Anda di halaman 1dari 112

PERENCANAAN KEBUTUHAN OBAT UNTUK UPT PUSKESMAS PAMATANG

RAYA DI WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN


SIMALUNGUN TAHUN 2018

SKRIPSI

Oleh :
RADO MARTIN SITOPU
NIM. 131000767

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PERENCANAAN KEBUTUHAN OBAT UNTUK UPT PUSKESMAS PAMATANG
RAYA DI WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN
SIMALUNGUN TAHUN 2018

Skripsi ini diajukan sebagai


salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :
RADO MARTIN SITOPU
NIM. 131000767

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul

“PERENCANAAN KEBUTUHAN OBAT UNTUK UPT PUSKESMAS

PAMATANG RAYA DI WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN

KABUPATEN SIMALUNGUN” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil

karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau mengutip dengan

cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat

keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang

dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap

etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian

karya saya ini.

Medan, Maret 2018


Yang Membuat Pernyataan

Rado Martin Sitopu

i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK

Upaya kesehatan penyembuhan penyakit kuratif tidak terlepas dari


kebutuhan akan obat. Obat sangat perlu untuk dikelola dan dikontrol dengan baik
dari segi perencanaan kebutuhan obat sampai stok dan kebutuhan obat yang
diperlukan di suatu instansi. Oleh karena itu dilakukan penelitian yang bertujuan
untuk mengetahui perencanaan kebutuhan obat di Puskesmas Pematang Raya di
wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun.
Jenis Penelitian yang digunakan adalah Penelitian Kualitatif dengan
Wawancara mendalam Terhadap informan untuk menggali Informasi, memahami
pandangan, pengalaman, dan pengetahuan informan mengenai Perencanaan
kebutuhan obat di Puskesmas Pamatang Raya. Metode pengumpulan data
menggunakan data primer yaitu dengan melakukan wawancara mendalam dan
data sekunder yaitu data yang berasal dari Dinas Kesehatan Kabupaten
Simalungun, lembar Permintaan dan Lembar Pemakaian Obat, buku-buku refrensi
dan lain-lain.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Proses perencanaan obat di
Puskesmas Pamatang Raya memiliki tahapan yaitu tahap pemilihan dan seleksi
obat setelah obat diseleksi dengan menggunakan seleksi yang ilmiah dan terapi
yang lebih baik setelah itu masuk ke tahap kompilasi pemakaian obat menghitung
penggunaan dengan menggunakan data LPLPO setelah itu masuk ke tahap
perhitungan kebutuhan obat yaitu mengitung rata-rata pemakaian tiap jenis obat
obat dalam satu tahun setelah itu tahap proyeksi kebutuhan obat yaitu mengitung
kebutuhan obat dengan sumber anggaran yang tersedia setelah itu masuk tahap
penyesuaian perencanaan kebutuhan obat dengan menggunakan dua metode yaitu
metode VEN yaitu sesuai fungsi obat tersebut dan juga metode ABC yaitu
pengelompokan sesuai besar anggaran yang dipakai.
Disarankan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun untuk
tetap melakukan pembinaan dan pelatihan mengenai manajemen pengelolaan
obat dan perbekalan kesehatan di Puskesmas, kepada Puskesmas Pamatang Raya
untuk memberikan berbagai pelatihan dan manajemen dan juga pelatihan tentang
perencanaan obat,dan Kepada pengelola obat Puskesmas Pamatang Raya untuk
mempelajari lebih lanjut mengenai prosedur dan tata proses perencanaan obat.
KATA KUNCI : Perencanaan obat, Puskesmas, Dinas Kesehatan

iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRACT
The efforts to heal curative disease can not be separated from the needs of
medicine. Medicine is very necessary to be managed and controlled in both of
demand to inventory and requirement in instance. Therefore, this research aimed
to find out the planning of medicinal needs in Public Health Center of Pematang
Raya in the working area of Health Office of Simalungun Regency.
The type of research used is qualitative research with in-depth interviews
to informants to dig information, understand the views, experiences, and
knowledge of informants about the Planning of medicines needs in Puskesmas
Pamatang Raya The Data collection Technique was using primary data which
gained by conducting interviews and the secondary data was derived from the
District Health Office Simalungun, such as: request sheet and medicin usage
sheet, refrence books and others.
The results of this research indicates that the planning process at
Puskesmas Pamatang Raya had 2 stages which were stages of selection and
stages of selection medicine after the medicine were selected by using scientific
selection and a better therapy. So after that the medicine went to the compilation
stages of medicine used which calculated by using LPLPO and calculated the
phase of medicine requirement to know the average of medicine used in one year
then the projection stages which used to calculate the requirement of medicine
with the available budget and then entering the stages of medicine requirement
using two method which were VEN method –based on the function and ABC
method to divided it into group according to the budget used.
It is suggested to the Head of Simalungun District Health Office to
conduct the training on the management of medicines and health supplies at the
Puskesmas, to Puskesmas Pamatang Raya to provide various training and
management as well as training on medicine planning and learn more about the
procedures of medicine supply.
KEY WORD: medicine planning, Puskesmas, District Health Office

iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Skripsi yang berjudul “Perencanaan Kebutuhan Obat Untuk Upt Puskesmas

Pamatang Raya Di Wilyah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun”.

Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara khususnya Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

(AKK).

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai

pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis

menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes selaku Ketua Departemen Administrasi dan

Kebijakan Kesehatan dan selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak

membimbing, memberikan saran, serta arahan dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dosen Penguji I yang telah meluangkan

waktu dan pemikiran.

5. Puteri Citra Cinta Asyura Nasution, S.K.M., M.P.H. selaku Dosen Penguji II

yang telah meluangkan waktu dan pemikiran.

v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6. Drs. Tukiman, MKM selaku dosen penasehat akademik yang telah

memberikan bimbing dan motivasi kepada penulis selama mengikuti

pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarkat Universitas Sumatera Utara.

7. Seluruh Dosen dan Staf Akademik Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan ilmu dan bantuan

selama masa perkuliahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. dr. Jan Maurisdo Purba, M.Kes yang telah memberikan izin untuk melakukan

penelitian ini.

