SKRIPSI
Oleh :
RADO MARTIN SITOPU
NIM. 131000767
Oleh :
RADO MARTIN SITOPU
NIM. 131000767
karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau mengutip dengan
cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat
keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang
etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian
i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRACT
The efforts to heal curative disease can not be separated from the needs of
medicine. Medicine is very necessary to be managed and controlled in both of
demand to inventory and requirement in instance. Therefore, this research aimed
to find out the planning of medicinal needs in Public Health Center of Pematang
Raya in the working area of Health Office of Simalungun Regency.
The type of research used is qualitative research with in-depth interviews
to informants to dig information, understand the views, experiences, and
knowledge of informants about the Planning of medicines needs in Puskesmas
Pamatang Raya The Data collection Technique was using primary data which
gained by conducting interviews and the secondary data was derived from the
District Health Office Simalungun, such as: request sheet and medicin usage
sheet, refrence books and others.
The results of this research indicates that the planning process at
Puskesmas Pamatang Raya had 2 stages which were stages of selection and
stages of selection medicine after the medicine were selected by using scientific
selection and a better therapy. So after that the medicine went to the compilation
stages of medicine used which calculated by using LPLPO and calculated the
phase of medicine requirement to know the average of medicine used in one year
then the projection stages which used to calculate the requirement of medicine
with the available budget and then entering the stages of medicine requirement
using two method which were VEN method –based on the function and ABC
method to divided it into group according to the budget used.
It is suggested to the Head of Simalungun District Health Office to
conduct the training on the management of medicines and health supplies at the
Puskesmas, to Puskesmas Pamatang Raya to provide various training and
management as well as training on medicine planning and learn more about the
procedures of medicine supply.
KEY WORD: medicine planning, Puskesmas, District Health Office
iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar
(AKK).
Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai
pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan
4. Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dosen Penguji I yang telah meluangkan
5. Puteri Citra Cinta Asyura Nasution, S.K.M., M.P.H. selaku Dosen Penguji II
v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6. Drs. Tukiman, MKM selaku dosen penasehat akademik yang telah
Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan ilmu dan bantuan
8. dr. Jan Maurisdo Purba, M.Kes yang telah memberikan izin untuk melakukan
penelitian ini.
9. Orang tua tersayang Elson Sitopu dan Masnaria Purba yang telah
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
penyampaian materi, dan lain-lain. Oleh sebab itu penulis mengharapkan saran
Penulis
Rado Martin S.
vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
Halaman
vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.3.2.2 Tahap Kompilasi Pemakaian Obat........................................... 17
2.3.2.3 Tahap Perhitungan Kebutuhan Obat.......................................... 18
2.3.2.4 Tahap Proyeksi Kebutuhan Obat............................................... 23
2.3.2.5 Tahap Penyesuaian Perencanaan Kebutuhan Obat.................... 25
2.4 Kerangka Pikir .................................................................................................30
BAB V PEMBAHASAN.................................................................................... 62
5.1 Ketersediaan Data Perencanaan Obat.............................................................. 62
5.2 Proses perencanaan.......................................................................................... 64
viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL
ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pikir................................................................................. 30
x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN
xi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RIWAYAT HIDUP
pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Ayahanda Elson Sitopu dan Ibunda
Masnaria Purba.
pada tahun 2000 dan selesai tahun 2006, Sekolah Menengah Pertama Negeri 1
Pamatang Raya pada tahun 2006 dan selesai tahun 2009, Sekolah Menengah
Kejuruan swasta Efarina Etaham 2010 dan selesai tahun 2013, pada tahun 2013
tahun 2018.
xii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB I
PENDAHULUAN
bukan tujuan hidup. Kesehatan ialah konsep positif yang menekan pada sumber
daya pribadi, sosial dan juga kemampuan fisik. Upaya kesehatan adalah kegiatan
kebutuhan akan obat. Obat sangat perlu untuk dikelola dan dikontrol dengan baik
dari segi perencanaan kebutuhan obat sampai stok dan kebutuhan obat yang
diperlukan di suatu instansi. Obat juga harus perlu dikelola dengan baik
1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2
Obat secara defenitif dapat dipahami bahwa obat merupakan suatu zat
2013).
obat dan manajemen obat khususnya di pelayanan kesehatan dasar. Ada tiga
Indonesia, yaitu:
dimana obat dan perbekalan kesehatan yang dibutuhkan tertera pada surat
perjanjian kerja/kontrak.
Obat dan perbekalan farmamsi yang diadakan pada kontrak sesuai dengan
yang ada pada standar yang telah ditetapkan pemerintah seperti harga dan
Penerimaan barang dari pihak ketiga dilakukan oleh panitia penerima yang
bahwa obat yang diterima pada tahun 2014 tidak sesuai dengan rencana
kebutuhan obat dengan obat yang diberikan oleh droping pusat. Dalam hal
pencatatan dan pelaporan diperoleh bahwa data obat khususnya dalam obat
Utara yang tidak lengkap yaitu data rencana kebutuhan obat program filariasis
2014 yang dibuat pada tahun 2013 sehingga mempersulit dalam pengamatan data.
(Rahmahdani,2015).
