METODE
METODE
METODE
METODE PELAKSANAAN
Pada pelaksanaan pekerjaan jalan seperti yang disyaratkan pada spesifikasi teknik, maka
didalam pelaksanaannya Pihak pelaksana juga menginginkan bahwa perlunya pelaksanaan
pekerjaan sesuai pada urutan atau tahapan pekerjaan yang benar.
Sehingga pekerjaan lebih efektif dan dapat meningkatkan efisiensi pelaksanaan, mengurangi
biaya konstruksi dan untuk dapat menyelesaikan seluruh pekerjaan tepat waktu.
Sering terjadi akibat keputusan manajemen yang tidak tepat dapat menyebabkan kegagalan
proyek, tujuan pelaksanaan proyek tidak tercapai jika tidak mengikuti prosedur pelaksanaan
yang benar dan urutan pelaksanaan dari setiap aktivitas, baik aktivitas yang besar maupun
kecil harus benar.
Berdasarkan pengalaman pada umumnya pelaksanaan konstruksi jalan dapat dibuat bagan
alir (flow chart) urutan atau tahapan-tahapan kegiatan sesuai dengan tuntutan teknis, jenis
dan macam pekerjaan yang harus didahulukan dan pekerjaan berikutnya sehingga
mencapai keseluruhan tujuan penyelesaian proyek secara efektif dan efisien,tepat
waktu,biaya dan mutu.
Perlu juga diperhatikan bahwa dalam kegiatan pelaksanaan proyek terdapat kegiatan-
kegiatan kecil yang merupakan bagian dari kegiatan utama, harus dapat dilaksanaan pada
waktu yang bersamaan, sehingga seluruh kegiatan dapat diselesaikan pada waktu yang
tepat. Seluruh kegiatan yang berada pada jalur kritis harus dapat diselesaikan tepat waktu
yang telah ditentukan, sehingga tidak mengganggu kegiatan lainnya yang dapat
mempengaruhi waktu mulai pekerjaan berikutnya, akibatnya proyek bisa mengalami
keterlambatan. Hal ini disebabkan bahwa suatu kegiatan pelaksanaan proyek tidak dapat
dimulai karena belum selesainya kegiatan sebelumnya.
Disamping itu, penggunaan peralatan harus sesuai dengan metode yang benar, perlu
mengetahui detail-detail tentang seluruh peralatan yang akan digunakan pada konstruksi
jalan, sehingga penggunaan peralatan dapat lebih efisien sehingga akan meningkatkan hasil
produksi, yaitu dicapainya minimum biaya operasi dan pemeliharaan peralatan sehingga
biaya konstruksi menurun dan/atau dapat lebih murah, menambah keuntungan kontraktor.
Selanjutnya penawar akan melaksanakan seluruh item pekerjaan dengan tahapan pekerjaan
sesuai Jadwal Pelaksanaan yang telah kami tawarkan dan dengan urutan pelaksanaan
mengacu pada network planning yang kami tawarkan dimana waktu yang dibutuhkan
untuk melaksanakan setiap item pekerjaan diperoleh dari estimasi yang kami susun dalam
tabel ringkasan uraian analisa teknis pekerjaan.
Rencana Penggunaan Bahan, Peralatan, dan Penggunaan Personil inti dan tenaga Kerja
kami susun dalam Jadwal Penggunaan Bahan, Peralatan dan Penggunaan Personil inti dan
tenaga Kerja yang penyusunannya mengacu pada Jadwal Pelaksanaan.
METODE PELAKSANAAN
METODE PELAKSANAAN
Penerima hak kontrak jasa pelaksanaan konstruksi sebagai penyedia jasa akan
melakukan koordinasi menyiapkan kebutuhan sumber daya konstruksi meliputi
keuangan/dana, manusia/tenaga kerja/ahli, material, peralatan dan menyusun metoda
kerja.
Keterangan gambar:
- P = planning; perencanaan/rencana kerja
- O = organizing; organisasi kerja
- A = actuating; pelaksanaan pekerjaan
- C = controlling; kontrol/pengendalian kerja
a. perkerasan lama
i) penambalan lubang kecil dan pelaburan setempat pada permukaan
perkerasan berpenutup aspal lama yang masih utuh (sound) dimana luas
lokasi yang retak kurang dari 10% terhadap luas total perkerasan,
ii) perataan ringan secara rutin dengan motor grader pada jalan tanpa
penutup aspal untuk mengendalikan terjadinya lubang atau keriting
(corrugations).
b. bahu jalan lama
i) penambalan lubang pada bahu jalan lama tanpa penutup aspal,
ii) penambalan lubang dan pelaburan retak pada bahu jalan lama
berpenutup aspal.
c. selokan, saluran air, galian dan timbunan
i) pembersihan dan pembuangan lumpur secara rutin pada selokan dan
saluran,
ii) pembuangan semua sampah dari sistem drainase,
iii) pemotongan rumput secara rutin dan pengendalian pertumbuhan
tanaman pada galian, timbunan, lereng dan berm.
d. perlengkapan jalan
i) pengecatan ulang semua rambu jalan, patok tanda dan lainnya yang tidak
terbaca,
ii) pembersihan rutin terhadap semua perlengkapan jalan dan pengatur lalu
lintas,
iii) perbaikan minor terhadap masing-masing jenis perlengkapan jalan.
e. jembatan
i) pemeriksaan dan pembersihan rutin pada semua komponen struktur
jembatan, guna melindungi korosi pada baja atau pelapukan pada kayu,
ii) pemeriksaan dan pembersihan rutin kotoran dari semua saluran air
melindungi penggerusan terhadap timbunan atau pondasi jembatan,
iii) pemeriksaan dan pembersihan rutin semua kotoran dan sampah dari
lubang-lubang drainase lantai jembatan dan pipa-pipa saluran.
METODE PELAKSANAAN
B . METODE PELAKSANAAN
DIVISI I. UMUM
I. MOBILISASI
Kegiatan mobilisasi yang diperlukan tergantung pada jenis dan volume pekerjaan yang
harus dilaksanakan, sebagaimana disyaratkan di bagian-bagian lain dari Dokumen
Pengadaan , dan secara kesuluruhan kegiatan mobilisasi harus memenuhi seluruh ketentuan
yang telah dipersyaratkan pada Dokumen Spesifikasi, dapat kami urikan sebagai berikut:
a) Ketentuan Mobilisasi
i) Penyewaan atau pembelian sebidang lahan yang diperlukan untuk base camp
Kontraktor dan kegiatan pelaksanaan.
ii) Mobilisasi Kepala Pelaksana (General Superintentent) yang memenuhi jaminan
kualifikasi (sertifikasi) menurut cakupan pekerjaannya (pemba-ngunan, atau
peningkatan jalan / penggantian jembatan, atau pemeli-haraan berkala).
iii) Mobilisasi semua staf pelaksana dan pekerja yang diperlukan dalam pelaksanaan dan
penyelesaian pekerjaan dalam Kontrak.
iv) Mobilisasi dan pemasangan peralatan sesuai dengan daftar peralatan yang tercantum
dalam Penawaran, dari suatu lokasi asal ke tempat pekerjaan dimana peralatan tersebut
akan digunakan menurut Kontrak ini.
v) Penyediaan dan pemeliharaan base camp Kontraktor, jika perlu termasuk kantor
lapangan, tempat tinggal, bengkel, gudang, dan sebagainya.
vi) Perkuatan jembatan lama untuk pengangkutan alat-alat berat..
Kebutuhan ini akan disediakan apabila disyaratkan dalam Dokumen Lelang dan akan
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku atau arahan direksi pekerjaan.
c) Ketentuan mobilisasi Fasilitas Pengendalian Mutu
Pembongkaran tempat kerja oleh Kontraktor pada saat akhir Kontrak, termasuk
pemindahan semua instalasi, peralatan dan perlengkapan dari tanah milik Peme-rintah dan
pengembalian kondisi tempat kerja menjadi kondisi seperti semula sebelum Pekerjaan
dimulai.
Tenaga kerja yang dianggap mampu bekerja setelah dilakukan klasifikasi dan kualifikasi
bidang konstruksi jalan dan jembatan akan diberikan tanda bukti pengakuan berupa
METODE PELAKSANAAN
sertifikat atas kompetensi dan kemampuan profesi keterampilan kerja dan keahlian kerja
orang perseorangan di bidang jasa konstruksi menurut disiplin keilmuan dan atau
keterampilan dibidang pelaksanaan konstruksi jalan dan jembatan. Sertifikat klasifikasi
dan sertifikat kualifikasi akan secara berkala diteliti/dinilai kembali oleh lembaga yang
deserahi wewenang melakukan sertifikasi.