9. Orang tua tersayang Elson Sitopu dan Masnaria Purba yang telah

membesarkan, mendidik, dan memberikan kasih sayang yang begitu berharga

serta memberi dukungan dan doa bagi penulis dalam menyelesaikan

pendidikan dan penulisan skripsi ini.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

memberikan dukungan dan bantuan selama penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini kemungkinan masih banyak

kekurangan, baik dari penulisan, pemahaman materi, pemakaian bahasa,

penyampaian materi, dan lain-lain. Oleh sebab itu penulis mengharapkan saran

dan kritik yang bersifat membangun untuk kesempurnaan skripsi ini.

Medan, Maret 2018

Penulis

Rado Martin S.

vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI......................................... i


HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................. ii
ABSTRAK............................................................................................................ iii
ABSTRACT........................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR.......................................................................................... v
DAFTAR ISI........................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL................................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................ xi
RIWAYAT HIDUP.............................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1


1.1 Latar Belakang ...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian ...............................................................................................6
1.3.1 Tujuan Umum ..........................................................................................6
1.3.2 Tujuan Khusus .........................................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................8


2.1 Pusat Kesehatan Masyarakat ..............................................................................8
2.1.1 Pengertian Puskesmas ..............................................................................8
2.1.1.1 Pengertian Upaya Kesehatan Masyarakat dan Perorangan .........8
2.1.2 Tugas Fungsi dan wewenang Puskesmas ............................................... 8
2.1.3 Tujuan Puskesmas……………………………………………………. 10
2.1.4 Prinsip Penyelenggaraan Puskesmas…………………......................... 11
2.2 Perencanaan......................................................................................................12
2.2.1 Pengertian Perencanaan .........................................................................12
2.2.2 Unsur Perencanaan…………………………………………………… 13
2.2.3 Ciri Perencanaan……………………………………………………… 14
2.3 Perencanaan Kebutuhan Obat………………………………………………. 15
2.3.1 Pengertian dan Tujuan perencanaan Kebutuhan Obat……………………. 15
2.3.2 Tahap Perencanaan Kebutuhan Obat……………………………………... 15
2.3.2.1 Tahap PemilihanObat................................................................ 16

vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.3.2.2 Tahap Kompilasi Pemakaian Obat........................................... 17
2.3.2.3 Tahap Perhitungan Kebutuhan Obat.......................................... 18
2.3.2.4 Tahap Proyeksi Kebutuhan Obat............................................... 23
2.3.2.5 Tahap Penyesuaian Perencanaan Kebutuhan Obat.................... 25
2.4 Kerangka Pikir .................................................................................................30

BAB III METODE PENELITIAN .....................................................................32


3.1 Jenis Penelitian .................................................................................................32
3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian..........................................................................32
3.2.1 Lokasi Penelitian ....................................................................................32
3.2.2 Waktu Penelitian ....................................................................................32
3.3 Informan Penelitian .........................................................................................32
3.4 Metode Pengumpulan Data .............................................................................33
3.4.1 Data Primer ............................................................................................33
3.4.2 Data Sekunder ........................................................................................33
3.5 Defenisi Operasional........................................................................................ 34
3.6 Triangulasi........................................................................................................ 34
3.7 Teknik Analisis Data........................................................................................ 34

BAB IV HASIL PENELITIAN........................................................................... 36


4.1 Gambaran Umum Puskesmas.......................................................................... 36
4.2 Karakteristik Informan.................................................................................... 38
4.3 Ketersediaan Data Perencanaan Obat.............................................................. 39
4.4 Tahap Pemilihan Dan Seleksi Obat................................................................. 44
4.5 Tahap Kompilasi Pemakaian Obat.................................................................. 47
4.6 Tahap Perhitungan Kebutuhan Obat............................................................... 49
4.7 Tahap Proyeksi Kebutuhan Obat..................................................................... 54
4.8 Tahap Penyesuaian Perencanaan Kebutuhan Obat......................................... 58

BAB V PEMBAHASAN.................................................................................... 62
5.1 Ketersediaan Data Perencanaan Obat.............................................................. 62
5.2 Proses perencanaan.......................................................................................... 64

BAB VI Kesimpulan dan Saran ....................................................................... 71


6.1 Kesimpulan..................................................................................................... 71
6.2 Saran .............................................................................................................. 72
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 75
LAMPIRAN....................................................................................................... 77

viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel perbandingan Kelebihan dan kekurangan antara Metode


Konsumsi dan Metode Morbiditas....................................................... 27
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Di Wilayah Kerja Puskesmas Pamatang Raya
Tahun 2016........................................................................................... 36
Tabel 4.2 Data Tenaga Kesehatan di Puskesmas Pamatang Raya tahun 2016..... 37
Tabel 4.3 Karateristik Informan............................................................................ 38
Tabel 4.4 Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat Bulan Agustus-
September…………………………………………………………….. 41
Tabel 4.5 10 Penyakit terbesar di Puskesmas Pamatang Raya............................. 43
Tabel 4.6 Kebutuhan rata-rata Obat tiap bulan di Puskesmas Pamatang
Raya…................................................................................................. 49
Tabel 4.7 Daftar Kebutuhan Obat Tahun yang Akan Datang untuk Puskesmas
Pamatang Raya .................................................................................... 55
Tabel 4.8 Hasil Analisis dengan Metode ABC………………………………… 60

ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pikir................................................................................. 30

x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Wawancara Mendalam......................................................77

Lampiran 2 Matriks Hasil Wawancara………………………………………… 81

Lampiran 3 Gambar Penelitian …………………………………………………93

xi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Rado Martin Sitopu yang dilahirkan pada tanggal 20

Maret Tahun 1994 di Lubuk Pakam, beragama Kristen Protestan, tinggal di

Bahapal Raya Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun . Penulis merupakan anak

pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Ayahanda Elson Sitopu dan Ibunda

Masnaria Purba.

