Anda di halaman 1dari 19

RESUME DAN ASUHAN KEPERAWATAN INFEKSI POST PARTUM

(PUERPERALIS)

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Mata Ajar Maternitas I

Dosen Pembimbing: Inggrid Dirgahayu, S,Kp.,M.Km

Disusun Oleh:

UCU ADAM MUDIN 191FK03122

Kelas: 2C

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA

2021
RESUME

A. Pengertian

a. Nifas atau puerperium adalah periode waktu atau masa dimana


organ-organ reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil.
Masa ini membutuhkan waktu sekitar enam minggu (Fairer,
Helen, 2001:225)

 b. Infeksi nifas adalah infeksi pada dan melalui traktus genetalis
setelah persalinan. Suhu 38 °C atau lebih yang terjadi antara hari
ke 2-10 postpartum dan diukur peroral sedikitnya empat kali
sehari.

Masa Nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran placenta


dan berakhir ketika alat –  alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil dan berlangsung kira - kira 6 minggu.

Setelah persalinan,terjadi beberapa perubahan penting


diantaranya makin meningkatkan

 pembentikan urine untuk mengurangi hemodilusi darah,terjadi


beberapa penyerapan bahan tertentu melalui pembuluh darah
venasehingga mengalami peningkatan suhu badan sekitar  0,5¬¬C
yang bukan merupakan keadaan patologis menyimpang pada hari
pertama. Perlukaan karena persalinan merupakan tempat masuknya
kuman ke dalam tubuh,sehingga menimbulkan infeksi pada kala
nifas.

Infeksi kala nifas adalah infeksi-perdangan pada semua alat


genetalia pada masa nifas oleh sebab apapun dengan kententuan
meningkatnya suhu badan melebihi 38 C tanpa menghitung hari
pertama dan berturut-turut selama 2 hari. Masuknya kuman-kuman
dapat terjadi dalam kehamilan,waktu persalinan dan nifas. Hal ini
dapat mengakibatkan demam nifas yaitu demam dalam nifas.
B. Jenis-Jenis Infeksi

a. Infeksi pada perineum, vulva, vagina dan serviks

Gejalanya berupa rasa nyeri serta panas pada tempat infeksi


dan kadang-kadang perih bila kencing. Bila getah radang bisa
keluar, biasanya keadaannya tidak berat, suhu sekitar 38°C dan
nadi di bawah 100 per menit. Bila luka terinfeksi tertutup oleh
jahitan dan getah radang tidak  dapat keluar, demam bisa naik
sampai 39 – 40°C dengan kadang-kadang disertai menggigil.
b. Endometritis

Jenis infeksi yang paling sering ialah endometritis. Kuman-


kuman memasuki endometrium, biasanya pada luka bekas
insersio plasenta, dan dalam waktu singkat mengikutsertakan
seluruh endometrium. Pada infeksi dengan kuman yang tidak
seberapa patogen radang terbatas pada endometritium.

Gambaran klinik tergantung jenis dan virulensi kuman, daya


tahan penderita, dan derajat trauma pada jalan lahir. Biasanya
demam mulai 48 jam postpartum dan bersifat naik turun
(remittens). His royan dan lebih nyeri dari biasa dan lebih lama
dirasakan. Lochia bertambah banyak, berwarna merah atau coklat
dan berbau. Lochia berbau tidak selalu menyertai endometritis
sebagai gejala. Sering ada sub involusi. Leucocyt naik antara
15000-30000/mm³. Kadang-kadang lokia tertahan oleh darah,
sisa-sisa plasenta dan selaput ketuban.

