Anda di halaman 1dari 74

PELAKSANAAN

 METODE
METODE PELAKSANAAN

Nama Perusahaan : PT. SYAKURA


Nama Paket Pekerjaan : Pembangunan Jembatan Wih pongas Kab. Bener Meriah (Otsus Aceh)
:
METODE PELAKSANAAN

Pada pelaksanaan pekerjaan jalan seperti yang disyaratkan pada spesifikasi teknik, maka
didalam pelaksanaannya Pihak pelaksana juga menginginkan bahwa perlunya pelaksanaan
pekerjaan sesuai pada urutan atau tahapan pekerjaan yang benar.
Sehingga pekerjaan lebih efektif dan dapat meningkatkan efisiensi pelaksanaan, mengurangi
biaya konstruksi dan untuk dapat menyelesaikan seluruh pekerjaan tepat waktu.
Sering terjadi akibat keputusan manajemen yang tidak tepat dapat menyebabkan kegagalan
proyek, tujuan pelaksanaan proyek tidak tercapai jika tidak mengikuti prosedur pelaksanaan
yang benar dan urutan pelaksanaan dari setiap aktivitas, baik aktivitas yang besar maupun
kecil harus benar.
Berdasarkan pengalaman pada umumnya pelaksanaan konstruksi jalan dapat dibuat bagan
alir (flow chart) urutan atau tahapan-tahapan kegiatan sesuai dengan tuntutan teknis, jenis
dan macam pekerjaan yang harus didahulukan dan pekerjaan berikutnya sehingga
mencapai keseluruhan tujuan penyelesaian proyek secara efektif dan efisien,tepat
waktu,biaya dan mutu.
Perlu juga diperhatikan bahwa dalam kegiatan pelaksanaan proyek terdapat kegiatan-
kegiatan kecil yang merupakan bagian dari kegiatan utama, harus dapat dilaksanaan pada
waktu yang bersamaan, sehingga seluruh kegiatan dapat diselesaikan pada waktu yang
tepat. Seluruh kegiatan yang berada pada jalur kritis harus dapat diselesaikan tepat waktu
yang telah ditentukan, sehingga tidak mengganggu kegiatan lainnya yang dapat
mempengaruhi waktu mulai pekerjaan berikutnya, akibatnya proyek bisa mengalami
keterlambatan. Hal ini disebabkan bahwa suatu kegiatan pelaksanaan proyek tidak dapat
dimulai karena belum selesainya kegiatan sebelumnya.
Disamping itu, penggunaan peralatan harus sesuai dengan metode yang benar, perlu
mengetahui detail-detail tentang seluruh peralatan yang akan digunakan pada konstruksi
jalan, sehingga penggunaan peralatan dapat lebih efisien sehingga akan meningkatkan hasil
produksi, yaitu dicapainya minimum biaya operasi dan pemeliharaan peralatan sehingga
biaya konstruksi menurun dan/atau dapat lebih murah, menambah keuntungan kontraktor.
Selanjutnya penawar akan melaksanakan seluruh item pekerjaan dengan tahapan pekerjaan
sesuai Jadwal Pelaksanaan yang telah kami tawarkan dan dengan urutan pelaksanaan
mengacu pada network planning yang kami tawarkan dimana waktu yang dibutuhkan
untuk melaksanakan setiap item pekerjaan diperoleh dari estimasi yang kami susun dalam
tabel ringkasan uraian analisa teknis pekerjaan.
Rencana Penggunaan Bahan, Peralatan, dan Penggunaan Personil inti dan tenaga Kerja
kami susun dalam Jadwal Penggunaan Bahan, Peralatan dan Penggunaan Personil inti dan
tenaga Kerja yang penyusunannya mengacu pada Jadwal Pelaksanaan.
METODE PELAKSANAAN
METODE PELAKSANAAN

1. SIKLUS KEGIATAN PROYEK/KONSTRUKSI

Pada suatu penyelenggaraan proyek, untuk mencapai tujuan proyek dilakukan


pendekatan yang disebut manajemen proyek, yaitu penentuan cakupan dan tahapan-
tahapan kegiatan proyek serta peranan/tugas penyelenggara proyek menyangkut hak
dan kewajiban antara pengguna jasa dan penyedia jasa.

Penerima hak kontrak jasa pelaksanaan konstruksi sebagai penyedia jasa akan
melakukan koordinasi menyiapkan kebutuhan sumber daya konstruksi meliputi
keuangan/dana, manusia/tenaga kerja/ahli, material, peralatan dan menyusun metoda
kerja.

Umumnya pimpinan pelaksana yang ditugaskan dilapangan telah berpengalaman


melaksanakan pekerjaan konstruksi, tetapi tidak berarti bahwa sudah menguasai
manajemen proyek secara menyeluruh dan mendetail, menganalisa secara teliti setiap
kegiatan dan kesulitan pelaksanaan konstruksi jalan dan jembatan.

Adapun hubungan antara masing-masing kegiatan dan fungsi dapat digambarkan


merupakan suatu hubungan siklus manajemen proyek sebagai berikut:

Gambar . Hubungan siklus manajemen proyek/konstruksi

Keterangan gambar:
- P = planning; perencanaan/rencana kerja
- O = organizing; organisasi kerja
- A = actuating; pelaksanaan pekerjaan
- C = controlling; kontrol/pengendalian kerja

Manajemen proyek dimulai dari kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a. perencanaan/rencana kerja (planning) yaitu kegiatan menyiapkan rencana kerja


sesuai dengan metode konstruksi terhadap semua urutan kegiatan yang akan
dilakukan dan waktu yang diperlukan pada setiap kegiatan pelaksanaan proyek.
Adapun hal-hal yang menyangkut kegiatan rencana kerja dapat dijelaskan sebagai
berikut:
- rencana kerja yang disusun meliputi:
1) penentuan urutan/tahapan kegiatan pekerjaan;
2) prosedur pengawasan pekerjaan;
3) prosedur persetujuan gambar, baik gambar kerja (shop drawing) maupun
gambar terbangun (as built drawing);
4) prosedur pengujian bahan dan hasil pekerjaan;
5) penentuan standar rujukan dan standar operasi pelaksanaan;
6) prosedur perubahan pekerjaan;
7) prosedur pengadaan barang;
8) prosedur pengamanan proyek;
9) prosedur keuangan;
10) prosedur lainnya disesuaikan situasi dan konsisi proyek.
METODE PELAKSANAAN

- Manfaat dan kegunaan rencana kerja adalah :

1) alat koordinasi bagi pimpinan, pimpinan pelaksana dapat memanfaatkan


rencana kerja untuk melakukan koordinasi terhadap semua kegiatan
pelaksanaan konstruksi di lapangan;
2) pedoman kerja para pelaksana, rencana kerja dapat dijadikan pedoman bagi
para pelaksana konstruksi di lapangan terhadap urutan kegiatan dan batas
waktu penyelesaian pekerjaan untuk setiap item pekerjaan;
3) alat untuk menilai kemajuan pekerjaan, kemajuan pekerjaan dapat dipantau
dari realisasi yang dicapai dibandingan rencana terhadap waktu kegiatan
dari setiap item pekerjaan;
4) alat untuk evaluasi pekerjaan, evaluasi pekerjaan terhadap prestasi yang
dicapai yaitu selisih rencana dan realisasi yang akan dipakai sebagai bahan
evaluasi untuk menetapkan rencana selanjutnya.

- Data-data untuk rencana kerja. Adapun data-data yang perlu dikumpulkan


sebagai bahan pertimbangan untuk menyusun rencana kerja pelaksanaan
konstruksi, antara lain:
1) lokasi quarry, termasuk persiapan yang diperlukan, jalan masuk dan
jembatan-jembatan, harga dan jumlah/jenis material yang akan digunakan;
2) rencana lokasi base camp, dipilih lokasi yang mempunyai pengaruh
pengangkutan yang terkecil ke lokasi pelaksanaan proyek. Jika dimungkinkan
lokasi base camp dan quarry dapat diletakkan pada satu lokasi sehingga
angkutan material lebih efisien;
3) keadaan topografi lokasi proyek, hal ini akan menentukan metode
pelaksanaan yang berbeda-beda untuk daerah datar, bukit dan gunung;
4) data curah hujan di lokasi proyek, untuk memperhitungkan waktu kerja
masing-masing item kegiatan terhadap pengaruh musim hujan;
5) kemungkinan kesulitan-kesulitan yang akan dijumpai di jalur pengangkutan
material, jalan rusak/sempit, daerah padat penduduk/lalu lintas, kondisi
jembatan, sarana utilitas memungkinan terganggu (telepon, PLN, PAM, Gas,
irigasi, dll), adat penduduk dan sumbangan proyek untuk penduduk, dan
gangguan terhadap fasilitas umum lainnya;
6) pengadaan peralatan konstruksi jalan dan jembatan, jalur mobilisasi dan
agen/suplier alat-alat/ suku cadang konstruksi yang mendukung kelancaran
pelaksanaan proyek;
7) sumber daya manusia, kemampuan tenaga kerja yang ada disekitar proyek,
kemungkinan dapat bekerja diproyek berdasarkan kriteria keahliannya;
8) fasilitas komunikasi dan akomodasi;
9) fasilitas keselamatan dan kesehatan (K 3) , puskesmas/rumah sakit, dokter,
apotik/toko obat, dll;
10) fasilitas jaringan listrik dan air, PLN dan PAM;
11) fasilitas stasiun bahan bakar minyak (BBM), aspal, dll;
12) fasilitas perbankan disekitar proyek;
13) fasilitas stasiun pemadam kebakaran, peralatan pemadam, dll;
14) fasilitas bantuan dari instansi-instansi pemerintah pada proyek;
15) pekerjaan pemeliharaan rutin pada jalan masuk dan jembatanjembatan;
16) kemungkinan adanya revisi desain dan konstruksi;
17) kemungkinan adanya pekerjaan tambahan dan item pekerjaan baru;
18) kemungkinan adanya peristiwa kompensasi yang dapat mempengaruhi
rencana kerja;
19) kemungkinan adanya peraturan/kebijaksanaan pemerintah mengenai
moneter, keadaan darurat militer/sipil;
20) lingkungan hidup yang tidak boleh terganggu, cagar alam, bangunan
bersejarah atau makam pahlawan, dll;
21) data-data lain yang berguna.
b. organisasi kerja (organizing) yaitu kegiatan pembentukan organisasi kerja yang akan
ditugasi melakukan kegiatan pelaksanaan konstruksi yang dipimpin oleh seorang ahli
pelaksana jalan dan jembatan yaitu Pimpinan Pelaksana (General Superintendent/
GS). Dalam organisasi ini, disamping General Superintendent/ GS ditentukan jabatan-
METODE PELAKSANAAN

jabatan lainnya seperti pimpinan-pimpinan divisi proyek (peralatan, laboratorium,


jalan, jembatan, pengukuran, logistik, umum, base camp) bendahara proyek,
pengawas pelaksanaan proyek, dan sebagainya. Setiap jabatan diuraikan tugas,
wewenang dan tanggungjawabnya dalam melaksanakan pengendalian
pelaksanaan konstruksi.
c. pelaksanaan pekerjaan (actuating) yaitu merupakan aktualisasi pelaksanaan dari
perencanaan dan pengorganisasian yang telah diuraikan diatas dalam pelaksanaan
konstruksi.
d. kontrol/pengendalian kerja (controlling) yaitu kegiatan pengawasan terhadap
pelaksanaan pekerjaan meliputi kegiatan: pemeriksaan, pengujian apakah
pelaksanaan konstruksi sesuai dengan prosedur dan rujukan yang telah ditetapkan
dalam pelaksanaan.

2. CAKUPAN PEKERJAAN KONSTRUKSI JALAN DAN JEMBATAN

a) biasanya kontrak pekerjaan jalan dan jembatan meliputi:


- pembangunan jalan dan/atau jembatan baru;
- peningkatan jalan dan/atau penggantian jembatan;
- pemeliharaan berkala jalan, pada ruas jalan dan/atau jembatan.

b) sedangkan pekerjaan-pekerjaan yang dicakup di dalam spesifikasi teknik`meliputi :


- pekerjaan “Utama”;
- pekerjaan “Pengembalian Kondisi dan Minor”; dan
- pekerjaan “Pemeliharaaan Rutin”.

1) pekerjaan utama, pekerjaan konstruksi jalan yang termasuk pekerjaan konstruksi


jalan, antara lain:

a. pekerjaan pelapisan aspal struktural meliputi:


i) pelapisan aspal (overlay) yang terdiri dari perataan dan perkuatan dari AC-
BC atau HRS-Base dan dilanjutkan dengan pelapisan permukaan memakai
AC-WC atau HRS-WC,
ii) penghamparan lapis pondasi agregat untuk rekonstruksi ruas jalan yang
rusak berat terdiri dari lapisan pondasi bawah, lapis pondasi atas dan
diikuti dengan salah satu jenis pelapisan permukaan yang disebutkan
diatas.
b. pekerjaan pelapisan non struktural:
i) pelapisan aspal (overlay) satu lapis seperti latasir, HRS-WC, ACWC,
lasbutag, latasbusir atau campuran dingin untuk meratakan permukaan
dan menutup perkerasan lama yang stabil,
ii) pelapisan aspal (overlay) dua lapis seperti lapis AC-BC atau HRSBase, dan
dilanjutkan dengan pelapisan permukaan memakai AC-WC atau HRS-WC
untuk meratakan dan menutup perkerasan lama yang stabil.
c. pekerjaan pelaburan non struktural:
i) pelaburan BURTU atau BURDA pada perkerasan jalan lama dengan lalu
lintas rendah, permukaan perkerasan cukup rata dan mempunyai
punggung jalan (camber) yang baik.
d. pekerjaan pengerikilan kembali jalan tanpa berpenutup aspal:
i) pengerikilan kembali mengganti kerikil yang hilang oleh lalu lintas dan
meningkatkan kekuatan struktur perkerasan kerikil yang ada pada ruas
jalan yang lemah.
e. pekerjaan penambahan/rekonstruksi bahu jalan sepanjang jalan berpenutup
aspal:
i) bahu jalan berpenutup aspal yang terdiri dari lapis pondasi agregat kelas
A yang dilapisi dengan BURTU,
ii) bahu jalan tanpa penutup aspal terdiri dari lapis pondasi agregat kelas B.
METODE PELAKSANAAN

f. penambahan atau rekonstruksi pekerjaan penunjang:


i) selokan tanah,
ii) selokan dan drainase yang dilapisi,
iii) gorong-gorong pipa dari beton,
iv) gorong-gorong persegi dari beton,
v) pekerjaan tanah untuk perbaikan kelongsoran,
vi) peninggian elevasi permukaan jalan (grade raising), hanya bila benar-
benar diperlukan dan dana dalam kontrak masih mencukupi,
vii) pekerjaan struktur lainnya, seperti jembatan kecil dan sebagainya,
viii) pekerjaan perlindungan talud, seperti pasangan batu kosong dengan atau
tanpa adukan dan bronjong,
ix) realinyemen horisontal minor, hanya bila benar-benar diperlukan untuk
alasan keamanan dan dana dalam kontrak masih mencukupi.
g. pekerjaan pembangunan jembatan baru atau penggantian jembatan lama:
i) pekerjaan pondasi, seperti sumuran, tiang pancang, dan sebagainya,
ii) pekerjaan bangunan bawah, seperti abutment dan pier jembatan,
iii) pekerjaan bangunan atas, seperti gelagar beton bertulang atau beton
pratekan atau baja.
2) pekerjaan pengembalian kondisi dan pekerjaan minor:

a. pengembalian kondisi perkerasan:


i) penambalan perkerasan, penggalian lokasi tertentu jalan yang berlubang-
lubang atau rusak berat dan pengisian kembali, pemadatan dan
pengembalian kondisi sesuai dengan bahan perkerasan lama,
ii) penutupan lubang-lubang yang besar pada perkerasan berpenutup aspal,
iii) perbaikan tepi perkerasan pada perkerasan berpenutup aspal,
iv) pelaburan setempat pada perkerasan berpenutup aspal yang retakretak,
dimana luas bagian yang retak lebih besar dari 10% dan kurang dari 30%
terhadap luas total perkerasan,
v) pekerjaan perataan setempat pada jalan dengan atau tanpa berpenutup
aspal untuk mengisi bagian yang ambles (depression) setempat dan untuk
mengurangi kekasaran perkerasan,
vi) perataan berat setempat pada jalan tanpa penutup aspal untuk menghi-
langkan ketidakrataan permukaan dan mempertahankan bentuk
permukaan semula, dilanjutkan dengan pemadatan kembali dengan
mesin gilas.
b. pengembalian kondisi bahu jalan:
i) sama dengan pengembalian kondisi perkerasan tetapi terbatas pada bahu
jalan yang berlubang-lubang atau rusak berat,
ii) pengupasan bahu jalan yang lebih tinggi dari permukaan perkerasan
sehingga mencapai ketinggian yang benar.
c. pengembalian kondisi selokan, saluran air, timbunan, galian dan penghijauan:
i) penggalian dan pembentukan kembali saluran drainase tanpa pelapisan
(unlined) yang runtuh atau alinyemen yang jelek pada lokasi tertentu agar
kemampuan operasional sistem drainase dapat dikembalikan seperti
semula,
ii) perbaikan setempat pada beton non-struktural yang retak atau terke-lupas,
pasangan batu dengan mortar (mortared stonework) atau pasangan batu
(stone masonry) untuk saluran yang dilapisi (lined) dan gorong-gorong,
iii) pekerjaan galian minor atau penimbunan untuk membentuk ulang dan
meratakan kembali timbunan atau galian yang ada, timbunan atau galian
tersebut mengalami kelongsoran atau erosi,
iv) stabilisasi dengan tanaman pada timbunan atau galian yang terekspos,
v) penanaman semak atau pohon baru sebagai pengganti tanaman lama
yang ditebang untuk pelebaran jalan atau untuk tujuan lainnya.
METODE PELAKSANAAN

d. perlengkapan jalan dan pengatur lalu lintas:


i) pengecatan marka jalan,
ii) penyediaan dan pemasangan rambu jalan, patok pengarah dan patok
kilometer,
iii) penyediaan dan pemasangan rel pengaman,
iv) penyediaan dan pemasangan paku jalan dan mata kucing,
v) penyediaan dan pemasangan kerb dan trotoar,
vi) penyediaan dan pemasangan lampu pengatur lalu lintas dan lampu
penerangan jalan.
e. pengembalian kondisi jembatan perbaikan terbatas atau penggantian bagian-
bagian dari struktur atas jembatan yang menunjukkan tanda-tanda kerusakan
struktural atau non-struktural. Perbaikan dapat dilakukan terhadap struktur
jembatan beton, baja atau kayu dan dapat meliputi:
i) penyuntikan (grouting) pada beton yang retak,
ii) perbaikan pada beton yang terkelupas,
iii) pembuangan dan penggantian beton struktur yang rusak,
iv) penggantian baja yang tertanam seperti sambungan ekspansi,
v) perbaikan atau penggantian sandaran (hand railing) yang rusak,
vi) pembuangan dan penggantian baja struktur yang berkarat berat,
vii) pembuangan dan penggantian kayu yang lapuk,
viii) penggantian konektor yang berkarat,
ix) pembersihan dan pengecatan kayu atau baja struktur.

3) pekerjaan pemeliharaan rutin

a. perkerasan lama
i) penambalan lubang kecil dan pelaburan setempat pada permukaan
perkerasan berpenutup aspal lama yang masih utuh (sound) dimana luas
lokasi yang retak kurang dari 10% terhadap luas total perkerasan,
ii) perataan ringan secara rutin dengan motor grader pada jalan tanpa
penutup aspal untuk mengendalikan terjadinya lubang atau keriting
(corrugations).
b. bahu jalan lama
i) penambalan lubang pada bahu jalan lama tanpa penutup aspal,
ii) penambalan lubang dan pelaburan retak pada bahu jalan lama
berpenutup aspal.
c. selokan, saluran air, galian dan timbunan
i) pembersihan dan pembuangan lumpur secara rutin pada selokan dan
saluran,
ii) pembuangan semua sampah dari sistem drainase,
iii) pemotongan rumput secara rutin dan pengendalian pertumbuhan
tanaman pada galian, timbunan, lereng dan berm.
d. perlengkapan jalan
i) pengecatan ulang semua rambu jalan, patok tanda dan lainnya yang tidak
terbaca,
ii) pembersihan rutin terhadap semua perlengkapan jalan dan pengatur lalu
lintas,
iii) perbaikan minor terhadap masing-masing jenis perlengkapan jalan.
e. jembatan
i) pemeriksaan dan pembersihan rutin pada semua komponen struktur
jembatan, guna melindungi korosi pada baja atau pelapukan pada kayu,
ii) pemeriksaan dan pembersihan rutin kotoran dari semua saluran air
melindungi penggerusan terhadap timbunan atau pondasi jembatan,
iii) pemeriksaan dan pembersihan rutin semua kotoran dan sampah dari
lubang-lubang drainase lantai jembatan dan pipa-pipa saluran.
METODE PELAKSANAAN

B . METODE PELAKSANAAN

DIVISI I. UMUM
I. MOBILISASI
Kegiatan mobilisasi yang diperlukan tergantung pada jenis dan volume pekerjaan yang
harus dilaksanakan, sebagaimana disyaratkan di bagian-bagian lain dari Dokumen
Pengadaan , dan secara kesuluruhan kegiatan mobilisasi harus memenuhi seluruh ketentuan
yang telah dipersyaratkan pada Dokumen Spesifikasi, dapat kami urikan sebagai berikut:
a) Ketentuan Mobilisasi

i) Penyewaan atau pembelian sebidang lahan yang diperlukan untuk base camp
Kontraktor dan kegiatan pelaksanaan.
ii) Mobilisasi Kepala Pelaksana (General Superintentent) yang memenuhi jaminan
kualifikasi (sertifikasi) menurut cakupan pekerjaannya (pemba-ngunan, atau
peningkatan jalan / penggantian jembatan, atau pemeli-haraan berkala).
iii) Mobilisasi semua staf pelaksana dan pekerja yang diperlukan dalam pelaksanaan dan
penyelesaian pekerjaan dalam Kontrak.
iv) Mobilisasi dan pemasangan peralatan sesuai dengan daftar peralatan yang tercantum
dalam Penawaran, dari suatu lokasi asal ke tempat pekerjaan dimana peralatan tersebut
akan digunakan menurut Kontrak ini.
v) Penyediaan dan pemeliharaan base camp Kontraktor, jika perlu termasuk kantor
lapangan, tempat tinggal, bengkel, gudang, dan sebagainya.
vi) Perkuatan jembatan lama untuk pengangkutan alat-alat berat..

b) Ketentuan mobilisasi Kantor Lapangan dan Fasilitasnya untuk Direksi Pekerjaan

Kebutuhan ini akan disediakan apabila disyaratkan dalam Dokumen Lelang dan akan
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku atau arahan direksi pekerjaan.
c) Ketentuan mobilisasi Fasilitas Pengendalian Mutu

Penyediaan dan pemeliharaan laboratorium lapangan harus memenuhi keten-tuan yang


disyaratkan bersama dengan peralatan laboratorium lapangan. Gedung laboratorium
dan peralatannya, yang dipasok menurut ketentuan dalam Dokumen Lelang dan akan
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku atau arahan direksi pekerjaan, dan
akan tetap menjadi milik Kontraktor pada waktu proyek selesai.
d) Kegiatan Demobilisasi untuk semua Kontrak

Pembongkaran tempat kerja oleh Kontraktor pada saat akhir Kontrak, termasuk
pemindahan semua instalasi, peralatan dan perlengkapan dari tanah milik Peme-rintah dan
pengembalian kondisi tempat kerja menjadi kondisi seperti semula sebelum Pekerjaan
dimulai.