Pendidikan formal penulis dimulai di Sekolah Dasar Negeri Bahapal Raya

pada tahun 2000 dan selesai tahun 2006, Sekolah Menengah Pertama Negeri 1

Pamatang Raya pada tahun 2006 dan selesai tahun 2009, Sekolah Menengah

Kejuruan swasta Efarina Etaham 2010 dan selesai tahun 2013, pada tahun 2013

melanjutkan pendidikan S1 di Universitas Sumatera Utara Fakultas Kesehatan

Masyarakat Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan dan selesai di

tahun 2018.

xii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan keadaan fisik, mental, dan sosial kesejahteraan dan

bukan ketiadaan penyakit atau kelemahan. Sedangkan dalam Piagam Ottawa

dikatakan bahwa kesehatan merupakan sumber daya bagi kehidupan sehari-hari,

bukan tujuan hidup. Kesehatan ialah konsep positif yang menekan pada sumber

daya pribadi, sosial dan juga kemampuan fisik. Upaya kesehatan adalah kegiatan

untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujutkan

derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan

diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan

promotif, pencegahan penyakit preventif, penyembuhan penyakit kuratif, dan

pemulihan kesehatan rehabilitatif, yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu,

dan berkesinambungan.(satibi, 2015)

Upaya kesehatan penyembuhan penyakit kuratif tidak terlepas dari

kebutuhan akan obat. Obat sangat perlu untuk dikelola dan dikontrol dengan baik

dari segi perencanaan kebutuhan obat sampai stok dan kebutuhan obat yang

diperlukan di suatu instansi. Obat juga harus perlu dikelola dengan baik

diantaranya perencanaan kebutuhan obat agar persediaan sesuai kebutuhan,

perbekalan kesehatan yang merupakan tatanan berbagai upaya perencanaan,

pemenuhan kebutuhan, pemanfaatan dan pengawasan obat, dan perbekalan

kesehatan mencakupi, terdistribusi secara adil dan merata serta termanfaatkan

secara berdaya guna dan berhasil guna, untuk menjamin terselengaranya

1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2

pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

melalui upaya kesehatan. (SKN, 2012).

Obat secara defenitif dapat dipahami bahwa obat merupakan suatu zat

yang digunakan untuk diagosa pengobatan, melunakkan, menyembuhkan, atau

mencegah penyakit yang terjadi/dialami manusia maupun hewan. (Stephen Z,

2013).

Indonesia sendiri masih memiliki beberapa masalah dalam perencanaan

obat dan manajemen obat khususnya di pelayanan kesehatan dasar. Ada tiga

masalah secara umum tentang perencanaan obat dan manajemen farmasi di

Indonesia, yaitu:

 Pengadaan dilakukan oleh pihak ketiga melalui penunjukan langsung

dimana obat dan perbekalan kesehatan yang dibutuhkan tertera pada surat

perjanjian kerja/kontrak.

 Obat dan perbekalan farmamsi yang diadakan pada kontrak sesuai dengan

yang ada pada standar yang telah ditetapkan pemerintah seperti harga dan

kemasan (Kemasan yang ada mayoritas kemasan pot 1000tablet sehingga

pembagian ke puskesmas satelitnya sulit)

 Penerimaan barang dari pihak ketiga dilakukan oleh panitia penerima yang

sering tidak berlatar belakang pendidikan farmasi sehingga tidak

mengetahui kualitas barang yang diterima.(Sulanto S, 2012).

Pada tingkat provinsi ada beberapa masalah perencanaan dan pengadaan

obat, seperti dilakukannya perencanaan obat, pengadaan dan penerimaan obat,

bahwa obat yang diterima pada tahun 2014 tidak sesuai dengan rencana

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

kebutuhan obat dengan obat yang diberikan oleh droping pusat. Dalam hal

pencatatan dan pelaporan diperoleh bahwa data obat khususnya dalam obat

filariasis yang terdapat di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera

Utara yang tidak lengkap yaitu data rencana kebutuhan obat program filariasis

2014 yang dibuat pada tahun 2013 sehingga mempersulit dalam pengamatan data.

(Rahmahdani,2015).

Perencanaan pengadaan obat di Puskesmas Pamatang Raya dilakukan

untuk menentukan jenis dan jumlah kebutuhan obat di Puskesmas Pamatang

Raya. Dalam perencanaan kebutuhan obat yang akan dating Puskesmas Pamatang

Raya membuat perencanaan berdasarkan Lembar Permintaan dan Lembar

Pemakaian Obat (LPLPO). Lembar Permintaan Obat dan Lembar Pemakaian Obat

(LPLPO) akan dikumpulkan setiap bulan untuk membuat Lembar Perencanaan

Obat Tahunan, dan akan diusulkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun

melalui Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun. Dinas

Kesehatan Kabupaten Simalungun akan mengeluarkan Lembar Kebutuhan Obat

Pertahun, puskesmas mengambil obat setiap bulan sesuai perencanaan obat

pertahun melalui Lembar Permintaan Obat dan Lembar Pemakaian Obat

(LPLPO).

Berdasarkan survei awal yang dilakukan, perencanaan kebutuhan obat

yang dilakukan Puskesmas Pamatang Raya sudah berjalan, tetapi masih banyak

ditemukannya kekurangan dan kelebihan obat di puskesmas.Hal ini dibuktikan

banyaknya obat yang diterima tidak sesuai dengan perencanaan tahunan dan juga

kurangnya stok obat di Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Simalungun, seperti

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

Amlodipin tab 10 mg,dalam perencanaan tahunan kebutuhan perbulan adalah 5000

tablet perbulan tapi didalam LPLPO bulan Agustus hanya diterima 1000 tablet

dan pemakaiannya hanya 651 tablet, Dexametazone 0,5 mg tablet dalam

perencanaan pertahun kebutuhannya 10000 tablet perbulan tetapi dalam LPLPO

bulan Agustus hanya diterima 500 tablet dan pemakaian melebihi dari stok obat

itu mengakibatkan bagian Apotek Puskesmas Raya sering membeli obat yang

habis stok ke toko obat terdekat atau menggantikannya dengan obat jenis yang

lain.Kekurangan dan kelebihan obat ini dikarenakan tidak sesuainya obat yang

diterima dengan obat yang direncanakan oleh puskesmas, setelah diidentifikasi

faktor penyebab masalah itu adalah:

1. Banyaknya kekurangan dan kelebihan obat di Puskesmas padahal sudah

dilakukannya perencanaaan tahunan dan permintaan obat perbulan.

2. Kurangnya perhatian secara intensif terhadap kebutuhan obat di

Puskesmas di Kabupaten Simalungun sehingga sering terjadi kekurangan

dan kelebihan stok obat di Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Simalungun.

3. Tidak adanya tenaga pengadaan obat di Puskesmas Pamatang Raya

sehingga obat sepenuhnya diatur oleh Dinas Kesehatan Simalungun.