Keadaan ini dinamakan lokiametra dan dapat menyebabkan


kenaikan suhu. Uterus pada endometritis agak membesar, serta
nyeri pada perabaan dan lembek. Pada endometritis yang
tidak meluas, penderita merasa kurang sehat dan nyeri perut
pada hari-hari pertama. Mulai hari ke-3 suhu meningkat, nadi
menjadi cepat, akan tetapi dalam beberapa hari suhu dan nadi
menurun dan dalam kurang lebih satu minggu keadaan sudah
normal kembali. Lokia pada endometritis, biasanya bertambah
dan kadang-kadang berbau. Hal ini tidak boleh dianggap
infeksinya berat. Malahan infeksi berat kadang-kadang disertai
oleh lokia yang sedikit dan tidak  berbau.
Sakit kepala, kurang tidur dan kurang nafsu makan dapat
mengganggu penderita. Kalau infeksi tidak meluas maka suhu turun
dengan berangsur-angsur dan turun pada hari ke 7-10. Pasien
sedapatnya diisolasi, tapi bayi boleh terus menyusu pada
ibunya. Untuk kelancaran
 pengaliran lochia, pasien boleh diletakkan dalam letak fowler
dan diberi juga uterustonika.
Pasien disuruh minum banyak 
c. Septicemia dan piemia
Kedua-duanya merupakan infeksi berat namun gejala-gejala
septicemia lebih mendadak dari  piemia. Pada septicemia, dari
permulaan penderita sudah sakit dan lemah. Sampai tiga hari
postpartum suhu meningkat dengan cepat, biasanya disertai
menggigil. Selanjutnya, suhu  berkisar antara 39 – 40°C,
keadaan umum cepat memburuk, nadi menjadi cepat (140 – 160
kali/menit atau lebih). Penderita meninggal dalam enam sampai
tujuh hari postpartum. Jika ia hidup terus, gejala-gejala menjadi
seperti piemia.
Pada piemia, penderita tidak lama postpartum sudah merasa
sakit, perut nyeri, dan suhu agak  meningkat. Akan tetapi gejala-
gejala infeksi umum dengan suhu tinggi serta menggigil terjadi
setelah kuman-kuman dengan embolus memasuki peredaran
darah umum. Suatu ciri khusus pada
 piemia ialah berulang-ulang suhu meningkat dengan cepat
disertai menggigil, kemudian diikuti oleh turunnya suhu. Ini
terjadi pada saat dilepaskannya embolus dari tromboflebitis
pelvika. Lambat laun timbul gejala abses pada paru-paru,
pneumonia dan pleuritis. Embolus dapat pula menyebabkan
abses-abses di beberapa tempat lain

d. Parametritis
Parametritis adalah infeksi jaringan pelvis yang dapat
terjadi beberapa jalan : Penyebaran melalui limfe dari luka
serviks yang terinfeksi atau dari endometritis.

Penyebaran langsung dari luka pada serviks yang meluas


sampai ke dasar ligamentum. Penyebaran sekunder dari
tromboflebitis. Proses ini dapat tinggal terbatas pada dasar
ligamentum latum atau menyebar ekstraperitoneal ke semua
jurusan. Jika menjalar ke atas, dapat diraba pada dinding perut
sebelah lateral di atas ligamentum inguinalis, atau pada fossa
iliaka.
Parametritis ringan dapat menyebabkan suhu yang meninggi
dalam nifas. Bila suhu tinggi menetap lebih dari seminggu
disertai rasa nyeri di kiri atau kanan dan nyeri pada
pemeriksaan dalam, hal ini patut dicurigai terhadap
kemungkinan parametritis. Pada perkembangan proses
 peradangan lebih lanjut gejala-gejala parametritis menjadi
lebih jelas. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan
padat dan nyeri di sebelah uterus dan tahanan ini yang
berhubungan erat dengan tulang panggul, dapat meluas ke
berbagai jurusan. Di tengah-tengah jaringan yang meradang itu
bisa tumbuh abses. Dalam hal ini, suhu yang mula-mula
tinggi secara menetap menjadi naik-turun disertai dengan
menggigil. Penderita tampak sakit, nadi cepat, dan perut
nyeri. Dalam dua pentiga kasus tidak terjadi pembentukan
abses, dan suhu menurun dalam
 beberapa minggu. Tumor di sebelah uterus mengecil sedikit demi
sedikit, dan akhirnya terdapat  parametrium yang kaku. Jika terjadi
abses, nanah harus dikeluarkan karena selalu ada bahaya  bahwa
abses mencari jalan ke rongga perut yang menyebabkan peritonitis,
ke rektum, atau ke kandung kencing.
e. Peritonitis

Peritonitis dapat berasal dari penyebaran melalui pembuluh


limfe uterus, parametritis yang meluas ke peritoneum, salpingo-
ooforitis meluas ke peritoneum atau langsung sewaktu tindakan
 perabdominal. Peritonitis nifas bisa terjadi karena meluasnya
endometritis, tetapi dapat juga ditemukan bersama-sama dengan
salpingo-ooforitis dan sellulitis pelvika. Selanjutnya, ada
kemungkinan bahwa abses pada sellulitis pelvika mengeluarkan
nanahnya ke rongga peritoneum dan menyebabkan peritonitis.
Peritonitis, yang tidak menjadi peritonitis umum, terbatas
pada daerah pelvis. Gejala- gejalanya tidak seberapa berat
seperti pada peritonitis umum. Penderita demam, perut bawah
nyeri, tetapi keadaan umum tetap baik. Pada pelvioperitonitis
bisa terdapat pertumbuhan abses.
 Nanah yang biasanya terkumpul dalam kavum douglas harus
dikeluarkan dengan kolpotomia

 posterior untuk mencegah keluarnya melalui rektum atau kandung


kencing.

