Anda di halaman 1dari 26

1

MAKALAH
Tentang
ORGANISASI PENDIDIKAN

DISUSUN OLEH :
CICI PARAMIDA

DOSEN PEMBIMBING :

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) NASIONAL PADANG PARIAMAN
2021
2

KATA PENGATAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Pauh Kambar, September 2021

Penyusun

i
3

/DAFTAR ISI

Kata Pengantar .....................................................................................................i


Daftar Isi ..............................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang ...............................................................................................1
BAB II Pembahasan
A. Konsep Dasar .................................................................................................3
B. Sekolah sebagai organisasi sosial .................................................................15
BAB III Penutup
A. Kesimpulan ...................................................................................................16
B. Saran .............................................................................................................16
Daftar Pusataka

ii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keberadaan manusia di dunia ini tidak ada yang luput dari keanggotaan
suatu organisasi. Organisasi merupakan sebuahwadah dimana orang
berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan bersama. Pemahaman organisasi ini
menunjukkan bahwa dimana pun dankapan pun manusia berada (berinteraksi)
maka disitu muncul organisasi.Pemahaman organisasi tidak lagi sebagai suatu
wadah organik dari orang-orang yang berkumpul untuk suatu tujuan, tetapi
berkembang padainteraksi orang untuk maksud tertentu. Organisasi dapat
diidentifikasi sebagai keluarga, rukun tetangga, rukun warga, kelurahan,
kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, Negara, perserikatan dua legara atau
lebih, perserikatan bangsa-bangsa, dan lain sebagainya. Kemestian manusia
saat ini berada dalam suatu organisasi ditujukan untuk mencapai tujuan
bersama dengan lebih efektif dan efisien, bukan semata-mata suatu kondisi
yang kebetulan. Efektifitas dan efisiensi ini dapat digambarkan sebagai 100
sapu lidi yang diikat secara bersamaan akan memiliki kekuatan yang lebih
besar untuk membersihkan satu halaman dibandingkan dengan sejumlah 100
sapu lidi digunakan secara terpisah untuk membersihkan satu halaman.
Pendidikan sebagai investasi dalam pembangunan sumber daya manusia
(SDM) merupakan upaya yang dilakukan dalam konteks organisasi, apakah
keluarga, masyarakat, sekolah, atau jenis organisasi lainnya. Pendidikan
memiliki tujuan yang harus dicapai yang disebut dengan tujuan pendidikan.
Pada level Negara, tujuan ini disebut tujuan pendidikan nasional, pada level
provinsi disebut tujuan pendidikan provinsi, pada level kabupaten/kota dikenal
dengan tujuan pendidikan kab./kota, dan pada sekolah dikenal dengan tujuan
pendidikan di sekolah. Pencapaian tujuan ini akan lebih efektif dan efisien jika
dilakukan dengan menggunakan pendekatan organisasi. Dalam perkembangan
zaman saat ini, dimana para orang tua disibukan dengan berbagai pekerjaan,
proses pendidikan bagi anak-anak lebih banyak dipercayakan pada organisasi
pendidikan formal (sekolah/madrasah).

1
2

Penyelenggaraan pendidikan dalam sebuah organisasi menunjukkan


bahwa keberadaan organisasi pendidikan tersebut ditujukan untuk mencapai
tujuan pendidikan secara lebih efektif dan efisien. Tujuan pendidikan dan
tujuan sekolah sebagai organisasi pendidikan formal tidaklah terpisah.
Pendidikan ditujukan bagi orang-orang yang mengikuti proses pendidikan.
Dan proses pendidikan ini berada dalam organisasi. Dengan demikian,
keberlangsungan proses pendidikan ini menjadi dasar bagi penetapan tujuan
sekolah (sebagai sebuah organisasi).
Apakah mungkin penyelenggaraan pendidikan dilakukan di luar
organisasi? Jawabannya pasti "tidak mungkin." Mengapa demikian? Di awal
telah diungkapkan bahwa keberadaan manusia saat ini tidak memungkinkan
untuk berada di luar sebuah organisasi. Dalam konteks nasional, hampir
seluruh orang yang ada di dunia ini merupakan warga dari suatu Negara. Dan
suatu Negara memiliki sistem pendidikan tersendiri. Artinya setiap orang yang
menjadi warga suatu Negara dan tinggal di Negara tersebut akan menjad!
bagian dari pendidikan Negara tersebut. Setiap sekolah atau lembaga
pendidikan dimana pun saat ini harus mengikuti sistem penyelenggaraan
pendidikan sebagaimana diatur dalam perundang-undangan Negara tersebut.
Di Indonesia, setiap lembaga pendidikan harus mengikuti Undang-undang No.
20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Bab ini mencoba menguraikan mengenai apa sebenarnya organisasi
pendidikan, mengapa harus ada organisasi, apa saja unsur-unsur dalam suatu
organisasi, bagaimana bentuk-bentuk/desain suatu organisasi, dan model
organisasi apa yang diterapkan dalam penyelenggaraan pendidikan di
Indonesia.
3

