Dosen Pengampu :
Kelompok 13 :
2021
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada saya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah berjudul Konsep
Dasar Ilmu Tasawuf ini dengan tepat waktu.
Penulisan makalah ini guna melengkapi atau memenuhi salah satu tugas mata kuliah “
Akhlak Tasawuf”. Dengan terselesaikannya makalah yang berjudul “ Konsep Dasar Ilmu
Tasawuf” penulis dengan ikhlas menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu baik langsung maupun tidak langsung khususnya kepada dosen pembimbing Mata
Kuliah Akhlak Tasawuf Ibu Dr. Rianawati, M.Ag.
Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar…………………………………………………………………………….…..0
Daftar Isi………………………………………………………………………………...……..0
Bab I : Pendahuluan
Bab II : Pembahasan
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………….0
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
Sufisme atau tasawuf adalah ilmu untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa,
menjernihan akhlak, membangun lahir dan batin serta untuk memperoleh kebahagian yang
abadi. Tasawuf pada awalnya merupakan gerakan zuhud dalam Islam, dan dalam
perkembangannya melahirkan tradisi mistisme Islam.
PEMBAHASAN
Tasawuf dan Islam tidak dapat dipisahkan , Tasawuf sebagai ilmu keislaman yaitu
hasil kebudayaan Islam sebagaimana ilmu-ilmu lainnya, mempelajari ilmu Tasawuf adalah
penting, telah diketahui bahwa dahulu masa kerasulan Nabi Muhammad SAW. adalah untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia dan sejarah mencatat bahwa factor pendukung
keberhasilan dakwah beliau itu antara lain karena dukungan akhlaknya yang prima. Tasawuf
sebagai perwujudan dari ihsan, yang berarti ibadah kepada Allah seakan-akan melihat-Nya.,
apabila tidak mampu demikian, maka harus didasari bahwa Dia melihat dari kita, adalah
kualitas penghayatan dari seseorang terhadap agamanya. Dengan demikian tasawuf
sebagaimana mistisme pada umumnya, bertujuan membangun dorongan-dorongan yang
terdalam pada diri manusia.
Secara etimologi, definisi tasawuf terdiri atas beberapa macam pengertian berikut:
pertama, tasawuf berasal dari istilah yang dikonotaskan dengan “ahlu suffah” ( أهل
) الصفةyang berarti sekelompok orang pada masa Rosulullah yang hidupnya diisi
dengan banyak berdiam di serambi-serambi masjid , dan mereka mengabdikan
hidupnya untuk beribadah kepada Allah, atau para sahabat Anshar yang berada
diemperan masjid Nabawi.
Kedua, ada yang mengatakan Tasawuf itu berasal dari kata “shafa” ( )صفا ءmaksudnya
adalah orang-orang yang menyucikan dirinya di hadapan Tuhan-Nya.
Ketiga, ada yang mengatakan bahwa istilah Tasawuf dari kata “shaf” ( )صفadalah
barisan atau orang yang ketika shalat selalu berada di saf yang paling depan.
Keempat, ada yang mengatakan bahwa istilah Tasawuf dinisbatkan kepada orang-
orang dari Bani Shuffah.
Kelima, Tasawuf ada yang menisbahkannya dengan kata istilah bahasa Girk atau
Yunani , yakni “sauf” سوفى, istilah ini disamakan dengan kata “hikmah” حكمةyang
berarti kebijaksanaan.
Keenam, ada juga yang mengatakan Tasawuf itu bersal dari kata “shaufanah” yaitu
sebangsa buah-buahan kecil yang berbulu-bulu, yang banyak sekali tumbuh di padang
pasir di tanah Arab, dan pakaian kaum sufi itu berbulu-bulu seperti buah itu pula,
dalam kesederhanaannya.
Ketujuh, ada juga yang mengatakan Tasawuf itu berasal dari kata “shuf” ( )صوفyang
berarti bulu domba atau wol.
