DOSEN PEMBIMBING :
KHANIF SETIYAWAN, S.T., M.T.
Oleh :
Pada
Disetujui Oleh :
Dosen Pembimbing Tugas Akhir
1
beraturan. Pada saat melalui medan magnet, ion positif akan tertarik oleh
kutub negatif magnet, sedangkan untuk ion negatif akan tertarik oleh kutub
positif magnet, ion positif dan ion negatif bahan bakar yang mengalir secara
acak menjadi teratur setelah melewati medan magnet. Sehingga kualitas bahan
bakar akan menjadi lebih baik dan mudah terbakar di dalam ruang bakar. [3]
Berdasarkan hal tersebut diatas maka penulis akan melakukan penelitian
dengan judul “Analisis Optimasi Engine Melalui Penambahan Solenoid Pada
Sistem Bahan Bakar Motor Diesel Putaran Stasioner”.
2
3. Analisis Optimasi Engine Melalui Penambahan Solenoid Pada Sistem Bahan
Bakar Motor Diesel Putaran Stasioner dengan tegangan 12 V.
4. Panjang Pipa Solenoid 5 cm, 10 cm dan 15 cm.
5. Penelitian ini tidak membahas emisi gas buang.
6. Indikator yang diteliti meliputi : Daya, Torsi, Konsumsi bahan bakar
spesifik (Sfc).
3
pembahasan agar dapat diketahui prosentase perubahan yang terjadi.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan penelitian dan saran yang berkaitan dengan
penelitian yang dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
sehingga berpengaruh terhadap efisiensi dan konsumsi bahan bakar spesifik. [6]
Hotman P. Siregar (2007), Meneliti tentang pengaruh diameter kawat
kumparan alat penghemat energi yang berbasis elektromagnetik terhadap kinerja
motor diesel, didapatkan bahwa menggunakan penghemat energi berbasis
elektromagnet pda saluran bahan bakar, dengan bahan bakar solar menujukan
kawat diameter p,35 mm dan jumalah kumparan 4000 lilitan memberikan
penghematan bahan bakar sekitar 30,79% dibandingka motor diesel tanpa
penghemat energi berbasis elektromagnet. [7]
Rusno S.T (2017) meneliti tentang variasi inti lilitan remanen pada saluran
bahan bakar terhadap unjuk kerja motor diesel satu silinder 8 HP . dengan dengan
variasi dari inti plastik, pipa besi pipa tembaga dengan bahan bakar solar bahwa
pipa besi mempunyai pengaruh besar terhadap prestasi mesin mencapai 4,09%
untuk torsi 4,09 % untuk daya dan untuk sfc mengalami penurunan 10,09 % dari
standar yang menjadikan bahan bakar lebih hemat. [8]
Motor diesel ditemukan pada tahun 1892 oleh Rudolf Diesel, mesin diesel
juga disebut “Motor Penyalaan Kompresi” oleh karena penyalaannya dilakukan
dengan menyemprotkan bahan bakar ke dalam udara yang telah bertekanan dan
bertemperatur tinggi sebagai akibat dari proses kompresi di dalam ruang bakar.
Agar bahan bakar diesel dapat terbakar dengan sendirinya, maka perbandingan
kompresi mesin diesel harus berkisar antara 15–22, sedangkan tekanan
0
kompresinya mencapai 20–40 bar dengan suhu 500–700 C. Motor diesel disebut
juga motor pembakaran kompresi karena proses pembakaran bahan bakar terjadi
akibat adanya tekanan kompresi yang tinggi. Berdasarkan efisiensi secara
keseluruhan, motor diesel merupakan motor yang paling efisien dan bertenaga
besar, pada motor diesel putaran rendah efisiensi panas dapat mencapai 50
persen.[9]
Prinsip kerja engine diesel 4 langkah sebenarnya sama dengan prinsip kerja
engine otto, yang membedakan adalah cara memasukkan bahan bakarnya. Pada
motor diesel bahan bakar di semprotkan langsung ke ruang bakar dengan
menggunakan injector pada akhir langkah kompresi. Dibawah ini adalah cara
kerja motor diesel 4 langkah :
6
Gambar 2.1 Cara Kerja Motor Diesel
Keterangan:
1. Langkah Hisap
Pada langkah ini piston bergerak dari TMA (Titik Mati Atas) ke TMB (Titik
Mati Bawah). Saat piston bergerak ke bawah katup hisap terbuka yang
menyebabkan ruang didalam silinder menjadi vakum, sehingga udara murni
langsung masuk ke ruang silinder melalui filter udara.
2. Langkah Kompresi
Pada langkah kompresi, katup masuk dan katup buang tertutup, udara yang
sudah masuk kedalam silinder akan ditekan oleh piston yang bergerak dari
TMB ke TMA. Perbandingan kompresi pada motor diesel berkisar antara 1:15
sampai 1:22. Akibat proses kompresi ini udara menjadi panas dan
temperaturnya dapat mencapai sekitar 800oC. Pada akhir kompresi
injector/nozel menyemprotkaan bahan bakar ke dalam udara panas yang
tekanannya dapat mencapai 40 bar.