BAB II
PEMBAHASAN

B. Konsep Dasar
Organisasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan
manusia. Setiap manusia hidup dalam sebuah organisasi Pertanyaannya,
apaxah setiap orang menyadari bahwa la hidup dalam sebuah organisasi?
Untuk apa ia menjadi bagian dri organisasi tersebut? Apakah tujuan yang
ditetapkan dapat dicapai secara lebih efektif dan efisien? Pertanyaan-
pertanyaan tersebut dapat menyadarkan penulis dan pembaca bahwa saat ini
semua orang adalah bagian dari suatu organisasi Apakah sebenarnya
organisasi itu? Marilah kita tinjau apa sebenarnya makna organisasi dan
berorganisasi.
C. Pengertian Organisasi
Organisasi didefinisikan secara beragam oleh berbagai ahli. Variasi
definisi didasarkan pada sudut mendefinisikan. Perkembangan kajian
sederhana mengarah pada pola oleh koneksitas organisasi yang tidak
terbatas antara unit-unit. organisasi dengan lingkungannya.
Gibson, Ivancevich, dan Donnelly (1996:6) mendefinisikan
organisasi sebagai wadah yang memungkinkan masyarakat dapat meraih
hasil yang sebelumnya tidak dapat dicapai oleh individu secara sendiri-
sendiri Lebih jauh ketiganya menyebutkan bahwa organisasi adalah suatu
unit terkoordinasi terdiri setidaknya dua orang berfungsi mencapai satu
sasaran tertentu atau serangkaian sasaran. Definisi ini menekankan pade
upaya peningkatan pencapaian tujuan bersama secara lebih efektif dan
efisien melalui koordinasi antar unit organisasi.
Stephen P. Robbins (1994:4) mendefinisikan organisasi :
" kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan
sebuah batasan yang relative dapat didentifikasi, yang bekerja atas dasar
yang relative terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau
sekelompok tujuan."

3
4

Definisi dari Robbins tersebut, menekankan bahwa organisasi adalah


suatu sistem sosial yang perlu dikoordinasi dalam arti pertu manajemen.
Batasan organisasi menurut Robbins akan beruban sebagaimana tuntutan
ingkungan organisasi, sehingga dikatakan "relatif".
Wayne K. Hoy dan Cecil G. Miskel (2001:1) menelusurt
kajtanorganisasi dalam tiga pandangan, yaitu rational, natura, dan open
sistem
A rational-sistems perspective views organi2ation as formal
instruments designed to achieve organizational goais; structure s the most
important feature. Telaahan ini menunjukkan bahwa dalam pandangan
sistem rational (logike) organisasi merupakan instrument formal yang
dibuat untuk mencapai tujuan or9anisast dan struktur merupakan aspek
yang paling penting/utama.
A natural-sistems perspective views organizations as typical sosial
groups intent on surviving: people are the most important aspect. Dalam
pandangan sistem natural (alamiah) Robbins memandang organisasi
sebagai kelompok sustat khusus yang bertujuan untuk pertahanan: orang-
orang merupakan aspek yang paling penting/utama.
An open-sistems perspective has the potential to combine rational
and natural elements in the same framework and provide a more complete
perspective. Robins memandang organisasi dalam arti sebuah sistem
terbuka sebagai sesuatu yang potensial untuk menggabungkan komponen
rasional dan natural dalam satu kerangka dan memberikan satu pandangan
yang lebih lengkap.
Definisi lain mengenal organisasi dikemukakan oleh Oteng Sutisna
(1993:205) "organisasi yakni mekanisme yang mempersatukan kegiatan-
kegiatan untuk menyelesaikan pekerjaan pekerjaan." Definisi ini
menekankan pada mekanisme kerja dalam organisasi untuk mencapai
tujuan organisasi.
Dari berbagai definisi di atas, penulis mengembangkan sebuah
definisi organisasi sebagai berikut. organisasi adalah suatu sistem interaksi
antar orang yang ditujukan untuk mencapai tujuan organisasi, dimana
5

sistem tersebut memberikan arahan perilaku bagi anggota organisasi.


Definisi ini menekan pada keharusannya sebuah organisasi didasarkan
pada interaksi sosial diantara anggotanya dan anggota dengan
lingkungannya supaya tujuan organisasi dapat dicapai secara efektif dan
efisien.
D. Aspek-aspek Organisasi
Aspek-aspek dalam organisasi adalah komponen-komponen yang
harus ada dalam suatu organisasi. Keberadaan komponen ini sebagai
pilar.dari suatu organisasi. Artinya jika salah satu komponen organisasi
tidak berfungsi, maka organisasi akan berjalan pincang atau sama sekali
tidak berjalan. Dalam pandangan sistem organisasi mengalami entrophy,
yaitu kondisi dimana organisasi dikategorikan hancur (dalam tanaman
digambarkan sebagai kondisi layu).
O'Connor, T.
Mengungkapkan bahwa organisasi setidaknya harus memiliki
empat komponen utama, yaitu: mission (misi), goals (tujuan-tujuan),
objectives (sasaran-sasaran), dan behavior (perilaku). Keempat komponen
ini dapat digambarkan sebagai berikut.
MISSION

