A. Tujuan
Setelah mempelajari modul ini dan melakukan percobaan diharapkan sebagai berikut.
1 Memahami adsorpsi gas dan jenis-jenisnya.
2 Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi adsorpsi.
3 Menjelaskan perbedaan persamaan Langmuir, Freundlich dan BET.
4 Menerangkan perbedaan grafik tipe-tipe adsorpsi dan menjelaskan sebab adanya
perbedaan itu.
5 Menjelaskan perbedaan adsorpsi gas dengan zat terlarut.
6 Menjelaskan perbedaan adsorpsi padat dengan zat terlarut
B. Teori Dasar
Adsorpsi merupakan suatu proses perubahan konsetrasi yang terjadi pada batas
permukaan dari dua fasa atau penyerapan suatu zat pada permukaan zat lain. keadaan ini
melibatkan interaksi fisik, kimia, dan gaya elektrostatik antara adsorbat dengan
adsorben pada permukaan adsorben. (Osick,1983).
Adsorpsi adalah penyerapan suatu zat pada permukaan zat lain. Gaya tarik
menarik dari suatu padatan dibedakan menjadi dua jenis yaitu: gaya fisika dan gaya
kimia yang masing-masing menghasilkan adsorpsi fisika dan adsorpsi kimia. Ada dua
macam adsorpsi yaitu:
1. Adsorpsi Fisika, yaitu adsorpsi yang disebabkan oleh gaya van der waals yang
ada pada permukaan adsorben. Panas adsorpsi fisika lebih rendah dan lapisan yang
terjadi pada permukaan adsorben lebih dari satu molekul.
2. Adsorpsi Kimia, terjadi karena adanya reaksi antara zat yang diserap dengan
adsorben, panas adsorpsi tinggi, lapisan molekul pada permukaan adsorbennya hanya
satu lapis (Sukardjo,1990).
Untuk hampir semua proses adsorpsi fisik, kapasitas suatu adsorben menurun
sebagai suhu sistem meningkat. Sebagai suhu meningkat, molekul teradsorpsi
memperoleh memperoleh energi yang cukup untuk mengatasi daya tarik van der waals,
menahan mereka ke fase terkondensasi dan bermigrasi kembali ke fase gas. Adsorpsi
adalah proses eksotermik (Basu, 2002).
Karakteristik adsorpsi ditentukan dengan bantuan analisis primer. Studi desorpsi
sebagai fungsi pH dilakukan untuk menganalisis kemungkinan menggunakan kembali
adsorben untuk adsorpsi lebih lanjut dan untuk membuat proses lebih ekonomis
(Ramachandran, 2011).
Adsorpsi isoterm menunjukan banyaknya zat teradsorpsi per gram adsorpben
yang dialirkan pada suhu tetap (Marilyn.L.E, 2012). Adsorpsi isoterm adalah hubungan
yang menunjukkan distribusi adsorben antara fase teradsorbsi pada permukaan adsorben
dengan fase ruah kesetimbangan pada temperatur tertentu. Ada tiga jenis hubungan
matematik yang umumnya digunakan untuk menjelaskan isoterm. Isoterm ini
berdasarkan asumsi bahwa adsorben mempunyai permukaan yang heterogen dan tiap
molekul mempunyai potensi penyerapan yang berbeda-beda. Persamaan ini merupakan
persamaan yang dikemukakan oleh Freundlich. Persamaannya adalah :
1/n
menjadi log log log
keteranagan:
x = banyaknya zat terlarut yng teradsorpsi (mg)
m = massa adsorben (mg) C = konsentrasi
adsorben yang sama
K n = konstanta adsorben
Pada isoterm ini, akan diketahui kapasitas adsorben dalam menyerap air. Isoterm ini
akan digunakan dalam penelitian yang akan dilakukan, karena dengan isoterm ini dapat
ditentukan efisisensi dari suatu adsorben (Castellan,1982).
Adsorben meerupakan zat yang mengadsorpsi zat lain, yang memiliki ukuran
partikel seragam. kepolarannya sama dengan zat yang akan diserap dan mempunyai
berat molekul besar. Adsorbat adalah zat yang teradsorpsi zat lain. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kapasitas adsorpsi adalah, luas permukaan adsorben, ukuran pori
adsorben, kelarutan zat terlarut, pH, dan temperatur (khopkar,1990; atkins, 1996).
Adsorpsi isoterm Langmuir, awalnya dikembangkan untuk menggambarkan fase
gas ke padat adsorpsi ke karbon aktif. Langmuir isoterm mengacu adsorpsi homogen,
yang tiap molekul memiliki entalpi konstan dan energi aktivasi penyerapan (semua situs
memiliki afinitas yang sama untuk adsorbat). (K.Y. Foo, 2009).
Karbon aktif merupakan jenis adsorben yang paling tua dan paling luas
penggunaannya. Penyerapan zat dari larutan mirip dengan penyerapan gas oleh zat
padat, penyerapan bersifat selektif, yang diserap hanya zat terlarut atau pelarut.
(Khopkar, 2003).
Titrasi asam basa merupakan suatu proses penambahan larutan standar (asam
atau basa) sampai reaksi tepat lengkap. Titrasi adalah salah satu cara analisa yang
memungkinkan untuk mengukur jumlah yang pasti dari suatu larutan dengan
mereaksikan dengan larutan lain yang konsentrasinya diketahui (Brady, 1999).
D. Prosedur Kerja
1. X = (M2 - M1) . V
= ( 0,3 - 0,1556) . 0,05
= 7 x 10-3 mol
2. X = (M2 - M1) . V
= (0,2 - 0,091) . 0,05
= 5, 45 x 10-3 mol
3. X = (M2 - M1) . V
= (0,1 - 0,0307) . 0,05
= 3,46 x 10-3 mol
4. X = (M2 - M1) . V
= (0,05 - 0,0116) . 0,05
= 1, 92 x 10-3 mol
5. X = (M2 - M1) . V
= (0,01 - 0,0007) . 0,05
= 4, 65 x 10-4 mol
6. X = (M2 - M1) . V
= (0,005 - 0,0006) . 0,05
= 2,2 x 10-4 mol
y 16,56
Slope = 1,42
x 11,64
xxnx2 16,56x16,566(27,97)
Persamaan regresi
y = ax + b
= -0,16x - 0,54
Laju reaksi Proses adsorpsi baik secara fisika proses absorpsi laju reaksinya
maupun kimia laju reaksinya terus selalu berjalan seragam dari
meningkat sampai nilainya awal hingga akhir proses
mencapai keseimbangan pemisahan
obat
antasida
2. Jelaskan perbedaan dan persamaan adsorpsi fisika dan kimia.
Jawab :
Molekul terikat pada adsorben oleh Molekul terikat pada adsorben oleh
gaya Van der Walls ikatan kimia
P1VI = P2V2
Pada proses isotermis tidak terjadi perubahan suu sistem sehinggan energi dalam
bernilai nol atau ΔU = 0, sehingga rumus usaha pada proses isotermis adalah :
V2
W = nRT In V1