Raya. Dalam perencanaan kebutuhan obat yang akan dating Puskesmas Pamatang
Pemakaian Obat (LPLPO). Lembar Permintaan Obat dan Lembar Pemakaian Obat
(LPLPO).
yang dilakukan Puskesmas Pamatang Raya sudah berjalan, tetapi masih banyak
banyaknya obat yang diterima tidak sesuai dengan perencanaan tahunan dan juga
tablet perbulan tapi didalam LPLPO bulan Agustus hanya diterima 1000 tablet
bulan Agustus hanya diterima 500 tablet dan pemakaian melebihi dari stok obat
itu mengakibatkan bagian Apotek Puskesmas Raya sering membeli obat yang
habis stok ke toko obat terdekat atau menggantikannya dengan obat jenis yang
lain.Kekurangan dan kelebihan obat ini dikarenakan tidak sesuainya obat yang
mengeluh dengan masalah permintaan obat yang kadang tidak sesuai dengan obat
yang datang.
dengan kebutuhan sesungguhnya, sehinga terdapat stok obat yang berlebih tapi
beberapa jenis obat tertentu tidak sesuai dengan usulan yang diajukan
sebelumnya. Disamping itu terdapat jenis obat tertentu dalam jumlah berlebih,
namun disisi lain terdapat jenis obat mengalami kekurangan. Hal ini menunjukkan
kebutuhan sebenarnya.
obat.
TINJAUAN PUSTAKA
Perorangan
8
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
9
penyakit.
hidup sehat
lingkungan.
program dan lintas sektor serta melaksanakan sistem rujukan yang didukung
2.2 Perencanaan.
diperhitungkan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan di masa depan
dalam dan oleh suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya.
berikut:
sebagai sebagai hasil pemikiran yang bersumber pada hasil penelitian yang
telah dilakukan.
program.(Manulang, 2015)
g. Fleksibilitas. Suatu rencana yang baik adalah rencana yang mempunyai pola
dasar yang relati permanen. Sifat permanen mungkin diciptakan jika dalam
proses penyusunannya menggunakan tekni-teknik yang bersifat ilmiah.
h. Rencana memberikan tempat pada pengambilan resiko. Pengambilan
keputusan dan pelaksanaannya selalu mengandung resiko.
i. Rencana yang pragmatik. Bentuk dan sifat rencana merupakan pencerminan
dari filsafat manajemen yang dianut oleh pimpinan organisasi.
j. Rencana sebagai instrumen peramalan masa depan. Merencanakan harus
merupakan keputusan yang didalamnya telah tergambar situasi dan kondisi
yang diperkirakan akan dihadapi di masa depan dan memberikan petunjuk
tentang cara-cara yang dipandang tepat untuk menghadapinya
2.3 Perencanaan Kebutuhan Obat
2.3.1 Pengertian dan Tujuan Perencanaan Kebutuhan Obat
Perencanaan obat merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis,
jumlah, dan harga perbekalan Farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan
anggaran, untuk menghindarkan kekosongan obat dengan menggunakan metode
yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah
ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi konsumsi disesuaikan
dengan anggaran yang tersedia. Tujuan perencanaan obat:
1. Mendapatkan jenis dan jumlah obat tepat sesuai kebutuhan.
2. Menghindari kekosongan obat.
3. Meningkat penggunaan obat secara rasional.
4. Meningkatkan efisiensi penggunaan obat.(Satibi, 2015).
Perencanaan obat dan perbekalan kesehatan merupakan salah satu fungsi
yang menentukan dalam proses pengadaan obat dan perbekalan kesehatan. Tujuan
perencanaan adalah untuk menetapkan jenis dan jumlah obat dan perbekalan
kesehatan yang tepat sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan dasar. (KMK
No 1121, 2008)
2.3.2 Tahap Perencanaan Kebutuhan Obat
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No 1121/MENKES/SK/XXI/2008,
Berbagai kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan obat meliputi:
apakah obat benar- benar diperlukan dan sesuai dengan jumlah penduduk serta
Pelaksanaannya yaitu:
kecuali obat tersebut memiliki efek yang lebih baik dibandingkan obat
tunggal.
5. Membuat bukti yang spesifik untuk terapi yang lebih baik,jika ada obat
Untuk mendapatkan perencanaan obat yang baik, sebaiknya diawali dengan dasar-
ilmiah;
d. Obat mempunyai mutu yang terjamin baik ditinjau dari segi stabilitas
maupun biovaliditasnya
e. Biaya pengobatan memiliki rasio antara manfaat dengan biaya yang baik;
f. Apabila pilihan lebih dari satu, maka dipilih yang paling baik, banyak
bulanan tiap-tiap jenis obat selama setahun dan sebagai data pembanding bagi
stok minimum.
disertakan obat kurang yang dibeli atau berasal dari luar stok obat yang
pemakaian obat selama satu tahun, dan rata- rata pemakaian obat tertentu.
(Hartono,2007)
a. Jumlah pemakaian tiap jenis obat pada tiap Unit Pelayanan Kesehatan;
kabupaten/kota.
Manfaat dari informasi-informasi yang didapat yaitu sebagai sumber data dalam
Gudang Farmasi. Masalah kekosongan obat atau kelebihan obat yang terjadi
proses perencanaan untuk pengadaan obat secara terpadu serta melalui tahapan
seperti diatas maka diharapkan obat yang direncanakan dapat tepat jenis, tepat
a. Metode Konsumsi
Jenis-jenis data yang perlu dipersiapkan dalam metode konsumsi, yaitu alokasi
dana, daftar obat, stok awal, penerimaan, pengeluaran, sisa stok, obat
obat pertahun, lead time, stok pengaman dan perkembangan pola kunjungan.