3. Langkah Usaha
Proses engkol masih terus berputar, beberapa derajat sebelum Piston mencapai
TMA diakhir langkah kompresi, bahan bakar diinjeksikan ke dalam ruang
bakar. Karena suhu udara kompresi yang tinggi terjadilah pembakaran yang
menghasilkan tekanan yang mendorong piston bergerak dari TMA ke TMB.
Kedua katup masih dalam keadaan tertutup. Gaya dorong ke bawah diteruskan
oleh batang piston ke poros engkol untuk dirubah menjadi gerak rotasi.
Langkah usaha ini berhenti ketika katup buang mulai membuka beberapa
derajat sebelum Piston mencapai TMB.
4. Langkah Buang
Pada langkah ini, gaya yang masih terjadi di flywhell akan menaikan kembali
piston dari TMB ke TMA, bersamaan itu juga katup buang terbuka sehingga
udara sisa pembakaran akan didorong keluar dari ruang silinder menuju
exhaust manifold dan langsung menuju knalpot.
7
2.2.3 Pembakaran Motor Diesel
Pembakaran pada motor diesel terjadi karena bahan bakar yang diinjeksikan
ke dalam silinder terbakar dengan sendirinya akibat tingginya suhu udara
kompresi dalam ruang bakar. Proses pembakaran pada motor diesel terlihat pada
Gambar 2.2 sebagai hubungan antara tekanan dan waktu.
Proses pembakaran tersebut dibagi menjadi 4 periode yaitu :
Proses pertama : Waktu pembakaran tertunda periode ( A – B )
Proses kedua : Perambatan api ( B – C )
Proses ketiga : Pembakaran langsung ( C- D )
Proses keempat : Pembakaran lanjut ( D – E )
Pada gambar dapat dilihat tekanan udara akan naik selama langkah
kompresi berlangsung. Beberapa derajat sebelum Piston mencapai TMA bahan
bakar mulai disemprotkan. Bahan bakar akan segera menguap dan bercampur
dengan udara yang sudah bertemperatur tinggi. Oleh karena temperaturnya sudah
melebihi temperatur penyalaan bahan bakar, bahan bakar akan terbakar sendiri
dengan cepat. Waktu yang diperlukan antara saat bahan bakar mulai disemprotkan
dengan saat mulai terjadinya pembakaran dinamai periode persiapan
pembakaran(1). Sesudah melampaui periode persiapan pembakaran, bahan bakar
akan terbakar dengan cepat, hal tersebut dapat dilihat pada grafik sebagai garis
lurus yang menanjak, karena proses pembakaran tersebut terjadi dalam suatu
proses pengecilan volume (selama itu Piston masih bergerak menuju TMA).
Sampai Piston bergerak kembali beberapa derajat sudut engkol sesudah TMA,
tekanannya masih bertambah besar tetapi laju kenaikan tekanannya berkurang.
Hal ini disebabkan karena kenaikan tekanan yang seharusnya terjadi
dikompensasi oleh bertambah besarnya volume ruang bakar sebagai akibat
bergeraknya Piston dari TMA ke TMB.
Periode pembakaran. Ketika terjadi kenaikan tekanan yang berlangsung
8
dengan cepat (garis tekanan yang curam dan lurus, garis BC pada grafik) dinamai
periode pembakaran cepat (2). Periode pembakaran ketika masih terjadi kenaikan
tekanan sampai melewati tekanan yang maksimum dalam tahap berikutnya (garis
CD), dinamai periode pembakaran terkendali (3). Dalam hal terakhir ini jumlah
bahan bakar yang masuk ke dalam silinder sudah mulai berkurang, bahkan
mungkin sudah dihentikan. Selanjutnya dalam periode pembakaran lanjutan (4)
terjadi proses penyempurnaan pembakaran dan pembakaran dari bahan bakar
yang belum sempat terbakar.
Hal tersebut terakhir merupakan persyaratan mutlak bagi motor Diesel
karena proses pencampuran bahan bakar-udara hanya terjadi dalam waktu yang
singkat. Jadi, bahan bakar yang sebaiknya digunakan pada motor Diesel adalah
jenis bahan bakar yang dapat segera terbakar (sendiri), yaitu yang dapat
memberikan periode persiapan pembakaran yang pendek. Sebagai bahan bakar
standar dipergunakan bahan bakar hidrokarbon rantai lurus, yaitu hexadecane atau
cetane (C16H34) dan alpha-methylnaphtalene.
9
antara 35-55. Pada umumnya boleh dikatakan bahan bakar hidrokarbon dengan
struktur atom rantai lurus mempunyai bilangan setana lebih tinggi daripada bahan
bakar dengan struktur atom yang rumit. Motor Diesel kecepatan tinggi sebaiknya
menggunakan bahan bakar dengan bilangan setana yang tinggi.