Peritonitis umum disebabkan oleh kuman yang sangat


patogen dan merupakan penyakit berat. Suhu meningkat
menjadi tinggi, nadi cepat dan kecil, perut kembung dan nyeri,
ada defense musculaire. Muka penderita, yang mula-mula
kemerah-merahan, menjadi pucat, mata cekung, kulit muka
dingin; terdapat apa yang dinamakan facies hippocratica.
Mortalitas peritonitis umum tinggi. Peritonitis yang terlokalisir
hanya dalam rongga pelvis disebut pelvioperitonitis, bila
meluas ke seluruh rongga peritoneum disebut peritonitis umum,
dan ini sangat berbahaya yang menyebabkan kematian 33% dari
seluruh kematian akibat infeksi.
f.Salpingitis dan ooforitis

Gejala salpingitis dan ooforitis tidak dapat di pisahkan dari pelvio


peritonitis.

C. Pencegahan Infeksi Nifas

Lusa (2011) mengemukakan bahwa, infeksi nifas dapat


timbul selama kehamilan, persalinan dan masa nifas, Sehingga
pencegahannya berbeda.

1) Selama kehamilan
Pencegahan infeksi selama kehamilan, antara lain:

⇨ Perbaikan gizi.

⇨ Hubungan seksual pada umur kehamilan tua sebaiknya tidak


dilakukan.

2) Selama persalinan
Pencegahan infeksi selama persalinan adalah sebagai berikut:
⇨ Membatasi masuknya kuman-kuman ke dalam jalan lahir.

⇨ Membatasi perlukaan jalan lahir.

⇨ Mencegah perdarahan banyak.

⇨ Menghindari persalinan lama.

⇨ Menjaga sterilitas ruang bersalin dan alat yang digunakan.


3) Selama nifas

⇨ Pencegahan infeksi selama nifas antara lain

⇨ Perawatan luka post partum dengan teknik aseptic

⇨ Semua alat dan kain yang berhubungan dengan daerah genital


harus suci hama
⇨ Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi
dalam ruangan khusus, tidak  bercampur dengan ibu nifas
yang sehat.
⇨ Membatasi tamu yang berkunjung.
⇨ Mobilisasi dini.

D. Masalah Lain Pada Biasa Di Hadapi Pada Saat Nifas


a. Masalah nyeri
Sebagian wanita mengalami rasa nyeri meskipun persalinan
normal 8-60 jam post partum : nyeri pada shymphisis 3-4 hari
pertama, nyeri perineum, dysuria, nyeri leher atau  punggung
dengan ibu mendapat anastesi general bedrest dan pemberian
analgesik.

b. Afterpain (CU)

➢ Penyebab : obat-obatan yang diberikan untuk


menghentikan perdarahan dan pemberian ASI.

➢ Cara mengatasi :

⇨ BAK secara teratur,

⇨  berbaring tengkurap,

⇨ mobilisasi,

⇨  pemberian paracetamol atau acetamenophen kira-kira 1 jam


sebelum pemberian ASI.

c.Nyeri Perineum

⇨ Ibu nifas mengalami nyeri tidak lebih dari 8 minggu.

⇨ Penyebab : trauma persalinan dan penjahitan robekan


perineum.

⇨ Cara mengatasi :
- meletakkan potongan es diatas genetalia,
- duduk didalam air hangat atau air dingin,

- lakukan kegel exercise.

d. Hemoroid

➢ Penyebab : wanita yang cenderung mengalami konstipasi,


penanganan pembuluh darah pada bagian anus dan rektum
pada saat meneran.

➢ Cara mengatasi: duduk diatas air hangat atau dingin,


hindari duduk terlalu lama, banyak  minum dan banyak
makan makanan berserat, pemberian analgesik.

e. Nyeri pada payudara

➢ hal yang dilakukan pada upaya pencegahan :


- pemberian ASI sedini mungkin,
- pemberian Asi setiap 2-3 jam dan jangan
memberikan bayi minum air atau suplemen lain,
- gunakan kedua payudara secara bergantian ketika
menyusui.

➢ Cara mengurangi masalah:


- kompres air hangat pada payudara,
- jika puting bengkak, perah secara manual,
- Gunakan penompang yang baik,
- beri paracetamol untuk penghilang nyeri,
- perawatan payudara

f. Puting susu
Cara mengatasi :
- tekhnik menyusui yang benar,
- gunakan kantong sebelum menyusui.
MASALAH NYERI
SEPSIS PUERPERALIS

⇨ Cara mencegah : RS mempertahankan fasilitas dan


peralatan yang baik, perawat melakukan tekhnik
aseptik, dan ibu belajar perawatan diri yamg baik.