2008)
A=(B+C+D)-E
A= Rencana pengadaan.
E= Sisa stok.
b. Metode Morbiditas
penyakit.
penyakit
stok pengaman
4. Menghitung jumlah yang harus diadakan pada tahun anggaran yang akan
datang dengan rumus: kebutuhan obat yang akan datang- sisa stok.(KMK
No 1121,2008).
berikut:
4.Tidak memerlukan
pencatatan data morbiditas
yang baik
stok pada periode yang masih berjalan dari berbagai sumber anggaran.
sesuai dengan informasi yang didapatkan dari tahapan proyeksi kebutuhan obat:
Stok awal pada satu januari+ Stok awal di Puskesmas+ obat yang masuk instalasi
farmasi.
Anggaran lain.
sumber anggaran:
Dana anggaran APBD+ Dana anggaran akses+ Dana anggaran program+ Dana
No 1121,2008).
stok akhir diperkirakan sama dengan hasil perkalian antara waktu tunggu
Keterangan:
kegiatan, yaitu:
jumlah dana yang tersedia, maka informasi yang didapat adalah jumlah
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No 1121 Tahun 2008 ada beberapa teknik
A) Analisis ABC
sejumlah item yang relatif kecil. Sebagai contoh, dari pengamatan terhadap
perencanaan obat dijumpai bahwa sebagian besar dana obat (70%) digunakan
untuk kebutuhan 10% dari jenis obat yang paling banyak digunakan, sedangkan
sisanya 90% item (sebagian besar item) menggunakan dana sebesar 30 %. Oleh
dananya yaitu:
secara keseluruhan.
10.(KMK No 1121,2008).
B) Analisis VEN
Salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi penggunaan dana obat yang
tiap jenis obat pada kesehatan. Semua jenis obat yang tercantumdalam daftar obat
1. Kelompok V:
kelompok ini antara lain, life saving drug, obat untuk pelayanan
2. Kelompok E:
merupakan obat yang bekerja secara kasual atau obat yang bekerja
3. Kelompok N:
diusahakan tidak terjadi kekosongan obat. Untuk menyusun daftar VEN perlu
ditentukan lebih dahulu kriteria penentuan VEN. Kriteria sebaiknya disusun oleh
1121,2008).
C) Analisis ABC-VEN
obat dengan dana yang tersedia untuk mengatasi perkiraan kebutuhan obat yang
lebih besar dari dana yang tersedia dapat digunakan pula analisis ABC-VEN yaitu
merupakan analisis yang menggabungkan analisis ABC dan VEN ke dalam suatu
rangka, penyesuaian jenis barang yang bersifat vital (VA, VB, VC) merupakan
pilihan utama untuk dibeli atau memerlukan perhatian khusus. Sebaliknya barang
yang non Esensial tetepi menyerap anggaran banyak (NA) dijadikan prioritas
Hasil analisis ABCdan VEN dapat digunakan dalam menghemat biaya dan
obat, penetapan jadwal pengiriman, pengawasan stok, dan monitoring umur pakai
obat.(KMK No 1121,2008).
Kesehatan No 1121/MENKES/SK/XII/2008.
Perencanaan Obat
3.Penghitungan kebutuhan obat
A. Metode konsumsi.
1. Pengumpulan dan pengolahan data.
2. Analisis data untuk informasi untuk dan evaluasi
3. Penghitungan perkiraan kebutuhan obat
4. Penyesuaian kebutuhan obat dengan alokasi dana
B. Metode Morbiditas
1. Jumlah penduduk yang akan dilayani
2. Jumlah kunjungan kasus penyakit
3. Pedoman pengobatan
4. Perkiraan kebutuhan obat
5. Penyesuaian alokasi dana.
obat puskesmas secara teknis mulai dari instalasi farmasi puskesmas sampai
pengadaan obat puskesmas oleh Dinas Kesehatan secara terperinci. Dimana setiap
tahapan dalam perencanaan obat membutuhkan data output dari setiap tahapan
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan mulai dari kegiatan survei pendahuluan pada Bulan Agustus
sampling, yaitu teknik yang dilakukan untuk memilih Informan yang mampu
adalah tenaga kesehatan di bidang farmasi yang ada di Puskesmas Pamatang Raya
dan yang bersangkutan dengan pengadaan obat di wilayah kerja Dinas Kesehatan
32
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
33
pedoman wawancara yang dijadikan patokan dalam alur, urutan dan penggunaan
kata. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemkan masalah lebih
terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, peneliti perlu
mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang ditemukan oleh informan
(sugiyono, 2009).
Data yang digunakan sebagai pelengkap dari data primer untuk keperluan
Permintaan dan Lembar Pemakaian Obat, buku buku refrensi dan lain-lain.
1. Tahap pemilihan dan seleksi obat adalah tahap dimana obat diseleksi
obat berdasarkan beberapa metode penghitungan yang akurat dan juga telah
4. Tahap proyeksi kebutuhan obat adalah tahap perencanaan yang akan datang
sesuai besarnya penyerapan dana dan juga tingkat kepentingan suatu obat.
3.6 Triangulasi
yaitu dengan memilih informan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan
dalam melihat data secara lebih sistematis (Miles dan Huberman dalam
Herdiansyah , 2012).