Tenaga teknik dan atau tenaga ahli yang berstatus tenaga tetap pada suatu badan
usaha, dilarang merangkap sebagai tenaga tetap pada usaha orang perseorangan atau
badan usaha lainnya di bidang jasa konstruksi yang sama.
Adapun secara umum tenaga kerja terampil untuk pekerjaan jalan, dapat dikelompokan
biasanya antara lain :
Sedangkan tenaga kerja konstruksi yang dimasukan dalam diperhitungan harga satuan
pekerjaan konstruksi jalan dan menjadi tenaga tidak tetap atau tetap antara lain:
a) pekerja (tidak tetap);
b) tukang (tidak tetap);
c) mandor (tidak tetap);
d) operator (tetap);
e) pembantu operator (tetap);
f) sopir (tetap);
g) pembantu sopir (tetap);
h) mekanik (tetap);
i) pembantu mekanik (tetap);
j) kepala tukang (tidak tetap).
METODE PELAKSANAAN
Sebelum mengadakan pemesanan atau membuka daerah sumber bahan untuk setiap
jenis bahan, kontraktor harus menyerahkan contoh bahan kepada Direksi Pekerjaan,
bersama dengan detail lokasi sumber bahan untuk mendapatkan persetujuan.
Kontraktor harus melakukan semua pengaturan untuk memilih lokasi, memilih bahan,
dan mengolah bahan harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan semua informasi
yang berhubungan dengan lokasi sumber bahan paling sedikit 30 hari sebelum
pekerjaan peng-olahan bahan dimulai, untuk mendapatkan persetujuan.
Bilamana bahan aspal, semen, baja dan bahan-bahan fabrikasi lainnya akan digunakan,
maka sertifikat pabrik (mill certificate) bahan tersebut harus diserah-kan kepada Direksi
Pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan awal. Direksi Pekerjaan akan memberikan
persetujuan tertulis kepada kontraktor untuk melakukan pemesanan bahan. Selanjutnya
bahan yang sudah sampai di lapangan masih harus diuji ulang.
METODE PELAKSANAAN
b) Penentuan jenis dan jumlah peralatan untuk pekerjaan konstruksi jalan dan
jembatan
Sedangkan untuk menentukan jenis dan jumlah peralatan yang diperlukan yaitu
tergantung pada :
- volume dan jenis pekerjaan konstruksi yang akan dikerjakan;
- waktu pelaksanaan konstruksi yang tersedia/dibatasi;
Peralatan yang digunakan akan diperhitungkan terhadap biaya harga satuan
pekerjaan dengan biaya beli/sewa, operasi dan pemeliharaan alat, faktor
pengembalian modal, nilai sisa alat, tingkat suku bunga, asuransi, kapasitas produksi
aktual,dan lain sebagainya.
catatan : komposisi dan jumlah peralatan minimum yang disyaratkan pada kontrak
disesuaikan kebutuhan besarnya volume pekerjaan konstruksi jalan dan
jembatan dan/atau besarnya nilai kontrak.
Kontraktor harus menyediakan akomodasi dan fasilitas kantor yang cocok dan meme-nuhi
kebutuhan proyek sesuai Seksi dari Spesifikasi ini. Ukuran kantor dan fasilitasnya sesuai untuk
kebutuhan umum Kontraktor dan harus menyediakan sebuah ruangan yang digunakan
untuk rapat kemajuan pekerjaan.
1) Alat Komunikasi
a) Kontraktor harus menyediakan suatu saluran langsung.
b) Bilamana sambungan saluran telepon tidak mungkin disediakan, atau tidak
dapat disediakan dalam periode mobilisasi, maka Kontraktor harus menyediakan
pengganti telpon satelit (menggunakan sistem satelit Inmarsat atau Iridium atau
sejenis) yang dapat berkomunikasi 2 arah (2-way) dengan jelas dan dapat
diandalkan antara kantor Pemilik di Ibukota Propinsi, kantor Tim Supervisi
Lapangan dan titik terjauh di lapangan. Sistem telpon harus dipasang di kantor
utama dan semua kantor cabang serta digunakan sesuai dengan petunjuk dari
Direksi Pekerjaan.
c) Bilamana ijin atau perijinan dari instansi Pemerintah yang terkait diperlukan
untuk pemasangan dan pengoperasian sistem telopon satelit semacam ini,
Direski Pekerjaan akan melakukan semua pengaturan, tetapi semua biaya
yang timbul harus dibayar oleh Kontraktor.
b) Rak atau laci untuk penyimpanan gambar dan arsip untuk Dokumentasi Proyek
secara vertikal atau horisontal, yang ditempatkan di dalam atau dekat dengan
ruang rapat.
METODE PELAKSANAAN
3) Kantor Pendukung
Bilamana Kontraktor menganggap perlu untuk mendirikan satu kantor pendukung atau
lebih, yang akan digunakan untuk keperluan sendiri pada jarak 50 km atau lebih dari
kantor utama di lapangan, maka Kontraktor harus menyediakan, memelihara dan
melengkapi satu ruangan pada setiap kantor pendukung dengan ukuran sekitar 12
meter persegi yang akan digunakan oleh Staf Direksi Pekerjaan untuk setiap kantor
pendukung.
Peralatan dan perlengkapan laboratorium yang terdaftar dalam Dokumen Lelang harus
sudah disediakan dalam waktu 45 hari terhitung sejak Tanggal Mulai Kerja, sehingga
pengujian sumber bahan dapat dimulai sesegera mungkin. Alat-alat ukur seperti
timbangan, proving ring, dan lainnya harus dikalibrasi oleh instansi yang berwenang
dengan menunjukkan sertifikat kalibrasi. Adapun peralatan dan kebutuhan di sesuaikan
dengan ketentuan Dokumen Lelang, dengan uraian sebagai berikut :
1. PEMERIKSAAN TANAH
1.6 Pemeriksaan Kepadatan Lapangan dengan Metode Kerucut Pasir (Sand Cone)
2. PEMERIKSAAN ASPAL
2.10 Penetrometer
Slump Cone
Cube moulds
REKAYASA (ENGINEERING)
Sebelum pekerjaan survei dimulai Kontraktor harus mempelajari Gambar asli untuk
dikonsultasikan dengan Direksi Pekerjaan, dan harus memastikan dan memperbaiki setiap
kesalahan atau perbedaan yang terjadi, terutama yang berhubungan dengan lebar jalan
lama, lokasi setiap pelebaran perkerasan dan struktur drainase. Kontraktor dan Direksi
Pekerjaan harus mencapai kesepakatan dalam menentukan ketepatan setiap perubahan
yang dibuat dalam Gambar ini.
Kuantitas dalam Daftar Kuantitas dan Harga dapat diubah oleh Direksi Pekerjaan setelah
revisi minor terhadap seluruh rancangan telah selesai, dimana revisi minor ini harus
berdasarkan data survei lapangan yang dikumpulkan oleh Kontraktor sebagai bagian dari
cakupan perkerjaan dalam Kontrak.
Selama periode mobilisasi pada saat dimulainya Kontrak, Kontraktor akan melak-sanakan
survei lapangan yang lengkap terhadap kondisi fisik dan struktur pada perkerasan jalan
METODE PELAKSANAAN
lama, bahu jalan lama dan semua ciri-ciri tambahan lainnya seperti sistem drainase, jembatan
dan struktur minor lainnya, marka jalan, rambu lalu lintas, dan lain sebagainya.
Setelah pekerjaan survei lapangan ini selesai, Kontraktor harus menyiapkan dan
menyerahkan laporan lengkap dan detil dari hasil survei ini kepada Direksi Pekerjaan, tidak
lebih dari 30 hari kerja penyerahan ini akan merupakan tonggak yang sangat penting bagi
dimulainya peker-jaan dalam Kontrak dengan lebih dini dan berhasil.
Detil pelaksanaan yang lengkap pada setiap mata pekerjaan dalam cakupan Kontrak ini akan
diterbitkan secara bertahap untuk Kontraktor dan bilamana detil pelaksanaan ini telah
disiapkan, dapat mencakup, tetapi tidak boleh terbatas pada, sebagian atau seluruh hal-hal
berikut :
Secara Keseluruhan Kebutuhan Kegiatan Mobilisasi yang kami uraikan diatas akan
disesuaikan menurut kebutuhan yang telah ditetapkan dalam Dokumen Lelang. Dimana
secara Umum dapat Kami uraian sebagai berikut :
Penjadwalan dan penentuan waktu urutan –urutan kegiatan dalam suatu proyek
dan penyusunan kegiatan tersebut sehingga menghasilkan waktu penyelesaian
proyek secara keseluruhan.
