DOSEN PEMBIMBING :
Imam Sukadi,SH.,MH
DISUSUN OLEH :
FISIKA
2017/2018
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Sholawat serta salam
semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW,
yang telah membawa kita dari zaman kegelapan jahiliyah menuju zaman terang
benderang addinul islam .
Tak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Iman Sukandi
selaku dosen pengampu Pancasila yang telah mengampu kami.. Mungkin tugas
yang kami buat ini, belum sempurna oleh karena itu, kami meminta maaf jika
makalah ini masih terdapat kekurangannya. Kami mohon saran dan kritiknya
untuk memperbaiki pembahasan makalah ini.
1.1Latar Belakang
Pancasila selain sebagai dasar negara, juga merupakan falsafah hidup
bangsa Indonesia yang mengandung nilai-nilai dasar yang dijunjung tinggi oleh
bangsa Indonesia, bahkan oleh bangsa-bangsa yang beradab. Pancasila juga
sebagai sistem etika, yang dalam kehidupan berbangsa mengedepankan kejujuran,
amanah, keteladanan, sportifitas, disiplin, etos kerja, kemandirian, sikap toleransi,
rasa malu, tanggung jawab, menjaga kehormatan, serta martabat diri sebagai
warga bangsa sesuai dengan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam pancasila.
yang kita gunakan sebagai pedoman dan acuan dalam menjalankan aktivitas
dalam segala bidang.
kadang nilai-nilai luhur yang ada dalam pancasila yang merupakan
penjelmaan dari seluruh bangsa Indonesia tidak dipraktekan dalam kehidupan
sehari–hari, tetapi diabaikan sehingga akibat dari itu nilai-nilai luhur tersebut
dengan sendirinya akan hilang. menyadari bahwa untuk kelestarian nilai-nilai
pancasila itu perlu diusahakan secara nyata dan terus menerus penghayatan dan
pengamalan nilai-nilai luhur yang terkandung didalamnya, oleh sebab itu setiap
warga Negara Indonesia, penyelenggara Negara, serta lembaga kenegaraan, dan
lembaga kemasayarakatan baik dipusat maupun didaerah harus sama-sama
mengamalkan nilai-nilai pancasila demi kelestariannya. oleh karena itu, sebagai
upaya nyata demi kelestarian nilai-nilai luhur pancasila, perlu ditanamkan atau
perlu ada pemahaman kepada generasi penerus bangsa, salah satunya lewat
pendidikan pancasila.
Agar penulisan makalah ini terstruktur dan mencapai tujuan yang diinginkan
maka hendaklah kita membuat beberapa rumusan masalah.
Rumusan masalahnya adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan Filsafat dan Sistem Filsafat?
2. Bagaimanakah pengertian Pancasila secara Filsafat?
3. Apakah peranan Filsafat Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara?
A. Defenisi Filsafat
a. Secara etimologi
Kata falsafah/filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu: philosophia,
philo/philos/philein yang artinya cinta /pencinta/mencintai dan Sophia, yang
berarti kebijakan/ wisdom /kearifan/ hikamah / hakikat kebenaran. Jadi filsafat
artinya cinta akan kebijaksanaan atau hakikat kebenaran.
Beberapa istilah filsafat dalam berbagai bahasa, misalnya “falsafah” dalam bahasa
arab, “philosophie” bahasa belanda, “philosophy” dalam bahasa inggris dan masih
banyak lagi istilah dalam bahasa lain, yang pada hakekatnya semua istilah itu
mempunyai arti yang sama.
Dalam arti ini, filsafat digunakan untuk menyebut berbagai petanyaan yang
muncul dalam pikiran manusia tentang bebagai kesulitan yang dihadapinya, serta
berusaha untuk menemukan solusi yang tepat. Misalnya ketika menanyakan:
“siapakah kita?”, ”mengapa kita ada di sini?”, “kemana kita akan berlalu”,
“apakah kebaikan dan kejahatan itu”, “bagaimanakah karakter alam, “apakah ia
memiliki tujuan?”, “bagaimanakah kedudukan manusia di alam ini?”, dan
seterusnya.
Beginilah seorang ahli yang bernama Aristoteles memahami filsafat, ketika ia
menyebutnya sebagai sebuah nama dari ilmu dalam arti yang paling umum.
B. Sistem Filsafat
Sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling
bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Secara keseluruhan merupakan
suatu kesatuan yang utuh.
Suatu system filsafat sedikitnya mengajarkan tentang sumber dan hakikat realitas,
falsafat hidup, dan tata nilai (etika),termasuk teori terjadinya pengetahuan
manusia dan logika.
a. Dasar Ontologis
Dasar Ontologis Pancasila pada hakekatnya adalah manusia yang memiliki
hakekat mutlak. Subyek pendukung pokok-pokok Pancasila adalah manusia, hal
ini dijelaskan sebagai berikut :
“Bahwa yang berke-Tuhanan Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil
dan beradab, yang berpersatuan, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmah
permusyawaratan/perwakilan, serta yang berkeadilan social adamah manusia
(Notonegoro, 1975:23). Demikian juga jikalau kita pahami dari segi filsafat
Negara, adapun pendukung pokok Negara adalah rakyat, dan unsure rakyat adalah
manusia itu sendiri, sehingga tepatlah jikalau dalam filsafat Pancasila bahwa
hakekat dasar ontopologis sila-sila pancasila adalah manusia.