HASIL PENELITIAN
Luas wilayah kecamatan Raya adalah 393,3 km2. yang terdiri dari 5 kelurahan dan
adalah:
36
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
37
Tabel 4.2 Data Tenaga Kesehatan di Puskesmas Pamatang Raya tahun 2016
No. Tenaga Kesehatan Jumlah
1 Dokter Umum 3
2 Bidan 9
3 Perawat 10
4 Perawat Gigi 1
5 Teknis Kefarmasian 1
8 Nutrisionis 1
9 Analasis Kesehatan 1
Jumlah Total 27
Dari tabel diatas bahwa jumlah informan dalam penelitian ini adalah 4
informan, yang terdiri dari 1 informan Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan
Kepala Puskesmas Pamatang Raya yang berusia 30 tahun dengan pendidikan S1,
pendidikan SMF.
tahapan dalam pelaksanaannya, dalam setiap tahapan perencanaan obat hal yang
kebutuhan obat adalah untuk menyusun kebutuhhan obat di puskesmas baik dari
segi jumlah dan jenis obat, ketersediaan data perencanaan obat adalah hal yang
sebagai berikut:
ketersediaan data dalam segi pengolah data atau sumber daya manusia belum
pegawai Farmasi dan satu penanggung jawab Farmasi dengan hanya penanggung
dengan begitu dari segi kualitas sumber daya manusia di Instalasi Farmasi
Puskesmas Pamatang Raya belum dikatakan baik. Begitu juga menurut informan
yang lainnya selain informan satu informan II dan informan III juga memiliki
Pamatang Raya hanya memiliki satu sumber daya manusia yang memiliki riwayat
Data yang digunakan dalam perencanaan obat juga sangat penting dalam
ketersediaan data perencanaan obat selain sumber daya manusia atau pengelola
obat, jenis data yang perlu dipersiapkan oleh pengelola obat yang ada di
Puskesmas Pamatang Raya yaitu daftar nama obat, sisa stok obat pada kartu stok,
data obat-obat yang sudah kadaluarsa, dan data pemakaian rata-rata obat pertahun.
Data-data tersebut biasanya dapat diperoleh dalam LPLPO, laporan data kesakitan
perencanaan obat adalah Formularium Nasional yaitu data obat yang sudah
LPLPO (Laporan permintaan dan lembar pemakaian obat) yang di catat setiap
bulan untuk mengetahui obat yang diminta dan obat yang dipakai oleh puskesmas
informan II sama mengenai data yang dibutuhkan puskesmas. Data yang ada
dalam Formularium Nasional adalah obat terpilih yang paling dibutuhkan untuk
bahwa obat Amlodipin tab 10 mg, stok awal yang tersedia adalah 206 tablet, dan
diterima pada Bulan Agustus sebanyak 1000 tablet, persediaan obat menjadi 1206
tablet, sedangkan pemakaian adalah 651 tablet, jumlah yang masih tersedia di
puskesmas adalah 555 tablet, dan permintaan untuk bulan september adalah 300
tablet. Untuk obat Amoksisilin kaplet 500 mg, stok awal yang tersedia adalah 508
tablet, dan diterima pada Bulan Agustus sebanyak 1000 tablet, persediaan obat
menjadi 1508 tablet, sedangkan pemakaian adalah 1508 tablet, semua obat habis
dipakai di Bulan Agustus, dan permintaan untuk bulan september adalah 2000
tablet. Untuk obat Dexametazone 0,5 mg tab, stok awal yang tersedia adalah 793
tablet, dan diterima pada Bulan Agustus sebanyak 500 tablet, persediaan obat
menjadi 1293 tablet, sedangkan pemakaian adalah 1293 tablet, semua obat habis
dipakai di Bulan Agustus, dan permintaan untuk bulan september adalah 2000.
Untuk obat Antasida Tab DOEN, stok awal yang tersedia adalah 598 tablet, dan
diterima pada Bulan Agustus sebanyak 1000 tablet, persediaan obat menjadi 1598
tablet, sedangkan pemakaian adalah 1424 tablet, jumlah yang masih tersedia di
puskesmas adalah 174 tablet, dan permintaan untuk bulan september adalah 2000
tablet. obat Diazepam 2 mg tab, stok awal yang tersedia adalah 161 tablet, dan
pada Bulan Agustus tidak ada menerima obat, persediaan obat menjadi 161 tablet,
adalah 108 tablet, dan tidak ada permintaan untuk bulan september.
dalam ketersediaan data perencanaan obat, hal itu didukung dengan informasi
dari beberapa informan. Salah satunya data perencanaan obat sebelumnya ataupun
data yang berkaitan dengan perencanaan obat yang lain dapat digunakan tapi
banyak juga data yang tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal, Hasil
berikut :
yang tidak dapat digunakan oleh Puskesmas karena keterbatasan sumber daya
seleksi obat, yaitu obat yang dipilih oleh Puskesmas Pamatang Raya banyak yang
tidak berdasarkan efek terapi dan penggunaan obat tunggal. hal itu karena di
Puskesmas Pamatang Raya hanya terdapat satu orang yang memiliki riwayat
membuat data yang akan dibutuhkan untuk perencanaan kebutuhan obat menjadi
seperti, LB1, LPLPO, dan rekapitulasi perencanaan obat belum tersusun dengan
Tahap pemilihan dan seleksi obat adalah tahap memilih atau melakukan
seleksi obat yang benar-benar dibutuhkan oleh Puskesmas, dan juga untuk
obat yang memiliki terapi yang baik, memilih obat berdasarkan Drug of choice
dari kasus penyakit yang ada di Puskesmas,dan juga memilih obat tunggal dan
obat generik. Beberapa obat juga sudah ditetapkan oleh Dinas Kesehatan
akan tetapi Puskesmas Pamatang Raya juga memilih obat yang benar-benar
dibutuhkan melalui daftar obat yang dibutuhkan melalui LB1 dan juga LPLPO.