GOALS

OBJECTIVES

BEHAVIOR
Miesion adalah alasan utarma keberadaan suatu organisasi. Goals
adalah tujuan-tujuan umum atau tujuan divisi-divisi fungsional organis8S
yang dihubungkan dengan stakeholder organisasi, Objectives adalah
hasil/sasaran yang spesifik, terukur dan terkait dengan tujuan. Seperti
peningkatan nlai Ujian Nasional (UN) sebesar 0,5 dalam satu tahu ke
depan. Sasaran lni biasanya mencantumkan batasan waktu dan siapa yang
bertanggungjawab terhadap sasaran tersebut. Behavior mengacu pada
6

produktivitas dari tugas tugas rutin pegawai Pertanggungjawaban perilaku


dalam pen.apaian tujuan merupakan fungsi personalia, Dalam kebantyakan
desain organisasi formal, perilaku dan tujuan.
Keberadaan suatu organisasi tidak akan lepas dari empat
komponen di atas. Jika suatu organisasi tidak memililki sasaran yang harus
dicapai oleh setiap orang dalam organis8si, maka kebingungan mengenai
apa dan bagaimana periaku yang harus dimunculkan oleh pegawai, Jika
suatu organisasi tidak memiliki misi yang harus dilakukan, maka orang-
orang dalam organisasi akan kebingungan mengenai tujuan apa yang harus
dicapai oleh organisast. Hal ini menunjukkan bahwa empat komponen
organisasi tersebut salng terkait satu sama lain, sehingga tidak akan
berfungsi suatu organisasi jika salah satu komponennya hilang.
E. Jenis-jenis Organisasi
Perkembangan kajian organisasi diawali dari kajian organisasi
sebagai organisasi formal, yaitu organisasi yang didesain untuk mencapai
tujuan bersama. Perkembangan ini terus belangsung dan berbagai studi
keorganisasian terus dilakukan. Perkembangan inilah pada akhirnya
memunculkan organisasi informal sebagai implikasi dari adanya
organisasi formal.
a) Organisasi Formal
Organisasi formal adalah organisasi yang dicirikan oleh struktur
organisasl. Keberadaan struktur organisasi menjadi pembeda útama
antara organisasi formal dan informal. Struktur dalam organisasi
formai kewajiban dan kepada personil dan untuk membangun
hubungan tertentu diantara orang-orang pada berbagai kedudukan.
(Oteng Sutisna, 1993:207), Sekolah dasar merupakan contoh sebuah
organisası formal.
Struktur dalam organisasi formal memperlihatkan unsur-unsui
administratif berikut.
1) Kedudukan. Struktur menggambarkan organisasi tanpa kecuali,
Kedudukan seseorang dalam struktur organisasi mencerminkan
sejumiah kewajiban sebagai bagian dan upaya pencaparan tujuan
7

dan hak-hak yang dimiliki secara formal dalam posisi yang


didudukinya Sebagai contoh, kepala sekolah adalah salah satu
contoh kedudukan dalam struktur organisasi sekolah.
mencerminkan adanya sejumlah kewajiban yang harus dilakukan
pemangku jabatan sebagai pimpinan dan manajer sekolah, Juga
memperithatkan adanya hak-hak yang diterima secara formal
manakala seseorang menjabat sebagai kepala sekolah.
2) Hierarki kekuasaan. Struktur digambarkan sebagai suatu rangkalan
hubungan antara satu orang dengan orang lainnya dalam suatu
organisasi. Rangkaian hubungan ini mencerminkan suatu hirarki
kekuasaan yang inheren dalam setiap kedudukan. Tanggungjawab
merupakan suatu istilah yang melekat dalam setiap kedudukan dan
hirarki kekuasaan di dalam organisasi. Adanya hirarki kekuasaan
menunjukkan bahwa pencapaian tujuan organisasi dibagi kepada
berbagai komponen organisasi dan diimplementasikan secara
sinergi melalui hirarki kekuasaan masing-masing yang
dikoordinasikan dan dipimpin oleh manajer puncak. Dalam
organisasi persalahan, hirarki kekuasaan tertinggi adalah kepala
sekolah.
3) Kedudukan garis dan staf. organisasi garis menegaskan struktur
pengambilan keputusan, jalan permohonan dan saluran komunikasi
resmi untuk melaporkan informasi dan mengeluarkan instruksi,
perintah, dan petunjuk pelaksanaan. Kedudukan garis ialah
kedudukan yang diserahi kekuasaan administrative umum dalam
arus langsung dari tempat paling atas ke tempat paling bawah.
Kedudukan staf mewakili keahlian-keahlian khusus yang
diperlukan bagi berfungsinya kedudukan garis tertentu dengan
pasti. (Sutisna, 1993:208).
Contoh-contoh struktur organisasi formal sekolah, dinas
pendidikan Kab./kota, provinsi, dan departemen pendidikan nasional
dapat dilihat berikut ini.
8
9