Penilitian Djuna (2013) Menyatakan bahwa terjadi kekurangan obat yang

tidak terealisasi untuk kebutuhan tahun berikutnya. Petugas Apoteker biasanya

mengeluh dengan masalah permintaan obat yang kadang tidak sesuai dengan obat

yang datang.

Penelitian Athijah (2010) menyatakan bahwa kurang lebih 80%

Puskesmas Melakukan Perencanaan Persediaan kebutuhan obat belum sesuai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5

dengan kebutuhan sesungguhnya, sehinga terdapat stok obat yang berlebih tapi

dilain pihak terdapat stok obat yang kosong.

Penelitian Hartono (2007) menyatakan bahwa terdapat permintaan

beberapa jenis obat tertentu tidak sesuai dengan usulan yang diajukan

sebelumnya. Disamping itu terdapat jenis obat tertentu dalam jumlah berlebih,

namun disisi lain terdapat jenis obat mengalami kekurangan. Hal ini menunjukkan

proses perencanaan kebutuhan obat di tingkat puskesmas tidak sesuai dengan

kebutuhan sebenarnya.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas,maka perlu dilakukan penelitian

tentang “Perencanaan Kebutuhan Obat untuk UPT Puskesmas Pematang Raya di

Wilayah Kerja Dinas Keshatan Kabupaten Simalungun.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan penelitian dapat

dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana Perencanaan obat di Puskesmas Pamatang Raya pada tahap

Pemilihan dan Seleksi Obat?

2. Bagaimana Perencanaan Obat di Puskesmas Pamatang Raya Pada Tahap

Kompilasi Pemakaian Obat?

3. Bagaimana Perencanaan Obat di Puskesmas Pamatang Raya pada Tahap

Perhitungan Kebutuhan Obat?

4. Bagaimana Perencanaan Obat di Dinas Kesehatan Simalungun pada Tahap

Proyeksi Kebutuhan obat?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6

5. Bagaimana Perencanaan Obat di Dinas Kesehatan Simalungun Pada Tahap

Penyesuaian Rencana Pengadaan Obat?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui perencanaan kebutuhan obat di Puskesmas Pematang

Raya di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mendeskripsikan Proses dan masalah dalam perencanaan obat di

Puskesmas Pamatang Raya pada Tahap Pemilihan dan Seleksi Obat.

2. Mendeskripsikan proses dan masalah dalam perencanaan obat di

Puskesmas Pamatang Raya pada tahap kompilasi pemakaian obat.

3. Mendeskripsikan proses dan masalah dalam perencanaan obat di

Puskesmas Pamatang Raya pada tahap penghitungan kebutuhan obat.

4. Mendeskripsikan Proses dan masalah dalam perencanaan obat di Dinas

Kesehatan Simalungun pada tahap proyeksi kebutuhan obat

5. Mendeskripsikan proses dan masalah dalam perencanaan obat di Dinas

Kesehatan Simalungun pada tahap penyesuaian rencana pengadaan obat.

1.4 Manfaat Penelitian.

1. Bagi Puskesmas Pematang Raya sebagai masukan dalam perencanaan

kebutuhan obat dalam rangka peningkatan efektifitas akan kebutuhan

obat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7

2. Bagi Dinas Kesehatan dalam pengembangan cara dalam merencanakan

obat secara efektif dan menyempurnakan kebijakan dengan prosedur

dan perencanaan obat yang terstruktur.

3. Bagi ilmu pengetahuan, khususnya tentang perencanaan kebutuhan obat

di bidang ilmu administrasi dan kebijkan kesehatan serta dalam

penemuan metedologi baru dalam lingkup ilmu kesehatan masyarakat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)

2.1.1 Pengertian Puskesmas

Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama,

dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai

derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya

(Permenkes RI No.75 tahun 2014)

2.1.1.1 Pengertian Upaya Kesehatan Masyarakat dan Upaya Kesehatan

Perorangan

Upaya Kesehatan Masyarakat adalah setiap kegiatan untuk memelihara

dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya

masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat

(Permenkes RI No.75 tahun 2014)

Upaya kesehatan Perseorangan adalah suatu kegiatan dan/ atau

serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan,

pencegahan,penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit,

dan memulihkan kesehatan perseorangan (Permenkes RI No. 75 tahun 2014)

2.1.2 Tugas, Fungsi, dan Wewenang Puskesmas

Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk

mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka

mendukung terwujutnya kecamatan sehat.

8
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
9

Dalam melaksanakan tugas puskesmas menyelengarakan fungsi:

a. penyelengaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya; dan

b. penyelengaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.

Dalam menyelenggarakan fungsi UKM puskesmas berwenang untuk:

a. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan

masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan;

b. Melaksankan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan;

c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan

masyarakat dalam bidang kesehatan;

d. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan

masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang

bekerjasama dengan sektor lain terkait;

e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya

kesehatan berbasis masyarakat;

f. Melsksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia puskesmas;

g. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan;

h. Melaksanakan pencatatan,pelaporan dan evaluasi terhadap akses, mutu,

dan cakupan pelayanan kesehatan;

i. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk

dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulangan

penyakit.

Dalam menyelenggarakan fungsi UKP puskesmas berwenang untuk:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10

1) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara koprehensif,

berkesinambungan dan bermutu;

2) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan upaya

promotif dan preventif;

3) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada individu,

keluarga, kelompok, dan masyarakat;

4) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan keamanan

dan keselamatan pasien dan pengunjung;

5) Penyelengaraan pelayanan kesehatan dengan prinsip koordinatif dan

kerjasama inter dan antar profesi;

6) Melaksanakan rekam medis;

7) Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan

akses pelayanan kesehatan;

8) Melaksanakan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan;

9) Mengordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan

kesehatan tingkat pertama dan di wilayah kerjanya;dan

10) Melaksanakan penampiasan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan

sistem rujukan (Permenkes RI No.75 tahun 2014)

2.1.3 Tujuan Puskesmas

Pembangunan kesehatanyang diselenggarakan di puskesmas bertujuan

untuk mewujutkan masyarakat yang:

a. memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan, dan kemampuan

hidup sehat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11

b. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu;

c. Hidup dalam lingkungan yang sehat;

d. Memiliki derajat kesehatan yang optimal,baik, individu, keluarga kelompok

dan masyarakat (Permenkes RI No.75 tahun 2014)

