PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara kodrati manusia selalu ingin mendidik keturunanya yang dilakukan pada
setiap tahapan umur. Baik tahapan janin, bayi, balita, kanak-kanak, remaja, dewasa
maupun usia lanjut. Anak-anak memasuki tahapan dimana mereka sudah cukup mengerti
dan memahami sesuatu serta mampu memahami mana yang baik dan mana yang buruk.
Pada tahapan ini, seorang individu sedang menggali potensi dirinya yang digunakan
dalam rangka mencapai kematangan ketika individu tersebut beranjak dewasa. Namun,
emosi anak-anak kadang kala labil sehingga harus diarahkan dan diolah sedemikian rupa
agar tidak terjerumus pada sesuatu yang dapat merugikan dirinya maupun orang lain di
sekitarnya.
Pada masa inilah, setiap individu akan mengalami masa-masa sekolah dimana
mereka akan berinteraksi ke dalam lingkup yang lebih luas dengan berbagai karakteristik
yang berbeda-beda. Oleh karena itu, harus dipelajari dan dipahami setiap karakter anak
usia sekolah agar dapat memberikan tugas dengan tepat yang dapat mengoptimalkan
potensi mereka yang sesuai dengan umur mereka.
B. Tujuan
e) Kematangan Sekolah
Kematangan Sekolah ini ditandai apabila anak telah mencapai
perkembangan fisik sebagai dasar yang dibutuhkan untuk dapat melaksanakan
segala sesuatu disekolah, perkembangan kognitif yang memadai juga sangat
dibutuhkan selain itu anak juga telah mampu mengembangkan hubungan
emosional yang sehat dengan orang lain.
f) Depresi pada masa kanak-kanak
Gejala-gejala depresi antara lain gangguan konsentrasi, tidur kurang,
selera makan kurang, mulai berbuat kejelekan disekolah, tidak merasa bahagia,
selalu mengeluh karena penyakit jasmani yang dideritanya, selalu merasa
bersalah.
g) Perawatan Problema Emosional
Pilihan untuk perawatan secara khusus untuk gangguan tertentu
tergantung pada beberapa faktor, misalnya problema yang bersifat alamiah,
kpribadian anak, kesediaan orang tua untuk berpartisipasi, sosial ekonomi
orang tua, dll.
1. PERKEMBANGAN INTELEKTUAL
Kemampuan intelektual pada masa ini sudah cukup untuk menjadai dasar
diberikannya berbagai kecakapan yang dapat mengembangkan pola pikir atau daya
nalarnya. Kepada anak sudah dapat diberikan dasar-dasar keilmuan,seperti membaca,
menulis dan berhitung. Disamping itu, kepada anak diberikan juga pengetahuan-
peangetahun tentang manusia, hewan, lingkungan alam sekitar dan sebagainya. Untuk
mengembangkan daya nalarnya dengan melatih anak untuk mengungkapkan
pendapat, gagasan, atau penilaiannya terhadapa berbagai hal, baik yang dialaminya
maupun peristiwa yang terjadi dilingkungannya. Misalnya, yang berkaitan dengan
materi pelajaran, tata tertib sekolah, pergaulan yang baik dengan teman sebaya atau
orang lain dan sebagainya.
2. PERKEMBANGAN BAHASA
Terdapat dua faktor penting yang mempengaruhi perkembangan bahasa, yaitu
sebagai berikut.
a. Proses jadi matang, dengan perkataan lain anak itu menjadi matang (organ-organ
suara/bicara sudah berfungsi) untuk berkata-kata.
b. Proses belajar, yang berarti bahwa anak yang telah matang berbicara lalu
mempelajari bahasa orang lain dengan jalan mengimitasi atau meniru ucapan atau
kata-kata yang didengarnya. Kedua proses ini berlangsung sejak masa bayi dan
kanak-kanak, sehingga pada usia anak memasuki sekolah dasar, sudah sampai
pada tingkat : (1) dapat membuat kalimat yang lebih sempurna, (2) dapat
membuat kalimat majemuk, (3) dapat menyusun dan mengajukan pertanyaan.