tahapan yang telah ditentukan dan pengawasan dari Kepala Puskesmas dan juga
dari Dinas Kesehatan Kabupaten simalungun hal itu dapat dapat diketahui dari
adanya pengawasan dari Dinas Kesehatan dan Kepala Puskesmas dan kegiatan
medis habis pakai yang baik, Perencanaan obat di Puskesmas Pamatang Raya
sudah berjalan tapi Puskesmas juga menerima obat berdasarkan Daftar Obat
Esensial Nasional yang juga menjadi acuan dalam pengadaan obat di Puskesmas,
dalam pengawasan Kepala Puskesmas Dan juga Dinas Kesehatan agar tetap
adalah tahap pemilihan dan seleksi obat, pada tahap ini ada beberapa kegiatan
yang menjadi prosedur agar tahapan pemilihan dan seleksi obat dikatakan
yaitu memilih obat sesuai dengan buku panduan terapi yang betul-betul efektif
rasa nyeri akibat gejala dari penyakit dan menggunakan Antasida juga pasien
terkena ada gejala tukak lambung, memilih obat seminimal mungkin dengan
drug of choice yaitu memilih obat dengan efek terapi yang lebih baik seperti lebih
memilih Amoksisilin Tab daripada Amoksisilin Sirup karena efek terapi yang lebih
dengan menggunakan Amoksisilin tab, memilih obat tunggal yaitu denga lebih
memilih obat tunggal generik dibandingkan obat dengan efek terapi ganda karena
selain lebih hemat, efek terapi dan peracikannya lebih mudan had cepat, dan yang
terakhir membuat bukti untuk terapi obat yang lebih baik.Puskesmas Pamatang
Raya telah melakukan kegiatan pemilihan dan seleksi obat dengan 5 tahapan
tersebut. Begitu juga dengan informasi yang diperoleh dari informan dua dan
informan tiga pada tahap pemilihan dan seleksi obat memiliki lima langkah yang
berikutnya.
dalam pemilihan obat tentang apa obat yang betul-betul dibutuhkan oleh
Puskesmas Pamatang Raya, masih ada kekurangan dalam pemilihan obat tunggal
dan obat dengan terapi yang efektif yang dibutuhkan oleh Puskesmas Pamatang
pemilihan dan seleksi obat adalah berdasarkan seleksi ilmiah, memilih obat
of choice, memilih obat tunggal, dan membuat bukti terapi obat yang lebih baik.
diketahui dari LPLPO setiap bulan dikumpulkan dan menjadi data, sehingga dapat
pertahun adalah data yang didapat dari kompilasi pemakaian obat dan juga dari
obat, Buffer stock, serta menghindai stok berlebih, dengan demikian maka perlu
sebagai berikut:
data dari pemakaian obat setiap bulan selama 1 tahun dapat dilihat dan
data pemakaian obat tersebut adalah untuk mengontrol dan mengetahui obat apa
saja dan sejauh mana pemakaian obat di Puskesmas Pamatang Raya oleh Dinas
oleh informan dua dan informan empat sama dengan informan tiga setiap
adalah menentukan jenis obat yang ingin dihitung sesuai kebutuhan sampai pada
berikut:
mendapatkan kompilasi pemakaian obat yaitu membuat nama obat yang sudah
ditentukan dengan cara membuat daftar nama obat yang sudah dipilih pada tahap
Puskesmas setiap bulan yaitu dari LPLPO, setelah itu menjumlah pemakaian obat
setiap bulan sesuai dengan data yang terdapat di Puskesmas, dan menemukan
pemakaian rata-rata pemakaian obat tiap bulan dalam satu tahun. Data kompilasi
Puskesmas Pamatang Raya. Begitu juga pernyataan dari informan II dan informan
data pemakaian obat yang diadakan tiga bulan sekali dengan tujuan untuk
memantau keperluan obat dan pemakaian obat agar dapat dihitung kompilasi
pemakaian obat dengan tahapan memilih jenis obat yang dilakukan pada tahap
seleksi obat, data yang dapat diambil dari pemekaian obat tiap bulan adalah dari
LPLPO, dengan menjumlah pemakaian obat di setiap bulan dan menjacari rata-
rata pemakaian obat pada satu tahun untuk mendapatkan kompilasi pemakaian
dengan dua metode yaitu metode konsumsi dan juga metode morbiditas,
kebutuhan obat dengan sumber data seperti 10 penyakit terbesar dan juga data
dengan menggunakan LPLPO dan hasil dari tahap kompilasi pemakaian obat
sedangkan pernyataan dari informan tiga berbeda karena adanya data 10 penyakit
terbesar sesuai kasus di Puskesmas dan juga data pemakaian obat sebelumnya.
bulan sebelumnya dan juga data 10 penyakit terbesar, dengan kata lain Puskesmas
menggunakan data morbiditas secara berkala karena perubahan kasus yang selalu
informan IV.