SUMBER DAYA MANUSIA KONSTRUKSI JALAN DAN JEMBATAN

Sumber daya manusia untuk pekerjaan konstruksi dibutuhkan kemampuan profesi


keterampilan dan keahlian kerja seseorang di bidang jasa konstruksi, menurut disiplin
keilmuan dan atau keterampilan (untuk tenaga terampil) dan atau kefungsian dan atau
keahlian (untuk tenaga ahli) tertentu. Oleh karena itu tenaga kerja untuk pelaksanaan
konstruksi jalan dan jembatan perlu dilakukan sertifikasi keterampilan kerja dan sertifikasi
keahlian kerja, seperti ahli pengawas dan ahli pelaksana konstruksi jalan dan jembatan.

Tenaga kerja yang dianggap mampu bekerja setelah dilakukan klasifikasi dan kualifikasi
bidang konstruksi jalan dan jembatan akan diberikan tanda bukti pengakuan berupa
METODE PELAKSANAAN

sertifikat atas kompetensi dan kemampuan profesi keterampilan kerja dan keahlian kerja
orang perseorangan di bidang jasa konstruksi menurut disiplin keilmuan dan atau
keterampilan dibidang pelaksanaan konstruksi jalan dan jembatan. Sertifikat klasifikasi
dan sertifikat kualifikasi akan secara berkala diteliti/dinilai kembali oleh lembaga yang
deserahi wewenang melakukan sertifikasi.

Tenaga teknik dan atau tenaga ahli yang berstatus tenaga tetap pada suatu badan
usaha, dilarang merangkap sebagai tenaga tetap pada usaha orang perseorangan atau
badan usaha lainnya di bidang jasa konstruksi yang sama.

Selengkapnya ketentuan Sertifikasi Keterampilan Kerja dan Sertifikasi Keahlian Kerja


tenaga kerja konstruksi sesuai dengan PP No. 28/2000 pasal 15 sebagai berikut:

e) tenaga kerja konstruksi harus mengikuti sertifikasi keterampilan kerja atau


sertifikasi keahlian kerja yang dilakukan oleh lembaga, yang dinyatakan dengan
sertifikat;
f) sertifikat keterampilan kerja diberikan kepada tenaga kerja terampil yang telah
memenuhi persyaratan berdasarkan disiplin keilmuan dan atau keterampilan
tertentu;
g) sertifikat keahlian kerja diberikan kepada tenaga kerja ahli yang telah memenuhi
persyaratan berdasarkan disiplin keilmuan dan atau kefungsian dan atau keahlian
tertentu;
h) sertifikat keterampilan kerja dan sertifikat keahlian kerja secara berkala
diteliti/dinilai kembali oleh lembaga;
i) pelaksanaan sertifikasi dapat dilakukan oleh asosiasi profesi atau institusi
pendidikan dan pelatihan yang telah mendapat akreditasi dari lembaga.
Tenaga terampil/ahli yang perlu dilengkapi dengan sertifikat keterampilan/keahlian dan
disyaratkan pada kontrak konstruksi jalan sesusai ketentuan dokumen Lelang.

Adapun secara umum tenaga kerja terampil untuk pekerjaan jalan, dapat dikelompokan
biasanya antara lain :

a) tenaga yang langsung bekerja dalam konstruksi :


- kepala pelaksanan;
- pelaksana dan pekerja pekerjaan jalan;
b) tenaga yang membantu pada kegiatan pengujian kualitas pekerjaan:
- kepala dan pekerja survey/pengukuran;
- kepala dan pekerja pengujian/laboratorium;
c) tenaga yang membantu pada kegiatan umum dan administrasi, pengadaan
dan keuangan proyek:
- kepala dan staf administrasi personalia;
- bagian keuangan/akuntan dan staf administrasi keuangan;
- bagian dan staf logistik;
- bagian dan personil pengamanan;
- bagian dan staf kesehatan/keselamatan kerja.

Sedangkan tenaga kerja konstruksi yang dimasukan dalam diperhitungan harga satuan
pekerjaan konstruksi jalan dan menjadi tenaga tidak tetap atau tetap antara lain:
a) pekerja (tidak tetap);
b) tukang (tidak tetap);
c) mandor (tidak tetap);
d) operator (tetap);
e) pembantu operator (tetap);
f) sopir (tetap);
g) pembantu sopir (tetap);
h) mekanik (tetap);
i) pembantu mekanik (tetap);
j) kepala tukang (tidak tetap).
METODE PELAKSANAAN

MATERIAL KONSTRUKSI JALAN DAN JEMBATAN


Material yang dibutuhkan atau digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan konstruksi jalan
dan jembatan biasanya pengadaan/penyiapannya secara khusus, antara lain:
a) jenis material yang diambil dari quary:
- pasir, batu kali, batu quarry besar, gravel, sirtu, pasir urug.
b) jenis material yang melalui pengadaan/disuplai oleh supplier:
- pasir, batu kali, agregat kasar, agregat halus, filler, batu belah / kerakal, gravel,
bahan tanah timbunan, bahan pilihan, aspal cement, kerosen / minyak tanah,
semen / PC (50kg), besi beton, kawat beton, kawat bronjong, sirtu, cat marka
(non thermoplas), cat marka (thermoplastic), paku, kayu perancah, bensin,
solar, minyak pelumas / olie, plastik filter, pipa galvanis cia. 3, pipa porus,
bahan agr.base kelas A, bahan agr.base kelas B, bahan agr.base kelas C,
bahan agr.base kelas C2, geotextile, aspal emulsi, gebalan rumput, thinner,
glass bead, pelat rambu (eng. grade), pelat rambu (high I. grade), rel
pengaman, beton K-250, beton K-225, baja tulangan (polos) U24, baja
tulangan (ulir) D32, kapur, chipping, cat, pemantul cahaya (reflector), pasir
urug, arbocell, baja bergelombang, beton K-125, baja struktur, tiang pancang
baja, t. pancang beton pratekan, kawat las, pipa baja, minyak fluks, bunker oil,
asbuton halus, baja prategang, baja tulangan (polos) U32, baja tulangan
(ulir) D39, baja tulangan (ulir) D48, PCI Girder L=17m, PCI Girder L=21m, PCI
Girder L=26m, PCI Girder L=32m, PCI Girder L=36m dan PCI Girder L=41m.

PENGGUNAAN JENIS MATERIAL PADA KONSTRUKSI JALAN


a) pasir:
- sirtu, biasanya digunakan:
1) sebagai timbunan pilihan, bagian yang oversize disingkirkan;
2) sebagai lapis pondasi (base) B, terlebih dahulu disaring/dicuci;
3) agregat aspal hotmix , terlebih dahulu dipecah tes gradasi;
4) agregat beton, terlebih dahulu dipecah dan disaring
- Sirtu pecah:
1) sebagai lapis pondasi (base) A, dievaluasi CBR, Gradasi dan PI;
2) agregat aspal (hotmix) , terlebih dahulu dipecah tes gradasi.
b) batu pecah:
- agregat kasar pada beton struktur
c) batu bulat (boulder), berasal dari batu kali/batu gunung, biasa digunakan:
- pasangan batu (retaining wall)
- pasangan abutmen jembatan

PENGUJIAN MATERIAL YANG AKAN DIGUNAKAN PADA KONSTRUKSI JALAN DAN


JEMBATAN

Sebelum mengadakan pemesanan atau membuka daerah sumber bahan untuk setiap
jenis bahan, kontraktor harus menyerahkan contoh bahan kepada Direksi Pekerjaan,
bersama dengan detail lokasi sumber bahan untuk mendapatkan persetujuan.
Kontraktor harus melakukan semua pengaturan untuk memilih lokasi, memilih bahan,
dan mengolah bahan harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan semua informasi
yang berhubungan dengan lokasi sumber bahan paling sedikit 30 hari sebelum
pekerjaan peng-olahan bahan dimulai, untuk mendapatkan persetujuan.
Bilamana bahan aspal, semen, baja dan bahan-bahan fabrikasi lainnya akan digunakan,
maka sertifikat pabrik (mill certificate) bahan tersebut harus diserah-kan kepada Direksi
Pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan awal. Direksi Pekerjaan akan memberikan
persetujuan tertulis kepada kontraktor untuk melakukan pemesanan bahan. Selanjutnya
bahan yang sudah sampai di lapangan masih harus diuji ulang.
METODE PELAKSANAAN

PROSEDUR PENGADAAN BAHAN KONSTRUKSI JALAN DAN JEMBATAN


a) sumber bahan
Lokasi sumber bahan yang mungkin dapat dipergunakan dan pernah
diidentifikasikan serta diberikan persetujuan oleh direksi pekerjaan hanya merupakan
bahan informasi bagi kontraktor. Kontraktor tetap harus bertanggungjawab untuk
mengidentifikasi dan memeriksa ulang apakah bahan tersebut cocok untuk
dipergunakan dalam pelaksanaan pekerjaan.

b) variasi mutu bahan


Kontraktor harus menentukan sendiri jumlah serta jenis peralatan dan pekerja yang
dibutuhkan untuk menghasilkan bahan yang memenuhi spesifikasi. Kontraktor harus
menyadari bahwa contoh-contoh bahan tersebut tidak mungkin dapat menentukan
batas-batas mutu bahan dengan tepat pada seluruh deposit, dan variasi mutu bahan
harus dipandang sebagai hal yang biasa dan sudah diperkirakan. Direksi Pekerjaan
dapat memerintahkan kontraktor untuk melakukan pengadaan bahan dari setiap
tempat pada suatu deposit dan dapat menolak tempat-tempat tertentu pada suatu
deposit yang tidak dapat diterima.
c) persetujuan
- pemesanan bahan tidak boleh dilakukan sebelum mendapat persetujuan tertulis
dari Direksi Pekerjaan sesuai dengan maksud penggunaannya. Bahan tidak boleh
dipergunakan untuk maksud lain selain dari peruntukan yang telah disetujui;
- jika mutu bahan yang dikirim ke lapangan tidak sesuai dengan mutu bahan yang
sebelumnya telah diperiksa dan diuji, maka bahan tersebut harus ditolak, dan
harus disingkirkan dari lapangan dalam waktu 48 jam, kecuali terdapat
persetujuan lain dari Direksi Pekerjaan.

PENYIMPANAN MATERIAL KONSTRUKSI JALAN DAN JEMBATAN


a) umum
Bahan harus disimpan sedemikian rupa sehingga mutunya terjamin dan terpelihara
serta siap dipergunakan untuk pekerjaan. Bahan yang disimpan harus ditempatkan
sedemikian rupa sehingga selalu siap pakai, dan mudah diperiksa oleh Direksi
Pekerjaan. Tanah dan bangunan (property) orang lain tidak boleh dipakai tanpa ijin
tertulis dari pemilik atau penyewanya.
b) tempat penyimpanan di lapangan
Tempat penyimpanan di lapangan harus bebas dari tanaman dan sampah, bebas
dari genangan air dan permukaannya harus lebih tinggi dari sekitarnya. Bahan yang
langsung ditempatkan diatas tanah tidak boleh digunakan untuk pekerjaan, kecuali
jika permukaan tanah tersebut telah disiapkan sebelumnya dan diberi lapis
permukaan yang terbuat dari pasir atau kerikil setebal 10 cm.
c) penumpukan bahan (stockpiles)
- bahan harus disimpan sedemikian hingga dapat mencegah terjadinya segregasi
dan menjamin gradasi yang sebagaimana mestinya, serta tidak terdapat kadar air
yang berlebihan. Tinggi maksimum dari penumpukan bahan harus dibatasi
sampai maksimum 5 meter.
- penumpukan berbagai jenis agregat yang akan dipergunakan untuk campuran
aspal, burtu atau burda, penetrasi macadam atau beton harus dilakukan secara
terpisah menurut masing-masing ukuran nominal agregat. Dinding pemisah dari
papan dapat digunakan untuk harus mencegah tercampurnya agregat-agregat
tersebut.
- tumpukan agregat untuk untuk lapis pondasi atas dan bawah harus dilindungi
dari hujan untuk mencegah terjadinya kejenuhan agregat yang akan
mengurangi mutu bahan yang dihampar atau paling tidak mempengaruhi
penghamparan bahan.
METODE PELAKSANAAN

SUMBER DAYA PERALATAN KONSTRUKSI JALAN DAN JEMBATAN

a) Kriteria kebutuhan peralatan konstruksi jalan dan jembatan


Ketersediaan peralatan yang diperlukan untuk mengerjakan konstruksi jalan dan
jembatan jenis dan jumlahnya harus memenuhi kebutuhan pekerjaan konstruksi
selama pelaksanaan dari awal sampai dengan selesainya fisik jalan dan jembatan
sehingga segera dapat difungsikan/dimanfaatkan, antara lain:
- jenis dan kapasitas serta jumlah alatnya;
- peralatan dalam keadaan baik/tidak harus baru, akan berpengaruh terhadap
kualitas hasil pekerjaan;
- dukungan suku cadang peralatan, untuk menjamin tidak terjadi alat berhenti
operasi (idle);
- operator yang berpengalaman, akan berpengaruh terhadap kualitas hasil
pekerjaan

b) Penentuan jenis dan jumlah peralatan untuk pekerjaan konstruksi jalan dan
jembatan
Sedangkan untuk menentukan jenis dan jumlah peralatan yang diperlukan yaitu
tergantung pada :
- volume dan jenis pekerjaan konstruksi yang akan dikerjakan;
- waktu pelaksanaan konstruksi yang tersedia/dibatasi;
Peralatan yang digunakan akan diperhitungkan terhadap biaya harga satuan
pekerjaan dengan biaya beli/sewa, operasi dan pemeliharaan alat, faktor
pengembalian modal, nilai sisa alat, tingkat suku bunga, asuransi, kapasitas produksi
aktual,dan lain sebagainya.

c) Jenis dan kapasitas peralatan konstruksi jalan dan jembatan


Umumnya peralatan yang biasa dipakai untuk pekerjaan jalan dan jembatan sudah
tertentu jenis dan kapasitasnya, juga terkadang sudah ditetapkan pada saat
pelelangan pekerjaan konstruksi jalan, jenis dan jumlah alat yang harus disediakan
oleh kontraktor.
METODE PELAKSANAAN

catatan : komposisi dan jumlah peralatan minimum yang disyaratkan pada kontrak
disesuaikan kebutuhan besarnya volume pekerjaan konstruksi jalan dan
jembatan dan/atau besarnya nilai kontrak.

d) Mobilisasi peralatan konstruksi jalan dan jembatan


Mobilisasi peralatan adalah merupakan bagian dari keseluruhan program mobilisasi
pekerjaan yang harus dilaksanakan kontraktor, mengingat hal-hal seperti disebutkan
dalam spesifikasi sebagai berikut:
- dalam waktu 7 hari setelah penandatangan kontrak, kontraktor harus
melaksanakan Rapat Pra Pelaksanaan (Pre Construction Meeting) yang dihadiri
pemilik, Direksi Pekerjaan, Wakil Direksi Pekerjaan (bila ada) dan kontraktor untuk
membahas semua hal baik yang teknis maupun yang non teknis termasuk
program/jadual mobilisasi peralatan;
- dalam waktu 15 hari setelah Rapat Pra Pelaksanaan, kontraktor harus
menyerahkan Program Mobilisasi Peralatan, berupa jadwal pengiriman peralatan
yang menunjukkan lokasi asal dari semua peralatan yang tercantum dalam Daftar
Peralatan yang diusulkan dalam penawaran, bersama dengan usulan cara
pengangkutan dan jadwal kedatangan peralatan di lapangan; termasuk daftar
detail yang menunjukkan struktur jembatan yang memerlukan perkuatan agar
aman dilewati alat-alat berat, usulan metodologi pelaksanaan dan jadwal tanggal
mulai dan tanggal selesai untuk perkuatan setiap struktur jembatan.
e) Periode mobilisasi peralatan konstruksi jalan dan jembatan
Periode mobilisasi peralatan dibatasi sesuai ketentuan spesifikasi harus diselesaikan
dalam jangka waktu 60 hari terhitung tanggal mulai kerja, kecuali penyediaan
fasilitas dan pelayanan pengendalian mutu (peralatan laboratorium) harus
diselesaikan dalam waktu 45 hari.

KANTOR KONTRAKTOR DAN FASILITASNYA

Kontraktor harus menyediakan akomodasi dan fasilitas kantor yang cocok dan meme-nuhi
kebutuhan proyek sesuai Seksi dari Spesifikasi ini. Ukuran kantor dan fasilitasnya sesuai untuk
kebutuhan umum Kontraktor dan harus menyediakan sebuah ruangan yang digunakan
untuk rapat kemajuan pekerjaan.

1) Alat Komunikasi
a) Kontraktor harus menyediakan suatu saluran langsung.
b) Bilamana sambungan saluran telepon tidak mungkin disediakan, atau tidak
dapat disediakan dalam periode mobilisasi, maka Kontraktor harus menyediakan
pengganti telpon satelit (menggunakan sistem satelit Inmarsat atau Iridium atau
sejenis) yang dapat berkomunikasi 2 arah (2-way) dengan jelas dan dapat
diandalkan antara kantor Pemilik di Ibukota Propinsi, kantor Tim Supervisi
Lapangan dan titik terjauh di lapangan. Sistem telpon harus dipasang di kantor
utama dan semua kantor cabang serta digunakan sesuai dengan petunjuk dari
Direksi Pekerjaan.
c) Bilamana ijin atau perijinan dari instansi Pemerintah yang terkait diperlukan
untuk pemasangan dan pengoperasian sistem telopon satelit semacam ini,
Direski Pekerjaan akan melakukan semua pengaturan, tetapi semua biaya
yang timbul harus dibayar oleh Kontraktor.

2) Perlengkapan dalam Ruang Rapat dan Ruang Penyimpanan Dokumentasi Proyek


a) Meja rapat dengan kursi untuk paling sedikit 8 orang

b) Rak atau laci untuk penyimpanan gambar dan arsip untuk Dokumentasi Proyek
secara vertikal atau horisontal, yang ditempatkan di dalam atau dekat dengan
ruang rapat.
METODE PELAKSANAAN

3) Kantor Pendukung

Bilamana Kontraktor menganggap perlu untuk mendirikan satu kantor pendukung atau
lebih, yang akan digunakan untuk keperluan sendiri pada jarak 50 km atau lebih dari
kantor utama di lapangan, maka Kontraktor harus menyediakan, memelihara dan
melengkapi satu ruangan pada setiap kantor pendukung dengan ukuran sekitar 12
meter persegi yang akan digunakan oleh Staf Direksi Pekerjaan untuk setiap kantor
pendukung.

BENGKEL DAN GUDANG KONTRAKTOR

Kontraktor menyediakan sebuah bengkel di lapangan yang diberi perlengkapan yang


memadai serta dilengkapi dengan daya listrik, sehingga dapat digunakan untuk memperbaiki
peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan Pekerjaan. Sebuah gudang untuk penyimpanan
suku cadang juga harus disediakan.
Bengkel tersebut dikelola oleh seorang kepala bengkel yang mampu melakukan perbaikan
mekanis dan memiliki sejumlah tenaga pembantu yang terlatih.

