Anda di halaman 1dari 8

A.

Definisi
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2.500
gram tanpa memandang usia kehamilan. Berat saat lahir adalah berat bayi yang
ditimbang dalam 1 jam setelah lahir. Acuan lain dalam pengukuran BBLR juga terdapat
pada pedoman Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) gizi. Dalam pedoman tersebut bayi
berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi lahir dengan berat kurang dari 2.500 gram diukur
pada saat lahir atau sampai hari ke tujuh setelah lahir. (Putra,2012).
Menurut Sayekti (2020), Klasifikasi BBLR Menurut Berat Lahir yaitu:
a. Bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan berat 1500 – 2499 gram.
b. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir 1000 – 1499 gram.
c. Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR) dengan berat lahir < 1000 gram.
Klasifikasi BBLR Menurut Masa Kehamilan yaitu:
a. Prematuritas Murni atau Sesuai Masa Kehamilan (SMK) Bayi yang lahir dengan
masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badan sesuai dengan masa
kehamilan. Kepala relatif lebih besar dari badannya , kulit tipis transparan, lemak
subkutan kurang, tangisnya lemah dan jarang.
b. Dismaturitas atau Kurang Masa Kehamilan (KMK) Bayi lahir dengan berat badan
kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasinya. Hal tersebut
menunjukkan bayi mengalami gangguan pertumbuhan intrauterine dan merupakan
bayi yang kecil untuk masa kehamilannya. (Rukmono, 2013).
Dahulu bayi baru lahir yang berat badan lahir kurang atau sama dengan 2500 gram
disebut prematur. Untuk mendapat keseragaman pada kongres European Perinatal
Medicine11 di London, telah disusun defenisi sebagai berikut (Marmi, 2012) :
a. Preterm infant (prematur) atau bayi kurang bulan :bayi dengan masa kehamilan
kurang dari 37 minggu (259) hari.
b. Term infant atau bayi cukup bulan: bayi dengan masa kehamilan mulai 37 minggu
sampai dengan 42 minggu (259-293) hari.
c. Post term atau bayi lebih bulan: bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau
lebih (249 hari atau lebih).

B. Etiologi
Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah (Sutini, 2020),
yaitu:
a. Faktor ibu
1) Penyakit
a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan antepartum,
preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.

1
b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi,
HIV/AIDS, TORCH(Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus (CMV) dan
Herpes simplex virus), danpenyakit jantung.
c) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
2) Ibu
a) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20
tahun atau lebih dari 35 tahun.
b) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).
c) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
3) Keadaan sosial ekonomi
a) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini
dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.
b) Aktivitas fisik yang berlebihan
c) Perkawinan yang tidak sah.
b. Faktor janin
Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi
sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.
c. Faktor plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa, solutio plasenta,
sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah dini.
d. Faktor lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di dataran tinggi,
terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.

C. Manifestasi Klinis
1. Manifestasi Klinis Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Menurut Proverawati dan Ismawati (2010), tanda dan gejala bayi berat lahir
rendah adalah:
1) Sebelum lahir
a. Pembesaran uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan.
b. Pada anamneses sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus
prematurus, dan lahir mati.
c. Pergerakan janin lebih lambat.
d. Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai yang seharusmya.
2) Setelah bayi lahir
a. Bayi prematur yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu.
b. Bayi prematur kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya.
Selain itu ada gambaran klinis BBLR secara umum adalah:

2
a. Berat badan bayi ≤ 2500 gram.
b. Panjang kurang dari 45 cm.
c. Lingkar dada < 30 cm.
d. Lingkar kepala < 33 cm.
e. Umur kehamilan < 37 minggu.
f. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang.
g. Otot hipotonik.
h. Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea.
i. Ekstremitas: paha abduks, sendi lutut atau kaki fleksi-lurus.
j. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya, sehingga
seolah-olah tidak teraba tulang rawan.
k. Tumit mengkilap, telapak kaki halus.
l. Alat kelamin pada laki-laki pigmentasi dan rugae pada skrotum kurang.
m. Testis belum turun ke dalam skrotum. Pada bayi perempuan klitoris menonjol,
labia minora belum tertutup oleh labia mayora.
n. Fungsi saraf belum matang menyebabkan reflek penghisap, menelan, dan
batuk masih lemah.
o. Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan jaringan
lemak masih kurang.

