Anda di halaman 1dari 13

CT Scan adalah singkatan dari Computerized Tomography Scan, suatu alat pencitraan atau prosedur

medis untuk menggambarkan bagian-bagian tubuh tertentu menggunakan bantuan sinar-X khusus.
Dibandingkan dengan foto rongsen, CT scan lebih detil karena mengambil gambar dari potong-
potongan organ yang diperiksa. Pemeriksaan CT Scan ini menggabungkan serangkaian gambar yang
diperoleh dari sinar-X, diambil dari berbagai macam sudut, kemudian mengggunakan sistem
komputerisasi untuk menggabungkan potongan-potongan gambar tersebut dan menciptakan suatu
kesatuan gambar organ tubuh yang akan diperiksa dengan arah tertentu, selapis demi selapis. CT
Scan memberikan hasil pencitraan yang jauh lebih baik dan jelas dibandingkan pemeriksaan dengan
sinar-X biasa.
Sumber: CT Scan : Kegunaan, Prosedur, Efek Samping - Mediskus

Gambar pemeriksaan CT Scan Pencitraan organ tubuh dapat dilakukan untuk organ tubuh manapun,
seperti tulang, pembuluh darah, kepala, dan juga jaringan lunak di dalam tubuh, seperti ginjal, hati,
dan lain-lain
Sumber: CT Scan : Kegunaan, Prosedur, Efek Samping - Mediskus

Kegunaan CT San CT Scan memiliki berbagai macam kegunaan, namun biasanya dilakukan untuk
pemeriksaan yang membutuhkan hasil dengan cepat. Sebagai contoh, pada kasus pasien yang
mengalami kecelakaan atau trauma. Selain itu CT Scan juga digunakan untuk menegakkan diagnosis
suatu penyakit, sehingga dapat ditentukan langkah pengobatan selanjutnya. CT Scan dapat dilakukan
untuk mengetahui beberapa hal seperti : Menegakan diagnosis kelainan tulang dan otot, seperti
adanya tumor pada tulang, patah tulang atau kelainan tulang belakang. Menentukan secara pasti
lokasi adanya sel kanker, infeksi, atau bekuan darah Memantau perjalanan suatu penyakit atau
efektivitas suatu terapi pengobatan Ada tidaknya perdarahan di dalam organ tubuh, misalnya
pendarahan otak. Bisa dilihat melalui CT Scan kepala
Sumber: CT Scan : Kegunaan, Prosedur, Efek Samping - Mediskus