dua metode yaitu metode konsumsi dan metode morbiditas, walaupun metode
morbiditas sering tidak digunakan oloh Puskesmas Pamatang Raya karena data
sudah dihitung atau rata-rata pemakaian obat di tahap kompilasi pemakaian obat
untuk di analisis, setelah itu data dianalisis dan dievaluasi untuk kebutuhan obat
periode berikutnya, setelah itu akan hasil evaluasi akan disesuaikan dengan
alokasi dana yang disediakan untuk kebutuhan obat di Puskesmas Pamatang Raya,
begitu juga dengan informan II dan informan III mengatakan pernyataan yang
sama.
sebagai berikut:
A=(B+C+D)-E
A= Rencana Pengadaan
E= Sisa stok
Antasida DOEN = (1600 + 320 + 4.800 ) – 598 = 6122 pemakainan per bulan
sering tidak digunakan karena data 10 penyakit terbesar sering berubah, tetapi
metode ini pernah dipakai oleh Puskesmas Pamatang Raya. dalam metode
tahapan yang sama tetapi sumber data yang berbeda dengan tahapan yaitu
Pamatang Raya setelah itu mengelompokkan sesuai dengan jenis kasus penyakit,
setelah itu data akan dianalisis dan dievaluasi untuk kebutuhan obat periode
berikutnya sesuai dengan anggaran dana yang disediakan untuk kebutuhan obat di
menggunakan dua metode yaitu metode konsumsi obat pertahun dengan langkah
langkah yaitu pengumpulan data, analisis data untuk informasi dan evaluasi,
dengan alokasi dana, dan metode morbiditas langkah-langkah pada metode ini
tersedia.
Puskesmas Pamatang Raya adalah Pemakaian obat rata-rata tiap bulan, stok awal
tahun obat, persentasi kenaikan kunjungan, stok penyanggah dan juga persediaan
dana yang tersedia baik itu dari anggaran APBD, Anggaran akses, Anggaran
Program, Dana anggaran Buffer Stock Nasional, dan juga dana PKPSBBM
Dari tahap proyeksi kebutuhan obat maka akan didapat beberapa data yang
diperlukan untuk kebutuhan oban yang akan datang, data itu seperti:
anggaran
Dalam tahapan proyeksi kebutuhan obat bagian instalasi farmasi Dinas Kesehatan
berikut:
yaitu, pertama menetapkan rancangan stok akhir dengan data yang disediakan
pengadaan obat data akan disesuaikan dengan anggaran total kebutuhan obat
yang sudah dihitung sesuai dengan alokasi dana yang sudah ditentukan, sama
Tabel 4.7 Daftar Kebutuhan Obat Tahun yang Akan Datang untuk
Puskesmas Pamatang Raya
No Nama Rata-Rata Kebutuhan Stok Kebutuhan obat
Obat perbulan penyanggah tahun yang akan
dating
Pemakaian
Pemakaian
Kebutuhan untuk Diazepam tab = Pemakaian rata-rata Diazepam tab setiap bulan
Pemakaian
belanja untuk kesehatan yaitu Rp.183.221.285.040 dan dana untuk DAK yaitu
sebesar Rp. 29.277.960.000 dan dana untuk obat yaitu 13,08%, sedangkan untuk
BPJS atau JKN di Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun terdaftar 352.690 jiwa
proyeksi kebutuhan obat, hasil wawancara mendalam tentang masalah pada tahap
data anggaran dana, karena kebutuhan proyeksi obat dipengaruhi jumlah anggaran
dana yang tersedia sehingga sering terjadi kurang efektifnya perencanaan obat di
instansi dengan dana yang minim dan tidak menentu bantak obat yang tidak
permasalahan dana, anggaran dana yang tidak sesuai dan terkadang berubah-ubah
keseluruhannya. Dalam tahap proyeksi kebutuhan obat ada lima hasil yang akan
diperoleh yaitu jumlah kebutuhan obat yang akan datang, jumlah persediaan obat
jenis obat.
dan VEN, dengan menggunakan dua metode analisis tersebut maka tahapan
adalah dengan dua metode analisis, yaitu analisis ABC dan analisis VEN, dengan
penyesuaian sesuai dengan dampak tiap jenis obat pada kesehatan. Kelompok V
yaitu dengan :
Mencari Nilai N= D x P
Untuk mengelompokkan obat dalam kategori A,B, atau C adalah dengan mencari:
9 + 29,5 / 3 = 12,8
Klasifikasi Nilai B = 21,8% s/d (21,8 + 12,8) atau 21,8 s/d 34,6
Klasifikasi Nilai A = 34,6% s/d (34,6 + 12,8) atau 34,6 s/d 47,4
seperti:
Kelompok V: Rifamicin 150 mg, Isoniazid 75 mg, Piranizamid 400 mg, Etambutol
275 mg.
Antasida DOEN
Kelompok N : Vitamin B1, Vitamin K tab, Vitamin B12 inj, Vitamin K inj.
