Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KONSEP DASAR ILMU TASAWUF

Dosen Pengampu :

Dr. Rianawati, M.Ag

Kelompok 13 :

Rina Novita ( 1201 0019 )

Risna Agustiani ( 1201 0090 )

Ziva Alifia Pratiwi ( 1201 0108 )

Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Institut Agama Islam Negeri Pontianak

2021
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada saya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah berjudul Konsep
Dasar Ilmu Tasawuf ini dengan tepat waktu.
Penulisan makalah ini guna melengkapi atau memenuhi salah satu tugas mata kuliah “
Akhlak Tasawuf”. Dengan terselesaikannya makalah yang berjudul “ Konsep Dasar Ilmu
Tasawuf” penulis dengan ikhlas menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu baik langsung maupun tidak langsung khususnya kepada dosen pembimbing Mata
Kuliah Akhlak Tasawuf Ibu Dr. Rianawati, M.Ag.

Pontianak, 14 July 2021

Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar…………………………………………………………………………….…..0

Daftar Isi………………………………………………………………………………...……..0

Bab I : Pendahuluan

1.1 Latar Belakang…...…………………..……………………………........……..0

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………..…………0

1.3 Tujuan Masalah………………………………………………………………..0

Bab II : Pembahasan

2.1 Pengertian Ilmu Tasawuf……………………………...…………….…………0

2.2 Tujuan Bertasawuf…………………………………………………...………..0

2.3 Ruang Lingkup Pembahasan Ilmu Tasawuf……………...……………………0

2.4 Hubungan Dengan Ilmu lain…………………..………………………………0

2.5 Manfaat Mempelajarinya………………………………………………..…….0

Bab III : Penutup

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………….0

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sufisme atau tasawuf adalah ilmu untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa,
menjernihan akhlak, membangun lahir dan batin serta untuk memperoleh kebahagian yang
abadi. Tasawuf pada awalnya merupakan gerakan zuhud dalam Islam, dan dalam
perkembangannya melahirkan tradisi mistisme Islam.

1.2 Rumusan Masalah

Apa Pengertian Ilmu Tasawuf ?

Apa Tujuan Bertasawuf ?

Apa Saja Ruang Lingkup Pembahasan Ilmu Tasawuf ?

Apa Hubungan Tasawuf Dengan Ilmu lain ?

Apa Saja Manfaat Mempelajarinya ?

1.3 Tujuan Masalah

Mengetahui pengertian ilmu tasawuf

Mengetahui apa tujuan bertasawuf

Mengetahui ruang lingkup pembahasan tasawuf

Mengetahui hubungan tasawuf dengan ilmu lain

Mengetahui manfaat mempelajari ilmu tasawuf


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ilmu Tasawuf

Tasawuf dan Islam tidak dapat dipisahkan , Tasawuf sebagai ilmu keislaman yaitu
hasil kebudayaan Islam sebagaimana ilmu-ilmu lainnya, mempelajari ilmu Tasawuf adalah
penting, telah diketahui bahwa dahulu masa kerasulan Nabi Muhammad SAW. adalah untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia dan sejarah mencatat bahwa factor pendukung
keberhasilan dakwah beliau itu antara lain karena dukungan akhlaknya yang prima. Tasawuf
sebagai perwujudan dari ihsan, yang berarti ibadah kepada Allah seakan-akan melihat-Nya.,
apabila tidak mampu demikian, maka harus didasari bahwa Dia melihat dari kita, adalah
kualitas penghayatan dari seseorang terhadap agamanya. Dengan demikian tasawuf
sebagaimana mistisme pada umumnya, bertujuan membangun dorongan-dorongan yang
terdalam pada diri manusia.

