Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara kodrati manusia selalu ingin mendidik keturunanya yang dilakukan pada
setiap tahapan umur. Baik tahapan janin, bayi, balita, kanak-kanak, remaja, dewasa
maupun usia lanjut. Anak-anak memasuki tahapan dimana mereka sudah cukup mengerti
dan memahami sesuatu serta mampu memahami mana yang baik dan mana yang buruk.

Pada tahapan ini, seorang individu sedang menggali potensi dirinya yang digunakan
dalam rangka mencapai kematangan ketika individu tersebut beranjak dewasa. Namun,
emosi anak-anak kadang kala labil sehingga harus diarahkan dan diolah sedemikian rupa
agar tidak terjerumus pada sesuatu yang dapat merugikan dirinya maupun orang lain di
sekitarnya.

Pada masa inilah, setiap individu akan mengalami masa-masa sekolah dimana
mereka akan berinteraksi ke dalam lingkup yang lebih luas dengan berbagai karakteristik
yang berbeda-beda. Oleh karena itu, harus dipelajari dan dipahami setiap karakter anak
usia sekolah agar dapat memberikan tugas dengan tepat yang dapat mengoptimalkan
potensi mereka yang sesuai dengan umur mereka.

  

B. Tujuan

1. Mengetahui karakteristik anak usia SD


2. Mengetahui tugas-tugas perkembangan anak usia SDMemahami tugas perkembangan
pada masa anak sekolah.
3. Memahami implikasi tugas perkembangan pada pendidikan.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar


Masa usia sekolah adalah babak terakhir bagi periode perkembangan dimana manusia
masih digolongkan sebagai anak masa usia sekolah dikenal juga sebagai masa tengah dan
akhir dari masa kanak-kanak, pada masa inilah anak paling siap untuk belajar. Mereka
ingin menciptakan sesuatu, bahkan berusaha untuk dapat membuat sesuatu sebaik-
baiknya, ingin sempurna dalam segala hal.
Pada masa ini anak menjalani sebagian besar dari kehidupannya di sekolah yaitu di
Sekolah Dasar. pada masa ini dikatakan pula sebagai masa konsolidasi. Masa usia
sekolah dasar sering pula disebut sebagai masa intelektual atau masa keserasian sekolah.
Pada masa keserasian sekolah ini secara relatif anak-anak lebih mudah dididik dari pada
sebelumnya dan sesudahnya.
Masa ini dapat dirinci lagi menjadi 2 fase
1. Masa kelas-kelas rendah sekolah dasar kira-kira umur 6 atau 7 tahun sampai umur 9
atau 10 tahun
2. Masa kela-kelas tinggi sekolah dasar kira-kira umur 9 tahun 10 tahun sampai kira-kira
umur 12 atau 13 tahun

1. Karakteristik Anak pada Masa Kelas-Kelas Rendah Sekolah Dasar


Beberapa sifat khas anak pada masa ini antara lain adalah:
 Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan prestasi
sekolah
 Sikap tunduk kepada peraturan-peraturan permainan yang tradisional
 Ada kecenderungan menuju diri sendiri
 Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain ada kecenderungan
meremehkan anak lain.
 kalau tidak dapat menyelesaikan sesuatu hal, maka soal itu dianggapnya tidak
penting.
 Pada masa ini anak menghendaki nilai raport yang baik, tanpa mengingat apakah
prestasinya memang pantas diberi nilai atau tidak.
2. Karakteristik Anak pada Masa Kelas-Kelas Tinggi SD
Beberapa sifat khas anak-anak pada masa ini adalah:
 Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret
 Amat realistis, ingin tahu, ingin belajar
 Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal dan mata pelajaran
khusus
 Sampai kira-kira umur II tahun anak dapat membutuhkan seorang guru / orang-
orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugasnya dan memenuhi
keinginannya. Setelah kira-kira umur II tahun pada umumnya anak menghadapi
tugasnya dengan bebas dan berusaha menyelesaikannya sendiri
 Pada masa ini anak memandang (nilai raport) sebagai ukuran yang tepat (sebaik-
baiknya) mengenai prestasi sekolah
 Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya biasanya untuk
dapat bermain bersama-sama
 Mengembangkan kata hati, moralitas suatu skala nilai-nilai
B. Perkembangan Fisik / Jasmani
1. Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik mencakup aspek-aspek anatomis dan fisiologis
a. Perkembangan Anatomis
Perkembangan anatomis ditujukan dengan adanya kuantitatif pada struktur
tulang-berulang. Indeks tinggi dan berat badan, proporsi tinggi kepala dengan
tinggi garis keajegan badan secara keseluruhan.
 tulang-berulang pada masa bayi berjumlah 27 yang masih rentur, berpori dan
persambungannya longgal
 berat badan tinggi badan pada waktu lahir umumnya sekitar 3-4 kg dan 0-60
cm, masa kanak-kanak sekitar 12-15 kg dan 90-120 cm
 Proporsi tinggi kepala dan badan pada masa bayi dan kanak-kanak sekitar 1:4.
b. Perkembangan Fisiologi
Perkembangan fisiologi ditandai dengan adanya perubahan-perubahan secara
kuantitatif, kualitatif dan fungsional dari sistem-sistem kerja hayati seperti
konstraksi otot, peredaran darah dan pernafasan, persyarafan, sekresi kelenjar dan
pencernaan.
 otot sebagai pengontrol motorik, proporsi bobotnya 1-5 pada masa bayi dan
kanak-kanak;
 frekuensi denyut jantung pada masa bayi sekitar 140 permenit dengan
meningkatkan usia dapat berkurang sampai 62-63 meskipun normalnya pada
orang dewasa sekitar 72;
 persentase tingkat kesempurnaan perkembangan secara fungsional
 keaktifan dan tingkat kematangannya sekresi tubuh