B. Pengajuan Perijinan
Dalam pelaksanaan kami disini juga menerapkan standarisasi prosedure
sesuai dengan system mutu yang dimiliki serta memberitahukan / ijin setiap
akan melaksanakan pekerjaan agar dikemudian hari tidak terjadi hal-hal yang
METODE PELAKSANAAN
C. Material Bahan
1. Guna menjaga mutu hasil pekerjaan, material /bahan yang akan digunakan
sebelumnya diambil contoh untuk diajukan sebagai persetujuan dari pihak
Direksi Pekerjaan.
2. Semua material yang akan digunakan unutk pekerjaan ini dilengkap dengan
Spesifikasi dari produsen sesuai dengan brosur serta mengacu kepada
persyaratan Teknis dan ketentuan teknik pekerjaan.
3. Dalam pelaksanaan pekerjaan ini juga kan dibuat benda uji yang dipersiapkan
sesuai dengan standard yang dipersyaratkan.
Setelah 14 hari setelah rapat Pra Pelaksanaan (Pre Construction Meeting) kami akan
menyerahkan program Mobilisasi dan jadwal kemajuan Pelaksanaan kepada Direksi
Pekerjaan untuk dimintakan persetujuan.
1. MOBILISASI
· Mobilisasi Personil
· Mobilisasi Peralatan kerja
· Mobilisasi Material yang dibutuhkan
2. PEKERJAAN PERSIAPAN
b. Pemilihan peralatan
Secara umum peralatan yang diperlukan dalam pekerjaan ini adalah sebagai
mana tersebur dalam Daftar Usulan Peralatan Minimal yang kami tawarkan
Pengaturan lalu lintas adalah salah satu bagian yang sangat penting guna
menjamin pada saat pelaksanaan pekerjaan yang tentunya pada saat aktifitas lalu
lintas berjalan kemudian pekerjaan tidak mengalami gangguan dan juga
terlindungi dari kerusakan yang bisa diakibatkan oleh lalu lintas tersebut. Adapun
pengaturan lalu lintas (traffic management) itu dapat berupa :
- Rambu dan penghalang; yang dipasang saat atau tidak berlangsung pekerjaan
dan pada rambu (penghalang) ini dapat dituliskan peringatan : “HATI-HATI !
JALAN SEDANG DIPERBAIKI”.
- Petugas Bendera; personil ini ditempatkan pada setiap lokasi pekerjaan yang
sedang berlangsung dan bertugas mengatur arah serta memberi aba-aba
kepada driver agar lalu lintas tidak menjadi terhenti apabila pekerjaan sedang
berlangsung.
- Rambu-rambu traffic lain seperti : traffic cone (kerucut), traffic cone berlampu
untuk pekerjaan pada malam hari, flash-light, dan lain-lain yang juga dapat
menjadi pengaturan lalu lintas (traffic management).
pemakaian tanah itu dan harus memperoleh persetujuan dari pejabat yang
berwenang dan Direksi Pekerjaan. Setelah pekerjaan selesai, Pelaksana Pekerjaan
harus membersihkan dan mengembalikan kondisi tanah itu ke kondisi semula
sampai diterima oleh Direksi Pekerjaan dan pemilik tanah yang bersangkutan.
2) Peralatan Pelaksana Pekerjaan Lain Yang Lewat. Pelaksana Pekerjaan harus
melakukan semua pengaturan agar Pekerjaan yang sudah dilaksanakan dapat
dilewati dengan aman oleh Peralatan Konstruksi, bahan dan karyawan Pelaksana
Pekerjaan lain yang melaksanakan pekerjaan di dekat proyek. Untuk keperluan ini,
Pelaksana Pekerjaan dan Pelaksana Pekerjaan lain yang melaksanakan pekerjaan
di dekat proyek, harus menyerahkan suatu jadwal transportasi yang demikian
kepada Direksi Pekerjaan untuk mendapat persetujuannya, paling sedikit 15
(limabelas) hari sebelumnya.
3) Jalan Alih Sementara atau Detour. Jalan alih sementara atau detour harus
dibangun sebagaimana yang diperlukan untuk kondisi lalu lintas yang ada,
dengan memperhatikan ketentuan keselamatan dan kekuatan struktur. Semua
jalan alih yang demikian tidak boleh dibuka untuk lalu lintas umum sampai
alinyemen, pelaksanaan, drainase dan pemasangan rambu lalu lintas sementara
telah disetujui Direksi Pekerjaan. Selama digunakan untuk lalu lintas umum
Pelaksana Pekerjaan harus memelihara pekerjaan yang telah dilaksanakan,
drainase dan rambu lalu lintas sampai diterima oleh Direksi Pekerjaan.
4) Jalan Samping (ramp) Sementara untuk Lalu Lintas. Pelaksana Pekerjaan harus
membangun dan memelihara jembatan dan jalan samping sementara untuk jalan
masuk umum dari dan ke jalan raya pada semua tempat bilamana jalan masuk
tersebut sudah ada sebelum Pekerjaan dimulai dan pada tempat lainnya yang
diperlukan atau diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
J. Sistem K3
- Safety Plan
- Safety Morning.
Motor Grader
Dump Truk
Water Tank
Bolak - Balik
bertangga sehingga timbunan baru akan terkunci pada timbunan lama sedemikian sampai
diterima oleh Direksi Pekerjaan. Selanjutnya timbunan yang diperlebar harus dihampar
horizontal lapis demi lapis sampai dengan elevasi tanah dasar, yang kemudian harus ditutup
secepat mungkin dengan lapis pondasi bawah dan atas sampai elevasi permukaan jalan lama
sehingga bagian yang diperlebar dapat dimanfaatkan oleh lalu lintas secepat mungkin,
dengan demikian pembangunan dapat dilanjutkan ke sisi jalan lainnya bilamana diperlukan.
3) Pemadatan Timbunan
a) Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan, setiap lapis harus dipadatkan
dengan peralatan pemadat yang memadai dan disetujui Direksi Pekerjaan sampai mencapai
kepadatan yang disyaratkan
b) Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan hanya bilamana kadar air bahan berada
dalam rentang 3 % di bawah kadar air optimum sampai 1% di atas kadar air optimum. Kadar
air optimum harus didefinisikan sebagai kadar air pada kepadatan kering maksimum yang
diperoleh bilamana tanah dipadatkan sesuai dengan SNI 03-1742-1989.
c) Seluruh timbunan batu harus ditutup dengan satu lapisan atau lebih setebal 20 cm dari bahan
bergradasi menerus dan tidak mengandung batu yang lebih besar dari 5 cm serta mampu
mengisi rongga-rongga batu pada bagian atas timbunan batu tersebut. Lapis penutup ini
harus dilaksanakan sampai mencapai kepadatan timbunan tanah yang disyaratkan.
d) Setiap lapisan timbunan yang dihampar harus dipadatkan seperti yang disyaratkan, diuji
kepadatannya dan harus diterima oleh Direksi Pekerjaan sebelum lapisan berikutnya dihampar.
e) Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi luar dan bergerak menuju ke arah sumbu jalan
sedemikian rupa sehingga setiap ruas akan menerima jumlah usaha pemadatan yang sama.
Bilamana memungkinkan, lalu lintas alat-alat konstruksi dapat dilewatkan di atas pekerjaan
timbunan dan lajur yang dilewati harus terus menerus divariasi agar dapat menyebarkan
pengaruh usaha pemadatan dari lalu lintas tersebut.
f) Bilamana bahan timbunan dihampar pada kedua sisi pipa atau drainase beton atau struktur,
maka pelaksanaan harus dilakukan sedemikian rupa agar timbunan pada kedua sisi selalu
mempunyai elevasi yang hampir sama.
g) Bilamana bahan timbunan dapat ditempatkan hanya pada satu sisi abutment, tembok sayap,
pilar, tembok penahan atau tembok kepala gorong-gorong, maka tempat-tempat yang
bersebelahan dengan struktur tidak boleh dipadatkan secara berlebihan karena dapat
menyebabkan bergesernya struktur atau tekanan yang berlebihan pada struktur.
h) Terkecuali disetujui oleh Direksi Pekerjaan, timbunan yang bersebelahan dengan ujung
jembatan tidak boleh ditempatkan lebih tinggi dari dasar dinding belakang abutment sampai
struktur bangunan atas telah terpasang.
.
i) Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan pemadat mesin gilas, harus
dihampar dalam lapisan horizontal dengan tebal gembur tidak lebih dari 15 cm dan
dipadatkan dengan penumbuk loncat mekanis atau timbris (tamper) manual dengan berat
minimum 10 kg. Pemadatan di bawah maupun di tepi pipa harus mendapat perhatian khusus
untuk mencegah timbulnya ronggarongga dan untuk menjamin bahwa pipa terdukung
sepenuhnya.
j) Timbunan Pilihan di atas Tanah Rawa mulai dipadatkan pada batas permukaan air dimana
timbunan terendam, dengan peralatan yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
Pekerjaan ini dilakukan bersamaan dengan pekerjaan perkerasan berbutir dan
setelah pekerjaan perkerasan aspal selesai dikerjakan, penimbunan dilakukan dengan
borrow material , per lapisan dan dipadatkan sesuai yang disyaratkan.
