Anda di halaman 1dari 6

MODIFIKASI PERILAKU UNTUK PENGENALAN DIRI DALAM

MEMBENTUK SIKAP POSITIF PESERTA DIDIK


Otih Jembarwati
Universitas Semarang, Jl. Soekarno-Hatta, Semarang, Jawa Tengah 50196
e-mail: otihteaz@gmail.com

Abstract
This quantitative research was conducted on students in class X of SMA GB in Semarang.
Subjects were students who become the participant of lecturer’s service program. The learners
undergoing training to identify themselves and carry out training for their behavioral changes.
The training result data was submitted to the counselor teacher for further treatment. Learners
acquired self-image regarding: resilience, the advantages and disadvantages of their self, self-
description of interpersonal behavior when interacting with the teacher. At the end of the study
there is increasing recognition scores of self learners. The training participants reported some
commitment and plan to change of their attitude which written in students’ diary.

Keywords: behavior modification, resilience, self-recognition

Abstrak
Penelitian kuantitatif ini dilakukan pada peserta didik kelas X di SMA GB di Semarang. Subjek
penelitian adalah peserta didik yang menjadi subjek program pengabdian dosen. Peserta didik
menjalani pelatihan untuk mengenali diri dan menjalankan pelatihan bagi perubahan perilaku
peserta didik. Data hasil pelatihan diserahkan kepada guru BK untuk penanganan lebih lanjut.
Peserta didik memperoleh gambaran diri mengenai: resiliensi, kekurangan dan kelebihan diri,
gambaran perilaku interpersonal diri saat berinteraksi dengan guru. Pada akhir penelitian
terdapat peningkatan skor pengenalan diri para peserta didik. Peserta pelatihan melaporkan
beberapa komitmen sikap yang ingin diubah dengan rencana yang ditulis dalam diary siswa.

Kata kunci: modifikasi perilaku, resiliensi, pengenalan diri

PENDAHULUAN Rentang usia pada tahap masa remaja


pertengahan, sehingga berada pada tahap
Penelitian dilakukan sebagai evaluasi operasional formal (Santrock, 2011). Pema-
untuk mengetahui ada atau tidaknya efek haman remaja tidak hanya pada penga-
dari pelatihan yang dilakukan oleh Tim Pe- laman-pengalaman yang aktual atau konkret.
ngabdian Dosen Universitas Semarang di Rekayasa menjadi seperti benar bila situasi
SMA GB Semarang. Pelatihan Modifikasi atau peristiwa murni masih berupa hipotesis
Perilaku ditujukan agar terjadi perubahan atau preposisi abstrak, sehingga dapat
perilaku ke arah yang lebih positif. bernalar logis.
Berkaitan dengan pencarian jatidiri, Beberapa sikap yang menjadi fokus
dilakukan pelatihan untuk melakukan dalam program pelatihan adalah komunikasi
perubahan perilaku menjadi lebih dapat dan pengenalan diri peserta didik berupa
berkomunikasi dengan baik. Tahapan pemahaman tentang resiliensi, pengenalan
pengenalan diri dilakukan dengan pe- perilaku diri di sekolah untuk pengem-
mahaman tingkat Resiliensi peserta didik bangan kemampuan berinteraksi di sekolah.
dan Siswa SMA kelas X berusia antara 15 – Perubahan pada masa remaja yang cepat
18 tahun. membuat remaja harus dapat berupaya
menghadapi permasalahan yang menyer-

