Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

KONSEP NIFAQ
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata kuliah : Ilmu Tauhid
Dosen Pengampu : Hadi Fathurrizka , S. Fil., M.Ag
Di Susun Oleh:
Rizki Restu Wiratama NIM 12108034

Pendahuluan
Kemunafikan adalah virus berbahaya yang mengancam harkat dan martabat
manusia membawa kepada sikap yang tak bertanggung jawab dan menghilangkan
rasa saling percaya yang justru mengantarkan kepada sikap saling curiga antara satu
dengan yang lainnya. (Mujtaba Musawi Lari, 1998: 60).
Dalam konteks kehidupan sosial umat Islam, keberadaan orang memalsukan
identitas sulit dilihat dengan jelas disebabkan ia mampu menutupi dan memalsukan
identitas diri dan pandai beradaptasi semu. Mereka cenderung ikut arus ke manapun
angin bertiup yang penting menguntungkan bagi dirinya sehingga merekapun tidak
ragu menikam dari belakang dan melakukan pengkhianatan kendatipun mereka sadar
bahwa sikapnya tersebut dapat mengorbankan banyak pihak.
Oleh karena itu Rasulullah seperti yang dikemukakan oleh Umar ra. Jauh-
jauh sebelumnya sudah mewanti-wanti dengan menyatakan bahwa yang paling
ditakuti dari umat ini adalah tiap-tiap orang munafik yang jelas-jelas diketahui dari
lidahnya. Kendatipun dalam riwayat yang disebut Nabi SAW. tidak menjelaskan
secara rinci akan bahaya yang di timbulkan oleh orang munafik yang jelas-jelas
diketahui dari umat ini adalah tiap-tiap orang munafik yang jelas-jelas diketahui dari
lidahnya. Kendatipun dalam riwayat tersebut Nabi SAW. tidak menjelaskan secara
rinci akan bahaya yang di timbulkan oleh orang munafik, namun dari konteks kalimat
yang diungkapkannya menunjukkan adanya bahaya yang besar yang di timbulkan
oleh orang munafik, seperti yang terdapat dalam riwayat berikut ini : CD Hadist
Musnad al-‘ Asyrah al-Tis’ah, Musnad Ahmad, No hadist ke 293, Kitab Musnad al,-
Mubasysyarin bi al-Jannah, Bab Awwal Musnad ‘Umar bin Al-Khattab)

Yazid menceritakan kepada kami duliam bin Gazwan al-Abdi dari Abi Usman al-
Nahdi berkata sesungguhnya saya duduk di bawah mimbar Umar rad an beliau
sedang berkhutbah lalu beliau mengemukakan dalam khutbahnya yaitu saya
mendengar Rasulullah SAW bersabda sesungguhnya yang paling dikhawatirkan di
antara yang dikhawatirkan akan umat ini adalah tiap-tiap orang munafik yang jelas-
jelas diketahui dari lidahnya.

Virus kemunafikan itu sudah menjamur dimana-mana dari pelosok perkotaan sampai
pelosok perdesaan, dari dulu hingga sekarang masih saja exist bahkan sejarah telah
mencatat, bahwa setelah Nabi Muhammad SAW, hijrah ke Madinah ketika umat
Islam sudah semakin bermasyarakat, bermunculanlah manuver-manuver kelompok
yang berkedok kemunafikan antara lain maneuver Abdullah bin Ubay Salul serta
manuver kelompok Yahudi Madinah. Mereka merasa dirugikan dan tersingkirkan
setelah kedatalangan Islam (al-Hamid al-Husaini, 2000: 446).

Pengertian Nifaq

Nifaq secara bahasa berasal dari kata naafaqa, dikata pula berasal dari kata an-nafaqa
(nafaq) yaitu lubang tempat bersembunyi. Nifaq menurut syara’ yaitu menampakkan
Islam dan kebaikan tetapi menyembunyikan kekufuran dan kejahatan. Dinamakan
demikian karena dia masuk pada syari’at dari satu pintu dan keluar dari pintu yang
lain. Karena itu Allah memperingatkan dengan firman-Nya dalam Surat At-Taubah
Ayat 67 yang artinya :
“Orang-orang munafiq laki-laki dan perempuan. Sebagian dengan sebagian yang lain
adalah sama, mereka menyuruh membuat yang Munkar dan melarang berbuat yang
ma'ruf dan mereka menggenggamkan tangannya. mereka telah lupa kepada Allah,
Maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafiq itu adalahorang-
orang yang fasik.” (Q.S. At-Taubah: 67).