Dalam proses pemadatan ini, yang perlu diperhatikan adalah kadar air sehingga
kepadatan tanah dapat dicapai pada kadar air yang optimum.
Urutan pelaksanaan :
Sesuai dengan urutan tahapan pekerjaan yang kami uraikan pada Ruang Lingkup Pekerjaan diatas,
dapat kami jelaskan metode pelaksanaan untuk Item-item pekerjaan pada Divisi pekerjaan ini,
sebagai berikut :
Lapis PondasiAgregat Kelas B
BAHAN
METODE PELAKSANAAN
2) Penghamparan
d) Tebal padat minimum untuk pelaksanaan setiap lapisan harus dua kali
ukuran terbesar agregat lapis pondasi. Tebal padat maksimum tidak
boleh melebihi 20 cm, kecuali diperintahkan lain oleh Direksi
Pekerjaan.
Dump Truk Motor Grader
3) Pemadatan
4) Pengujian
Sesuai dengan urutan tahapan pekerjaan yang kami uraikan pada Ruang Lingkup Pekerjaan
diatas, dapat kami jelaskan metode pelaksanaan untuk Item-item pekerjaan pada Divisi
pekerjaan ini, sebagai berikut :
Pekerjaan Lapis Resap Pengikat - Aspal Cair (Prime Coats) adalah pelaburan permukaan perkerasan
yang akan dilapisi perkerasan aspal baru dengan bahan perekat (prime coat) dengan tujuan agar
terjadi ikatan antara permukaan lapis pondasi aggregat atau perkerasan beton dengan lapis
permukaan baru . Tack Coats adalah adalah pelaburan permukaan perkerasan aspal perkerasan
beton dengan lapis permukaan baru (Laston Lapis Antara dan Laston Lapis Aus)
Produksi Agregat
Bahan baku batuan disaring terlebih dahulu untuk memisahkan batuan berukuran
kecil dengan yang berukuran besar. Batuan yang berukuran besar selanjutnya
masuk ke pemecah primer.
Metoda pemisahan ini (scalping ) dapat meningkatkan efisiensi alat pemecah batu
dan mengurangi kotoran dan lempung yang masuk ke unit pemecah batu.
Unit produksi agregat dapat diklasifikasikan berdasarkan urutan pemecahannya,
yaitu pemecah primer, sekunder, tersier dan seterusnya.
Pemecah primer langsung menerima bahan baku dari kuari dan kemudian
memperkecil ukuran bahan baku tersebut dengan cara dipecahkan. Hasil dari
pemecah primer masuk ke pemecah sekunder dan demikian seterusnya sampai
diperoleh ukuran butir yang disyaratkan.
Pada umumnya klasifikasi pemecah batu yang digunakan berdasarkan urutan
pemecahan tersebut adalah sebagai berikut :
1). Pemecah primer : digunakan pemecah batu jenis jaw, gyratory atau hammer mill
2). Pemecah sekunder : digunakan pemecah batu jenis konus, roll atau hammer mill
3). Pemecah tersier : digunakan pemecah batu jenis roll, rod mill atau ball mill.
Aspal/Bitumen
Aspal dan bitumen adalah dua kata yang mempunyai makna yang sama. Istilah aspal
umumnya digunakan di Amerika Serikat, sedangkan bitumen umumnya digunakan di
negara-negara Eropah terutama Inggris. Di Indonesia yang dimaksud dengan aspal adalah
sama dengan bitumen.
Aspal atau bitumen merupakan material yang berwarna hitam kecoklatan yang bersifat
viskoelastis sehingga akan melunak dan mencair bila mendapat cukup pemanasan dan
sebaliknya. Sifat viskoelastis inilah yang membuat aspal dapat menyelimuti dan menahan
agregat tetap pada tempatnya selama proses produksi dan masa pelayanannya. Pada
dasarnya aspal terbuat dari suatu rantai hidrokarbon yang disebut bitumen, oleh sebab itu
aspal sering disebut material berbituminous.
Umumnya aspal dihasilkan dari penyulingan minyak bumi, sehingga disebut aspal keras.
Tingkat pengontrolan yang dilakukan pada tahapan proses penyulingan akan menghasil-
kan aspal dengan sifat-sifat yang khusus yang cocok untuk pemakaian yang khusus pula,
seperti untuk pembuatan campuran beraspal, pelindung atap dan penggunaan khusus
lainnya.
Selain itu, aspal juga terdapat di alam secara alamiah, aspal ini disebut aspal alam.
Aspal modifikasi saat ini juga telah dikenal luas, aspal ini dibuat dengan menambahkan
bahan tambah ke dalam aspal yang bertujuan untuk memperbaiki atau memodifikasi sifat
rheologinya sehingga menghasilkan jenis aspal baru yang disebut aspal modifikasi.
6. Angularitas (kedalaman dari permukaan < 10 cm) DoT’s Pennsylvania Test 95/90
Angularitas (kedalaman dari permukaan ≥ 10 cm) Method, PTM No.621 80/75
1” 25 100 90 – 100
¾” 19 100 100 100 100 100 90 - 100 Maks.90
½” 12,5 90 - 100 90 - 100 90 - 100 Maks.90
3/8” 9,5 90 - 100 75 - 85 65 - 100 Maks.90
No.8 2,36 75 - 100 1 1 28 – 58 23 – 49 19 – 45
50 - 72 35 - 55
No.16 1,18
No.30 0,600 35 - 60 15 - 35
No.200 0,075 10 - 15 8 - 13 6 - 12 2-9 4 - 10 4-8 3–7
DAERAH LARANGAN
No.4 4,75 - - 39,5
No.8 2,36 39,1 34,6 26,8 - 30,8
No.16 1,18 25,6 - 31,6 22,3 - 28,3 18,1 - 24,1
No.30 0,600 19,1 - 23,1 16,7 - 20,7 13,6 - 17,6
No.50 0,300 15,5 13,7 11,4
2. Untuk AC, digunakan titik kontrol gradasi agregat, berfungsi sebagai batas-batas rentang utama yang
harus ditempati oleh gradasi-gradasi tersebut. Batas-batas gradasi ditentukan pada ayakan ukuran
nominal maksimum, ayakan menengah (2,36 mm) dan ayakan terkecil (0,075 mm).
METODE PELAKSANAAN
Sebagai acuan untuk memperoleh gradasi senjang (gap graded) bagi jenis Lataston, dapat
digunakan contoh tabel 7.b. berikut ini :
% lolos No.8 40 50 60 70
Pendahuluan
Pelaksanaan pekerjaan campuran beraspal panas yang dimaksud dalam modul ini adalah
mencakup pelaksanaan pembuatan atau produksi campuran beraspal panas yang
dilaksanakan di Instalasi/Unit Pencampur Aspal (UPA) atau Asphalt Mixing Plant (AMP)
setelah didapatkan dan disetujui Formula Campuran Kerja/FCK atau Job Mix (pembuatan
FCK diuraikan pada Modul Perencanaan Pekerjaan Campuran Beraspal Panas), kemudian
pelaksanaan pengangkutan campuran dari UPA/AMP ke lapangan, dilanjutkan
pelaksanaan penghamparan campuran dan pemadatannya di lapangan.
FCK dapat diterima apabila telah dilakukan uji pencampuran (trial mix) dan uji pemadatan
(trial compaction), maka untuk keperluan tersebut peralatan unit pencampur aspal (UPA)
atau AMP dan peralatan lapangan seperti peralatan pengangkutan, penghamparan, serta
pemadatan telah memenuhi persyaratan dari spesifikasi.
UPA atau AMP harus dirancang, dikoordinasikan serta dioperasikan sedemikian hingga
dapat menghasilkan campuran dalam rentang toleransi perbandingan campuran, juga
harus memiliki kapasitas yang cukup untuk memasok mesin penghampar ( finisher) secara
terus menerus bilamana menghampar campuran pada kecepatan normal dengan
menghasilkan ketebalan hamparan campuran yang dikehendaki. dimana bila salah satu
sistem rusak atau tidak berfungsi, maka UPA atau AMP ini tidak boleh dioperasikan sebelum
diperbaiki. Instalasi pencampur aspal dipasang di lokasi yang jauh dari pemukiman,
sehingga tidak mengganggu ataupun protes dari penduduk di sekitarnya.
