Disusun Oleh :
PROGRAM PASCASARJANA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat ALLAH SWT atas rahmat, karunia dan
hidayah- Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Pembahasan
Tentang Ayat-ayat Muhkam dan Mutasyabihah ” dengan sebaik mungkin.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah ULUMUL QURA’AN.
Tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Ismail Jalilli Ma, Ph.d selaku
dosen mata kuliah ULUMUL QUR`AN. Semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan
ilmu pengetahuan bagi para pembaca.
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak terdapat kesalahan dan
kekeliruan, baik yang berkenaan dengan materi pembahasan maupun dengan teknik
pengetikan sehingga masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan .................................................................................................. 8
B. Kritik dan Sran............................................................................................... 9
A. Latar Belakang
Telah dimaklumi bahwa al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab. Karena itu, untuk
memahami hukum-hukum yang di kandung nash-nash al-Qur’an diperlukan antara lain
pemahaman dari segi kebahasaan dalam hal ini adalah bahasa Arab.Para ulama yang
ahli dalam bidang ushul fiqh, telah mengadakan penelitian secara seksama terhadap nash-
nash al-Qur’an, lalu hasil penelitian itu dituangkan dalam kaidah-kaidah yang menjadi
pegangan umat Islam guna memahami kandungan al-Qur’an dengan benar.Kaidah-kaidah
itu membantu umat Islam dalam memahami nash-nash yang nampak samar (tidak jelas),
menafsirkan yang global, menakwil nash dan lainnya yang terkait dengan pengambilan
hukum dari nashnya.
Setelah diketahui bahwa al-Quran adalah sebagai hudan, petunjuk dan furqon pembeda
maka separtutnya ini menjadikan pedoman yan harus dipegang oleh seluruh manusia. Akan
tetapi. Tidak menutup kemungkinan ada seseorang yang ragu-ragu terhadapnya Karena kata
atau kalimatnya mengandung suatu kesamaran yang sulit untuk dipahami. Dalam artikel ini
kami akan jelaskan mengenai pembahasan muhkam dan mutasyabih, ayat-ayat hukum dan
samar yang butuh penjelas. Makalah ini dibuat untuk menjelaskan dan menjawab sedikit
pertanyaan mengenai ayat muhkam dan ayat mutasyabihah.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
a. Muhkam adalah ayat yang maksudnya dapat diketahui secara jelas dan tegas,
baik melalui takwil (metafora) ataupun tidak. Sedangkan mutasyabih adalah
ayat yang maksudnya hanya dapat diketahui oleh Allah, seperti saat
kedatangan hari kiamat, keluarnya dajjal, dan huruf-huruf muqaththa’ah.
Definisi ini dikemukakan kelompok ahlussunnah.
b. Muhkam adalah ayat yang maknanya jelas dan mudah dipahami,
sedangkan ayat-ayat mutasyabih sebaliknya.
c. Muhkam adalah ayat yang tidak mungkin dapat diartikan dari sisi arti lain,
sedangkan ayat mutasyabih mempunyai kemungkinan muncul arti yang
banyak. Definisi ini dikemukakan Ibnu ‘Abbas.
d. Muhkam adalah ayat yang maknanya dapat dipahami akal, seperti bilangan
raka’at shalat, kekhususan bulan Ramadhan untuk pelaksanaan puasa wajib,
sedangkan ayat- ayat mutasyabih sebaliknya. Pendapat ini dikemukakan Al-
Mawardi.
e. Muhkam adalah ayat yang pemahaman maknanya dapat berdiri sendiri,
sedangkan ayat-ayat mutasyabih untuk memahaminya bergantung pada ayat
lain.
f. Muhkam adalah ayat yang maksudnya segera dapat diketahui tanpa ditakwil
terlebih dahulu, sedangkan ayat mutasyabih memerlukan penakwilan untuk
mengetahui maksudnya.
g. Muhkam adalah ayat yang lafazh-lafazhnya tidak berulang-ulang,
sedangkan ayat
mutasyabih sebaliknya.
h. Muhkam adalah ayat yang berbicara tentang kefarduan, ancaman, dan janji,
sedangkan ayat mutasyabih berbicara tentang kisah-kisah dan perumpamaan-
perumpamaan.