Prosedur Pemeriksaan CT Scan Pemeriksaan CT Scan hanya membutuhkan waktu yang sebentar,
hanya sekitar 30 menit dan hasilnya pun cepat didapatkan. Pasien tidak perlu menginap di rumah
sakit untuk menjalani pemeriksaan ini. Pasien dapat diberikan obat sedatif agar pasien tenang dan
tidak gerak-gerak. Apabila pasien gerak-gerak, maka hasil pemeriksaan menjadi tidak jelas dan tidak
akurat. Pasien yang akan menjalani pemeriksaan CT Scan harus berbaring di atas ranjang yang dapat
bergerak secara otomatis melewati mesin besar yang bagian tengahnya berongga seperti donat.
Pasien mungkin dapat mendengar suara gemuruh dari mesin pada saat pemeriksaan berlangsung.
Pemeriksaan CT Scan ini dapat dilakukan dengan atau tanpa menggunakan zat kontras. Zat kontras
yang digunakan biasanya adalah iodine. Tujuan penggunaan kontras ini adalah untuk memperjelas
bagian organ yang akan dilihat. Namun penggunaan zat kontras tidak diperbolehkan untuk pasien
yang mengalami gangguan ginjal. Hal ini disebabkan seluruh zat kontras dimetabolisme dan
dikeluarkan dari ginjal. Beberapa cara untuk memasukan zat kontras, antara lain : (tergantung dari
organ apa yang akan diperiksa) Disuntikan melalui pembuluh darah vena, sehingga dapat terbawa ke
seluruh tubuh. Beberapa organ yang dapat diperiksa seperti kantung empedu, sistem kemih,
pembuluh darah dan organ yang dilewatinya. Melalui mulut, biasanya berupa cairan yang diminum
oleh pasien. Tujuannya adalah untuk memeriksa esofagus dan lambung. Melalui anus disebut juga
enema. Zat kontras dimasukan melalui lubang anus untuk memeriksa usus atau saluran pencernaan
bagian bawah. Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum pasien menjalankan pemeriksaan CT
Scan adalah : Melepaskan seluruh atau sebagian pakaian (tergantung dari organ mana yang akan
diperiksa) dan menggunakan pakaian khusus dari rumah sakit. Tidak mengenakan barang-barang
yang terbuat dari logam, seperti : perhiasan, ikat pinggang, gigi palsu, kacamata, dan sebagainya
karena dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan. Puasa 6 – 8 jamty sebelum pemeriksaan, tidak
boleh makan dan minum sama sekali. Setelah pemeriksaan CT Scan selesai dilakukan, maka pasien
dapat pulang dan beraktivitas seperti biasa. Sedikit berbeda apabila pemeriksaan dilakukan dengan
menggunakan zat kontras, karena selesai pemeriksaan dilakukan pasien harus dipastikan benar-
benar sudah dapat makan dan tidak mual. Efek Samping CT Scan Pemeriksaan CT Scan ini
menggunakan paparan radiasi dalam jumlah yang jauh lebih besar dibandingkan penggunaan sinar
radiasi pada foto rontgen biasa, namun resiko atau efek samping yang ditimbulkan sangatlah kecil.
Hal inilah yang menyebabkan CT Scan mampu memberikan informasi yang lebih detail dan akurat.
Harganyapun lebih mahal, baca: Berapa Biaya CT Scan Kepala? Selama pemeriksaan berlangsung,
pasien tidak akan merasakan sakit sama sekali. CT Scan tidak menimbulkan efek samping dalam
jangka panjang, sehingga sangat kecil kemungkinan untuk terjadinya kanker karena menjalani
pemeriksaan ini. Apabila pemeriksaan CT Scan menggunakan zat kontras, maka dapat timbul reaksi
alergi pada orang-orang yang sensitif terhadap zat tersebut. Reaksi alergi ini pada umumnya ringan,
berupa gatal atau timbul kemerahan pada kulit, dapat diatasi dengan penggunaan obat antihistamin.
Jarang sekali reaksi alergi yang dapat mengancam nyawa. Walaupun tergolong cukup aman dan
tidak menimbulkan efek samping, pemeriksaan CT Scan tidak dianjurkan pada wanita yang sedang
hamil karena sinar radiasi yang digunakan ditakutkan dapat mengganggu perkembangan janin.
Apabila memang kondisi wanita hamil membutuhkan hasil pemeriksaan yang detail dan akurat,
dapat digunakan alternatif pemeriksaan lain seperti USG atau MRI yang tidak menggunakan paparan
radiasi sehingga aman untuk janin.
Sumber: CT Scan : Kegunaan, Prosedur, Efek Samping - Mediskus
Elektroensefalografi (EEG) adalah merekam aktivitas elektrik di sepanjang kulit kepala.
EEG mengukur fluktuasi tegangan yang dihasilkan oleh arus ion di dalam neuron otak.[1]
Dalam konteks klinis, EEG mengacu kepada perekaman aktivitas elektrik spontan dari otak
selama periode tertentu, biasanya 20-40 menit, yang direkam dari banyak elektroda yang
dipasang di kulit kepala.

Elektroensefalogram (EEG) adalah Alat untuk merekam aktivitas listrik dari otak dengan
menggunakan pena yang menulis di atas gulungan kertas.[2] Tes ini mampu menunjukkan
tanda penyakit alzheimer dan epilepsy.[2] Sumber lain menjelaskan bahwa EEG adalah sebuah
pemeriksaan penunjang yang berbentuk rekaman gelombang elektrik sel saraf yang berada di
otak yang memiliki tujuan untuk mengetahui adanya gangguan fisiologi fungsi otak.[3]