⇨ Upaya berkelanjutan membutuhkan partisipasi semua


personil RS.

⇨ Sumber infeksi terbesar : tangan, hidung, dan mulut

MASALAH CEMAS

⇨ Tingkat estrogen dan progesteron turun,

⇨ keletihan saat bersalin,

⇨ mengalami nyeri perineum, pembekakan payudara dan


afterpain,

⇨  post partum blues.

PERAWATAN PERINEUM

⇨ Penghangatan dan berendam

⇨ Tujuan: mengurangi ketidaknyamanan, kebersihan,


mencegah infeksi, mempercepat
 penyembuhan.

⇨ PRINSIP UNIVERSAL :
- mencegah kontaminasi dari rektum,
- menangani dengan lembut pada jaringan yang terkena
trauma,
- membersihkan semua keluaran yang menjadi sumber
bakteri dan bau.
-
1) Mengurangi atau mencegah faktor-faktor predisposisi
seperti anemia, malnutrisi dan kelemahan serta
mengobati penyakit-penyakit yang diderita ibu.
2) Pemeriksaan dalam jangan dilakukan kalau tidak ada indikasi
yang perlu.

3) Koitus pada hamil tua hendaknya dihindari atau


dikurangi dan dilakukan hati-hati karena dapat
menyebabkan pecahnya ketuban. Kalau ini terjadi
infeksi akan mudah masuk  dalam jalan lahir.

B. SELAMA PERSALINAN
Usaha-usaha pencegahan terdiri atas membatasi sebanyak
mungkin masuknya kuman-kuman dalam jalan lahir :
1) Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah
lama/menjaga supaya persalinan tidak 
 berlarut-larut.
2) Menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin.

3) Perlukaan-perlukaan jalan lahir karena tindakan baik


pervaginam maupun perabdominam dibersihkan, dijahit
sebaik-baiknya dan menjaga sterilitas.
4) Mencegah terjadinya perdarahan banyak, bila terjadi
darah yang hilang harus segera diganti dengan tranfusi
darah.
5) Semua petugas dalam kamar bersalin harus menutup
hidung dan mulut dengan masker, yang menderita
infeksi pernafasan tidak diperbolehkan masuk ke kamar
bersalin
6) Alat-alat dan kain-kain yang dipakai dalam persalinan harus
suci hama.
7) Hindari pemeriksaan dalam berulang-ulang, lakukan
bila ada indikasi dengan sterilisasi yang baik, apalagi
bila ketuban telah pecah.

C. SELAMA NIFAS
1) Luka-luka dirawat dengan baik jangan sampai kena
infeksi, begitu pula alat-alat dan
 pakaian serta kain yang berhubungan dengan alat kandungan
harus steril.
2) Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi
dalam ruangan khusus, tidak 
 bercampur dengan ibu sehat.
3) Pengunjung-pengunjung dari luar hendaknya pada hari-
hari pertama dibatasi sedapat mungkin.
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, Gary F., dkk. (2005). Obstetri Williams. Ed 21. Jakarta : EGC
DepKes RI (2007) Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta, DepKes RI
DinKes Jatim (2009) Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur. Surabaya, DinKes Jatim
Saifuddin, Abdul Bari (2006)  Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal . Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo (2002) Buku Panduan
Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal . Jakarta, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo Walsh, Linda (2008) Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta, EGC
Varney, Helen, dkk. (2008) Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 2. Jakarta, EGC
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. W (36 TAHUN) DENGAN INFEKSI
POST PARTUM (PUERPERALIS)

Kasus :

Ny. W usia 36 thn P3A0 sepuluh hari postpartum, datang ke UGD RS X diantar suaminya,
dengan keluhan nyeri saat berkemih, pengeluaran pervaginam lochea bercampur pus dan
berbau. Pada pemeriksan: tampak malaise, TD 100/60 mmHg, N 100x/mnt, suhu 38,7 C dan
menurut suaminya klien sudah sejak kemarin demam, serta pemeriksaan abdommen : TFU
teraba diantara umbilical & symphisis. Riwayat persalinan partus lama dengan laserasi
perineum & episiotomy yang tampak membengkak. Pemeriksaan diagnostik yang
direncanakan yaitu USG, HB Ht dan kultur intra uterus/serviks. Klien mendapatkan terapi
cairan parenteral & antibiotik spectrum luas.

