Varises Esofagus
Varises Esofagus
ABSTRAK
Sirosis hepatis merupakan penyakit hati menahun yang ditandai dengan adanya
pembentukan jaringan ikat disertai nodul.Insidens sirosis hepatis meningkat
secara bermakna sejak perang Dunia II sehingga menyebabkan sirosis menjadi
salah satu penyebab kematian yang cukup menonjol.Salah Satu Penyulit dari
penyakit sirosis hepatis yang sering dihadapi adalaha Varises Esofagus yang
memerlukan penanganan yang baik. Pada sirosis Hepatisterjadi peningkatan
tekanan vena porta yang menetap di atas normal yaitu 6-12 cm H 2 O akibat
peningkatan resistensi aliran darah melalui hati dan peningkatan aliran arteri
splangnikus, dimana kedua hal tersebut yang nantinya menyebabkan Varises
esophagus.Manifestasi Klinis yang tampak dapat berupa hematemesis,
hematemesis dengan melena atau melena saja. Prognosis pada laporan kasus ini
buruk karena terjadi perdarahan varises esofagus , serum albumin kurang dari 2,5
g%, ikterus yang menetap dan bilirubin darah > 1,5 mg%, sehingga ada baiknya
kita mempelajari gejala serta manajemen awal dalam sirosis hepatis yang disertai
varises esophagus.
Kata kunci: Sirosis Hepatis, Varises Esofagus.
ABSTRACT
Liver cirrhosis is a chronic liver disease characterized by formation of connective tissue
with nodules. Incidence of liver cirrhosis increased significantly since worldwar II that
led to cirrhosis of the liver become one of the most prominent causes of death. One of
the complications of liver cirrhosis is often faced esophageal varices that is way need
specific and good management therapy.In Liver Cirrhosis has occur increase of portal
venous pressure above the normally 6-12 cm H 2 Odue to the increased flow of
arterial splagnicus, where that will cause causes of esophageal varises. Clinical
manifestations can appear in the form of hematemesis, melena with hematemesis
or only melena. The prognosis in this case report is bad because of bleeding
esophageal varises, serum albumin less than 2.5g%, Persistent jaundice and
bilirubin blood take more than 1.5mg%. So that it helps us to learn the
symptomps and initial management in liver cirrhosis with esophageal varises.
5
yang sedang terjadi. Dalam proses gangguan neurologi berupa
penyakit hatiyang berlanjut sulit penurunan kesadaran diduga akibat
dibedakan hepatitis kronik aktif yang kelainan metabolisme amonia dan
berat dengan permulaan sirosis yang peningkatan kepekaan otak terhadap
terjadi (sirosis dini). toksin.
Hipertensi portal merupakan
peningkatan tekanan vena porta yang
menetap di atas normal yaitu 6-12 cm
Manifestasi klinis dari sirosis hepatis H2 O akibat peningkatan resistensi
merupakan akibat dari dua tipe aliran darah melalui hati dan
gangguan fisiologis, yaitu gagal sel peningkatan aliran arteri splangnikus,
hati dan hipertensi portal.Manifestasi dimana kedua hal tersebut
gagal hepatoselulerdiantaranya mengurangi aliran keluar melalui
Ikterus, suatu keadaan dimana vena hepatika dan meningkatkan
plasma, kulit dan selaput lendir aliran masuk secara bersama-sama
menjadi kuning yang disebabkan sehingga menghasilkan beban
kegagalan sel hati membuang berlebihan pada sistem portal.
bilirubin dari darah. Keadaan ini Hipertensi portal akan menimbulkan
mudah dilihat pada sklera. 1,6 Spider beberapa kelainan berikut yaitu
nevi, terlihat pada kulit khususnya Varises esophagus dimana dengan
sekitar leher , bahu dan dada. meningginya tekanan vena porta,
Merupakan pelebaran arteriol-arteriol tekanan dalam pembuluh darah
bawah kulit yang berbentuk titik kolateral juga akan meninggi
merah yang agak menonjol dari sehingga jelas terlihat pembuluh
permukaan kulit dengan beberapa darah esofagus menjadi lebar dan
garis radier yang merupakan kaki- berkelok-kelok 7 .