b) Organisasi Informal
Interkasi antara orang dalam organisasi formal pasti akan
menghasilkan sebuah perkembangan hubungan yang tidak saja
hubungan structural, terlebih pada organisasi persekolahan, dimana
kekeluargaan menjadi salah satu landasan perilakunya. Perkembangan
hubungan dari interaksi orang dalam organisasi ini akan mengikat
secara kuat sentiment sentimen dan komitemen setiap orang, sehingga
muncul empati dan simpati satu sama lain. Hubungan inilah yang terus
tumbuh selama organisasi formal itu ada yang dinamakan organisasi
informal. Hubungan interaksi ini tidak berstruktur sebagaimana
struktur organisasi formal.
Walaupun sulit mengidentifikasi keberadaannya secara kasat
mata, namun keberadaan organisasi informal ini dapat dilihat dari tiga
karakteristik, yaitu norma perliku, tekanan untuk menyesuaikan diri,
dan kepemimpinan informal (Sutisna, 1993:221).
Norma perilaku adalah standar perilaku yang diharapkan menjadi
perilaku bersama yang ditetapkan oleh kelompok (orang-orang dalam
organisasi) dalam sebuah kesepakatan sosial, sehingga sangsinya pun
sangsi sosial.
10

Norma perilaku dalam organisasi informal tidak tertulis


sebagaimana organisasi formal, tetapi menjadi kesepakatan bersama
diantara orang-orang di dalam organisasi. Tekanan untuk
menyesuaikan diri akan muncul apabila seseorang akan bergabung
dengan suatu kelompok informal. Menggabungkan diri dengan suatu
kelompok tidak sekedar bergabung secara fisik dalam suatu
Kumpulan, tetapi melibatkan sosio-emosional individu-individu dalam
organisasi informal tersebut. Karena itu organisasi informal sering
muncul dalam bentuk kelompok-kelompok yang tidak terlalu besar,
karena syarat keberterimaan sebagai bagian dari organisasi informal
ini tidak saja keanggotaan dalam organisasi formalnya, tetapi lebih
spesifik pada kesamaan antar individu, apakah kesamaan asal daerah,
agama, nilar yang dianut, hobi, dan sebagainya.
Kepemimpinan informal dalam organisasi informal menjadi salah
satu komponen yang kuat mempengaruhi orang-orang di dalam
organisasi, bahkan memungkinkan mlebihi pengaruh pemimpin
organisasi formal. Pemimpin informal muncul dari kelompok dan
membimbing serta mengarahkan melalui persuasi dan pengaruh.
organisasi informal sangat kuat mempengaruhi perilaku orang-orang
karena inilah kepemimpinan yang sesungguhnya, dimana seseorang
dipatuhi bukan karena memiliki jabatan, tetapi ada kelebihan yang
secara alamiah dan mampu mempengaruhi orang lain tanpa paksaan
Kepemimpinan dalam
F. Dimensi Struktur Organisasi
Dalam kacamata para ahli organisasi, dimensi struktur organisasi
memiliki keragaman pandangan, bahkan dikatakan tidak ada kesepakatan
umum di antara para teoritikus mengenai apa yang diartikan struktur
organisasi. (Robbins, 1994:91). Lebih jauh Robbins menyimpulkan bahwa
para teoritikus pada umumnya setuju dengan dimensi struktur organisasi
tetapi tidak setuju dengan definisi-definisı operasionalnya.
11

Dalam konteks itu Robbins mengemukakan tiga komponen yang


menjadi dimensi struktur organisasi, yaitu kompleksitas, formalisasi, dan
sentralisasi.
a) Kompleksitas
Kompleksitas adalah tingkat diferensiasi (perbedaan) yang ada di
dalam sebuah organisasi (Robbins, 1994:91). Diferensiasi dapat dilihat
secara horizontal, vertikal, dan spasial.
Diferensiasi horizontal adalah perbedaan antara unit-unit
berdasarkan orientasi para anggotanya, sifat dari tugas yang mereka
laksanakan, tingkat pendidikan, dan pelatihan pegawai. Dengan kata
lain, semakin banyak pekerjaan yang harus dilakukan pegawai di
dalam organisasi, maka semakin pula organisasi tersebut. Kondisi
nyata dari diferensiasi horizontal adalah spesialisasi dan
departementalisasi.
Spesialisasi merupakan pengelompokan aktivitas tertentu yang
dilakukan satu individu. Spesialisasi terdiri dari spesialisasi fungsional
dan sosial. Spesialisasi fungsional dicirikan oleh pekerjaan yang
dipecah-pecah menjadi tugas yang sederhana dan berulang-ulang.
Spesialisasi sosial dicirikan oleh individu yang dispesialisasi, bukan
pekerjaannya, dan pekerjaan tidak bersifat rutin. Departementalisasi
adalah cara organisasi secara khas mengkoordinasikan aktivitas yang
telah dibedakan secara horizontal.
Diferensiasi vertikal adalah pembedaan yang didasarkan pada
kedalaman struktur. Makin banyak tingkatan yang terdapat di antara
top management dan tingkat hierarki yang paling rendah, makin besar
pula potensi terjadinya distorsi/gangguan dalam komunikasi dan
semakin sulit mengkoordinasi pengambilan keputusan dari pegawai
manajerial, serta makin sukar bagi top management untuk mengawasi
kegiatan bawahannya.
Diferensiasi spasial adalah pembedaan yang didasarkan pada
kondisi geografis, yakni sejauhmana lokasi (kantor) tempat produksi
(barang/jasa), personalia, dan kantor pusat tersebar secara geografis.
12