2.1.4 Prinsip Penyelengaraan Puskesmas.

a. Prinsip paradigma sehat, yaitu Puskesmas mendorong seluruh pemangku

kepentingan untuk berkomitmen dalam upaya mencegah dan mengurangi

resiko kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

b. Prinsip Pertanggungjawaban wilayah, yaitu puskesmas menggerakan dan

bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.

c. Prinsip kemandirian masyarakat, yaitu puskesmas mendorong kemandirian

hidup sehat bagi individu, keluaraga, kelompok, dan masyarakat

d. Prinsip pemerataan, yaitu puskesmas menyelenggarakan pelayanan

kesehatan yang dapat di akses dan terjangkau oleh seluruh masyarakat di

wilayah kerjanya secara adil tanpa membedakan status sosial,ekonomi, agama,

budaya dan kepercayaan.

e. Prinsip teknologi tepat guna, yaitu puskesmas menyelenggaraan pelayanan

kesehatan dengan memanfaatkan teknologi tepat guna yang sesuai dengan

kebutuhan pelayanan, mudah dimanfaatkan dan tidak berdampak buruk bagi

lingkungan.

f. Prinsip keterpaduan dan kesinambungan, yaitu puskesmas

mengintegrasikan dan mengordinasikan penyelengaraan UKM dan UKP lintas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

program dan lintas sektor serta melaksanakan sistem rujukan yang didukung

dengan manajemen puskesmas (Permenkes RI No.75 tahun 2014)

2.2 Perencanaan.

2.2.1 Pengertian Perencanaan.

Perencanaan adalah usaha sadar dan pengambilan keputusan yang telah

diperhitungkan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan di masa depan

dalam dan oleh suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan yang telah

ditentukan sebelumnya.

Defenisi perencanaan sesungguhnya mengandung empat pokok pikiran sebagai

berikut:

 Suatu rencana tidak akan timbul dengan sendirinya melainkan lahir

sebagai sebagai hasil pemikiran yang bersumber pada hasil penelitian yang

telah dilakukan.

 Para manajer selaku perencana mutlak perlu memiliki keberanian

mengambil keputusan dengan segala resikonya.

 Orientasi suatu rencana ialah masa depan. Perlu ditekankan bahwa

perencanaan bukanlah usaha untuk meramalkan suatu masa depan secara

umum, melainkan menentukan bentuk dan sifat masa depan yang

diingikan oleh organisasi.

 Rencana harus mempunyai makna bahwa apabila rencana itu

dilaksanakan, ia akan mempermudah usaha yang dilakukan dalam

pencapaian tujuan organisasi yang bersangkutan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

Menurut Koontz dan O’ Donnel yang dikutip dari buku Manullang

Perencanaan adalah fungsi seorang manajer yang berhubungan dengan peilihan

dari berbagai alternatif dan tujuan, kebijaksanaan, prosedur,dan

program.(Manulang, 2015)

2.2.2 Unsur Perencanaan.


Pada umumnya,suatu rencana yang baik berisikan atau memuat enam
unsur yaitu:
a. Tindakan apa yang harus dikerjakan?
b. Apakah sebabnya tindakan itu harus dikerjakan?
c. Di manakah tindakan itu harus dilaksanakan?
d. Kapan tindakan itu dilaksanakan?
e. Siapakah yang akan mengerjakan tindakan itu?
f. Bagaimanakah caranya melaksanakan tindakan itu?
Dari pertanyaan diatas suatu rencana harus memuat hal-hal sebagai berikut:
a. Penjelasan dari perincian kegiatan-kegiatan yang dibutuhkannya, fakktor-
faktor produksi yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan
tersebut agar apa yang menjadi tujuan dapat dihasilkan.
b. Penjelasan mengapa kegiatan-kegiatan itu harus dikerjakan dan mengapa
tujuan yang ditentukan itu harus dicapai
c. Penjelasan tentang lokasi fisik setiap kegiatan yang harus dikerjakan sehinnga
tersedia segala fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan untuk mengerjakan
pekerjaan itu.
d. Penjelasan mengeanai waktu dimulainya pekerjaan dan diselesaikannya
pekerjaannya baik untuk tiap-tiap bagian pekerjaan maupun untuk seluruh
pekerja. Disini harus ditetapkan standar waktu untuk mengerjakan,baik
bagian-bagian pekerjaan maupun seluruh pekerjaan.
e. Penjelasan tentang para petugas yang akan mengerjakan pekerjaanya, baik
mengenai kuantitas, maupun mengenai kualitas, yaitu kualifikasi-kualifikasi
pegawai, seperti keahlian, pengalaman dan sebagainya. Disini pula harus

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

dijelaskan authory, responsibility dan accountability dari masing-masing


pegawai.
f. Penjelasan tentang teknik mengerjakan pekerjaan.(manullang,2015)
2.2.3 Ciri Perencanaan
Penyusunan suatu perencanaan dapat pula disekati dengan berusaha
menggenali,memahami, dan memenuhi ciri-ciri rencana yanng baik. Dengan
bertitik tolak dari pemikiran yang luas, suatu rencana dapat dikatakan baik apabila
memenuhi sepuluh ciri yang dibahas sebagai berikut ini:
a. Rencana harus mempermudah tercapainya tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya. Artinya, bahwa penyesuaian suatu rencana tidak boleh
dipandang sebagai tujuan, melainkan sebagai cara yang sifatnya sistematik
untuk mencapai tujuan.
b. Perencanaan sungguh-sungguh memahami hakikat tujuan yang ingin dicapai.
Menyusun rencana merupakan salah satu fungsi organik yang harus
dilakukan oleh setiap manajer, akan tetapi dalam praktik mungkin saja
seorang manajer mendelegasikan tugas penyusunan rencana itu kepada para
pembantunya untuk kemudian diputuskannya.
c. Pemenuhan persyaratan keahlian teknis. Penyusunan suatu rencana untuk
kemudian disahkan oleh manajer seogiyanya diserahkan kepada orang-orang
yang memenugi syarat keahlian teknis menyusun rencana.
d. Rencana harus disertai oleh suatu rincian yang cermat.Artinya rencana tidak
hanya mengandung jawaban terhadap pertanyaan apa, dimana, bilamana,
bagaimana, siapa, dan mengapa, tetapi juga penjabarannya dalam bentuk
program kerja yang mendetail yang menyangkut semua segi kehidupan
organisasional.
e. Keterkaitan rencana dengan pelaksanaan. Jika dikatakan bahwa suatu rencana
merupakan suatu bentuk keputusan,berarti ia hanya mempunyai makna
apabila dilaksanakan.
f. Kesederhanaan, yang dimaksut dengan kesederhanaan sebagai ciri rencana
menyangkut berbagai hal seperti teknik penyusunan, bahasa yang digunakan,
sistematik, format, penekanan berbagai prioritas, dan sebagainya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15