Secara etimologi, definisi tasawuf terdiri atas beberapa macam pengertian berikut:

 pertama, tasawuf berasal dari istilah yang dikonotaskan dengan “ahlu suffah” ( ‫أهل‬
‫ ) الصفة‬yang berarti sekelompok orang pada masa Rosulullah yang hidupnya diisi
dengan banyak berdiam di serambi-serambi masjid , dan mereka mengabdikan
hidupnya untuk beribadah kepada Allah, atau para sahabat Anshar yang berada
diemperan masjid Nabawi.
 Kedua, ada yang mengatakan Tasawuf itu berasal dari kata “shafa” (‫ )صفا ء‬maksudnya
adalah orang-orang yang menyucikan dirinya di hadapan Tuhan-Nya.
 Ketiga, ada yang mengatakan bahwa istilah Tasawuf dari kata “shaf” (‫ )صف‬adalah
barisan atau orang yang ketika shalat selalu berada di saf yang paling depan.
 Keempat, ada yang mengatakan bahwa istilah Tasawuf dinisbatkan kepada orang-
orang dari Bani Shuffah.
 Kelima, Tasawuf ada yang menisbahkannya dengan kata istilah bahasa Girk atau
Yunani , yakni “sauf” ‫سوفى‬, istilah ini disamakan dengan kata “hikmah” ‫ حكمة‬yang
berarti kebijaksanaan.
 Keenam, ada juga yang mengatakan Tasawuf itu bersal dari kata “shaufanah” yaitu
sebangsa buah-buahan kecil yang berbulu-bulu, yang banyak sekali tumbuh di padang
pasir di tanah Arab, dan pakaian kaum sufi itu berbulu-bulu seperti buah itu pula,
dalam kesederhanaannya.
 Ketujuh, ada juga yang mengatakan Tasawuf itu berasal dari kata “shuf” (‫ )صوف‬yang
berarti bulu domba atau wol.

Definisi tasawuf secara terminologis adalah , :

 Menurut ‘Amir bin Usman Al-Makki. Ia pernah berkata,

‫أن يكون العبد فى كل وقت بما هوأولى فى الوقت‬

Artnya : “(Tasawuf) adalah melakukan sesuatu yang terbaik di setap saat.”

 Menurut Al-Junaidi. Ia mendefinisikn , “ Tasawuf adalah membersihkan hati dari apa


yang mengganggu perasaan makhluk , berjuang menanggalkan pengaruh budi yang
asal [instink] kita, memadamkan sifat-sifat kelemahan kita sebagai manusia, menjauhi
segala seruan hawa nafsu, mendekati sifat-sifat suci kerohanian, bergantung pada
ilmu-ilmu hakikat ,memakai barang-barang penting dan terlebih kekal, menaburkan
nasihat kepada semua orang, memegang janji dengan Allah dalam hal hakikat, dan
mengkuti contoh Rosulullah dalam hal syariat.
 Menurut Al- kanany,menytakan bahwa tasawuf adalah,

‫التصوف خلق فمن زاد عليك فى الخلق زاد عليك فى الصّفاء‬

“Tasawuf adalah akhlak mulia barang siapa yang bertambah baik ahlaknya , maka
bertambah pula kejernihan hatinya.” (dalam al-Qusyairi, 1940:139) .

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan, tasawuf adalah salah satu bidang studi
islam yang memusatkan perhatian pada pembersihan aspek rohani manusia yang dapat
menimbulkan akhlak mulia. Dengan demikian tasawuf atau sufisme adalah suatu istilah yang
lazim dipergunakan untuk mistisisme dalam Islam dengan tujuan pokok memperoleh
hubungan langsung dengan Tuhan. Dalam hal ini pokokpokok ajarannya tersirat dari Nabi
Muhammad SAW yang didiskusikan dengan para sahabatnya tentang apa-apa yang
diperolehnya dari Malaikat Jibril berkenaan dengan pokok-pokok ajaran Islam yakni: iman,
islam, dan ihsan1. Ketiga sendi ini diimplementasikan dalam pelaksanaan tasawuf.
1
Tiga segi ajaran ini sesuai dengan petunjuk hadits riwayat Bukhari dan Muslim.
Untuk mengetahui iman/rukun iman pelajarilah Ilmu Ushuluddin, untuk mengetahui
Islam/rukun Islam pelajari Ilmu Fiqih, dan untuk mengetahui ihsan pelajari Ilmu Tasawuf.
2.2 Tujuan Bertasawuf