2. Perkembangan Prilaku Psikomotorik


Perilaku psikomotorik memerlukan adanya koordinasi fungsional antara
neuronmuscular system (persyarafan dan otot) dan fungsi psikis (kognitif, afektif,
konatif).
Loree (1970:75) menyatakan bahwa ada dua macam perilaku psikomotorik
utama yang bersifat universal harus dikuasai oleh setiap individu pada masa bayi atau
awal masa kanak-kanaknya ialah berjalan (walking) dan memegang benda
(prehensian).
Kedua jenis keterampilan psikomotorik ini merupakan basis bagi
perkembangan keterampilan yang lebih kompleks seperti yang kita kenal dengan
sebutan bermain (playing) dan bekeja (working)

3. Pertumbuhan Selama Pertengahan Masa Kanak-Kanak


a. Tingkat Pertumbuhan
Tingkat pertumbuhan anak sangat berbeda antara ras, bangsa dan tingkat
sosial ekonominya. Pertumbuhan juga sangat dipengaruhi oleh lingkungan
mereka.
Anak-anak yang tumbuh paling tinggi biasanya dalam hidupnya tidak
mengalami kekurangan gizi atau infeksi penyakit yang merupakan masalah utama
dalam kehidupan.
b. Nutrisi dan Pertumbuhan
Kekurangan nutrisi dapat mengakibatkan pertumbuhan yang lamban,
karena nutrisi tersebut hanya untuk mempertahankan hidup dan energi, sedangkan
protein lebih untuk meningkatkan pertumbuhan. Apabila makanan tidak dapat
mendukung kedua proses tersebut sepenuhnya maka pertumbuhannya menjadi
tidak optimal.
c. Kesehatan dan Kebugaran Anak
Pemberian vaksinasi sangat baik bagi anak-anak usia pertengahan dari
pada yang rendah usianya. Terbukti dengan adanya imunisasi di sekolah.

4. Beberapa Aspek Kesehatan dan Kebugaran Masa Kanak-kanak


a. Obesity
Penyebab obesity yaitu karena banyak makan dan kurang berolahraga
b. Kondisi Medis pada Masa Kanak-kanak
Pada umumnya anak-anak mendapat sakit akut dalam waktu singkat dengan
berbagai usia medis, biasanya terkena virus (flu), selain itu ada juga sakit
ternggorokan, radang tenggorokan, infeksi telinga dan gangguan emosional
c. Penglihatan
Pada anak usia sekolah, penglihatannya lebih tajam dari pada waktu
sebelumnya. Mereka cenderung lebih matang dan dapat memfokuskan
penglihatan lebih baik.
d. Kesehatan Gigi
Anak usia 6 tahun mengalami tanggal giginya yang pertama kali, selanjutnya
diganti dengan gigi yang tetap setiap tahun sebanyak empat gigi untuk tahun
kelima berikutnya gangguan pada gigi yang biasanya dialami anak usia ini yaitu
kerusakan gigi dan juga gigi tanggal
e. Kebugaran Anak
Memelihara kebugaran anak sangat penting hal ini bisa dilakukan dengan cara
berenang, senam, lari, berjalan kaki, bersepeda. Hal ini untuk menjaga kesehatan
jantung dan paru-paru.

