قُلُ و َّ ال َح ْم ُد هللِ الَّ ِذيْ أَ ْن َز َل Secara lebih mendalam, bencana alam bagi tiap orang memiliki sudut
ُ َوأَ ْش هَ ُد أَ َّن ُم َح َّمدًا َع ْب ُده. ُق ْال ُمبِيْن
ُّ ك ْال َح ُ ِ أَ ْش هَ ُد أَ ْن اَل إِلَ هَ إِاَّل هللاُ ْال َمل. َْال ُمنَ افِقِ ْينَ َو ْال َك افِ ِر ْين pandang berbeda-beda: bisa jadi adalah musibah bagi satu orang,
ًث َرحْ َم ة ِ ْص ِّل َو َس ل ِّم َعلَى َس يِّ ِدنَا َو َموْ اَل نَ ا ُم َح َّم ٍد ال َم ْب ُع وَ اللَّهُ َّم.ق ْال َو ْع ِد األَ ِم ْي ِنُ َو َرسُوْ لُهُ الصَّا ِد namun anugerah bagi orang lainnya—tergantung cara dia merespon
َ أَ َّما بَ ْع ُد أَيُّه ا.ص حْ بِ ِه َوالتَّابِ ِع ْينَ اَل َح وْ َل َواَل قُ َّوةَ ِإاَّل بِاهللِ ْال َعلِ ِّي ْال َع ِظي ِْمَ لِ ْل َع الَ ِم ْينَ َو َعلَى آلِ ِه َو peristiwa itu. Dengan bahasa lain, bencana adalah kiriman yang
: قَا َل هللاُ تَ َع ال َى فِي ِكتَابِ ِه ْال َك ِري ِْم.ِي بِتَ ْق َوى هللا ِ ْضرُوْ نَ ْال ُم ْسلِ ُموْ نَ َحفِظَ ُك ُم هللاُ أُو
َ ص ْي ُك ْم َوإِيَّا ِ ْال َحا mengandung pelajaran, bukan hanya bagi yang tertimpa bencana tapi
ۚ ُْث اَل يَحْ ت َِسبُ ۚ َو َمن يَتَ َو َّكلْ َعلَى ٱهَّلل ِ فَهُ َو َح ْس بُ ٓۥه ُ ق هَّللا َ يَجْ َعل لَّهُ َم ْخ َرجًا َويَرْ ُز ْقهُ ِم ْن َحي
ِ ََّو َمن يَت juga yang tidak terkena bencana. Sekali lagi, pelajaran itu berlaku
إِ َّن ٱهَّلل َ ٰبَلِ ُغ أَ ْم ِرِۦه ۚ قَ ْد َج َع َل ٱهَّلل ُ لِ ُكلِّ َش ْى ٍء قَ ْدرًا buat semua orang, entah mengalami bencana itu ataupun tidak.
Jamaah shalat Jumat hafidhakumullâh, Kapan bencana alam itu menjadi musibah dan kapan ia merupakan
Pada kesempatan jumat yang mulia ini marilah kita bersama-sama anugerah? Jawabannya sangat tergantung seberapa jauh pelajaran dari
meningkatkan kadar keimanan dan ketkwaan kita kepada Allah SWT. bencana alam itu terserap dan berpengaruh positif pada diri seseorang,
Dalam arti, kita berusaha menjalankan segala perintah Allah dan baik yang tertimpa bencana itu atau yang sekadar menyaksikannya.
menjauh segala larangan-Nya. Karena hanya dengan bekal iman dan Dalam kesempatan kali ini, khatib memaparkan setidaknya tiga
takwa seseorang bisa selamat di dunia maupun di akhirat kelak. pelajaran penting dalam peristiwa bencana alam.
Hadirin maasyiral muslimin rahimakumllah.. Jamaah shalat Jumat hafidhakumullâh,
Akhir-akhir ini banyak bencana alam yang terjadi di sekeliling kita, Pelajaran pertama adalah muhâsabah atau intropeksi diri. Kita
seperti wabah virus, banjir, longsor hingga erupsi gunung semeru di dianjurkan untuk mengevaluasi diri kita, apa saja kekurangan dan
kawasan Lumajang beberapa hari yang lalu. Semua itu terjadi karena kesalahan yang perlu dibenahi. Bencana alam seperti tsunami, gempa
atas kuasa Allah semata. Karena, apapun yang terjadi di muka bumi bumi, dan gunung meletus adalah fenomena yang tidak bisa
ini pasti sudah diatur oleh Allah SWT. Oleh sebab itu, mari kita ingat dikendalikan manusia. Ini bukti kelemahan manusia, dan semestinya
dan kembali kepada Allah SWT. bencana alam menyadarkan mereka untuk kian merendah
serendahnya di hadapan Allah SWT. Bila bencana itu disadari akibat Dari ‘Aisyah radiyallahu anha, ia berkata, Rasulullah saw bersabda:
kesalahan manusia, maka seharusnya bencana alam berdampak pada “Tidaklah seorang mukmin terkena duri atau yang lebih menyakitkan
perubahan sikap kita menjadi lebih baik darinya kecuali Allah mengangkatnya satu derajat dan menghapus
Muhasabah ini penting dilakukan baik oleh mereka yang menjadi darinya satu kesalahan.” (HR. Tirmidzi)
korban maupun bukan korban. Sayyidina Umar bin Khattab pernah Dalam konteks ini, bersyukur bagi para korban adalah ridha
berkutbah: atas bencana yang menimpanya dan menilai penderitaan saat ini
َ سبُوا فَإِنَّهُ أَه َْونَ لِ ِح
سابِ ُك ْم َ س ُك ْم قَ ْب َل أَنْ ت َُحا
َ ُاسبُوا أَ ْنف
ِ ح
َ adalah cara Allah melebur dosa-dosanya dan menaikkan kualitas
Artinya: “Hisablah dirimu sebelum engkau dihisab. Karena kepribadiannya. Sebagaimana ujian akhir semester bagi siswa sekolah
sesunguhnya hal itu akan meringankan hisabmu (di hari kiamat).” untuk naik ke semester berikutnya, bencana merupakan ujian bagi
Pesan dari pidato Sayyidina Umar sangat jelas bahwa kita dianjurkan para korban untuk bisa mendaki pada derajat yang lebih mulia.
untuk mengevaluasi diri sendiri, bukan mengevaluasi orang lain. Bagi Hadits tersebut merupakan cara Rasulullah memberikan
korban, bencana adalah fase penting memeriksa dosa-dosa sendiri, optimisme kepada umatnya agar tidak larut secara terus-menerus
tingkat penghambaan kepada Allah, pergaulan sosial, dan sikap dalam kesedihan, banyak mengeluh, apalagi sampai putus asa. Dalam
terhadap lingkungan alam selama ini. Bagi mereka yang bukan penderitaan, kita mesti husnuzan (berprasangka baik) bahwa ada
korban dan di luar lokasi bencana, hal ini adalah peringatan bagi diri maksud khusus dari Allah untuk meningkatkan mutu diri kita, baik
sendiri untuk kian menjaga perilaku dan sifatnya baik kepada Allah, dalam ibadah (menghamba kepada Allah) maupun muamalah
Pelajaran kedua adalah rasa syukur dan optimisme. Sikap ini berdasar Bagi mereka yang tak terdampak bencana, syukur dalam
pada hadits Rasulullah saw. konteks ini mengacu pada karunia keamanan dari Allah kepada