Daftar isi
 1 Cara kerja EEG
 2 Kegunaan EEG
 3 Rujukan
 4 Referensi

Cara kerja EEG


Aktivitas listrik dari otak penderita direkam oleh elektroda perak yang dipasang oleh teknisi
yang terlatih pada kulit kepala.[2] Elektroda ini dihubungkan secara berpasangan di atas
bagian otak yang berdekatan sehingga arus terdeteksi oleh satu elektroda, akan berbeda yang
terdeteksi oleh elektroda pasangannya, perbedaan voltase ini akan menggerakkan pena.[2] Jika
pada bagian otak bermuatan negative dan satunya lagi pada bagian otak bermuatan positif,
pena akan bergerak ke bawah. Jika situasinya terbalik, pena akan bergerak ke atas.[2] Jika
tidak ada arus dari kedua bagian otak di bawah elektroda mempunyai arus yang sama, pena
akan menggambar garis datar.[2] Biasanya ada 8 pena berurutan dan rangkaian akhir dari garis
ini mengukur baik kekuatan fluktuasi perbedaan voltase maupun frekuensi.[2] Pemeriksaan ini
berlangsung selama 45-47 menit dan menghasilkan gambar gelombang otak selama 5 menit.
[2]
Jika seseorang tegang, EEG akan menunjukkan pola pengaktifan yang tidak sinkron dan
bervoltase rendah.[2] meski demikian, pola ini mirip dengan pola pada orang yang tenang,
yang melakukan tugas mental seperti menghitung.[2] Dengan demikikian bila seseorang
tegang ketika melakukan tes EEG, EEG hanya menunjukkan otak terangsang tetapi tidak
menunjukkan apa yang merangsangnya.[2]

Kegunaan EEG
EEG digunakan terutama untuk meneliti epilepsy dan penyakit Alzheimer, juga
mengidentifikasi individu yang harus dirujuk untuk melayani pemeriksaan lebih lanjut jika
penyakit otak adalah penyebab dari epilepsinya.[2] EEG biasa digunakan dalam menentukan
diagnosis penyakit epilepsi dengan mengidentifikasi setiap keabnormalan pada otak seperti
lesi yang memicu serangan epilepsi.[2] Dokter dapat menentukan diagnosis dengan mengamati
pola kejang pada EEG.[2] Meskipun EEG digunakan untuk meneliti penyakit epilepsy dan
Alzheimer, EEG tidak dapat mendiagnosis penyakit mental Schizofrenia, alasannya EEG dari
orang yang terganggu mentalnya biasanya normal.[2] Tes EEG juga tidak mungkin dapat
membedakan EEG dari orang genius dengan orang yang tidak pintar karena EEG tes yang
relative sederhana tentang distribusi dan kuantitas aktivitas listrik dari otak.[2]
BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Seiring dengan perkembangsn zaman, manusia atau ahli medis menggunakan teknologi
untuk membantu pengobatan. Di sisi lain keamanan tehnologi tersebut terhadap mahkluk hidup
juga harus diperhatikan agar tidak malah memperburuk keadaan pasien.
Salah- satu teknologi yang dhikembangkan dikalangan ahli medis untuk mengobati pasienya
adalah Sinar X. Ahli medis menggunakan Sinar X untuk memotret kedudukan tulang atau organ
dalam tubuh manusia.
Sinar-X mempunyai daya tembus yang cukup tinggi terhadap bahan yang dilaluinya. Dengan
demikian sinar-X dapat dimanfaatkan sebagai alat diagnosis dan terapi di bidang kedokteran .
Perangkat sinar-X untuk diagnosis disebut dengan photo Rontgen sedangkan yang untuk terapi
disebut Linec (Linier Accelerator). Dengan perkembangan teknologi maka photo Rontgen dapat di
tingkatkan fungsinya lebih luas yaitu melalui alat baru yang disebut dengan CT. Scan (Computed
Tomography Scan). Adanya peralatan peralatan yang menggunakan sinar-X maka akan membantu
dalam mendiagnosis dan pengobatan (terapi) suatu penyakit, sehingga dapat meningkatkan
kesehatan masyarakat.
Tetapi apakah penggunaan Sinar X itu tidak berbahaya bagi manusia. Padahal daya tembus
Sinar X cukup besar, apakah jaringan tubuh manusia aman kalau terkena paparan sinar-x terlalu
lama. Dan sinar X juga merupakan salah satu gelombang elektromaknetik yang dimana radiasi dari
gelombang elektromaknetik bisa membahayakan kesehatan manusia.

1.2  Rumusan Masalah

1.2.1 Apa definisi dari rontgen ?

1.2.2 Apa tujuan dari rontgen ?

1.2.3 Apa saja indikasi foto rontgen ?

1.2.4 Apa saja ragam persiapan rontgen ?

1.2.5 Apa saja batas paparan radiasi pada rontgen ?

1.2.6 Bagaimana cara kerja rontgen ?

1.2.7 Apa kelebihan dan kekurangan dari rontgen ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Agar mahasiswa memahami definisi rontgen.