C. Perkembangan Intelektual (IQ) dan Emosional (EQ)


1. Perkembangan Intelektual (IQ)
a. Perkembangan Kognitif
Menurut Piaget anak usia antara 5-7 tahun memasuki tahap operasi
konkret (concrete operations) yaitu pada waktu anak dapat berikir secara logik
mengenai segala sesuatu. Pada umumnya mereka pada tahap ini sampai kira-kira
II tahun.
b. Berpikir Operasional
Melakukan berbagai bentuk operasional yaitu kemampuan aktivitas
mental sebagai kebalikan dari aktivitas jasmani. Pada tahap operasionak konkret
anak-anak sudah mulai bekerja denga angka-angka, mengetahui konsep-konsep
waktu dan ruang dan dapat membedakan kenyataan dengan hal-hal yang bersifat
fantasi.
Anak-anak usia sekolah lebih dapat berpikir secara logik dari pada waktu
mereka masih muda. Menurut Piaget seorang anak pada periode perkembangan
initelah mampu menggunakan simbol” untuk melakukan sesuatu.
Pada periode berpikir ini pula anak-anak mulai mampu melakukan
“Perpisahan mereka memperhitungkan berbagai aspek yang ada sebelum
mengambil suatu kesimpulan dan tidak lagi hanya terpukau kepada satu aspek
saja seperti pada pemikiran praoperasional. Mereka meningkatkan pengertian
bahwa adanya sudut pandangan orang lain memungkinkan mereka untuk
berkomunikasi secara efektif dan memungkinkan mereka untuk bersikap lebih
luwes dalam sikap moral mereka.
c. Konservasi
Konservasi adalah salah satu kemampuan yang penting yang dapat
mengembangkan berbagai opemasi pada tahap konkret. Dengan kata lain
konservasi adalah kemampuan untuk mengenal atau mengetahui bahwa dua
bilangan yang sama akan tetap sama dalam substansi berat atau volume selama
tidak ditambah atau dikurangi.
Anak pada usia sekolah dasar sudah mampu melakukan konservasi karena
sudah memahami konsep bolak-balik (reversibility) konsep bahwa ia dapat
mengembalikan benda kebentuknya yang semula tanpa (ditambah atau
dikurangi).
Menurut Piaget, kemampuan konservasi di mungkinkan untuk
berkembang jika sistem syaraf sudah cukup matang dan mendukung kemampuan.
Selain itu anak dapat melakukan konservasi adalah anak yang nilai
rapornya lebih tinggi, IQ nya tinggi kemampuan verbalnya baik, dan ibu yang
aktif jadi, disini tampaklah suatu peningkatan kualitatif cara berpikir anak.
d. Seriasi (Runtunan)
Seriasi juga adalah satu ciri perkembangan kognitif anak usia sekolah,
yaitu memahami suatu seri posisi, seriasi ini juga berlaku untuk berbagai dimensi,
yaitu dimensi tinggi, panjang atau ukuran, Artinya anak usia SD mampu
menyusun benda mulai dari yang paling tinggi sampai yang paling rendah.
e. Klasifikasi dari Obyek-obyek
Yaitu kemampuan untuk memilih sub kelompok.
f. Konsep Angka

2. Perkembangan Emosional (EQ)


Pada masa anak sekolah dasar (school age), pada masa ini ia pada umumnya
mulai dituntut untuk dapat mengerjakan atau menyelesaikan sesuatu dengan baik
bahkan sempurna.
Kemampuan melakukan hal-hal tersebut menumbuhkan kepercayaan atas
kecakapannya menyelesaikan sesuatu tugas. Kalau tidak pada akan tumbuh /
menimbulkan perasaan rendah diri (inferiority) yang akan dibawanya pada taraf
perkembangan selanjutnya.
Pada masa ini anak usia SD mulai mengalami ketidak senangan berdiferensiasi di
dalam rasa malu cemas dan kecewa sedangkan kesenangan, berdiferensiasi ke dalam
harapan dan kasih orang.
Oleh karena itu, tidak heran kalau terdapat siswa-siswi yang membenci atau
menyenangi guru atau bidang studi tertentu, bergantung pada kemampuan guru untuk
menyelenggarakan conditioning reinforcement aspek-aspek emosional tersebut.
Gejala “seperti takut, cemas, marah, sedih, iri cemburu, senang, kasih sayang,
simpati merupakan beberapa proses manifestasi dari keadaan emosional pada diri
seseorang.
Aspek emosional dari suatu perilaku melibatkan 3 variable yaitu:
 Rangsangan yang menimbulkan emosi (the stimulus variable)
 Perubahan-perubahan fisiologis variable yang terjadi bila mengalami emosi (the
organismic variable)
 Pola sambutan ekspresi atas terjadinya pengalaman emosional itu. (the respons
variable)
a) Gangguan emosional pada Kanak-Kanak
Ada beberapa gangguan emosional pada masa kanak-kanak sehingga
terkesan dan sebagai penyebab ketakutan kanak-kanak untuk melakukan suatu
kegiatan. Salah satu contohnya yaitu pada suasana yang gelap sehingga
membuat anak merasa takut melakukan sesuatu pada malam hari diluar rumah.
Dan biasanya untuk menanggulangi masalah ini ditanggulangi oleh psikiater.
b) Beberapa tipe masalah emosional
Kebrutalan atau kebingungan anak akan nampak pada perilakunya,
misalnya: berkelahi, berbohong, mencuri dan merusak aturan yang berlaku.
Bentuk-bentuk tindakan tersebut merupakan ekspresi yang keluar dari
emosional yang terganggu
c) Gangguan Kecemasan
Gangguan kecemasan yang dialami anak-anak dapat berupa gangguan
keinginan terpisah dan ketakutan (phobia) sekolah, Gangguan keinginan
terpisah dari orang terdekat berakibat anak mengalami sakit kepala, sakit
perut, dsb.
d) Takut Sekolah
Ketakutan terhadap guru yang keras (galak) atau mendapat tugas yang
berat di sekolah merupakan salah satu ketakutan pada anak, ketakutan anak
tersebut adalah wajar. Hal ini disebabkan karena lingkungan yang tidak
kondusif.

e) Kematangan Sekolah
Kematangan Sekolah ini ditandai apabila anak telah mencapai
perkembangan fisik sebagai dasar yang dibutuhkan untuk dapat melaksanakan
segala sesuatu disekolah, perkembangan kognitif yang memadai juga sangat
dibutuhkan selain itu anak juga telah mampu mengembangkan hubungan
emosional yang sehat dengan orang lain.
f) Depresi pada masa kanak-kanak
Gejala-gejala depresi antara lain gangguan konsentrasi, tidur kurang,
selera makan kurang, mulai berbuat kejelekan disekolah, tidak merasa bahagia,
selalu mengeluh karena penyakit jasmani yang dideritanya, selalu merasa
bersalah.
g) Perawatan Problema Emosional
Pilihan untuk perawatan secara khusus untuk gangguan tertentu
tergantung pada beberapa faktor, misalnya problema yang bersifat alamiah,
kpribadian anak, kesediaan orang tua untuk berpartisipasi, sosial ekonomi
orang tua, dll.