Menurut istilah, nifaq berarti sikap yang tidak menentu, tidak sesuai antara ucapan
dan perbuatan. Orang yang memiliki sifat nifaq disebut munafiq. Munafiq sering
tidak tertentu, susah diketahui kebenaran ucapannya, sebagaimana susahnya
mengetahui tembusan lubang tikus dipadang pasir. Oleh sebab itu, orang lain sering
tertipu dengan ucapan atau perbuatannya yang tidak menentu.Islam menegaskan
bahwa nifaq amat tercela, baik dalam pandangan Allah maupun sesama manusia.
Dalam kehidupan bermasyarakat, sejak zaman Rasulullah SAW. Sampai sekarang,
bahan sampai akhir zaman, munafiq sering menjadi musuh dalam selimut yang sangat
membahayakan.

Rasulullah SAW. Menjelaskan bahwa ciri-ciri munafiq ada tiga macam yaitu :
apabila berbicara ia berdusta, apabila berjanji ia mengingkari, apabila dipercaya ia
berkhianat. Perlu diketahui bahwa munafiq pandai bersilat lidah dan memutar-
balikkan persoalan sehingga banyak orang terpedaya karenanya. Kepandaian bersilat
lidah sebagai hasil dari sikapnya yang selalu mendua (bermuka dua). Disamping itu,
munafiq juga suka mengobral janji terhadap orang lain, tetapi janji-janjinya banyak
yang dingkari sendiri.

Nifaq terbagi menjadi dua, yaitu nifaq besar dan nifaq kecil.

1 Nifaq besar
Nifaq besar yaitu menampakkan keislaman dengan lisannya, tetapi sebenarnya hati
dan jiwanya mengingkari. Yang termasuk perbuatan nifaq besar di antaranya :
(a) Mendustakan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, mendustakan sebagian
dari seluruh ajaran yang beliau sampaikan.
(b) Merasa senang dengan kekalahan Islam dan merasa benci dengan tersebar dan
menangnya Islam. Orang yang melakukan perbuatan nifaq besar ini akan
mendapatkan azab yang lebih berat dari orang-orang kafir, karena bahaya mereka
lebih besar.

2 Nifaq kecil
Seseorang dikatakan melakukan perbuatan nifaq kecil bila dia melakukan
sebagian perbuatan yang menjadi ciri dan karakter orang-orang munafiq tulen.
Ada empat hal, jika keempatnya ada pada diri seseorang, maka dia adalah
seorang munafiq tulen, namun bila dari keempat itu hanya ada satu saja pada
seseorang, maka dia hanya dikatakan memiliki sifat nifaq yang mestinya dia
tinggalkan. (Keempat hal itu adalah)” dusta ketika berbicara, ingkar janji,
khianat ketika mengadakan kontrak kerjasama, dan culas dalam berdagang.
Nifaq kecil tidak menyebabkan pelakunya keluar dari Islam, tetapi itu termasuk
dosa besar yang harus dijauhi.

Sebagaimana sifat tercela yang lain, nifaq pun berakibat buruk bagi diri sendiri dan
orang lain. Adapun sifat nifaq, antara lain sebagai berikut :

1) Bagi diri sendiri


a.) Tercela dalam pandangan Allah SWT, dan sesama manusia sehingga dapat
menjatuhkan nama baiknya sendiri contoh kecilnya dari sifat ini ialah Pemimpin yang
ketika pemilu berjanji tapi tidak ia tepati seperti contoh :
KALAU SAYA JADI PRESIDEN
-INDOSAT KITA BELI
-STOP HUTANG LUAR NEGRI
-TIDAK BAGI-BAGI KURSI
-STOP IMPORT PANGAN
- DOLAR TEMBUS 10 RIBU
- CIPTAKAN 10 JUTA LAPANGAN KERJA
- PERSULIT INVESTASI ASING
-JAKARTA BEBAS BANJIR DAN MACET
-EKONOMI MEROKET
-TIDAK MENAIKKAN HARGA BBM
-MOBIL ESEMKA
b.) Hilangnya kepercayaan diri orang lain atas dirinya. Karena terlalu sering
mongobral-obral janji dan berbohong sehingga membuat hilangnya kepercayaan
masyarakat atas dirinya.
c.) Tidak disenangi dalam pergaulan hidup sehari-hari,orang yang sering berdusta
tidak akan mungkin di senangi oleh orang lain karena setiap kata dan lisannya telah di
ragukan kebenarannya
d.) Mempersempit jalan untuk memperoleh rizki karena orang lain tidak
mempercayai lagi, seperti contoh pedagang yang curang mengurangi angka
timbangan
e.) Mendapat siksa yang amat pedih kelak dihari akhir.