“Tasawuf adalah akhlak mulia barang siapa yang bertambah baik ahlaknya , maka
bertambah pula kejernihan hatinya.” (dalam al-Qusyairi, 1940:139) .
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan, tasawuf adalah salah satu bidang studi
islam yang memusatkan perhatian pada pembersihan aspek rohani manusia yang dapat
menimbulkan akhlak mulia. Dengan demikian tasawuf atau sufisme adalah suatu istilah yang
lazim dipergunakan untuk mistisisme dalam Islam dengan tujuan pokok memperoleh
hubungan langsung dengan Tuhan. Dalam hal ini pokokpokok ajarannya tersirat dari Nabi
Muhammad SAW yang didiskusikan dengan para sahabatnya tentang apa-apa yang
diperolehnya dari Malaikat Jibril berkenaan dengan pokok-pokok ajaran Islam yakni: iman,
islam, dan ihsan1. Ketiga sendi ini diimplementasikan dalam pelaksanaan tasawuf.
1
Tiga segi ajaran ini sesuai dengan petunjuk hadits riwayat Bukhari dan Muslim.
Untuk mengetahui iman/rukun iman pelajarilah Ilmu Ushuluddin, untuk mengetahui
Islam/rukun Islam pelajari Ilmu Fiqih, dan untuk mengetahui ihsan pelajari Ilmu Tasawuf.
2.2 Tujuan Bertasawuf
Pada dasarnya hakikat Tasawuf adalah mendekatkan diri kepada Allah SWT. Melalui
penyucian diri dan perbuatan-perbuatan (amaliyah) Islam. Oleh karena itu, beberapa tujuan
Tasawuf adalah Ma’rifatullah (mengenal Allah secara mutlak dan lebih jelas). Inti sari ajaran
Tasawuf bertujuan memperoleh hubungan langsung dengan Allah SWT. Sehingga seseorang
akan merasa berada di hadirat-Nya. Esensi tasawuf bermuara pada hidup zuhud (tidak
mementingkan kemewahan duniawi). Tujuan hal ini dalam rangka dapat berhubunga
langsung dengan Tuhan; dengan perasaan benar-benar berada di hadirat Tuhan. Para sufi
menganggap ibadah yang diselenggarakan dengan cara formal (mahdhoh) belum merasa
cukup karena belum memenuhi kebutuhan spiritual kaum sufi2. Tasawuf memliki tujuan yang
baik yaitu kebersihan diri dan taqorrub kepada Allah SWT. Namun, Tasawuf tidak boleh
melanggar apa-apa ynag telah jelas diatur dalam Al-Qur’an dan As-sunnah , baik dalam
aqidah, pemahaman ataupun tata cara yang dilakukan, Mustafa Zuhri mengatakan bahwa
tujuan perbaikan akhlak itu, ialah untuk membersihkan kalbu dari kotoran-kotoran hawa
nafsu dan amarah sehingga hati menjadi suci dan bersih, bagaikan cermin yang dapat
menerima Nur cahaya Tuhan.
Tasawuf adalah nama lain dari “Mistisisme dalam islam”. Di kalangan orientalis barat
dikenal dengan sebutan “Sufisme”. Kata “Sufisme” merupakan istilah khusus mistisisme
islam. Sehingga kata “sufisme” tidak ada pada mistisisme agama-agama lain.Tasawuf
bertujuan untuk memperoleh suatu hubungan khusus langsung dari Tuhan. Hubungan yang
dimaksud mempunyai makna dengan penuh kesadaran, bahwa manusia sedang berada di
Lihat K. Permadi, Pengantar Ilmu Tasawuf, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), cet. II, h. 4
2
A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), cet. V, h. 206
hadirat Tuhan. Kesadaran tersebut akan menuju kontak komunikasi dan dialog antara ruh
manusia dengan Tuhan. Hal ini melalui cara bahwa manusia perlu mengasingkan diri.