Beberapa jenis terapi untuk mengatasi gangguan emosional


Perawatan psikologis dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
a. Terapi seca individual. Yaitu dengan melihat anak satu persatu membantu agar
anak dapat mengenal dirinya atau kepribadiannya dan hubungannya dengan orang
lain dan menginterpretasikan penasaran dan perilaku anak.
b. Terapi jangka pendek dan jangka panjang
 Terapi jangka pendek dilakukan dengan waktu yang pendek biasanya
berkaitan dengan masalah ringan
 Terapi jangka panjang dilakukan dengan waktu yang panjang, yang berkaitan
dengan masalah yang memerlukan keteraturan, kontinuitas, demi terciptanya
perubahan perilaku anak misalnya dengan terapi bermain dan terapi keluarga
c. Terapi perilaku atau modifikasi perilaku
Metode ini diterapkan dengan menggunakan teori belajar untuk mengubah
perilaku anak. Yaitu dengan menghilangkan perilaku anak yang tidak disenangi.
d. Efektifitas perilaku
Pada umumnya terapi sangat bermanfaat dan membantu anak-anak yang
memperoleh terapi lebih baik daripada anak-anak yang tidak memperoleh terapi.
Terapi juga dapat dilakukan pada anak yang mengalami gangguan salah
satunya gangguan emosional pada anak yaitu stress. Stress adalah perasaan
tertekan disertai dengan meningkatnya emosi yang tidak menyenangkan, seperti
cemas, gelisah, takut, sedih, marah, yang relatif berlangsung lama.

Stress dapat disebabkan oleh berbagai hal yaitu:


 Suasana dalam keluarga yang seringkali diwarnai oleh adanya konflik orang tua
 Sikap orang tua yang selalu menuntut pada anak untuk berprestasi dan berbuat
yang baik-baik
 Penyakit
 Frustasi
 Ketidak hadiran orang tua dirumah
 Perceraian
 Kemiskinan
 Ditinggal mati orang tua
 Keamanan yang terganggu misal tawuran, perang.
D. KARAKTERISTIK FASE PERKEMBANGAN PADA ANAK

1. PERKEMBANGAN INTELEKTUAL
Kemampuan intelektual pada masa ini sudah cukup untuk menjadai dasar
diberikannya berbagai kecakapan yang dapat mengembangkan pola pikir atau daya
nalarnya. Kepada anak sudah dapat diberikan dasar-dasar keilmuan,seperti membaca,
menulis dan berhitung. Disamping itu, kepada anak diberikan juga pengetahuan-
peangetahun tentang manusia, hewan, lingkungan alam sekitar dan sebagainya. Untuk
mengembangkan daya nalarnya dengan melatih anak untuk mengungkapkan
pendapat, gagasan, atau penilaiannya terhadapa berbagai hal, baik yang dialaminya
maupun peristiwa yang terjadi dilingkungannya. Misalnya, yang berkaitan dengan
materi pelajaran, tata tertib sekolah, pergaulan yang baik dengan teman sebaya atau
orang lain dan sebagainya.
2. PERKEMBANGAN BAHASA
Terdapat dua faktor penting yang mempengaruhi perkembangan bahasa, yaitu
sebagai berikut.
a. Proses jadi matang, dengan perkataan lain anak itu menjadi matang (organ-organ
suara/bicara sudah berfungsi) untuk berkata-kata.
b. Proses belajar, yang berarti bahwa anak yang telah matang berbicara lalu
mempelajari bahasa orang lain dengan jalan mengimitasi atau meniru ucapan atau
kata-kata yang didengarnya. Kedua proses ini berlangsung sejak masa bayi dan
kanak-kanak, sehingga pada usia anak memasuki sekolah dasar, sudah sampai
pada tingkat : (1) dapat membuat kalimat yang lebih sempurna, (2) dapat
membuat kalimat majemuk, (3) dapat menyusun dan mengajukan pertanyaan.
3. PERKEMBANGAN SOSIAL
Maksud perkembangan sosial ini adalah pencapaian kematangan dalam
hubungan sosial. Pada usisa ini, anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri
sendiri (egosentris) kepada sikap yang kooperatif (bekerja sama) atau sosio sentries
(mau memerhatikan kepentingan orang lain). Anak dapat berminat terhadap kegiatan-
kegiatan teman sebayanya, dan bertambah kuat keinginannya untuk diterima menjadi
anggota kelompok (gang), dia mera tdak senang apabila tidak diterima dalam
kelompoknya.
Berkat perkembangan sosial, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan
kelompok teman sebaya maupun dengan lingkungan masyarakat sekitarnya.