PEMBAHASAN
dijalankan oleh tenaga kesehatan baik dari puskesmas maupun dari dinas
obat di puskesmas, ketersediaan data perencanaan obat adalah faktor yang sangat
Jenis data yang perlu dipersiapkan oleh pengelola obat yang ada di
Puskesmas Pamatang Raya yaitu daftar nama obat, stok awal obat, data
penerimaan obat, data pengeluaran obat sisa stok obat pada kartu stok, dan obat-
obat yang sudah kadaluarsa, dan data pemakaian rata-rata obat pertahun. Data-
data tersebut biasanya dapat ditemukan dalam LPLPO, laporan bulanan data
kesakitan (LB1), dan kartu stok obat. Dalam pengelolaan data Puskesmas
Pamatang Raya masih kekurangan sumber daya manusia yaitu karena dalam
62
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
63
dalam membuat perencanaan kebutuhan obat relatif sudah mencukupi namun pada
hal ini berakibat terhadap ketersediaan obat hasil perencanaan yang sebagian
obat adalah sumber daya manusia seperti yang ditulis oleh Inggrid N.Rumbay
Kabupten Minahasa Tenggara tahun 2015, Sumber daya manusia yang bertugas
petugas pengelola obat tentang manajemen pengelolaan obat menjadi tidak baik.
kebutuhan obat menjadi tidak tepat. Ketersediaan data puskesmas yang sangat
mendukung yang diperoleh di puskesmas seperti yang ditulis oleh Linta Nurniati
obat pada Puskesmas Buranga diperoleh dari Laporan Pemakaian dan Lembar
mengumpulkan data dari tiap unit pelayanan dan sub unit pelayanan kemudian
merekapitulasi untuk menentukan jumlah dan jenis obat yang dibutuhkan. Obat
yang sering diguanakan akan menjadi prioritas utama untuk diusulkan oleh
Menentukan jumlah obat merupakan salah satu tantangan berat yang harus
dihadapi oleh dokter, perawat, ataupun pengelola obat dalam menjaga agar obat
dapat tersedia sesuai kebutuhan, tepat jenis, tepat jumlah dan tepat waktu. Proses
sesuai prosedur agar hasil perencanaan sesuai dengan kebutuhan obat dan
dan, pengolahan data obat yang berkaitan dengan perencanaan diarahkan untuk
berbagai pendekatan yaitu antara lain dengan metode konsumsi dan metode
morbiditas. Metode konsumsi adalah metode yang berdasarkan pada analisis obat
Memilih dan membuat seleksi obat berdasarkan seleksi ilmiah dan juga
dengan perhitungan yang sudah ditetapkan dan sudah di uji secara empiris
dan diterapkan di berbagai Puskesmas dengan efek terapi yang lebih baik,
tinggi, apabila banyak kasus penyakit yang sama. Ada juga obat yang sudah
ditentukan oleh lembaga perencanaan obat Nasional yaitu DOEN atau Daftar
Obat Esensial Nasional tetap tidak semua daftar obat yang terdaftar di DOEN
sesuai dengan obat yang dibutuhkan oleh Puskesmas Pamatang Raya. Staf
obat berdasarkan tahapan yang sudah tertulis di SOP dan juga dari pelatihan
dengan kebutuhan obat membuat pemilihan obat semakin sulit karena banyak
obat di DOEN yang tidak sesuai sengan apa yang dibutuhkan Puskesmas
Pamatang Raya, hal ini sama seperti yang disebutkan oleh Dian safriantini
Palembang menggunakan obat generik yang sesuai dengan DOEN dan non
dan non generik itu sendiri adalah 66,67% dari 90 jenis obat yang diterima
membuat daftar obat yang dipakai tiap bulan dalam satu tahun dan juga
mencari rata-rata pemakaian obat tersebut agar diketahui berapa obat yang
diperlukan dalam satu bulan, agar dapat disusun untuk tahapan perencanaan
(LPLPO) yang terdapat di Puskesmas Pamatang Raya. Hal ini sama seperti
Dalam data kompilasi pemakaian obat ini terdapat data pemakaian jenis obat
totalkan dan dibuat rata-ratanya dalam satu tahun. Lalu dibuatkan persentase
morbiditas. Dari hasil yang didapat pada tahap kompilasi pemakaian obat
sisa stok tahun lalu. Lain halnya dengan metode morbiditas yang
yang diajukan Puskesmas Pamatang Raya di tahun 2017 yaitu contoh obat
A=(B+C+D)-E
A= Rencana Pengadaan
E= Sisa stok
tersebut dalam waktu yang cukup lama karena masalah data kasus penyakit
Tahap proyeksi kebutuhan obat dengan output atau hasil yang lebih luas dan
ditentukan untuk dana obat di Puskesmas Pamatang Raya. Hasil yang akan
diperoleh adalah jumlah kebutuhan obat yang akan datang, jumlah kebutuhan
obat di gudang farmasi, obat yang diterima pada tahun anggaran berjalan,
anggaran, dan juga tingkat kecukupan setiap jenis obat. Dengan hasil tersebut
dapat diketahui secara detail obat apa saja yang akan diajukan oleh
Puskesmas Pamatang Raya untuk obat dalam satu tahun ataupun dalam
periode berjalan dalam satu tahun. Dalam pengadaan obat alokasi dana
anggaran yang digunakan adalah Dana Alokasi Khusus (DAK) seperti yang
2011 yaitu, Berkaitan dengan sumber anggaran yang terdapat dalam lembar
mengelompokkan obat mulai dari yang menyerap dana terbesar hingga obat
yang meyerap dana sedikit, dan juga obat yang memiliki kategori vital atau
hanya untuk terapi lanjutan suatau penyakit, yang terdiri dari dua metode
analisis, yaitu analisis ABC dan analisis VEN. Dengan menggunakan dua
Pada proses perencanaan obat, penentuan jenis obat yang tepat merupakan
salah satu hal yang harus diperhatikan. Dengan tersedianya obat yang tepat maka
Raya melakukan perencanaan kebutuhan obat sesuai dengan prosedur agar obat
berjalan dengan baik tanpa ada halangan dalam hal ketersediaan obat.