3. PERKEMBANGAN SOSIAL
Maksud perkembangan sosial ini adalah pencapaian kematangan dalam
hubungan sosial. Pada usisa ini, anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri
sendiri (egosentris) kepada sikap yang kooperatif (bekerja sama) atau sosio sentries
(mau memerhatikan kepentingan orang lain). Anak dapat berminat terhadap kegiatan-
kegiatan teman sebayanya, dan bertambah kuat keinginannya untuk diterima menjadi
anggota kelompok (gang), dia mera tdak senang apabila tidak diterima dalam
kelompoknya.
Berkat perkembangan sosial, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan
kelompok teman sebaya maupun dengan lingkungan masyarakat sekitarnya.
4. PERKEMBANGAN EMOSI
Emosi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingkah laku individu,
dalam hal ini termasuk pula prilaku belajar. Emosi yang positif, seperti perasaan
senang, bergairah, bersemangat atau rasa ingin tau akan mempengaruhi individu untuk
mengonsentrasikan dirinya terhadap aktifitas belajar, seperti memperhatikan
penjelasan guru, membaca buku, aktif dalam berdiskusi, mengerjakan tugas, dan
disiplin dalam belajar.
Sebaliknya, apabila yang menyertai prose situ emosi negatif, seperti perasaan
tidak senang, kecewa, tidak bergairah, maka proses belajar akan mengalami
hambatan, dalam arti individu tidak dapat memusatkan perhatiaanya untuk belajar
sehingga kemungkinan besar ia akan mengalami kegagalan dalam belajarnya.
Mengingat hal tersebut, maka guru seyogyanya mempunyai kepedulian untuk
memciptakan situasi belajar yang menyenangkan atau kondusif bagi terciptanya
proses belajar mengajar yang efektif.
5. PERKEMBANGAN MORAL
Anak mulai mengenal konsep moral (mengenal benar salah atau baik-buruk)
pertama kali dari lingkungan keluarga. Pada mulanya, mungkin anak tidak mengerti
konsep moral ini, tetapi lambat laun anak akan memahaminya. Usaha menanamkan
konsep moral sejak usia dini (pra sekolah) merupakan hal yang seharusnya, karena
informasi yang diterima anak mengenai benar salah atau baik buruk akan menjadi
pedoman pada tingkah lakunya dikemudian hari.
Pada usia sekolah dasar, anak sudah dapat mengikuti pertautan atau tuntutan
dari orang tua atau lingkungan sosialnya. Pada akhir usia ini, anak sudah dapat
memahami alasan yang mendasari suatu peraturan. Disamping itu, anak sudah dapat
mengasosiasikan setiap bentuk perilaku dengan konsep benar salah atau baik buruk.
Misalnya, dia memandang atau menilai bahwa perbuatan nakal, berdusta, dan tidak
hormat kepada orang tua merupakan suatu yang salah atau buruk. Sedangkan
perbuatan jujur, adil, dan sikap hormat kepada orang tua dan guru merupakan suatu
yang benar atau baik.
7. PERKEMBANGAN MOTORIK
Seiring dengan perkembangan fisiknya yang beranjak matang, maka
perkembangan motorik anak sudah dapat terkoordinasi dengan baik. Setiap
gerakannya sudah selaras dengan kebutuhan atau minatnya. Pada masa ini ditandai
dengan kelebihan gerak atau aktivitas motorik yang lincah. Oleh karena itu, usia ini
merupakan masa ideal untuk belajar keterampilan yang berkaitan dengan mtorik ini,
seperti menulis, menggambar, melukis, mengetik (komputer), berenang, main bola
dan atletik.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Respon yang diberikan guru maupun siswa SD Negeri Merjosari 1 dan 2 sangat
positif, dibuktikan dengan perhatian dari guru maupun siswa terhadap keberadaan
mahasiswa beserta program-programnya, sehingga keseluruhan proses pengumpulan data
dapat dilaksanakan dengan baik
Strategi yang digunakan saat pengumpulan data adalah kerjasama dengan guru
maupun siswa dan melakukan program turun ke bawah (jemput bola) sehingga
keberadaan mahasiswa membaur dengan guru maupun siswa disamping itu juga
melakukan literature review bedasarkan data yang didapatkan oleh hasil kelompok
profesi ners gelombang sebelumnya.