Sekolah-sekolah dari satu yayasan yang tersebar di berbagai kab./kota


merupakan salah satu organisasi yang dikategorikan diferensiasi
spasial. Pembedaan ini akan memunculkan kompleksitas dalam sruktur
organisasi.
b) Formalisasi
Formalisasi adalah tingkat sejauhmana pekerjaan di dalam
organisasi distandarkan. Konsekwensinya adalah pemegang pekerjaan
hanya mempunyai sedikit kebebasan mengenai apa yang harus
dikerjakan, bilamana mengerjakannya, dan bagaimana ia harus
melakukannya. Formalisasi sebaiknya tertulis untuk dapat memberikan
kekuatan pada pengarahan perilaku pegawai. Dalam konteks itu
formalisasi diartikan sebagai sebuah tingkat dimana peraturan
prosedur, instruksi, dan komunikasi ditulis.
Formalisasi penting karena standarisasi perilaku akan mengurangi
keanekaragaman. Standarisasi juga mendorong koordinasi dan
penghematan. Organisasi yang melakukan standarisasi akan memiliki
berbagai manual organisasi, seperti manual akuntansi, manual
personalia, manual diklat, dan sebagainya. Rumah makan Ampera
merupakan salah satu contoh dari formalisasi (standarisasi).
Teknik-teknik yang dapat digunakan untuk melakukan
standarisasi perilaku pegawai adalah seleksi (yang efektif); persyaratan
peran (analisis yang tepat); peraturan, prosedur, dan kebijaksanaan;
pelatihan dan ritual (bagian dari budaya organisasi).
c) Sentralisasi
Sentralisasi adalah tingkat pengambilan keputusan
dikonsentrasikan pada suatu titik tunggal dalam organisasi.
Konsentrasi keputusan yang tinggi adalah sentralisasi yang tinggi,
sedangkan konsentrasi keputusan yang rendah adalah sentralisasi yang
rendah atau disebut desentralisasi.
Desentralisasi mengurangi kemungkinan terjadinya beban
informasi yang berlebihan, member tanggapan yang cepat terhadap
informasi yang baru, member masukan yang lebih banyak bagi sebuah
13

keputusan, mendorong terjadinya motivasi, dan merupakan sebuah alat


yang potensial untuk melatih para manajer dalam mengembangkan
pertimbangan yang baik. Sebaliknya sentralisasi menambah suatu
persfektif yang menyeluruh terhadap keputusan-keputusan dan dapat
memberikan efisiensi yang berarti. (Robbins, 1994:127),
14

G. Desain Organisasi
Desain organisasi didasarkan pada elemen-elemen umum dalam
organisasi. Mintzberg (Robbins, 1994:304) menyebutkan lima elemen
umum dalam suatu organisasi, yaitu:
H. The operating core. Para pegawai yang melaksanakan pekerjaan dasar
yang berhubungan dengan produksi dari produk dan jasa. Dalam
organisasi sekolah pegawai ini adalah guru. guru dikatakatan sebagai
ujung tombak pendidikan yang berinteraksi langsung dengan layanan jasa
pembelajaran kepada peserta didik.
I. The strategic apex. Manajer tingkat puncak yang diberi tanggungjawab
keseluruhan untuk organisasi. Pada organisasi sekolah, orang ini adalah
kepala sekolah.
J. The middle line. Para manajer yang menjadi penghubung operating core
dengan strategic apec. Dalam konteks perguruan tinggi orang - orang ini
adalah para dekan yang bertugas memfasilitasi strategic apex untuk
terimplementasi pada level jurusan. Di organisasi sekolah, posisi ini dapat
diidentifikasi sebagai wakil kepala sekolah yang bertugas menjembatani
kebijakan strategis sekolah supaya dapat terimplementasi pada level guru-
guru dan staf.
K. The techno structure. Para analis yang mempunyai tanggungjawab untuk
melaksanakan bentuk standarisasi tertentu dalam organisasi. Dalam
konteks organisasi pendidikan di Indonesia, masih jarang sekolah yang
memiliki tenaga ini. Namun demikian tidak menutup kemungkinan pada
sekolah-sekolah tertentu ada yang memiliki elemen organisasi ini. Pada
perguruan tinggi BHMN seperti UPI, elemen organisasi yang
bertanggungjawab untuk melakukan standarisasi adalah satuan penjamin
mutu.
L. The support staff. Orang-orang yang mengisi unit staf, yang memberi jasa
pendukung tidak langsung kepada organisasi. Di persekolahan staf ini
dikenal dengan tenaga administratif sekolah (TAS).
15

