Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

HUKUM, HAM DAN DEMOKRASI DALAM ISLAM

DOSEN PEMBIMBING

MUSTAPA, S.Th.I.,M.Hum.

DISUSUN OLEH

1. PUTRI NABIILAH BAKRI (21101152610033)


2. RAHMAT OKTA JOVIANDA (21101152610034)
3. RIKO ISWANTO (21101152610037)
4. SADDAM ‘AFIF NAQLI (21101152610038)

UNIVERSITAS PUTRA INDONESIA


FAKULTAS ILMU KOMPUTER
JURUSAN SISTEM INFORMASI
2021 /2022

i
KATA PENGANTAR

Rasa syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat
karunianya kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan selesai tepat pada
waktunya. Makalah ini kami beri judul “Hukum, Ham, dan Demokrasi dalam
Islam”.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam
mata kuliah Pendidikan Agama di Universitas Putra Indonesia YPTK Padang.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk memberikan tambahan wawasan bagi
kami sebagai penulis dan bagi para pembaca. Khususnya dalam hal mengenai
hukum, ham dan demokrasi dalam islam.
Kami selaku penulis tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Mustapa, S.Th.I.,M.Hum selaku Dosen mata kuliah agama yang telah
memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas ini. Tidak lupa bagi pihak-pihak lain yang telah mendukung penulisan
makalah ini kami juga mengucapkan terima kasih.
Terakhir, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Maka dari itu kami membutuhkan kritik dan saran yang bisa
membangun kemampuan kami, agar kedepannya bisa menulis makalah dengan
lebih baik lagi. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca, dan bagi kami
khususnya sebagai penulis.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................................... I


KATA PENGANTAR .................................................................................................... II
DAFTAR ISI ................................................................................................................III
BAB I..........................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG ........................................................................................................ 4
B. RUMUSAN MASALAH ................................................................................................... 5
C. TUJUAN ..................................................................................................................... 5
BAB II.........................................................................................................................6
A. PENGERTIAN HUKUM ISLAM .......................................................................................... 6
B. MACAM-MACAM HUKUM ISLAM ................................................................................... 7
1. Wajib (Fardhu) .................................................................................................... 7
2. Sunnah ................................................................................................................ 8
3. Mubah ................................................................................................................. 8
4. Haram ................................................................................................................. 9
5. Makruh ................................................................................................................ 9
C. HAK ASASI MANUSIA (HAM) DALAM ISLAM .................................................................... 9
D. DEMOKRASI DALAM ISLAM SERTA MENUMBUHKAN KESADARAN HUKUM ........................... 12
6. Demokrasi : ....................................................................................................... 12
7. Menumbuhkan Kesadaran Hukum : ................................................................. 14
BAB III...................................................................................................................... 16
A. KESIMPULAN............................................................................................................. 16
B. SARAN: .................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jika kita berbicara tentang hukum, yang terlintas dalam pikiran kita adalah
peraturan-peraturan atau seperangkat norma yang mengatur tingkah laku manusia
dalam suatu masyarakat, yang dibuat dan ditegakkan oleh penguasa atau manusia
itu sendiri seperti:
1. Hukum adat
2. Hukum pidana dan sebagainya.

Berbeda dengan sistem hukum yang lain, hukum islam tidak hanya merupakan
hasil pemikiran yang dipengaruhi oleh kebudayaan manusia di suatu tempat pada
suatu massa tetapi dasarnya ditetapkan oleh Allah melalui wahyu-Nya yang
terdapat dalam Al-Qur’an dan dijelaskan oleh Nabi Muhammad sebagai rasul-Nya
melalui sunnah beliau yang terhimpun dalam kitab hadits. Dasar inilah yang
membedakan hukum Islam secara fundamental dengan hukum yang lain.

Adapun konsepsi hukum Islam, dasar dan kerangka hukumnya ditetapkan oleh
Allah. Hukum tersebut tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan manusia
lain dan benda dalam masyarakat, tetapi juga hubungan manusia dengan Tuhan,
hubungan manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain
dalam bermasyarakat, dan hubungan manusia dengan benda serta alam sekitarnya.

Kita berlanjut ke Hak asasi manusia dalam Islam, HAM dalam Islam berbeda
dengan hak asasi menurut pengertian yang umum dikenal. Sebab seluruh hak
merupakan kewajiban bagi negara maupun individu yang tidak boleh diabaikan.
Rasulullah saw pernah bersabda "Sesungguhnya darahmu, hartamu dan
kehormatanmu haram atas kamu." Maka negara bukan saja menahan diri dari
menyentuh hak-hak asasi ini, melainkan mempunyai kewajiban memberikan dan
menjamin hak-hak ini.