Pada dasarnya hakikat Tasawuf adalah mendekatkan diri kepada Allah SWT. Melalui
penyucian diri dan perbuatan-perbuatan (amaliyah) Islam. Oleh karena itu, beberapa tujuan
Tasawuf adalah Ma’rifatullah (mengenal Allah secara mutlak dan lebih jelas). Inti sari ajaran
Tasawuf bertujuan memperoleh hubungan langsung dengan Allah SWT. Sehingga seseorang
akan merasa berada di hadirat-Nya. Esensi tasawuf bermuara pada hidup zuhud (tidak
mementingkan kemewahan duniawi). Tujuan hal ini dalam rangka dapat berhubunga
langsung dengan Tuhan; dengan perasaan benar-benar berada di hadirat Tuhan. Para sufi
menganggap ibadah yang diselenggarakan dengan cara formal (mahdhoh) belum merasa
cukup karena belum memenuhi kebutuhan spiritual kaum sufi2. Tasawuf memliki tujuan yang
baik yaitu kebersihan diri dan taqorrub kepada Allah SWT. Namun, Tasawuf tidak boleh
melanggar apa-apa ynag telah jelas diatur dalam Al-Qur’an dan As-sunnah , baik dalam
aqidah, pemahaman ataupun tata cara yang dilakukan, Mustafa Zuhri mengatakan bahwa
tujuan perbaikan akhlak itu, ialah untuk membersihkan kalbu dari kotoran-kotoran hawa
nafsu dan amarah sehingga hati menjadi suci dan bersih, bagaikan cermin yang dapat
menerima Nur cahaya Tuhan.

Ada beberapa peran Tasawuf dalam kehidupan modern, antara lain:

a. Menjadikan manusia berkepribadian yang saleh dan berakhlak baik

b. Lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.

c. Sebagai obat mengatasi krisis kerohanian manusia (dekadensi moral) .

2.3 Ruang Lingkup Pembahasan Ilmu Tasawuf

Tasawuf adalah nama lain dari “Mistisisme dalam islam”. Di kalangan orientalis barat
dikenal dengan sebutan “Sufisme”. Kata “Sufisme” merupakan istilah khusus mistisisme
islam. Sehingga kata “sufisme” tidak ada pada mistisisme agama-agama lain.Tasawuf
bertujuan untuk memperoleh suatu hubungan khusus langsung dari Tuhan. Hubungan yang
dimaksud mempunyai makna dengan penuh kesadaran, bahwa manusia sedang berada di

Lihat K. Permadi, Pengantar Ilmu Tasawuf, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), cet. II, h. 4
2
A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), cet. V, h. 206
hadirat Tuhan. Kesadaran tersebut akan menuju kontak komunikasi dan dialog antara ruh
manusia dengan Tuhan. Hal ini melalui cara bahwa manusia perlu mengasingkan diri.
Keberadaannya yang dekat dengan Tuhan akan berbentuk “Ijtihad” (bersatu) dengan Tuhan.
Demikian ini menjadi inti persoalan “Sofisme” baik pada agama islam maupun di
luarnya.Dengan pemikiran di atas, dapat dipahami bahwa “tasawuf/mistisisme islam” adalah
suatu ilmu yang mempelajari suatu cara, bagaimana seseorang dapat mudah berada di hadirat
Allah SWT (Tuhan). Maka gerakan “kejiwaan” penuh dirasakan guna memikirkan betul
suatu hakikat kontak hubung yang mampu menelaah informasi dari Tuhannya.Tasawuf atau
mistisisme dalam islam beresensi pada hidup dan berkembang mulai dari bentuk hidup
“kezuhudan” (menjauhi kemewahan duniawi). Tujuan tasawuf untuk bisa berhubungan
langsung dengan Tuhan. Dengan maksud ada perasaan benar-benar berada di hadirat Tuhan.
Para sufi beranggapan bahwa ibadah yang diselenggarakan dengan cara formal belum
dianggap memuaskan karena belum memenuhi kebutuhan spiritual kaum sufi. Dengan
demikian, maka tampaklah jelas bahwa ruang lingkup ilmu tasawuf itu adalah hal-hal yang
berkenaan dengan upaya-upaya/cara-cara untuk mendekatkan diri kepada Tuhan yang
bertujuan untuk memperoleh suatu hubungan khusus secara langsung dari Tuhan.Ilmu
tasawuf yang pada dasarnya bila dipelajari secara esensial mengandung empat unsur3, yaitu :

1. Metafisika, yaitu hal-hal yang di luar alam dunia atau bisa juga dikatakan sebagai
ilmu ghoib. Di dalam Ilmu Tasawuf banyak dibicarakan tentang masalah-masalah
keimanan tentang unsur-unsur akhirat, dan cinta seorang sufi terhadap Tuhannya4.

