Makalah Agama
Makalah Agama
DOSEN PEMBIMBING
MUSTAPA, S.Th.I.,M.Hum.
DISUSUN OLEH
i
KATA PENGANTAR
Rasa syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat
karunianya kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan selesai tepat pada
waktunya. Makalah ini kami beri judul “Hukum, Ham, dan Demokrasi dalam
Islam”.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam
mata kuliah Pendidikan Agama di Universitas Putra Indonesia YPTK Padang.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk memberikan tambahan wawasan bagi
kami sebagai penulis dan bagi para pembaca. Khususnya dalam hal mengenai
hukum, ham dan demokrasi dalam islam.
Kami selaku penulis tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Mustapa, S.Th.I.,M.Hum selaku Dosen mata kuliah agama yang telah
memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas ini. Tidak lupa bagi pihak-pihak lain yang telah mendukung penulisan
makalah ini kami juga mengucapkan terima kasih.
Terakhir, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Maka dari itu kami membutuhkan kritik dan saran yang bisa
membangun kemampuan kami, agar kedepannya bisa menulis makalah dengan
lebih baik lagi. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca, dan bagi kami
khususnya sebagai penulis.
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jika kita berbicara tentang hukum, yang terlintas dalam pikiran kita adalah
peraturan-peraturan atau seperangkat norma yang mengatur tingkah laku manusia
dalam suatu masyarakat, yang dibuat dan ditegakkan oleh penguasa atau manusia
itu sendiri seperti:
1. Hukum adat
2. Hukum pidana dan sebagainya.
Berbeda dengan sistem hukum yang lain, hukum islam tidak hanya merupakan
hasil pemikiran yang dipengaruhi oleh kebudayaan manusia di suatu tempat pada
suatu massa tetapi dasarnya ditetapkan oleh Allah melalui wahyu-Nya yang
terdapat dalam Al-Qur’an dan dijelaskan oleh Nabi Muhammad sebagai rasul-Nya
melalui sunnah beliau yang terhimpun dalam kitab hadits. Dasar inilah yang
membedakan hukum Islam secara fundamental dengan hukum yang lain.
Adapun konsepsi hukum Islam, dasar dan kerangka hukumnya ditetapkan oleh
Allah. Hukum tersebut tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan manusia
lain dan benda dalam masyarakat, tetapi juga hubungan manusia dengan Tuhan,
hubungan manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain
dalam bermasyarakat, dan hubungan manusia dengan benda serta alam sekitarnya.
Kita berlanjut ke Hak asasi manusia dalam Islam, HAM dalam Islam berbeda
dengan hak asasi menurut pengertian yang umum dikenal. Sebab seluruh hak
merupakan kewajiban bagi negara maupun individu yang tidak boleh diabaikan.
Rasulullah saw pernah bersabda "Sesungguhnya darahmu, hartamu dan
kehormatanmu haram atas kamu." Maka negara bukan saja menahan diri dari
menyentuh hak-hak asasi ini, melainkan mempunyai kewajiban memberikan dan
menjamin hak-hak ini.
4
perspektif Islam. Untuk itu, kami akan membahas mengenai bagaimana sebenarnya
Hukum, HAM dan Demokrasi menurut ajaran islam.
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi fokus permasalahan yang akan dibahas dalam makalah
ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana ruang lingkup hukum Islam sebagai bagian dari Agama Islam
di Indonesia?
2. Bagaimana hak-hak asasi manusia menurut pandangan dalam Islam dan
pandangan Barat?
3. Bagaimana pelaksanaan demokrasi dalam Islam?
C. Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hukum Islam
Hukum adalah suatu sistem aturan atau adat yang secara resmi dianggap
mengikat dan dikukuhkan oleh penguasa, pemerintah, atau otoritas melalui lembaga
atau institusi. Sedangkan Hukum Islam adalah hukum yang ditetapkan oleh Allah
melalui wahyu-Nya yang kini terdapat dalam Al-Qur’an dan dijelaskan oleh nabi
Muhammad sebagai Rasul-Nya melalui Sunnah beliau yang kini terhimpun dengan
baik dalam kitab-kitab hadits. Hukum Islam terbagi menjadi 2, yaitu:
a) Syari’at
Semua ketetapan hukum yang telah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
Sifatnya tetap dan tidak dapat di ubah.
b) Fikih
Pemahaman manusia yang memenuhi syarat terhadap syari’at atau terhadap
ketentuan yang ada dalam Al-Qur’an dan Al-Sunnah terutama yang
berkenaan dengan masalah kemasyarakatan.