Sebagai contoh, negara berkewajiban menjamin perlindungan social bagi


setiap individu tanpa ada perbedaan jenis kelamin, tidak juga perbedaan muslim
dan non-muslim. Islam tidak hanya menjadikan itu kewajiban negara, melainkan
negara diperintahkan untuk berperang demi melindungi hak-hak ini.

Umat Islam seringkali kebingungan dengan istilah demokrasi. Di saat yang


sama, demokrasi bagi sebagian umat Islam sampai dengan hari ini masih belum
diterima secara bulat. Sebagian kalangan memang bisa menerima tanpa reserve,
sementara yang lain, justeru bersikap ekstrem. Menolak bahkan mengharamkannya
sama sekali. Tak sedikit sebenarnya yang tidak bersikap sebagaimana keduanya.
Artinya, banyak yang tidak mau bersikap apapun. Kondisi ini dipicu dengan banyak
dari kalangan umat Islam sendiri yang kurang memahami bagaimana Islam
memandang demokrasi. Di bawah ini, ada tulisan menarik tentang demokrasi dalam

4
perspektif Islam. Untuk itu, kami akan membahas mengenai bagaimana sebenarnya
Hukum, HAM dan Demokrasi menurut ajaran islam.

B. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi fokus permasalahan yang akan dibahas dalam makalah
ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana ruang lingkup hukum Islam sebagai bagian dari Agama Islam
di Indonesia?
2. Bagaimana hak-hak asasi manusia menurut pandangan dalam Islam dan
pandangan Barat?
3. Bagaimana pelaksanaan demokrasi dalam Islam?

C. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:


1. Untuk mengetahui ruang lingkup hukum Islam sebagai bagian dari Agama
Islam di Indonesia.
2. Untuk memahami hak-hak asasi manusia menurut pandangan dalam Islam
dan pandangan Barat.
3. Untuk mengetahui pelaksanaan demokrasi dalam Islam.

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hukum Islam

Hukum adalah suatu sistem aturan atau adat yang secara resmi dianggap
mengikat dan dikukuhkan oleh penguasa, pemerintah, atau otoritas melalui lembaga
atau institusi. Sedangkan Hukum Islam adalah hukum yang ditetapkan oleh Allah
melalui wahyu-Nya yang kini terdapat dalam Al-Qur’an dan dijelaskan oleh nabi
Muhammad sebagai Rasul-Nya melalui Sunnah beliau yang kini terhimpun dengan
baik dalam kitab-kitab hadits. Hukum Islam terbagi menjadi 2, yaitu:
a) Syari’at
Semua ketetapan hukum yang telah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
Sifatnya tetap dan tidak dapat di ubah.
b) Fikih
Pemahaman manusia yang memenuhi syarat terhadap syari’at atau terhadap
ketentuan yang ada dalam Al-Qur’an dan Al-Sunnah terutama yang
berkenaan dengan masalah kemasyarakatan.

Dasar dan kerangka dari hukum ini ditetapkan oleh Allah, tidak hanya mengatur
mengenai hubungan manusia dengan manusia lain dan benda dalam masyarakat,
tetapi juga mengenai hubungan-hubungan lainnya, sebab manusia memiliki banyak
hubungan bukan saja dengan sesama manusia atau benda di dunia ini. Hubungan-
hubungan itu contohnya hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia
dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain dan hubungan
manusia dengan benda yang ada disekitar lingkungan hidupnya.

Interaksi manusia dalam berbagai tata hubungan ini diatur oleh batasan-batasan
yang jelas dalam hal tingkah laku yang ada di dalam bahasa Arab, disebut:
a) Hukm
Kata hukum yang digunakan sekarang dalam bahasa Indonesia berasal dari
kata hukm dalam bahasa Arab. Artinya, norma atau kaidah yakni ukuran,
tolak ukur, patokan, pedoman yang digunakan untuk menilai tingkah laku
atau perbuatan manusia dan benda. Dalam ilmu hukum islam kaidah
tersebut disebut hukm.
b) Ahkam
Dalam hukum islam ada lima hukm atau kaidah yang digunakan sebagi
patokan mengukur perbuatan manusia baik dibidang ibadah maupun
hubungan muamalah. Kelima jenis kaidah ini disebut al-ahkam al-khamsah
atau penggolongan hukum yang lima, yaitu Ja’iz atau Mubah atau bisa
disebut juga dengan Ibadah, Sunnah, Makruh, Wajib, Haram.