57
Modifikasi Perilaku Untuk Pengenalan Diri dalam Membentuk Sikap Positif Peserta Didik (Otih Jembarwati)

tainya yang dapat menjadi stressor, dan di- dan penyakit, penelitian tentang resiliensi
harapkan mampu mengatasi stresor yang dan resistensi meningkatkan kesehatan.
muncul secara lebih mandiri. Ketidakmam- (e.g., Glantz and Johnson, 1999) , sehingga
puan dalam berkomunikasi secara efektif da- dipergunakan dalam prevensi.
pat menyebabkan remaja sulit mengatasi Fokus pengembangan resiliensi adalah
stresor yang muncul. Pada dasarnya pihak pada peningkatan kondisi psikologis yang
sekolah sudah melakukan intervensi untuk positif untuk pemfungsian kemanusiaan
mengatasi permasalahan remaja, salah satu- yang optimal (e.g., Berkman et al., 1992;
nya dari pihak sekolah. Menurut guru bim- Leedham et al., 1995) and primary
bingan dan konseling SMA GB Semarang, prevention (e.g., Raczynski and DiClemente,
upaya intervensi telah diberikan kepada 1999; National Advisory Mental Health
siswa yang mengalami masalah, maupun Council, 1998). Hal ini diupayakan agar
orang tua siswa yang bersangkutan seperti dapat mengembangkan dan mensejahterakan
dengan melakukan konseling secara indi- manusia, kualitas hidup dan kesehatan
vidu, namun permasalahan tersebut belum (Ickovics and Park, 1998; Ryff and Singer,
dapat terselesaikan dengan baik. 1998a). Pada pelatihan, resiliensi menjadi
Intervensi dilakukan terkait dengan salah satu fokus pada pelatihan melalui
permasalahan siswa di SMA GB Semarang pemahaman tentang resiliensi, dengan
berupa Cognitive Behavior Modification harapan peserta didik memahami pentingnya
(CBM) agar keterampilan komunikasi siswa mengembangkan ketahanan diri terhadap
berkembang secara lebih efektif, sehingga stress.
dapat berinteraksi dengan lingkungan pada Resiliensi adalah dorongan untuk
umumnya, dan berinteraksi di dalam sekolah survive merupakan ikatan kuat untuk meng-
pada khususnya. hadapi stress dan meningkatkan kesejah-
Permasalahan juga terjadi pada komu- teraan emosi. Makna secara keseluruhan
nikasi yang terjadi antara siswa dengan adalah kekuatan mental, sehingga cukup
orang tua mereka. Komunikasi antara anak kuat mendukung kesejahteraan untuk meng-
dengan orang tua yang terhambat berakibat hadapi tantangan ataupun masalah. Resilensi
pada hubungan orang tua-anak yang menjadi merupakan kecenderungan untuk bertahan
tidak harmonis, sehingga berdampak terha- hidup dan berkembang, selain itu dapat
dap kondisi anak di sekolah, berupa sema- dimaknakan sebagai kapasitas untuk meng-
ngat belajar yang rendah, kurang inisiatif, gerakkan individu atau kelompok menjaga,
serta keaktifan yang menurun dalam proses mentoleransi, menghasilkan dan meningkat-
belajar mengajar di dalam kelas. kan pengalaman terhadap suatu peristiwa
Pemahaman tentang resiliensi diharap- dengan mengontrol kondisi dalam komuni-
kan membuat peserta didik mengalami pe- tas (Derek Mowbray) .
ningkatan dalam berkomunikasi. Komuni- Resiliensi penting agar dapat bekerja
kasi yang terbentuk memiliki dua tipe ben- secara optimal di rumah maupun di tempat
tuk komunikasi, yaitu terbuka dan tertutup. kerja sehingga mengurangi resiko terancam-
Resiliensi adalah kemampuan sese- nya kesejahteraan psikologis. Proses pening-
orang untuk beradaptasi pada situasi stress katan itu terjadi melalui, pemahaman kon-
atau krisis. Semakin Resilien seseorang teks baik dalam organisasi dan kehidupan
maka ia mampu beradaptasi pada berbagai masing-masing. Lebih lanjut dilakukan pe-
kondisi tanpa mengalami kesulitan, ketika mahaman terhadap peristiwa dengan me-
orang lain memerlukan waktu yang lama nguatkan keyakinan, sikap, nilai, motivasi
untuk mengatasinya. Pada penuntasan sakit yang membantu mengembangkan makna