Dasar dan kerangka dari hukum ini ditetapkan oleh Allah, tidak hanya mengatur
mengenai hubungan manusia dengan manusia lain dan benda dalam masyarakat,
tetapi juga mengenai hubungan-hubungan lainnya, sebab manusia memiliki banyak
hubungan bukan saja dengan sesama manusia atau benda di dunia ini. Hubungan-
hubungan itu contohnya hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia
dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain dan hubungan
manusia dengan benda yang ada disekitar lingkungan hidupnya.
Interaksi manusia dalam berbagai tata hubungan ini diatur oleh batasan-batasan
yang jelas dalam hal tingkah laku yang ada di dalam bahasa Arab, disebut:
a) Hukm
Kata hukum yang digunakan sekarang dalam bahasa Indonesia berasal dari
kata hukm dalam bahasa Arab. Artinya, norma atau kaidah yakni ukuran,
tolak ukur, patokan, pedoman yang digunakan untuk menilai tingkah laku
atau perbuatan manusia dan benda. Dalam ilmu hukum islam kaidah
tersebut disebut hukm.
b) Ahkam
Dalam hukum islam ada lima hukm atau kaidah yang digunakan sebagi
patokan mengukur perbuatan manusia baik dibidang ibadah maupun
hubungan muamalah. Kelima jenis kaidah ini disebut al-ahkam al-khamsah
atau penggolongan hukum yang lima, yaitu Ja’iz atau Mubah atau bisa
disebut juga dengan Ibadah, Sunnah, Makruh, Wajib, Haram.
6
B. Macam-Macam Hukum Islam
1. Wajib (Fardhu)
Wajib atau fardhu merupakan status hukum yang harus dilakukan oleh mereka
yang memenuhi syarat-syarat wajibnya. Syarat wajib yang dimaksud adalah orang
yang sudah mu’allaf, yaitu seorang muslim yang sudah dewasa dan berakal sehat.
Jika kita mengerjakan perkara yang wajib, maka akan mendapat pahala. Namun
bila ditinggalkan maka akan mendapat dosa. Beberapa contoh ibadah yang
diwajibkan bagi umat Islam adalah shalat 5 waktu dan puasa Ramadhan. Hukum
wajib terbagi menjadi empat jenis berdasarkan bentuk kewajibannya, yakni :
a) Kewajiban dari waktu pelaksanaannya
• Wajib Muthlaq : Wajib yang tidak ditentukan waktu pelaksanaannya
seperti meng-qadha puasa Ramadan yang tertinggal atau membayar
kafarah sumpah.
• Wajib Muaqqad : Wajib yang pelaksanaannya ditentukan dalam
waktu tertentu dan tidak sah dilakukan di luar waktu yang ditentukan.
Wajib ini terbagi tiga:
7
d) Kewajiban berdasarkan kewajiban perintahnya
• Wajib Mu’ayyan : Kewajiban yang telah ditentukan dan tidak ada pilihan
lain seperti membayar zakat dan sholat lima waktu.
• Wajib Mukhayyar : Kewajiban yang objeknya boleh dipilih antara
beberapa alternatif.
2. Sunnah
Sunnah atau sunnat adalah perkara yang dianjurkan bagi umat Islam. Artinya,
jika dikerjakan maka akan mendapatkan pahala, namun jika tidak dikerjakan tidak
apa-apa. Sebagai muslim, kita sangat di anjurkan untuk mengerjakan amalan ibadah
sunnah yang jumlahnya sangat banyak sekali. Agar kita bisa mendapatkan pahala.
Contoh amalan sunnah yaitu sholat sunnah, puasa Senin Kamis dan lain-lain.
Berikut macam-macam sunnah:
a) Sunnah Muakkad : Sunnah yang sangat dianjurkan, seperti salat Idul Fitri,
salat tarawih, shalat duha, puasa arafah, dan lainnya.
b) Sunnah Gairu Muakkad : Misalnya memberi salam kepada orang lain.
c) Sunnah Hajat : Perkara di dalam salat yang sebaiknya dikerjakan, seperti
mengangkat tangan ketika takbir.
d) Sunnah Abad : Perkara dalam sholat yang harus dikerjakan ketika lupa, dan
harus melakukan sujud sahwi.
e) Sunnah Hadyu : Perbuatan yang dituntut melakukannya karena begitu besar
faidah yang didapat dan orang yang meninggalkannya tercela seperti azan,
salat berjamaah, salat hari raya.
f) Sunnah Zaidah : Sunnah yang apabila dilakukan oleh mukalaf dinyatakan
baik tapi bila ditinggalkan tidak diberi sanksi apapun. Misalnya mengikuti
yang biasa dilakukan nabi sehari-hari seperti makan, minum, dan tidur.
g) Sunnah Nafal : Suatu perbuatan yang dituntut tambahan bagi perbuatan
wajib seperti salat tahajud.