kakinya sepanjang 2-3 mm dengan
bentuk seperti laba-laba. Bila pusatya
ditekan, maka kaki-kakinya akan ikut
menghilang. Spider nevi merupakan
salah satu tanda hiperestrogenisme
akibat menurunnya kemampuan sel
hati mengubah estrogen dan
derivatnya. 4 Eritema palmaris,
ditemukan pada ujung-ujung jari
tangan serta telapak tangan daerah
tenar dan hipotenar. Merupakan tanda
hiperestrogenisme dengan dasar yang
sama seperti spider nevi.1,4 Kelainan
Gambar 2. Perubahan hemodinamik
lain akibat hiperestrogenisme antara
pada sirosis hati. 2
lain ginekomasti, alopesia daerah
pektoralis, aksila dan pubis serta Untuk diagnosis perdarahan akut
dapat terjadi atropi testis pada laki- akibat gastropati hipertensi portal
laki. Sedangkan pada wanita berupa (GHP), dibutuhkan pembuktian
mengurangnya menstruasi hingga secara endoskopik adanya lesi yang
amenore. 4,6 Ensefalopati hepatikum berdarah aktif.Bila ditemukan varises
hingga koma hepatikum. Merupakan esophagus atau lambung, endoskopi
6
dapat diulang dalam waktu 12-24 Terapi sirosis hati tergantung pada
jam.Untuk klasifikasi GHP, derajat komplikasi kegagalan hati dan
Konsensus Baveno II sepakat untuk hipertensi portal.Pasien dalam
menggunakan system skoring. keadaan kompensasi hati yang cukup
Kriteria untuk menetapkan baik memerlukan istirahat yang
perdarahan kronik akibat GHP, cukup, makanan yang adekuat dan
adalah adanya fecal blood loss, seimbang. Protein diberikan dengan
penurunan Hb ≥ 2 gr% dalam 3 bulan, jumlah 1 -1,5 g/kg BB. Lemak antara
dan saturasi transferin yang rendah, 30% - 40 % jumlah kalori dan sisanya
dengan diseratai adanya GHP pada adalah hidrat arang. Bila timbul
pemeriksaan endoskopi, tanpa adanya tanda-tanda ensefalopati jumlah
kolopati, duodenopati, supresi protein diturunkan. 1
sumsum tulang, penyakit ginjal
kronik, maupun pemakaian obat-obat Untuk asites diberikan diit rendah
anti-inflamasi (OAINS) 8 . garam 0,5 g/hari dan total cairan 1,5
lt/hari. Spironolakton ( diuretik
Kotateral dan kaput medussaeu, bekerja pada tubulus distal ) dimulai
merupakan dilatasi vena-vena dengan dosis 4 x 25 mg/hari
superficial dinding abdomen dan dinaikkan sampai total dosis 800
dilatasi vena sekitar umbilikus. 4 mg/hari. Bila perlu dikombinasi
Splenomegali pada sirosis dapat dengan furosemide dengan dosis 20
dijelaskan berdasarkan kongesti pasif mg/hari dengan dosis maksimum 120
kronik akibat bendungan dan tekanan mg/hari. 1,10
darah yang meningkat pada vena
lienalis. 2 Asites merupakan Perdarahan varises esofagus (
penimbunan cairan encer hematemesis , hematemesis dengan
intraperitoneal. Terdapat beberapa melena atau melena saja ). Pasien
faktor pembentuk cairan asites, antara dirawat di rumah sakit sebagai kasus
lain hepatic venous outflow block perdarahan saluran cerna
yang mengakibatkan tekanan sinusoid atas.Pertama dilakukan pemasangan
intrahepatik meningkat, dilanjutkan NGT tube untuk mengetahui
dengan keluarnya cairan sinusoid apakah perdarahan berasal dari
menjadi cairan limfe hati, yang akan saluran cerna, disamping melakukan
dibawa ke duktus torasikus menuju aspirasi cairan lambung yang berisi
sistem vena. Aliran memasukkan darah dan untuk mengetahui apakah
cairan limfe ke duktus torasikus perdarahan sudah berhenti atau
sangat terbatas, sehingga terjadi ekses belum.
cairan limfe hati menembus kapsul
Bila perdarahan banyak, tekanan
hati menuju rongga peritoneum
sistolik di bawah 100 mmHg, nadi di
sebagai asites. Faktor lain akibat
atas 100x/ menit atau Hb di bawah 9
peningkatan tekanan hidrostatik pada
g% dilakukan pemberian IVFD
kapiler usus ( hipertensi portal ) dan
dekstrosa atau salin dan tranfusi
penurunan tekanan osmotik koloid
darah secukupnya. Diberikan
akibat hipoalbuminemia. 9,10 Edema
vasopresin 2 amp 0,1 g dalam 500 cc
perifer umumnya terjadi setelah
cairan D 5% atau salin. Untuk
timbulnya asites, dan dapat dijelaskan
mencegah rebleeding dopat diberikan
sebagai berikut hipoalbuminemia dan
cbat penyekat reseptor beta (beta
retensi garam serta air. bloker) secara oral dalam dosis yang
7
dapat menurunkan denyut nadi penurunan kecepatan filtrasi
sampai 25%. glomerulus dan meningkatkan
reabsorbsi garam pada tubulus
Peritonitis bakterial spontan biasa proksimal, yang pada akhirnya
dijumpai pada pasien sirosis mengakibatkan retensi garam.