Demikianlah secara umum boleh dikatakan bahwa bahan bakar yang baik
untuk motor Diesel adalah bahan bakar yang memiliki bilangan setana
tinggi; viskositas yang rendah untuk mengurangi tekanan penyemprotan; sifat
melumas yang baik supaya tidak merusak pompa tekanan tinggi; bulk
modulus kompresi yang tinggi untuk memudahkan penyemprotan, dan titik didih
yang tinggi supaya tidak mudah menguap. Selain itu diusahakan agar kadar
belerang dan aromatiknya rendah serta adanya aditif untuk meningkatkan mutu
bahan bakar.
10
volume tertentu dari minyak untuk mengalir melalui lubang dengan
diameter kecil tertentu, semakin rendah jumlah second berarti semakin
rendah viskositasnya. Jika viskositas semakin tinggi, maka tahanan untuk
mengalir akan semakin tinggi. Karakteristik ini sangat penting karena
mempengaruhi kinerja injektor pada mesin diesel. Atomisasi bahan bakar
sangat bergantung pada viskositas, tekanan injeksi serta ukuran lubang
injektor. Viskositas yang lebih tingi akan membuat bahan bakar teratomisasi
menjadi tetesan yang lebih besar dengan momentum tinggi dan memiliki
kecenderungan untuk bertumbukan dengan dinding silinder yang relatif lebih
dingin.Bahan bakar dengan viskositas lebih rendah memproduksi spray yang
terlalu halus dan tidak dapat masuk lebih jauh ke dalam silinder pembakaran,
sehingga terbentuk daerah fuel rich zone yang menyebabkan pembentukan
jelaga. Viskositas juga menunjukkan sifat pelumasan atau lubrikasi dari
bahan bakar. Viskositas yang relatif tinggi mempunyai sifat pelumasan yang
lebih baik. Pada umumnya, bahan bakar harus mempunyai viskositas yang
relatif rendah agar dapat mudah mengalir dan teratomisasi Hal ini
dikarenakan putaran mesin yang cepat membutuhkan injeksi bahan bakar
yang cepat pula. Namun tetap ada batas minimal karena diperlukan sifat
pelumasan yang cukup baik untuk mencegah terjadinya keausan akibat
gerakan piston yang cepat.
3. Titik nyala( flash point)
Titik nyala merupakan suhu yang paling rendah yang harus dicapai
dalam pemanasan minyak untuk menimbulkan uap terbakar sesaat ketika
disinggungkan dengan suatu nyala api. Titik nyala minimum untuk bahan
0
bakar diesel adalah 600 C.
4. Berat Jenis
Berat jenis menunjukkan perbandingan berat persatuan volume,
karakteristik ini berkaitan dengan nilai kalor dan daya yang dihasilkan
oleh mesin diesel per satuan volume bahan bakar. Berat jenis bahan bakar
diesel diukur dengan menggunakan metode ASTM D287 atau ASTM
D1298 dan mempunyai satuan kilogram per meter kubik (kg/m3).
5. Mutu Penyalaan
Mutu penyalaan adalah salah satu sifat yang paling penting dari bahan
bakar diesel untuk dipergunakan dalam mesin kecepatan tinggi. Mutu
penyalaan bahan bakar tidak hanya menentukan mudahnya penyalaan dan
penstarteran ketika mesin dalam keadaan dingin tetapi juga jenis pembakaran
yang diperoleh dari bahan bakar. Nama ini menyatakan kemampuan bahan
bakar untuk menyala ketika diinjeksikan ke dalam pengisian udara tekan
dalam silinder mesin diesel. Suatu bahan bakar dengan mutu penyalaan yang
11
baik akan siap menyala, dengan sedikit keterlambatan penyalaan bahan bakar
dengan mutu penyalaan yang buruk akan menyala dengan sangat terlambat.
Bahan bakar dengan mutu penyalaan yang baik akan memberikan mutu
operasi mesin yang lebih halus, tidak bising, terutama akan menonjol pada
beban ringan.
6. Belerang atau Sulfur
Belerang dalam bahan bakar terbakar bersama minyak dan
menghasilkan gas yang sangat korosif yang diembunkan oleh dinding-dinding
silinder, terutama ketika mesin beroperasi dengan beban ringan dan suhu
silinder menurun; kandungan belerang dalam bahan bakar tidak boleh
melebihi 0,5 %- 1,5 %. Kadar sulfur dalam bahan bakar diesel dari hasil
penyulingan pertama (straight-run) sangat bergantung pada asal minyak
mentah yang akan diolah. Pada umumnya, kadar sulfur dalam bahan bakar
diesel adalah 50-60% dari kandungan kandungan dalam minyak mentahnya.