58
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2015, Vol. 2, No. 1, Hal: 57 - 62

positif terhadap suatu peristiwa. perilaku komunikasi peserta didik, agar da-
(Derek Mowbray) pat terlihat kecenderungan pengembangan
Lebih lanjut, pemahaman resiliensi, resiliensi yang berperan pula bagi ter-
dilakukan dengan mengidentifikasi gambar- bentuknya perilaku disiplin maupun karakter
an diri kita terlebih dahulu sebagai penge- positif di sekolah.
nalan diri, diantaranya : Meichenbaum (dalam Oemarjadi,
2003), menjelaskan bahwa perubahan ting-
1. Pengalaman, yaitu pengalaman yang
kah laku terjadi dalam beberapa tahap, yaitu
dapat meningkatkan resiliensi yaitu
melalui interaksi dengan diri sendiri, pe-
berupa pengalaman tantangan, pen-
rubahan struktur kognitif, perubahan tingkah
didikan, yang meningkatkan kesadaran
laku, dan efek bukti mengikuti terapi CBM
tentang kehidupan, model, seperti guru
untuk penanganan permasalahan. Tiga tahap
dan orang tua.
proses Cognitive Behavioral Modification
2. Keahlian yaitu dengan mengidentifika- (CBM) menurut Sarafino dijelaskan sebagai
si kegunaan, perencanaan, organisasi, berikut: pertama, observasi diri dilakukan
di rumah dan di pekerjaan sehingga pada awal pelatihan, dengan mendengarkan
mampu menyelesaikan masalah dan dialog internal dalam diri mereka, dan
tantangan serta bermain untuk menye- mengenali karakteristik pernyataan negatif
lesaikan masalah. yang ada. Proses ini melibatkan kegiatan
3. Interaksi, yaitu kemampuan untuk ber- meningkatkan sensitivitas terhadap pikiran,
interaksi dan berkomunikasi dengan perasaan, perbuatan, reaksi fisiologis dan
orang lain serta berkembang untuk pola reaksi terhadap individu lain. Selain itu
survive. dilakukan pula upaya pengenalan diri me-
lalui pengisian kuesioner resiliensi.
4. Minat, yaitu memapuan untuk ber- Tahapan berikutnya yaitu membuat
tindak secara tepat sesuai konteks dan dialog internal baru, setelah individu belajar
memahami bagaimana dapat menarik mengenali atau mengidentifikasi tingkah
dan terlibat aktif dengan orang lain laku yang menyimpang atau menjadi per-
secara efektif dan percaya diri. masalahan utamanya. Siswa mulai dilatih
5. Relationship, yaitu kemampuan mem- untuk mengembangkan alternatif tingkah
bentuk relasi yang kuat, berkomitmen, laku yang adaptif atau tidak menyimpang
bertransaksi, transfomasi, dengan dengan cara merubah dialog internal dalam
tehnik yang adaptif diri individu tersebut. Dialog internal yang
baru diharapkan dapat menghasilkan tingkah
6. Skills, pengetahuan dan pengalaman laku baru, dimana akan berdampak atau
sepanjang kehidupan yang meningkat- berefek terhadap struktur kognitif individu
kan keberhargaan, percaya diri, baik tersebut (Martin, G., Pear, J.). Belajar ke-
secara ekonomi, budaya, politik, erotik terampilan baru, individu kemudian mem-
dan faktor sosial lainnya dalam ko- pelajari teknik mengatasi permasalahannya
munitas. secara praktis yang dapat diterapkan dalam
Komunikasi berkaitan dengan pem- kehidupan sehari-hari. Individu pada saat
bentukan interaksi dalam komunitas baik yang sama diharapkan tetap memusatkan
rumah maupun sekolah, sehingga peserta di- perhatiannya kepada tugas membuat per-
dik dapat survive dalam menghadapi ber- nyataan baru dan mengamati perbedaan ha-
bagai permasalahan, ataupun stress. Pada sil sebelum mengikuti pelatihan dan setelah
pelatihan berusaha dilakukan identifikasi mengikuti pelatihan CBM. Sikap positif