1.3.2 Agar mahasiswa memahami tujuan rontgen.

1.3.3 Agar mahasiswa memahami indikasi foto rontgen.


1.3.4 Agar mahasiswa memahami ragam persiapan rontgen.

1.3.5 Agar mahasiswa memahami batas paparan radiasi pada rontgen.

1.3.6 Agar mahasiswa memahami cara kerja rontgen.

1.3.7 Agar mahasiswa memahami kelebihan dan kekurangan rontgen.


BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Definisi

Foto rontgen adalah alat yang menggunakan sinar sebagai cara untuk mampu
menembus bagian tubuh manusia, sehingga dapat dimanfaatkan untuk memotret bagian-bagian
dalam tubuh.

Pada prinsipnya sinar yang menembus tubuh ini perlu dipindahkan ke format film agar bisa
dilihat hasilnya. Seiring dengan kemajuan teknologi, kini foto rontgen juga sudah bisa diproses
secara digital tanpa film. Sementara hasilnya bisa disimpan dalam bentuk CD atau bahkan dikirim ke
berbagai belahan dunia menggunakan teknologi e-mail.

2.2 Tujuan

1. Mendapatkan gambaran dan mengetahui kelainan anatomis tubuh.

2. Dapat mempertanggung jawabkan dalam memberikan perawatan.

3 Membantu menegakkan diagnosa.

2.3 Indikasi

Sinar X yang digunakan untuk foto rontgen merupakan sinar yang dapat menyebarkan
radiasi. Meski demikian, manfaat yang didapat dari teknologi ini lebih banyak ketimbang risikonya
jika dilakukan dengan benar. Itulah mengapa, bila dianggap perlu bayi yang baru lahir pun bisa
menjalani tindakan ini untuk menegakkan diagnosis ada tidaknya kelainan dalam tubuhnya.
Tindakan ini dilakukan semata-mata untuk memudahkan penatalaksaan selanjutnya. Akan tetapi
harus diingat bahwa permintaan foto rontgen harus berasal dari dokter yang menanganinya, apakah
ada indikasi, selain telah mempertimbangkan masak-masak manfaat dan kerugiannya.

Contoh indikasi yang menjadi pertimbangan adalah:

1.      Sesak napas pada bayi. Untuk memastikan ada tidaknya kelainan di toraksnya (rongga dada), dokter
membutuhkan foto rontgen agar penanganannya tepat. Karena ada begitu banyak penyakit yang
memunculkan gejala sesak napas namun membutuhkan
penanganan yang jelas-jelas berbeda. hasil foto rontgen dapat membantu dokter menegakkan
diagnosis.
2.      Bayi muntah hijau terus-menerus. Bila dokter mencurigai muntahnya disebabkan sumbatan di
saluran cerna, maka pengambilan foto rontgen pun akan dilakukan. Pertimbangan dokter untuk
melakukan tindakan ini tidak semata-mata berdasarkan usia, melainkan lebih pada risk and benefit
alias risiko dan manfaatnya.
3.      Deteksi masalah pada tulang, paru-paru, usus, dan organ dalam lainnya . Bagi balita sampai kalangan
dewasa, foto rontgen lazimnya dimanfaatkan untuk mendeteksi masalah pada tulang, paru-paru,
usus, dan organ dalam lainnya.

2.4 Ragam persiapan Rontgen

Persiapan sebelum pemeriksaan dengan menggunakan sinar rontgen dapat dibedakan


sebagai berikut:

1.    Radiografi konvensional tanpa persiapan

Maksudnya, saat anak datang bisa langsung difoto. Biasanya ini untuk pemeriksaan tulang atau
toraks.

2.   Radiografi konvensional dengan persiapan

Pemeriksaan radiografi konvensional yang memerlukan persiapan di antaranya untuk foto rontgen
perut. Sebelum pelaksanaan, anak diminta untuk puasa beberapa jam atau hanya makan bubur
kecap. Dengan begitu ususnya bersih dan hasil fotonya pun dapat dengan jelas memperlihatkan
kelainan yang dideritanya.

3.   Pemeriksaan dengan kontras

Sebelum dirontgen, kontras dimasukkan ke dalam tubuh dengan cara diminum, atau dimasukkan
lewat anus, atau disuntikkan ke pembuluh vena. Alat rontgen yang digunakan untuk pemeriksaan
selanjutnya adalah fluoroskopi. Pemeriksaan dilakukan jika usus atau lambung anak dicurigai
terputar. Untuk anak yang dicurigai menderita Hirschsprung (penyempitan di usus besar yang
disebabkan bagian usus tidak memiliki persarafan pada dindingnya), kontras dimasukkan lewat anus.
Sedangkan untuk anak yang mengalami kelainan ginjal atau saluran kemih, kontras dimasukkan
lewat pembuluh vena atau kandung kemih.