g. Fleksibilitas. Suatu rencana yang baik adalah rencana yang mempunyai pola
dasar yang relati permanen. Sifat permanen mungkin diciptakan jika dalam
proses penyusunannya menggunakan tekni-teknik yang bersifat ilmiah.
h. Rencana memberikan tempat pada pengambilan resiko. Pengambilan
keputusan dan pelaksanaannya selalu mengandung resiko.
i. Rencana yang pragmatik. Bentuk dan sifat rencana merupakan pencerminan
dari filsafat manajemen yang dianut oleh pimpinan organisasi.
j. Rencana sebagai instrumen peramalan masa depan. Merencanakan harus
merupakan keputusan yang didalamnya telah tergambar situasi dan kondisi
yang diperkirakan akan dihadapi di masa depan dan memberikan petunjuk
tentang cara-cara yang dipandang tepat untuk menghadapinya
2.3 Perencanaan Kebutuhan Obat
2.3.1 Pengertian dan Tujuan Perencanaan Kebutuhan Obat
Perencanaan obat merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis,
jumlah, dan harga perbekalan Farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan
anggaran, untuk menghindarkan kekosongan obat dengan menggunakan metode
yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah
ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi konsumsi disesuaikan
dengan anggaran yang tersedia. Tujuan perencanaan obat:
1. Mendapatkan jenis dan jumlah obat tepat sesuai kebutuhan.
2. Menghindari kekosongan obat.
3. Meningkat penggunaan obat secara rasional.
4. Meningkatkan efisiensi penggunaan obat.(Satibi, 2015).
Perencanaan obat dan perbekalan kesehatan merupakan salah satu fungsi
yang menentukan dalam proses pengadaan obat dan perbekalan kesehatan. Tujuan
perencanaan adalah untuk menetapkan jenis dan jumlah obat dan perbekalan
kesehatan yang tepat sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan dasar. (KMK
No 1121, 2008)
2.3.2 Tahap Perencanaan Kebutuhan Obat
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No 1121/MENKES/SK/XXI/2008,
Berbagai kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan obat meliputi:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

2.3.2.1 Tahap Pemilihan Obat


Fungsi dari pemilihan atau penyeleksian obat adalah untuk menentukan

apakah obat benar- benar diperlukan dan sesuai dengan jumlah penduduk serta

pola penyakit. Pemilihan obat di Puskesmas memiliki tahapan dalam

Pelaksanaannya yaitu:

1. Memilih obat berdasarkan seleksi ilmiah, medik dan statik yang

memberikan efek terapi jauh lebih baik.

2. Memilih obat seminimal mungkin untuk menghindari duplikasi dan

kesamaan jenis obat

3. Memilih Obat berdasarkan drug of choice dari penyakit yang

prevalensinya tinggi, apabila terdapat banyak obat dengan indikasi yang

sama dalam jumlah banyak.

4. Memilih obat tunggal guna menghindari penggunaan obat kombinasi

kecuali obat tersebut memiliki efek yang lebih baik dibandingkan obat

tunggal.

5. Membuat bukti yang spesifik untuk terapi yang lebih baik,jika ada obat

baru. (KMK No 1121,2008)

Untuk mendapatkan perencanaan obat yang baik, sebaiknya diawali dengan dasar-

dasar seleksi kebutuhan obat yaitu meliputi:

a. Obat merupakan kebutuhan untuk sebagian besar populasi penyakit;

b. Obat memiliki keamanan, kemanjuran yang didukung dengan bukti

ilmiah;

c. Obat memiliki manfaat maksimal dengan resiko yang minimal;

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

d. Obat mempunyai mutu yang terjamin baik ditinjau dari segi stabilitas

maupun biovaliditasnya

e. Biaya pengobatan memiliki rasio antara manfaat dengan biaya yang baik;

f. Apabila pilihan lebih dari satu, maka dipilih yang paling baik, banyak

diketahui dan farmakokinetiknya yang paling menguntungkan;

g. Mudah diperoleh dengan harga terjangkau

h. Obat sedapat mungkin merupakan sediaan tunggal. (KMK No 1121,2008)

2.3.2.2 Tahap Kompilasi Pemakaian Obat

Komplikasi pemakaian obat berfungsi untuk mengetahui pemakaian

bulanan tiap-tiap jenis obat selama setahun dan sebagai data pembanding bagi

stok minimum.

Proses kompilasi pemakaian obat adalah :

1. Membuat nama obat tertentu yang ingin dihitung kompilasinya sesuai

dengan perencanaan obat di tiap UPT Puskesmas.

2. Mengumpulkan data pemakaian obat di masing-masing UPT Puskesmas

disertakan obat kurang yang dibeli atau berasal dari luar stok obat yang

tersedia di instalasi farmasi Puskesmas, data yang diperoleh dari lembar

pemakaian obat dari formulir LPLPO.

3. Menjumlah pemakaian obat yang sudah ditentukan setiap bulannya

4. Menentukan rata-rata obat setiap bulan dengan membagi 12 jumlah

pemakaian obat selama satu tahun, dan rata- rata pemakaian obat tertentu.

(Hartono,2007)

Informasi yang didapatkan dari komplikasi pemakaian obat adalah:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

a. Jumlah pemakaian tiap jenis obat pada tiap Unit Pelayanan Kesehatan;

b. Persentase pemakaian tiap jenis obat terhadap totalpemakaian setahun

seluruh Unit Pelayanan Kesehatan;

c. Pemakaian rata-rata untuk setiap jenis obat untuk tingkatan

kabupaten/kota.

Manfaat dari informasi-informasi yang didapat yaitu sebagai sumber data dalam

menghitung kebutuhan obat untuk pemakaian tahun mendatang dan sebagai

sumber data dalam menghitung stok/persediaan pengaman dalam rangka

mendukung penyusunan rencana distribusi. (KMK No 1121,2008).