Pengkajian

1) Identitas Pasien
Nama : Ny. W
Umur : 36 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Riwayat Obstetri :G:4P:3A:0
Post Partum Hari Ke 10
Diagnosa Medis : Infeksi Post Partum atau Puerperalis

2) Keluhan Utama
Klien datang ke UGD RS X diantar suaminya, dengan keluhan nyeri saat berkemih.

Riwayat Kesehatan

1) Keluhan Utama
Klien datang ke UGD RS X diantar suaminya, dengan keluhan nyeri saat berkemih.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien datang ke UGD RS X diantar suaminya, dengan keluhan nyeri saat berkemih,
pengeluaran pervaginam lochea bercampur pus dan berbau.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat persalinan partus lama dengan laserasi perineum & episiotomy yang tampak
membengkak.
Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran :

Composmentis

1) Tanda- tanda Vital


TD : 100/60 mmHg
Nadi : 100x/menit
Suhu : 38,7 oC
2) Abdomen
Palpasi : TFU teraba diantara umbilical & symphisis.
3) Genitalia
Inspeksi : Terdapat pengeluaran pervaginam lochea bercampur pus dan berbau.

Data Penunjang

1) Pemeriksaan Laboratorium

Jenis Pemeriksaan Satuan

USG -

Hb g/dl

Ht %

Kultur intra uterus/serviks -

2) Pengobatan
Jenis Pengobatan Satuan

Cairan Parenteral ml

Antibiotik Spectrum Luas ml

Analisa Data
No Data Penunjang Etiologi Masalah Keperawatan
1. DS : Bakteri aerob (streptococcus
haematilicus aerobic,
1. Klien mengeluh nyeri
staphylococcus aurelis,dll)
saat berkemih.

DO :

1. Klien tampak malaise Invasi bakteri kesaluran


atau lemas. genetalia ibu massa nifas.
2. N : 100x/menit
Nyeri

Proses inflamasi infeksi

Merangsang ujung saraf bebas

Muncul respon nyeri terutama perut


bagian bawah.

Nyeri
2. DS : Saat persalinan

DO :
Droplet infection
1. Menurut suaminya, klien
sudah sejak kemarin
demam.
Bakteri masuk kedalam vagina
2. Suhu : 38,7oC

Hipertermia
Infeksi puerperalis

Sistemik

Peningkatan Suhu

Hipertermia

Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri b.d infeksi pada organ reproduksi.

2. Hipertermia b.d proses infeksi ditandai dengan peningkatan suhu 38,7oC.


Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Intervensi (SIKI)


1. Nyeri b.d infeksi pada organ reproduksi Observasi

 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,


Tujuan :
frekuensi, kualitas intensitas nyeri.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan  Identifikasi skala nyeri.
selama 2x24 jam, maka di harapkan tingkat  Identifikasi respons nyeri non verbal.
nyeri menurun dan kontrol nyeri meningkat  Identifikasi faktor yang memperberat dan
dengan kriteria hasil : memperingan nyeri.

1. Tidak mengeluh nyeri Terapeutik


2. Frekuensi nadi membaik
 Berikan terapi non farmakologis untuj
3. Melaporkan nyeri terkontrol
mengurangi rasa nyeri.
4. Kemampuan mengenali penyebab
 Fasilitasi istirahat tidur.
nyeri meningkat
5. Kemampuan menggunakan teknik Edukasi
non-farmakologis  Jelaskan penyebab, periode, pemicu nyeri.
 Jelaskan strategi meredakan nyeri.
 Jelaskan memonitor nyeri secara mandiri.
 Anjurkan teknik non-farmakologis untuk
mengurani rasa nyeri.

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.

2. Hipertermia b.d proses infeksi ditandai Observasi


dengan peningkatan suhu 38,7oC.
 Identifikasi penyebab hipertermia.
 Monitor suhu tubuh.
Tujuan :  Monitor haluaran urine.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x24,  Monitor komplikasi akibat hipertermia.

maka diharapkan suhu dalam rentang Terapeutik


normal dengan kriteria hasil :
 Sediakan lingkungan yang dingin.

1. Suhu tubuh kembali normal.  Longgarkan atau lepaskan pakaian.

2. Nadi dan respirasi dalam rentang  Basahi dan kipasi permukaan tubuh.
normal.  Berikan cairan oral.
3. Tidak ada perubahan warna kulit dan  Lakukan pendinginan eksternal (kompres
tidak pusing. pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila)

Edukasi

 Anjurkan tirah baring.

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit


intravena, jika perlu.

Anda mungkin juga menyukai