Kandungan sulfur yang berlebihan dalam bahan bakar diesel dapat
menyebabkan terjadinya keausan pada bagian-bagian mesin. Hal ini terjadi
karena adanya partikel-partikel padat yang terbentuk ketika terjadi
pembakaran dan dapat juga disebabkan karena keberadaan oksida belerang
seperti SO2 dan SO3. Karakteristik ini ditentukan dengan menggunakan
metode ASTM D1551.
7. Titik Tuang dan Sifat Korosif
Titik tuang adalah suhu minyak mulai membeku/berhenti mengalir.
Titik tuang minimum untuk bahan bakar diesel adalah -15 oC.
Sifat korosif, Bahan bakar minyak tidak boleh mengandung bahan yang
bersifat korosif dan tidak boleh mengandung asam basa.
8. Kandungan Abu dan Endapan
Kandungan abu dan endapan dalam bahan bakar adalah sumber dari
bahan mengeras yang mengakibatkan keausan mesin. Kandungan abu
maksimal yang diijinkan adalah 0,01% dan endapan 0,05%.
9. Residu Karbon
Residu karbon adalah karbon yang tertinggal setelah penguapan dan
pembakaran habis Bahan yang diuapkan dari minyak, diperbolehkan residu
karbon maksimum 0,10 %.
10. Indeks Diesel
Indeks diesel adalah suatu parameter mutu penyalaan pada bahan bakar
mesin diesel selain angka cetane. Mutu penyalaan dari bahan bakar diesel
dapat diartikan sebagai waktu yang diperlukan untuk bahan bakar agar
12
dapat menyala di ruang pembakaran dan diukur setelah penyalaan. Nilai
indeks diesel dipengaruhi oleh titik anilin dan berat jenisnya.
Pada sistem bahan bakar motor diesel, pompa pengalir menghisap bahan
bakar dari tangki bahan bakar. Bahan bakar disaring oleh saringan bahan bakar
dan kandungan air yang terdapat pada bahan bakar dipisahkan oleh fuel
sedimenter sebelum dialirkan ke pompa injeksi bahan bakar. Rakitan pompa
injeksi terdiri dari pompa injeksi, Governor dan pompa pengalir. Dengan
digerakan oleh motor, pompa injeksi menekan bahan bakar dan dialirkan ke nozel
injeksi, dan selanjutnya diinjeksikan kedalam silinder menurut urutan pengapian.
Adapun fungsi dari masing-masing komponen sistem bahan bakar yaitu sebagai
berikut:
1. Tangki Bahan Bakar.
Tangki bahan bakar berfungsi sebagai penampung bahan bakar (solar).
Tangki bahan bakar mempunyai ventilasi untuk menyamakan tekanan yang
ada didalam tangki dengan udara atmosfer, hal ini diperlukan agar suplai
bahan bakar yang dilakukan pompa dapat tersalurkan dengan baik.
13
Gambar 2.6 Tangki bahan bakar
14
2. Pompa Injeksi
15
Pompa injeksi berfungsi memberikan tekanan pada solar yang akan
diinjeksikan/ disemprotkan oleh nozel. Tekanan tinggi yang dihasilkan akan
menjadikan pengabutan bahan bakar menjadi semakin lebih sempurna.
3. Nozel
Nozel dapat dinamakan juga injector berfungsi untuk mengabutkan
bahan bakar pada saat langkah pembakaran pada akhir langkah kompersi.
Nozel mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pembakaran,
karena semakin pengabutan baik maka pembakaran yang dihasilkan
semakin sempurna. Nozel mempunyai beberapa lubang yang sangat kecil dan
presisi sehingga bahan bakar yang masuk ke dalam nozel harus
dipastikan tidak membawa kotoran. Apabila bahan bakar yang dikabutkan
oleh nozel kotor maka dapat menutup lubang pengabutan solar.
2.2.6 Magnet
Kata magnet berasal dari bahasa Yunani yaitu magnes atau magnetis lithos
yang berarti batu dari magnesia. Magnet merupakan benda yang dapat menarik
benda-benda lain di sekitarnya seperti besi, baja, dan kobalt. Kemagnetan adalah
suatu penomena material yang memperlihatkan suatu pengaruh gaya tarik atau
gaya tolak terhadap material lain. Gaya bekerja pada suatu jarak tertentu dan
dapat dianalisis dalam bentuk medan magnet. Seluruh material yang
mempunyai sifat magnet seperti besi, nikel, dan kobalt, mempunyai kutub
utara (N, north) dan kutub selatan (S, south). Kutub yang sejenis akan tolak-
menolak dan kutub yang tidak sejenis akan tarik menarik. Gambar 2.9 berikut
16
memperlihatkan peristiwa ini.