2.3.2.3 Tahap Perhitungan Kebutuhan Obat

Menentukan kebutuhan obat merupakan tantangan berat yang harus

dihadapi oleh Apoteker yang bekerja di Unit Pelayanan Kesehatan maupun di

Gudang Farmasi. Masalah kekosongan obat atau kelebihan obat yang terjadi

apabila informasi yang teoritis kebutuhan pengobatan. Dengan koordinasi dan

proses perencanaan untuk pengadaan obat secara terpadu serta melalui tahapan

seperti diatas maka diharapkan obat yang direncanakan dapat tepat jenis, tepat

jumlah serta tepat waktu.(Hartono,2007)

a. Metode Penentuan Kebutuhan Obat

Pendekatan dalam menentukan kebutuhan obat dapat dilakukan dengan

berbagai metode, yaitu:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

a. Metode Konsumsi

Didasarkan atas analisi konsumsi obat tahun sebelumnya. Untuk

menghitung jumlah obat yang dibutuhkan berdasarkan metode konsumsi perlu

diperhatikan hal-hal sebagai berikut, yaitu :

1. Pengumpulan dan pengelolaan data

2. Analisis data untuk informasi dan evaluasi

3. Perhitungan perkiraan kebutuhan obat

4. Penyesuaian jumlah kebutuhan obat dengan alokasi dana.

Jenis-jenis data yang perlu dipersiapkan dalam metode konsumsi, yaitu alokasi

dana, daftar obat, stok awal, penerimaan, pengeluaran, sisa stok, obat

hilang/rusak, kadaluarsa, kekosongan obat, pemakaian rata-rata atau pergerakan

obat pertahun, lead time, stok pengaman dan perkembangan pola kunjungan.

Adapun langkah-langkah perhitungan dengan metode konsumsi adalah;

1. Hitung pemakaian rata-rata obat X perbulan pada tahun sebelumnya (a)

2. Hitung pemakaian obat X pada tahun sebelumnya (b)

3. Hitung stok pengaman, pada umumnya stok pengaman berkisar 10 %-20%

dari pemakaian obat X dalam satu bulan.

4. Menghitung kebutuhan obat X tahun selanjutnya adalah penghitungan

kebutuhan obat X tahun sebelumnya (e) – sisa stok (KMK No1121,

2008)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20

Dengan rumus perhitungan;

A=(B+C+D)-E

A= Rencana pengadaan.

B= Pemakainan rata-rata x 12 Bulan.

C= Stok pengaman 10% - 20 %.

D= Waktu tunggu 3-6 Bulan.

E= Sisa stok.

b. Metode Morbiditas

Metode morbiditas adalah perhitungan kebutuhan obat berdasarkan pola

penyakit, perkiraan kenaikan kunjungan dan lead time. Langkah-langkah dalam

metode ini adalah:

1. Menentukan jumlah penduduk yang akan dilayani

2. Menentukan jumlah kunjungan kasus berdasarkan frekuensi penyakit.

3. Menyediakaan standar pedoman/pedoman pengobatan yang digunakan

4. Menghitung perkiraan kebutuhan obat

5. Menyesuaikan dengan alokasi dana yang tersedia

Data yang perlu dipersiapkan untuk perhitungan dengan menggunakan

metode morbiditas, yaitu:

a. Perkiraan jumlah populasi

b. Menetapkan pola morbiditas penyakit berdasarkan kelompok umur

penyakit.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

c. Frekuensi kejadian masing-masing penyakit pertahun untuk seluruh

populasi pada kelompok umur yang ada

d. Menghitung perkiraan jumlah obat X jenis obat untuk setiap diagnosa,

yang dibandingkan dengan standar pengobatan.

e. Mengunakan pedoman pengobatan yang ada untuk menghitung jenis,

jumlah, dosis, frekuensi, dan lama pemberian obat.

f. Menetapkan pola morbiditas penyakit berdasarkan kelompok umur

penyakit

g. Data frekuensi kejadian masing-masing penyakit pertahun untuk seluruh

populasi pada kelompok umur yang ada.

h. Menghitung perkiraan jumlah obat X jenis obat untuk setiap diagnosa,

yang dibandingkan dengan standar pengobatan.

i. Menggunakan pedoman pengobatan untuk menghitung jenis, jumlah,

dosis, frekuensi dan lama pemberian obat.

Adapun langkah-langkah didalam melakukan perhitungan kebutuhan obat

berdasarkan metode morbiditas, adalah:

1. Mengitung masing-masing jumlah obat yang diperlukan setiap penyakit

berdasarkan dengan pedoman pengobatan

2. Pengelompokan dan penjumlahan masing-masing obat.

3. Menghitung jumlah kebutuhan obat yang akan datang dengan

mempertimbangkan faktor, antara lain: peningkatan kunjungan, lead time,

stok pengaman

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

4. Menghitung jumlah yang harus diadakan pada tahun anggaran yang akan

datang dengan rumus: kebutuhan obat yang akan datang- sisa stok.(KMK

No 1121,2008).

Kelebihan dan kekurangan yang dimiliki,yaitu dapat dijelaskan sebagai

berikut:

Tabel 2.1 perbandingan Kelebihan dan kekurangan antara Metode


Konsumsi dan Metode Morbiditas
Metode Kelebihan Kekurangan
Konsumsi 1.Data konsumis akurat dan 1.Data konsumsi,data obat dan
merupakan metode yang data jumlah kontak pasien yang
paling mudah dapat diandalkan mungkin
sulit diperoleh
2.Tidak memerlukan data 2.Tidak dapat dijadikan dasar
epidemiologi maupun standar dalam mengkaji penggunaan
pengorbanan obat dan perbaikan perskripsi
3.Bila data konsumsi obat 3.Tidak dapat diandalkan jika
lengkap, pola perskripsi tidak terjadi kekurangan stok lebih
berubah dan kebutuhan relatif dan 3 bulan, obat yang berlebih
kontstan maka kemungkinan atau adanya kehilangan.
kekurangan atau kelebihan
obat sangat kecil.

4.Tidak memerlukan
pencatatan data morbiditas
yang baik

Morbididas 1.Perkiraaan kebutuhan yang 1.Membutuhkan waktu dan


mendekati kebenaran tenaga yang terampil.