alkoholik dengan asites. Terapi
diberikan antibiotik pilihan seperti Pada penderita ini terjadi gangguan
cefotaksim 2 g/8 jam i.v, amoksisilin pembentukan faktor pembekuan di
atau golongan aminoglikosida.Untuk hati yang ditandai dengan
ensefalopati dilakukan koreksi faktor pemanjangan masa protrombin,
pencetus seperti pemberian KCl pada dimana dengan pemberian Vit K
hipokalemia, mengurangi pemasukan dapat memperbaiki masa
protein makanan, aspirasi cairan protrombin.Saat masuk rumah sakit,
lambung bagi pasien yang mengalami pasien juga mendapatkan terapi asam
perdarahan pada varises, pemberian traneksamat yang berfungsi untuk
neomisin per oral untuk strerilisasi menghentikan perdarahan yang
usus dan pemberian antibiotik pada terjadi.Saat diperiksa pasien sudah
keadaan infeksi sistemik. tidak diterapi dengan asam
traneksamat.
Terapi yang diberikan pada pasien ini
antara lain penderita dirawat inap, Laktulosa diberikan untuk mencegah
IVFD NaCl 0,9% 12 tetes/ menit, diet terjadinya konstipasi pada pasien ini
lunak rendah garam tinggi protein, dan untuk mencegah kesempatan
laxadin sirup 3x 1 sendok makan, lewatnya zat-zat beracun dari usus
furosemide 40 mg pagi hari, menuiu ke hati yang pada akhirnya
spironolakton 100 mg pagi hari , dapat menyebabkan ensefalopati
propanolol 3x 10 mg jika TD ≥ 100 hepatikum.Untuk mengatasi asites
dan N ≥ 60, Antasida sirup 3x1 diberikan spironolakton dikombinasi
sendok makan dan tranfusi albumin dengan furosemide.Spironolakton
sampai >- 2,5 g/dl.IVFD yang dipilih merupakan golongan diuretik distal
NaCl 0,9% karena fungsi hati pasien yang bersifat natri-uresis yang lemah
ini telah terganggu dan asering tidak dan hemat kalium. Sedangkan
mengalami metabolisme di hati, furosemide merupakan diuretik loop
sehingga dapat mengurangi beban yang bersifat natri-uresis dan kalium-
hati. uresis kuat. Kedua obat tersebut
dikombinasi untuk mencegah
Pemberian diit lunak tinggi protein terjadinya hiperkalemia akibat
ditujukan untuk menjaga keadaan pemberian spironolakton.
umum pasien tetap baik, dimana kita
ketahui bahwa terjadi gangguan Propanolol merupakan obat penyekat
pembentukan protein pada penderita reseptor beta yang dapat menurunkan
sirosis hati. Diit rendah garam sangat tekanan portal pada sirosis hati,
penting karena kadar Na pada tubuh sebagai akibat penurunan isi semenit
penderita sirosis hati cukup tinggi. jantung dan aliran darah ke dalam
Seperti yang diketahui bahwa pada hati. Sehingga obat ini diberikan
penderita sirosis hati terjadi aktivasi untuk mencegah terjadinya
sistem aldosteron yang menyebabkan perdarahan ulang.Penderita ini
retensi garam dan teijadi aktivasi diberikan trasfusi albumin karena
angiotensin yang menyebabkan kadar albumin pasien ini > 2,5 g/dl,
8
yaitu 1,9 g/dl. Sehingga diharapkan pembentukan jaringan ikat dan usaha
dapat memperbaiki keadaan regenerasi dengan terbentuknya nodul
hipoalbuminemia dengan yang mengganggu susunan lobulus
segera.Beberapa pemeriksaan hati.Bila timbul komplikasi kegagalan
penunjang yang perlu dilakukan pada hati dan hipertensi portal dengan
pasien ini antara lain pemeriksaan manifestasi seperti eritema palmaris,
biopsi hati. Diagnosis pasti sirosis spider nevi, vena kolateral pada
dapat ditegakkan dengan pemeriksaan dinding perut, ikterus, edema
ini. Dimana pada biopsi hati akan pretibial dan ascites.Ikterus dengan
ditemukan adanya kelainan vaskular, air kencing berwarna seperti air teh
tidak adanya traktus portal, tampak pekat mungkin akibat penyakit yang
nodul-nodul dengan septa fibros, berlanjut atau kearah
adanya variasi ukuran sel hepar di keganasan.Sebagian pasien datang
tempat-tempat yang berbeda dan dengan gejala hematemesis,
tampak penebalan plate sel-sel hepar. hematemesis dan melena, atau melena
saja akibat pendarahan varises
Pemeriksaan Na, K dan Cl penting esophagus.Pada pemeriksaan lab
dalam rangka menentukan dijumpai Hb rendah, lekosit dan
pembatasan garam dalam diit dan trombosit yang rendah, SGOT dan
penggunaan diuretikum untuk SGPT meningkat, bilirubin total
mengatasi asites. Pemeriksaan meninggi, protein total merendah ,
albumin post tranfusi dilakukan untuk albumin menurun dan globulin
melihat apakah telah terjadi perbaikan meninggi, masa protrombin
setelah transfusi.Pemeriksaan IgG memanjang.Pemeriksaan penunjang
Anti HBc perlu dilakukan karena lainnya yang diperlukan antara lain
waiaupun pada pasien ini ditemukan biopsi hati, USG
HbsAg dan Anti HCV negatif, tidak abdomen,esofagoskopi, sidikan hati
menyingkirkan kernungkinan pasien dan pemeriksaan cairan asites.