Sifat kemagnetan suatu bahan ditentukan oleh spin elektron dan gerak
elektron mengelilingi inti. Spin elektron membentuk momen magnetik yang
meupakan magnet-magnet kecil (magnet elementer). Spin elektron tersebut
berpasangan dan tidak menimbulkan sifat kemagnetan, karena arah spinnya
berlawanan sehingga saling meniadakan. Spin elektron yang tidak berpasangan
bersifat sebagai magnet kecil. Sehingga magnet merupakan gabungan dari spin
elektron (magnet-magnet kecil) yang arah spin (utara-selatan)-nya sama.
17
Gambar 2.10 Fluks Medan Magnet
18
Gambar 2.11 Formasi serbuk besi yang dipengaruhi medan magnet.
2.2.8 Elektromagnet
Menurut percobaan Oersted tentang medan magnet oleh arus listrik bahwa
magnet yang berada dekat dengan suatu penghantar yang dialiri arus listrik akan
merubah kedudukannya.
1. Kaidah tangan kanan Ampere Kalau suatu kompas ditempatkan diatas telapak
tangan yang kemudian terdapat arus listrik ( I ) dari pergelangan menuju ke
ujung jari maka ujung kutub utara kompas akan menyimpang serarah dengan
ibu jari.
2. Kaidah Kotrek Maxwell Jika arah arus listrik menunjukan arah maju kotrex,
maka arah garis gaya magnet yang ditimbulkan menunjukkan arah putar
kotrex. Jika arah arus menunjukan arah putar kotrex, maka arah garis gaya
19
magnet yang ditimbulkan menunjukan arah maju kotrex.
Jika kaidah kotrek Maxwell yang dinyatakan pada gambar 2.12 dengan
jumlah kawat beraruskan banyak sekali dikenal dengan solenoida akan terjadi
elektromagnet, sebab memiliki sifat-sifat magnet yaitu salah satu ujungnya
menyerap garis gaya magnet yang berfungsi sebagai kutub selatan ( S ) sedang
kutub ujung lainnya memancarkan garis gaya yang berfungsi sebagai kutub utara (
U ).
Gaya yang dialami kutub magnet karena pengaruh arus listrik di sebut gaya
Bio-Savart. Sebaliknya suatu kawat berarus listrik ditempatkan di dalam
20
medan magnet, ternyata kawat berarus itu ada kemungkinan dipengaruhi gaya
yang disebut gaya Lorenzt. Jadi gaya Lorenz ini merupakan reaksi gaya Bio-
Savart. Solenoida merupakan sebuah kumparan kawat yang terdiri dari
beberapa lilitan (loop) seperti yang ditunjukan pada Gambar 2.14. Saat arus
listrik mengaliri solenoida, solenoida tersebut akan memiliki sifat medan magnet.
Posisi dari kutub – kutub medan magnet pada solenoida dipengaruhi oleh arah
arus di tiap lilitan tersebut. Karena garis – garis medan magnet akan
meninggalkan kutub utara magnet, maka kutub utara solenoida pada Gambar 2.14
berada di ujung kanan. Setiap kumparan menghasilkan medan magnet dan
medan total di dalam solenoida akan merupakan jumlah medan – medan yang
disebabkan oleh setiap lilitan arus. Jika kumparan – kumparan solenoida berjarak
sangat dekat, medan di dalam pada dasarnya akan parallel dengan sumbu kecuali
di bagian ujung – ujungnya. Untuk mengetahui besar medan magnet di dalam
solenoida dapat menggunakan hukum Ampere yang ditunjukkan pada rumus 1)
(Giancoli, 2001).
B nI 0 …………………..…………………………….…….. (1)
dengan :
B = besar medan magnet (T)
μ0 = permeabilitas ruang hampa ( Am 7 410) 11
n = jumlah lilitan per satuan panjang (m-1)
I = arus listrik (A)
Pada rumus tersebut, dapat diketahui bahwa B hanya bergantung pada
jumlah lilitan per satuan panjang, n, dan arus I. Medan tidak bergantung pada
posisi di dalam solenoida, sehingga nilai B seragam. Hal ini hanya berlaku pada
solenoida takhingga, tetapi merupakan pendekatan yang baik untuk titik – titik
yang sebenarnya yang tidak dekat dengan ujung solenoida.
21
Gambar 2.16 Reaksi Gaya Bio-Savart
Jika kawat AB dipatrikan pada titik A dan B dan kutub magnet utara (U)
diberi kebebasan bergerak maka jika kawat AB berarus seperti pada gambar kutub
utara (U) yang berada di bawah kawat AB akan bergerak ke kiri karena pengaruh
gaya Bio-Savart. Atau sebaliknya. Jadi gaya Lorenzt adalah gaya yang timbul
pada suatu arus listrik yang berada pada suatu medan magnet. Arah gaya Lorenzt
ditentukan dengan kaidah tangan kiri sebagai berikut :
“Jika suatu arus berada diantara suatu kutub utara magnet dan tapak tangan
kiri sedangkan arus listrik seakan-akan berjalan dari pergelangan ke jari-jari
tangan, maka arah gaya Lorenz ini mengarah ke ibu jari tangan kiri”. Arah gaya
lorenz dapat juga ditentukan dengan tiga jari tangan kiri (ibu jari) telunjuk dan jari
tengah yang dibentangkan saling tegak lurs satu sama lain.
