilitas
a. Uji Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur
itu benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2019).
Uji validitas digunakan untuk menguji validitas setiap pertanyaan
kuesioner, untuk teknik penguji dalam penelitian ini menggunakan
rumus korelasi korelasi Product Moment. Skor setiap pertanyaan
yang diuji validitasnya dikorelasikan dengan skor total seluruh
pertanyaan dengan rumus sebagai berikut:
r xy= N ∑ XY −¿¿
Keterangan:
r : Koefisien korelasi
N : Jumlah responden
∑ X❑ : Data-data variabel independen/variabel bebas
∑ Y : Data-data variabel dependen/variabel terikat
Untuk mengetahui validitas yaitu bila r hitung (r person) ≥ r
tabel (0,444) yang artinya pertanyaan tersebut valid. Bila r hitung
(r person) ≤ r tabel (0,444) maka artinya pertanyaan tersebut tidak
valid (Riwidikdo, 2010).
Pada uji validitas yang dilakukan Fu’ad Kautsar, dkk (2015)
dalam jurnal Uji Validitas dan Reliabilitas Hamilton Anxiety Rating
Scale Terhadap Kecemasan dan Produktivitas Pekerja Visual
Inspection PT. Widatra Bhakti didapatkan hasil pada bagian
Corrected Item-Total Correlation seluruh soal memiliki nilai positif
dan lebih besar dari syarat 0,05. Maka dapat diputuskan bahwa
kuisioner tersebut valid.

38
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana
suatu alat pengukur yang dapat dipercaya atau dapat diandalkan
(Notoatmodjo, 2018).Untuk mengetahui reliabilitas yaitu: bila nilai
lebih ≥ konstanta (0,6), maka pertanyaan realibel. Bila nilai
Cronbach’s alpha lebih < konstanta (0,6), maka pertanyaan tidak
reliabel (Riyanto, 2011). Teknik uji reliabilitas yang digunakan
dengan koefisien Reliabilitas Alpha Cronbach, yaitu :
2
∑σ
r 11=
[ ][
K
K −1
1− 2 b
σ1 ]
Keterangan:
r 11 : Reliabilitas instrument
K : Banyaknya buir pertanyaan atau soal
∑ σ 2b : Jumlah varian butir
σ 12 : Varian total
Pada uji reliabilitas yang dilakukan (Kautsar et al., 2015).dalam jurnal
Uji Validitas dan Reliabilitas Hamilton Anxiety Rating Scale Terhadap
Kecemasan dan Produktivitas Pekerja Visual Inspection PT. Widatra
Bhakti didapatkan hasil bahwa pada data Reliability Statistics terlihat
bahwa nilai Cronbach’s Alpha adalah 0,793 dengan jumlah items 14
butir. Oleh karena itu nilai Cronbach’s Alpha = 0,793 ternyata lebih
besar dari 0,6 , maka kuisioner yang digunakan terbukti reliabel (0,793 >
0,6).

3.8 Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data


3.8.1 Teknik Pengolahan Data
a. Editing

39
Editing adalah kegiatan untuk penegecekan dan perbaikan kuesioner
data pada hasil wawancara, kuesioner, ataupun pengamatan yang di
dapatkan di lapangan (Notoatmodjo, 2018). Pada penelitian ini proses
editing dilakukan dengan cara memeriksa kelengkapan, kesalahan
pengisian dan konsistensi dari setiap jawaban dan pertanyaan
kuesioner HRSA (Hamilton Rating Scale for Anxiety).
b. Coading
Coading merupakan tahap pemberi kode pada data berbentuk kalimat
atau huruf yang sudah diubah menjadi data angka atau bilangan
(Notoadmodjo, 2012). Setelah data diedit atau di sunting, selanjutnya
adalah mengkoding data yaitu dilakukan dengan cara memberi kode
terhadap setiap jawaban yakni dengan mengubah data berbentuk
kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan, hal ini bertujuan
untuk memudahkan entry data. Coding yang digunakan peneliti
meliputi karakteristik resonden yaitu pada Nilai 0 : tidak ada (tidak
ada gejala), Nilai 1 : ringan (satu gejala dari pilihan yang ada), Nilai 2
: sedang (separuh dari gejala yang ada), Nilai 3: berat (lebih separuh
gejala),Nilai 4 : sangat berat(semua gejala ada).
c. Entry data