Setelah dilakukan tindakan ini, bukan tidak mungkin akan muncul reaksi alergi pada beberapa
anak. Indikasinya adalah gatal, kemerahan, muntah, tekanan darah turun hingga sesak napas.

Oleh karena itu, alat/obat-obat untuk menangani kondisi ini harus tersedia di ruang
pemeriksaan yang merupakan bagian dari prosedur standar pelaksanaan rontgen menggunakan
kontras.

Untuk mencegah paparan radiasi, ada perlengkapan khusus yang digunakan selama proses
berlangsung. Misalnya organ vital anak akan ditutup selama pelaksanaan foto rontgen, atau orang
tua yang "memegangi" anaknya diharuskan memakai pelindung khusus yang dise but
shielding atau apron. Jatuhnya sinar ke tubuh anak pun harus melewati piranti khusus guna
meminimalisir kemungkinan bahaya radiasi. Intinya, persiapan matang sudah dipikirkan untuk
memprioritaskan keamanan pasien.

2.5 Paparan Radiasi Rontgen

Banyak orang tua yang menanyakan kala anaknya sakit ringan, seperti batuk-pilek, bolehkah
dirontgen untuk pemeriksaan yang lain. Pada prinsipnya tidak masalah sepanjang manfaat yang
didapat dengan tindakan tersebut lebih besar. Dokterlah yang akan memutuskan dengan berbagai
pertimbangan, apakah foto rontgen harus dilakukan atau tidak. Jika anak mengalami batuk kronik
disamping flu, dokter dapat meminta pemeriksaan dengan foto rontgen.

Namun ada kondisi tertentu yang menyebabkan anak tidak bisa dirontgen. Di antaranya
anak yang sedang sakit berat. Namun dengan kemajuan teknologi, di banyak rumah sakit sudah ada
alat rontgen yang mobile. Sehingga alat rontgenlah yang akan mendekat atau menjauh tanpa pasien
harus berpindah tempat. Selain itu, tak masalah juga bila anak memang memerlukan pemeriksaan
rontgen berulang. Contohnya pada anak yang dicurigai TBC paru sehingga perlu rontgen ulang
sebagai bahan evaluasi setelah menja-lani pengobatan selama 6 bulan. Selain jangka waktunya
cukup lama, dosis yang digunakan pun sudah dipertimbangkan seminimal mungkin sejauh masih bisa
diperoleh gambar yang jelas. Mengenai dosis minimal yang diperbolehkan tentu sudah ada aturan
bakunya, tergantung pada organ tubuh anak, terma-suk berat badannya. Selama dosis yang
digunakan tepat, kalaupun ada sel-sel yang terkena radiasi sinar X ini biasanya akan segera pulih
kembali.

Jadi, batasannya bukan pada berapa kali dalam setahun atau berapa banyak dalam kurun waktu
tertentu anak boleh dirontgen, melainkan seberapa penting dan mendesak tindakan tersebut harus
dilakukan. Itulah mengapa pada kondisi tertentu dimana diagnosis hanya bisa ditegakkan
berdasarkan hasil rontgen, meskipun harus diulang dalam jangka waktu relatif berdekatan, dokter
akan tetap merekomendasikannya untuk kepentingan anak.

2.6 Batas Paparan Radiasi

Pada prinsipnya, sinar X menyebarkan radiasi yang bisa menyebabkan ionisasi sel. Dalam
jangka panjang, paparan radiasi ini bisa memicu munculnya kanker.Namun tentu saja ambang dosis
yang dibutuhkan untuk memicu kanker tidaklah sedikit. Sejauh ini radiologi yang digunakan untuk
pasien masih dalam batas aman.

Sedangkan pekerja di lingkungan radiologi dibekali indikator khusus untuk mendeteksi


seberapa besar paparan radiasi yang sudah diterimanya. Seiring dengan kemajuan teknologi, posisi
"penembakan" pun sudah dibuat sedemikian rupa sehingga baik pasien maupun dokter/pekerja
radiologi yang melakukan tugasnya seminimal mungkin terpapar radiasi. Demikian juga dengan
waktu yang diperlukan selama proses "penembakan" dibuat semakin singkat.