PENGUMPULAN DATA
1. CORE INTI
a. Riwayat komunitas
Banyak siswa yang kurang menyadari pentingnya kebersihan diri.
Setelah bermain siswa langsung memakan kue yang dia beli tanpa mencuci
tangan terlebih dahulu
Siswa mengaku tidak mengetahui cara mencuci tangan yang baik dan benar.
Banyak siswa yang mengaku malas gosok gigi dan tidak mengerti
bagaimana cara menggosok gigi yang baik dan benar.
Terdapatnya kader Tiwisada pada setiap sekolah, namun belum maksimal
berjalan dan kebanyakan dari mereka kurang mengerti tentang kebersihan
diri, cara pengisian KMS, cara sikat gigi dan cara cuci tangan yang baik dan
benar
b. Demografi
Siswa SD N Merjosari 1
Jumlah Gurudan staf : 40 orang
Jumlah siswa kelas 1-6 : 300 siswa
Jumlah kader Tiwisada 10 siswa
c. Nilai kepercayaan
Siswa kurang mengetahui tentang pentingnya mencuci tangan dan
menggosok gigi, sehingga banyak siswa yang mengaku malas
melakukannya.
Siswa kurang menyadari pentingnya kebersihan diri
2. SUB SISTEM
a. Pendidikan
Siswa pernah mendapatkan penyuluhan tentang pentingnya mencuci tangan
dan menggosok gigi.
Siswa mengaku masih lupa dengan cara mencuci tangan dan menggosok
gigi dengan baik dan benar.
Siswa mengaku kurang mengerti tentang manfaat dari kebersihan diri.
b. Rekreasi
Bagi para siswa sarana rekreasi bagi mereka adalah sekolah dan rumah.
e. Lingkungan fisik
Terdapat 2 wastafel dari 6 kelas
Terdapat 1 sabun pada setiap wastafel
B. ANALISA DATA
1. Ds: dari wawancara yang dilakukan pada siswa-siswi di SDN Merjosari 1 diketahui
bahwa siswa kurang menyadari pentingnya kebersihan diri, malas gosok gigi, dan
tidak tahu cara cuci tangan yang benar.
Do: -
Problem: Resiko terjadinya diare
Dx: resiko terjadinya diare sehubungan dengan kebersihan perorang kurang
2. Ds: dari wawancara yang dilakukan siswa-siswi masih lupa dengan cara menggosok
gigi yang benar, dan mengaku malas menggosok gigi.
Do:-
Problem: resiko tingginya karies gigi
Dx: resiko tingginya karies gigi berhubungan dengan kurangnya kesadaran siswa
dalam menggosok gigi.
D. Skoring :
Dx. Kriteria penapisan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Kep
Dx. 1 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 44
Dx. 2 4 3 4 4 3 4 2 4 3 3 3 4 41
Dx.3 4 3 3 4 3 4 2 3 4 3 3 4 40
Keterangan :
Skor :
1 = sangat rendah
2 = rendah
3 = cukup
4 = tinggi
5 = sangat tinggi
Jumlah skor 125
E. INTERVENSI
1. Mahasiswa memberikan penyuluhan tentang bagaimana melakukan cuci tangan
dengan benar, cara menggosok gigi dengan benar dan pentingnya kebersihan diri
2. Mahasiswa menjelaskan pentingnya peran serta kader tiwisada serta tugas kader
tiwisada
3. Mahasiswa mengajukan saran ke kepala sekolah untuk memenuhi kebutuhan obat-
obatan di UKS
F. EVALUASI
1. Pelaksanaaan kegiatan yang telah dilakukan berjalan lancar. Selama dilakukan
kegiatan tidak ditemukan hambatan yang berarti.
2. Hasil evaluasi tindakan untuk mengatasi masalah dengan melakukan Penyuluhan
Kesehatan yang dihadiri oleh siswa siswi dan guru SDN Merjosari 1, Terdapat
beberapa siswa yang aktif bertanya dan mendengarkan materi yang diampaikan.