ini terinfeksi virus tersebut.Pada
tingkat lanjut, HbsAg sukar Penatalaksanaan pasien sirosis hati
ditemukan dalam darah, namun IgG antara lain diit cukup protein, rendah
Anti HBc bisa positif.Ligasi esofagus lemak dan rendah garam, pemberian
merupakan penanganan non diuretik, jika terjadi perdarahan
farmakologi yang memberikan hasil varises esofagus lakukan pemasangan
memuaskan dan lebih rendah NG tube, IVFD D5% atau salin,
komplikasinya. Ligasi varises vasopresin dan berikan beta bloker.
dikerjakan dengan alat khusus yang Dapat diberikan antibiotik apabila
dapat dipakai untuk menghisap terjadi peritonitis bakterial
permukaan varises, kemudian spontan.Prognosis pasien ini buruk
mengikatnya dengan tali karet (rubber karena terjadi perdarahan varises
band ) esofagus , serum albumin kurang dari
2,5 g%, ikterus yang menetap dan
RINGKASAN bilirubin darah > 1,5 mg%
Sirosis hepatis merupakan penyakit
hati menahun yang difus ditandai DAFTAR PUSTAKA
dengan adanya pembentukan jaringan 1. Tarigan P.2009.Sirosis
ikat disertai nodul. Biasanya diawali Hati.Dalam :Buku Ajar Ilmu
dengan adanya proses peradangan, Penyakit Dalam. edisi ketiga.
nekrosis sel hati yang luas, Gaya Baru. Jakarta;hal:271-279.
9
2. Anugerah P.2008.Sirosis 10. Boedi P.2006. Pathogenesis and
Hati Dalam Patofisiologi Management of Cirrhosis
Proses-Proses Penyakit.Edisi Ascites. Dalam : Syposium
Keempat.Penerbit Buku Optimal Management for
KedokteranEGC.Jakarta;445- Complication of Liver
453. Cirrhosis. Surabaya;1-20.
3. Chung R,Daniel K. Podolsky.
2005. Cirrhosis And Its
Complications. In Harrison's
Principles of Internal
Medicine. 16 th ed. McGraw-
Hill;New York.pg;l 858-1869.
4. Noer Syaifoellah M.2008.
Sirosis Hati Dalam:
Gastroenterologi Hepatologi.
Ed:Sulaiman A.CV Infomedika,
Jakarta ;314-327.
5. Sherlock S.2007. Hepatic
Cirrhosis.In:Diseases of The
Liver and Biliary System.
11 th ed.Blackwell Scientific
Publications.London;323-333.
6. OgilvieA.2005.Cirrhosis of The
Liver
http://www.notdoctor.co.uk/dise
ases/faets/cirrhosis.htm.Lastupd
ated 4 January 2005.
Access:2 March 2006.
7. Boedi S.2004.Liver
Cirrhosis.http://www.kusaeni.co
m/blog/cirrhosis.Last updated
May 2004.Access 2 March
2006.
8. Soemohardjo S dan S Gunawan.
Fibrogenesis Pada Sirosis
Hati.Prospek Terapi
Antifibrotik. Jurnal RSU
Mataram, Volume. 1, No.4,
Desember 2004. Mataram;45-
48.
9. Maruli S dan I Dewa
Nyoman Wibawa. Patogenesis,
Diagnosis dan Penatalaksana
Fibrosis Hati. Udayana
Journal of Internal
Medicine,Vol.5,No.2,Mei
2004.FK.UNUD/RSU Sanglah
Denpasar. 148-159.
10