1. Arah gaya lorenzt ditunjukan oleh ibu jari
2. Arah medan magnet ditunjukan oleh jari telunjuk
3. Arah arus listrik ditunjukan oleh jari tengah.
Elektromagnet telah banyak digunakan dalam kendaraan bermotor selama
beberapa tahun. Pada sistem start, pengisian dan pengapian mengalami
perbaikan/penyempurnaan terus menerus membuat kendaraan kita lebih handal.
Pada kenyataannya sulit untuk dipikirkan pada sebuah sistem otomotif tanpa
menggunakan elektromagnet.
Elektromagnet merupakan penggabungan listrik dan magnet. Sewaktu
mengalirkan listrik pada sebuah kawat bisa menciptakan medan magnet. Listrik
dan magnet benar-benar tidak terpisahkan kecuali dalam superkonduktor yang
menunjukkan Efek Meissner (bahan super konduktor dapat meniadakan
medan magnet sampai pada batas tertentu). Ini bisa dibuktikan dengan cara
meletakkan kompas di dekat kawat tersebut. Jarum penunjuk pada kompas
akan bergerak karena kompas mendeteksi adanya medan magnet.
Elektromagnetika sudah banyak dimanfaatkan dalam membuat mesin motor,
kaset, video, speaker (alat pengeras suara), dan sebagainya. Elektromagnet yang
ternyata memberikan alternatif yang cukup menjanjikan sebagai alat penghemat
bahan bakar.
22
2.2.9 Medan magnet solenoid
Solenoid adalah kawat berarus listrik berbentuk loop yang biasanya
dililitkan pada inti dari besi sehingga menghasilkan medan magnet. Medan
magnet yang seragam dihasilkan pada pusat solenoid, sedangkan medan magnet
yang terbentuk diluar solenoid lebih lemah dan divergen dapat di lihat dari
gambar 2.17 Medan magnetik pada solenoid.
23
Gambar 2.18 Medan magnet pada solenoid.
Jika arus I mengalir pada kawat solenoida, maka induksi magnetik dalam
solenoida (kumparan panjang) berlaku :
B = µ0.I.n ............................................................ (18)
Persamaan (2.18) digunakan untuk menentukan induksi magnet di tengah
solenoida. Sementara itu, untuk mengetahui induksi magnetik di ujung solenoida
dengan persamaan:
B = (µ0 .I.n) / 2............................................................ (19)
Induksi magnetik (B) hanya bergantung pada jumlah lilitan per satuan
panjang (n), dan arus (I ). Medan tidak tergantung pada posisi di dalam
solenoida, sehingga B seragam.Hal ini hanya berlaku untuk solenoida tak hingga,
tetapi merupakan pendekatan yang baik untuk titik-titik yang sebenarnya tidak
dekat ke ujung."Kumparan adalah sejumlah gulungan kawat berarus yang
dibuat dengan melilitkan kawat tersebut pada sepotong bahan yang terbentuk
(former), contohnya adalah kumparan datar dan solenoid”.
24
terciptalah pembakaran yang sempurna. Dalam hal ini yang dilakukan adalah
dengan menambahkan katalisator bahan bakar.
2. Menambah Zat Aditif Pada Bahan Bakar
Untuk mengurangi laju polusi udara ini maka perlu dilakukan perbaikan
pada mesin diesel dan bahan bakar solar. Salah satu cara yang dapat dilakukan
untuk mengurangi emisi gas buang seperti NOx, SOx, dan partikulat adalah
dengan meningkatkan Cetane Number (CN) pada solar. CN yang tinggi
berarti waktu tunda penyalaan lebih singkat. Untuk meningkatkan CN dapat
dilakukan dengan cara menambahkan aditif pada bahan bakar solar. Aditif
bahan bakar solar yang telah diproduksi secara komersil adalah 2-Ethyl Hexyl
Nitrate (2- EHN) [3]. 2-EHN adalah senyawa organik yang memiliki gugus
nitrat pada ujung rantai karbonnya. 2-EHN digunakan karena tidak stabil
secara termal dan terdekomposisi dengan cepat pada temperatur yang tinggi
pada ruang pembakaran. Produk yang terdekomposisi membantu dimulainya
pembakaran bahan bakar, dengan waktu penyalaan yang lebih pendek
dibandingkan dengan bahan bakar tanpa aditif. Penambahan 2-EHN pada
bahan bakar solar dengan dosis 0,05%-0,4% akan memberikan kenaikan CN
sebesar 4-7.