BAB IV
PEMBAHASAN
Respon yang diberikan guru maupun siswa SD Negeri Merjosari 1 dan 2 sangat
positif, dibuktikan dengan perhatian dari guru maupun siswa terhadap keberadaan
mahasiswa beserta program-programnya, sehingga keseluruhan proses pengumpulan data
dapat dilaksanakan dengan baik
Banyak siswa yang kurang menyadari pentingnya kebersihan diri. Setelah
bermain siswa langsung memakan kue yang dia beli tanpa mencuci tangan terlebih
dahulu Siswa mengaku tidak mengetahui cara mencuci tangan yang baik dan benar.
Banyak siswa yang mengaku malas gosok gigi dan tidak mengerti bagaimana cara
menggosok gigi yang baik dan benar. Terdapatnya kader Tiwisada pada setiap sekolah,
namun belum maksimal berjalan dan kebanyakan dari mereka kurang mengerti tentang
kebersihan diri, cara pengisian KMS, cara sikat gigi dan cara cuci tangan yang baik dan
benar. Siswa kurang mengetahui tentang pentingnya mencuci tangan dan menggosok
gigi, sehingga banyak siswa yang mengaku malas melakukannya. Siswa kurang
menyadari pentingnya kebersihan diri. Siswa pernah mendapatkan penyuluhan tentang
pentingnya mencuci tangan dan menggosok gigi. Siswa mengaku masih lupa dengan cara
mencuci tangan dan menggosok gigi dengan baik dan benar. Siswa mengaku kurang
mengerti tentang manfaat dari kebersihan diri. Belum terdapat kelengkapan obat
pertolongan pertama pada UKS. Belum ada kesadaran dari siswa untuk menjaga
kebersihan diri mulai dari cuci tangan dan menggosok gigi.
PHBS di Sekolah adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik,
guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran,
sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta
berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat.
Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS di sekolah
yaitu :
PHBS Di Sekolah
Jumlah anak di indonesia rata-rata 30% dari total penduduk Indonesia atau sekitar
237.556.363 orang dan usia sekolah merupakan masa keemasan untuk menanamkan nilai-
nilai perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sehingga berpotensi sebagai agen perubahaan
untuk mempromosikan PHBS, baik dilingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Saat ini
di Indonesia terdapat lebih dari 250.000 sekolah negeri, swasta maupun sekolah agama dari
berbagai tindakan.
Jika tiap sekolah memiliki 20 kader kesehatan saja maka ada 5 juta kader kesehatan
yang dapat membantu terlaksananya dua strategi utama Departemen Kesehatan yaitu:
“Menggerakan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat” serta “Surveilans,
monitoring dan informasi kesehatan”
Usia Sekolah Rawan Penyakit Sekolah selain berfungsi sebagai tempat pembelajaran
juga dapat menjadi ancaman penularan penyakit jika tidak dikelola dengan baik. Lebih dari
itu, usia sekolah bagi anak juga merupakan masa rawan terserang berbagai penyakit
Munculnya sebagai penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah (usia 6-10),
ternyata umumnya berkaitan dengan PHBS. Oleh karena itu, penanaman nilai-nilai PHBS
disekolah merupakan kebutuhan mutlak dan dapat dilakukan melalui pedekatan usaha
kesehatan Sekolah (UKS). PHBS disekolah adalah upaya untuk memberdayakan siswa, guru,
dan masyarakat lingkungan sekolah agar tahu, mau dan mampu mempraktikan PHBS, dan
berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat.
Indikator PHBS di sekolah
1. Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan memakai sabun
2. Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah
3. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat
4. Olahraga yang teratur dan terukur
5. Memberantas jentik nyamuk
6. Tidak merokok di sekolah.
7. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan.
8. Membuang sampah pada tempatnya
Siswa
Warga sekolah (kepala sekolah, guru, karyawan sekolah, komite sekolah dan orang tua
siswa)
Masyarakat lingkungan sekolah (penjaga kantin, satpam,dll)
1. Analisis Situasi
Pihak Pimpinan sekolah mengajak bicara/berdialog guru, komite sekolah dan tim
pelaksana atau Pembina UKS tentang :
Membahas cara sosialisasi yang efektif bagi siswa, warga sekolah dan masyarakat
sekolah.Pimpinan sekolah membentuk kelompok kerja penyusunan kebijakan PHBS
di sekolah.