Pengangkutan campuran dilakukan dengan menggunakan truk pengangkut, dimana truk
pengangkut yang digunakan mempunyai bak terbuat dari logam yang rapat, bersih, dan
rata, serta dengan jumlah yang cukup dan dikelola sedemikian hingga peralatan
penghamparan dapat beroperasi tanpa berhenti dengan kecepatan yang disetujui.
Penghamparan campuran beraspal panas dilakukan dengan alat penghampar mekanis
bermesin sendiri yang dilengkapi dengan perangkat kemudi, bak penampung ( hopper),
pengaduk dan pembagi (auger), dan perangkat lainnya, yang mampu menghampar dan
membentuk campuran beraspal sesuai mengukuti garis, kelandaian serta penampang
melintang yang ditentukan.
Penghamparan yang tidak baik dapat menyebabkan tekstur permukaan buruk, kerataan
tidak baik, dan ketebalan lapisan tidak sesuai dengan yang ditentukan.
Pemadatan dilakukan dengan alat pemadat roda baja (steel wheel roller) dan alat
pemadat roda karet (Tire roller pneumatic), dengan tahapan dan komposisi tertentu.
Pemadatan yang tidak memenuhi persyaratan dapat menyebabkan kepadatan campuran
beraspal tidak merata, campuran beraspal mudah retak karena kurang padat, dan
sambungan melintang atau memanjang tidak rata. Kesemuanya itu akhirnya akan
mempengaruhi kinerja campuran beraspal yang dihasilkan, baik dari segi umur pelayanan
maupun dari segi kenyamanan dan keamanan.
Dalam pekerjaan campuran beraspal panas, penghamparan dan pemadatan merupakan
salah satu langkah pekerjaan yang memegang peranan penting dan menentukan.
Untuk mencapai hasil pekerjaan penghamparan dan pemadatan yang memenuhi
persyaratan perlu dipahami teknologi mengenai penghamparan dan pemadatan
campuran beraspal.
METODE PELAKSANAAN
Tahapan pelaksanaan pekerjaan campuran beraspal panas, diperlihatkan pada bagan alir
sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1. berikut ini :
Mulai
Kegiatan :
Permintaan untuk
mulai melakukan
pekerjaan (request)
Periksa 1
Periksa tidak
1 - FCK / JMF telah disetujui (lihat
Modul Perencanaan Pekerjaan
Campuran Beraspal Pnas)
- peralatan baik dan laik pakai
Pengendalian (AMP, alat peng-hampar dan
Batasan cuaca (2) Kesiapan permukaan jalan (3)
lalu-lintas (4) alat pemadat)
- bahan tersedia dalam jumlah
cukup dan telah memenuhi
syarat
Kegiatan 2
Pencampuran (5)
- tidak diperkenankan bekerja
Penghamparan (6)
pada saat turun hujan
Pemadatan (7)
Kegiatan 3
Periksa Periksa 4
Perbaikan (9) tidak
8
- pengatur dan pengaman lalu-
Ya lintas telah siap
Kegiatan 5
Pengukuran,
pembayaran - lihat Pasal 4.2.
Pemeliharaan Kegiatan 6
rutin
Kegiatan 7
g. Pencampur
Persiapan yang dilakukan pada bagian ini adalah :
Pastikan kondisi temperatur aspal berfungsi dengan baik dan sudah dikalibrasi (pada
tangki aspal)
Pastikan kondisi pedal alat pencampur dalam keadaan baik, termasuk jarak terdekat
pedal ke dinding alat pencampur memenuhi syarat.
Pastikan kondisi bukaan atau tutup alat pencampur tidak ada kebocoran.
h. Penyimpanan Bahan Pengisi
Persiapan yang dilakukan pada bagian ini adalah :
Pastikan tempat penyimpanan bahan pengisi ( filler) bebas dari pengaruh air.
Pastikan sistim pemasok bahan pengisi berfungsi dengan baik.
i. Tangki Aspal
Persiapan yang dilakukan pada bagian ini adalah :
Pastikan tangki aspal harus cukup besar sehingga dapat menampung aspal yang
memenuhi kebutuhan aspal saat AMP dioperasikan, dan aspal yang terdapat di
dalamnya dapat dengan mudah terlihat.
Pastikan setiap tangki harus dilengkapi dengan sebuah alat sensor thermometrik
yang telah dikalibrasi sehingga temperatur aspal dari tiap tangki akan terkontrol.
j. Sistim Kontrol Operasi
Persiapan yang dilakukan pada bagian ini adalah :
Pastikan kondisi dari ruang sistim kontrol, distribution board, dan panel pengontrol
berfungsi dengan baik
Pastikan kondisi dari sistim kontrol kompresor, selinder udara, filter udara, pelumas
berfungsi dengan baik
Pastikan penentuan waktu untuk pengendalian lamanya waktu pencampuran pada
alat pencampur berfungsi dengan baik.
k. Generator Set
Persiapan yang dilakukan pada bagian ini adalah :
Pastikan kondisi dan fungsi kerja dari generator bekerja dengan baik
Pastikan kapasitas (KVA) sesuai, bahan bakar tersedia cukup, sistim kabel benar
l. Kalibrasi Alat
Untuk menjamin keakuratan dari peralatan pada AMP, sebelum dioperasikan, diperlukan
kalibrasi semua komponen peralatan secara berkala, umumnya kalibrasi dilakukan
terhadap :
Campuran aspal tidak boleh diproduksi bilamana tidak cukup tersedia peralatan pengangkutan,
penghamparan atau pembentukan, atau pekerja, yang dapat menjamin kemajuan pekerjaan
dengan tingkat kecepatan minimum 60 % kapasitas instalasi pencampuran.
Proses pelaksanaan produksi campuran beraspal panas dengan menggunakan AMP
jenis takaran, sebagaimana diperlihatkan dengan bagan alir pada Gambar 22.
atau diilustrasi-kan dengan Gambar 23.
Dengan tahapan sesuai dengan nomor urut yang tertera pada Gambar 24.,
sebagai berikut :
Penyimpan
Aspal Panaskan Timbangan
aspal panas
keras
Penyimpan
Timbangan
Bahan
Pengeringan
filler
Penyimpan
Timbangan
agregat panas Timbangan
[1], [2], [3], [4]
Timbunan agregat
(1). Tahap pertama adalah agregat dari tempat penimbunan dimasukan kedalam bin
dingin dengan menggunakan loader.
Gunakan loader yang mempunyai bak yang lebih kecil dari mulut pemisah masing-
masing bin, agar gregat-agregat tersebut harus terpisah satu sama lain, yaitu untuk
menjaga keaslian gradasi dari masing-masing bin sesuai dengan rencana gradasi
pada FCK. Jika alat pemisah antar bin tidak ada maka pengisian masing-masing bin
tidak boleh berlebih yang dapat berakibat tercampurnya agregat.
(2). Kemudian agregat dari dari masing-masing bak penampung dikeluarkan melalui pintu
bukaan yang dapat diatur sesuai dengan gradasi pada FCK
Kesinambungan aliran material dari bin dingin ini sangat berpengaruh terhadap
produksi campuran beraspal, salah satu penyimpangan yang sering terjadi pada bin
dingin adalah tidak dipasangnya pembatas antara mulut pasokan agregat pada bin
dingin sehingga agregat dari bin dingin yang satu bercampur dengan agregat dari bin
dingin lainnya.
Tidak berfungsinya ban berjalan atau penggetar akan menyebabkan kelancaran
pasokan ageregat terganggu, maka akan terjadi kesulitan pengaturan di bin panas.
(3). Agregat dialirkan sesuai proporsi dari masing-masing bagian bin dingin melalui mang-
kok elevator dingin (cold elevator/conveyor) masuk ke tempat pengering (dryer).
Elevator dingin merupakan bagian dari sistim pemasok agregat dingin, yaitu tahapan
aliran agregat dari bin dingin yang dipasang empat atau lebih bin dingin, melalui
bukaan atau pintu pada bin dingin yang dapat diatur, diangkut melalui ban berjalan
(belt conveyor) dan diteruskan menggunakan elevator dingin (cold elevator) menuju
ke drum pengering ( dryer).
(4). Pengeringan agregat dilakukan agar pencampuran dan pengikatan agregat oleh as-
pal dapat berlangsung dengan baik. Alat pengering berputar mengeringkan dan
memanaskan agregat yang ada di dalamnya.
(5). dan (6). Debu atau gas buang yang dihasilkan/keluar dari atau akibat pemanasan
dikumpulkan dengan alat pengumpul debu (dust collector) di tempat tertentu untuk
dipergunakan secukupnya atau dibuang melalui cerobong pembuangan (exhaust
stack).
