Anda di halaman 1dari 3

BUNG HATTA SEBAGAI TOKOH TAULADAN

BANGSA

Disusun oleh:
Heru Respindatama
2110012111136

Dosen Penanggung Jawab


Suamperi,SH.,M.H

FAKULTAS HUKUM
JURUSAN ILMU HUKUM
UNIVERSITAS BUNG HATTA
Bung Hatta adalah penggilan akrab dari Mohammad Hatta, tokoh politik dan
founding fathers negara Indonesia, lahir di Bukittinggi 12 Agustus 1902 dan wafat
pada 14 Maret 1980. Ia dibesarkan di lingkungan keluarga yang religious dan
keturunan ulama Minangkabau.Bung Hatta sebagai founding fathers and public
figure yang hemat, jujur dan pemikiran Bung Hatta dalam bidang politik, ekonomi,
dan kehidupan sosial budaya agama. Semenjak tahun 1923 Hatta muda aktif di
organisasi mahasiswa Indonesia yang belajar di Belanda. Pada rapat pertama
pengurus PI mendirikan PI tahun 1926, pada rapat pertama tersebut, Hatta
menganjurkan agar dipilih seorang ketua baru, sebagai penggantinya.Bung hatta
berfikir bahwa nasib bangsa ditentukan oleh keinsafan sebagai suatu persekutuan
yang tersusun atas persamaa nasib dan tujuan. Dalam mengupas probelamatika
kebangsaan, Bung Hatta merujuk teori-teori sarjana barat seperti Ernest Renan, Offo
Bauer dan Lothrop Stoddard, yang kemudian dia selaraskan dengan kondisi kultural
bangsa Indonesia.
Sebelum Indonesia merdeka pemimpin bangsa mempersiapkan undang-
undang untuk mendirikan negara, dan Ketika itu timbul perbedaan pendapat dari
golongan agama berpendapat bahwa ideologi negara berdasarkan agama Islam,
golongan nasionalis memilih netral agama, ini terjadi saat sidang BPUPKI.Dalam
sidang BPUPKI ini Hatta menerima Pancasila sebgai dasar negara. Ia mendukung
Ketuhanan sebgai sila pertama karena dasar tokoh bagi sila-sila lainnya. Setelah
proklamasi, 18 Agustus 1945, Bung Hatta ditetapkan oleh PPKI sebagai wakil
presiden.Buya Hamka mengatakan bahwa pandangan-pandangan Bung Hatta adalah
seorang yang benar-benar muslim yang islami. Buya Hamka merupakan
seorang ulama terkemuka Indonesia yang mendukung Pancasila sebagai dasar
negara.Karena Pancasila, menurut Buya Hamka, akan dapat hidup dengan suburnya,
dan terjamin, sekiranya kaum muslimin sungguh-sungguh memahami dan
mengamalkan ajaran agamanya.Dan juga menurut Bung Hatta, Pancasila memiliki
dua fundament, yaitu fundament moral dalam sila pertama, dan kedua fundament
politik dalam sila keempat. Fundament moral itulah yang menjadi dasar bagi
fundament politik.
Pandangan Bung Hatta selaku tokoh sipil dan Buya Hamka selaku ulama
modernis, mempunyai persamaan apabila dilihat dari sisi perspektif pemikiran
Islam kultural dan islam factual. Dan juga pemikiran politik islam Ali Abd Raziq
yang terkesan sekuler namun daktual, dan realistis dalam cara menganalisis
permasalahan politik islam.Dan juga ada sebagai sejarahwan di dalam dan di luar
negeri menempatkan Bung Hatta sebagai tokoh nasionalis sekuler yang sering
berhadapan dengan kelompok fundamental islam, namun di akhir perjalanan
aktifitas politik Bung Hatta justru ia ingin mendirikan PDII.Bagi Bung Hatta Pendidikan
bukan hanya di bidang keilmuan saja, tetapi juga manfaat di bidang politik, karena
menurutnya saat kader menjadi pemimpin mereka mampu dan handal memahami
tugasnya dan telah diisi ilmu pengetahuan yang dibutuhkan dalam
pekerjaannya.Sejaarh politik Indonesia, Ketika demokrasi terpimpin berjalan dengan
politik NASAKOM yang diciptakan oleh presiden Soekarno. Menurut Bung Hatta hal
itu telah merugikan perkembangan demokrasi Indonesia.Selama presiden Soekarno
berkuasa dan dikelilingi oleh pembantu-pembantu yang semuanya merupakan tidak
akan terdapat perbaikan keadaan, malahan sebaliknya, jalan ekonomi akan
meluncur terus ke bawah.Pertentangan ide-ide Bung Hatta dengan Bung Hatta
dengan Bung Karno
hanyalah masalah kebijakan politik, menurut Bung Hatta, Soekarno telah
melupakan pemahaman demokrasi yang sebenarnya, hingga ia menerbitkan
buka yang berjudul “Demokrasi Kita” bertujuan untuk menyadarkan penguasa
dan memberikan Pendidikan politik yang benar kepada rakyat.

Anda mungkin juga menyukai