D. Patofisiologi
Menurut Maryunani (2012), semakin kecil dan semakin premature bayi, maka
akan semakin tinggi resiko gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada
masalah gizi diantaranya:
1) Menurunnya simpanan zat gizi, cadangan makanan didalam tubuh sedikit.
Hampir semua lemak, glikogen, dan mineral seperti zat besi, kalsium, fosfor,
dan seng dideposit selama 8 minggu terakhir kehamilan. Meningkatnya
kebutuhan energi dan nutrient untuk pertumbuhan dibandingkan BBLR.
2) Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan. Koordinasi antara
reflek hidup dan menelan, dengan penutupan epiglottis untuk mencegah
aspirasi pneumonia belum berkembang dengan baik sampai kehamilan 32 – 34
minggu. Penundaan pengosongan lambung atau buruknya motilitas usus
sering terjadi pada bayi preterm.
3) Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan, pada bayi preterm
mempunyai lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk
mencerna dan mengabsorsi lemak dibandingkan dengan bayi aterm. Produksi
amylase pancreas dan lipase, yaitu enzim yang terlibat dalam pencernaan

3
lemak dan karbohidrat juga menurun. Begitu pula kadar lactose (enzim yang
diperlukan untuk mencerna susu) juga sampai sekitar kehamilan 34 minggu.
4) Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja nafas dan ketuban kalori
yang meningkat. Masalah pernafasan juga akan mengganggu makanan secara
oral. Potensi untuk kehilangan panas akibat permukaan tubuh dibanding
dengan BB dan sedikitnya jaringan lemak dibawah kulit. Kehilangan panas ini
akan meningkat kebutuhan akan kalori.

E. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul pada bayi dengan berat lahir rendah (Mitayani,
2009) antara lain:
1) Sindrom aspirasi mekonium
Sindrom aspirasi mekonium adalah gangguan pernapasan pada bayi baru lahir
yang disebabkan oleh masuknya mekonium (tinja bayi) ke paru-paru sebelum
atau sekitar waktu kelahiran (menyebabkan kesulitan bernafas pada bayi).
2) Hipoglikemi simptomatik
Hipoglikemi adalah kondisi ketidaknormalan kadar glukosa serum yang
rendah. Keadaan ini dapat dodefinisikan sebagai kadar glukosa dibawah 40
mg/dL. Hipoglikemi sering terjadi pada BBLR, karena cadangan glukosa
rendah.
3) Asfiksia neonatorum
Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas
secara spontan dan teratur segera setelah lahir.
4) Hiperbilirubinemia (gangguan pertumbuhan hati)
Hiperbilirubinemia merupakan meningginya kadar bilirubin didalam jaringan
ekstravaskuler, sehingga kulit, konjungtiva, mukosa dan alat tubuh lainnya
berwarna kuning.

F. Pemeriksaan Penuunjang
Pemeriksaan diagnostik pada bayi BBLR (Mitayani, 2009):
1) Jumlah darah lengkap: penurun pada Hb (normal: 12-24gr/dL), Ht (normal:
33-38%) mungkin dibutuhkan.
2) Destrosik: menyatakan hipoglikemi (normal: 40 mg/dL).
3) Analisis Gas Darah (AGD): menentukan derajat keparahan distress pernafasan
bila ada.
Rentang nilai normal:
a. pH: 7,35-7,45
b. TCO2: 23-27 mmol/L
c. PCO2: 35-45 mmHg, PO2: 80-100 mmHg

4
d. Saturasi O2: 95% atau lebih
4) Elektrolit serum: mengkaji adanya hipokalsemia.
5) Bilirubin: mungkin meningkat pada hipokalsemia.
Bilirubin normal:
a. Bilirubin indirek 0,3 – 1,1 mg/dl.
b. Bilirubin direk 0,1 – 0,4 mg/dl.
6) Urinalisis: mengkaji homeostatis.
7) Jumlah trombosit (normal 200000 – 475000) mikroliter): Trombositopenia
mungkin menyertai sepsis.
8) EKG, EEG, USG, angiografi: defek congenital atau komplikasi.

G. Penatalaksanaan
Penanganan dan perawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah menurut
Proverawati (2010), dapat dilakukan tindakan sebagai berikut:
a. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Bayi prematur akan cepat kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia,
karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik,
metabolismenya rendah, dan permukaan badan relatif luas. Oleh karena itu, bayi
prematuritas harus dirawat di dalam inkubator sehingga panas badannya
mendekati dalam rahim. Bila belum memiliki inkubator, bayi prematuritas dapat
dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas atau
menggunakan metode kangguru yaitu perawatan bayi baru lahir seperti bayi
kanguru dalam kantung ibunya.
b. Pengawasan Nutrisi atau ASI
Alat pencernaan bayi premature masih belum sempurna, lambung kecil, enzim
pecernaan belum matang. Sedangkan kebutuhan protein 3 sampai 5 gr/ kg BB
(Berat Badan) dan kalori 110 gr/ kg BB, sehingga pertumbuhannya dapat
meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului
dengan menghisap cairan lambung. Reflek menghisap masih lemah, sehingga
pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi dengan frekuensi yang
lebih sering.  ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI-lah
yang paling dahulu diberikan. Bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat
diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang
sonde menuju lambung. Permulaan cairan yang diberikan sekitar 200 cc/ kg/ BB/
hari.
c. Pencegahan Infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang
masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan pembentukan antibodi