6
B. Macam-Macam Hukum Islam

1. Wajib (Fardhu)

Wajib atau fardhu merupakan status hukum yang harus dilakukan oleh mereka
yang memenuhi syarat-syarat wajibnya. Syarat wajib yang dimaksud adalah orang
yang sudah mu’allaf, yaitu seorang muslim yang sudah dewasa dan berakal sehat.
Jika kita mengerjakan perkara yang wajib, maka akan mendapat pahala. Namun
bila ditinggalkan maka akan mendapat dosa. Beberapa contoh ibadah yang
diwajibkan bagi umat Islam adalah shalat 5 waktu dan puasa Ramadhan. Hukum
wajib terbagi menjadi empat jenis berdasarkan bentuk kewajibannya, yakni :
a) Kewajiban dari waktu pelaksanaannya
• Wajib Muthlaq : Wajib yang tidak ditentukan waktu pelaksanaannya
seperti meng-qadha puasa Ramadan yang tertinggal atau membayar
kafarah sumpah.
• Wajib Muaqqad : Wajib yang pelaksanaannya ditentukan dalam
waktu tertentu dan tidak sah dilakukan di luar waktu yang ditentukan.
Wajib ini terbagi tiga:

i. Wajib Muwassa : Wajib yang waktu disediakan untuk


melakukannya melebihi waktu pelaksanaannya.
ii. Wajib Mudhayyaq : Kewajiban yang sama waktu
pelaksanaannya dengan waktu yang disediakan seperti puasa
Ramadhan.
iii. Wajib Dzu Syabhaini : Gabungan antara wajib muwassa
dengan wajib mudhayyaq, misalnya ibadah haji.

b) Kewajiban bagi orang yang melaksanakannya


• Wajib Aini : Kewajiban secara pribadi yang tidak mungkin dilakukan atau
diwakilkan orang lain, misalnya, puasa dan salat.
• Wajib Kafa’i/Kifayah : Kewajiban bersifat kelompok apabila tidak
seorang pun melakukannya maka berdosa semuanya dan jika beberapa
melakukannya maka gugur kewajibannya seperti shalat jenazah.

c) Kewajiban berdasarkan ukuran atau kadar pelaksanaannya


• Wajib Muhaddad : Wajib yang harus sesuai dengan kadar yang sesuai
ketentuan seperti zakat.
• Wajib Ghairu Muhaddad : Kewajiban yang tidak ditentukan kadarnya
seperti menafkahi kerabat.

7
d) Kewajiban berdasarkan kewajiban perintahnya
• Wajib Mu’ayyan : Kewajiban yang telah ditentukan dan tidak ada pilihan
lain seperti membayar zakat dan sholat lima waktu.
• Wajib Mukhayyar : Kewajiban yang objeknya boleh dipilih antara
beberapa alternatif.

2. Sunnah

Sunnah atau sunnat adalah perkara yang dianjurkan bagi umat Islam. Artinya,
jika dikerjakan maka akan mendapatkan pahala, namun jika tidak dikerjakan tidak
apa-apa. Sebagai muslim, kita sangat di anjurkan untuk mengerjakan amalan ibadah
sunnah yang jumlahnya sangat banyak sekali. Agar kita bisa mendapatkan pahala.
Contoh amalan sunnah yaitu sholat sunnah, puasa Senin Kamis dan lain-lain.
Berikut macam-macam sunnah:
a) Sunnah Muakkad : Sunnah yang sangat dianjurkan, seperti salat Idul Fitri,
salat tarawih, shalat duha, puasa arafah, dan lainnya.
b) Sunnah Gairu Muakkad : Misalnya memberi salam kepada orang lain.
c) Sunnah Hajat : Perkara di dalam salat yang sebaiknya dikerjakan, seperti
mengangkat tangan ketika takbir.
d) Sunnah Abad : Perkara dalam sholat yang harus dikerjakan ketika lupa, dan
harus melakukan sujud sahwi.
e) Sunnah Hadyu : Perbuatan yang dituntut melakukannya karena begitu besar
faidah yang didapat dan orang yang meninggalkannya tercela seperti azan,
salat berjamaah, salat hari raya.
f) Sunnah Zaidah : Sunnah yang apabila dilakukan oleh mukalaf dinyatakan
baik tapi bila ditinggalkan tidak diberi sanksi apapun. Misalnya mengikuti
yang biasa dilakukan nabi sehari-hari seperti makan, minum, dan tidur.
g) Sunnah Nafal : Suatu perbuatan yang dituntut tambahan bagi perbuatan
wajib seperti salat tahajud.