Dari berbagai pendapat yang dikemukakan para ulama terkait pengertian muhkam dan
mutasyabih dapat disimpulkan bahwa inti muhkam adalah ayat-ayat yang maknanya sudah
jelas, tidak samar lagi. Termasuk dalam kategori muhkam adalah nash (kata yang
menunjukkan sesuatu yang dimaksud dengan terang dan tegas, dan memang untuk makna
itu ia disebutkan) dan zhahir (makna lahir). Adapun mutasyabih adalah ayat-ayat yang
maknanya belum jelas. Termasuk kedalam kategori ini adalah mujmal (global), mu’awwal
(harus ditakwil), musykil dan ambigius.
Pendapat para ulama’ mengatakan bahwa penyebab adanya tasyabuh karena beberapa
hal Yaitu, 1). kesamaran pada lafaz ayat, 2). Kesamaran pada makna ayat, dan 3). Kesamaran
pada lafaz sekaligus makna ayat itu sendiri.
Pertama, lafadh atau ayat yang sama sekali tidak dapat diketahui hakekatnya. Seperti
tentang waktu kiamat dan hal-hal ghaib lainnya seperti dalam Surat al An’am 59:
( Qs. Al An`am 59 )
“Dan pada sisi Allahlah kunci-kunci semua yang ghaib tak ada yang mengetahuinya
kecuali Dia sendiri…
Kedua, ayat-ayat yang setiap orang bisa mengetahui maksudnya melalui penelitian
dan pengkajian. Seperti ayat-ayat mutasyabihat yang kesamarannya timbul akibat ringkas,
panjang, urutan, dan seumpamanya. Seperti dalam firman Allah Surat an Nisa 3:
( Surat an Nisa 3 )
Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan
yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang
kamu senangi : dua, tiga atau empat. (Qs An-Anisaa : 3)
Penjelasan berlaku adil ialah perlakuan yang adil dalam meladeni isteri seperti
pakaian, tempat, giliran dan lain-lain yang bersifat lahiriyah. Islam memperbolehkan
poligami dengan syarat-syarat tertentu.
Sebelum turun ayat ini poligami sudah ada, dan pernah pula dijalankan oleh para nabi
sebelum Nabi Muhammad SAW ayat ini membatasi poligami sampai empat orang saja.
Maksud ayat tersebut di atas tidak jelas, dan ditimbulkan akibat lafadnya yang ringkas.
Karena kalimat asalnya berbunyi:
“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap perempuan yang yatim
sekiranya kamu kawini mereka, maka kawinilah wanita-wanita selain mereka.”
Ketiga, ayat-ayat mutasyabihat yang maksudnya dapat diketahui oleh para ulama
tertentu dan bukan semua ulama. Maksudnya yang demikian adalah makna-makna yang
tinggi yang memenuhi hati orang-orang yang jernih jiwanya dan mujtahid.
Pertama, Madzhab Salaf, yaitu orang-orang yang mempercayai dan meyakini sifat-sifat
mutasyabih dan menyerahkan hakekatnya kepada Allah nsendiri. Karena mereka
menyerahkan urusan mengetahui hakekat maksud ayat-ayat mutasyabihat kepada Allah. Oleh
karenanya, mereka disebut Mufawidah atau Tafwid. Sistem penafsiran tersebut secara umum
digunakan Madzhab Salaf dalam memahami ayat-ayat mutasyabihah. Dalam aplikasinya
mereka menggunakan argumen aqli dan naqli.
Kedua, Madzhab Khalaf yaitu ulama yang menakwilkan lafal yang makna lahirnya
mustahil dengan makna yang sesuai dan laik untuk dzat Allah. Oleh sebab itu mereka disebut
Muawwilah atau Madzhab Takwil. Seperti mereka memaknakan istiwa dengan ketinggian
yang abstrak, berupa pengendalian Allah terhadap alam. Kedatangan Allah diartikan dengan
kedatangan perintahnya. Allah berada diatas hamba-Nya dengan Allah Maha Tinggi, bukan
berada suatu tempat. Sisi Allah dengan hak Allah. Wajah dengan dzat mata dengan
pengawasan, tangan dengan kekuasaan dan diri dengan siksa.
a) Menjadi rahmat bagi manusia, khususnya orang kemampuan bahasa Arabnya lemah.