Data merupakan jawaban-jawaban dari masing-masing responden


dalam bentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam
komputer (Notoatmodjo, 2018). Jadi pada penelitian ini memasukkan
data yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas computer dengan
program SPSS 16.

d. Penilaian (Scorning)
Scorning adalah tahap yang dilakukan setelah diterapkan kode
jawaban dan setiap jawaban dari responden dapat diberikan skor.
Dalam penelitian ini Tidak ada kecemasan ( <14), Kecemasan ringan
( 15 – 20), Kecemasan sedang ( 21 – 27 ), Kecemasan berat ( 28 –
41 ), Kecemasan berat sekali / panik ( 42 – 56).

40
e. Pembersih data (Cleaning)

Pembersihan data (Cleaning) merupakan kegiatan yang dilakukan


setelah pemasukan data, tujuannya untuk mengetahui kemungkinan-
kemungkinan terjadi kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan dan
sebagainya yang kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi
(Notoatmodjo, 2018). Pada penelitian ini, cleaning diperlukan untuk
membuang data yang sudah tidak diperlukan atau tidak terpakai lagi.

3.8.2 Analisa Data


Analisa data diolah dengan menggunakan SPSS (Statistical For Social
Science) yang meliputi Analisis Univariat. Pada penelitian ini analisa
univariat digunakan untuk melihat distribusi frekuensi variabel
gambaran kecemasan pada tingkat glukosa darah penderita diabetes
mellitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Welahan 1.

3.9 Etika Penulisan.


Etika penulisan adalah ilmu atau pengetahuan yang membahas manusia,
terkait dengan perilakunya terhadap manusia lain atau sesama manusia
(Notoatmodjo, 2018). penelitian yang dilakukan harus sesuai dengan etika
penelitian yang meliputi:
1. Lembar persetujuan penelitian (Informed consent)
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan
responden, penelitian dengan memberikan lembar persetujuan
(Notoatmodjo, 2018). Lembar persetujuan diberikan kepada responden
yang setuju berpartisipasi dalam penelitian ini dan bersedia untuk
mendatangani lembar persetujuan peneliti. Sebelum responden penelitian
menandatangani lembar persetujuan penelitian, peneliti memberikan
informasi terlebih dahulu kepada responden tentang tujuan penelitian.

2. Kerahasiaan (Confidentiality)

41
Kerahasiaan adalah merupakan masalah etika dengan memberikan
jaminan kerahasiaan hasil penelitian. Semua informasi yang telah
dikumpulkan dari responden penelitian dijamin kerahasiaanya oleh
peneliti, hanya terdapat kelompok data tertentu yang akan dilaporkan
pada hasil riset (Notoatmodjo, 2018). Dalam penelitian ini, Semua
informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaanya oleh peneliti.

3. Tanpa Nama (Anonymity)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas subyek, peneliti tidak mencantumkan


nama subyek pada lembar pengumpulan data yang diisi subyek, tetapi
cukup memberikan kode tertentu (Notoatmodjo, 2018). Dalam penelitian
ini peneliti menyingkat nama responden untuk menjaga kerahasiaan.

4.0 Jadwal Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan mulai dari penyusunan proposal sampai dengan
sidang, hasil penelitian sesuai dengan jadwal penelitian. (Terlampir).

42
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S.2013.Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktik.Edisi Revisi.


Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Angriani, S., & Baharuddin. (2020). Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan
Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe Ii Di Wilayah
Kerja Puskesmas Batua Kota Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis,
15(2), 102–106.
Hendriati, D., Loebis, B., & Camellia, V. (2018). Gambaran Simtom Ansietas dan
Depresi pada Pasien Diabetes Melitus tipe- 2 di Instalasi Rawat Jalan RSUP
H. Adam Malik Medan. Majalah Kedokteran Nusantara The Journal Of
Medical School, 51(2), 96–99.
Kautsar, F., Gustopo, D., & Achmad, F. (2015). Uji Validitas dan Reliabilitas
Hamilton Anxiety Rating Scale Terhadap Kecemasan dan Produktivitas
Pekerja Visual Inspection PT. Widatra Bhakti. Seminar Nasional Teknologi
2015, 588–592.
Kristina, 2017. (n.d.). Pengaruh kegiatan mewarnai pola mandala terhadap
tingkat kecemasan mahasiswa akademi keperawatan dirgahayu samarinda.
Latifah Noor, Herdiasnyah Dadang, N. A. A. (2020). Edukasi Kesehatan Diabetes
Mellitus di RW. 004 Kelurahan Benda Baru Kota Tangerang Selatan. Jurnal
Pengabdian Dan Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat, 1(1), 23–27.
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2019). Profil Kesehatan Prov. Jateng
Tahun 2019. Profil Kesehatan Jateng, 3511351(24), 273–275.
Prolanis, S., & Darah, G. (n.d.). Pengaruh Senam Terhadap Perubahan Kadar
Gula Darah Sewaktu Pada Peserta Senam Prolanis The Effect of Gymnastic
activities towards the Blood Sugar Level of the Prolanis Gymnastics
Participants Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Jaka. 255–262.
Simamora, F. anggraini. (2016). Korelasi Antara Ansietas Dengan Kontrol Kadar
Gula Darah Pada Klien Diabetes Mellitus Tipe 2. Jurnal Kesehatan Ilmiah

43
Indonesia, 1(1), 22–26.
Soelistijo, S. A., Lindarto, D., Decroli, E., Permana, H., Sucipto, K. W., Kusnadi,
Y., Budiman, & Ikhsan, R. (2019). Pedoman pengelolaan dan pencegahan
diabetes melitus tipe 2 dewasa di Indonesia 2019. In Perkumpulan
Endokrinologi Indonesia. https://pbperkeni.or.id/wp-
content/uploads/2020/07/Pedoman-Pengelolaan-DM-Tipe-2-Dewasa-di-
Indonesia-eBook-PDF-1.pdf
Susanti, S., & Bistara, D. N. (2018). Hubungan Pola Makan Dengan Kadar Gula
Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus. Jurnal Kesehatan Vokasional, 3(1),
29. https://doi.org/10.22146/jkesvo.34080
Syaiful, D. (2018). Hubungan Tingkat Kecemasan Pasien Dengan Kepatuhan Diet
Pada Pasien Diabetes Mellitus Di Rumah Sakit Umum Mitra Medika Medan
Tahun 2018. Jurnal Kesehatan, 2(1), 74–85.
Wiyadi, Loriana, R., & Junita, L. (2013). Hubungan tingkat kecemasan dengan
kadar gula darah pada penderita dibetes mellitus. Husada Mahakam, 3(6),
263–318.

44
Lampiran 1

JADWAL PENELITIAN

No Kegiatan Januari Februari Maret April

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV


1 Penyusunan Judul
Skripsi

2 Bimbingan BAB I
3 Bimbingan BAB II
4 Bimbingan BAB III

5 Ujian Proposal
6 Revisi Proposal

45
Lampiran 2

INTRUMEN PENELITIAN

HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY


(HRSA)
Gambaran kecemasan terhadap tingkat glukosa darah pada
penderita diabetes mellitus di wilayah kerja Puskesmas Welahan 1