3. Mubah

Mubah artinya adalah boleh. Dalam Islam, mubah merupakan sebuah hukum
dimana seorang muslim boleh mengerjakan suatu perkara, tanpa mendapat pahala
dan dosa. Hal ini lebih condong pada aktivitas dan kegiatan duniawi. Contoh
perkara mubah antara lain adalah makan, minum dan lain-lain.

Ulama ushul fiqih membagi mubah dalam tiga jenis, di antaranya:


a) Tidak mengandung mudharat (bahaya) apabila dilakukan atau tidak.
Contohnya, makan, minum, dan berpakaian.
b) Tidak ada mudharat bila dilakukan, sementara perbuatan itu pada dasarnya
diharamkan. Misalnya, makan daging babi saat keadaan darurat.

8
c) Sesuatu yang pada dasarnya bersifat mudharat, tetapi Allah SWT
memaafkan pelakunya. Contoh, mengerjakan pekerjaan haram sebelum
Islam.

4. Haram

Haram adalah suatu hal yang dilarang dan tidak boleh dilakukan oleh umat
Islam. Haram termasuk status hukum dimana sebuah perkara tidak boleh
dikerjakan. Jika dilakukan maka akan mendapat dosa. Contohnya adalah mencuri,
berzina, mabuk, membunuh, berjudi, dan lainnya. Hukum haram terbagi menjadi
dua:
a) Al Muharram li Dzatihi : Sesuatu yang diharamkan oleh syariat karena
esensinya mengandung kemadharatan bagi kehidupan manusia seperti
makan bangkai, minum khamr, berzinah.
b) Al Muharram li Ghairihi : Sesuatu yang dilarang bukan karena esensinya
tetapi karena kondisi eksternal seperti jual beli barang secara riba.

5. Makruh

Makruh adalah suatu perkara yang dianjurkan untuk tidak dilakukan. Jika
dilakukan tidak berdosa namun jika ditinggalkan akan mendapat pahala. Makruh
adalah perbuatan yang sebaiknya dihindari meski jika dilakukan tidak mendapat
dosa, namun sebaiknya tidak dilakukan. Contoh perbuatan makruh adalah makan
sambil berdiri atau berkumur saat sedang berpuasa. Ada 2 macam makruh, yaitu :
a) Makruh Tahrim : Sesuatu yang dilarang oleh syariat secara pasti.
Contohnya larangan memakai perhiasan emas bagi laki-laki.
b) Makruh Tanzih : Sesuatu yang dianjurkan oleh syariat untuk
meninggalkannya, tetapi larangan tidak bersifat pasti. Contohnya memakan
daging kuda saat sangat waktu perang.

C. Hak Asasi Manusia (HAM) dalam Islam

HAM adalah hak-hak yang dimiliki manusia semata-mata karena ia manusia.


Umat manusia memilikinya bukan karena diberikan kepadanya oleh masyarakat
atau berdasarkan hukum positif, melainkan semata-mata berdasarkan martabatnya
sebagai manusia. HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara
hukum, pemerintahan, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat
dan martabat manusia. Hak asasi dalam Islam berbeda dengan hak asasi menurut

9
pengertian yang umum dikenal. Sebab seluruh hak merupakan kewajiban bagi
negara maupun individu yang tidak boleh diabaikan. Rasulullah SAW pernah
bersabda: "Sesungguhnya darahmu, hartamu dan kehormatanmu haram atas kamu."
(HR. Bukhari dan Muslim).

Maka negara bukan saja menahan diri dari menyentuh hak-hak asasi ini,
melainkan mempunyai kewajiban memberikan dan menjamin hak-hak ini. Sebagai
contoh, negara berkewajiban menjamin perlindungan sosial bagi setiap individu
tanpa ada perbedaan jenis kelamin, tidak juga perbedaan muslim dan non-muslim.
Islam tidak hanya menjadikan itu kewajiban negara, melainkan negara
diperintahkan untuk berperang demi melindungi hak-hak ini.

Menurut Dr. Syekh Syaurat Hussain, terdapat dua macam HAM jika dilhat dari
ketegori huquuqul' ibad yaitu:
a) HAM yang keberadaanya dapat diselenggarakan oleh suatu negara (Islam).
b) HAM yang keberadaannya tidak secara langsung dapat dilaksanakan oleh
suatu Negara.