FASILITAS LABORATORIUM DAN PENGUJIAN

Kontraktor menyediakan pelayanan pengujian dan/atau fasilitas laboratorium sebagaimana


disyaratkan untuk memenuhi seluruh ketentuan pengendalian mutu dari Spesifikasi ini.
Bilamana secara khusus dimasukkan dalam Dokumen Lelang, maka Kontraktor menyediakan
dan memelihara sebuah laboratorium lengkap dengan peralatannya di lapangan, dengan
ketentuan berikut :
a) Tempat Kerja

i) Laboratorium haruslah merupakan bangunan terpisah yang ditempatkan sesuai


dengan Lokasi Umum dan Denah Tempat Kerja yang telah disetujui dan
merupakan bagian dari program mobilisasi. Lokasi laboratorium harus
ditempatkan sedemikian rupa sehingga mempunyai jarak tertentu dari peralatan
konstruksi, bebas dari polusi dan gangguan berupa getaran selama
pengoperasian peralatan.
ii) Bangunan harus dilengkapi dengan lantai beton beserta fasilitas pem-buangan
air kotor, dan dilengkapi dengan dua buah pendingin udara (air conditioning)
masing-masing berkapasitas 1,5 PK.
iii) Perlengkapan di dalam ruangan bangunan harus terdiri atas meja kerja, lemari,
ruang penyimpan yang dapat dikunci, tangki perawatan, laci arsip (filing cabinet),
meja dan kursi dengan mutu standar dan jumlah yang mencukupi kebutuhan.

b) Peralatan dan Perlengkapan

Peralatan dan perlengkapan laboratorium yang terdaftar dalam Dokumen Lelang harus
sudah disediakan dalam waktu 45 hari terhitung sejak Tanggal Mulai Kerja, sehingga
pengujian sumber bahan dapat dimulai sesegera mungkin. Alat-alat ukur seperti
timbangan, proving ring, dan lainnya harus dikalibrasi oleh instansi yang berwenang
dengan menunjukkan sertifikat kalibrasi. Adapun peralatan dan kebutuhan di sesuaikan
dengan ketentuan Dokumen Lelang, dengan uraian sebagai berikut :

1. PEMERIKSAAN TANAH

1.1 Pemeriksaan Kepadatan

1.2 CBR Laboratorium

1.3 Berat Jenis

1.4 Batas-batas Atterberg


METODE PELAKSANAAN

1.5 Analisa Saringan

1.6 Pemeriksaan Kepadatan Lapangan dengan Metode Kerucut Pasir (Sand Cone)

1.7 Kadar Air

2. PEMERIKSAAN ASPAL

2.1 Pengujian Metode Marshall

2.2 Pemeriksaan Ekstraksi dengan Metode Sentrifugal

2.3 Pemeriksaan Ekstraksi dengan Metode Refluks

2.4 Berat Jenis Agregat Kasar

2.5 Berat Jenis Agregat Halus

2.6 Kadar Pori Dalam Campuran (Metode Akurat) :

2.7 Pengeboran Benda Uji Inti

2.8 Termometer Logam

2.9 Perlengkapan dan Peralatan

2.10 Penetrometer

2.11 Titik Lembek

2.12 Refusal Density Compactor of BS 598 Part 104 (1989)

3. PENGUJIAN BETON (untuk pekerjaan jembatan)

 Slump Cone

 Cube moulds

 “Speedy” moisture tester

 Cube crushing machine (provisional)

REKAYASA (ENGINEERING)

Sebelum pekerjaan survei dimulai Kontraktor harus mempelajari Gambar asli untuk
dikonsultasikan dengan Direksi Pekerjaan, dan harus memastikan dan memperbaiki setiap
kesalahan atau perbedaan yang terjadi, terutama yang berhubungan dengan lebar jalan
lama, lokasi setiap pelebaran perkerasan dan struktur drainase. Kontraktor dan Direksi
Pekerjaan harus mencapai kesepakatan dalam menentukan ketepatan setiap perubahan
yang dibuat dalam Gambar ini.

Kuantitas dalam Daftar Kuantitas dan Harga dapat diubah oleh Direksi Pekerjaan setelah
revisi minor terhadap seluruh rancangan telah selesai, dimana revisi minor ini harus
berdasarkan data survei lapangan yang dikumpulkan oleh Kontraktor sebagai bagian dari
cakupan perkerjaan dalam Kontrak.

Survei Lapangan oleh Kontraktor

Selama periode mobilisasi pada saat dimulainya Kontrak, Kontraktor akan melak-sanakan
survei lapangan yang lengkap terhadap kondisi fisik dan struktur pada perkerasan jalan
METODE PELAKSANAAN

lama, bahu jalan lama dan semua ciri-ciri tambahan lainnya seperti sistem drainase, jembatan
dan struktur minor lainnya, marka jalan, rambu lalu lintas, dan lain sebagainya.

Setelah pekerjaan survei lapangan ini selesai, Kontraktor harus menyiapkan dan
menyerahkan laporan lengkap dan detil dari hasil survei ini kepada Direksi Pekerjaan, tidak
lebih dari 30 hari kerja penyerahan ini akan merupakan tonggak yang sangat penting bagi
dimulainya peker-jaan dalam Kontrak dengan lebih dini dan berhasil.

Revisi oleh Direksi Pekerjaan

Detil pelaksanaan yang lengkap pada setiap mata pekerjaan dalam cakupan Kontrak ini akan
diterbitkan secara bertahap untuk Kontraktor dan bilamana detil pelaksanaan ini telah
disiapkan, dapat mencakup, tetapi tidak boleh terbatas pada, sebagian atau seluruh hal-hal
berikut :

a) Revisi minor terhadap rancangan perkerasan dan/atau jembatan.


b) Detil peningkatan bahu jalan.
c) Detil setiap perbaikan alinyemen yang diperlukan, jika ada.
d) Detil setiap pelebaran jalur lalu lintas (carriageway), jika ada.
e) Detil perbaikan selokan atau drainase.
f) Detil struktur drainase
g) Detil pekerjaan pengendalian lereng, pasangan batu kosong, pekerjaan
stabilisasi timbunan atau galian.
h) Detil marka jalan.
i) Detil rambu jalan, patok pengaman dan rel pengaman dan lain sebagainya,
baik pemasangan baru maupun penggantian.
j) Detil pekerjaan pengembalian kondisi jembatan.

Secara Keseluruhan Kebutuhan Kegiatan Mobilisasi yang kami uraikan diatas akan
disesuaikan menurut kebutuhan yang telah ditetapkan dalam Dokumen Lelang. Dimana
secara Umum dapat Kami uraian sebagai berikut :

Penjadwalan Pelaksanaan Pekerjaan

Penjadwalan dan penentuan waktu urutan –urutan kegiatan dalam suatu proyek
dan penyusunan kegiatan tersebut sehingga menghasilkan waktu penyelesaian
proyek secara keseluruhan.

A. Penjadwalan ini kami susun untuk merencanakan antara lain :


 Memprediksi waktu penyelesaian pekerjaan.
 Memprediksi kapan kegiatan-kegiatan tertentu akan dimulai dan kapan akan
selesai.
 Mengendalikan sumber daya dan rencana Cahs Flow.
 Mengevaluasi pengaruh perubahan terhadap biaya dan waktu penyerahan
proyek.
 Memberikan Referensi untuk keputusan Claim ataupun perpanjangan waktu.

Untuk menyusun Jadwal Proyek dilakukan langkah sebagai berikut :


1. Menginventarisasikan seluruh kegiatan yang diperlukan dalam rangka
mewujudkan suatu proyek.
2. Menyusun Urutan Kerja.
3. Menyusun Durasi dari setiap pekerjaan/Kegiatan.
4. Pembuatan Jadwal Proyek (Barchat/Network Planing).
5. Analisa Jadwal yang dibuat.

B. Pengajuan Perijinan
 Dalam pelaksanaan kami disini juga menerapkan standarisasi prosedure
sesuai dengan system mutu yang dimiliki serta memberitahukan / ijin setiap
akan melaksanakan pekerjaan agar dikemudian hari tidak terjadi hal-hal yang
METODE PELAKSANAAN

tidak di inginkan serta untuk menghindari dari pekerjaan Bongkar Pasang


yang mengakibatkan terjadinya keterlambatan serta penambahan biaya
dalam pelaksanaan.
 Sebelum memulai perkerjaan dibuat gambar kerja (Shop Drawing) yang detail
dan diajukan kepaka Pihak Direksi Pekerjaan untuk mendapatkan
persetujuan.

 Gambar kerja dibuat berdasarkan gambar perencanaan yang dibuat oleh


perencana, dalam pembuatan gambar kerja ini seringkali dibutuhkan data
lapangan, kemudian setelah gambar disetujui, gambar diserahkan kepada
GENERAL SUPERITENDENT / SITE MANAGER untuk Pelaksanaan Pekerjaan.

C. Material Bahan

1. Guna menjaga mutu hasil pekerjaan, material /bahan yang akan digunakan
sebelumnya diambil contoh untuk diajukan sebagai persetujuan dari pihak
Direksi Pekerjaan.
2. Semua material yang akan digunakan unutk pekerjaan ini dilengkap dengan
Spesifikasi dari produsen sesuai dengan brosur serta mengacu kepada
persyaratan Teknis dan ketentuan teknik pekerjaan.
3. Dalam pelaksanaan pekerjaan ini juga kan dibuat benda uji yang dipersiapkan
sesuai dengan standard yang dipersyaratkan.

Setelah 14 hari setelah rapat Pra Pelaksanaan (Pre Construction Meeting) kami akan
menyerahkan program Mobilisasi dan jadwal kemajuan Pelaksanaan kepada Direksi
Pekerjaan untuk dimintakan persetujuan.

Kemudian dilanjutkan dengan membangun Kantor serta fasilitas lainnya yang


ditempatkan sesuai dengan lokasi umum dan denah lapangan yang telah disetujui
dan merupakan bagian dari program mobilisasi dimana penempatannya akan
diusahakan sedekat mungkin dengan daerah kerja (site) dan disetujui oleh Direksi
Pekerjaan.

1. MOBILISASI

· Mobilisasi Personil
· Mobilisasi Peralatan kerja
· Mobilisasi Material yang dibutuhkan

2. PEKERJAAN PERSIAPAN

a. Pekerjaan Persiapan meliputi :


· Penyiapan direksi keet dan perlengkapannya
· Penyiapan kantor Pelaksana Pekerjaan dan perlengkapannya
· Papan nama proyek
· Penyiapan gudang bahan dan workshop
· Penyiapan alat bantu untuk traffic management
· Melakukan pengukuran (uitzet) lapangan bersama dan Foto Dokumentasi
· Melakukan pengujian bahan-bahan material yang akan digunakan untuk
pekerjaan fisik di lokasi pekerjaan dan penyelidikan tanah
· Penyiapan sarana komunikasi dan tansportasi staff proyek

b. Pemilihan peralatan
Secara umum peralatan yang diperlukan dalam pekerjaan ini adalah sebagai
mana tersebur dalam Daftar Usulan Peralatan Minimal yang kami tawarkan

c. Pekerjaan Site Planning


Melakukan penataan lokasi yang dapat mengakomodasikan keperluan akan :
kantor direksi, kantor Pelaksana Pekerjaan, papan nama proyek dan gudang
material.
METODE PELAKSANAAN

d. Pekerjaan Pengukuran / Setting Out


Sebelum pelaksanaan, maka diperlukan pengukuran ulang yang disepakati
bersama antara Pihak Pelaksana Pekerjaan dan Pihak Pemberi Tugas.

e. Penyediaan Fasilitas Lapangan seperti :


1. Kantor Direksi dengan perlengkapannya
2. Kantor Pelaksana Pekerjaan dengan perlengkapannya
3. Papan Nama Proyek
4. Gudang material dan workshop
5. Penerangan

f. Perlindungan pekerjaan terhadap kerusakan akibat lalu Lintas


a) Pelaksana Pekerjaan harus melaksanakan pekerjaan sedemikian rupa sehingga
pekerjaan tersebut terlindungi dari kerusakan akibat lalu lintas umum maupun
proyek.
b) Pengendalian lalu lintas dan pengalihan lalu lintas harus dilaksanakan
sebagaimana diperlukan untuk melindungi pekerjaan.
c) Pengendalian lalu lintas harus mendapat perhatian khusus, pada saat kondisi
cuaca yang buruk, pada saat lalu lintas padat, dan selama periode dimana
pekerjaan yang sedang dilaksanakan sangat peka terhadap kerusakan.

Pengaturan lalu lintas adalah salah satu bagian yang sangat penting guna
menjamin pada saat pelaksanaan pekerjaan yang tentunya pada saat aktifitas lalu
lintas berjalan kemudian pekerjaan tidak mengalami gangguan dan juga
terlindungi dari kerusakan yang bisa diakibatkan oleh lalu lintas tersebut. Adapun
pengaturan lalu lintas (traffic management) itu dapat berupa :
- Rambu dan penghalang; yang dipasang saat atau tidak berlangsung pekerjaan
dan pada rambu (penghalang) ini dapat dituliskan peringatan : “HATI-HATI !
JALAN SEDANG DIPERBAIKI”.
- Petugas Bendera; personil ini ditempatkan pada setiap lokasi pekerjaan yang
sedang berlangsung dan bertugas mengatur arah serta memberi aba-aba
kepada driver agar lalu lintas tidak menjadi terhenti apabila pekerjaan sedang
berlangsung.
- Rambu-rambu traffic lain seperti : traffic cone (kerucut), traffic cone berlampu
untuk pekerjaan pada malam hari, flash-light, dan lain-lain yang juga dapat
menjadi pengaturan lalu lintas (traffic management).

g. Pekerjaan Jalan Atau Jembatan Sementara


1) Lahan Yang Diperlukan. Sebelum membuat jalan atau jembatan sementara,
Pelaksana Pekerjaan harus melakukan semua pengaturan yang diperlukan, bila
diperlukan termasuk pembayaran kepada pemilik tanah yang bersangkutan atas
METODE PELAKSANAAN

pemakaian tanah itu dan harus memperoleh persetujuan dari pejabat yang
berwenang dan Direksi Pekerjaan. Setelah pekerjaan selesai, Pelaksana Pekerjaan
harus membersihkan dan mengembalikan kondisi tanah itu ke kondisi semula
sampai diterima oleh Direksi Pekerjaan dan pemilik tanah yang bersangkutan.
2) Peralatan Pelaksana Pekerjaan Lain Yang Lewat. Pelaksana Pekerjaan harus
melakukan semua pengaturan agar Pekerjaan yang sudah dilaksanakan dapat
dilewati dengan aman oleh Peralatan Konstruksi, bahan dan karyawan Pelaksana
Pekerjaan lain yang melaksanakan pekerjaan di dekat proyek. Untuk keperluan ini,
Pelaksana Pekerjaan dan Pelaksana Pekerjaan lain yang melaksanakan pekerjaan
di dekat proyek, harus menyerahkan suatu jadwal transportasi yang demikian
kepada Direksi Pekerjaan untuk mendapat persetujuannya, paling sedikit 15
(limabelas) hari sebelumnya.
3) Jalan Alih Sementara atau Detour. Jalan alih sementara atau detour harus
dibangun sebagaimana yang diperlukan untuk kondisi lalu lintas yang ada,
dengan memperhatikan ketentuan keselamatan dan kekuatan struktur. Semua
jalan alih yang demikian tidak boleh dibuka untuk lalu lintas umum sampai
alinyemen, pelaksanaan, drainase dan pemasangan rambu lalu lintas sementara
telah disetujui Direksi Pekerjaan. Selama digunakan untuk lalu lintas umum
Pelaksana Pekerjaan harus memelihara pekerjaan yang telah dilaksanakan,
drainase dan rambu lalu lintas sampai diterima oleh Direksi Pekerjaan.
4) Jalan Samping (ramp) Sementara untuk Lalu Lintas. Pelaksana Pekerjaan harus
membangun dan memelihara jembatan dan jalan samping sementara untuk jalan
masuk umum dari dan ke jalan raya pada semua tempat bilamana jalan masuk
tersebut sudah ada sebelum Pekerjaan dimulai dan pada tempat lainnya yang
diperlukan atau diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

h. Pengaturan Sementara Untuk Lalu Lintas


1) Rambu dan Penghalang (Barrier). Agar dapat melindungi Pekerjaan, dan menjaga
keselamatan umum dan kelancaran arus lalu lintas yang melalui atau di sekitar
pekerjaan, Pelaksana Pekerjaan harus memasang dan memelihara rambu lalu
lintas, penghalang dan fasilitas lainnya yang sejenis pada setiap tempat dimana
kegiatan pelaksanaan akan mengganggu lalu lintas umum. Semua rambu lalu
lintas dan penghalang harus diberi garis-garis (strips) yang reflektif dan atau
terlihat dengan jelas pada malam hari.
2) Petugas Bendera. Pelaksana Pekerjaan harus menyediakan dan menempatkan
petugas bendera di semua tempat kegiatan pelaksanaan yang mengganggu arus
lalu lintas, terutama pada pengaturan lalu lintas satu arah. Tugas utama petugas
bendera adalah mengarahkan dan mengatur arus lalu lintas yang melalui dan di
sekitar Pekerjaan tersebut.

i. Pemeliharaan untuk keselamatan lalu lintas


1) Jalan Alih Sementara dan Pengendalian Lalu Lintas
Semua jalan alih sementara dan pemasangan pengendali lalu lintas yang
disiapkan olehPelaksana Pekerjaan selama pelaksanaan Pekerjaan harus dipelihara
agar tetap aman dan dalam kondisi pelayanan yang memenuhi ketentuan dan
dapat diterima Direksi Pekerjaaan sehingga menjamin keselamatan lalu lintas dan
bagi pemakai jalan umum.
2) Pembersihan Penghalang
Selama pelaksanaan pekerjaan, Pelaksana Pekerjaan harus menjamin bahwa
perkerasan, bahu jalan lokasi yang berdekatan dengan Daerah Milik Jalan harus
dijaga agar bebas dari bahan pelaksanaan, kotoran dan bahan yang tidak terpakai
lainnya yang dapat mengganggu atau membahayakan lalu lintas yang lewat.
Pekerjaan juga harus dijaga agar bebas dari setiap parkir liar atau kegiatan
perdagangan kaki lima kecuali untuk daerah-daerah yang digunakan untuk
maksud tersebut.
METODE PELAKSANAAN

J. Sistem K3

Setiap pelaksanaan suatu proyek, akan menerapkan Keselamatan dan Kesehatan


Kerja (K3) sebagai bagian dari kegiatan yang terintegrasi dari semua kegiatan
proyek yang sedang dikerjakan.

Prosedur penerapan K3 secara umum mencakup :

- Safety Plan

Adalah managemen Keselamatan Kerja, yang mengikuti ketentuan-ketentuan


dan arahan yang dikeluarkan Depnaker .

Ketentuan-ketentuan dalam managemen Keselamatan Kerja ini meliputi:

 Identifikasi bahaya kerja dan pencegahannya


 Penyusunan rencana, pengadaan dan penempatan dari alat-alat
pengaman seperti :
- Jaring/net pada tangga dan tepi bangunan.
- Railing pengaman serta rambu-rambu K3.
- Alat-alat pemadam kebakaran.
- Sepatu dan helm pengaman bagi para pekerja dan staf proyek, dan
lain-lain
- Security Plan.

Adalah prosedur pengendalian keamanan lingkungan proyek, mencakup


prosedur keluar masuk bahan proyek, penerimaan tamu, identifikasi daerah
rawan wilayah sekitar proyek.

Untuk itu ditempatkan tenaga sekurity dan pos penjagaan diproyek.

- Safety Morning.

Adalah prosedur pelaksanaan K3 di lingkungan proyek, mencakup


pelaksanaan pertemuan dan pengarahan diberikan kepada staf dan Tenaga
kerja di pagi hari sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai.
METODE PELAKSANAAN

DIVISI III. PEKERJAAN TANAH


Sesuai dengan urutan tahapan pekerjaan yang kami uraikan pada Ruang Lingkup Pekerjaan diatas,
dapat kami jelaskan metode pelaksanaan untuk Item pekerjaan pada Divisi pekerjaan ini, sebagai
berikut :