Berdasarkan lima elemen yang dikemukakan Mintzberg inilan,


Robbins menganalisis desain organisasi yang berbeda. Perbedaan desain
organisasi dikarenakan organisasi memiliki sistem dan aturan yang
berbeda dalam kelima elemen tersebut. Lima konfigurasi umum yang
dimaksud adalah struktur sederhana, birokrasi mesin, birokrasi
profesional, struktur divisional, dan adhocracy.
Struktur sederhana disarankan untuk organisasi yang kecil dengan
karaketeristik organisasi yang masih dalam tahap awal dibentuK,
lingkungan organisasi sederhana dan dinamis, menghadapi krisis, atau jika
yang mempunyai kekuasaan dalam organisasi ingin agar kekuasaan
tersebut disentralisasi
Birokrasi mesin didesain untuk organisasi yang secara efektif dapat
menangani ukuran yang besar, lingkungan yang sederhana dan stabil, dan
sebuah teknologi yang terdiri atas pekerjaan yang rutin dan distandarisasi
Demiklan halnya birokasi profesional yang didesain untuk pekerjaan
yang rutin, hanya saja para anggota birokrasi profesional adalah para
spesialis teknis yang menghadapi sebuah lingkungan yang kompleks.
Intinya supaya operasional keseharian yang kompleks dapat berjalan
secara efektif.
Struktur divisional banyak persamaanya dengan birokrasi mesin.
Struktur ini didesain untuk menaggapi strategi yang menekankan kepada
keanekaragaman pasar atau produk, dimana organisasi tersebut besar,
teknologinya dapat dibagi-bagi, dan lingkungannya cenderung untuk
menjadi sederhana dan stabil.
Adhocracy meminta agar puncak manajemen melepaskan
kebanyakan pengawasan. Konfigurasi ini cocok untuk organisasi yang
memiliki strategi variatif, beresiko tinggi, teknologi tidak rutin, atau
lingkungannya mungkin dinamis atau kompleks.
Secara ringkas perbedaan kelima komfigurasi ini dapat dilihat pada
tabel 1.
16

A. Sekolah sebagai Organisasi Sosial


Sekolah sebagai organisasi sosial memandang organisasi dalam konteks
sistem sosial yang memiliki tujuan tertentu dan merupakan tujuan bersama
Organisasi sosial adalah organisasi yang dicirikan oleh saling ketergantungan
antara satu bagian dengan bagian lainnya, kejelasan anggota, perbedaaan
dengan lingkungannya, hubungan sosial yang kompleks, dan budaya
organisasi yang khas.
Sekolah sebagai organisasi sosial merupakan pandangan sekolah sebagai
organisasi formal. Pandangan ini akan berimplikasi pada bagaimana
memperlakukan/mengelola sekolah. Manajemen organisasi akan
diorientasikan pada bagaimana mengkondisikan orang-orang dalam organisasi
untuk dapat dinamis, saling tergantung satu sama lain, memiliki hubungan
yang dinamis baik internal maupun eksternal, dan beradaptasi dan membentuk
budaya organisasi sekolahnya. Untuk itu perlu dipahami komponen pokok dari
suatu sistem sosial.

1. Element Kunci Sekolah sebagai Organisasi Sosial


Setiap organisasi akan memiliki aktivitas untuk mencapai tujuannya.
Pencapaian tujuan organisasi akan meminta sejumlah aktivitas individu
atau keloktif dari anggota organisasi yang harus dikoordinasikan supaya
terarah pada pencapaian tujuan. Disinilah interaksi sosial berlangsung.
Interaksi sosial ini tidak saja dipengaruhi oleh struktur organisasi dan
17

individu-individu yang mengisi struktur, tetapi juga dipengaruhi oleh


budaya, politik, teknik produksi, dan lingkungan organisasi (khususnya
lingkungan strategis).
Hoy dan Miskel (2001:31) menggambarkan elemen-elemen kunci
dalam organisasi sekolah sebagai berikut.

Gambar 3.5 menunjukkan bahwa sekolah sebagai sistem sosial


memiliki keterkaitan yang kuat dengan input dan output yang
dikategorikan sebagai hubungan yang kompleks.
Struktur dalam konteks sekolah meliputi peran dan harapan
birokrasi, posisi dan hirarki, aturan dan regulasi, dan spesialisasi. Harapan
birokrasi akan mengkondisikan perilaku anggota organisasi. Missal guru
berkewajiban untuk mendorong keaktifan dan kreativitas siswa dalam
proses pembelajaran.
Individu dalam interaksi organisasi yang diatur oleh struktur
organisasi (harapan birokrasi) memiliki kebutuhan keyakinan, dan
pemahaman tersendiri terhadap pekerjaan yang dilakukannya. Dua hal
utama dalam individu adalah kognisi dan motivasi. Kognisi terdiri dari:
kebutuhan-kebutuhan individu, tujuan-tujuan individu, keyakinan-
keyakinan individu, dan pemahaman-pemahaman individu terhadap
pekerjaannya. Motivasi merupakan alasan-alasan mengapa seseorang
memilih menjadi guru. Banyak alasan yang mendasari seseorang bekerja
menjadi seorang guru, apakah karena motif mencari uang, mengabdi pada
18