2. Etika, yaitu ilmu yang menyelidiki tentang baik dan buruk dengan melihat pada
amaliah manusia. Dalam Ilmu Tasawuf banyak sekali unsur-unsur etika, dan ajaran-
ajaran akhlak

3. Psikologi, yaitu masalah yang berhubungan dengan jiwa. Psikologi dalam pandangan
tasawuf sangat berbeda dengan psikologi modern. Psikologi modern ditujukan untuk
menyelidiki manusia bagi orang lain, yakni jiwa orang lain yang diselidikinya.
Sedangkan psikologi dalam tasawuf memfokuskan penyelidikan terhadap diri sendiri,
yakni diarahkan terhadap penyadaran diri sendiri dan menyadari kelemahan dan
kekurangan dirinya untuk kemudian memperbaiki menuju kesempurnaan nilai pribadi
yang mulya.

3
Moh. Saifullah al-Aziz S., Risalah Memahami Ilmu Tashawwuf, (Surabaya: Terbit Terang, tt.), h. 29.
4
QS. 18:110
4. Estetika, yaitu ilmu keindahan yang menimbulkan seni. Untuk meresapkan seni dalam
diri, haruslah ada keindahan dalam diri sendiri. Sedangkan puncak keindahan itu
adalah cinta. Jalan yang ditempuh untuk mencapai keindahan menurut ajaran tasawuf
adalah tafakur, merenung hikmah-hikmah ciptaan Allah. Dengan begitu akan
tersentuh kebesaran Allah dengan banyak memuji dan berdzikir kehadirat-Nya. Oleh
karena itu, dengan senantiasa bertafakur dan merenungkan segala ciptaan Allah, maka
akan membuahkan pengenalan terhadap Allah yang merupakan keni’matan bagi ahli
sufi. Hal ini bersumber pada mahabbah, rindu, ridho melalui tafakkur, dan amal-amal
shalih.5