Hak-hak pertama yang dapat disebut sebagai hak-hak legal, sedang yang kedua
disebut sebagai hak-hak moral. Perbedaaan keduanya hanya terletak pada masalah
pertanggungjawaban didepan suatu negara Islam. Adapun dalam masalah sumber
asal, filsafat dan pertanggungjawabannya dihadapan Allah SWT Yang Maha Kuasa
itu sama. Secara universal, pada hakikatnya misi Rasulullah itu sendiri adalah untuk
menegakkan HAM. Beliau sebagai Rahmat Lil Alamin, dalam setiap kesempatan
selalu mendahulukan HAM sekaligus KAM (Kewajiban Hak Asasi Manusia).
Keadilan sebagai ciri HAM adalah tuntunan jelas yang tercantum dalam Al Qur'an.

Adapun Islam telah memberikan jaminan pada kebebasan manusia. Dalam Al-
Qur'an Allah menegaskan bahwa memeluk agama tidak dipaksakan, sebab telah
jelas yang baik dan buruk itu. Demikian juga kebebasan berpendapat, Islam
meletakkan kedudukannya pada posisi tinggi, bila berangkat dari niat suci semata
karena Allah. Oleh karena itu banyak ayat-ayat Al-Qur'an yang mendorong umat
Islam agar menggunakan logika (ya'qiluun), berfikir (yatafakkaruun) dan
berkontemplasi (yatadabbaruun).

Kemudian semasa kerasulan nabi Muhammad SAW yang bersamaan pula


dengan para sahabat, membebaskan sistem perbudakan yang marak saat itu. Tanpa
membedakan warna kulit, suku, ras maupun agama.

Dalam deklarasi HAM, terdapat komitmen bersama untuk menegakkan HAM,


yaitu :

10
a) Hak hidup
b) Hak Kemerdekaan
c) Hak persamaan dan larangan terhadap adanya diskriminasi yang tidak
terizinkan.
d) Hak mendapatkan keadilan
e) Hak mendapatkan proses hukum yang adil
f) Hak untuk mendapatkan perlindungan dari penyalahgunaan kekuasaan.
g) Hak untuk mendapatkan perlindungan dari penyiksaan.
h) Hak untuk mendapatkan perlindungan atau kehormatan dan nama baik.
i) Hak untuk memperoleh suaka
j) Hak-hak yang minoritas.
k) Hak dan kewajiban untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan dan urusan-
urusan publik.
l) Hak kebebasan percaya, berfikir dan berbicara.
m) Hak kebebasan beragama.
n) Hak berserikat bebas.
o) Susunan ekonomi dan hak berkembang darinya.
p) Hak memperoleh perlindungan atas harta benda.
q) Status dan martabat pekerja dan buruh.
r) Hak membentuk suatu keluarga dan masalah-masalahnya.
s) Hak-hak wanita yang sudah menikah.
t) Hak mendapatkan pendidikan.
u) Hak menikmati keleluasaan pribadi.
v) Hak mendapatkan kebebasan berpindah dan bertempat tinggal.

Berdasarkan deklarasi HAM diatas, dipahami bahwa HAM dalam Islam


bertujuan mengarahkan. Martabat dan kehormatan bagi umat manusia, serta
dicanangkan untuk menghapus segala penindasan dan tidak adilan. Oleh karena itu
upaya pemahaman (interpretasi) yang baik terhadap nilai-nilai persamaan dan
keadilan dalam Al-Qur'an maupun hadits, perlu ditingkatkan bahwa diterapkan
dalam situasi sekarang.

a) Dalam hal ini terdapat beberapa usaha perlindungan dalam Islam terhadap
pelaksanaan HAM yaitu Adanya konsep kedaulatan Allah, dimana umat
Islam ataupun seluruh umat manusia dianggap sebagai warga negara dari
sang penguasa yang sebenarnya. Tak ada seorang pun yang mempunyai
superioritas diatas lainnya. Manusia dilarang melakukan tindakan
pelanggaran HAM.
b) Manusia diangggap sebagai Khali-fah, dimana dengan amanah
kekhalifahan manusia harus melakukan aktifitasnya sesuai dengan hukum
yang telah ditetapkan Allah SWT.