Keberadaannya yang dekat dengan Tuhan akan berbentuk “Ijtihad” (bersatu) dengan Tuhan.
Demikian ini menjadi inti persoalan “Sofisme” baik pada agama islam maupun di
luarnya.Dengan pemikiran di atas, dapat dipahami bahwa “tasawuf/mistisisme islam” adalah
suatu ilmu yang mempelajari suatu cara, bagaimana seseorang dapat mudah berada di hadirat
Allah SWT (Tuhan). Maka gerakan “kejiwaan” penuh dirasakan guna memikirkan betul
suatu hakikat kontak hubung yang mampu menelaah informasi dari Tuhannya.Tasawuf atau
mistisisme dalam islam beresensi pada hidup dan berkembang mulai dari bentuk hidup
“kezuhudan” (menjauhi kemewahan duniawi). Tujuan tasawuf untuk bisa berhubungan
langsung dengan Tuhan. Dengan maksud ada perasaan benar-benar berada di hadirat Tuhan.
Para sufi beranggapan bahwa ibadah yang diselenggarakan dengan cara formal belum
dianggap memuaskan karena belum memenuhi kebutuhan spiritual kaum sufi. Dengan
demikian, maka tampaklah jelas bahwa ruang lingkup ilmu tasawuf itu adalah hal-hal yang
berkenaan dengan upaya-upaya/cara-cara untuk mendekatkan diri kepada Tuhan yang
bertujuan untuk memperoleh suatu hubungan khusus secara langsung dari Tuhan.Ilmu
tasawuf yang pada dasarnya bila dipelajari secara esensial mengandung empat unsur3, yaitu :
1. Metafisika, yaitu hal-hal yang di luar alam dunia atau bisa juga dikatakan sebagai
ilmu ghoib. Di dalam Ilmu Tasawuf banyak dibicarakan tentang masalah-masalah
keimanan tentang unsur-unsur akhirat, dan cinta seorang sufi terhadap Tuhannya4.
2. Etika, yaitu ilmu yang menyelidiki tentang baik dan buruk dengan melihat pada
amaliah manusia. Dalam Ilmu Tasawuf banyak sekali unsur-unsur etika, dan ajaran-
ajaran akhlak
3. Psikologi, yaitu masalah yang berhubungan dengan jiwa. Psikologi dalam pandangan
tasawuf sangat berbeda dengan psikologi modern. Psikologi modern ditujukan untuk
menyelidiki manusia bagi orang lain, yakni jiwa orang lain yang diselidikinya.
Sedangkan psikologi dalam tasawuf memfokuskan penyelidikan terhadap diri sendiri,
yakni diarahkan terhadap penyadaran diri sendiri dan menyadari kelemahan dan
kekurangan dirinya untuk kemudian memperbaiki menuju kesempurnaan nilai pribadi
yang mulya.
3
Moh. Saifullah al-Aziz S., Risalah Memahami Ilmu Tashawwuf, (Surabaya: Terbit Terang, tt.), h. 29.
4
QS. 18:110
4. Estetika, yaitu ilmu keindahan yang menimbulkan seni. Untuk meresapkan seni dalam
diri, haruslah ada keindahan dalam diri sendiri. Sedangkan puncak keindahan itu
adalah cinta. Jalan yang ditempuh untuk mencapai keindahan menurut ajaran tasawuf
adalah tafakur, merenung hikmah-hikmah ciptaan Allah. Dengan begitu akan
tersentuh kebesaran Allah dengan banyak memuji dan berdzikir kehadirat-Nya. Oleh
karena itu, dengan senantiasa bertafakur dan merenungkan segala ciptaan Allah, maka
akan membuahkan pengenalan terhadap Allah yang merupakan keni’matan bagi ahli
sufi. Hal ini bersumber pada mahabbah, rindu, ridho melalui tafakkur, dan amal-amal
shalih.5
DAFTAR PUSTAKA