4. PERKEMBANGAN EMOSI
Emosi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingkah laku individu,
dalam hal ini termasuk pula prilaku belajar. Emosi yang positif, seperti perasaan
senang, bergairah, bersemangat atau rasa ingin tau akan mempengaruhi individu untuk
mengonsentrasikan dirinya terhadap aktifitas belajar, seperti memperhatikan
penjelasan guru, membaca buku, aktif dalam berdiskusi, mengerjakan tugas, dan
disiplin dalam belajar.
Sebaliknya, apabila yang menyertai prose situ emosi negatif, seperti perasaan
tidak senang, kecewa, tidak bergairah, maka proses belajar akan mengalami
hambatan, dalam arti individu tidak dapat memusatkan perhatiaanya untuk belajar
sehingga kemungkinan besar ia akan mengalami kegagalan dalam belajarnya.
Mengingat hal tersebut, maka guru seyogyanya mempunyai kepedulian untuk
memciptakan situasi belajar yang menyenangkan atau kondusif bagi terciptanya
proses belajar mengajar yang efektif.

5. PERKEMBANGAN MORAL
Anak mulai mengenal konsep moral (mengenal benar salah atau baik-buruk)
pertama kali dari lingkungan keluarga. Pada mulanya, mungkin anak tidak mengerti
konsep moral ini, tetapi lambat laun anak akan memahaminya. Usaha menanamkan
konsep moral sejak usia dini (pra sekolah) merupakan hal yang seharusnya, karena
informasi yang diterima anak mengenai benar salah atau baik buruk akan menjadi
pedoman pada tingkah lakunya dikemudian hari.
Pada  usia sekolah dasar, anak sudah dapat mengikuti pertautan atau tuntutan
dari orang tua atau lingkungan sosialnya. Pada akhir usia ini, anak sudah dapat
memahami alasan yang mendasari suatu peraturan. Disamping itu, anak sudah dapat
mengasosiasikan setiap bentuk perilaku dengan konsep benar salah atau baik buruk.
Misalnya, dia memandang atau menilai bahwa perbuatan nakal, berdusta, dan tidak
hormat kepada orang tua merupakan suatu yang salah atau buruk. Sedangkan
perbuatan jujur, adil, dan sikap hormat kepada orang tua dan guru merupakan suatu
yang benar atau baik.

6. PERKEMBANGAN PENGHAYATAN KEAGAMAAN


Pada masa ini, perkembangan penghayatan keagamaannya ditandai dengan
ciri-ciri sebagai berikut.
a. Sikap keagamaan bersifat reseptif disertai dengan pengertian.
b. Pandangan dan paham ketuhanan diperolehnya secara rasional berdasarkan kaidah-
kaidah logika yang berpedoman pada indicator alam semesta sebagai manifestasi
dari keagungannya.
c. Penghayatan secar rohaniyah semakin mendalam, pelaksanaan kegiatan ritual
diterimanya sebagai keharusannya (Abin Syamsuddin M, 1996).

7. PERKEMBANGAN MOTORIK
Seiring dengan perkembangan fisiknya yang beranjak matang, maka
perkembangan motorik anak sudah dapat terkoordinasi dengan baik. Setiap
gerakannya sudah selaras dengan kebutuhan atau minatnya. Pada masa ini ditandai
dengan kelebihan gerak atau aktivitas motorik yang lincah. Oleh karena itu, usia ini
merupakan masa ideal untuk belajar keterampilan yang berkaitan dengan mtorik ini,
seperti menulis, menggambar, melukis, mengetik (komputer), berenang, main bola
dan atletik.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Respon yang diberikan guru maupun siswa SD Negeri Merjosari 1 dan 2 sangat
positif, dibuktikan dengan perhatian dari guru maupun siswa terhadap keberadaan
mahasiswa beserta program-programnya, sehingga keseluruhan proses pengumpulan data
dapat dilaksanakan dengan baik
Strategi yang digunakan saat pengumpulan data adalah kerjasama dengan guru
maupun siswa dan melakukan program turun ke bawah (jemput bola) sehingga
keberadaan mahasiswa membaur dengan guru maupun siswa disamping itu juga
melakukan literature review bedasarkan data yang didapatkan oleh hasil kelompok
profesi ners gelombang sebelumnya.
PENGUMPULAN DATA
1. CORE INTI
a. Riwayat komunitas
 Banyak siswa yang kurang menyadari pentingnya kebersihan diri.
 Setelah bermain siswa langsung memakan kue yang dia beli tanpa mencuci
tangan terlebih dahulu
 Siswa mengaku tidak mengetahui cara mencuci tangan yang baik dan benar.
 Banyak siswa yang mengaku malas gosok gigi dan tidak mengerti
bagaimana cara menggosok gigi yang baik dan benar.
 Terdapatnya kader Tiwisada pada setiap sekolah, namun belum maksimal
berjalan dan kebanyakan dari mereka kurang mengerti tentang kebersihan
diri, cara pengisian KMS, cara sikat gigi dan cara cuci tangan yang baik dan
benar
b. Demografi
 Siswa SD N Merjosari 1
 Jumlah Gurudan staf : 40 orang
 Jumlah siswa kelas 1-6 : 300 siswa
 Jumlah kader Tiwisada 10 siswa
c. Nilai kepercayaan
 Siswa kurang mengetahui tentang pentingnya mencuci tangan dan
menggosok gigi, sehingga banyak siswa yang mengaku malas
melakukannya.
 Siswa kurang menyadari pentingnya kebersihan diri

2. SUB SISTEM
a. Pendidikan
 Siswa pernah mendapatkan penyuluhan tentang pentingnya mencuci tangan
dan menggosok gigi.
 Siswa mengaku masih lupa dengan cara mencuci tangan dan menggosok
gigi dengan baik dan benar.
 Siswa mengaku kurang mengerti tentang manfaat dari kebersihan diri.