2.4 Hubungan Ilmu Tasawuf dengan Ilmu lain

 Hubungan Tasawuf dengan Ilmu Kalam


Ilmu kalam merupakan disiplin ilmu keIslaman yang banyak mengedepankan
pembicaraan tentang persoalan-persoalan kalam Tuhan. Pembicaraan materi-materi
yang tercakup dalam ilmu kalam terkesan tidak menyentuh dzauq (rasa rohaniah)
sebagai contoh ilmu tauhid menerangkan bahwa Allah bersifat sama’ (mendengar),
qudrah (kuasa), hayat (hidup), dan sebagainya.Secara etimologis ilmu kalam berarti
pembicaraan atau perkataan. Di dalam lapisan pemikiran Islam, istilah kalam
memiliki dua pengertian: pertama, Sabda Allah (The Word of God), dan kedua, lebih
menunjukkan kepada teologi dogmatik dalam Islam. Perkataan “kalam” sebenarnya
merupakan suatu istilah yang sudah tidak asing lagi, khususnya bagi kaum muslimin.
Secara harfiyah, perkataan “kalam” dapat ditemukan baik dalam Al-Qur’an maupun
di berbagai sumber lain.
Dalam kaitannya dengan ilmu kalam, ilmu tasawuf berfungsi sebagai pemberi
wawasan spiritual dalam pemahaman kalam. Penghayatan yang mendalam melalui
hati (dzauq dan wijdan) terhadap ilmu tauhid atau ilmukalm menjadikan ilmu in lebih
terhayati atau teraplikasikan dalam perilaku. Dengan demikian, ilmu tasawuf
merupakan penyempurna ilmu tauhid jika dilihat dari sudut pandang bahwa ilmu
tasawuf merupakan sisi terapan rohaniah dari ilmu tauhid. Ilmu kalam pun berfungsi
sebagai pengendali ilmu tasawuf. Oleh karena itu, jika timbul aliran yang
bertentangan dengan akidah, atau lahir kepercayaan baru yang bertentangan dengan
Al-Qur’an, As Sunnah, hal itu merupakan penyimpangan atau penyelewengan. Jika
bertentangan atau tidak pernah diriwayatkan dalam Al-Qur’an dan As Sunnah, atau
5
Moh. Saifullah al-Aziz, Op.Cit., h. 39
belum pernah diriwayatkan oleh ulama-ulama salaf, hal itu harus ditolak. Selain itu
ilmu tasawuf mempuyai fungsi sebagai pemberi kesadaran rohaniah dalam
perdebatan-perdebatan kalam. Sebagaimana disebutkan bahwa ilmu kalam dalam
dunia islam cenderung mengandung muatan naqliah. Jika tidak diimbangi dengan
kesadaran rohaniah, ilmu kalam akan bergerak kearah yang lebih liberal dan bebas.
Disinilah ilmu tasawuf berfungsi memberi muatan rohaniah sehingga ilmu kalam
tidak dikesankan sebagai dialektika keislaman belaka, yang kering dari kesadaran
penghayatan atau sentuhan secara qalbiyah (hati).
 Huungan Tasawuf dengan Ilmu Filsafat
Hubungan antara akhlak tasawuf dengan filsafat, sejak awal pertumbuhannya
menyisakan sebuah persoalan, yang penyelesaiannya sangat memerlukan pikiran
jernih. Hal tersebut tidak saja karena Al-Ghazali dianggap sebagai ulama yang
berhasil dalam merekonsiliasi berbagai ilmu yang berkembang saat itu, tetapi justru
al-Ghazali sendiri oleh beberapa ahli dianggap sebagai penghalang dari
perkembangan dan pertumbuhan filsafat. Dalam kitab Tahafutu al-falasifah, al-
Ghazali terang-terangan menampakkan kebencian-kebenciannya kepada filsafat dan
bahkan kebenciannya itu mengarah kepada pengkafiran para filsuf. Namun demikian,
menurut Syafi’I Ma’arif, bahwa anggapan yang menuduh al-Ghazali harus
bertanggung jawab bagi merosotnya pemikiran bebas di dunia Sunni adalah anggapan
yang dipandang agak kurang cerdas dan bahkan mungkin mempunyai kadar
kedzaliman. Kemacetan berfikir di dunia islam, khususnya di dunia sunni adalah
merupakan fenomena sosioligis yang sangat komplek. Demikian kompleknya
sehingga tuduhan terhadap al-Ghazali sebagai penyebab utama dari kemacetan itu,
tidak atau kurang punya dasar. Apa yang disampaikan Syafi’I Maarif tersebut benar
adanya. Hal ini disebabkan bahwa ketika al-Ghazali membela sebuah pemahaman
bahwa yang maujud itu pada hakikatnya hanyalah Allah swt, al-Ghazali juga
menggunakan logika dan filsafat. Dalam kitabnya Miskhatu al-Anwar, al-Ghazali
menerangkan bahwa pada hakikatnyasegala sesuatu itu binasa sejak azali, sejak
permulaan hingga untuk selamanya. Hal ini dikarenakan segala sesuatu selain Allah,
bila ditinjau dari keberadaannya sendiri adalah ketiadaan yang murni. Bila ditinjau
dari arah datangnya keberadaannya, dari sumber pertama yanghak, dapatlah disadari
bahwa ia, maujud bukan pada dirinya sendiri, tetapi dari arah Allah yang telah