Timbunan Biasa dan Pilihan


METODE PELAKSANAAN

Motor Grader
Dump Truk

Gambar : Penghamparan Timbunan

Penghamparan Dan Pemadatan Timbunan


Jenis Mesin Gilas yang digunakan sesuai
kebutuhan atau arahan Direksi Pekerjaan

Water Tank
Bolak - Balik

1) Penyiapan Tempat Kerja


a) Sebelum penghamparan timbunan pada setiap tempat, semua bahan yang tidak diperlukan
harus dibuang sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan
b) Bilamana tinggi timbunan satu meter atau kurang, dasar pondasi timbunan harus dipadatkan
(termasuk penggemburan dan pengeringan atau pembasahan bila diperlukan) sampai 15 cm
bagian permukaan atas dasar pondasi memenuhi kepadatan yang disyaratkan untuk
timbunan yang ditempatkan diatasnya.
c) Bilamana timbunan akan ditempatkan pada lereng bukit atau ditempatkan di atas timbunan
lama atau yang baru dikerjakan, maka lereng lama harus dipotong bertangga dengan lebar
yang cukup sehingga memungkinkan peralatan pemadat dapat beroperasi di daerah lereng
lama sesuai seperti timbunan yang dihampar horizontal lapis demi lapis.
2) Penghamparan Timbunan
a) Timbunan harus ditempatkan ke permukaan yang telah disiapkan dan disebar dalam lapisan
yang merata yang bila dipadatkan akan memenuhi toleransi tebal lapisan yang disyaratkan.
Bilamana timbunan dihampar lebih dari satu lapis, lapisan-lapisan tersebut sedapat mungkin
dibagi rata sehingga sama tebalnya.
b) Tanah timbunan umumnya diangkut langsung dari lokasi sumber bahan ke permukaan yang
telah disiapkan pada saat cuaca cerah dan disebarkan. Penumpukan tanah timbunan untuk
persediaan biasanya tidak diperkenankan, terutama selama musim hujan.
c) Timbunan di atas atau pada selimut pasir atau bahan drainase porous, harus diperhatikan
sedemikian rupa agar kedua bahan tersebut tidak tercampur. Dalam pembentukan drainase
sumuran vertikal diperlukan suatu pemisah yang menyolok di antara kedua bahan tersebut
dengan memakai acuan sementara dari pelat baja tipis yang sedikit demi sedikit ditarik saat
pengisian timbunan dan drainase porous dilaksanakan.
d) Penimbunan kembali di atas pipa dan di belakang struktur harus dilaksanakan dengan
sistematis dan secepat mungkin segera setelah pemasangan pipa atau struktur. Akan tetapi,
sebelum penimbunan kembali, diperlukan waktu perawatan tidak kurang dari 8 jam setelah
pemberian adukan pada sambungan pipa atau pengecoran struktur beton gravity,
pemasangan pasangan batu gravity atau pasangan batu dengan mortar gravity. Sebelum
penimbunan kembali di sekitar struktur penahan tanah dari beton, pasangan batu atau
pasangan batu dengan mortar, juga diperlukan waktu perawatan tidak kurang dari 14 hari.
e) Bilamana timbunan badan jalan akan diperlebar, lereng timbunan lama harus disiapkan
dengan membuang seluruh tetumbuhan yang terdapat pada permukaan lereng dan dibuat
METODE PELAKSANAAN

bertangga sehingga timbunan baru akan terkunci pada timbunan lama sedemikian sampai
diterima oleh Direksi Pekerjaan. Selanjutnya timbunan yang diperlebar harus dihampar
horizontal lapis demi lapis sampai dengan elevasi tanah dasar, yang kemudian harus ditutup
secepat mungkin dengan lapis pondasi bawah dan atas sampai elevasi permukaan jalan lama
sehingga bagian yang diperlebar dapat dimanfaatkan oleh lalu lintas secepat mungkin,
dengan demikian pembangunan dapat dilanjutkan ke sisi jalan lainnya bilamana diperlukan.
3) Pemadatan Timbunan
a) Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan, setiap lapis harus dipadatkan
dengan peralatan pemadat yang memadai dan disetujui Direksi Pekerjaan sampai mencapai
kepadatan yang disyaratkan
b) Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan hanya bilamana kadar air bahan berada
dalam rentang 3 % di bawah kadar air optimum sampai 1% di atas kadar air optimum. Kadar
air optimum harus didefinisikan sebagai kadar air pada kepadatan kering maksimum yang
diperoleh bilamana tanah dipadatkan sesuai dengan SNI 03-1742-1989.
c) Seluruh timbunan batu harus ditutup dengan satu lapisan atau lebih setebal 20 cm dari bahan
bergradasi menerus dan tidak mengandung batu yang lebih besar dari 5 cm serta mampu
mengisi rongga-rongga batu pada bagian atas timbunan batu tersebut. Lapis penutup ini
harus dilaksanakan sampai mencapai kepadatan timbunan tanah yang disyaratkan.
d) Setiap lapisan timbunan yang dihampar harus dipadatkan seperti yang disyaratkan, diuji
kepadatannya dan harus diterima oleh Direksi Pekerjaan sebelum lapisan berikutnya dihampar.
e) Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi luar dan bergerak menuju ke arah sumbu jalan
sedemikian rupa sehingga setiap ruas akan menerima jumlah usaha pemadatan yang sama.
Bilamana memungkinkan, lalu lintas alat-alat konstruksi dapat dilewatkan di atas pekerjaan
timbunan dan lajur yang dilewati harus terus menerus divariasi agar dapat menyebarkan
pengaruh usaha pemadatan dari lalu lintas tersebut.
f) Bilamana bahan timbunan dihampar pada kedua sisi pipa atau drainase beton atau struktur,
maka pelaksanaan harus dilakukan sedemikian rupa agar timbunan pada kedua sisi selalu
mempunyai elevasi yang hampir sama.
g) Bilamana bahan timbunan dapat ditempatkan hanya pada satu sisi abutment, tembok sayap,
pilar, tembok penahan atau tembok kepala gorong-gorong, maka tempat-tempat yang
bersebelahan dengan struktur tidak boleh dipadatkan secara berlebihan karena dapat
menyebabkan bergesernya struktur atau tekanan yang berlebihan pada struktur.
h) Terkecuali disetujui oleh Direksi Pekerjaan, timbunan yang bersebelahan dengan ujung
jembatan tidak boleh ditempatkan lebih tinggi dari dasar dinding belakang abutment sampai
struktur bangunan atas telah terpasang.
.
i) Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan pemadat mesin gilas, harus
dihampar dalam lapisan horizontal dengan tebal gembur tidak lebih dari 15 cm dan
dipadatkan dengan penumbuk loncat mekanis atau timbris (tamper) manual dengan berat
minimum 10 kg. Pemadatan di bawah maupun di tepi pipa harus mendapat perhatian khusus
untuk mencegah timbulnya ronggarongga dan untuk menjamin bahwa pipa terdukung
sepenuhnya.
j) Timbunan Pilihan di atas Tanah Rawa mulai dipadatkan pada batas permukaan air dimana
timbunan terendam, dengan peralatan yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
 Pekerjaan ini dilakukan bersamaan dengan pekerjaan perkerasan berbutir dan
setelah pekerjaan perkerasan aspal selesai dikerjakan, penimbunan dilakukan dengan
borrow material , per lapisan dan dipadatkan sesuai yang disyaratkan.
 Dalam proses pemadatan ini, yang perlu diperhatikan adalah kadar air sehingga
kepadatan tanah dapat dicapai pada kadar air yang optimum.

Penghamparan tanah timbunan pilihan menggunakan motor grader sedangkan


pemadatan menggunakan Mesin Penggilas dan penyiraman air dengan memakai mobil
tangki air.
METODE PELAKSANAAN

Penyiapan Badan Jalan


1) Pekerjaan ini merupakan pekerjaan pembentukan dasar jalan yaitu berupa
pembersihan damija jalan pengerukan dasar jalan yang tidak rata kemudian
diratkan dengan Motor Greader, damija yang dianggap mengganggu ketahanan
jalan perlu dibuang, setelah pembentukan dasar badan jalan selesai kemudian
dipadatkan dengan mesin Gilas dan dibantu sekelompok pekerja dengan
menggunakan alat bantu.
Water Tank Truck dipergunakan
apabila dipersyaratkan atau sesua
Mesin Gilas arahan Direksi Pekerjaani
Motor Grader

Urutan pelaksanaan :

1. Sebelum pekerjaan dimulai, terlebih dahulu mempersiapkan gambar


design dari data-data awal yang diambil pada saat joint survey dan
gambar design lokasi ini diajukan dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan
terlebih dahulu yaitu dengan gambar penampang melintang yang
menunjukkan elevasi permukaan tiap titik.
2. Setelah gambar design penampang melintang disetujui, kemudian
dilaksanakan pemasangan patok-patok elevasi (bowplang).
3. Sebelum material didatangkan dari quarry yang telah disepakati bersama-
sama dengan Direksi, diadakan pengujian sample material selected
terlebih dahulu. Dan setelah pengujian material telah disetujui oleh Direksi
dan kemudian dituangkan ke dalam report hasil investigasi dan menjadi
pegangan untuk pelaksanaan pengiriman material untuk pekerjaan.
4. Setelah itu, material dari quarry dikirim ke lokasi dengan memakai dump
truk, dan pada lokasi telah tersedia peralatan penghamparan dan
pemadatan serta water tank untuk menjaga pada saat penghamparan
material tetap dalam kadar air yang telah disepakati bersama dan
disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
5. Material dihampar dengan Motor Grader secara per layer dengan tebal
hampar maksimum 15 cm dan kemudian diikuti dengan pemadatan oleh
Mesin Penggilas yang juga telah disepakati jumlah lintasan pemadatan
dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Kemudian, apabila penghamparan
dilaksanakan pada saat terik matahari yang mengakibatkan material
menjadi kering dan terburai oleh hembusan angin maka segera dilakukan
penyiraman air dengan water tank.
6. Kemudian setelah penghamparan telah tercapai 200 m’ maka dilakukan
test kepadatan dengan menggunakan alat Sandcone.
7. Hasil pengetesan harus di dapat CBR minimal 10 %.
METODE PELAKSANAAN

Sesuai dengan urutan tahapan pekerjaan yang kami uraikan pada Ruang Lingkup Pekerjaan diatas,
dapat kami jelaskan metode pelaksanaan untuk Item-item pekerjaan pada Divisi pekerjaan ini,
sebagai berikut :
Lapis PondasiAgregat Kelas B

Pengajuan Kesiapan Kerja

a) Kontraktor akan menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan hal-hal di


bawah dalam penggunaan setiap bahan untuk pertama kalinya
sebagai Lapis Pondasi Agregat :
i) Dua contoh masing-masing 50 kg bahan, satu disimpan oleh
Direksi Pekerjaan sebagai rujukan selama Periode Kontrak.
ii) Pernyataan perihal asal dan komposisi setiap bahan yang
diusulkan untuk Lapis Pondasi Agregat, bersama dengan hasil
pengujian laboratorium yang membuktikan bahwa sifat-sifat
bahan yang ditentukan dalam ketentuan sesuai dokumen
spefifikasi, mengenai bahan terpenuhi.

b) Kontraktor akan mengirim hal-hal di bawah ini dalam bentuk tertulis


kepada Direksi Pekerjaan segera setelah selesainya setiap ruas
pekerjaan dan sebelum persetujuan diberikan untuk penghamparan
bahan lain di atas Lapis Pondasi Agregat :
i) Hasil pengujian kepadatan dan kadar air seperti yang
disyaratkan dalam Dokumen Spesifikasi.
ii) Hasil pengujian pengukuran permukaan dan data hasil survei
pemerik-saan yang menyatakan bahwa toleransi yang
disyaratkan dalam Dokumen Spesifikasi.

Cuaca Yang Diijinkan Untuk Bekerja

Lapis Pondasi Agregat tidak boleh ditempatkan, dihampar, atau dipadatkan


sewaktu turun hujan, dan pemadatan tidak boleh dilakukan setelah hujan
atau bila kadar air bahan jadi tidak berada dalam rentang yang ditentukan
dalam Dokumen Spesifikasi.
METODE PELAKSANAAN

BAHAN
METODE PELAKSANAAN

PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN LAPIS PONDASI AGREGAT

1) Penyiapan Formasi untuk Lapis Pondasi Agregat

a) Bilamana Lapis Pondasi Agregat akan dihampar pada perkerasan atau


bahu jalan lama, semua kerusakan yang terjadi pada perkerasan atau
bahu jalan lama harus diperbaiki terlebih dahulu .
b) Bilamana Lapis Pondasi Agregat akan dihampar pada suatu lapisan
perkerasan lama atau tanah dasar baru yang disiapkan atau lapis
pondasi yang disiapkan, maka lapisan ini harus diselesaikan
sepenuhnya, , sesuai pada lokasi dan jenis lapisan yang terdahulu.
c) Lokasi yang telah disediakan untuk pekerjaan Lapisan Pondasi
Agregat, sesuai dengan butir (a) dan (b) di atas, harus disiapkan dan
mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Direksi Pekerjaan
paling sedikit 100 meter ke depan dari rencana akhir lokasi
penghamparan Lapis Pondasi pada setiap saat. Untuk perbaikan
tempat-tempat yang kurang dari 100 meter panjangnya, seluruh
formasi itu harus disiapkan dan disetujui sebelum lapis pondasi agregat
dihampar.
d) Bilamana Lapis Pondasi Agregat akan dihampar langsung di atas
permukaan perkerasan aspal lama, yang menurut pendapat Direksi
Pekerjaan dalam kondisi tidak rusak, maka harus diperlukan
penggaruan atau pengaluran pada permukaan perkerasan aspal lama
agar diperoleh tahanan geser yang lebih baik.

2) Penghamparan

a) Lapis Pondasi Agregat harus dibawa ke badan jalan sebagai campuran


yang merata dan harus dihampar pada kadar air dalam rentang yang
disyaratkan. Kadar air dalam bahan harus tersebar secara merata.
b) Setiap lapis harus dihampar pada suatu operasi dengan takaran yang
merata agar menghasilkan tebal padat yang diperlukan dalam
toleransi yang disyaratkan. Bilamana akan dihampar lebih dari satu
lapis, maka lapisan-lapisan tersebut harus diusahakan sama tebalnya.
c) Lapis Pondasi Agregat harus dihampar dan dibentuk dengan salah
satu metode yang disetujui yang tidak meyebabkan segregasi pada
partikel agregat kasar dan halus. Bahan yang bersegregasi harus
diperbaiki atau dibuang dan diganti dengan bahan yang bergradasi
baik.
METODE PELAKSANAAN

d) Tebal padat minimum untuk pelaksanaan setiap lapisan harus dua kali
ukuran terbesar agregat lapis pondasi. Tebal padat maksimum tidak
boleh melebihi 20 cm, kecuali diperintahkan lain oleh Direksi
Pekerjaan.
Dump Truk Motor Grader

Penghamparan Aggregat Base

3) Pemadatan

a) Segera setelah pencampuran dan pembentukan akhir, setiap lapis


harus dipadatkan menyeluruh dengan alat pemadat yang cocok dan
memadai dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan, hingga kepadatan
paling sedikit 100 % dari kepadatan kering maksimum modifikasi
(modified) seperti yang ditentukan oleh SNI 03-1743-1989, metode D.
b) Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan agar digunakan mesin gilas
beroda karet digunakan untuk pemadatan akhir, bila mesin gilas statis
beroda baja dianggap mengakibatkan kerusakan atau degradasi
berlebihan dari Lapis Pondasi Agregat.
c) Pemadatan harus dilakukan hanya bila kadar air dari bahan berada
dalam rentang 3 % di bawah kadar air optimum sampai 1 % di atas
kadar air optimum, dimana kadar air optimum adalah seperti yang
ditetapkan oleh kepadatan kering maksimum modifikasi (modified)
yang ditentukan oleh SNI 03-1743-1989, metode D.
d) Operasi penggilasan harus dimulai dari sepanjang tepi dan bergerak
sedikit demi sedikit ke arah sumbu jalan, dalam arah memanjang. Pada
bagian yang ber”superelevasi”, penggilasan harus dimulai dari bagian
yang rendah dan bergerak sedikit demi sedikit ke bagian yang lebih
tinggi. Operasi penggilasan harus dilanjutkan sampai seluruh bekas
roda mesin gilas hilang dan lapis tersebut terpadatkan secara merata.
e) Bahan sepanjang kerb, tembok, dan tempat-tempat yang tak
terjangkau mesin gilas harus dipadatkan dengan timbris mekanis atau
alat pemadat lainnya yang disetujui.

Jenis Mesin Gilas yang digunakan sesuai


kebutuhan atau arahan Direksi Pekerjaan
Pneumatic Tire Roller
Water Tank

Pemadatan Aggregat Base

4) Pengujian

a) Jumlah data pendukung pengujian bahan yang diperlukan untuk


persetujuan awal harus seperti yang diperintahkan Direksi Pekerjaan,
namun harus mencakup seluruh jenis pengujian yang disyaratkan
minimum pada tiga contoh yang mewakili sumber bahan yang
diusulkan, yang dipilih untuk mewakili rentang mutu bahan yang
mungkin terdapat pada sumber bahan tersebut.
METODE PELAKSANAAN

b) Setelah persetujuan mutu bahan Lapis Pondasi Agregat yang


diusulkan, selu-ruh jenis pengujian bahan akan diulangi lagi, bila
menurut pendapat Direksi Pekerjaan, terdapat perubahan mutu bahan
atau metode produksinya.
c) Suatu program pengujian rutin pengendalian mutu bahan harus
dilaksanakan untuk mengendalikan ketidakseragaman bahan yang
dibawa ke lokasi peker-jaan. Pengujian lebih lanjut harus seperti yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan tetapi untuk setiap 1000 meter
kubik bahan yang diproduksi paling sedikit harus meliputi tidak kurang
dari lima (5) pengujian indeks plastisitas, lima (5) pengujian gradasi
partikel, dan satu (1) penentuan kepadatan kering maksimum
menggunakan SNI 03-1743-1989, metode D. Pengujian CBR harus
dilakukan dari waktu ke waktu sebagaimana diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan.
d) Kepadatan dan kadar air bahan yang dipadatkan harus secara rutin
diperiksa, mengunakan SNI 03-2827-1992. Pengujian harus dilakukan
sampai seluruh kedalaman lapis tersebut pada lokasi yang ditetapkan
oleh Direksi Pekerjaan, tetapi tidak boleh berselang lebih dari 200 m.
METODE PELAKSANAAN

Sesuai dengan urutan tahapan pekerjaan yang kami uraikan pada Ruang Lingkup Pekerjaan
diatas, dapat kami jelaskan metode pelaksanaan untuk Item-item pekerjaan pada Divisi
pekerjaan ini, sebagai berikut :

Lapis Resap Pengikat - Aspal Cair


Laston Lapis Antara (AC-BC)

Pekerjaan Lapis Resap Pengikat - Aspal Cair (Prime Coats) adalah pelaburan permukaan perkerasan
yang akan dilapisi perkerasan aspal baru dengan bahan perekat (prime coat) dengan tujuan agar
terjadi ikatan antara permukaan lapis pondasi aggregat atau perkerasan beton dengan lapis
permukaan baru . Tack Coats adalah adalah pelaburan permukaan perkerasan aspal perkerasan
beton dengan lapis permukaan baru (Laston Lapis Antara dan Laston Lapis Aus)

BAHAN UNTUK PEKERJAAN CAMPURAN BERASPAL PANAS


Agregat

Produksi Agregat

Tipikal skema unit produksi agregat diperlihatkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Tipikal skema unit produksi agregat


METODE PELAKSANAAN

Bahan baku batuan disaring terlebih dahulu untuk memisahkan batuan berukuran
kecil dengan yang berukuran besar. Batuan yang berukuran besar selanjutnya
masuk ke pemecah primer.
Metoda pemisahan ini (scalping ) dapat meningkatkan efisiensi alat pemecah batu
dan mengurangi kotoran dan lempung yang masuk ke unit pemecah batu.
Unit produksi agregat dapat diklasifikasikan berdasarkan urutan pemecahannya,
yaitu pemecah primer, sekunder, tersier dan seterusnya.
Pemecah primer langsung menerima bahan baku dari kuari dan kemudian
memperkecil ukuran bahan baku tersebut dengan cara dipecahkan. Hasil dari
pemecah primer masuk ke pemecah sekunder dan demikian seterusnya sampai
diperoleh ukuran butir yang disyaratkan.
Pada umumnya klasifikasi pemecah batu yang digunakan berdasarkan urutan
pemecahan tersebut adalah sebagai berikut :
1). Pemecah primer : digunakan pemecah batu jenis jaw, gyratory atau hammer mill
2). Pemecah sekunder : digunakan pemecah batu jenis konus, roll atau hammer mill
3). Pemecah tersier : digunakan pemecah batu jenis roll, rod mill atau ball mill.

Penimbunan agregat (stock pile)


Metoda penanganan agregat di stockpile mempunyai pengaruh besar pada perubahan
gradasi agregat.
Segregasi yang terjadi selama proses penumpukan, pemindahan, dan terkontaminasinya
agregat dengan tanah sering terjadi.
Untuk menghindari kejadian tersebut diperlukan keahlian dan pengetahuan yang cukup
bagi operator loader.
Gambar 10. memperlihatkan metode sederhana untuk mengurangi segregasi, seperti :
 Mengurangi pemindahan agregat dan pemindahan hanya dilakukan jika kadar air
agregat mendekati kadar air optimum.
 Menghindari penumpukan terlalu tinggi.
 Memberi muatan truk setinggi pintu belakang dan tidak terlalu tinggi.

Gambar 11. Penimbunan agregat untuk menghindari segregasi


METODE PELAKSANAAN

Sifat-sifat fisik agregat dan hubungannya dengan kinerja campuran


beraspal

Pada campuran beraspal, agregat memberikan kontribusi sampai 90-95% terhadap


berat campuran, sehingga sifat-sifat agregat merupakan salah satu faktor penentu
dari kinerja campuran tersebut.
Sifat agregat yang dapat menentukan kualitasnya sebagai bahan campuran, yaitu
:
1). Ukuran butir
2). Gradasi
3). Kebersihan
4). Kekerasan
5). Bentuk partikel
6). Tekstur permukaan
7). Penyerapan
8). Kelekatan terhadap aspal

Aspal/Bitumen

Aspal dan bitumen adalah dua kata yang mempunyai makna yang sama. Istilah aspal
umumnya digunakan di Amerika Serikat, sedangkan bitumen umumnya digunakan di
negara-negara Eropah terutama Inggris. Di Indonesia yang dimaksud dengan aspal adalah
sama dengan bitumen.
Aspal atau bitumen merupakan material yang berwarna hitam kecoklatan yang bersifat
viskoelastis sehingga akan melunak dan mencair bila mendapat cukup pemanasan dan
sebaliknya. Sifat viskoelastis inilah yang membuat aspal dapat menyelimuti dan menahan
agregat tetap pada tempatnya selama proses produksi dan masa pelayanannya. Pada
dasarnya aspal terbuat dari suatu rantai hidrokarbon yang disebut bitumen, oleh sebab itu
aspal sering disebut material berbituminous.
Umumnya aspal dihasilkan dari penyulingan minyak bumi, sehingga disebut aspal keras.
Tingkat pengontrolan yang dilakukan pada tahapan proses penyulingan akan menghasil-
kan aspal dengan sifat-sifat yang khusus yang cocok untuk pemakaian yang khusus pula,
seperti untuk pembuatan campuran beraspal, pelindung atap dan penggunaan khusus
lainnya.

Selain itu, aspal juga terdapat di alam secara alamiah, aspal ini disebut aspal alam.

Aspal modifikasi saat ini juga telah dikenal luas, aspal ini dibuat dengan menambahkan
bahan tambah ke dalam aspal yang bertujuan untuk memperbaiki atau memodifikasi sifat
rheologinya sehingga menghasilkan jenis aspal baru yang disebut aspal modifikasi.