Manusia sebagai pendukung pokok sila-sila pancasila secara ontologism memiliki
hal-hal yang mutlak, yaitu terdiri atas susunan kodrat, raga dan jiwa, jasmani dan
rohani, sifat kodrat manusia adalah sebagai makhluk individu dan makhluk social,
serta kedudukan kodrat manusia sebagai pribadi berdiri sendiri dan sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu kedudukan kodrat manusia
sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri dan sebagai makhluk Tuhan inilah maka
secara hirarkis sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa mendasari dan menjiwai
keempat sila-sila pancasila lainnya (notonegoro, 1975-53).
b. Dasar Epistemologis
Dasar epistimologis Pancasila sebagai suatu system filsafat pada hakekatnya juga
merupakan suatu system pengetahuan. Dalam kehidupan sehari-hari pancasila
merupakan pedoman atau dasar bagi bangsa Indonesia dalam memandang realitas
alam semesta, manusia, masyarakat, bangsa dan Negara tentang makna hidup
serta sebagai dasar bagi manusia dalam menyelesaikan masalah yang terjadi
dalam hidup dan kehidupan. Pancasila dalam pengertian yang demikian ini telah
menjadi suatu system cita-cita atau keyakinan-keyakinan yang telah menyengkut
praksis, karena dijadikan landasan bagi cara hidup manusia atau suatu kelompok
masyarakat dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat. Hal ini berarti filsafat
telah menjelma menjadi ideology (Abdul Gani, 1998). Sebagai suatu ideology
maka panasila memiliki 3 unsur pokok agar dapat menarik loyalitas dari para
pendukungnya yaitu :
1. Logos, yaitu rasionalitas atau penalarannya
2. Pathos, yaitu penghayatannya
3. Ethos, yaitu kesusilaannya (Wibisono, 1996:3)
Sebagai suatu system filsafat atau ideology maka pancasila harus memiliki unsur
rasional terutama dalam kedudukannya sebagai suatu system pengetahuan.
c. Dasar Aksiologis
Sila-sila pancasila sebagai suatu system filsafat juga memiliki satu kesatuan dasar
aksiologisnya, sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila pada
hakekatnya juga merupakan satu kesatuan. Pada hakekatnya segala sesuatu itu
bernilai, hanya nilai macam apa saja yang ada serta bagaimana hubungan nilai
tersebut dengan manusia.
Nilai-nilai pancasila termasuk nilai kerohanian, tetapi nilai-nilai kerohanian yang
mengakui nilai material dan vital. Dengan demikian nilai-nilai pancasila tergolong
nilai kerohanian, yang juga mengandung nilai-nilai lain secara lengkap dan
harmonis, yaitu nilai material, nilai vital, nilai kebenaran, nilai keindahan, atau
estetis, nilai kebaikan atau nilai moral ataupun nilai kesucian yang secara
keseluruhan bersifat sistematik hierarkhis, dimana sila pertama sebagai basisnya
sampai sila kelima sebagai tujuannya (Darmo diharjo).
Pancasila sebagai sistem filsafat yaitu suatu konsep tentang dasar negara yang
terdiri dari lima sila sebagai unsur yang mempunyai fungsi masing-masing dan
satu tujuan yang sama untuk mengatur dan menyelenggarakan kehidupan
bernegara di Indonesia. Filsafat negara kita ialah Pancasila, yang diakui dan
diterima oleh bangsa Indonesia sebagai pandangan hidup. Dengan demikian,
Pancasila harus dijadikan pedoman dalam kelakuan dan pergaulan sehari-hari.
Sebagaimana telah dirumuskan oleh Presiden Soekarno, Pancasila pada
hakikatnya telah hidup sejak dahulu dalam moral, adat istiadat, dan kebiasaan
masyarakat Indonesia. “Dengan adanya kemerdekaan Indonesia, Pancasila
bukanlah lahir, atau baru dijelmakan, tetapi sebenarnya Pancasila itu bangkit
kembali”.
Sebagaimana pandangan hidup bangsa, maka sewajarnyalah asas-asas pancasila
disampaikan kepada generasi baru melalui pengajaran dan pendidikan. Pansila
menunjukkan terjadinya proses ilmu pengetahuan, validitas dan hakikat ilmu
pengetahuan (teori ilmu pengetahuan).
Pancasila menjadi daya dinamis yang meresapi seluruh tindakan kita, dan kita
harus merenungkan dan mencerna arti tiap-tiap sila dengan berpedoman pada
uraian tokoh nasional, agar kita tidak memiliki tafsiran yang bertentangan.
Dengan pancasila sebagai filsafat negara dan bangsa Indonesia, kita dapat
mencapai tujuan bangsa dan negara kita.
Pancasila sebagai sistem filsafat memberi arah agar kesejahteraan dan
kemakmuran bertolak dari keyakinan manusia yang percaya kepada kebesaran
Tuhan, kesejahteraan yang berlandaskan paham kemanusiaan, kesejahteraan yang
memihak pada kesatuan dan persatuan serta kebersamaan sebagai suatu kesatuan
bangsa yang utuh dan bulat.
A. Kesimpulan
· Filsafat ialah alam berpikir atau alam pikiran. Berfilsafat berarti berpikir
secara mendalam dan berpikir sampai ke akar-akarnya dengan sungguh-
sungguh tentang hakikat sesuatu.
· Pancasila sebagai sistem filsafat yaitu suatu konsep tentang dasar negara
yang terdiri dari lima sila sebagai unsur yang mempunyai fungsi masing-
masing dan satu tujuan yang sama untuk mengatur dan menyelenggarakan
kehidupan bernegara di Indonesia.
· Susunan Kesatuan sila-sila Pancasila yang bersifat organis, yaitu Unsur-
unsur hakikat manusia.
· Pancasila sebagai suatu system filsafat berperan sebagai pedoman
masyarakat dalam bertingkah laku.
Daftar pustaka