mewujudkannya. Dengan demikian, yang disebut maujud itu adalah hanya Allah saja.
Dengan demikian, agar tasawuf menjadi lebih segar dan lebih antisipatif, khususnya
dalam hal menempatkan sifat sabar, syukur, qonnaah, tawakkal, dan zuhud pada
tempatnya yang proporsional dan tidak terjebak pada fatalis dan dominasi mitos,
maka filsafat menjadi sesuatu yang sangat diperlukan dalam melengkapi tasawuf.
Demikian juga sebaliknya, agar filasafat tidak hanya menghasilkan sesuatu yang
hanya bersifat deduktif idealistis, dimana kebenaran hanya mengangkasa, maka nalar
intuisi yang dikembangkan tasawuf menjadi sesuatu yang niscaya, untuk menjdikan
kebenaran filsafat tersebut menjadi lebih terinternalisasi dalam penghayatan iman
yang sempurna. Benarlah apa yang dikatakan Murtadha mutahhari, bahwa bila filsafat
dan ilmu kalam adalah untuk mengetahui dan mengenali kebenaran maka tasawuf
adalah suatu lompatan dan penyatuan serta peleburan kedalam kebenaran itu.
Kemudian, agar apa yang ditemukan oleh tasawuf dan filsafat dari sebuah kebenaran
dapat terimplementasi secara konkret dalam pentas kehidupan, maka ilmu akhlak
mejadi suatu keharusan menyertai tasawuf dan filsafat.
 Hubungan Tasawuf dengan Ilmu Fiqih
Disinilah pangkal Ilmu Tasawuf, Ilmu tasawuf berhasil memberikan corak batin
terhadap ilmu fiqih, corak batin yang dimaksud adalah ikhlas dan khusyuk berikut
jalannya masing-masing. Bahkan, ilmu ini mampu menumbuhkan kesiapan manusia
untuk melaksanakan hukum-hukum fiqih karena pelaksanaan kewajiban manusia
tidak akan sempurna tanpa perjalanan rohaniah. Ilmu tasawuf dan ilmu fiqih adalah
dua disiplin ilmu yang saling melengkapi. Setiap orang harus menempuh keduanya,
dengan catatan bahwa kebutuhan perseorangan terhadap ilmu ini sangat beragam
sesuai dengan kadar kualitas ilmunya.Dari sini dapat dipahami bahwa ilmu fikih, yang
terkesan sangat formalistik – lahiriyah, menjadi sangat kering, kaku, dan tidak
mempunyai makna bagi penghambaan seseorang jika tidak diisi dengan muatan
kesadaran rohaniyah yang dimiliki ilmu tasawuf. Begitu juga sebaliknya, tasawuf
akan terhindar dari sikap-sikap ”merasa suci” sehingga tidak perlu lagi
memperhatikan kesucian lahir yang diatur dalam ilmu fikih.
 Hubungan Tasawuf dengan Ilmu Psikologi
Dalam pembahasan tasawuf dibicarakan tentang hubungan jiwa dengan badan agar
tercipta keserasian diantara keduanya. Pembahasan tentang jiwa dengan badan ini
dikonsepsikan para sufi untuk melihat sejauh mana hubungan perilaku yang
dipraktekkan manusia dengan dorongan yang dimunculkan jiwanya sehingga
perbuatan itu dapat terjadi dan hal itu menyebabkan mental seseorang menjadi kurang
sehat karena jiwanya tidak terkendali. Menurut sebagian ahli tasawuf, An-Nafs (jiwa)
adalah roh dan jasad melahirkan pengaruh yang ditimbulkan oleh jasad dan roh.
Pengaruh-pengaruh ini akhirnya memunculkan kebutuhan-kebutuhan jasad yang
dibangun oleh roh jika jasad tidak memiliki tuntutan-tuntutan yang tidak sehat dan
disitu tidak terdapat kerja pengekangan nafsu, sedangkan qalbu (hati) tetap sehat,
tuntutan-tuntutan jiwa terus berkembang, sedangkan jasad menjadi binasa karena
melayani hawa nafsu.Semua praktek dan amalan-amalan dalam tasawuf adalah
merupakan latihan rohani dan latihan jiwa untuk melakukan pendakian spiritual
kearah yang lebih baik dan lebih sempurna. Dengan demikian, amalan-amalan
tasawuf tersebut adalah bertujuan untuk mencari ketenangan jiwa dan keberhasilan
ahli agar lebih kokoh dalam menempuh liku-liku problem hidup yang beraneka ragam
serta untuk mencari hakekat kebenaran yang dapat mengatur segala-galanya dengan
baik. Tasawuf dengan metode akhlaknya, tahali, takhalli dan tajalli. Akan dapat
mengantar apa yang belum selesai dari psikis rohaniah manusia menuju kondisi jiwa
yang diinginkan. Kondisi jiwa yang diinginkan itu, menurut al-Qur’an adalah nafsu
al-mutmainnah, yaitu kondisi jiwa yang berada dalam posisi sedekat-dekatnya
bersama Allah SWT. Tasawuf tidak akan meninggalkan psikologi oleh sebab adanya
peristiwa konversi agama dan lain-lain. Tidak bisa hanya dilihat dari sisi hidayah dan
takdir semata, tetapi dapat juga dilihat daari latar belakang perilaknya sebagai suatu
fenomena psikologis.