11
c) Adanya konsep kesucian hak-hak manusia karena Al-Qur'an menyatakan
bahwa barang siapa membunuh seorang anak manusia, maka seakan akan
telah membunuh seluruh manusia.
d) Pendidikan masyarakat dengan mengadakan pendidikan masyarakat yang
berkaitan dengan hak-hak dan kewajibannya. Dan pendidikan merupakan
jaminan yang nyata terhadap HAM.

Dengan melihat uraian di atas, bahwa dengan melaksanakan ajaran Islam


tentang HAM, maka segala upaya yang merugikan akan lenyap bahkan melanggar
HAM tidak akan pernah terjadi.

D. Demokrasi dalam Islam Serta Menumbuhkan Kesadaran


Hukum

6. Demokrasi :

a) Demokrasi Secara Umum :


Kata "demokrasi" berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat,
dan kratos/cratein yang berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan
sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Secara
umum demokrasi adalah suatu bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan
suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan
warganegara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut.
Ada banyak pendapat ahli tentang pengertian demokrasi, antara lain :

• Josefh A. Schmeter menyebutkan: “demokrasi merupakan suatu


perencanaan institusional untuk mencapai suatu keputusan politik dimana
individu-individu memperoleh kekuasaan untuk menentukan dan
memutuskan dengan cara perjuangan kompetitif atas suara rakyat”.
• Sidney Hook, menyebutkan: “demokrasi sebagai bentuk pemerintahan
dimana keputusan-keputusan pemerintah yang penting secara langsung
atau tidak langsung didasarkan pada kesepakatan mayoritas yang
diberikan secara bebas dari rakyat dewasa”.
• Philippe C. Schmiiter dan Terry Lynn Karl menyebutkan bahwa:
“demokrasi merupakan suatu sistem pemerintahan dimana pemerintah
dimintai pertanggung jawaban atas tindakan-tindakan mereka di wilayah
publik oleh warga negara, yang bertindak secara tidak langsung melalui
kompetisi dan kerjasama para wakil mereka yang telah terpilih”.

12
• Abraham Lincoln (1863) menyebutkan bahwa “demokrasi adalah
pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat (government of
the people, by the people, and for the people)”.
Dari beberapa pendapat ahli tentang demokrasi, dapat disimpulkan bahwa
demokrasi itu adalah rakyat sebagai pemegang kekuasaan, pembuat dan
penentu keputusan, dan kebijaksanaan tertinggi dalam penyelenggaran
negara/pemerintahan, serta rakyat sebagai pengontrol terhadap pelaksanaan
kebijakannya baik yang dilaksanakan secara langsung oleh rakyat atau
mewakilinya melalui lembaga perwakilan.

b) Demokrasi Dalam Islam :


Dalam Islam ada yang dikenal dengan istilah Syura atau musyawarah. Yang
merupakan kata turunan dari kata kerja ‘Syawara’, maknanya adalah
meminta pendapat dan mencari kebenaran. Dalam Qs. Asy-syura: 36, dapat
diartikan bahwa Islam telah memposisikan musyawarah pada tempat yang
agung. Hal tersebut menunjukan bahwa, Islam secara langsung menerapkan
prinsip pengambilan keputusan musyawarah yang menjadi sendi utama
dalam demokrasi modern (dari, oleh dan untuk kepentingan rakyat).

Demokrasi dalam Islam dianggap sebagai sistem yang mengukuhkan


konsep-konsep Islami yang sudah lama berakar, yaitu :

• Musyawarah (syura)
Kata ‘Syura’ berasal dari kata ‘Sy-Wa-Ra’, kemudian diserap kedalam
bahasa Indonesia menjadi ‘Musyawarah’ yang mempunyai arti
menyimpulkan pendapat berdasarkan pandangan antar kelompok atau
merundingkananya. Syura adalah salah satu cara untuk menetapkan hati
dalam pengambilan keputusan, menerima dan sekaligu melaksanakan
hasil keputusan tersebut.
• Persetujuan (ijma)
Arti kata ‘Ijma’ adalah persamaan pendapat. Ijma atau konsensus adalah
sistem yang mengakui suara terbayak/mayoritas. Kesepakatan ini
merupakan konsep pengesahan resmi dalam hukum islam.
• Penilaian interpretative yang mandiri (itjihad)
Upaya ini merupakan langkah kunci menuju penerapan perintah Tuhan di
suatu tempat atau waktu. Tuhan hanya mewahyukan prinsip-prinsip
utama dan memberi manusia kebebasan untuk menerapkan prinsip-
prinsip tersebut dengan arah yang sesuai dengan semangat dan keadaan
zamannya. Itjihad dapat berbentuk seruan untuk melakukan
pembaharuan, karena prinsip-prinsip Islam itu bersifat dinamis. Oleh
karena itu sudah selayaknya dilakukan pemikiran ulang yang mendasar
untuk membuka jalan bagi munculnya eksplorasi, inovasi dan kreativitas.