I. Kuesioner Data Demografi


Petunjuk pengisian :
Bapak/Ibu/Saudara/i diharapkan :
1. Bacalah pertanyaan yang diberikan dengan baik sehingga
dimengerti
2. Setiap pernyataan hanya berlaku satu jawaban
3. Menjawab setiap pertanyaan yang tersedia dengan
memberikan tanda checklist (√) pada tempat yang telah
tersedia
4. Jika ingin mengganti jawabah cukup dengan mencoret
jawab pertama dengan tanda (=), kemudian beri tanda
checklist (√) pada jawaban yang benar
5. Semua pertanyaan harus dijawab sesuai apa yang dialami
Nama Responden :
Usia Responden : Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Perempuan

Pendidikan Terakhir : Tidak Sekolah


SD
SMP
SMA
Diploma

46
Sarjana

Agama : Islam
Non Islam
Tanggal Pemeriksaan :
Lama penyakit diabetes mellitus :
Kadar gula darah sewaktu :
Skor :
Nilai 0 : tidak ada (tidak ada gejala)
Nilai 1 : ringan (satu gejala dari pilihan yang ada)
Nilai 2 : sedang (separuh dari gejala yang ada)
Nilai 3 : berat (lebih dari separuh gejala)
Nilai 4 : sangat berat (semua gejala ada)
Total Skor: < 14 : tidak ada kecemasan
15-20 : kecemaan ringan
21-27 : kecemasan sedang
28-41 : kecemasan berat
42-56 : kecemasan sangat berat/panik

Alat Ukur Kecemasan Hamilton Rating scale for Anxiety


No Pertanyaan 0 1 2 3 4
.
1. Perasaan Ansietas
- Cemas
- Firasat Buruk
- Takut Akan Pikiran Sendiri
- Mudah Tersinggung
2. Ketegangan
- Merasa tegang
- Lesu
- Tidak Bisa Istirahat Tenang
- Mudah Terkejut

47
- Mudah menangis
- Gemetar
- Gelisah
3. Ketakutan
- Pada gelap
- Pada Orang Asing
- Ditinggal Sendiri
- Pada kerumunan Orang Banyak
4. Gangguan Tidur
- Sulit tidur
- Terbangun malam hari
- Tidur tidak nyenyak
- Bangun dengan Lesu
- Mimpi Buruk
- Mimpi menakutkan
5. Gangguan Kecerdasan
- Sulit berkonsentrasi
- Daya Ingat menurun
- Sering bingung
- Banyak pertimbangan
6. Perasaan Depresi
- Hilangnya minat
- Berkurangnya kesenangan pada
hobi
- Sedih
- Perasaan berubah-ubah sepanjang
hari
7. Gejala Somatik atau Fisik (otot)
- Sakit dan nyeri di otot-otot
- Kaku
- Kedutan otot
- Gigi gemeruntuk

48
- Suara tidak stabil
8. Gejala somatik atau fisik (sensorik)
- Telinga berdenging
- Penglihatan kabur
- Muka merah atau pucat
- Merasa lemas
9. Gejala kardiovaskuler (jantung)
- Denyut jantung cepat
- Berdebar-debar
- Nyeri di dada
- Denyut nadi mengeras
- Rasa lesu atau lemas seperti mau
pingsan
10. Gejala Respiratory (pernafasan)
- Rasa tertekan atau sempit di dada
- Tercekik
- Sering menarik nafas
- Nafas pendek atau sesak
11. Gejala gastrointestinal (pencernaan)
- Sulit menelan
- Perut melilit
- Gangguan pencernaan
- Nyeri sebelum dan sesudah
makan
- Rasa penuh (kembung)
- Mual dan muntah
- Kehilangan berat badan

12. Gejala Urogenital (perkemihan dan


kelamin)
- Sering buang air kecil
- Tidak dapat menahan air seni

49
13. Gejala Autonom
- Mulut kering
- Mudah berkeringat
- Muka kering
- Kepala terasa sakit
- Merinding
14. Tingkah Laku
- Gelisah
- Tidak tenang
- Jari gemetar
- Mengerutkan dahi dan tegang
- Nafas pendek dan cepat
Skor Total =

50

Anda mungkin juga menyukai