b. Rekreasi
 Bagi para siswa sarana rekreasi bagi mereka adalah sekolah dan rumah.

c. Kelengkapan/ fasilitas UKS dan kesehatan sekolah


Inventaris UKS
 KMS: 200 buah
 Meja : 1 buah
 Kursi : 2 buah
 Kotak Obat: 1 buah
 Tempat Tidaur Lengkap: 1 buah
 Sketsel: 1 buah
 Buku/ register UKS: 6 buah
 Sapu: 2 buah
 Sulak: 2 buah
Obat UKS
 Betadin: 1 buah
 Minyak kayu putih: 1 buah
 Paracetamol: syrup 1 botol, 17 tablet
 Antalgin: 3 butir
 Yodiol: 3 botol @ 100 butir
d. Kesehatan
 Terdapat ruang UKS pada SD N Merjosari 1
 Ruang UKS masih belum memenuhi standar.
 Belum terdapat kelengkapan obat pertolongan pertama pada UKS.
 Belum ada kesadaran dari siswa untuk menjaga kebersihan diri mulai dari
cuci tangan dan menggosok gigi.

e. Lingkungan fisik
 Terdapat 2 wastafel dari 6 kelas
 Terdapat 1 sabun pada setiap wastafel

B. ANALISA DATA
1. Ds: dari wawancara yang dilakukan pada siswa-siswi di SDN Merjosari 1 diketahui
bahwa siswa kurang menyadari pentingnya kebersihan diri, malas gosok gigi, dan
tidak tahu cara cuci tangan yang benar.
Do: -
Problem: Resiko terjadinya diare
Dx: resiko terjadinya diare sehubungan dengan kebersihan perorang kurang

2. Ds: dari wawancara yang dilakukan siswa-siswi masih lupa dengan cara menggosok
gigi yang benar, dan mengaku malas menggosok gigi.
Do:-
Problem: resiko tingginya karies gigi
Dx: resiko tingginya karies gigi berhubungan dengan kurangnya kesadaran siswa
dalam menggosok gigi.

3. Ds : Siswa mengaku kurang mengerti tentang manfaat dari kebersihan diri.


DO : -
Problem : defisit pengetahuan
Dx : defisit pengetahuan b.d kurangnya informasi
C. DIAGNOSA
1. Resiko terjadinya diare di SDN Merjosari 1 b.d: Kebersihan perorangan kurang d.d
siswa kurang menyadari pentingnya kebersihan diri, malas gosok gigi, dan tidak
tahu cara cuci tangan yang benar.
2. Resiko tingginya karies gigi SDN Merjosari 1 b.d : kurangnya kesadaran siswa
dalam menggosok gigi d.d siswa malas gosok gigi.
3. Kurangnya pengetahuan b.d kurangnya informasi d.d kurang mengerti dengan
kebersihan diri.

D. Skoring :
Dx. Kriteria penapisan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Kep
Dx. 1 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 44
Dx. 2 4 3 4 4 3 4 2 4 3 3 3 4 41
Dx.3 4 3 3 4 3 4 2 3 4 3 3 4 40

Keterangan :

1. Sesuai degan peran perawat komunitas.


2. Jumlah yang beresiko
3. Besarnya resiko
4. Kemungkinan untuk pendidikan kesehatan
5. Minat masyarakat
6. Kemungkinan untuk diatasi
7. Sesuai program pemerintah
8. Sumber daya tempat
9. Sumber daya waktu
10. Sumber daya dana
11. Sumber daya peralatan
12. Sumber daya manusia

Skor :
1 = sangat rendah
2 = rendah
3 = cukup
4 = tinggi
5 = sangat tinggi
Jumlah skor 125

E. INTERVENSI
1. Mahasiswa memberikan penyuluhan tentang bagaimana melakukan cuci tangan
dengan benar, cara menggosok gigi dengan benar dan pentingnya kebersihan diri
2. Mahasiswa menjelaskan pentingnya peran serta kader tiwisada serta tugas kader
tiwisada
3. Mahasiswa mengajukan saran ke kepala sekolah untuk memenuhi kebutuhan obat-
obatan di UKS

F. EVALUASI
1. Pelaksanaaan kegiatan yang telah dilakukan berjalan lancar. Selama dilakukan
kegiatan tidak ditemukan hambatan yang berarti.
2. Hasil evaluasi tindakan untuk mengatasi masalah dengan melakukan Penyuluhan
Kesehatan yang dihadiri oleh siswa siswi dan guru SDN Merjosari 1, Terdapat
beberapa siswa yang aktif bertanya dan mendengarkan materi yang diampaikan.