3. Proses Ionisasi
Hidrokarbon merupakan unsur utama bahan bakar. Molekul bahan bakar
terdiri dari sejumlah atom yang terdiri dari sejumlah inti dan elektron, yang
mengorbit sekitar inti atom. Gerakan magnet sudah ada di molekul-molekul
tersebut dan karena itu molekul tersebut telah memiliki muatan listrik positif
dan negatif. Tetapi molekul-molekul ini belum disesuaikan, maka bahan bakar
tidak aktif dan terkunci dengan oksigen selama pembakaran sehingga
molekul bahan bakar atau rantai hidrokarbon harus terionisasi.
Hidrogen partikel bahan bakar terjadi dalam dua berbeda isomer
bentuk Para dan Otrho. Hal ini ditandai dengan inti berbeda berlawanan
berputar. orto hidrogen memiliki lebih efektif daripada para untuk
pembakaran sempurna maksimal. Ortho dapat dicapai dengan menambahkan
medan magnet yang kuat di sepanjang saluran bahan bakar .
25
Gambar 2.19 Para state and Ortho state of Hydrogen
26
Dengan teknologi magnet resonasi ini, ikatan hidrogen dan karbon dalam
bahan bakar bisa direnggangkan sehingga unsur O2 (oksigen) bisa masuk dalam
senyawa bahan bakar. Dengan adanya proses ini pembakaran dalam kendaraan
bisa berlangsung sempurna. Dimana dengan pembakaran yang sempurna akan
menurunkan polusi gas buang pada kendaraan. [14]
2. π . n . T
P= (kW) ……………………………………………....... (2)
60000
Dimana :
T = Torsi (Nm)
P = Daya (kW)
n = Putaran mesin (rpm)
2. Torsi
Rumus yang digunakan dalam perhitungan Torsi :
P × 60000
T= (Nm) …………………………………………….. (3)
2. π . N
Dimana :
T = Torsi (Nm)
P = Daya (kW)
N = Putaran mesin (Rpm)
27
sebagai kerja per siklus per volume langkah Piston. Besar Brake Mean
Effective Pressure (BMEP) dinyatakan dengan persamaan :
60× P× nR ×103
BMEP= (kPa) …………………………...... (4)
Vd × N
Dimana:
P = Daya (kW)
nR = Ketetapan,
motor 2 langkah = 1
motor 4 langkah = 2
3
Vd = Volume silinder (dm )
N = Putaran mesin (rpm)
mf kg
Sfc= ( )
P kWℎ
…………………………........................ (5)
Dimana :
Sfc = Konsumsi bahan bakar spesifik (Kg/kWh)
P = Daya mesin (kW)
Dimana :
B = Volume buret (ml)
t = Waktu (s)
ρbb = Berat jenis bahan bakar (kg/l)
mf = Laju aliran massa bahan bakar (kg/h)
28
dengan energi kimia masukan yang terkandung dalam bahan bakar.
Efisiensi termal dihitung dengan rumus :
641,47
ηtℎ = ......................................................................... (7)
Sfc . Q HV
29
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah kondisi yang mempengaruhi munculnya suatu
gejala. Dalam hal ini variable bebas merupakan variable yang sengaja
dipelajari terhadap variable terkait. Variable bebas pada penelitian ini
adalah solenoid (medan magnet remanen) dengan mengunakan pipa besi
,diameter kawat tembaga 0,5 mm serta variasi panjang pipa solenoid 5 cm, 10
cm dan 15 cm.
2. Variabel Terkait
Variabel terkait adalah himpunan sejumlah gejala yang memiliki
aspek atau unsur didalamnya yang berfungsi menerima atau menyesuaikan diri
dengan kondisi lain (Suharmi, Arikunto (2002). Variable terkait dalam
penelitian ini adalah prestasi mesin diesel stasioner dengan melihat pada
30
besarnya torsi, daya, serta konsumsi bahan bakar spesifik.
3. Variabel Kontrol
Variabel kontrol adalah himpunan sejumlah gejala yang memiliki
berbagai aspek atau unsur didalamnya yang berfungsi untuk mengendalikan
agar variable terkait yang muncul bukan karena variable lain, tetapi benar-
benar karena variable bebas tertentu (Suharsimi, Arikunto (2002). Variable
kontrol pada penelitian ini menggunakan panel pembebanan lampu dengan
variasi sebesar 200 Watt s.d 3.400 Watt dengan interval pembebanan 200 Watt.
1. Motor Diesel
31
Motor Diesel stasioner yang akan digunakan untuk penelitian dengan
spesifikasi sebagai berikut; Merk/ Type Multi Equipment, 4 langkah, 1 silinder
3
System pendingin air Model Hopper ; Volume silinder 353 cm³ / 0,353 dm
Diameter silinder 74,5 mm ; Panjang langkah 81 mm ; Perbandingan kompresi
21 - 23 (standar) ; Saat injeksi standar 22º ± 2º sebelum TMA ; Celah katup
hisap 0,15 – 0,25 mm ; Celah katup buang 0,25 – 0,35 mm ; Tekanan injector
145 ± 5 kg/cm² ; Daya maksimum 4,41 kW pada putaran 2.600 rpm.