Dengan adanya ayat-ayat muhkam yang sudah jelas arti maksudnya, sangat besar arti
dan faedahnya bagi mereka.
b) Memudahkan bagi manusia mengetahui arti dan maksudnya. Juga memudahkan bagi
mereka dalam menghayati makna maksudnya agar mudah mengamalkan pelaksanaan
ajaran- ajarannya.
c) Mendorong umat untuk giat memahami, menghayati, dan mengamalkan isi kandungan
Al- Quran, karena lafal ayat-ayatnya telah mudah diketahui, gampang dipahami, dan
jelas pula untuk diamalkan. Menghilangkan kesulitan dan kebingungan umat dalam
mempelajari isi ajarannya, karena lafal ayat-ayat dengan sendirinya sudah dapat
menjelaskan arti maksudnya, tidak harus menuggu penafsiran atau penjelasan dari
lafal ayat atau surah yang lain
a) Sebagai rahmat Allah kepada manusia agar mereka selalu berpikir. Allah
merahasiakan banyak hal, agar mereka mencari dan berupaya mendapatkan serta
membuka misteri-misteri itu. Maka dengan adanya ayat-ayat mutasyabihat manusia
tidak bergantung secara terus menerus pada penjelasan Allah, tetapi mereka bisa
bergerak sendiri untuk mencari kebenaran dengan bantuan cahaya ayat-ayat Allah.
c) Sesuai dengan perkataan Fakhr ar Raziy, ayat-ayat al Quran ditujukan kepada semua
manusia. Oleh karena itu ia diformulasikan dalam bahasa yang universal dan
mengandung berbagai kemungkinan untuk ditakwilkan. Didalamnya mengandung
berbagai isyarat dan ketentuan- ketentuan yang pasti. Dengan demikian ayat-ayat
mutasyabihat adalah konsekuensi yang tidak dapat dielakkan untuk menjaga keutuhan
dan universalitas al Quran itu sendiri.
d) Untuk menjadi bukti kelemahan manusia atas kebesaran Allah dan ketinggian ayat-
ayat-Nya. Dengan adanya ayat-ayat mutasyabihat, manusia dijadikan tunduk terhadap
ketentuan-Nya dan menghancurkan kesombongannya terhadap ketetapan-ketetapan
Allah. Selanjutnya ayat-ayat mutasyabihat menunjukkan keterbatasan manusia yang
harus mereka sadari setiap saat.
e) Untuk memberikan kebebasan kepada manusia untuk berbeda dalam penafsiran dalam
rangka menjadikan mereka lebih terbuka dan toleran. Sekiranya semua ayat adalah
muhkamat, maka yang terjadi adalah kebekuan dan statis, madzhab hanya satu, dan
manusia tidak lagi berkompetisi dalam mencari kebenaran
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara Etimologi Muhkam Berasal dari kata Ihkam yang secara bahasa berarti
kekukuhan, Kesempurnaan, keseksamaan dan pencegahan. Sedangkan Mutasyabihah berasal
dari kata Tasyhabuh secara etimologis berarti keserupaan dan kesamaan yang biasanya
membawa kepada kesamaan antara dua hal.
Secara Terminologi Ayat Muhkam adalah ayat yang maksudnya dapat diketahui dengan
gamblang, baik melalui takwil maupun tidak. Sedangkan ayat mutasyabihah adalah ayat yang
maksudnya hanya dapat diketahui oleh Allah, Seperti Hari Kiamat, Dajjal dan Huruf-huruf
Muquththo’ah.
Dari sekian pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa dapat disimpulkan bahwa inti
muhkam adalah ayat-ayat yang maknanya sudah jelas, tidak samar lagi. Termasuk dalam
kategori muhkam adalah nash (kata yang menunjukkan sesuatu yang dimaksud dengan
terang dan tegas, dan memang untuk makna itu ia disebutkan) dan zhahir (makna lahir).
Adapun mutasyabih adalah ayat-ayat yang maknanya belum jelas. Termasuk kedalam
kategori ini adalah mujmal (global), mu’awwal (harus ditakwil), musykil dan ambigius.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak memili kekurangan dan kesalahan
dalam penulisan dan penggunaan kata. Maka daripada itu kami selaku penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Sehinngga dengan kritik dan
saran itu nantinya kami bisa memperbaiki makalah kami kedepannya.