13
Pada dasarnya, konsep demokrasi tidak sepenuhnya bertentangan dan tidak
sepenuhnya sejalan dengan Islam. Hal ini ditunjukkan dengan :
• Demokrasi tersebut harus berada di bawah payung agama.
• Rakyat diberi kebebasan untuk menyuarakan aspirasinya.
• Pengambilan keputusan senantiasa dilakukan dengan musyawarah.
• Suara mayoritas tidaklah bersifat mutlak meskipun tetap menjadi
pertimbangan utama dalam musyawarah.
• Musyawarah atau voting hanya berlaku pada persoalan ijtihadi; bukan
pada persoalan yang sudah ditetapkan secara jelas oleh Alquran dan
Sunah.
• Produk hukum dan kebijakan yang diambil tidak boleh keluar dari
nilainilaiagama.
• Hukum dan kebijakan tersebut harus dipatuhi oleh semua warga.

7. Menumbuhkan Kesadaran Hukum :

Manusia dilahirkan mempunyai sifat, karakter, bakat, kemauan, dan


kepentingan yang berbeda-beda satu sama lain. Sebagai makhluk sosial, manusia
saling membutuhkan satu sama lain dalam kehidupan bermasyarakat. Kesadaran
hukum dapat diartikan sebagai kesadaran seseorang atau suatu kelompok
masyarakat kepada aturan-aturan atau hukum yang berlaku.Kesadaran hukum
sangat diperlukan oleh suatu masyarakat. Hal ini bertujuan agar ketertiban,
kedamaian, ketenteraman, dan keadilan dapat diwujudkan dalam pergaulan antar
sesama. Tanpa memiliki kesadaran hukum yang tinggi, tujuan tersebut akan sangat
sulit dicapai.

Kesadaran hukum perlu ditanamkan sejak dini yang berawal dari lingkungan
keluarga, yaitu setiap anggota keluarga dapat melatih dirinya memahami hak-hak
dan tanggung jawabnya terhadap keluarga, menghormati hak-hak anggota keluarga
lain, dan menjalankan kewajibannya sebelum menuntut haknya. Apabila hal ini
dapat dilakukan, maka ia pun akan terbiasa menerapkan kesadaran yang telah
dimilikinya dalam lingkungan yang lebih luas, yaitu lingkungan masyarakat dan
bahkan negara.

Adapun faktor yang mempengaruhi kesadarahn hukum, ialah :

a). Pengetahuan tentang kesadaran hukum


Peraturan dalam hukum harus disebarkan secara luas dan telah sah. Maka
dengan sendirinya peraturan itu akan tersebar dan cepat diketahui oleh
masyarakat. Masyarakat yang melanggar belum tentu mereka melanggar

14
hukum. Hal tersebut karena bisa jadi karena kurangnya pemahaman dan
pengetahuan masyarakat tentang kesadaran hukum dan peraturan yang
berlaku dalam hukum itu sendiri.
b). Ketaatan masyarakat terhadap hokum
Dengan demikian seluruh kepentingan masyarakat akan bergantung pada
ketentuan dalam hukum itu sendiri. Namun juga ada anggapan bahwa
kepatuhan hukum justru disebabkan dengan adanya takut terhadap hukuman
ataupun sanksi yang akan didapatkan ketika melanggar hukum.

Cara menumbuhkan kesadaran hukum :

a). Tindakan
Hal ini menjadi salah satu cara utama dan pertama untuk menanamkan
kesadaran hukum pada masyarakat. Tindakan bisa dalam bentuk hukuman
jika melanggar hukum, dan penghargaan bagi yang menaati hukum. Jadi
hukum harus ditegakkan sebagaimana mestinya jika ingin terwujud
kesadaran hukum masyarakat.
b). Pendidikan.
Segala hal tentang pengetahuan, pemahaman, kesadaran hukum orang lain,
dan menerima hukum, harus disampaikan dengan cara yang tepat.
Pendidikan adalah salah satu cara yang tepat untuk menyampaikannya. Hal
ini tentunya bisa dimulai dari lingkaran keluarga, lalu ke sekolah dan baru
kemudian ke masyarakat secara luas.
c). Kampanye.
Kampanye juga merupakan salah satu bentuk pengenalan terhadap hukum.
Ketika seseorang mengenal tentang hukum, ganjarannya ketika mereka
melanggar dan penghargaan yang mereka dapatkan ketika mereka mentaati,
maka mereka akan bisa memiliki kesadaran atas hukum itu sendiri.
d). Keteladanan.
Keteladanan menjadi unsur penting untuk menumbuhkan kesadaran hukum
dimasyarakat. Seringkali kesadaran hukum masyarakat sulit tumbuh karena
tiadanya keteladanan dari para pemimpin atau aparatur penegak hukumnya
sendiri.