2.7 Cara Kerja Foto Rontgen

Foto rontgen di gunakan oleh para dokter untuk melihat kondisi bagian dalam tubuh pasien.
Lewat hasil ronsen inilah dokter bisa mengetahui bagaimana kondisi kesehatan paru-paru, jantung,
bagian dalam perut, dan bagian-bagian dalam tubuh pasien yang lain. Dari foto ronsen jugalah kita
dapat mengetahui keadaan tulang-tulang. Apakah ada yang patah, bengkok, atau ada ketidak
normalan sambungan antar tulang. Tidak seperti foto pada umumnya, foto rontgen menggunakan
sinar X sebagai pemantul cahayanya. Namun, tidak seperti cahaya lampu yang dapat bersinar terang,
sinar ini tidak bisa kita lihat dengan mata telanjang. Untuk memotret bagian dalam tubuh, seseorang
harus berada di antara tempat penyimpanan film dan tabung yang memancarkan sinar X
tersebut.Sinar X ini akan menembus kulit dan bagian tubuh lain kecuali tulang. Bayangan sinar ini
kemudian direkam pada film. Setelah film tersebut dicuci, bagian yang tidak dapat ditembus sinar X
akan berwarna hitam, sedang bagian yang dapat ditembus oleh sinar X akan berwarna putih. Dari
hasil ronsen itulah, seorang dokter ahli penyakit dalam atau dokter tulang dapat menentukan
pengobatan yang tepat bagi pasiennya.

2.8 Kelebihan dan Kekurangan

2.8.1 Kelebihan :

Sebagai Alat Diagnosis atau biasa disebut dengan photo Rontgen, Sebagai Alat Terapi
(linec). dengan rontgen kita dapat mendeteksi penyakit-penyakit dalam secara mudah.

2.8.2 Kekurangan :

Sifat biasa sinar X bergerak laju dan lurus. Tidak boleh Fokus oleh kanta atau cermin
dipesong oleh medan magnet sekitar arah tertuju yang dilaluinya. Sifat khas  menembusi jirim padat.

Kesan pendarcahaya memberikan kesan cahaya kepada sebatian kimia seperti zink sulfida,
kalsium tungstat dan barium platinosiamida. Kesan pengion alur sinar X yang melintas melalui gas
memindahkan tenaganya kepada molekul-molekul yang akan seterusnya akan berpecah kepada titik
yang berkas negatif.

Kesan biologi sinar X bertindak dengan tisu hidup yang berada dalam tubuh, pada sinar X-ray
dapat melintasi obyek yang relatif tebal tanpa banyak diserap atau tersebar . Untuk alasan ini sinar-X
secara luas digunakan untuk gambar bagian dalam obyek visual buram, jangan berlebihan dalam
penggunaan sinar X pada pemeriksaan rontgen.

 
BAB III

PENUTUP

3.1  Kesimpulan

Foto rontgen adalah alat yang menggunakan sinar sebagai cara untuk mampu menembus
bagian tubuh manusia, sehingga dapat dimanfaatkan untuk memotret bagian-bagian dalam tubuh.

Sinar X yang digunakan untuk foto rontgen merupakan sinar yang dapat menyebarkan
radiasi. Meski demikian, manfaat yang didapat dari teknologi ini lebih banyak ketimbang risikonya
jika dilakukan dengan benar. Itulah mengapa, bila dianggap perlu bayi yang baru lahir pun bisa
menjalani tindakan ini untuk menegakkan diagnosis ada tidaknya kelainan dalam tubuhnya.
Tindakan ini dilakukan semata-mata untuk memudahkan penatalaksaan selanjutnya.

3.2  Saran

Setelah membaca makalah ini penulis menyarankan kepada masyarakat untuk tidak
menjadikan foto rontgen ini sebagai penghalang dalam mendiagnosis suatu penyakit, mengingat
masih banyak nya anggapan-anggapan buruk masyarakat terhadap rontgen ini.

Daftar Pustaka

Asrarudin. (2013, 05 Juli). Rontgen. Diperoleh 04-02-2014, dari


http://asrarudin91.blogspot.com/2013/07/05/rontgen

Bidan Mellystya. (2013, 15 Maret). Rontgen ronsen. Diperoleh 04-02-2014, dari


http://bidanmellystya.blogspot.com/2013/03/15/rontgen-ronsen

Purwaka, Adhy. (2013, 24 Desember). Foto rontgen. Diperoleh 04-02-2014, dari


http://adypurwoko.blogspot.com/2013/11/24/rontgen-foto
Diposting oleh Elok Fauzul Azizah 1307045

0 komentar:

Posting Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

";

Clock
Kalender
Followers
 

Anda mungkin juga menyukai