3. Mubah
Mubah artinya adalah boleh. Dalam Islam, mubah merupakan sebuah hukum
dimana seorang muslim boleh mengerjakan suatu perkara, tanpa mendapat pahala
dan dosa. Hal ini lebih condong pada aktivitas dan kegiatan duniawi. Contoh
perkara mubah antara lain adalah makan, minum dan lain-lain.
8
c) Sesuatu yang pada dasarnya bersifat mudharat, tetapi Allah SWT
memaafkan pelakunya. Contoh, mengerjakan pekerjaan haram sebelum
Islam.
4. Haram
Haram adalah suatu hal yang dilarang dan tidak boleh dilakukan oleh umat
Islam. Haram termasuk status hukum dimana sebuah perkara tidak boleh
dikerjakan. Jika dilakukan maka akan mendapat dosa. Contohnya adalah mencuri,
berzina, mabuk, membunuh, berjudi, dan lainnya. Hukum haram terbagi menjadi
dua:
a) Al Muharram li Dzatihi : Sesuatu yang diharamkan oleh syariat karena
esensinya mengandung kemadharatan bagi kehidupan manusia seperti
makan bangkai, minum khamr, berzinah.
b) Al Muharram li Ghairihi : Sesuatu yang dilarang bukan karena esensinya
tetapi karena kondisi eksternal seperti jual beli barang secara riba.
5. Makruh
Makruh adalah suatu perkara yang dianjurkan untuk tidak dilakukan. Jika
dilakukan tidak berdosa namun jika ditinggalkan akan mendapat pahala. Makruh
adalah perbuatan yang sebaiknya dihindari meski jika dilakukan tidak mendapat
dosa, namun sebaiknya tidak dilakukan. Contoh perbuatan makruh adalah makan
sambil berdiri atau berkumur saat sedang berpuasa. Ada 2 macam makruh, yaitu :
a) Makruh Tahrim : Sesuatu yang dilarang oleh syariat secara pasti.
Contohnya larangan memakai perhiasan emas bagi laki-laki.
b) Makruh Tanzih : Sesuatu yang dianjurkan oleh syariat untuk
meninggalkannya, tetapi larangan tidak bersifat pasti. Contohnya memakan
daging kuda saat sangat waktu perang.
9
pengertian yang umum dikenal. Sebab seluruh hak merupakan kewajiban bagi
negara maupun individu yang tidak boleh diabaikan. Rasulullah SAW pernah
bersabda: "Sesungguhnya darahmu, hartamu dan kehormatanmu haram atas kamu."
(HR. Bukhari dan Muslim).
Maka negara bukan saja menahan diri dari menyentuh hak-hak asasi ini,
melainkan mempunyai kewajiban memberikan dan menjamin hak-hak ini. Sebagai
contoh, negara berkewajiban menjamin perlindungan sosial bagi setiap individu
tanpa ada perbedaan jenis kelamin, tidak juga perbedaan muslim dan non-muslim.
Islam tidak hanya menjadikan itu kewajiban negara, melainkan negara
diperintahkan untuk berperang demi melindungi hak-hak ini.
Menurut Dr. Syekh Syaurat Hussain, terdapat dua macam HAM jika dilhat dari
ketegori huquuqul' ibad yaitu:
a) HAM yang keberadaanya dapat diselenggarakan oleh suatu negara (Islam).
b) HAM yang keberadaannya tidak secara langsung dapat dilaksanakan oleh
suatu Negara.
Hak-hak pertama yang dapat disebut sebagai hak-hak legal, sedang yang kedua
disebut sebagai hak-hak moral. Perbedaaan keduanya hanya terletak pada masalah
pertanggungjawaban didepan suatu negara Islam. Adapun dalam masalah sumber
asal, filsafat dan pertanggungjawabannya dihadapan Allah SWT Yang Maha Kuasa
itu sama. Secara universal, pada hakikatnya misi Rasulullah itu sendiri adalah untuk
menegakkan HAM. Beliau sebagai Rahmat Lil Alamin, dalam setiap kesempatan
selalu mendahulukan HAM sekaligus KAM (Kewajiban Hak Asasi Manusia).