Jenis Pengujian dan Persyaratan Bahan untuk Campuran Beraspal Panas

Jenis pengujian dan persyaratan agregat


Agregat terdiri dari beberapa fraksi, berdasarkan ukuran butirnya, terdiri dari :
 Fraksi agregat kasar, adalah agregat yang tertahan diatas # 2,36 mm (no.8), dapat
berupa batu pecah atau kerikil pecah
 Fraksi agregat halus, adalag agregat yang lolos # 2,36 mm (no.8), dapat berupa pasir
alam atau hasil pemecah batu
 Bahan pengisi, agregat yang lolos # 0,28 mm (no 50) sebanyak paling sedikit 95 %,
dapar berupa debu batu kapur, semen portland, abu terbang,
Pada umumnya fraksi kasar dan sedang dapat dikelompokan sebagai agregat
kasar, sementara abu batu atau pasir sebagai agregat halus.
Sebelum digunakan untuk pembuatan campuran, bahan agregat terlebih dahulu harus
dilakukan pengujian laboratorium untuk kesesuaian mutunya dengan spesifikasi campuran
beraspal panas, sebagaimana diperlihatkan pada tabel 6. berikut ini :
METODE PELAKSANAAN

Tabel 6.a. Jenis Pengujian dan Persyaratan Agregat Kasar


Pengujian Standar Nilai

1. Abrasi dengan mesin Los Angeles SNI 03-2417-1991 Maks. 40 %

2. Kelekatan agregat terhadap aspal SNI 03-2439-1991 Min. 95 %


3. Kekekalan bentuk agregat terhadap larutan natrium dan SNI 03-3407-1994 Maks.12 %
magnesium sulfat
4. Material lolos Saringan No.200 SNI 03-4142-1996 Maks. 1 %
5. Agregat kasar bentuk pipih, lonjong, atau pipih dan lonjong RSNI T-01-2005 Maks. 10 %

6. Angularitas (kedalaman dari permukaan < 10 cm) DoT’s Pennsylvania Test 95/90
Angularitas (kedalaman dari permukaan ≥ 10 cm) Method, PTM No.621 80/75

7. Analisa saringan agregat kasar dan halus SNI 03-1968-1990

Sumber : Spesifikasi seksi 6.3. campuran beraspal panas,


Catatan : 80/75 menunjukkan bahwa 80 % agregat kasar mempunyai muka bidang pecah satu atau lebih dan
75% agregat kasar mempunyai muka bidang pecah dua atau lebih.

Tabel 6.b. Jenis Pengujian dan Persyaratan Agregat Halus


Pengujian Standar Nilai

1. Nilai Setara Pasir SNI 03-4428-1997 Min. 50 %


2. Material Lolos Saringan No. 200 SNI 03-4142-1996 Maks. 8%,

Sumber : Spesifikasi seksi 6.3. campuran beraspal panas,

Persyaratan gradasi agregat gabungan


Persyaratan gradasi agregat gabungan untuk masing-masing jenis campuran beraspal,
sebagaimana diperlihatkan pada tabel 7. yang harus mempunyai jarak terhadap batas-
batas toleransi yang diberikan dalam tabel tersebut dan terletak di luar Daerah Larangan.

Tabel 7.a. Persyaratan Gradasi Agregat Untuk Campuran Aspal


Ukuran Ayakan % Berat Yang Lolos

Latasir (SS) Lataston (HRS) Laston (AC)

ASTM (mm) Kelas A Kelas B WC Base WC BC Base


1½” 37,5 100

1” 25 100 90 – 100
¾” 19 100 100 100 100 100 90 - 100 Maks.90
½” 12,5 90 - 100 90 - 100 90 - 100 Maks.90
3/8” 9,5 90 - 100 75 - 85 65 - 100 Maks.90
No.8 2,36 75 - 100 1 1 28 – 58 23 – 49 19 – 45
50 - 72 35 - 55
No.16 1,18
No.30 0,600 35 - 60 15 - 35
No.200 0,075 10 - 15 8 - 13 6 - 12 2-9 4 - 10 4-8 3–7

DAERAH LARANGAN
No.4 4,75 - - 39,5
No.8 2,36 39,1 34,6 26,8 - 30,8
No.16 1,18 25,6 - 31,6 22,3 - 28,3 18,1 - 24,1
No.30 0,600 19,1 - 23,1 16,7 - 20,7 13,6 - 17,6
No.50 0,300 15,5 13,7 11,4

Sumber : Spesifikasi seksi 6.3, campuran beraspal panas,


Catatan : 1. Untuk HRS-WC dan HRS-Base, paling sedikit 80 % agregat lolos ayakan No.8 (2,36 mm) harus juga lolos
ayakan No.30 (0,600 mm). Lihat contoh batas-batas “bahan bergradasi senjang” yang lolos ayakan
No.8 (2,36 mm) dan tertahan ayakan No.30 (0,600 mm) dalam Tabel 6.3.2.(4).

2. Untuk AC, digunakan titik kontrol gradasi agregat, berfungsi sebagai batas-batas rentang utama yang
harus ditempati oleh gradasi-gradasi tersebut. Batas-batas gradasi ditentukan pada ayakan ukuran
nominal maksimum, ayakan menengah (2,36 mm) dan ayakan terkecil (0,075 mm).
METODE PELAKSANAAN

Sebagai acuan untuk memperoleh gradasi senjang (gap graded) bagi jenis Lataston, dapat
digunakan contoh tabel 7.b. berikut ini :

Tabel 7.b. Contoh Batas-batas “Bahan Bergradasi Senjang”

% lolos No.8 40 50 60 70

% lolos Paling Paling Paling Paling


No.30 sedikit 32 sedikit 40 sedikit 48 sedikit 56

Sumber : Spesifikasi seksi 6.3, campuran beraspal panas,

PELAKSANAAN PEKERJAAN CAMPURAN BERASPAL PANAS

Pendahuluan
Pelaksanaan pekerjaan campuran beraspal panas yang dimaksud dalam modul ini adalah
mencakup pelaksanaan pembuatan atau produksi campuran beraspal panas yang
dilaksanakan di Instalasi/Unit Pencampur Aspal (UPA) atau Asphalt Mixing Plant (AMP)
setelah didapatkan dan disetujui Formula Campuran Kerja/FCK atau Job Mix (pembuatan
FCK diuraikan pada Modul Perencanaan Pekerjaan Campuran Beraspal Panas), kemudian
pelaksanaan pengangkutan campuran dari UPA/AMP ke lapangan, dilanjutkan
pelaksanaan penghamparan campuran dan pemadatannya di lapangan.

FCK dapat diterima apabila telah dilakukan uji pencampuran (trial mix) dan uji pemadatan
(trial compaction), maka untuk keperluan tersebut peralatan unit pencampur aspal (UPA)
atau AMP dan peralatan lapangan seperti peralatan pengangkutan, penghamparan, serta
pemadatan telah memenuhi persyaratan dari spesifikasi.
UPA atau AMP harus dirancang, dikoordinasikan serta dioperasikan sedemikian hingga
dapat menghasilkan campuran dalam rentang toleransi perbandingan campuran, juga
harus memiliki kapasitas yang cukup untuk memasok mesin penghampar ( finisher) secara
terus menerus bilamana menghampar campuran pada kecepatan normal dengan
menghasilkan ketebalan hamparan campuran yang dikehendaki. dimana bila salah satu
sistem rusak atau tidak berfungsi, maka UPA atau AMP ini tidak boleh dioperasikan sebelum
diperbaiki. Instalasi pencampur aspal dipasang di lokasi yang jauh dari pemukiman,
sehingga tidak mengganggu ataupun protes dari penduduk di sekitarnya.
Pengangkutan campuran dilakukan dengan menggunakan truk pengangkut, dimana truk
pengangkut yang digunakan mempunyai bak terbuat dari logam yang rapat, bersih, dan
rata, serta dengan jumlah yang cukup dan dikelola sedemikian hingga peralatan
penghamparan dapat beroperasi tanpa berhenti dengan kecepatan yang disetujui.
Penghamparan campuran beraspal panas dilakukan dengan alat penghampar mekanis
bermesin sendiri yang dilengkapi dengan perangkat kemudi, bak penampung ( hopper),
pengaduk dan pembagi (auger), dan perangkat lainnya, yang mampu menghampar dan
membentuk campuran beraspal sesuai mengukuti garis, kelandaian serta penampang
melintang yang ditentukan.
Penghamparan yang tidak baik dapat menyebabkan tekstur permukaan buruk, kerataan
tidak baik, dan ketebalan lapisan tidak sesuai dengan yang ditentukan.
Pemadatan dilakukan dengan alat pemadat roda baja (steel wheel roller) dan alat
pemadat roda karet (Tire roller pneumatic), dengan tahapan dan komposisi tertentu.
Pemadatan yang tidak memenuhi persyaratan dapat menyebabkan kepadatan campuran
beraspal tidak merata, campuran beraspal mudah retak karena kurang padat, dan
sambungan melintang atau memanjang tidak rata. Kesemuanya itu akhirnya akan
mempengaruhi kinerja campuran beraspal yang dihasilkan, baik dari segi umur pelayanan
maupun dari segi kenyamanan dan keamanan.
Dalam pekerjaan campuran beraspal panas, penghamparan dan pemadatan merupakan
salah satu langkah pekerjaan yang memegang peranan penting dan menentukan.
Untuk mencapai hasil pekerjaan penghamparan dan pemadatan yang memenuhi
persyaratan perlu dipahami teknologi mengenai penghamparan dan pemadatan
campuran beraspal.
METODE PELAKSANAAN

Tahapan pelaksanaan pekerjaan campuran beraspal panas, diperlihatkan pada bagan alir
sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1. berikut ini :

Mulai

Kegiatan :
Permintaan untuk
mulai melakukan
pekerjaan (request)

Periksa 1
Periksa tidak
1 - FCK / JMF telah disetujui (lihat
Modul Perencanaan Pekerjaan
Campuran Beraspal Pnas)
- peralatan baik dan laik pakai
Pengendalian (AMP, alat peng-hampar dan
Batasan cuaca (2) Kesiapan permukaan jalan (3)
lalu-lintas (4) alat pemadat)
- bahan tersedia dalam jumlah
cukup dan telah memenuhi
syarat

Kegiatan 2

Pencampuran (5)
- tidak diperkenankan bekerja
Penghamparan (6)
pada saat turun hujan
Pemadatan (7)
Kegiatan 3

- lihat Pasal 5.1.1.

Periksa Periksa 4
Perbaikan (9) tidak
8
- pengatur dan pengaman lalu-
Ya lintas telah siap

Kegiatan 5

Pengukuran,
pembayaran - lihat Pasal 4.2.

Pemeliharaan Kegiatan 6
rutin

Selesai - lihat Pasal 5.2.3.

Kegiatan 7

- lihat Pasal 5.3.3.


Sumber : Manual Pekerjaan Campuran Beraspal Panas, 2002

Gambar 1. Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan Campuran Beraspal Panas


METODE PELAKSANAAN

Instalasi/Unit Pencampur Aspal (AMP)


Ditinjau terhadap cara memproduksi campuran beraspal dan kelengkapannya, secara
umum AMP dapat dibedakan atas :

a. AMP sistem takaran/timbangan (batch plant)


b. AMP sistem pencampur drum (drum mix) atau sistem menerus ( continuous plant)
Gambar 2.a., 2.b, dan 2.c. memperlihatkan tipikal dari jenis AMP tersebut dengan bagian-
bagiannya, serta perbedaan dari masing-masing jenisnya, yaitu :

Keterangan Gambar 2.a. :


7. Elevator panas (hot
1. Bin dingin (cold bins) elevator)
2. Pintu pengatur pengeluaran agregat 8. Unit ayakan panas (hot
dari bin dingin (cold feed gate) screening unit)
3. Elevator dingin (cold elevator) 9. Bin panas (hot bins)
4. Pengering ( dryer) 10. Timbangan Agregat ( weigh
5. Pengumpul debu (dust collector) box)
6. Cerobong pembuangan (exhaust 11. Pencampur ( mixer atau
stack) pugmill)
12. Penyimpanan bahan
pengisi (mineral filler
storage)
13. Tangki aspal ( hot asphalt
storage)
14. Sistem penimbangan aspal
(aspal weigh bucket)

Gambar 2.a. AMP sistem takaran ( Batch plant )

Keterangan Gambar 2.b. :


1. Bin dingin
2. Ban berjalan membawa
agregat dingin
3. Timbangan otomatis
4. Drum pengering dan
pencampur
5. Pompa aspal
6. Tangki aspal
7. Pengumpul debu
8. Ban berjalan membawa
campuran panas
9. Penampung campuran panas
10. Ruang kontrol

Gambar 2.b. AMP sistem pencampur drum (Drum mix )


Keterangan 1. Bin dingin 7 Elevator panas
Gambar 2.c. : 2. Elevator dingin 8. Unit ayakan
3. Pengering 9. Bin panas
4. Pengumpul debu 8 Elevator panas
5. Cerobong asap 9 Bak pencampur
6. Tangki aspal 10 Penampung filler

Gambar 2.c. AMP sistem menerus (Continuous plant)


METODE PELAKSANAAN

Produksi Campuran Beraspal Panas


Persiapan pelaksanaan pada bagian dari unit AMP sistem takaran
Sebelum proses produksi campuran beraspal panas di AMP beberapa hal pokok yang harus
dilakukan seperti diuraikan di bawah ini.
a. Sistem Pemasok Agregat Bin Dingin
Persiapan yang diperlukan pada bagian ini, adalah :
 Pastikan kondisi semua bin dalam keadaan baik, bersih, tidak ada kebocoran.
 Pastikan agregat tidak bercampur antar bagian bin yang berdekatan, untuk itu
dapat dicegah dengan membuat pemisah yang cukup. Bila sudah ada alat
pemisah, pastikan kondisinya baik.
 Pastikan pengisian agregat pada bin tidak berlebih, pengisian yang baik jika ukuran
bak (bucket ) loader lebih kecil dari bukaan mulut bin dingin.
 Pastikan kondisi bukaan bin baik, tidak tersumbat dan memenuhi syarat atau sudah
dikalibrasi secara periodik.
 Pastikan kondisi dan fungsi ban berjalan baik, tidak terjadi perubahan kecepatan
pada ban berjalan, dan ada operator yang mengontrol aliran agregat.
b. Unit Pengering
Persiapan yang diperlukan pada bagian ini adalah :
 Pastikan kondisi alat pengukur suhu untuk agregat berfungsi dengan baik dan sudah
dikalibrasi.
 Pastikan kondisi alat/drum pengering berfungsi dengan baik, termasuk fungsi
penyemprot bahan bakar, sistim pengaturan udara, fungsi pemasukan dan
pengeluaran agregat.
 Pastikan kondisi alat/drum pengering dalam keadaan bersih, termasuk kondisi
kebersihan bagian di dalamnya, sudu-sudu, dll.
 Pastikan kemiringan alat/drum pengering memenuhi syarat.
 Pastikan suplai bahan bakar cukup.
c. Pengumpul Debu
Persiapan yang diperlukan pada bagian ini adalah :
 Pastikan kondisi pengumpul debu berfungsi dengan baik, temasuk fungsi kerja fan,
bantalan, fan belt, serta
 Corong pada pengumpul debu tidak terjadi penyumbatan.
d. Unit Saringan Panas
Persiapan yang diperlukan pada bagian ini adalah :
 Pastikan kondisi saringan berfungsi dengan baik, termasuk alat penggetar
 Pastikan ukuran saringan sesuai persyaratan.
 Pastikan lubang saringan bersih tidak tertutup agregat atau bahan lain, lubang
saringan tidak ada yang rusak/robek, bila rusak segera harus diganti.
e. Bin Panas
Persiapan yang diperlukan pada bagian ini adalah :
 Pastikan kondisi bin dalam keadaan baik, bersih, tidak ada kebocoran, pipa
pembuangan/pengeluaran agregat tidak tersumbat .
 Pastikan kondisi bin berfungsi dengan baik, termasuk unit hidrolik berfungsi dengan
baik, fungsi bukaan.
 Pastikan bin bersih dari agregat yang halus (debu) yang menempel dan
menggumpal pada dinding akibat sisa kadar air setelah pemanasan.
f. Penimbangan
Persiapan yang dilakukan pada bagian ini adalah :
 Pastikan kondisi dan fungsi kerja serta sensitivitas timbangan agregat, filler dan aspal
bekerja dengan baik atau sudah dikalibrasi.
 Pastikan skala timbangan sudah dibersihkan, tiap bagian diperiksa.
 Pastikan kotak timbangan (weigh box) tergantung bebas
METODE PELAKSANAAN

g. Pencampur
Persiapan yang dilakukan pada bagian ini adalah :
 Pastikan kondisi temperatur aspal berfungsi dengan baik dan sudah dikalibrasi (pada
tangki aspal)
 Pastikan kondisi pedal alat pencampur dalam keadaan baik, termasuk jarak terdekat
pedal ke dinding alat pencampur memenuhi syarat.
 Pastikan kondisi bukaan atau tutup alat pencampur tidak ada kebocoran.
h. Penyimpanan Bahan Pengisi
Persiapan yang dilakukan pada bagian ini adalah :
 Pastikan tempat penyimpanan bahan pengisi ( filler) bebas dari pengaruh air.
 Pastikan sistim pemasok bahan pengisi berfungsi dengan baik.
i. Tangki Aspal
Persiapan yang dilakukan pada bagian ini adalah :
 Pastikan tangki aspal harus cukup besar sehingga dapat menampung aspal yang
memenuhi kebutuhan aspal saat AMP dioperasikan, dan aspal yang terdapat di
dalamnya dapat dengan mudah terlihat.
 Pastikan setiap tangki harus dilengkapi dengan sebuah alat sensor thermometrik
yang telah dikalibrasi sehingga temperatur aspal dari tiap tangki akan terkontrol.
j. Sistim Kontrol Operasi
Persiapan yang dilakukan pada bagian ini adalah :
 Pastikan kondisi dari ruang sistim kontrol, distribution board, dan panel pengontrol
berfungsi dengan baik
 Pastikan kondisi dari sistim kontrol kompresor, selinder udara, filter udara, pelumas
berfungsi dengan baik
 Pastikan penentuan waktu untuk pengendalian lamanya waktu pencampuran pada
alat pencampur berfungsi dengan baik.
k. Generator Set
Persiapan yang dilakukan pada bagian ini adalah :
 Pastikan kondisi dan fungsi kerja dari generator bekerja dengan baik
 Pastikan kapasitas (KVA) sesuai, bahan bakar tersedia cukup, sistim kabel benar
l. Kalibrasi Alat

Untuk menjamin keakuratan dari peralatan pada AMP, sebelum dioperasikan, diperlukan
kalibrasi semua komponen peralatan secara berkala, umumnya kalibrasi dilakukan
terhadap :

 Sistim pemasok agregat dingin dan aspal,


 Timbangan agregat panas dan aspal, dan
 Temperatur agregat panas dan aspal.
Jangka waktu kalibrasi sesuai dengan ketetapan instansi yang terkait.
METODE PELAKSANAAN

Pelaksanaan Produksi Campuran Berapal Panas

Campuran aspal tidak boleh diproduksi bilamana tidak cukup tersedia peralatan pengangkutan,
penghamparan atau pembentukan, atau pekerja, yang dapat menjamin kemajuan pekerjaan
dengan tingkat kecepatan minimum 60 % kapasitas instalasi pencampuran.
Proses pelaksanaan produksi campuran beraspal panas dengan menggunakan AMP
jenis takaran, sebagaimana diperlihatkan dengan bagan alir pada Gambar 22.
atau diilustrasi-kan dengan Gambar 23.
Dengan tahapan sesuai dengan nomor urut yang tertera pada Gambar 24.,
sebagai berikut :

Penyimpan
Aspal Panaskan Timbangan
aspal panas
keras

Timbunan Bin Pengeringan Saring- Penyimpan Pencam- Canpuran


Timbangan
dingin /Pemanasan an puran beraspal
agregat Agregat panas

Penyimpan
Timbangan
Bahan

Gambar 22. Bagan alir pengoperasian AMP jenis takaran

Pengeringan

Bin dingin Aspal


Penyaringan

filler

Penyimpan
Timbangan
agregat panas Timbangan
[1], [2], [3], [4]

Timbunan agregat

Gambar 23. Skema pengoperasian AMP jenis takaran

Gambar 24. Tahapan pengoperasian AMP jenis takaran


METODE PELAKSANAAN

(1). Tahap pertama adalah agregat dari tempat penimbunan dimasukan kedalam bin
dingin dengan menggunakan loader.
Gunakan loader yang mempunyai bak yang lebih kecil dari mulut pemisah masing-
masing bin, agar gregat-agregat tersebut harus terpisah satu sama lain, yaitu untuk
menjaga keaslian gradasi dari masing-masing bin sesuai dengan rencana gradasi
pada FCK. Jika alat pemisah antar bin tidak ada maka pengisian masing-masing bin
tidak boleh berlebih yang dapat berakibat tercampurnya agregat.
(2). Kemudian agregat dari dari masing-masing bak penampung dikeluarkan melalui pintu
bukaan yang dapat diatur sesuai dengan gradasi pada FCK
Kesinambungan aliran material dari bin dingin ini sangat berpengaruh terhadap
produksi campuran beraspal, salah satu penyimpangan yang sering terjadi pada bin
dingin adalah tidak dipasangnya pembatas antara mulut pasokan agregat pada bin
dingin sehingga agregat dari bin dingin yang satu bercampur dengan agregat dari bin
dingin lainnya.
Tidak berfungsinya ban berjalan atau penggetar akan menyebabkan kelancaran
pasokan ageregat terganggu, maka akan terjadi kesulitan pengaturan di bin panas.
(3). Agregat dialirkan sesuai proporsi dari masing-masing bagian bin dingin melalui mang-
kok elevator dingin (cold elevator/conveyor) masuk ke tempat pengering (dryer).
Elevator dingin merupakan bagian dari sistim pemasok agregat dingin, yaitu tahapan
aliran agregat dari bin dingin yang dipasang empat atau lebih bin dingin, melalui
bukaan atau pintu pada bin dingin yang dapat diatur, diangkut melalui ban berjalan
(belt conveyor) dan diteruskan menggunakan elevator dingin (cold elevator) menuju
ke drum pengering ( dryer).
(4). Pengeringan agregat dilakukan agar pencampuran dan pengikatan agregat oleh as-
pal dapat berlangsung dengan baik. Alat pengering berputar mengeringkan dan
memanaskan agregat yang ada di dalamnya.
(5). dan (6). Debu atau gas buang yang dihasilkan/keluar dari atau akibat pemanasan
dikumpulkan dengan alat pengumpul debu (dust collector) di tempat tertentu untuk
dipergunakan secukupnya atau dibuang melalui cerobong pembuangan (exhaust
stack).
(7). Agregat yang telah dikeringkan dan dipanaskan diangkut dengan mangkok elevator
panas ( hot elevator bucket) melalui pintu pengeluar yang terdapat pada ujung alat
pengering.
(8). Agregat yang diangkut dari elevator panas kemudian disaring dengan susunan unit
ayakan panas (hot screening unit) dan dipisahkan dalam beberapa ukuran yang
selanjutnya dikirim ke bin panas, agregat yang terlalu besar dan yang melebihi
kapasitas dibuang.
(9). Agregat panas yang lolos saringan ditempatkan sesuai ukurannya didalam masing-
masing bagian bin panas (hot bin)
Jika agregat halus masih menyisakan kadar air (pengering kurang baik) setelah
pemanasan, maka agregat yang sangat halus (debu) akan menempel dan
menggumpal pada dingding bin panas dan akan jatuh setelah cukup berat. Hal
tersebut dapat menyebabkan perubahan gradasi agregat, yaitu penambahan
material yang lolos saringan No. 200.
(10). Agregat ditimbang melalui kotak penimbang sesuai dengan komposisi yang direnca-
nakan dalam FCK,
Hasil penimbangan dari agregat langsung ditransmisikan oleh mekanisma timbangan
pada skala penunjuk tanpa pegas, sehingga berat agregat tiap bin serta jumlah tiap
takaran dapat dibaca.