2) Bagi orang lain


a) Menimbulkan kekecewaan hati sehingga dapat merusak hubungan persahabatan
yang telah terjalin baik.
b) Membuka peluang munculnya fitnah karena ucapan atau perbuatannya yang tidak
menentu.
c) Mencemarkan nama baik keluarga dan masyarakat sekitarnya sehingga
merasa malu karenannya.

Cara menghindari sifat Nifaq


2). Nifaq Menghindarkan diri dari sifat nifaq harus menjadi watak setiap muslimin
dan muslimat. Adapun upaya untuk menghindarkan diri dari sifat nifaq antara lain
selalu menyadari bahwa.
a) Nifaq merupakan larangan agama yang harus dijauhi dalam kehidupan sehari-hari.
b) Nifaq akan merugikan diri sendiri dan orang lain sehingga dibenci dalam
kehidupan masyarakat.
c) Nifaq tidak sesuai dengan hati nurani manusia (termasuk hati munafiq sendiri
d) Kejujuran menentramkan hati dan senantiasa disukai dalam pergaulan.

Penutup/Kesimpulan
Dari hasil penulisan ini saya dapat menyimpulkan Makna Nifaq Al-Alusi dan
Musthafa Al-Maraghi adalah sifat-sifat Nifaq (Munafik) dapat dibagi dalam segi
perbuatan dan sikap yaitu: berbicara dusta atau mengakui secara lisan saja akan
tetapi dalam hatinya tidak, dari segi perbuatan dan sikap yaitu : mengajak kepada
kesesatan, merusak dan kejahatan, suka menipu orang muslim sedankan menurut Al-
Maraghi adalah akal, karena itulah yang mampu mendorong manusia untuk
melakukan perbuatan seperti itu. Hatinya dipenuhi dengan penyakit yang membuat
mereka lemah imannya.
Persamaan penafsirannya adalah sifat Nifaq yaitu orang yang mengaku-ngaku
(beriman setengah-setengah), dalam hatinya ragu dan plin plan, mereka mengaku
beriman kepada Allah, percaya kepada apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW, berbicara dusta atau mengakui secara lisan saja tetapi dalam hatinya tidak.
Dalam konteks social pun orang munafik lebih pada sifat riya dan segala apa yang di
lakukan bukan ikhlas karena Allah melainkan hanya ingin di lihat oleh manusia.
Perbedaan penafsirannya adalah dalam hal menafsirkan kata “al-Qulub”, karena sakit
hatinya merupakan salah satu sifat nifaq dari orang-orang munafik. Menurut
Musthafa Al-Maraghi adalah orang-orang oportunis yang mencari-cari keuntungan
dengan jalan apapun untuk meraih apa yang mereka inginkan dibarengi dengan hawa
nafsunya, sekalipun membahayakan umat manusia. Analisis komperhensif adalah
bahwa jika dikatakan kepada orang yang mengaku-aku beriman, yang hendak
berhakim sendiri kepada Thaqhut itu. Seharusnya, orang-orang beriman telah
menyadari hal tersebut. Tidak wajar lagi ada yang menjadi perantara untuk membela
mereka yang salah, atau menghalangi yang melanggar.
Sekian daripada materi yang dapat saya presentasikan hari ini bila ada ketikan dan
kata yang salah dari saya, saya memohon maaf yang sebesar-besarnya Wabillahi
Taufiq Wal Hidayah Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabaraktuh.

Refrensi :
(Mujtaba Musawi Lari, 1998: 60)

(al-Hamid al-Husaini, 2000: 446).

CD Hadist Musnad al-‘ Asyrah al-Tis’ah, Musnad Ahmad, No hadist ke 293, Kitab
Musnad al,-Mubasysyarin bi al-Jannah, Bab Awwal Musnad ‘Umar bin Al-Khattab)

Musa Nasr Muhammad, Munafik menurut Al qur’an dan As Sunnah. (Jakarta: Darus
Sunah, 2011).hlm 7

Muhammad Yusuf ‘Abdu. Jangan jadi Munafik siapa saja bias jadi Munafik
(Bandung: PUSTAKA HIDAYAH. 2008). Hlm29.
Penulis : Rizki Restu Wiratama

Anda mungkin juga menyukai