Keadilan sebagai ciri HAM adalah tuntunan jelas yang tercantum dalam Al Qur'an.
Adapun Islam telah memberikan jaminan pada kebebasan manusia. Dalam Al-
Qur'an Allah menegaskan bahwa memeluk agama tidak dipaksakan, sebab telah
jelas yang baik dan buruk itu. Demikian juga kebebasan berpendapat, Islam
meletakkan kedudukannya pada posisi tinggi, bila berangkat dari niat suci semata
karena Allah. Oleh karena itu banyak ayat-ayat Al-Qur'an yang mendorong umat
Islam agar menggunakan logika (ya'qiluun), berfikir (yatafakkaruun) dan
berkontemplasi (yatadabbaruun).
10
a) Hak hidup
b) Hak Kemerdekaan
c) Hak persamaan dan larangan terhadap adanya diskriminasi yang tidak
terizinkan.
d) Hak mendapatkan keadilan
e) Hak mendapatkan proses hukum yang adil
f) Hak untuk mendapatkan perlindungan dari penyalahgunaan kekuasaan.
g) Hak untuk mendapatkan perlindungan dari penyiksaan.
h) Hak untuk mendapatkan perlindungan atau kehormatan dan nama baik.
i) Hak untuk memperoleh suaka
j) Hak-hak yang minoritas.
k) Hak dan kewajiban untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan dan urusan-
urusan publik.
l) Hak kebebasan percaya, berfikir dan berbicara.
m) Hak kebebasan beragama.
n) Hak berserikat bebas.
o) Susunan ekonomi dan hak berkembang darinya.
p) Hak memperoleh perlindungan atas harta benda.
q) Status dan martabat pekerja dan buruh.
r) Hak membentuk suatu keluarga dan masalah-masalahnya.
s) Hak-hak wanita yang sudah menikah.
t) Hak mendapatkan pendidikan.
u) Hak menikmati keleluasaan pribadi.
v) Hak mendapatkan kebebasan berpindah dan bertempat tinggal.
a) Dalam hal ini terdapat beberapa usaha perlindungan dalam Islam terhadap
pelaksanaan HAM yaitu Adanya konsep kedaulatan Allah, dimana umat
Islam ataupun seluruh umat manusia dianggap sebagai warga negara dari
sang penguasa yang sebenarnya. Tak ada seorang pun yang mempunyai
superioritas diatas lainnya. Manusia dilarang melakukan tindakan
pelanggaran HAM.
b) Manusia diangggap sebagai Khali-fah, dimana dengan amanah
kekhalifahan manusia harus melakukan aktifitasnya sesuai dengan hukum
yang telah ditetapkan Allah SWT.
11
c) Adanya konsep kesucian hak-hak manusia karena Al-Qur'an menyatakan
bahwa barang siapa membunuh seorang anak manusia, maka seakan akan
telah membunuh seluruh manusia.
d) Pendidikan masyarakat dengan mengadakan pendidikan masyarakat yang
berkaitan dengan hak-hak dan kewajibannya. Dan pendidikan merupakan
jaminan yang nyata terhadap HAM.
6. Demokrasi :
12
• Abraham Lincoln (1863) menyebutkan bahwa “demokrasi adalah
pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat (government of
the people, by the people, and for the people)”.
Dari beberapa pendapat ahli tentang demokrasi, dapat disimpulkan bahwa
demokrasi itu adalah rakyat sebagai pemegang kekuasaan, pembuat dan
penentu keputusan, dan kebijaksanaan tertinggi dalam penyelenggaran
negara/pemerintahan, serta rakyat sebagai pengontrol terhadap pelaksanaan
kebijakannya baik yang dilaksanakan secara langsung oleh rakyat atau
mewakilinya melalui lembaga perwakilan.
• Musyawarah (syura)
Kata ‘Syura’ berasal dari kata ‘Sy-Wa-Ra’, kemudian diserap kedalam
bahasa Indonesia menjadi ‘Musyawarah’ yang mempunyai arti
menyimpulkan pendapat berdasarkan pandangan antar kelompok atau
merundingkananya. Syura adalah salah satu cara untuk menetapkan hati
dalam pengambilan keputusan, menerima dan sekaligu melaksanakan
hasil keputusan tersebut.