BAB IV
PEMBAHASAN

Respon yang diberikan guru maupun siswa SD Negeri Merjosari 1 dan 2 sangat
positif, dibuktikan dengan perhatian dari guru maupun siswa terhadap keberadaan
mahasiswa beserta program-programnya, sehingga keseluruhan proses pengumpulan data
dapat dilaksanakan dengan baik
Banyak siswa yang kurang menyadari pentingnya kebersihan diri. Setelah
bermain siswa langsung memakan kue yang dia beli tanpa mencuci tangan terlebih
dahulu Siswa mengaku tidak mengetahui cara mencuci tangan yang baik dan benar.
Banyak siswa yang mengaku malas gosok gigi dan tidak mengerti bagaimana cara
menggosok gigi yang baik dan benar. Terdapatnya kader Tiwisada pada setiap sekolah,
namun belum maksimal berjalan dan kebanyakan dari mereka kurang mengerti tentang
kebersihan diri, cara pengisian KMS, cara sikat gigi dan cara cuci tangan yang baik dan
benar. Siswa kurang mengetahui tentang pentingnya mencuci tangan dan menggosok
gigi, sehingga banyak siswa yang mengaku malas melakukannya. Siswa kurang
menyadari pentingnya kebersihan diri. Siswa pernah mendapatkan penyuluhan tentang
pentingnya mencuci tangan dan menggosok gigi. Siswa mengaku masih lupa dengan cara
mencuci tangan dan menggosok gigi dengan baik dan benar. Siswa mengaku kurang
mengerti tentang manfaat dari kebersihan diri. Belum terdapat kelengkapan obat
pertolongan pertama pada UKS. Belum ada kesadaran dari siswa untuk menjaga
kebersihan diri mulai dari cuci tangan dan menggosok gigi.

PHBS di Sekolah adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik,
guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran,
sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta
berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat.

Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS di sekolah
yaitu :

1. Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun

2. Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah

3. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat


4. Olahraga yang teratur dan terukur

5. Memberantas jentik nyamuk

6. Tidak merokok di sekolah

7. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap 6 bulan

8. Membuang sampah pada tempatnya

PHBS Di Sekolah

Jumlah anak di indonesia rata-rata 30% dari total penduduk Indonesia atau sekitar
237.556.363 orang dan usia sekolah merupakan masa keemasan untuk menanamkan nilai-
nilai perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sehingga berpotensi sebagai agen perubahaan
untuk mempromosikan PHBS, baik dilingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Saat ini
di Indonesia terdapat lebih dari 250.000 sekolah negeri, swasta maupun sekolah agama dari
berbagai tindakan.

Jika tiap sekolah memiliki 20 kader kesehatan saja maka ada 5 juta kader kesehatan
yang dapat membantu terlaksananya dua strategi utama Departemen Kesehatan yaitu:
“Menggerakan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat” serta “Surveilans,
monitoring dan informasi kesehatan”

Usia Sekolah Rawan Penyakit Sekolah selain berfungsi sebagai tempat pembelajaran
juga dapat menjadi ancaman penularan penyakit jika tidak dikelola dengan baik. Lebih dari
itu, usia sekolah bagi anak juga merupakan masa rawan terserang berbagai penyakit

Latar Belakang PHBS di sekolah

Munculnya sebagai penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah (usia 6-10),
ternyata umumnya berkaitan dengan PHBS. Oleh karena itu, penanaman nilai-nilai PHBS
disekolah merupakan kebutuhan mutlak dan dapat dilakukan melalui pedekatan usaha
kesehatan Sekolah (UKS). PHBS disekolah adalah upaya untuk memberdayakan siswa, guru,
dan masyarakat lingkungan sekolah agar tahu, mau dan mampu mempraktikan PHBS, dan
berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat.
Indikator PHBS di sekolah
1. Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan memakai sabun
2. Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah
3. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat
4. Olahraga yang teratur dan terukur
5. Memberantas jentik nyamuk
6. Tidak merokok di sekolah.
7. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan.
8. Membuang sampah pada tempatnya

Sasaran pembinaan PHBS di sekolah

Siswa
Warga sekolah (kepala sekolah, guru, karyawan sekolah, komite sekolah dan orang tua
siswa)
Masyarakat lingkungan sekolah (penjaga kantin, satpam,dll)

Manfaat Pembinaan PHBS di Sekolah


Terciptanya sekolah yang bersih dan sehat sehingga siswa, guru dan masyarakat
lingkungan sekolah terlindungi dari berbagai gangguan dan ancaman penyakit.
Meningkatkan semangat proses belajar mengajar yang berdampak pada prestasi belajar siswa
Citra sekolah sebagai institusi pendidikan semakin meningkat sehingga mampu menarik
minat orang tua.
Meningkatkan citra pemerintah daerah di bidang pendidikan
Menjadi percontohan sekolah sehat bagi daerah lain.

Langkah-langkah Pembinaan PHBS di sekolah

1. Analisis Situasi

Penentu kebijakan/pimpinan disekolah melakukan pengkajian ulang tentang ada


tidaknya kebijakan tentang PHBS di sekolah serta bagaimana sikap dan perilaku khalayak
sasaran (siswa, warga sekolah dan masyarakat lingkungan sekolah) terhadap kebijakan PHBS
disekolah. Kajian ini untuk memperoleh data sebagai dasar membuat kebijakan.

2. Pembentukan kelompok kerja

Pihak Pimpinan sekolah mengajak bicara/berdialog guru, komite sekolah dan tim
pelaksana atau Pembina UKS tentang :

Maksud, tujuan dan manfaat penerapan PHBS disekolah

 Membahas rencana kebijakan tentang penerapan PHBS di sekolah.

 Meminta masukan tentang penerapan PHBS di sekolah, antisipasi kendala sekaligus


alternative solusi.

 Menetapkan penanggung jawab PHBS disekolah dan mekanisme pengawasannya.