59
Modifikasi Perilaku Untuk Pengenalan Diri dalam Membentuk Sikap Positif Peserta Didik (Otih Jembarwati)

terlihat dari beberapa komitmen yang diben- Adapun proses inti yang selalu dilaku-
tuk oleh peserta didik, berupa perilaku nega- kan pada tiap tahap pelatihan adalah tiga
tif yang ingin diubah menjadi perilaku po- tahap dari CBM, sebagai berikut:
sitif yang ingin dibentuk oleh peserta didik. Observasi diri dilakukan pada awal
pelatihan. Pada awal pelatihan, individu
METODE PENELITIAN diminta untuk mendengarkan dialog internal
dalam diri mereka dan mengenali karak-
Penelitian dilakukan pada peserta teristik pernyataan negatif yang ada. Proses
didik di SMA GB kelas X, berjumlah 20 ini melibatkan kegiatan meningkatkan sensi-
orang, dengan tidak hadirnya 5 orang pada tivitas terhadap pikiran, perasaan, perbuatan,
pengukuran diakhir pelatihan. reaksi fisiologis dan pola reaksi terhadap
Pada tahap awal dilakukan pelatihan CBM, individu lain. Selain itu dilakukan pula upa-
dengan tahapan sebagai berikut : ya pengenalan diri melalui pengisian kuesi-
1. Pemahaman tentang resilieni dan oner Resiliensi.
pengambilan data resiliensi Tahapan berikutnya yaitu membuat
dialog internal baru. Setelah individu belajar
2. Pengenalan diri mengenali atau mengidentifikasi tingkah
3. Pengenalan perilaku komunikasi dan laku yang menyimpang atau menjadi perma-
proses komunkasi dalam kelas salahan utamanya, Siswa mulai dilatih untuk
mengembangkan alternatif tingkah laku
4. Outbond identifikasi perilaku yang
yang adaptif atau tidak menyimpang dengan
ingin diubah serta pembentukan
cara merubah dialog internal dalam diri
komitmen perubahan perilaku, yang
individu tersebut.
ditulis dalam Diary.
Dialog internal yang baru diharapkan
5. Outbond kerjasama dan pembentukan dapat menghasilkan tingkah laku baru, di-
pemaknaan bersama pada akhir mana akan berdampak atau berefek terhadap
pelatihan. struktur kognitif individu tersebut.. Belajar
6. Konseling Kelompok dan Individual keterampilan baru individu kemudian mem-
pelajari teknik mengatasi permasalahannya
Pelatihan dilakukan bertahap selama 5 secara praktis yang dapat diterapkan dalam
Tabel 1. Perbandingan Hasil Pengukuran
kehidupan sehari-hari. Individu pada saat
yang sama diharapkan tetap memusatkan
perhatiannya kepada tugas membuat per-
Variabel Std. Tertinggi
Perilaku
Rerata
Deviation
Terendah nyataan baru dan mengamati perbedaan ha-
sil sebelum mengikuti pelatihan dan setelah
Pengenalan
Diri Sebelum 26.13 5.90238 22.865 29.402
mengikuti pelatihan CBM.
Pelatihan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengenalan
Diri Sesudah 38.86 8.34837 34.244 43.489
Pelatihan Hasil pengukuran menunjukkan ter-
dapat perbedaan skor pengenalan diri sebe-
lum dan sesudah pelatihan.
hari dilanjutkan dengan pemberian Hasil perhitungan korelasi penelitian sebagai
konseling kelompok dan individual secara berikut;
bertahap selama 2 minggu, dan hasilnya di- a. Terdapat perbedaan skor pengenalan diri
laporkan pada guru BK untuk tindak lanjut. sebelum dan sesudah pelatihan

60
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2015, Vol. 2, No. 1, Hal: 57 - 62