2.5 Manfaat Mempelajari Ilmu Tasawuf

Faedah mempelajari Ilmu Tasawuf ialah membersihkan hati agar sampai


kepada Ma’rifat Allah SWT. Sebagai Ma’rifat yang sempurna untuk keselamatan
diakhirat dan mendapatkan keridhaan Allah SWT. Dan mendapat kebahagiaan abadi .
Perlunya tasawuf dimasyarakatkan dalam pandangan Komaruddin Hidayat6 terdapat
tiga tujuan. Pertama, turut serta terlibat dalam berbagai peran dalam menyelamatkan
kemanusiaan dari kondisi kebingungan akibat hilangnya nilai-nilai spiritual. Kedua,
mengenalkan literatur atau pemahaman tentang aspek esoteris (kebatinan) Islam, baik
terhadap masyarakat Islam yang mulai melupakannya maupun di kalangan
masyarakat non-Islam. Ketiga, untuk memberikan penegasan kembali bahwa
sesungguhnya aspek esoteris Islam, yakni sufisme adalah jantung ajaran Islam,
6
Pandangan ini sebagaimana dikutip oleh Abuddin Nata. Ibid., h. 294-295
sehingga bila wilayah ini kering dan tidak berdenyut, makakeringlah aspek-aspek lain
dalam ajaran Islam.Dengan adanya bantuan Tasawuf , maka ilmu pengetahuan satu
dengan yang lainnya tidak akan bertabrakan, karena ia berada dalam satu jalan dan
satu tujuan . Juga Untuk memperoleh hubungan langsung dan disadari denganTuhan,
sehingga seseorang merasa berada di hadirat-Nya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tasawuf merupakan salah satu bidang study islam yang memusatkan perhatian pada
pembersihan aspek rohani manusia yang dapat menimbulkan akhlak mulia.Kemudian obyek
kajian tasawuf adalah hati atau jiwa manusia , pembahasan tasawuf lebih banyak
menekankan pada masalah jiwa manusia secara immateri Tasawuf memliki tujuan yang baik
yaitu kebersihan diri dan taqorrub kepada Allah SWT. Yakni memperoleh hubungan
langsung dengan Allah SWT. Sehingga seseorang akan merasa berada di hadirat-Nya. Faedah
Tasawuf ialah membersihkan hati agar sampai kepada Ma’rifat Allah SWT. Sebagai Ma’rifat
yang sempurna untuk keselamatan diakhirat dan mendapatkan keridlaan Allah SWT. Dan
mendapat kebahagiaan.

DAFTAR PUSTAKA

Syukur Amin.1999. Menggugat Tasawuf. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


Umarie Barmawie. 1966. Sistematika Tasawuf. Solo: Penerbit Siti Syamsiyah.
Solihin Muhammad, Rosihon Anwar. 2008. Ilmu Tasawuf. Bandung : CV Pustaka Setia.
Suryadilaga M. Alfatih, dkk.2008. Miftahus Sufi. Yogyakarta:Teras.
Syuha Harjan, dkk.2011. Aqidah Akhlak MA kelas Xl. PT Bumi Aksara
Agama RI Departemen.2005. Al-qur’an dan Terjemahnya.Jakarta: PT. Syaamil ,
Guru Bina PAI MA Tim Musyawarah.tt.Aqidah- Akhlak kelas Xl Semester
Genap.Semarang:CV Akik Pusaka

Anda mungkin juga menyukai