5
belum sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif dapat dilakukan sejak
pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas atau BBLR.
Dengan demikian perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus
dan terisolasi dengan baik.
d. Penimbangan Ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi dan erat
kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan
harus dilakukan dengan ketat.
e. Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya belum
matur dan bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara efisien sampai
4-5 hari berlalu . Ikterus dapat diperberat oleh polisetemia, memar hemolisias dan
infeksi karena hperbiliirubinemia dapat menyebabkan kernikterus maka warna
bayi harus sering dicatat dan bilirubin diperiksa bila ikterus muncul dini atau
lebih cepat bertambah coklat.
f. Pernapasan
Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada penyakit ini
tanda- tanda gawat pernaasan sealu ada dalam 4 jam bayi harus dirawat terlentang
atau tengkurap dalam inkubator dada abdomen harus dipaparkan untuk
mengobserfasi usaha pernapasan.
b. Hipoglikemi
Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat badan lahir
rendah, harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan pemeriksaan gula darah
secara teratur.

H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Biodata
Terjadi pada bayi prematur yang dalam pertumbuhan di dalam kandungan
terganggu
b. Keluhan utama
Menangis lemah, reflek menghisap lemah, bayi kedinginan atau suhu tubuh
rendah
c. Riwayat penyakit sekarang
Lahir spontan, SC umur kehamilan antara 24 sampai 37 minnggu, berat
badan kurang atau sama dengan 2.500 gram, apgar pada 1 sampai 5 menit, 0
sampai 3 menunjukkan kegawatan yang parah, 4 sampai 6 kegawatan sedang,
dan 7-10 normal 

6
d. Riwayat penyakit dahulu
Ibu memliki riwayat kelahiran prematur, kehamilan ganda, hidramnion
e. Riwayat penyakit keluarga
Adanya penyakit tertentu yang menyertai kehamilan seperti DM, TB Paru,
Tumor kandungan, Kista, Hipertensi
f. ADL
1) Pola Nutrisi : reflek sucking lemah, volume lambung kurang, daya absorbsi
kurang/lemah sehingga kebutuhan nutrisi terganggu
2) Pola Istirahat tidur: terganggu oleh karena hipotermia
3) Pola Personal hygiene: tahap awal tidak dimandikan
4) Pola Aktivitas : gerakan kaki dan tangan lemas
5) Pola Eliminasi: BAB yang pertama kali keluar adalah mekonium, produksi
urin rendah
g. Pemeriksaan
1) Pemeriksaan Umum
a) Kesadaran compos mentis
b) Nadi : 180X/menit pada menit I kemudian menurun sampai 120-
140X/menit
c) RR : 80X/menit pada menit I kemudian menurun sampai 40X/menit
d) Suhu : kurang dari 36,5 C
2) Pemeriksaan Fisik
a) Sistem sirkulasi/kardiovaskular : Frekuensi dan irama jantung rata-rata
120 sampai 160x/menit, bunyi jantung (murmur/gallop), warna kulit
bayi sianosis atau pucat, pengisisan capilary refill (kurang dari 2-3
detik).
b) Sistem pernapasan : Bentuk dada barel atau cembung, penggunaan otot
aksesoris, cuping hidung, interkostal; frekuensi dan keteraturan
pernapasan rata-rata antara 40-60x/menit, bunyi pernapasan adalah
stridor, wheezing atau ronkhi.
c) Sistem gastrointestinal : Distensi abdomen (lingkar perut bertambah,
kulit mengkilat), peristaltik usus, muntah (jumlah, warna, konsistensi
dan bau), BAB (jumlah, warna, karakteristik, konsistensi dan bau),
refleks menelan dan megisap yang lemah.
d) Sistem genitourinaria : Abnormalitas genitalia, hipospadia, urin
(jumlah, warna, berat jenis, dan PH).
e) Sistem neurologis dan musculoskeletal : Gerakan bayi, refleks moro,
menghisap, mengenggam, plantar, posisi atau sikap bayi fleksi,

7
ekstensi, ukuran lingkar kepala kurang dari 33 cm, respon pupil, tulang
kartilago telinga belum tumbuh dengan sempurna, lembut dan lunak.
f) Sistem thermogulasi (suhu) : Suhu kulit dan aksila, suhu lingkungan.
g) Sistem kulit : Keadaan kulit (warna, tanda iritasi, tanda lahir, lesi,
pemasangan infus), tekstur dan turgor kulit kering, halus, terkelupas.
h) Pemeriksaan fisik : Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500
gram, panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar
kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama dengan
atau kurang dari 30 cm, lingkar lengan atas, lingkar perut, keadaan
rambut tipis, halus, lanugo pada punggung dan wajah, pada wanita
klitoris menonjol, sedangkan pada laki-laki skrotum belum
berkembang, tidak menggantung dan testis belum turun., nilai APGAR
pada menit 1 dan ke 5, kulit keriput.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas (kelemahan otot pernapasan)
d.d penggunaan otot bantu napas, pola napas abnormal
b. Defisit nutrisi b.d ketidakmapuan menelan makanan d.d bising usus hiperaktif,
otot pengunyah lemah
c. Resiko hipotermia d.d berat badan lahir rendah

Anda mungkin juga menyukai