• Persetujuan (ijma)
Arti kata ‘Ijma’ adalah persamaan pendapat. Ijma atau konsensus adalah
sistem yang mengakui suara terbayak/mayoritas. Kesepakatan ini
merupakan konsep pengesahan resmi dalam hukum islam.
• Penilaian interpretative yang mandiri (itjihad)
Upaya ini merupakan langkah kunci menuju penerapan perintah Tuhan di
suatu tempat atau waktu. Tuhan hanya mewahyukan prinsip-prinsip
utama dan memberi manusia kebebasan untuk menerapkan prinsip-
prinsip tersebut dengan arah yang sesuai dengan semangat dan keadaan
zamannya. Itjihad dapat berbentuk seruan untuk melakukan
pembaharuan, karena prinsip-prinsip Islam itu bersifat dinamis. Oleh
karena itu sudah selayaknya dilakukan pemikiran ulang yang mendasar
untuk membuka jalan bagi munculnya eksplorasi, inovasi dan kreativitas.
13
Pada dasarnya, konsep demokrasi tidak sepenuhnya bertentangan dan tidak
sepenuhnya sejalan dengan Islam. Hal ini ditunjukkan dengan :
• Demokrasi tersebut harus berada di bawah payung agama.
• Rakyat diberi kebebasan untuk menyuarakan aspirasinya.
• Pengambilan keputusan senantiasa dilakukan dengan musyawarah.
• Suara mayoritas tidaklah bersifat mutlak meskipun tetap menjadi
pertimbangan utama dalam musyawarah.
• Musyawarah atau voting hanya berlaku pada persoalan ijtihadi; bukan
pada persoalan yang sudah ditetapkan secara jelas oleh Alquran dan
Sunah.
• Produk hukum dan kebijakan yang diambil tidak boleh keluar dari
nilainilaiagama.
• Hukum dan kebijakan tersebut harus dipatuhi oleh semua warga.
Kesadaran hukum perlu ditanamkan sejak dini yang berawal dari lingkungan
keluarga, yaitu setiap anggota keluarga dapat melatih dirinya memahami hak-hak
dan tanggung jawabnya terhadap keluarga, menghormati hak-hak anggota keluarga
lain, dan menjalankan kewajibannya sebelum menuntut haknya. Apabila hal ini
dapat dilakukan, maka ia pun akan terbiasa menerapkan kesadaran yang telah
dimilikinya dalam lingkungan yang lebih luas, yaitu lingkungan masyarakat dan
bahkan negara.
14
hukum. Hal tersebut karena bisa jadi karena kurangnya pemahaman dan
pengetahuan masyarakat tentang kesadaran hukum dan peraturan yang
berlaku dalam hukum itu sendiri.
b). Ketaatan masyarakat terhadap hokum
Dengan demikian seluruh kepentingan masyarakat akan bergantung pada
ketentuan dalam hukum itu sendiri. Namun juga ada anggapan bahwa
kepatuhan hukum justru disebabkan dengan adanya takut terhadap hukuman
ataupun sanksi yang akan didapatkan ketika melanggar hukum.
a). Tindakan
Hal ini menjadi salah satu cara utama dan pertama untuk menanamkan
kesadaran hukum pada masyarakat. Tindakan bisa dalam bentuk hukuman
jika melanggar hukum, dan penghargaan bagi yang menaati hukum. Jadi
hukum harus ditegakkan sebagaimana mestinya jika ingin terwujud
kesadaran hukum masyarakat.
b). Pendidikan.
Segala hal tentang pengetahuan, pemahaman, kesadaran hukum orang lain,
dan menerima hukum, harus disampaikan dengan cara yang tepat.
Pendidikan adalah salah satu cara yang tepat untuk menyampaikannya. Hal
ini tentunya bisa dimulai dari lingkaran keluarga, lalu ke sekolah dan baru
kemudian ke masyarakat secara luas.
c). Kampanye.
Kampanye juga merupakan salah satu bentuk pengenalan terhadap hukum.
Ketika seseorang mengenal tentang hukum, ganjarannya ketika mereka
melanggar dan penghargaan yang mereka dapatkan ketika mereka mentaati,
maka mereka akan bisa memiliki kesadaran atas hukum itu sendiri.
d). Keteladanan.
Keteladanan menjadi unsur penting untuk menumbuhkan kesadaran hukum
dimasyarakat. Seringkali kesadaran hukum masyarakat sulit tumbuh karena
tiadanya keteladanan dari para pemimpin atau aparatur penegak hukumnya
sendiri.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan pada makalah ini adalah :
B. Saran:
16
DAFTAR PUSTAKA
17