(11). Setelah agregat ditimbang, kemudian bahan pengisi (bila diperlukan) juga ditimbang
yang diambil dari tempat penyimpanan bahan pengisi (mineral filler sterage) (12),
dan juga aspal yang telah berbentuk cair setelah dipanaskan dalam tangki aspal
(hot asphalt storage) (13) yang dialirkan melalui pipa pemasok untuk ditimbang
beratnya sesuai yang direncanakan (asphalt weight bucket) (14), maka selanjutnya
bahan-bahan tersebut dimasukan kedalam tempat pencampur ( mixer atau pugmill)
untuk dicampur. Waktu pencampuran harus sesingkat mungkin untuk mencegah
oksidasi yang berlebih namun harus diperoleh penyelimutan yang seragam pada
semua butir agregat.
METODE PELAKSANAAN

Lamanya pencampuran kering diusahakan sesingkat mungkin untuk meminimalkan


degradasi agregat, umumnya 1 atau 2 detik. Pencampuran basah juga diusahakan
seminimal mungkin untuk menghindari degradasi dan oksidasi atau penuaan (aging)
dari aspal.
Apabila agregat kasar (tertahan saringan No.8) telah terselimuti aspal maka
pencampuran basah dihentikan, karena dapat dipastikan agregat halus juga telah
terselimuti aspal. Umumnya waktu pencampuran sekitar 30 detik.
Campuran panas yang homogen selanjutnya dicurahkan kedalam truk pengangkut
untuk dibawa ke lokasi penghamparan.

Pengangkutan Campuran
Campuran beraspal panas diangkut ke lokasi penghamparan menggunakan truk (dump
truck). Truk pengangkut campuran harus diperiksa dengan hati-hati sebelum digunakan.
Penggunaan pelapis bak dari bahan minyak, misalnya oli atau solar yang dimaksudkan agar
campuran beraspal tidak melekat pada bak truk, harus dihindari. Solar atau oli dapat
mengakibatkan efek negatif pada campuran beraspal apalagi jika berlebih.
Untuk ketelitian pemeriksaan campuran, truk yang telah dimuati campuran pastikan sudah
ditimbang terlebih dahulu. Jumlah campuran yang diangkut dari unit pencampur ke lokasi
penghamparan umumnya ditentukan dengan cara :

 Penimbangan berat truk yang telah dimuati dengan timbangan berskala, atau
 Menggunakan sistim pencatatan berdasarkan catatan berat campuran beraspal pada
AMP
Untuk keakuratan penimbangan, skala-skala pastikan sudah diperiksa secara berkala dan
telah dikalibrasi.

Penghamparan dan Pemadatan Campuran


Kesiapan Permukaan Jalan

Campuran hanya bisa dihampar bila permukaan yang telah disiapkan dalam keadaan
kering dan tidak turun hujan (kondisi cuaca yang diijinkan).
Kinerja campuran beraspal panas yang akan dipasang dipengaruhi oleh kondisi perkerasan
di bawahnya. Kerusakan pada lapis perkerasan di bawahnya dapat menyebabkan
kerusakan campuran beraspal yang baru, meskipun campuran tersebut dalam berbagai
segi telah memenuhi persyaratan.
Penghamparan di atas lapis pondasi agregat harus memperhatikan kesiapan permukaan
seperti kepadatan, kerataan, tekstur, kadar air permukaan dan lainnya.
Sementara untuk penghamparan di atas lapisan beraspal, pastikan kerusakan-kerusakan
yang terjadi, seperti : retak, alur, dan lainnya sudah diperbaiki terlebih dahulu.
Dengan demikian sebelum penghamparan pastikan sudah dilakukan pemasangan lapis
resap pengikat ( prime coats) atau lapis perekat (tack coats) pada permukaan perkerasan
yang telah siap sesuai kualitas dan kuantitas seperti yang disyaratkan.

a. Penghamparan di atas Lapis Pondasi Agregat


Untuk penghamparan di atas lapis pondasi agregat, pastikan sudah dipenuhi hal-hal
sebagai berikut :
 Tekstur permukaan/gradasi lapis pondasi agregat harus sesuai dengan rencana.
Bagian-bagian yang mengalami segregasi dan degradasi harus sudah diperbaiki.
 Ketebalan dan elevasi permukaan lapis pondasi telah sesuai dengan rencana.
 Kepadatan lapis pondasi harus sudah sesuai persyaratan, yang diuji dengan peng-
ujian konus pasir (sand cone) atau metoda standar lainnya yang diijinkan.
 Kerataan permukaan lapis pondasi memenuhi toleransi yang disyaratkan, yang diuji
dengan alat mistar datar 3 meter (straight edge) baik arah melintang maupun arah
memanjang.
 Kadar air lapis pondasi agregat di bawah kadar air optimum (tidak basah atau
becek). Kondisi permukaan yang basah akan menyebabkan lapis resap pengikat
tidak menyerap dengan baik ke lapis pondasi agregat, yang berakibat daya
lekatnya menjadi berkurang.
METODE PELAKSANAAN

 Permukaan bebas dari kotoran seperti tanah lempung, debu, plastik , dan lain-lain.
 Untuk menjamin keseragaman kekuatan lapis pondasi agregat, perlu dilakukan uji
kekuatan (proof rolling). Metodanya adalah dengan melewatkan kendaraan truk
yang bermuatan sekitar 8 ton secara perlahan-lahan dengan kecepatan setara
dengan kecepatan berjalan kaki ( 5 km/h). Perhatikan perkerasan di bawah roda
belakang, apabila terlihat lendutan saat roda belakang lewat, maka pada lokasi
atau segmen tersebut harus sudah dilakukan perbaikan.
Tahap berikutnya adalah pemasangan lapis resap pengikat ( prime coats), tetapi
sebelumnya permukaan lapis pondasi harus sudah dibersihkan terlebih dahulu dengan
compressor udara atau sikat mekanis.

b. Penghamparan di atas Lapis Beraspal


Untuk penghamparan campuran beraspal panas di atas lapis beraspal, maka pastikan
sudah dipenuhi hal-hal sebagai berikut :
 Jika terjadi kerusakan-kerusakan pada permukaan, seperti : retak, lubang, alur,
amblas dan lainnya harus sudah diperbaiki.
 Kerataan permukaan dan kemiringan melintang jalan telah memenuhi persyaratan,
diukur dengan mistar datar 4 meter ( straight edge).
Jika diperlukan dapat dilakukan pekerjaan perataan (levelling) terlebih dahulu.
Pekerjaan levelling yang tebal akan lebih optimal jika dilakukan dalam beberapa
lapis, sehingga penurunan setelah pemadatan dapat direncanakan dengan baik.
 Untuk pekerjaan campuran beraspal yang dilakukan lapis per lapis dalam satu
pekerjaan, maka persyaratan kualitas dan kuantitas lapis beraspal di bawahnya
harus sudah terpenuhi, termasuk pengujian kepadatan, ketebalan dan elevasi.
Tahap berikutnya adalah pemasangan lapis perekat (tack coats), tetapi sebelumnya
permukaan campuran beraspal harus sudah dibersihkan terlebih dahulu dengan
compressor udara atau sikat mekanis.

Persiapan Peralatan dan Personil


Satu minggu sebelum pekerjaan dimulai, maka pastikan sudah dipenuhi hal 2 sebagai berikut :
 Keseluruhan peralatan yang dibutuhkan untuk pelaksanaan telah berada di tempat
pekerjaan dan dalam kondisi baik;
 Kebutuhan bahan bakar minyak untuk peralatan dan pemeliharaannya selama pekerjaan
sudah diperhitungkan;
 Kesiapan personil untuk melaksanakan pekerjaan;
 Seluruh peralatan manual dan rambu-rambu lalu-lintas lengkap dan tersedia
 Transportasi untuk campuran material terjamin sehingga dapat dipastikan bahwa pekerjaan
penggelaran akan berjalan secara lancar/kontinyu.
Kemudian satu hari sebelum pekerjaan dimulai, seorang pemimpin pekerjaan (mandor) sudah
memastikan hal-hal sebagai berikut :
 Melakukan inspeksi kondisi permukaan jalan untuk terakhir kalinya dengan tujuan untuk
memastikan bahwa permukaan jalan tersebut dalam keadaan benar-benar siap;
 Memperkirakan kondisi cuaca untuk pelaksanaan pekerjaan pada hari berikutnya;
 Menghubungi personil di Unit Pencampur Aspal (AMP) yang bertanggung jawab akan mixing
plant guna memastikan kembali kesanggupannya dalam menyediakan material yang
dibutuhkan, serta memeriksa kembali penjadwalan pencampuran;
 Memeriksa rute yang akan dilalui oleh truk material dari mixing plant ke lokasi pekerjaan dan
mencatat kemungkinan waktu yang dibutuhkannya;
 Menyiapkan alat penyapu jalan, mesin penghampar ( paver/finisher) dan alat pemadat jalan
(steel wheeled roller dan rubber tired roller) di lokasi pekerjaan;
 Memastikan bahwa air tersedia sesuai kebutuhan;
 Menugaskan seorang (atau lebih) penjaga malam untuk menjaga peralatan di lokasi
pekerjaan dan memastikan bahwa rambu lalu lintas yang sesuai telah dipasang untuk
mengamankan peralatan yang ditempatkan di pinggir jalan;
Termasuk penempatan peralatan yang dapat ditempatkan di :
 Pinggir jalan; atau
 Di sisi luar jalan, dimana akan lebih aman bagi pengguna jalan maupun bagi peralatan itu
sendiri.
METODE PELAKSANAAN

Pemasangan Lapis Resap Pengikat atau Lapis Perekat


Lapis resap pengikat ( prime coats) adalah lapisan ikat yang diletakkan di atas lapis pondasi
agregat, sedangkan lapis perekat (tack coats) diletakkan di atas lapis beraspal atau lapis
beton semen.
Tidak diijinkan adanya kotoran atau gumpalan lempung.
a. Lapis Resap Pengikat (Prime Coats)
Bahan lapis resap pengikat umumnya adalah aspal keras pen 80/100 atau pen 60/70
yang dicairkan dengan minyak tanah. Perbandingan yang dipakai terdiri dari 80 bagian
minyak tanah per 100 bagian aspal semen (80 pph-kurang lebih ekivalen dengan
viskositas aspal cutback jenis MC-30). Kuantitas yang digunakan berkisar antara 0,4
sampai dengan 1,3 liter/m2 untuk lapis pondasi agregat kelas A dan 0,2 sampai 1 liter/m2
untuk pondasi tanah semen. Kuantitas pasti pemakaian lapis resap pengikat tergantung
pada bahan/jenis aspal, bahan lapis pondasi dan kondisi lingkungan (cuaca, angin,
kelembaban), sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.
Setelah pengeringan selama waktu 4 hingga 6 jam, bahan pengikat harus telah
meresap kedalam lapis pondasi, meninggalkan sebagaian bahan pengikat pada
permukaan sehingga permukaan terlihat berwarna hitam secara merata dan tidak
porous.

Tabel 3. Takaran pemakaian lapis resap pengikat

Jenis Aspal Takaran (liter / m 2) pada


Lapis pondasi agregat Klas A Lapis pondasi tanah semen
Aspal cair 0,4 – 1,3 0,2 – 1,0
Aspal emulsi 0,4 – 1,3 0,2 – 1,0

b. Lapis Perekat (Tack Coats)


Lapis perekat mempunyai kegunaan memberi daya ikat antara lapis lama dengan baru,
dan dipasang pada permukaan beraspal atau beton semen yang kering dan bersih.
Bahan lapis perekat adalah aspal emulsi yang cepat mantap atau aspal keras pen
80/100 atai pen 60/70 yang dicairkan dengan 25 sampai 30 bagian minyak tanah per
100 bagian aspal, sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 4. Kuantitas yang digunakan
sangat tergantung pada jenis aspal yang dipakai, kondisi permukaan lapisan lama, dan
kondisi lingkungan.
Pemakaian lapis perekat umumnya berkisar 0,15 liter / m2 sampai 0,50 liter / m2.

Tabel 4. Takaran pemakaian lapis perekat

Takaran (liter / m2) pada


Perkerasan beraspal Perkerasan kaku
Jenis aspal
Permukaan baru Permukaan Permukaan aus
porous dan Permukaan baru
atau aspal lama dan licin
terekspos cuaca
Aspal cair 0,15 0,15 – 0,35 0,15 0,15 – 0,25
Aspal emulsi 0,20 0,20 – 0,50 0,20 0,20 – 0,35

Untuk memperoleh hasil yang merata sebaiknya pemasangan lapis resap pengikat dan
lapis perekat menggunakan asphalt distributor-batang penyemprot atau penyemprot
tangan (hand sprayer).
Aspal distributor adalah truk yang dilengkapi dengan tangki aspal, pompa, dan batang
penyemprot. Tipikal aspal distributor diperlihatkan pada Gambar 25. Umumnya truk
dilengkapi juga dengan pemanas untuk menjaga temperatur aspal, dan juga penyemprot
tangan.
METODE PELAKSANAAN

Unit pemanas tidak difungsikan jika meng-gunakan


aspal emulsi.
Hand sprayer digunakan untuk daerah-daerah yang
sulit dicapai dengan batang penyem-prot.
Sebelum pemakaian aspal distributor harus
disesuaikan/dikalibrasi terlebih dahulu (sudut nosel,
ketinggian, dan kecepatan kendaraan) sehingga
diperoleh ketebalan yang sesuai dengan
persyaratan.
Seluruh nosel pada distributor harus terbuka dan
berfungsi dengan sudut sekitar 15-30o terhadap
sumbu horisontal. Gambar 25. Tipikal skema aspal distributor

Ketinggian batang penyemprot diatur sedemikian rupa disesuaikan dengan jarak nosel,
agar diperoleh penyemprotan yang tumpang tindih (overlap) 2 atau 3 kali. Penyemprotan
yang tumpang tindih ( overlap), yang diilustrasikan pada Gambar 26.
Lapis resap pengikat dan lapis perekat harus dipanaskan pada temperatur yang sesuai
sehingga viskositas/kekentalan aspal yang dihasilkan dapat memberikan hasil penyem-
protan yang merata (lihat tabel 5.)

Tabel 5. Temperatur penyemprot


lapis resap ikat/pengikat
Kurang tinggi, semprotan tidak overlap Tipe dan Grade Temperatur
Aspal F C
h
SS-1 70 - 160 20- 70
Ketiggian cukup, semprotan overlap 2 kali SS-1h
CSS-1 70 - 160 20- 70
CSS-1h
3/2 h MC-30 85 + 30 +
MC-70 120 + 50 +
Ketinggian cukup, semprotan overlap 3 kali MC-250 165 + 75 +

Gambar 26. Overlap pada penyemprotan

Penghamparan Campuran Beraspal Panas


Penghamparan yang dimaksud adalah meletakkan campuran beraspal pada perkerasan
lama atau lapis pondasi, dengan lebar, elevasi, kemiringan melintang, ketebalan, sesuai
dengan rencana, dan menghasilkan tekstur yang seragam, tidak bergeser atau beralur.
Untuk memperoleh hal tersebut diatas, maka perlu digunakan alat penghampar (Finisher).

Alat Penghampar (Finisher)


Skema dari alat penghampar mekanis bermesin (finisher) diperlihatkan pada Gambar 27.
berikut ini :

Pintu masukan Hopper


(Hopper Gate)

Operator
screed

Truk pengangkut yang akan Roda dorong Ulir pembagi Pelat sepatu
Penyalur
didorong selama proses peng- (augers) (Pelat screed)

Gambar 27. Skema alat penghampar mekanis bermesin ( finisher)


METODE PELAKSANAAN

Secara garis besar bagian utama dari finisher terdiri dari : unit traktor ( tracktor) dan unit
sepatu (screed).

Unit Traktor (Tractor Unit)


Unit traktor ini berfungsi menerima cam-puran
beraspal dari truk dan kemudian
mendistribusikan ke ulir pembagi (augers) dan
selanjutnya ke unit screed (lihat Gambar 28.).
Unit traktor dilengkapi dengan roda karet atau
roda rantai besi, dan mempunyai mesin
penggerak sendiri untuk bergerak ke depan,
dan bila diperlukan dapat mendo-rong truk
pengangkut ke depan selama proses pengisian
dan penghamparan. Gambar 28. Unit traktor pada finisher
Bagian-bagian utama dari unit traktor :
 Roda atau rantai baja (Tracks) dan Roda pendorong truk (truck push roller)
 Pemasok (feeder), yang terdiri dari : bak penampung (hopper), sayap-sayap hopper
(hopper wings), pintu masukan hopper (hopper gates), penyalur (conveyor), dan ulir
pembagi (auger)
Untuk menjamin peralatan unit traktor ini berfungsi dengan baik, maka pastikan sudah
dipenuhi hal-hal sebagai berikut :
o Roda atau Rantai Baja (Tracks)
 Jika finisher menggunakan roda karet, maka untuk setiap roda mempunyai tekanan
roda yang sama. Tekanan roda dapat mengganggu pergerakan finisher dan
berakibat hasil penghamparan tidak merata.
 Jika finisher menggunakan traks, maka sudah terpasang dengan baik dan tidak
terlalu kencang. Pemasangan tracks yang kurang juga dapat mengganggu
pergerakan finisher dan berakibat hasil penghamparan tidak merata.
o Roda Pendorong Truk (Truck Push Roller)
Roda pendorong terletak di bagian depan dari penampung ( hopper), dan berfungsi
sebagai bidang kontak antara finisher dengan roda truk pengangkut. Kadang-kadang
dilengkapi juga dengan pengait yang menjaga roda pendorong tetap menyatu
dengan roda truk, sehingga pergerakannya menjadi seirama.
Roda pendorong dalam keadaan bersih dan dapat bergerak bebas, jika roda tidak
bersih dan tidak dapat bergerak dengan bebas, maka roda truk akan selip dan
berakibat tambahan beban bagi finisher, menjadikan finisher sulit dikendalikan
 Pemasok (Feeder)
 Penampung (hopper) dilengkapi dengan sayap-sayap yang dapat dilipat dan
digerakkan. Sayap tersebut dilipat, pada saat muatan campuran aspal hampir habis
atau untuk membuang sisa campuran beraspal yang sudah dingin. Pelipatan sayap-
sayap pada hopper untuk menghabiskan campuran beraspal harus dilakukan
sejarang mungkin, untuk menghindari terjadinya segregasi.
 Di bagian bawah dari hopper terdapat penyalur ( conveyor) dengan rantai penarik
yang bergerak secara menerus untuk mengalirkan campuran aspal dari hopper ke
ulir pembagi..
 Jumlah campuran beraspal di dalam hopper diusahakan selalu memenuhi conveyor
dengan tinggi menutupi pintu masukan penampung (hopper gate). Jumlah yang
kurang dapat menyebabkan keseragaman tekstur permukaan menjadi buruk,
karena adanya segregasi.
METODE PELAKSANAAN

 Ulir pembagi (auger) harus dapat mem-bagi


dengan arah gerak yang berla-wanan untuk
menempatkan campuran aspal secara merata
di depan screed (sepatu) dan dapat
disambung. Panjang auger dapat
diperpanjang/diperpendek menyesuaikan
dengan panjang screed dan lebar
penghamparan, hingga cam-puran terbagi
dan teraduk secara mera-ta. Jumlah salah
campuran beraspal tidak bo-leh terlalu sedikit
benar
atau banyak sehingga memenuhi auger (lihat
Gambar 29).