4. Penyiapan Infrastruktur
Membuat surat keputusan tentang penanggung jawab dan pengawas PHBS di sekolah
Instrument pengawasan Materi sosialisasi penerapan PHBS di sekolah Pembuatan dan
penempatan pesan di tempat-tempat strategis disekolah Pelatihan bagi pengelola PHBS di
sekolah
Menanamkan nilai-nilai untuk ber-PHBS kepada siswa sesuai dengan kurikulum yang
berlaku (kurikuler)
Menanamkan nilai-nilai untuk ber-PHBS kepada siswa yang dilakukan diluar jam
pelajaran biasa (ekstra kurikuler)
Kerja bakti dan lomba kebersihan kelas
Aktivitas kader kesehatan sekolah /dokter kecil.
Pemeriksaan kualitas air secara sederhana
Pemeliharaan jamban sekolah
Pemeriksaan jentik nyamuk di sekolah
Demo/gerakan cuci tangan dan gosok gigi yang baik dan benar
Pembudayaan olahraga yang teratur dan terukur
Pemeriksaan rutin kebersihan: kuku, rambut, telinga, gigi dan sebagainya.
Bimbingan hidup bersih dan sehat melalui konseling.
Kegiatan penyuluhan dan latihan keterampilan dengan melibatkan peran aktif siswa,
guru, dan orang tua, antara lain melalui penyuluhan kelompok, pemutaran kaset radio/film,
penempatan media poster, penyebaran leafleat dan membuat majalah dinding.
Pengawasan & penerapan sanksi Pengawas penerapan PHBS di sekolah mencatat
pelanggaran dan menerapkan sanksi sesuai dengan peraturan yang telah dibuat seperti
merokok di sekolah, membuang sampah sembarangan
A. KESIMPULAN
Anak juga mempunyai kehidupan kejiwaan yang lain dari pada orang dewasa. Ia
punya cara-cara berfikir, merasa mengingat yang tersendiri. Oleh karena itu dalam
menghadapi anak, kita tidak bersikap seperti menghadapi pada orang dewasa. Dia punya
dunia tersendiri dan punya fase-fase kehidupan yang mempunyai perkembangan tertentu.
Perkembangan fisik, intelektual anak usia sekolah dasar cenderung lamban. Pertumbuhan
fisik anak menurun, sedangkan kecakapan motorik terus membaik. Dalam masa
perkembangan usia anak SD ditandai dengan tempertantum, yaitu tingkah laku
mengamuk, menangis, menjerit, merusak, menyerang dan menyakiti diri sendiri.
B. Saran
Kami menyadari akan kekurangan dalam makalah ini, maka pembaca dapat menggali
kembali sumber-sumber lainnya, untuk menyempurnakannya. Jadi kami harapkan kritik
yang membangun dari anda sekalian, untuk kami lebih bisa baik dan sempurna lagi
dalam pembuatan makalah ini selanjutnya. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi
para pembacanya
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi, H.Drs.Psikologi Umum. Rineka Cipta. Jakarta. 1998
Aswin Hadis, Fawzia. Psikologi Perkembangan Anak. Dekdikbud.
Fauzi, Ahmad, H.Drs.Psikologi Umum. Pustaka Setia. Bandung.1999
Somantri, Mulyani dan Nana Saodih. Perkembangan Peserta Didik. Universitas Terbuka.
Jakarta. 2004
Syamsudin Makmun, Abin H.M.A. DR. Prof. Psikologi Kependidikan. PT. Remaja Rosda
Karya. Bandung. 2000
Wirawan Sarwono, Sarlito. DR. Pengantar Umum Psikologi. PT. Bulan Bintang. Jakarta.
2000.
Nurhayati Eti. 2011. Psikologi Pendidikan Inovatif. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Yusuf Syamsu. 2004. Psikologi Perkembangan Anak. Bandung : PT REMAJA ROSDA
KARYA