Untuk menumbuhkan kebiasaan sadar hukum inilah yang menjadi tantangan


dan tanggung jawab semua pihak. Budaya sadar dan taat hukum sejatinya haruslah
ditanamkan sejak dini. Jika sikap dan perilaku taat hukum telah ditanamkan sejak
dini, maka kedepan, sikap untuk menghargai dan mematuhi aturan akan mendarah
daging dan membudaya di masyarakat.

Tingginya kesadaran hukum di suatu wilayah akan memunculkan masyarakat


yang beradab. Membangun kesadaran hukum sejak dini, tidak harus menunggu
setelah terjadi pelanggaran dan penindakan oleh penegak hukum.

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan pada makalah ini adalah :

1. Demokrasi adalah bentuk pemerintahan negara yang menjunjung tinggi


kedaulatan rakyat.
2. Demokrasi menurut Islam bisa diartikan seperti musyawarah, mendengarkan
pendapat orang lain dalam suatu forum untuk mencapai keputusan dengan
mengedepankan nilai – nilai keagamaan.
3. Demokrasi dalam Islam untuk menyelesaikan masalah selalu menggunakan
cara Syura, yaitu membulatkan hati dalam pengambilan keputusan, menerima,
dan sekaligus melaksanakan hasil keputusan.
4. HAM adalah hak yang telah dimiliki seseorang sejak ia ada di dalam
kandungan.
5. HAM dalam Islam didefinisikan sebagai hak yang dimiliki oleh individu dan
kewajiban bagi negara dan individu untuk menjaganya.
6. HAM dalam Islam merupakan hak-hak dasar yang telah dianugerahi oleh Allah
Swt, sejak kelahirannya di dunia ini. Sehingga tidak ada satu kekuasaanpun di
dunia ini yang dapat mencabutnya.
7. Hukum menurut Islam bisa diartikan sebagai hukum yang terdapat dalam
sumber-sumber seperti Al-Quran dan Al-Hadist.
8. Hukum adalah peraturan yang berupa norma dan sanksi yang dibuat dengan
tujuan untuk mengatur tingkah laku manusia, menjaga ketertiban, keadilan,
mencegah terjadinya kekacauan.

B. Saran:

Penulis juga memiliki saran kepada para pembaca yakni:

1. Diharapkan setelah membaca makalah ini dapat membedakan antara demokrasi


di Indonesia dan demokrasi Islam dan dapat melihat sisi baik dan buruknya.
2. Diharapkan setelah membaca makalah ini dapat memahami pentingnya HAM
dalam kehidupan kita dan kewajiban kita untuk menjaganya.
3. Sebagai umat Islam hendaknya memahami hukum Islam dengan baik, karena
hukum ini mengatur berbagai kehidupan umat manusia untuk mencapai
kemaslahatan.
4. Setiap manusia hendaknya menjungjung tinggi Hak Asasi Manusia, karena
hak ini sebagai dasar yang melekat pada diri tiap manusia.

16
DAFTAR PUSTAKA

Azra, Azyumardi, dkk.2002. Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi


Umum.
Fanani, Sunan. 2010. Lembar Kerja Mahasiswa Pendidikan Agama Islam.
Mansoer, Hamdan, dkk. 2004. Materi instruksional pendidikan agama islam di
perguruan tinggi umum.
https://www.maxmanroe.com/vid/sosial/pengertian-ham.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi_Islam
http://www.mohlimo.com/pengertian-hukum-islam-sumber-dan-tujuan/
https://www.risalahislam.com/2013/10/sumber-ajaran-islam-al-quran-hadits.html
https://inspiring.id/sumber-hukum-islam/
https://zyamassyaf.wordpress.com/2015/01/15/47/
https://pdfslide.net/documents/hukum-ham-dan-demokrasi-dalam-islamppt.html

17

Anda mungkin juga menyukai