Gambar 29. Ulir pembagi (auger)

Unit Sepatu (Screed Unit)


Bagian-bagian dari unit sepatu ini adalah; lengan penarik sepatu (screed tow arms), pelat
sepatu (screed plate), unit pemanas (heating unit), pemadat tumbuk (tamping bars) atau
pemadat getar (vibrating).
Unit ini mempunyai dua fungsi utama yaitu : penghamparan campuran beraspal dan
memberikan pra-pemadatan (pemadatan awal).
Unit ini menentukan tekstur, lebar, ketebalan, dan kemiringan melintang dari campuran
beraspal.
1). Sebagai penghamparan,
Hal yang perlu mendapat perhatian pada unit ini adalah sudut yang dibentuk antara
pelat sepat (screed ) dengan bidang horisontal.
Sudut tersebut biasanya disebut sudut gesek atau sudut serangan (angle of attack).
Sudut ini menentukan gaya tekan dan gesek yang diterima campuran beraspal, yang
berarti juga menentukan tekstur dari campuran beraspal yang dihasilkan.
Skema dari unit screed ini diperlihatkan pada Gambar 30.(a). berikut ini :

(a)
(b)
W
H P
sudut gesek
V
W : Berat unit sepatu (screed)
P : Gaya tarik (alat finisher bergerak maju)
V : Tahanan gesek arah vertikal
H : Tahanan gesek arah horisontal

Gambar 30. Skema unit sepatu (screed) pada alat penghampar dan
Gaya-gaya yang bekerja pada pelat sepatu (screed)

Seperti diperlihatkan pada Gambar skema tersebut diatas, yaitu posisi dimana pelat
screed menggantung dan berfungsi seperti setrika seirama dengan pergerakan alat
penghampar ke depan. Dengan prinsip seperti itu maka sudut yang dibentuk antara
pelat screed dengan bidang horisontal (angle of attack) dapat berubah sesuai
perubahan keseimbangan gaya-gaya yang bekerja
Gaya-gaya yang bekerja akan selalu dalam kondisi keseimbangan (equilibrium). Gaya-
gaya tersebut adalah, gaya tarik ke depan (P), gaya berat sendiri screed dan
lengannya (W), dan gaya tahanan gesek campuran beraspal arah vertikal dan
horisontal (V dan H), seperti diperlihatkan pada Gambar 30.(b).
Gaya tahanan campuran ditentukan oleh sudut yang dibentuk oleh pelat screed
dengan bidang horisontal (sudut gesek). Jika terjadi perubahan salah satu gaya maka
METODE PELAKSANAAN

akan terjadi perubahan sudut pelat screed untuk mengimbanginya, sampai tercapai
kondisi keseimbangan (equilibrium). Perubahan sudut tersebut dimungkinkan karena,
prinsip screed yang menggambang/menggantung.
Perubahan keseimbangan dapat terjadi karena beberapa faktor, seperti misalnya jika
terjadi perubahan kecepatan atau perubahan kuantitas campuran beraspal yang
masuk ke pelat screed, dan perubahan temperatur campuran beraspal. Keseimbangan
akan tercapai kembali kira-kira setelah alat penghampar bergerak sejauh 5 kali
panjang lengan penarik.
2). Sebagai pra-pemadatan,
Proses berikutnya pada unit sepatu (screed unit ) adalah memberikan pemadatan awal
(pra-pemadatan) dengan pemadat jenis pemadat tumbuk (tamping bars-type) atau
dengan jenis pemadat getar (vibrating type).
(1). Pra-pemadatan dengan jenis Pemadat Tumbuk (Tamping Bars type)
Jenis ini memadatkan campuran ber-aspal
dengan cara seperti menumbuk dan
memposisikan material di bawah pelat
screed, sesuai dengan ketebalan yang Penumbuk
diinginkan. (lihat Gambar 31.)
Bagian yang penting dari jenis pemadat ini
adalah tinggi jatuh penumbuk dan
perbedaan elevasi antara penumbuk dengan
pelat screed. Tinggi jatuh penumbuk kira-kira
3,2 mm (1/8 inci) dan melewati elevasi pelat
screed kira-kira 0,4 mm (1/64 inci) lebih Gambar 31. Skema jenis pemadat
kebawah. tumbuk (tamping bar type)

(2). Pra-pemadatan dengan jenis Pemadat Getar (Vibrating type)


Prinsip kerja dari jenis pemadat getar
secara umum serupa dengan jenis
pemadat tumbuk (tamping bar type),
perbeda-anya hanya pada tenaga
pemadat, yaitu dihasilkan dari peng-
getar elektrik. (lihat Gambar 32.)
Usaha pra-pemadatan yang dihasil-kan
tergantung dari frekuensi (jum-lah
getaran per menit) dan amplitu-donya
Gambar 32. Skema jenis pemadat
(besarnya gaya).
getar (vibrating type)

Bagian-bagian lainnya yang mendukung operasi penghamparan dalam unit screed, adalah
sebagai berikut :
Pemotong screed (Screed strike-offs),
Pemanas Screed (Screed heaters),
Pelengkap Screed (Screed Accessories) umumnya terdiri dari tiga, yaitu pemanjang screed
(screed extensions), sepatu pemotong (cut-off shoes), dan pelat slope ( slope plates).
METODE PELAKSANAAN

Pelaksanaan Penghamparan
Setelah permukaan perkerasan siap, maka langkah selanjutnya adalah penghamparan
campuran beraspal.
Pelaksanaan pada penghamparan campuran beraspal, dengan tahapan sebagai berikut :

1). Pada saat truk menuangkan material ke


dalam bak penampung ( hopper) alat
peng-hampar (finisher), pastikan bahwa truk
tidak menabrak hopper tapi menyentuh
roda pen-dorong (roller push).
Posisikan persneling truk pada posisi netral
sehingga dapat didorong oleh paver
hingga isi bak tertuang seluruhnya. Pada
saat hopper di isi, jangan sampai ada
material yang tumpah.
Pastikan selalu ada satu truk berikutnya
yang menunggu sehingga finisher dapat
bekerja secara kontinyu. Untuk itu
kontinuitas kedatangan campuran aspal Gambar 33. Penuangan campuran ke
panas harus diperhatikan. bak penampung alat penghampar

2). Dimana roda pendorong truk (truck push


roller) harus bersih dan dapat berputar de-
ngan bebas sehingga truk dapat bergerak
ke depan seirama dengan pergerakan
finisher.
Jika roda pendorong tidak bersih dan tidak
dapat bergerak dengan bebas maka roda
truk akan slip dan berakibat tambahan
beban bagi finisher, dan sulit dikendalikan.
Jika finisher bergerak/bergeser akibat
dorongan truk, maka hasil penghamparan
akan menjadi kurang baik/tidak rata dan Gambar 34. Roda pendorong truk
timbul bekas geseran.

3). Jumlah campuran beraspal di dalam hopper diusahakan selalu memenuhi conveyor de-
ngan tinggi menutupi pintu masukan penampung (hopper gate).
Jumlah yang kurang dapat menyebabkan keseragaman tekstur permukaan menjadi
buruk, karena adanya segregasi.

4). Kemudian campuran beraspal mengalir dan


melewati ulir pembagi (auger) yang selain
membagi juga berfungsi mengaduk, hingga
campuran mempunyai tekstur seragam.
Pengisian campuran diulir pembagi (augers)
jangan terlalu penuh dan jangan pula
terlalu sedikit, sebaiknya setinggi ulir
pembagi.
Bilamana memasok campuran yang terlalu
banyak diulir akan akan menyebabkan
terja-di gelombang bayangan augers pada
ham-paran. Bila terlalu sedikit memasok
material menyebabkan kualitas permukaan
kurang baik terlihat kasar.

Gambar 35. Campuran diaduk dan


disebarkan/dibagi oleh Ulir pembagi
METODE PELAKSANAAN

5). Kemudian campuran beraspal dihamparkan


dengan ketebalan tertentu.
Penghamparan sangat dipengaruhi oleh :
perubahan kecepatan, kuantitas campur-
an yang masuk, temperatur, dan penga-
ruh berhentinya alat penghampar.
Proses selanjutnya adalah memberikan
prapemadatan dengan jenis pemadat
tumbuk (tamping bars-type) atau dengan
jenis pemadat getar (vibrating type) pada
unit sepatu. Pengaruh jenis pemadat
tumbuk adalah perubahan tinggi jatuh
penumbuk
Gambar 36. Proses penghamparan

6). Bilamana diperlukan penambahan lebar


penghamparan, maka pada bagian pele-
baran tersebut harus terjangkau ulir pemba-
gi untuk menghindari terjadinya segregasi.
Bilamana jalan akan dihampar hanya se-
tengah lebar jalan atau hanya satu lajur,
maka urutan penghamparan harus dilaku-
kan sedemikian rupa sehingga perbedaan
akhir antara panjang penghamparan lajur
yang satu dengan yang bersebelahan
dibuat seminimal mungkin. Gambar 37. Penambahan lebar
penghamparan
7). Lakukan pengecekan kemiringan melintang
agar dapat dikoreksi kemiringan plat screed
pada penghampar.
Kemiringan melintang dan memanjang
harus diperhatikan terlebih pada daerah
tikungan. Penyebaran campuran
beraspal pada tepi dan tengah harus
merata, sehingga saat pemadatan akan
diperoleh penurunan yang seragam.

Gambar 38. Pengecekan kemiringan


8). Pada akhir penghamparan, dibuat sam-
melintang hamparan campuran
bungan melintang yang dibuat tergantung
dari apakah perkerasan tersebut dilewati
lalu-lintas atau tidak. Jika perkerasan terse-
but tidak dilewati lalu-lintas maka pada akhir
penghamparan sambungan dapat dibuat
tegak, dapat dibuat dengan memasang
balok kayu atau baja siku. Jika akan dilewati
lalu-lintas maka sambungan tersebut harus
dibuat bentuk taper (miring) sebagai
peralihan ketebalan. Pemasangan ini untuk
menjamin pemadatan pada lokasi
penyam-bungan memenuhi persyaratan.

Gambar 39. Pembuatan sambungan


melintang
METODE PELAKSANAAN

9). Untuk sambungan memanjang, diperlukan


jika penghamparan dilakukan dalam
bebera-pa lajur. Sambungan ini dapat
dipisahkan menjadi dua, yaitu sambungan
panas dan sambungan dingin.
Sambungan panas dapat dilakukan jika alat
penghampar ( finisher) menghampar berba-
rengan pada dua sisi.
Sementara pada sambungan dingin, salah
satu telah selesai dipadatkan (dingin)
kemudian dilakukan penghamparan pada
sisi sebelahnya. Untuk itu dapat dilakukan
pemasangan balok kayu atau baja siku
secara memanjang dengan tinggi sesuai
dengan tebal padat rencana.
Umumnya lebih disukai pemakaian baja si-
ku, karena balok kayu cepat melenting dan
cepat rusak Gambar 40. Pembuatan sambungan
memanjang

10). Pekerjaan perapihan dengan penebaran


campuran beraspal secara manual, hanya
boleh dilakukan jika penghamparan
dengan alat finisher tidak bisa dilakukan
dengan baik.
Penebaran dengan tangan harus dilakukan
dengan hati-hati untuk menghindari terjadi-
nya segregasi/pemisahan antara butiran
kasar dan halus.

Gambar 41. Pekerjaan perapihan

Pemadatan hamparan Campuran


Pemadatan campuran beraspal adalah proses pemampatan dan pengurangan volume
campuran beraspal. Pemadatan mengurangi rongga udara dan meningkatkan berat isi
campuran. Hasil dari pemadatan adalah campuran beraspal yang mempunyai ikatan dan
tahanan geser antar butir yang baik. Apabila rongga udara terlalu tinggi maka campuran
beraspal akan rentan terhadap disintegrasi, pelepasan butir (ravelling) dan retak.
Sementara jika rongga udara terlalu rendah campuran beraspal akan rentan terhadap
plastik deformasi dan pelelehan.
Pemadatan mempunyai dua tujuan penting, yaitu untuk memperoleh kekuatan dan
stabilitas campuran, dan kedua dengan rongga udara yang sesuai maka campuran ber-
aspal menjadi relatif kedap terhadap air dan udara. Sifat kedap tersebut dapat mencegah
penuaan aspal akibat oksidasi dan mencegah masuknya air kelapis pondasi agregat

Pelaksanaan Pemadatan
Pemadatan dilakukan untuk mendapatkan kerataan dan kepadatan yang diinginkan, untuk
mencapai kepadatan yang disyaratkan pengaruh temperatur sangat penting. Jika tempe-
ratur campuran beraspal dibiarkan dingin sampai di bawah temperatur pemadatan yang
disyaratkan, maka tidak akan tercapai kepadatan dan kerataan. Karena pentingnya
pengaruh temperatur tersebut, maka jika penghamparan dilakukan pada campuran yang
telah dingin (temperaturnya di bawah persyaratan), campuran tersebut harus dibuang.
Derajat kepadatan yang dicapai campuran beraspal sangat bergantung pada usaha
pemadatan yang dilakukan.
Untuk setiap jenis alat pemadat, jumlah lintasan yang dibutuhkan tergantung pada tipe dan
berat alat pemadat, material yang digunakan dan ketebalan lapisan.
Jumlah lintasan tersebut ditentukan melalui hasil percobaan penghamparan dengan
menggunakan paling sedikit 50 ton campuran beraspal.
METODE PELAKSANAAN

1). Jenis pemadatan


Pemadatan campuran beraspal dilakukan dalam 3 operasi pemadatan yang terpisah,
yaitu sebagai berikut :
(1). Pemadatan Awal (Breakdown Rolling)
Pemadatan awal adalah pemadatan yang dilakukan setelah penghamparan
pada selang temperatur yang disyaratkan. Pemadatan ini lebih banyak berfungsi
memberi pemadatan awal agar campuran beraspal menjadi relatif stabil (diam)
untuk dilewati pamadat berikutnya.
Pemadatan awal dapat dilakukan dengan mesin gilas roda baja statis atau
bergetar, dengan rentang waktu 0 - 10 menit setelah penghamparan.
Untuk mendapatkan hasil pemadatan yang baik, pastikan sudah dipenuhi hal-hal
sebagai berikut :

 Roller dalam keadaan bersih untuk


menghindari rusaknya permukaan aspal
 Sistem penyemprot air sudah dipastikan
berisi air dan dapat berfungsi sempurna.
 Untuk mendapatkan hasil pemadatan
yang sempurna, jalankan alat pemadat
sedekat mungkin dengan dengan posisi
roda penggerak berada dekat alat
penghampar.
 Pada akhir lintasan pemadatan, ke-
cepatan kurangi agar alat dapat berjalan
tanpa terjadi sentakan yang dapat Gambar 45. Pemadatan Awal
merusak lapisan aspal. Dengan Stell Wheel Roller 8 ton

(2). Pemadatan Antara (Intermediate Rolling)


Pemadatan antara merupakan pemadatan utama (main rolling) yang berfungsi
untuk mencapai kepadatan yang diinginkan, dengan jumlah lintasan dan selang
temperatur campuran beraspal tertentu.
Pemadatan ini harus segera dilaksanakan setelah pemadatan awal selesai,
dilakukan dengan alat pemadat ban karet pneumatik dengan rentang waktu
sekitar 5 -15 menit.
Untuk mendapatkan hasil pemadatan yang baik, pastikan sudah dipenuhi hal-hal
sebagai berikut :

 Seluruh ban dalam keadaan bersih,


yaitu untuk menghindari kemungkinan
terangkatnya aspal dari permukaan
yang digelar dan mempunyai tekanan
yang sama, yaitu 6 kg/cm2 pada kondisi
panas.
 Alat pemadat dijalankan sedekat
mungkin dengan alat penghampar, agar
terjadi pemadatan yang sempurna.
 Setiap lintasan pemadatan, bagian yang
dipadatkan sedikit overlap dengan
bagian yang dipadatkan sebelumnya. Gambar 46. Pemadatan
 Pada akhir lintasan pemadatan, kece- Intermediate dengan Tire Roller
patan alat dikurangi agar dapat berjalan
ke arah sebaliknya tanpa terjadi sentak-
an yang dapat merusak lapisan aspal.
METODE PELAKSANAAN

(3). Pemadatan Akhir(Finish Rolling)


Pemadatan terakhir/penyelesaian yang
dilakukan untuk meningkatkan penam-
pakan permukaan dan dilakukan pada
selang temperatur tertentu.

Pemadatan ini umumnya dilakukan de-


ngan alat pemadat mesin gilas roda baja Gambar 47. Pemadatan Tahap
statis. Dengan rentang waktu tidak lebih Akhir dengan Steel Wheel Roller
dari 45 menit setelah penghamparan.

2). Tahapan Pemadatan


a. Pemadatan pada campuran beraspal dengan tebal padat ≤ 5 cm.
Dengan tahapan pemadatan yang harus dilakukan, adalah sebagai berikut :
 Pertama-tama dimulai dari pemadatan pada sambungan melintang
(pemadatan arah melintang) (lihat Gambar 48).
Pada pemadatan sambungan melintang,
Belum Sudah alat pemadat (pemadatan awal) terlebih
dahulu dilewatkan secara melintang se-
arah sambungan tersebut (arahnya melin-
tang dengan arus lalu-lintas).
Pemadatan campuran beraspal yang baru,
dimulai dari lebar 150-200 mm (sebagian
besar dari lebar roda pemadat masih
 diperkerasan lama), kemudian alat pema-
dat bergerak sampai seluruh roda pemadat
di atas campuran beraspal yang baru.
Gambar 48. Pemadatan Permukaannya kemudian diratakan/dirapi-
sambungan melintang kan jika perlu untuk memperoleh sam-
bungan yang rata.
 Selanjutnya untuk pemadatan arah memanjang dimulai dari tepi luar atau
ujung tepi. (lihat Gambar 49.)
 Pemadatan awal dimulai dari daerah/sisi terendah bergerak ke daerah yang
lebih tinggi atau dari tepi luar ke tepi dalam
 Pemadatan antara dimulai dari daerah terendah bergerak ke yang lebih tinggi
atau dari tepi luar ke tepi dalam
 Pemadatan akhir.



Gambar 49. Pola (pattern) pemadatan


METODE PELAKSANAAN

b. Pemadatan campuran beraspal dengan tebal padat > 5 cm


Dengan tahapan pemadatan, adalah sebagai berikut
 Pertama-tama dimulai dari pemadatan pada sambungan melintang
(pemadatan arah melintang) (lihat Gambar 48)
 Selanjutnya untuk pemadatan arah memanjang dimulai dari tepi luar atau
ujung tepi, untuk : (lihat Gambar 49.)
 Pemadatan awal dimulai dari jarak ± (300 – 400) mm dari tepi yang lemah/tepi
tanpa penahan bergerak ke yang lebih tinggi atau tepi dalam
 Pemadatan antara dimulai dari daerah/sisi terendah bergerak ke daerah yang
lebih tinggi atau dari tepi luar ke tepi dalam
 Pemadatan akhir

c. Pemadatan pada sambungan memanjang


Pemadatan campuran beraspal pada arah memanjang untuk setiap lintasan,
overlap sekurang-kurangnya 150 mm dari lintasan sebelumnya.
Pada saat pemadatan sambungan memanjang dengan alat
Belum Sudah
pemadat mesin gilas statis dan ban peneumatik, maka
dipadatkan dipadatkan pada awal lintasan, hanya sekitar 100 mm - 150 mm dari
lebar roda pemadat dilewatkan pada perkerasan baru yang
belum padat.
Selanjutnya bergerak ketengah sampai seluruh roda
pamadat berada di atas perkerasan baru yang belum
padat.
Untuk mesin gilas dengan penggetar, prosedur yang
digunakan agak berbeda. Yaitu pada awal lintasan, hanya
sekitar 100 mm - 150 mm dari lebar roda pemadat
dilewatkan pada perkerasan lama (bukan perkerasan baru
Gambar 50. Pemadatan yang belum padat seperti dengan alat pemadat lainnya).
sambungan memanjang

d. Pemadatan pada jalan dengan kelandaian tingi


Pada pemadatan dijalan dengan kelan-daian tinggi,
maka penggunaan alat pemadat harus diperhatikan,
karena ada kecenderungan campuran beraspal akan
terdorong ke arah turunan jalan.
Pada pemadatan awal, pergerakan mesin gilas roda
baja statis tidak seperti biasanya, dibalik, yaitu roda
penggerak ada dibagian belakang.
Penggunakan alat pemadat roda karet pneumatik
tidak disarankan untuk digunakan sebagai alat untuk
pemadatan awal.
Jika menggunakan mesin gilas peng-getar,
getarannya dimatikan sehingga mejadi statis dan
baru dihidupkan penggetarnya setelah campuran
ber-aspal cukup stabil.
Gambar 51. Pemadatan pada jalan dengan
kelandaian tinggi (tanjakan & turunan)
METODE PELAKSANAAN

Beberapa hal lain yang perlu diperhatikan selama pelaksanaan pemadatan

1). Kecepatan Pemadatan


Kecepatan alat pemadat harus konstan, dan sesuai dengan kecepatan yang dilaksa-
nakan pada saat pembuatan JMF (Job Mix Formula), khususnya pada uji coba pema-
datan. Perubahan kecepatan akan menyebabkan bervariasinya usaha pemadatan
yang dilakukan dan berakibat kepadatan yang dicapai menjadi bervariasi juga.

Tabel 6. Selang kecepatan pemadatan


Tahapan pemadatan
Jenis alat pemadat awal antara akhir
(km /jam ) (km /jam ) (km/jam )

Mesin gilas statis 3,2 - 5,6 4 - 6,4 4,8 - 8


Pemadat ban pneumatik 3,2 - 5,6 4 - 6,4 6,4 - 11,2
Mesin gilas bergetar (vibratory) 3,2 - 4,8 4 - 5,6 -

Sumber : US Army, 2000


2). Jumlah Lintasan
Untuk mencapai target kandungan rongga udara (air void) dan seragamnya
kepadatan campuran beraspal yang dihasilkan dari proses pemadatan, maka setiap
titik dalam perkerasan harus dilewati alat pemadat dengan jumlah tertentu pada
selang temperatur campuran yang disyaratkan. Satu lintasan (1 passing) didefinisikan
sebagai pergerakan alat pemadat dari titik tertentu ke suatu arah dan kemudian
kembali ke titik tersebut. Jumlah lintasan sangat tergantung pada karakteristik
campuran, ketebalan, dan kondisi lingkungan. Untuk memperoleh jumlah lintasan yang
sesuai maka harus dilakukan uji coba pemadatan terlebih dahulu. Uji coba
pemadatan dilakukan diluar lokasi pekerjaan untuk mengantisipasi kemungkinan
kegagalan pemadatan. Kegagalan memenuhi jumlah lintasan pada segmen tertentu
dapat berakibat kegagalan pencapaian kepadatan pada segmen tersebut. Pada
umumnya untuk pemadatan awal dilakukan sebanyak 1-3 lintasan, untuk pemadatan
antara dilakukan 10 -16 lintasan, dan untuk pemadatan akhir 1 - 2 lintasan.