(7). Agregat yang telah dikeringkan dan dipanaskan diangkut dengan mangkok elevator
panas ( hot elevator bucket) melalui pintu pengeluar yang terdapat pada ujung alat
pengering.
(8). Agregat yang diangkut dari elevator panas kemudian disaring dengan susunan unit
ayakan panas (hot screening unit) dan dipisahkan dalam beberapa ukuran yang
selanjutnya dikirim ke bin panas, agregat yang terlalu besar dan yang melebihi
kapasitas dibuang.
(9). Agregat panas yang lolos saringan ditempatkan sesuai ukurannya didalam masing-
masing bagian bin panas (hot bin)
Jika agregat halus masih menyisakan kadar air (pengering kurang baik) setelah
pemanasan, maka agregat yang sangat halus (debu) akan menempel dan
menggumpal pada dingding bin panas dan akan jatuh setelah cukup berat. Hal
tersebut dapat menyebabkan perubahan gradasi agregat, yaitu penambahan
material yang lolos saringan No. 200.
(10). Agregat ditimbang melalui kotak penimbang sesuai dengan komposisi yang direnca-
nakan dalam FCK,
Hasil penimbangan dari agregat langsung ditransmisikan oleh mekanisma timbangan
pada skala penunjuk tanpa pegas, sehingga berat agregat tiap bin serta jumlah tiap
takaran dapat dibaca.
(11). Setelah agregat ditimbang, kemudian bahan pengisi (bila diperlukan) juga ditimbang
yang diambil dari tempat penyimpanan bahan pengisi (mineral filler sterage) (12),
dan juga aspal yang telah berbentuk cair setelah dipanaskan dalam tangki aspal
(hot asphalt storage) (13) yang dialirkan melalui pipa pemasok untuk ditimbang
beratnya sesuai yang direncanakan (asphalt weight bucket) (14), maka selanjutnya
bahan-bahan tersebut dimasukan kedalam tempat pencampur ( mixer atau pugmill)
untuk dicampur. Waktu pencampuran harus sesingkat mungkin untuk mencegah
oksidasi yang berlebih namun harus diperoleh penyelimutan yang seragam pada
semua butir agregat.
METODE PELAKSANAAN
Pengangkutan Campuran
Campuran beraspal panas diangkut ke lokasi penghamparan menggunakan truk (dump
truck). Truk pengangkut campuran harus diperiksa dengan hati-hati sebelum digunakan.
Penggunaan pelapis bak dari bahan minyak, misalnya oli atau solar yang dimaksudkan agar
campuran beraspal tidak melekat pada bak truk, harus dihindari. Solar atau oli dapat
mengakibatkan efek negatif pada campuran beraspal apalagi jika berlebih.
Untuk ketelitian pemeriksaan campuran, truk yang telah dimuati campuran pastikan sudah
ditimbang terlebih dahulu. Jumlah campuran yang diangkut dari unit pencampur ke lokasi
penghamparan umumnya ditentukan dengan cara :
Penimbangan berat truk yang telah dimuati dengan timbangan berskala, atau
Menggunakan sistim pencatatan berdasarkan catatan berat campuran beraspal pada
AMP
Untuk keakuratan penimbangan, skala-skala pastikan sudah diperiksa secara berkala dan
telah dikalibrasi.
Campuran hanya bisa dihampar bila permukaan yang telah disiapkan dalam keadaan
kering dan tidak turun hujan (kondisi cuaca yang diijinkan).
Kinerja campuran beraspal panas yang akan dipasang dipengaruhi oleh kondisi perkerasan
di bawahnya. Kerusakan pada lapis perkerasan di bawahnya dapat menyebabkan
kerusakan campuran beraspal yang baru, meskipun campuran tersebut dalam berbagai
segi telah memenuhi persyaratan.
Penghamparan di atas lapis pondasi agregat harus memperhatikan kesiapan permukaan
seperti kepadatan, kerataan, tekstur, kadar air permukaan dan lainnya.
Sementara untuk penghamparan di atas lapisan beraspal, pastikan kerusakan-kerusakan
yang terjadi, seperti : retak, alur, dan lainnya sudah diperbaiki terlebih dahulu.
Dengan demikian sebelum penghamparan pastikan sudah dilakukan pemasangan lapis
resap pengikat ( prime coats) atau lapis perekat (tack coats) pada permukaan perkerasan
yang telah siap sesuai kualitas dan kuantitas seperti yang disyaratkan.
Permukaan bebas dari kotoran seperti tanah lempung, debu, plastik , dan lain-lain.
Untuk menjamin keseragaman kekuatan lapis pondasi agregat, perlu dilakukan uji
kekuatan (proof rolling). Metodanya adalah dengan melewatkan kendaraan truk
yang bermuatan sekitar 8 ton secara perlahan-lahan dengan kecepatan setara
dengan kecepatan berjalan kaki ( 5 km/h). Perhatikan perkerasan di bawah roda
belakang, apabila terlihat lendutan saat roda belakang lewat, maka pada lokasi
atau segmen tersebut harus sudah dilakukan perbaikan.
Tahap berikutnya adalah pemasangan lapis resap pengikat ( prime coats), tetapi
sebelumnya permukaan lapis pondasi harus sudah dibersihkan terlebih dahulu dengan
compressor udara atau sikat mekanis.
Untuk memperoleh hasil yang merata sebaiknya pemasangan lapis resap pengikat dan
lapis perekat menggunakan asphalt distributor-batang penyemprot atau penyemprot
tangan (hand sprayer).
Aspal distributor adalah truk yang dilengkapi dengan tangki aspal, pompa, dan batang
penyemprot. Tipikal aspal distributor diperlihatkan pada Gambar 25. Umumnya truk
dilengkapi juga dengan pemanas untuk menjaga temperatur aspal, dan juga penyemprot
tangan.
METODE PELAKSANAAN
Ketinggian batang penyemprot diatur sedemikian rupa disesuaikan dengan jarak nosel,
agar diperoleh penyemprotan yang tumpang tindih (overlap) 2 atau 3 kali. Penyemprotan
yang tumpang tindih ( overlap), yang diilustrasikan pada Gambar 26.
Lapis resap pengikat dan lapis perekat harus dipanaskan pada temperatur yang sesuai
sehingga viskositas/kekentalan aspal yang dihasilkan dapat memberikan hasil penyem-
protan yang merata (lihat tabel 5.)
Operator
screed
Truk pengangkut yang akan Roda dorong Ulir pembagi Pelat sepatu
Penyalur
didorong selama proses peng- (augers) (Pelat screed)
Secara garis besar bagian utama dari finisher terdiri dari : unit traktor ( tracktor) dan unit
sepatu (screed).
(a)
(b)
W
H P
sudut gesek
V
W : Berat unit sepatu (screed)
P : Gaya tarik (alat finisher bergerak maju)
V : Tahanan gesek arah vertikal
H : Tahanan gesek arah horisontal
Gambar 30. Skema unit sepatu (screed) pada alat penghampar dan
Gaya-gaya yang bekerja pada pelat sepatu (screed)
Seperti diperlihatkan pada Gambar skema tersebut diatas, yaitu posisi dimana pelat
screed menggantung dan berfungsi seperti setrika seirama dengan pergerakan alat
penghampar ke depan. Dengan prinsip seperti itu maka sudut yang dibentuk antara
pelat screed dengan bidang horisontal (angle of attack) dapat berubah sesuai
perubahan keseimbangan gaya-gaya yang bekerja
Gaya-gaya yang bekerja akan selalu dalam kondisi keseimbangan (equilibrium). Gaya-
gaya tersebut adalah, gaya tarik ke depan (P), gaya berat sendiri screed dan
lengannya (W), dan gaya tahanan gesek campuran beraspal arah vertikal dan
horisontal (V dan H), seperti diperlihatkan pada Gambar 30.(b).
Gaya tahanan campuran ditentukan oleh sudut yang dibentuk oleh pelat screed
dengan bidang horisontal (sudut gesek). Jika terjadi perubahan salah satu gaya maka
METODE PELAKSANAAN
akan terjadi perubahan sudut pelat screed untuk mengimbanginya, sampai tercapai
kondisi keseimbangan (equilibrium). Perubahan sudut tersebut dimungkinkan karena,
prinsip screed yang menggambang/menggantung.
Perubahan keseimbangan dapat terjadi karena beberapa faktor, seperti misalnya jika
terjadi perubahan kecepatan atau perubahan kuantitas campuran beraspal yang
masuk ke pelat screed, dan perubahan temperatur campuran beraspal. Keseimbangan
akan tercapai kembali kira-kira setelah alat penghampar bergerak sejauh 5 kali
panjang lengan penarik.
2). Sebagai pra-pemadatan,
Proses berikutnya pada unit sepatu (screed unit ) adalah memberikan pemadatan awal
(pra-pemadatan) dengan pemadat jenis pemadat tumbuk (tamping bars-type) atau
dengan jenis pemadat getar (vibrating type).