sesama manusia, menghilangkan kejenuhan karena nganggur, dan


sebagainya.
Culture (budaya) merepresentasi sesuatu yang tidak tertulis dalam
organisasi, meliputi nilai-nilai dan norma-norma bersama, kebiasaan-
kebiasaan kerja, keyakinan-keyakinan, cara berpikir, dan artifact (suatu
yang bersifat fisik). Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya
organisasi memiliki dampak yang besar terhadap perilaku individu di
dalam organisasi misal W. Z. Ouchi, 1981; T. E. Deal dan A. A. Kennedy,
1982; T. J. Peters dan R. H. Waterman, 1982. (Kreitner dan kinicki,
2005:90).
Politics merupakan kekuatan hubungan informal yang memunculkan
penyeimbang bagi kekuatan organisasi formal. Politik merupakan suatu
hal yang bersifat informal, tidak terlihat, dan tidak memiliki legitimasi
formal. Bagaimanapun suatu organisasi, termasuk di sekolah, politik akan
muncul pada kelompok-kelompok tertentu sebagai bagian dari ekspresi
individu terhadap aturan-aturan dan regulasi formal.
Environtment adalah segala sesuatu yang berada di luar organisasi.
Sebagai sistem sosial, organisasi memiliki batas organisasi yang mungkin
biasa. Seperti keberadaan orang tua siswa dalam komite sekolah, apakah
mereka ini pihak ekternal organisasi atau bagian internal dari organisasi
sekolah. Bias ini merupakan hal biasa dalam konteks sistem sosial, karena
interaksinya akan semakin kompleks. Tidak diragukan lagi bahwa
lingkungan organisasi memiliki pengaruh yang kuat terhadap
kebrefungsioan organisasi sekolah. Apakah lingkungan tersebut
lingkungan sosial, ekonomi, budaya, geografis, dan sebagainya.
Outcomes adalah hasil yang dicapai dari proses tranformasi berbagai
komponen input. Proses transformasi maliputi interaksi empat komponen
utama, yaitu sistem struktur, budaya, politik, dan individu. Hasil Yang
didapat dari proses transformasi di sekolah adalah prestasi akademik.dan
non akademik lulusan, kepuasan kerja guru dan stat, Renadiran siswa,
quru dan staf, rata-rata drop out (DO), dan berbagai ukuran lainnya
sebagaimana ditetapkan oleh sekolah dan stakeholdernya.
19

Internal feedback loops adalah umpan balik internal yang muncu dari
interaksi berbagai komponen/sub-sistem dari organisasi sosial, yaitu
Struktur, politik, individu, dan budaya organisai.
External feedback loops adalah umpan balik eksternal yang muncu
dari interaksi lingkungan internal sekolah dengan lingkungan eksternal
sekolah. Rapat komite sekolah dengan pihak sekolah menunjukkan adanya
interaksi yang memberikan umpan balik dari pihak eksternal kepada pihak
sekolah (internal) demikian sebaliknya.
2. Sekolah Sebagai Organisasi Pembelajar (learning organization)
Sekolah dipandang sebagai organisme yang hidup dan berkembang
sebagaimana manusia,hewan dan tumbuhan. Analisis tersebut
menunjukkan mengapa organisasi dikategorikan sebagai sistem sosial.
Yakni suatu sistem interakatif yang hidup dan mengalami masa anak-
anak, dewasa, dan tua kemudian mati. Namun ada juga organisasi yang
tidak sampai menginjak usia dewasa, pada masa anak-anak sudah mati.
Lalu apa sebenarnya yang menyebabkan suatu organisasi tetap hidup atau
menjadi mati?
Mati dalam istilah sistem disebut sebagai entrophy, yaitu suatu
kondisi yang diidentikan dengan daun yang jatuh dari pohon (usang).
Banyak organisasi yang memproduksi barang ataupun jasa mati hanya
dalam ukuran waktu yang relative singkat, tetapi banyak organisasi yang
sudah malang melintang, berpuluh-puluh tahun tetap saja eksis sampai saat
ini. Contoh organisasi di bidang pendidikan yang masih bertahan sampai
saat ini adalah Pondok Pesantren Gontor. Dari dulu sampai saat ini terus
berkembang, namun tidak jarang sekolah yang gulung tikar, karena
kehilangan peserta didik dan ditinggalkan oleh para gurunya.
Kemampuan suatu organisasi bertahan hidup ditentukan oleh
Sumber daya manusia organisasi atau dikenal dengan man (manusia).
Organisasi dibuat, digerakan, diorientasikan untuk mencapai tujuan
manusia. Manusia adalah unsur Yang paling pokok dalam suatu
organisasi.Manusia-manusia yang unggul lah yang membawa organisasi.
pada suatu kondisi bertahan dan berkembang.
20