 Membahas cara sosialisasi yang efektif bagi siswa, warga sekolah dan masyarakat
sekolah.Pimpinan sekolah membentuk kelompok kerja penyusunan kebijakan PHBS
di sekolah.

3. Pembuatan Kebijakan PHBS di sekolah

Kelompok kerja membuat kebijakan jelas, tujuan dan cara melaksanakannya.

4. Penyiapan Infrastruktur
Membuat surat keputusan tentang penanggung jawab dan pengawas PHBS di sekolah
Instrument pengawasan Materi sosialisasi penerapan PHBS di sekolah Pembuatan dan
penempatan pesan di tempat-tempat strategis disekolah Pelatihan bagi pengelola PHBS di
sekolah

5. Sosialisasi Penerapan PHBS di sekolah

a. Sosialisasi penerapan PHBS di sekolah di lingkungan internal antara lain :


• Penggunaan jamban sehat dan air bersih
• Pemberantasan Sarang nyamuk (PSN)
• Larangan merokok disekolah dan kawasan tanpa rokok di sekolah
• Membuang sampah ditempatnya

b. Sosialisasi tugas dan penanggung jawab PHBS di sekolah

6. Penerapan PHBS di Sekolah

Menanamkan nilai-nilai untuk ber-PHBS kepada siswa sesuai dengan kurikulum yang
berlaku (kurikuler)
Menanamkan nilai-nilai untuk ber-PHBS kepada siswa yang dilakukan diluar jam
pelajaran biasa (ekstra kurikuler)
Kerja bakti dan lomba kebersihan kelas
Aktivitas kader kesehatan sekolah /dokter kecil.
Pemeriksaan kualitas air secara sederhana
Pemeliharaan jamban sekolah
Pemeriksaan jentik nyamuk di sekolah
Demo/gerakan cuci tangan dan gosok gigi yang baik dan benar
Pembudayaan olahraga yang teratur dan terukur
Pemeriksaan rutin kebersihan: kuku, rambut, telinga, gigi dan sebagainya.
Bimbingan hidup bersih dan sehat melalui konseling.
Kegiatan penyuluhan dan latihan keterampilan dengan melibatkan peran aktif siswa,
guru, dan orang tua, antara lain melalui penyuluhan kelompok, pemutaran kaset radio/film,
penempatan media poster, penyebaran leafleat dan membuat majalah dinding.
Pengawasan & penerapan sanksi Pengawas penerapan PHBS di sekolah mencatat
pelanggaran dan menerapkan sanksi sesuai dengan peraturan yang telah dibuat seperti
merokok di sekolah, membuang sampah sembarangan

7. Pemantauan dan evaluasi


• Lakukan pamantauan dan evaluasi secara periodic tentang kebijakan yang telah
dilaksanakan
• Minta pendapat pokja PHBS di sekolah dan lakukan kajian terhadap masalah yang
ditemukan.
• Putuskan apakah perlu penyesuaian terhadap kebijakan
Dukungan dan Peran untuk membina PHBS di sekolah
Adanya kebijakan dan dukungan dari pengambil keputusan seperti Bupati, Kepala Dinas
pendidikan, Kepala Dinas Kesehatan, DPRD, lintas sector sangat penting untuk pembinaan
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Anak juga mempunyai kehidupan kejiwaan yang lain dari pada orang dewasa. Ia
punya cara-cara berfikir, merasa mengingat yang tersendiri. Oleh karena itu dalam
menghadapi anak, kita tidak bersikap seperti menghadapi pada orang dewasa. Dia punya
dunia tersendiri dan punya fase-fase kehidupan yang mempunyai perkembangan tertentu.
Perkembangan fisik, intelektual anak usia sekolah dasar cenderung lamban. Pertumbuhan
fisik anak menurun, sedangkan kecakapan motorik terus membaik. Dalam masa
perkembangan usia anak SD ditandai dengan tempertantum, yaitu tingkah laku
mengamuk, menangis, menjerit, merusak, menyerang dan menyakiti diri sendiri.

B. Saran
       Kami menyadari akan kekurangan dalam makalah ini, maka pembaca dapat menggali
kembali sumber-sumber lainnya, untuk menyempurnakannya. Jadi kami harapkan kritik
yang membangun dari anda sekalian, untuk kami lebih bisa baik dan sempurna lagi
dalam pembuatan makalah ini selanjutnya. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi
para pembacanya
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi, H.Drs.Psikologi Umum. Rineka Cipta. Jakarta. 1998
Aswin Hadis, Fawzia. Psikologi Perkembangan Anak. Dekdikbud.
Fauzi, Ahmad, H.Drs.Psikologi Umum. Pustaka Setia. Bandung.1999
Somantri, Mulyani dan Nana Saodih. Perkembangan Peserta Didik. Universitas Terbuka.
Jakarta. 2004
Syamsudin Makmun, Abin H.M.A. DR. Prof. Psikologi Kependidikan. PT. Remaja Rosda
Karya. Bandung. 2000
Wirawan Sarwono, Sarlito. DR. Pengantar Umum Psikologi. PT. Bulan Bintang. Jakarta.
2000.
Nurhayati Eti. 2011. Psikologi Pendidikan Inovatif.  Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Yusuf Syamsu. 2004. Psikologi Perkembangan Anak. Bandung : PT REMAJA ROSDA
KARYA

Anda mungkin juga menyukai