(1). Pra-pemadatan dengan jenis Pemadat Tumbuk (Tamping Bars type)
Jenis ini memadatkan campuran ber-aspal
dengan cara seperti menumbuk dan
memposisikan material di bawah pelat
screed, sesuai dengan ketebalan yang Penumbuk
diinginkan. (lihat Gambar 31.)
Bagian yang penting dari jenis pemadat ini
adalah tinggi jatuh penumbuk dan
perbedaan elevasi antara penumbuk dengan
pelat screed. Tinggi jatuh penumbuk kira-kira
3,2 mm (1/8 inci) dan melewati elevasi pelat
screed kira-kira 0,4 mm (1/64 inci) lebih Gambar 31. Skema jenis pemadat
kebawah. tumbuk (tamping bar type)
Bagian-bagian lainnya yang mendukung operasi penghamparan dalam unit screed, adalah
sebagai berikut :
Pemotong screed (Screed strike-offs),
Pemanas Screed (Screed heaters),
Pelengkap Screed (Screed Accessories) umumnya terdiri dari tiga, yaitu pemanjang screed
(screed extensions), sepatu pemotong (cut-off shoes), dan pelat slope ( slope plates).
METODE PELAKSANAAN
Pelaksanaan Penghamparan
Setelah permukaan perkerasan siap, maka langkah selanjutnya adalah penghamparan
campuran beraspal.
Pelaksanaan pada penghamparan campuran beraspal, dengan tahapan sebagai berikut :
3). Jumlah campuran beraspal di dalam hopper diusahakan selalu memenuhi conveyor de-
ngan tinggi menutupi pintu masukan penampung (hopper gate).
Jumlah yang kurang dapat menyebabkan keseragaman tekstur permukaan menjadi
buruk, karena adanya segregasi.
Pelaksanaan Pemadatan
Pemadatan dilakukan untuk mendapatkan kerataan dan kepadatan yang diinginkan, untuk
mencapai kepadatan yang disyaratkan pengaruh temperatur sangat penting. Jika tempe-
ratur campuran beraspal dibiarkan dingin sampai di bawah temperatur pemadatan yang
disyaratkan, maka tidak akan tercapai kepadatan dan kerataan. Karena pentingnya
pengaruh temperatur tersebut, maka jika penghamparan dilakukan pada campuran yang
telah dingin (temperaturnya di bawah persyaratan), campuran tersebut harus dibuang.
Derajat kepadatan yang dicapai campuran beraspal sangat bergantung pada usaha
pemadatan yang dilakukan.
Untuk setiap jenis alat pemadat, jumlah lintasan yang dibutuhkan tergantung pada tipe dan
berat alat pemadat, material yang digunakan dan ketebalan lapisan.
Jumlah lintasan tersebut ditentukan melalui hasil percobaan penghamparan dengan
menggunakan paling sedikit 50 ton campuran beraspal.
METODE PELAKSANAAN
Sesuai dengan urutan tahapan pekerjaan yang kami uraikan pada Ruang Lingkup Pekerjaan
diatas, dapat kami jelaskan metode pelaksanaan untuk Item-item pekerjaan pada Divisi
pekerjaan ini, sebagai berikut :
Pemborong akan membuat laporan tertulis atas data-data kualitas yang dibuat. Laporan tersebut akan dilengkapi
dengan nilai karakteristik beton tersebut dan akan disetujui oleh Direksi/Konsultan Pengawas. Laporan tersebut akan
disertai sertifikat dari laboratorium dan akan dibuat rangkap 5 (lima).
Selama pelaksanaan akan ada pengujian slump, minimal 5 Cm dan maksimal 12 Cm. Cara pengujian slump adalah
sebagai berikut : Contoh beton diambil tepat sebelum dituangkan ke dalam cetakan beton (bekisting). Cetakan beton
dibawahkan dan ditempatkan di atas kayu yang rata atau pelat beton. Cetakan diisi sampai kurang lebih sepertiganya.
Kemudian adukan tersebut diitusuk-tusuk 25 kali dengan besi 15 mm panjang 30 Cm dengan ujung yanng bulat
(seperti peluru). Pengisian dilakukan dengan cara serupa untuk dua lapisan berikutnya. Setiap lapisan ditusuk-tusuk
25 kali dan setiap tusukan akan yang dibawahnya setelah atasnya diratakan, segera cetakan diangkat perlahan-lahan
dana diukur penurunannya (nilai slumpnya).Jumlah semen minimal 336 Kg per m3 beton
Jika dianggap perlu, maka digunakan juga pembuatan kubus percobaan untuk umur 3, 7, 14, 21, 28 hari dengan
ketentuan bahwa hasilnya tidak boleh kurang dari prosentase kekuatan yang diminta pada 28 hari, untuk lebih
jelasnya lihat tabel 4.1.4 PBI-1971. Angka kekuatan yang diminta, maka akan dilakukan pengujian beton setempat
dengan cara-cara seperti yang ditentukan dalam PBI-1971.
Pengadukan beton dalam mixer tidak boleh kurang dari 75 detik terhitung setelah seluruh adukan masuk ke dalam
mixer.
Penyampaian beton (adukan) dari mixer ketempat pengecoran akan dilakukan dengan cara yang tidak berakibat
terjadinya pemisahan komponen-komponen beton.
Akan digunakan vibrator untuk pemadatan beton.
Minimal 2 (dua) hari sebelum pengecoran dilakukan Pemborong akan memberitahukan kepada Direksi/Konsultan
Pengawas dan pengecoran baru dapat dilakukan setelah mendapat izin tertulis dari Direksi/Konsultan Pengawas.
Sebelum memberikan persetujuan pengecoran Direksi/Konsultan Pengawas akan memeriksa pembesian yag
terpasang pada daerah yang akan di cor.
Diluar uraian diatas untuk pekerjaan yang memerlukan penggunaan beton bukan sebagai struktur utama (misalnya :
beton rabat) dapat dipakai campuran adukan 1 PC : 3 Psr : 5 Kr yang dicetak dan dicor berdasar ketentuan PUBB
(NI.3-1957) dan PBI (NI.2-1971).
Pada bagian-bagian konstruksi dimana akan bekerja beban-beban yang lebih besar dari beton rencana atau terjadi
keadaan yang lebih membahayakan dari yang diperhitungkan, acuan/bekisting dari bagian konstruksi tersebut tidak
dapat dibongkar selama keadaan tersebut terus berlangsung.
Acuan/Bekisting balok dapat dibongkar setelah dari semua kolom-kolom penunjangnya telah dibongkar
cetakannya dan dari penglihatan ternyata baik hasil pengecorannya.
Dalam hal dimana berdasarka pengalaman pemborongan atau pendapatnya terdapat kekeliruan atau
kekurangan atau perlu penyempurnaan pembesian yag ada, maka :
Pemborong dapat menambahkan ekstra besi dengan tidak mengurangi pembesian yag tertera dalam
Gambar Kerja. Secepatnya hal ini diberitahukan pada perencanaan konstruksi untuk informasi.
Jika hal tersebut diatas akan dimintakan oleh Pemborong sebagai pekerjaan lebih, maka penambahan
tersebut hanya dapat dilakukan setelah ada persetujuan tertulis dari perencanaan kostruksi.
Jika diusulkan perubahan dari jalan/arah pembesian maka perubahan tersebut hanya dapat dilakukan degan
persetujuan tertulis dari perencanaan konstruksi.
Jika pemborong tidak berhasil mendapatkan diameter besi yanng sesuai dengan yang ditetapkan dalam Gambar
Kerja, maka dapat dilakukan penukaran diameter besi dengan diameter yang terdekat dengan catatan akan ada
persetujuan tertulis dari Direksi/ Konsultan Pengawas.
Jumlah besi persatuan panjang atau jumlah besi ditempat tersebut tidak boleh kurang dari yang tertera dalam
Gambar Kerja (dalam hal ini yang dimaksudkan adalah jumlah luas).
Pergantian tersebut boleh mengakibatkan keruwetan pembesian ditempat tersebut atau didaerah overlapping
yang dapat menyulitkan pembetonan atau penyampaian pengetar.