perencanaan obat secara maksimal. Dapat dilihat dari banyaknya data yang tidak
dipakai, dan juga tahapan yang masih belum sepenuhnya dilakukan secara
penyakit di Puskesmas Pamatang Raya maka staf farmasi tidak menggunakan data
morbiditas untuk menghitung kebutuhan obat, dan juga pada tahap proyeksi
kebutuhan obat tidak pastinya anggaran dana membuat tahapan ini jadi tidak
maksimal, tidak pastinya anggaran dana untuk obat di Puskesmas Pamatang Raya
membuat perencanaan jadi tidak dapat dihitung dengan pasti. Dari segi
perencanaan obat di Puskesmas Pamatang Raya. Hal ini lah yang menjadi faktor-
faktor penyebab terjadinya kekosongan obat dan perhitungan obat yang kurang
kurang maksimal, hal yang sama juga dinyatakan oleh Inggrid N Rubay dalam
6.1 Kesimpulan
1. Tahap pemilihan dan seleksi obat setelah obat diseleksi dengan menggunakan
seleksi yang ilmiah dan terapi yang lebih baik, yaitu memilih obat sesuai
memilih obat dengan efek terapi yang lebih baik, memilih obat tunggal yaitu
denga lebih memilih obat tunggal generik dibandingkan obat dengan efek
terapi ganda, membuat bukti untuk terapi obat yang lebih baik. Perencanaan
menerima obat berdasarkan Daftar Obat Esensial Nasional yang juga menjadi
Puskesmas Dan juga Dinas Kesehatan agar tetap berjalan sesuai prosedur dan
obat yang sudah ditentukan dengan cara membuat daftar nama obat yang sudah
dipilih pada tahap seleksi obat, mengumpulkan data pemakaian obat yang
sudah ditentukan di Puskesmas setiap bulan yaitu dari LPLPO, setelah itu
menjumlah pemakaian obat setiap bulan sesuai dengan data yang terdapat di
71
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
72
dalam satu tahun. Data kompilasi pemakaian obat akan digunakan untuk tahap
pemakaian obat di tahap kompilasi pemakaian obat untuk di analisis, setelah itu
data dianalisis dan dievaluasi untuk kebutuhan obat periode berikutnya, setelah
itu akan hasil evaluasi akan disesuaikan dengan alokasi dana yang disediakan
data penyakit yang terdapat dipakai dalam perencanaan obat karena selalu
terjadi perubahan atau pun jumlah kasus yang naik dan turun, sehingga metode
Raya.
langkah yaitu, pertama menetapkan rancangan stok akhir dengan data yang
kebutuhan obat yang sudah dihitung sesuai dengan alokasi dana yang sudah
dipengaruhi jumlah anggaran dana yang tersedia sehingga sering terjadi kurang
Raya adalah dengan dua metode analisis, yaitu analisis ABC dan analisis VEN,
analisis penyesuaian sesuai dengan dampak tiap jenis obat pada kesehatan.
6.2 Saran
sesuai dengan prosedur pada tahap seleksi dan pemilihan obat meskipun
dalam penghitungan.
kesakitan atau LB1 agar perencanaan pada tahap perhitungan obat lebih
Simalungun agar memanfaatkan dana yang tersedia untuk obat dan membuat
kebutuhan obat dengan maksimal sesuai dengan analisis ABC dan analisis
VEN.
75
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
76
77
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
78
LAMPIRAN II
Perencanaan Obat?
kesehatan.
Puskesmas?
Kebutuhan Obat?
Obat?
tinggi, dan yang terakhir itu dengan memilih obat tunggal atau
obat dengan efek terapi tunggal agar lebih baik efek terapinya.
Informan III Dalam pemilihan obat yang dilakukan itu adalah beberapa
tinggi, dan yang terakhir itu dengan memilih obat tunggal atau
obat dengan efek terapi tunggal agar lebih baik efek terapinya.
Obat?
tiap bulan dalam satu tahun, dan itu menjadi data kompilasi
rata tiap bulan dalam satu tahun, dan itu menjadi data
tiap bulan dalam satu tahun, dan itu menjadi data kompilasi
Kebutuhan Obat?
Informan II Dalam metode konsumsi itu langkah yang kita lakukan itu
Informan III Dalam tahap perhitungan obat itu menggunakan dua metode
Puskesmas
Obat?
Informan III Untuk perencanaan obat metode terakhir yang dipakai itu
Puskesmas?
tapi belum dalam tahap sempurna karena masih ada data yang
Informan II Jadi data yang dibutuhkan yaitu data dari LB1 yaitu
Informan III Jadi data yang dipakai itu adalah data yang bersal dari
Informan IV Jadi data yang dibutuhkan yaitu data dari LB1 yaitu
Puskesmas?
obat di puskesmas.
Informan III Kendalanya ada yaitu terkadang ada juga beberapa data yang
LAMPIRAN III
Gambar Penelitian