3). Rentang Waktu Pemadatan


Pemadatan harus dilakukan pada saat campuran beraspal masih mempunyai viskosi-
tas aspal dan kekakuan yang cukup rendah untuk dapat dipadatkan. Secara umum
kepadatan harus dicapai sebelum temperatur campuran beraspal berada di bawah
temperatur 85 0C. Pada umumnya rentang waktu untuk pemadatan awal adalah 0 -
10 menit, untuk pemadatan antara sekitar 5 -15 menit dan untuk pemadatan akhir
tidak lebih dari 45 menit setelah penghamparan. Rentang temperatur pemadatan
untuk setiap tahapan pemadatan diperlihatkan pada Tabel 7. Rentang temperatur
tersebut dipengaruhi oleh viskositas aspal. Jika campuran beraspal stabil, maka
pemadatan dapat dilakukan segera setelah penghamparan. Sementara jika
campuran beraspal kurang stabil, maka pemadatan menunggu sampai temperatur
campuran turun. Pada campuran yang kurang stabil atau tidak bisa stabil harus
dilakukan pengkajian terhadap bahan dan karakteristik campuran.

Tabel 7. Rentang temperatur pemadatan dan viskositas aspal


Viskositas Suhu campuran beraspal
Tahapan pemadatan PA.S Pen 40 Pen 60 Pen 80
Pemadatan awal (breakdown) 1-2 130 - 150 125 - 145 115 - 135
Pemadatan antara (intermediate) 2 - 20 105 - 130 100 - 125 90 - 115
Pemadatan akhir (finishing) <20 >100 >95 >85
Sumber : Spesifikasi campuran beraspal panas, 2000
METODE PELAKSANAAN

Sesuai dengan urutan tahapan pekerjaan yang kami uraikan pada Ruang Lingkup Pekerjaan
diatas, dapat kami jelaskan metode pelaksanaan untuk Item-item pekerjaan pada Divisi
pekerjaan ini, sebagai berikut :

- Beton mutu sedang dengan fc’= 20 MPa (K-250)


- Baja Tulangan BJ 24 Polos
- Pasangan Batu
1. Beton mutu sedang dengan fc’= 20 MPa (K-250)
Pemborong akan memberikan/membuat kualitas beton yang baik dengan memperhatikan data-data pelaksanaan
sesuai petunjuk pengawas.
Selama pelaksanaan akan dibuat benda-benda uji menurut ketentuan yang disebut pada pasal 4.7 dan 4.9 PBI 1971.
Mengingat bahwa Wc factor yang sesuai disini adalah sekitar 0,52-0,555, maka pemasukan bahan adukan + kedalam
cetakan benda uji dilakukan menurut pasal 4.9 ayat 3 PBI-1971 tanpa menggunakan penggetar. Pada masa-masa
pembetonan pendahuluan akan dibuat minimum 1 benda uji per 1,5 m3 beton hingga diperoleh 20 benda uji yang
pertama. Selanjutnya akan dibuat 2 buah benda uji untuk setiap 5 m3 beton dengan minimum 2 buah benda uji setiap
hari.

Pemborong akan membuat laporan tertulis atas data-data kualitas yang dibuat. Laporan tersebut akan dilengkapi
dengan nilai karakteristik beton tersebut dan akan disetujui oleh Direksi/Konsultan Pengawas. Laporan tersebut akan
disertai sertifikat dari laboratorium dan akan dibuat rangkap 5 (lima).

Selama pelaksanaan akan ada pengujian slump, minimal 5 Cm dan maksimal 12 Cm. Cara pengujian slump adalah
sebagai berikut : Contoh beton diambil tepat sebelum dituangkan ke dalam cetakan beton (bekisting). Cetakan beton
dibawahkan dan ditempatkan di atas kayu yang rata atau pelat beton. Cetakan diisi sampai kurang lebih sepertiganya.
Kemudian adukan tersebut diitusuk-tusuk 25 kali dengan besi 15 mm panjang 30 Cm dengan ujung yanng bulat
(seperti peluru). Pengisian dilakukan dengan cara serupa untuk dua lapisan berikutnya. Setiap lapisan ditusuk-tusuk
25 kali dan setiap tusukan akan yang dibawahnya setelah atasnya diratakan, segera cetakan diangkat perlahan-lahan
dana diukur penurunannya (nilai slumpnya).Jumlah semen minimal 336 Kg per m3 beton

Jika dianggap perlu, maka digunakan juga pembuatan kubus percobaan untuk umur 3, 7, 14, 21, 28 hari dengan
ketentuan bahwa hasilnya tidak boleh kurang dari prosentase kekuatan yang diminta pada 28 hari, untuk lebih
jelasnya lihat tabel 4.1.4 PBI-1971. Angka kekuatan yang diminta, maka akan dilakukan pengujian beton setempat
dengan cara-cara seperti yang ditentukan dalam PBI-1971.

Pengadukan beton dalam mixer tidak boleh kurang dari 75 detik terhitung setelah seluruh adukan masuk ke dalam
mixer.

Penyampaian beton (adukan) dari mixer ketempat pengecoran akan dilakukan dengan cara yang tidak berakibat
terjadinya pemisahan komponen-komponen beton.
Akan digunakan vibrator untuk pemadatan beton.

Minimal 2 (dua) hari sebelum pengecoran dilakukan Pemborong akan memberitahukan kepada Direksi/Konsultan
Pengawas dan pengecoran baru dapat dilakukan setelah mendapat izin tertulis dari Direksi/Konsultan Pengawas.
Sebelum memberikan persetujuan pengecoran Direksi/Konsultan Pengawas akan memeriksa pembesian yag
terpasang pada daerah yang akan di cor.

Diluar uraian diatas untuk pekerjaan yang memerlukan penggunaan beton bukan sebagai struktur utama (misalnya :
beton rabat) dapat dipakai campuran adukan 1 PC : 3 Psr : 5 Kr yang dicetak dan dicor berdasar ketentuan PUBB
(NI.3-1957) dan PBI (NI.2-1971).

Siar-siar Konstruksi dan Pembongkaran Acuan/Bekisting


Penempatan siar-siar pelaksanaan, sepanjang tidak ditentukan lain dalam Gambar Kerja, akan mengikuti pasal 6.5
PBI-1971. Siar-siar tersebut permukaannya akan dikasarkan dan akan dibasahi lebih dahulu dengan air semen tepat
sebelum pengecoran lanjutan dimulai. Letak siar-siar tersebut akan mendapatkan persetujuan tertulis dari
Direksi/Konsultan Pengawas. Apabila pengecoran terhenti lebih dari 1 jam maka pengecoran berikutnya untuk daerah
yang terhenti pengecorannya baru dapat dilakukan kembali dalam waktu 24 jam kemudian dengan memperhatikan
syarat-syarat tersebut di atas.
Pembongkaran Acuan/Bekisting sepanjang tidak ditentukan lain dalam Gambar Kerja akan mengikuti pasal 5.8 PBI-
1971. Pembongkaran Acuan/Bekisting baru dilakukan apabila bagian konstruksi dengan sistem acuan/bekisting yang
masih ada telah mencapai kekuatan yang cukup untuk memikul berat sendiri dan beban-beban pelaksanaan yang
bekerja padanya. Kekuatan ini akan ditunjukkan dengan pemeriksaan benda uji laboratorium dan dengan
perhitungan-perhitungan yang akan disetujui oleh Direksi/Konsultan Pengawas. Pembongkaran baru dapat
dilaksanakan apabila telah mendapatkan persetujuan tertulis dari Direksi/Konsultan Pengawas.

Pada bagian-bagian konstruksi dimana akan bekerja beban-beban yang lebih besar dari beton rencana atau terjadi
keadaan yang lebih membahayakan dari yang diperhitungkan, acuan/bekisting dari bagian konstruksi tersebut tidak
dapat dibongkar selama keadaan tersebut terus berlangsung.

Acuan/Bekisting balok dapat dibongkar setelah dari semua kolom-kolom penunjangnya telah dibongkar
cetakannya dan dari penglihatan ternyata baik hasil pengecorannya.

2. Baja Tulangan BJ 24 Polos


Besi beton yang digunakan akan memenuhi kriteria mutu, besi dengan ukuran < Ø 12 mm digunakan U 24 dan besi
dengan ukuran ≥ Ø 8 mm digunakan U 24.

Bending Schedule dan Pergantian Besi


Pemborong akan mengusahakan supaya besi yang dipasang adalah sesuai dengan apa yang tertera pada
Gambar Kerja. Sebelum dilakukan pemotongan besi beton, maka Pemborong akan membuat “Bending
Schedule” (rencana pembengkokan tulangan) untuk diajukan dan dimintakan persetujuan dari Direksi/Konsultan
Pengawas.

Dalam hal dimana berdasarka pengalaman pemborongan atau pendapatnya terdapat kekeliruan atau
kekurangan atau perlu penyempurnaan pembesian yag ada, maka :

 Pemborong dapat menambahkan ekstra besi dengan tidak mengurangi pembesian yag tertera dalam
Gambar Kerja. Secepatnya hal ini diberitahukan pada perencanaan konstruksi untuk informasi.
 Jika hal tersebut diatas akan dimintakan oleh Pemborong sebagai pekerjaan lebih, maka penambahan
tersebut hanya dapat dilakukan setelah ada persetujuan tertulis dari perencanaan kostruksi.
 Jika diusulkan perubahan dari jalan/arah pembesian maka perubahan tersebut hanya dapat dilakukan degan
persetujuan tertulis dari perencanaan konstruksi.
Jika pemborong tidak berhasil mendapatkan diameter besi yanng sesuai dengan yang ditetapkan dalam Gambar
Kerja, maka dapat dilakukan penukaran diameter besi dengan diameter yang terdekat dengan catatan akan ada
persetujuan tertulis dari Direksi/ Konsultan Pengawas.

Jumlah besi persatuan panjang atau jumlah besi ditempat tersebut tidak boleh kurang dari yang tertera dalam
Gambar Kerja (dalam hal ini yang dimaksudkan adalah jumlah luas).

Pergantian tersebut boleh mengakibatkan keruwetan pembesian ditempat tersebut atau didaerah overlapping
yang dapat menyulitkan pembetonan atau penyampaian pengetar.

3. Pasangan Batu
Pekerjaan pasangan batu kali yang kami laksanakan menggunakan peralatan Pengaduk Beton yakni Mollen
yang biasa digunakan. Campuran yang di syaratkan adalah 1 : 4 yang berarti tiap M³ pasangan batu
membutuhkan jumlah semen 3,26 zak dan 0,522 M³ pasir pasang. Kedua bahan tersebut diaduk dan diberi
campuran air secukupnya dan diletakkan antara sisi-sisi batu kali yang satu dan yang lainnya yang merupakan
sebagai perekat batu sehingga batu-batu tersebut terikat monolit satu dan lainnya menjadi kokoh yang bentuk
dan tampangnya sesuai dengan gambar rencana yang dibentuk dengan mengunakan profil-profil yang telah
diukur terhadap bentuk dan elevasi yang direncanakan. Batu kali yang digunakan akan kami bersihkan terlebih
dahulu dengan menyiram air agar betul-betul bersih dari segala kotoran Lumpur, dengan diameter batu yang
digunakan berkisar antara diameter 25 s/d 40 cm
PROGRAM K3
Untuk keselamatan kerja seluruh staf dan pekerja yang terlibat dalam kegiatan proyek akan
dibentuk unit K3 yang akan membuat program seperti tersebut di atas dan akan diawasi.
Dalam menanggulangi hal-hal yang mungkin akan terjadi, maka unit K-3 akan bekerja sama
dengan Puskesmas, Klinik, Rumah sakit, maupun instansi-instansi lain yang terkait.

Untuk tugas-tugas dalam program K3 adalah sebagai berikut,

 Mencegah dan menghindari terjadinya kecelakaan kerja, kebakaran di proyek dan


menyediakan obat-obat pertolongan pertama dan tabung pemadam kebakaran.
 Melakukan pengawasan terhadap pemakaian alat-alat keselamatan kerja, seperti topi
pengaman, sabuk pengaman, sepatu, sarung tangan dan sebagainya.

METODA PENCAPAIAN PROYEK


Untuk menjamin sistem manajemen dapat berlangsung dengan baik, manajemen telah
mengeluarkan kebijakan mutu. Sistem manajemen tersebut di atas dalam pelaksanaannya
ditunjang dengan sarana-sarana lain, berupa perangkat lunak (software) sebagai sarana
pengendali, dan perangkat keras (hardware) yang berupa peralatan-peralatan sebagai
sarana penunjang pelaksanaan pekerjaan.

Tenaga Kerja

Personel yang terpilih yang berpengalaman dalam proyek sejenis akan ditempatkan sebagai
personel inti dalam organisasi proyek.

Tenaga Kerja terampil akan dipilih dan didatangkan dari luar dan dari daerah setempat.

Tenaga kerja yang digunakan dalam penanganan proyek ini terdiri atas,

 Tenaga pimpinan dan staf manajemen proyek termasuk site engineer.


 Tenaga operasional lapangan : pelaksana (supervisor), mekanik dan operator.
 Pekerja (mandor, tukang, kenek, operator).

PENGENDALIAN KUALITAS

(QUALITY CONTROL)

Untuk menjamin agar diperoleh hasil kerja yang baik sesuai dengan mutu yang disyaratkan,
perlu dilakukan pengendalian mutu (quality control) terhadap pelaksanaan pekerjaan yang
antara lain mengontrol,

 Seluruh material yang digunakan


 Pemilihan tenaga kerja
 Perawatan alat
 Test material di laboratorium dan lapangan

Melakukan pemeriksaan secara teratur, baik terhadap bahan-bahan yang digunakan dalam
pelaksanaan pekerjaan, maupun terhadap cara pelaksanaan pekerjaan sendiri. Meskipun
untuk hal-hal tersebut di atas sudah ada penanggungjawabnya langsung, kiranya perlu
METODE PELAKSANAAN

ditunjuk petugas khusus quality control yang dikoordinasikan oleh bagian Teknik dan
melakukan proses Quality Control.

Manajemen mutu di proyek akan melaksanakan semua kegiatan sistematik dan terencana
yang diterapkan sebagai bagian dari sistem mutu perusahaan untuk menjamin bahwa
proses pelaksanaan di proyek secara terkendali dan konsisten dapat mencapai semua
sasaran dan persyaratan mutu yang diminta dalam gambar-gambar pelaksanaan dan
spesifikasi pekerjaan pengendalian mutu di pelaksanaan akan dapat dijalankan dengan baik
dengan adanya:

- Sasaran mutu yang jelas


- Sumber daya manusia yang profesional dan tanggung jawab yang jelas
- Organisasi proyek yang handal
- Sistem dan prosedur mutu yang baku
- Penerapan manajemen mutu yang konsisten

PENUTUP
Demikian metode pelaksanaan secara garis besarnya, metode pelaksanaan yang lebih detail
akan dibuat pada saat pelaksanaan nanti.

Tentu saja di dalam pelaksanaannya nanti dapat timbul alternatif – alternatif lain yang
mungkin lebih efisien dan efektif.

Mudah-mudahan uraian ini dapat memberikan gambaran yang cukup jelas tentang langkah-
langkah yang akan dilakukan dalam pelaksanaan proyek ini.

Sigli, 30 Juni 2015


PT. SYAKURA

AFIFUDDIN AHMAD,SE
Direktur
Galian Struktur

Pekerjaan galian tanah pada proyek ini meliputi galian untuk pekerjaan pondasi abutmen. Galian dilakukan dengan langkah-langkah
yang sedemikian rupa, sehingga tidak terjadi kerusakan ekologi tanah setempat, dan perlu diperhatikan dari segi Kesehatan dan
Keselamatan Kerja., serta dijaga terhadap dampak lingkungan (Environmental Aspect) pada saat pelaksanaan galian dan transportasi
pembuangan tanah ke disposal area.

a. Peralatan yang digunakan.


Alat yang digunakan untuk pekerjaan galian adalah :
1) Excavator PC 200 ( kap. 0,7 m3 )
2) Dumptruck kapasitas 8.0 ton.
3) Manpower.

b. Metode kerja.
Pekejaan galian dilaksanakan secara open cut. Surveyor akan memberikan patok-patok panduan serta berapa kedalaman galian yang
harus dicapai. Excavator melakukan penggalian sesuai dengan urutan dan panduan dari Surveyor dan diawasi oleh Pelaksana dan
Pengawas. Material hasil galian sebagian ditempatkan/distok disamping galian untuk timbunan kembali, jarak penempatan hasil
galian untuk timbunan harus aman, tidak akan terjadi longsor dan masuk kedalam lubang galian. Hasil galian yang berlebih, atau
yang tidak dapat dipakai untuk timbunan kembali dimuat langsung ke Dumptruk untuk dibuang ke Disposal area. Bak dumptruck
harus ditutupi dengan terpal/plastik agar tanah yang dibawa tidak berceceran. Kesemuanya ini dimaksudkan untuk mencegah
terjadinya dampak lingkungan yang dapat ditimbulkan akibat aktifitas pekerjaan Galian. Lobang galian yang telah selesai digali
dengan alat berat, dilakukan perapihan dengan tenaga manusia, untuk persiapan pekerjaan selanjutnya.

Pekerjaan galian struktur direncanakan siap dikerjakan dalam waktu empat minggu
Excavator
Excavator
Ilustrasi Pekerjaan Timbunan

Dihampar dengan Dozer lapis demi Tanah dari luar ditansport dengan
Pemadatan dgn Vibro Compactor lapis demi lapis lapis (maks. 35 cm atau sesuai Dump truck dan dituang
sampai diperoleh kepadatan sesuai Spec. spec.

PEKERJAAN STRUKTUR
Beton
Pekerjaan beton terdiri dari Beton K300, Beton K250, Beton cyclope K175 dan K 125. Beton dicampur dengan menggunakan
Concrete Mixer dengan campuran Semen, Agregat Kasar, Pasir dan Air sesuai dengan Job Mix yang telah disediakan terlebih dahulu.
Air yang sesuai dengan spesifikasi dibawa dengan menggunakan Water Tanker kelokasi pekerjaan, sedangkan material semen dan
lain-lainnya dibawa dengan Dump Truck. Sebelum dilakukan pengecoran terlebih dahulu dipasang Bekesting/mal sesuai dengan
dimensi/ukuran pada gambar rencana. Padan waktu pengecoran dilakukan, beton digetarkan dengan Concrete Vibratory agar
porinya saling mengisi dan karakteristik/ mutu beton sesuai dengan yang diinginkan.

Pekerjaan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :


a. Pembentukan cetakan / bekisting
b. Permasangan cetakan / bekisting

Setelah pemasangan bekisting selesai, diperiksa bentuk, ukuran dan stabilitasnya oleh Direksi.
Selanjutnya dilakukan pengecoran dengan peralatan :
a. Beton Molen : 4 unit
b. Concrete Vibrator : 4 unit
c. Kereta Sorong : 4 unit
d. Alat bantu dan pekerja : 1 ls
e. Peralatan Laboratorium dan Slump Test : 1 ls

Saat pengecoran diambil contoh hasil pengecoran, yang diuji sesudah 3 hari, 7 hari, 14 hari dan 28 hari.

Kebutuhan Tenaga Kerja :


a. Tukang Batu : 2 orang
b. Pekerja : 8 orang

Pekerjaan Baja Tulangan

Baja beton adalah bagian dari pekerjaan beton.struktur. Sebelum belum beton struktur dicor terlebih dahulu dipasang baja tulangan
yang sudah dirangkai/rakit dengan ukuran dan bentuk yang telah ditentukan. Baja tulangan dipotong menurut ukuran yang
dibutuhkan, lalu dibengkokkan sesuai gambar dan kemudian dirakit serta diikat dengan kawat beton hingga menyatu dan kuat.
Perakitan dilakukan pada acuan/mal yang sudah disediakan dan sebagian dikerjakan diluar mal dengan menggunakan alat bantu,
seperti Tang, Kakaktua, Pemotong Besi/Gergaji Besi, Alat Pembengkok dan lain-lain. Setelah semua terpasang dengan rapi dan spasi
beton (dengan mamasang beton tahu yang sudah dibuat terlebih dahulu) pengecoran baru dapat dilakukan
ABUTMENT

Pekerjaan Abutment Meliputi :


- Lantai Kerja
- Pembesian
- Pembuatan bekisting/Formwork
- Pengecoran

Pengisian Sumuran dan Lantai Kerja

Sumuran

Setelah Penggalian, Sumuran diisi dengan beton tulangan setelah itu pengecoran Lantai Kerja
Pembesian Footing

Besi Tulangan Footing

Sumuran

Pemasangan Besi Tulangan Footing setelah Lantai Kerja

Pembuatan Bekisting / Formwork

Besi Tulangan Footing

Bekisting/Formwork

Pemasangan Formwork pada Footing setelah Pembesian


Pengecoran

MOLEN

Besi Tulangan Footing


Talang

Pengecoran pada Footing

STRUKTUR
Pekerjaan ini mencakup seluruh pelaksanaan struktur beton yang dikerjakan
dengan menggunakan concret mixer, concrete vibrator, tenaga manusia dan alat
bantu lainnya yang diperlukan. Untuk tulangan dirangkai/dibuat dengan cara
manual atau dengan menggunakan tenaga manusia. Sedangkan untuk Pasangan
Batu dan Bronjong dilakukan dengan menggunakan alat manual dan tenaga
manusia. Sebelum dilaksanakan pekerjaan ini, lokasi harus sudah disiapkan
dengan memasang patok/bouplank agar pasangan menjadi tepat ukuran dan
keindahan terpenuhi.
Pembesian Footing

Besi Tulangan Footing


Pembuatan Bekisting / Formwork

Besi Tulangan Footing


Bekisting/Formwork

Pemasangan Formwork pada Footing setelah Pembesian

Pengecoran MOLEN

Talang Besi Tulangan Footing

Pengecoran pada Footing

Footing yang telah jadi


Pengecoran dinding abutment

Pembongkaran bekisting

Penimbunan Ulang Galian

Excavator
Dump Truck

Penimbunan Kembali bekas Galian Footing

Anda mungkin juga menyukai