3. Pasangan Batu
Pekerjaan pasangan batu kali yang kami laksanakan menggunakan peralatan Pengaduk Beton yakni Mollen
yang biasa digunakan. Campuran yang di syaratkan adalah 1 : 4 yang berarti tiap M³ pasangan batu
membutuhkan jumlah semen 3,26 zak dan 0,522 M³ pasir pasang. Kedua bahan tersebut diaduk dan diberi
campuran air secukupnya dan diletakkan antara sisi-sisi batu kali yang satu dan yang lainnya yang merupakan
sebagai perekat batu sehingga batu-batu tersebut terikat monolit satu dan lainnya menjadi kokoh yang bentuk
dan tampangnya sesuai dengan gambar rencana yang dibentuk dengan mengunakan profil-profil yang telah
diukur terhadap bentuk dan elevasi yang direncanakan. Batu kali yang digunakan akan kami bersihkan terlebih
dahulu dengan menyiram air agar betul-betul bersih dari segala kotoran Lumpur, dengan diameter batu yang
digunakan berkisar antara diameter 25 s/d 40 cm
PROGRAM K3
Untuk keselamatan kerja seluruh staf dan pekerja yang terlibat dalam kegiatan proyek akan
dibentuk unit K3 yang akan membuat program seperti tersebut di atas dan akan diawasi.
Dalam menanggulangi hal-hal yang mungkin akan terjadi, maka unit K-3 akan bekerja sama
dengan Puskesmas, Klinik, Rumah sakit, maupun instansi-instansi lain yang terkait.
Tenaga Kerja
Personel yang terpilih yang berpengalaman dalam proyek sejenis akan ditempatkan sebagai
personel inti dalam organisasi proyek.
Tenaga Kerja terampil akan dipilih dan didatangkan dari luar dan dari daerah setempat.
Tenaga kerja yang digunakan dalam penanganan proyek ini terdiri atas,
PENGENDALIAN KUALITAS
(QUALITY CONTROL)
Untuk menjamin agar diperoleh hasil kerja yang baik sesuai dengan mutu yang disyaratkan,
perlu dilakukan pengendalian mutu (quality control) terhadap pelaksanaan pekerjaan yang
antara lain mengontrol,
Melakukan pemeriksaan secara teratur, baik terhadap bahan-bahan yang digunakan dalam
pelaksanaan pekerjaan, maupun terhadap cara pelaksanaan pekerjaan sendiri. Meskipun
untuk hal-hal tersebut di atas sudah ada penanggungjawabnya langsung, kiranya perlu
METODE PELAKSANAAN
ditunjuk petugas khusus quality control yang dikoordinasikan oleh bagian Teknik dan
melakukan proses Quality Control.
Manajemen mutu di proyek akan melaksanakan semua kegiatan sistematik dan terencana
yang diterapkan sebagai bagian dari sistem mutu perusahaan untuk menjamin bahwa
proses pelaksanaan di proyek secara terkendali dan konsisten dapat mencapai semua
sasaran dan persyaratan mutu yang diminta dalam gambar-gambar pelaksanaan dan
spesifikasi pekerjaan pengendalian mutu di pelaksanaan akan dapat dijalankan dengan baik
dengan adanya:
PENUTUP
Demikian metode pelaksanaan secara garis besarnya, metode pelaksanaan yang lebih detail
akan dibuat pada saat pelaksanaan nanti.
Tentu saja di dalam pelaksanaannya nanti dapat timbul alternatif – alternatif lain yang
mungkin lebih efisien dan efektif.
Mudah-mudahan uraian ini dapat memberikan gambaran yang cukup jelas tentang langkah-
langkah yang akan dilakukan dalam pelaksanaan proyek ini.
AFIFUDDIN AHMAD,SE
Direktur
Galian Struktur
Pekerjaan galian tanah pada proyek ini meliputi galian untuk pekerjaan pondasi abutmen. Galian dilakukan dengan langkah-langkah
yang sedemikian rupa, sehingga tidak terjadi kerusakan ekologi tanah setempat, dan perlu diperhatikan dari segi Kesehatan dan
Keselamatan Kerja., serta dijaga terhadap dampak lingkungan (Environmental Aspect) pada saat pelaksanaan galian dan transportasi
pembuangan tanah ke disposal area.
b. Metode kerja.
Pekejaan galian dilaksanakan secara open cut. Surveyor akan memberikan patok-patok panduan serta berapa kedalaman galian yang
harus dicapai. Excavator melakukan penggalian sesuai dengan urutan dan panduan dari Surveyor dan diawasi oleh Pelaksana dan
Pengawas. Material hasil galian sebagian ditempatkan/distok disamping galian untuk timbunan kembali, jarak penempatan hasil
galian untuk timbunan harus aman, tidak akan terjadi longsor dan masuk kedalam lubang galian. Hasil galian yang berlebih, atau
yang tidak dapat dipakai untuk timbunan kembali dimuat langsung ke Dumptruk untuk dibuang ke Disposal area. Bak dumptruck
harus ditutupi dengan terpal/plastik agar tanah yang dibawa tidak berceceran. Kesemuanya ini dimaksudkan untuk mencegah
terjadinya dampak lingkungan yang dapat ditimbulkan akibat aktifitas pekerjaan Galian. Lobang galian yang telah selesai digali
dengan alat berat, dilakukan perapihan dengan tenaga manusia, untuk persiapan pekerjaan selanjutnya.
Pekerjaan galian struktur direncanakan siap dikerjakan dalam waktu empat minggu
Excavator
Excavator
Ilustrasi Pekerjaan Timbunan
Dihampar dengan Dozer lapis demi Tanah dari luar ditansport dengan
Pemadatan dgn Vibro Compactor lapis demi lapis lapis (maks. 35 cm atau sesuai Dump truck dan dituang
sampai diperoleh kepadatan sesuai Spec. spec.
PEKERJAAN STRUKTUR
Beton
Pekerjaan beton terdiri dari Beton K300, Beton K250, Beton cyclope K175 dan K 125. Beton dicampur dengan menggunakan
Concrete Mixer dengan campuran Semen, Agregat Kasar, Pasir dan Air sesuai dengan Job Mix yang telah disediakan terlebih dahulu.
Air yang sesuai dengan spesifikasi dibawa dengan menggunakan Water Tanker kelokasi pekerjaan, sedangkan material semen dan
lain-lainnya dibawa dengan Dump Truck. Sebelum dilakukan pengecoran terlebih dahulu dipasang Bekesting/mal sesuai dengan
dimensi/ukuran pada gambar rencana. Padan waktu pengecoran dilakukan, beton digetarkan dengan Concrete Vibratory agar
porinya saling mengisi dan karakteristik/ mutu beton sesuai dengan yang diinginkan.
Setelah pemasangan bekisting selesai, diperiksa bentuk, ukuran dan stabilitasnya oleh Direksi.
Selanjutnya dilakukan pengecoran dengan peralatan :
a. Beton Molen : 4 unit
b. Concrete Vibrator : 4 unit
c. Kereta Sorong : 4 unit
d. Alat bantu dan pekerja : 1 ls
e. Peralatan Laboratorium dan Slump Test : 1 ls
Saat pengecoran diambil contoh hasil pengecoran, yang diuji sesudah 3 hari, 7 hari, 14 hari dan 28 hari.
Baja beton adalah bagian dari pekerjaan beton.struktur. Sebelum belum beton struktur dicor terlebih dahulu dipasang baja tulangan
yang sudah dirangkai/rakit dengan ukuran dan bentuk yang telah ditentukan. Baja tulangan dipotong menurut ukuran yang
dibutuhkan, lalu dibengkokkan sesuai gambar dan kemudian dirakit serta diikat dengan kawat beton hingga menyatu dan kuat.
Perakitan dilakukan pada acuan/mal yang sudah disediakan dan sebagian dikerjakan diluar mal dengan menggunakan alat bantu,
seperti Tang, Kakaktua, Pemotong Besi/Gergaji Besi, Alat Pembengkok dan lain-lain. Setelah semua terpasang dengan rapi dan spasi
beton (dengan mamasang beton tahu yang sudah dibuat terlebih dahulu) pengecoran baru dapat dilakukan
ABUTMENT
Sumuran
Setelah Penggalian, Sumuran diisi dengan beton tulangan setelah itu pengecoran Lantai Kerja
Pembesian Footing
Sumuran
Bekisting/Formwork
MOLEN
STRUKTUR
Pekerjaan ini mencakup seluruh pelaksanaan struktur beton yang dikerjakan
dengan menggunakan concret mixer, concrete vibrator, tenaga manusia dan alat
bantu lainnya yang diperlukan. Untuk tulangan dirangkai/dibuat dengan cara
manual atau dengan menggunakan tenaga manusia. Sedangkan untuk Pasangan
Batu dan Bronjong dilakukan dengan menggunakan alat manual dan tenaga
manusia. Sebelum dilaksanakan pekerjaan ini, lokasi harus sudah disiapkan
dengan memasang patok/bouplank agar pasangan menjadi tepat ukuran dan
keindahan terpenuhi.
Pembesian Footing
Pengecoran MOLEN
Pembongkaran bekisting
Excavator
Dump Truck