Keunggulan SDM organisasi tidak hanya terletak pada kepemilikan


suatu keterampilan untuk melakukan suatu pekerjaan tetapi juga
padakemampuan untuk terus meningkatkan kemampuannya dalam
merespok tuntutan stakeholdernya.
Pandangan organisasi sebagai sistem sosial menunjukkan bahwa
organisasi merupakan sistem yang terbuka dan berinteraksi dengan
lingkungannya secara dinamis. Interaksi ini berkembang sesuai dengan
perkembangan zaman termasuk perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Implikasinya tuntutan terhadap produk (barang maupun jasa)
yang dihasilkan organisasi terus berkembang bahkan dalam kurun waktu
yang cepat. Manakala organisasi tidak mampu memenuhi tuntutan
pelanggan yang dinamis ini, maka dengan sendirinya pelanggan mencari
produk-produk baru dari oganisasi lain. Artinya organisasi menjadi mati,
karena ditinggalkan pelanggannya.
Kondisi tersebutlah yang mengharuskan SDM organisasi tidak saja
memiliki kompetensi dalam melaksanakan tugasnya, tetapi juga harus
terus melakukan pengembangan dan adaptasi terhadap perkembangan
zaman dengan kata lain manusia-manusia dalam organisasi terus belajar.
Dengan hal itu organisasi akan mampu bertahan dan berkembang (survival
and growth).
Fasilitasi organisasi supaya kemampuan SDM organisasi dapat terus
belajar inilah yang berkembang saat ini dan dikenal dengan "learning
organization" (LO) LO diperkenalkan oleh Peter Senge sekitar tahun 1990
yang kemudian berkembang pesat dan menghasilkan berbagai aplikasi
dalam berbagai bidang keilmuan, salah satunya dalam bidang manajemen.
Leithwood dan Louis (1998) (Hoy dan Miskel, 2001:32) mengemukakan
"Learning Organization is one in which the participant pursue with a
collective commitment to routinely assessing the value of those purposes,
modifying them when appropriate, and continually developing more
effective and efficient ways to achieve those purposes (LO adalah satu
cara dimana seseorang dengan komitmen bersama menilai secara rutin
tujuan-tujuan mereka, memodifikasi tujuan-tujuan tersebut manakala
21

sesuai dan secara terus menerus mengembangkan cara-cara yang lebih


efektif dan efisien untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut)
Implikasi yang harus dicermati dari keberadaan sekolah pada
interaksinya dengan lingkungan sekolah yang dinamis adalah menjadikan
sekolah sebagai tempat belajar untuk semua orang. Tidak saja peserta
didik yang harus belajar, tetapi guru-guru, kepala sekolah, staf tata usaha,
pengurus komite sekolah dan semua pihak yang terkait dengan
pengelolaan sekolah juga orang-orang yang harus belajar di sekolah.
Mereka secara terus menerus distimulus untuk memikirkan dan
mendiskusikan berbagai permasalahan yang dihadapi secara bersama,
kemudian mencoba berbagaicara baru untuk menghasilkan lulusan yang
lebih unggul atau hasil yang lebih baik.
Cara yang harus dipikirkan oleh kepala sekolah dan personil sekolah
untuk menjadikan sekolah sebagai tempat LO adalah:
1) Menemukan berbagai cara untuk membuat struktur organisasi sekolah
yang secara terus menerus mendukung layanan pembelajaran dan
memperluas kemampuan adaptasi organisasi,
2) Mengembangkan iklim dan budaya organisasi yang memiliki
karakteristik terbuka, kerjasama, dan mampu mengatur diri sendiri,
3) Mengidentifikasi individu-individu yang progresif, sukses, dan terbuka
untuk perubahan,
4) Mencegah kekerasan, penyelewengan dan politik yang tidak benar
dalam layanan pembelajaran,
5) Memimpin dengan model kepemimpinan tranformasional,
6) Berkomunikasi secara terbuka dan berkelanjutan,
7) Membuat keputusan partisipatif, dan
8) Mengembangkan kapasitas sekolah untuk merespon berbagai masalah
secara efektif dan menyeluruhbukan secara sporadis.
22

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Organisasi adalah suatu sistem interaksi antar orang yang chtujukan
untuk mencapai tujgan organisasi, dimana sistem tersebut memberikah arahan
perilaku bagi anggota organisasi. Pandangan organisasi saat ini tidak lagi
sebagai mesin birokrasi tetapi sebagai sistem sosial.
23

Pandangan organisasi sebagai system social adalah pandangan formal,


namun keberadaan organisasi formal tidak dapat menghindari keberadaan
organisasi informal. Keberadaan keduanya merupakan suatu sinergi upaya
pencapaian tujuan organisasi. Dalam konteks itu, organisasi formal dicirikan
oleh tiga dimensi utama, yaitu kompleksitas, formalisasi, dan sentralisasi.
Keberagaraman dalam dimensi struktur organisasi ini kemudian membawa
implikasi pada keragaman desain organisasi.
Sekolah sebagai suatu organisasi juga dipandang sebagal srstem sosial
yang terbuka terhadap lingkungan organisasi. Upaya untuk merespon dan
memenuhi berbagai tuntutan dan perkembangan lingkungan, termasuk
pelanggan sekolah adalah dengan menjadikan sekolah sebagai learning
organization yang diwujudkan melalui dukungan organisasi yang kuat
terhadap pengembangan dan perbaikan secara terus menerus.

B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini penyusun menyadari bahwa masih
banyak kekurangan maka dari itu penyusun berharap pembaca bisa
memberikan saran dan kritik yang membangun agar penyusun bisa
memperbaiki dalam pembuatan makalah selanjutnya, semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.

22

Anda mungkin juga menyukai