b. Rerata skor pengenalan diri sebelum  Kepedulian atau tidak peduli orang
pelatihan 26.13 sedangkan rerata skor lain suka atau tidak dengan cara
setelah pelatihan pengenalan diri 38.86 berkomunikasi yang dipilih.
c. Terdapat hubungan antara bentuk
 Tetap tenang/ tidak saat menghadapi
komunikasi terbuka dan tertutup dengan
sindiran, ejekan, kritikan.
pengenalan diri peserta didik. Komuni-
kasi Tertutup Berkorelasi sebesar 0.235  Mengekspresikan persetujuan.
pada α = 0.418. Komunikasi Terbuka
 Menghadapi masalah secara langsung
berkorelasi pada α = 0.01 dengan korelasi
atau tidak langsung.
sebesar 0.781
 Bersabar/tidak dalam berkomunikasi.
SIMPULAN DAN SARAN
 Percaya diri/ tidak dalam meminta
Terdapat Peningkatan pengenalan diri yang diinnginkan dan menjelaskan apa
pada peserta didik setelah pelatihan. Dengan yang dirasakan.
perbedaan skor rata-rata sebesar 12.73 (Skor  Melihat langsung/tidak pada lawan
Pengenalan Diri Sebelum Pelatihan 26.13, bicara.
sedangkan skor pengenalan diri sesudah
pelatihan 38.86).  Berkonfrontasi/tidak berkonfrontasi.
Komunikasi terbuka berkorelasi de-  Menggunakan sindiran/tidak.
ngan pengenalan diri peserta didik, sedang-
kan komunikasi tertutup tidak berkorelasi  Mengungkapkan langsung perasaan
dengan pengenalan diri peserta didik. atau berkomentar terpotong.
Komunikasi yang terbuka cenderung  Menunjukkan ketidaksabaran dengan
berhubungan dengan pengenalan diri pada bahasa tubuh.
peserta didik. Hal ini lebih lanjut dapat men-
jadi bahan pertimbangan bagi pelatihan pada  Melakukan hal yang tidak diinginkan
peserta didik yang akan dilakukan menda- dengan setengah hati.
tang. Pengembangan bentuk komunikasi ter-  Menciptakan keheningan agar orang
buka diharapkan dapat meningkatkan penge- lain sadar bila saya terganggu.
nalan diri peserta didik dan pengembangan
sikap positif pada peserta didik. Sehingga Perlu mempertimbangkan bentuk peri-
untuk pelatihan lebih lanjut, dapat dipertim- laku peserta didik dalam berkomunikasi pa-
bangkan bentuk komunikasi bagi pengem- da saat melakukan pelatihan. Bentuk komu-
bangan peserta didik. nikasi terbuka atau tertutup akan berpenga-
Beberapa contoh komunikasi yang ruh secara berbeda pada resiliensi peserta
ingin diubah oleh peserta. didik.
Berdasarkan bentuk komunikasi, ter-
dapat kemungkinan kepekaan terhadap as-
 Tidak cemas saat berkonfrontasi. pek budaya yang berpengaruh pada bentuk
 Mudah tersinggung dan terintimidasi komunikasi yang dibentuk, meski demikian
oleh sindiran atau ejekan. perlu diteliti keterkaitan unsur budaya yang
berperan dalam terbentuknya komunikasi
 Mudah tersinggung dan mengekspresi- yang terbuka atau tertutup. Hal ini penting
kannya. sebab, terdapat batasan yang berbeda dalam
pengelompokkan penilaian bentuk komuni-
kasi yang ditampilkan. Jenis ekspresi dalam

61
Modifikasi Perilaku Untuk Pengenalan Diri dalam Membentuk Sikap Positif Peserta Didik (Otih Jembarwati)

komunikasi yang cenderung tertutup atau clinical applications. Brunner and


terbuka dipengaruhi oleh budaya dari Routledge.
komunikan dan komunikator. Santrock, J. W. (2002). Life-span
development:
DAFTAR PUSTAKA PerkembanganMasaHidup .
Jilid2.Edisi 5.AlihBahasa :Chusairi,
Martin, G., Pear, J. (2012).Behavior &Damanik. Jakarta: Erlangga.
Modification, What it Is and How To Monks, F. J., Knoers, A. M., & Haditono, S.
Do It. Canada : Pearson Education R. (2002). Psikologi perkembangan:
International. pengantar dalam berbagai bagiannya.
Sarafino., (2011). Applied Behavior Yogyakarta: Gadjah Mada University
Analysis,Principles and Procedures Press.
For Modifying Behavior. New Jersey: Richmond, V.P., Wrench, J.S.,& Gorham, J.
John Willey and Son. (2009). Communication, affect,
Nyklicek,Ivan., Temoshok, Lydia (2004. &learning in the classroom. 3nd.ed.
Emotional Expression and Health California: Burgess Publishing, Edina
Advances in theory, assessment and (ISBN: 0-80874-699-5).

62

Anda mungkin juga menyukai