2. Generator set dengan spesifikasi; Merk / Type Huafa ST-3 ;Power 3000 W ;
230 V ; 13 A ; 1500 rpm ; Pembebanan listrik 500 W - 3000 W, lampu 100 W
x 30.
3. Bahan bakar yang digunakan yaitu solar.
4. Accu NS 60, 12 V, 45 A dan Tesla.
32
5. Solenoid
33
Gambar 3.4 Installasi lilitan medan magnet pada system
1. Buret Tetes
Digunakan untuk mengukur volume bahan bakar yang akan dipakai
dalam penelitian percobaan pada bahan bakar dengan satuan ukuran (cc).
34
Gambar 3.6 Panel Pembebanan Lampu
3. Power Analyzer, merk Lutron DW-6091 : Alat ini untuk mengukur daya listrik,
Tegangan, Arus Listrik, Frekuensi dan Power Factor (faktor kerja).
4. Stopwatch
Digunakan untuk menghitung waktu yang diperlukan untuk
menghabiskan bahan bakar yang ada di dalam buret.
35
Gambar 3.8 Stopwatch
5. Tool set
Terdiri dari satu set kunci ring dank unci pas, obeng, tang, dank unci
inggris. Alat tersebut digunakan untuk memperbaiki dan men tune-up motor
diesel tersebut jika terjadi trouble pada mesin.
36
3.6 TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Pengujian harus dilakukan dengan prosedur yang benar supaya data yang
diperoleh sesuai dengan kondisi fakta di lapangan. Dengan prosedur yang tepat
kesalahan dalam proses eksperimen akan terminimalisir. Adapun tahapan-tahapan
yang harus dilakukan yaitu :
1. Tahap Pertama
Persiapkan peralatan yang akan digunakan untuk penelitian,
mempersiapkan motor diesel dan setting atau Tune-up agar kondisi motor
dalam keadaan prima saat akan digunakan untuk mengambil data.
2. Tahap Kedua
Hidupkan motor diesel selama ± 5 menit tanpa pembebanan lampu untuk
warming up atau pemanasan hingga mencapai suhu kerja.
37
3. Tahap Ketiga
Tahap pengambilan data dapat dilaksanakan setelah seluruh tahap
persiapan selesai.
Motor diesel diuji dalam kondisi standar untuk mendapatkan data spesifik
actual. Hasil pengujian standar akan digunakan sebagai pembanding perubahan
yang terjadi dengan penambahan medan magnet remanen pada tiap perubahan
jumlah lilitan. Adapun langkah-langkahnya yaitu sebagai berikut:
1. Mengatur putaran (rpm) motor diesel dengan melihat power analyser sampai
pada ± 50 Hz/ 1500rpm.
2. Catat waktu konsumsi bahan bakar setiap 10 cc yang telah digunakan dan
terukur pada buret.
3. Catat daya yang keluar pada power analyser.
4. Ulangi langkah tersebut dengan menggunakan beban lampu mulai dari 200
watt sampai 3.400 watt dengan interval kenaikan beban sebesar 200 watt pada
setiap pembebanan yang diberikan.
38
3.8.3 Pengujian ketiga (X3)
39
3.10 DIAGRAM ALIR PENELITIAN
40
3.11 JADWAL KEGIATAN
Jadwal kegiatan penelitian tugas akhir dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Penyusunan Proposal
3
Tugas Akhir
4 Pembuatan Spesimen
Pengujian Medan
5
Magnet
6 Pengujian Daya
7 Pengujian Torsi
8 Pengolahan Sfc
Penyusunan Laporan
9
Tugas Akhir
41
DAFTAR PUSTAKA
42
[13] Siregar, H. P. 2007. Pengaruh Diameter Kawat Kumparan Alat Penghemat
Energi Yang Berbasis Elektromagnetik Terhadap Kinerja Motor
Diesel. Jurnal Teknik Mesin. Universitas Kristen Petra. 9/1: 1-8
[14] Yahya, W. 2015. Variasi Penggunaan Ionizer Dan Jenis Bahan Bakar
Terhadap Kandungan Gas Buang Kendaraan. Jurnal AUTINDO.
Politeknik Indonusa Surakarta. ISSN : 2442-7918.1/2.
[15] Arikunto, Suharsimi. 2002. Metodologi Penelitian. Penerbit PT. Rineka
Cipta.Jakarta.
[16] Arikunto, Suharsimi. 2002. Metodologi Penelitian. Penerbit PT. Rineka
Cipta.Jakarta.
[17] Winarno, Surahmad 1998, Pengantar Penelitian Sosial Dasar Metode
Tehnik, Penerbit Tarsito, Bandung.
43