2.Dapat digunakan pada 2.Data penyakit sulit diperoleh


program-program baru secara pasti dan kemungkinan
terdapat penyakit yang tidak
termasuk dalam daftar/tidak
melapor.
3.Standar pengobatan dapat 3.Memerlukan system
mendukung usaha pencatatan dan pelaporan
memperbaiki pola penggunaan
obat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

4.Pola penyakit dan pola


perskripsi tidak selalu sama

5.Dapat terjadi kekurangan


obat karena ada wabah atau
kebutuhan insidentil tidak
terpenuhi.

6.Variasi obat terlalu luas.

Sumber: Tabel perbandingan Kelebihan dan kekurangan antara Metode


Konsumsi dan Metode Morbiditas. Sihotang, Analisis Perencanaan Obat dalam
JKN pada UPT Puskesmas Kecupak Kabupaten Pakpak Bharat. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara 2017.

2.3.2.4 Tahap Proyeksi Kebutuhan Obat

Proyeksi kebutuhan obat adalah Perhitungan kebutuhan obat secara

komprehensif dengan mempertimbangkan data pemakaian obat dan jumlah sisa

stok pada periode yang masih berjalan dari berbagai sumber anggaran.

Cara dalam melakukan proyeksi kebutuhan obat adalah sebagai berikut

sesuai dengan informasi yang didapatkan dari tahapan proyeksi kebutuhan obat:

1. Jumlah kebutuhan pengadaan obat tahun yang akan datang:

Pemakaian rata-rata obat setiap bulan x 12 + persentase kenaikan kunjungan

(10%)+ stok penyanggah+ waktu tunggu(sesuai geografis daerah)

2. Jumlah persediaan obat di gudang farmasi:

Stok awal pada satu januari+ Stok awal di Puskesmas+ obat yang masuk instalasi

farmasi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

3.Jumlah obat yang diterima pada tahun anggaran berjalan:

Anggaran APBD+ Anggaran Akses+ Anggaran obat program+ PKPSBBM+

Anggaran lain.

4.Rencana pengadaan obat untuk tahun berikutnya berdasarkan

sumber anggaran:

Dana anggaran APBD+ Dana anggaran akses+ Dana anggaran program+ Dana

anggaran buffer stock Nasional+ Anggaran lainnya.

5. Tingkat kecukupan setiap jenis obat:

Jumlah persediaan obat di Gudang Farmasi : Pemakaian obat rata/bulan.(KMK

No 1121,2008).

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah:

a) Menetapkan rancangan stok akhir periode yang akan datang. Rancangan

stok akhir diperkirakan sama dengan hasil perkalian antara waktu tunggu

dengan estimasi pemakaian rata-rata/bulan ditambah stok penyangga.

b) Menghitung rancangan pengadaan obat periode tahun yang akan datang.

Perencanaan pengadaan obat tahun yang akan datangdapat dirumuskan

sebagai berikut, yaitu: a=b+c+d+e+f

Keterangan:

a: Rancangan kebutuhan obat tahun yang akan datang

b: Kebutuhan obat untuk sisa periode berjalan (Januari-Desember)

c: Kebutuhan obat untuk tahun yang akan datang

d: Rancangan stok akhir.

e: Stok awal periode berjalan /stok per 31 Desember Gudang Farmasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

f: Rencana penerimaan obat pada periode berjalan (Januari-Desember)

c) Menghitung rancangan anggaran untuk total kebutuhan obat dengan cara:

1. Melakukan analisi ABC-VEN

2. Menyusun prioritas kebutuhan dan penyesuaian

3. Menyusun prioritas kebutuhan dasar dan penyesuaian kebutuhan

berdasar data 10 penyakit terbesar.

d) Pengalokasian kebutuhan obat tiap sumber anggaran dengan melakukan

kegiatan, yaitu:

1. Menetapkan kebutuhan anggaran untuk masing-masing obat terhadap

masing masing sumber anggaran

2. Menghitung persentase belanja untuk masing-masing obat terhadap

masing-masing sumber anggaran

3. Menghitung persentase anggaran masing-masing obat terhadap total

anggaran dari semua sumber. (KMK No 1121,2008).

2.3.2.5 Tahap Penyesuaian Perencanaan Kebutuhan Obat

Dengan melaksanakan penyesuaian perencanaan kebutuhan obat dengan

jumlah dana yang tersedia, maka informasi yang didapat adalah jumlah

perencanaan, skala prioritas masing-masing jenis obat dan jumlah kemasan

rencana kebutuhan obat tahun yang akan datang.(KMK No 1121,2008).

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No 1121 Tahun 2008 ada beberapa teknik

manajemen untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi adalah dengan cara:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

A) Analisis ABC

Berdasarkan berbagai observasi dalam inventori manajemen yang paling

banyak ditemukan adalah tingkat konsumsi pertahun hanya diwakili oleh

sejumlah item yang relatif kecil. Sebagai contoh, dari pengamatan terhadap

perencanaan obat dijumpai bahwa sebagian besar dana obat (70%) digunakan

untuk kebutuhan 10% dari jenis obat yang paling banyak digunakan, sedangkan

sisanya 90% item (sebagian besar item) menggunakan dana sebesar 30 %. Oleh

karena itu analisis ABC mengelompokkan item obat berdasarkan kebutuhan

dananya yaitu:

1. Kelompok A: Adalah kelompok jenis obat yang jumlah nilai rencana

perencanaan kebutuhannya menunjukkan penyerapan dana sebesar 70%

dari jumlah dana obat keseluruhan.

2. Kelompok B: Adalah kelompok jenis obat yang jumlah nilai perencanaan

kebutuhannya menunjukkan penyerapan dana 20% dari jumlah dana obat

secara keseluruhan.

3. Kelompok C: Adalah kelompok jenis obat yang jumlah nilai perencanaan

kebutuhannya menunjukkan penyerapan dana sekitar 10 % dari jumlah

dana obat keseluruhan.

Analisis ABC dapat dibedakan menjadi 2(dua) yaitu:

a. Analisis ABC pemakaian

Langkah-langkah yang harus dilakukan,yaitu sebagai berikut:

1. Mengumpulkan daftar jenis obat dalam satu periode

2. Membuat daftar pemakaian dari masing-masing jenis obat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


27

3. Jumlah pemakaian masing-masing jenis obat diurutkan berdasarkan jumlah

pemakaian terbanyak ke jumlah pemakaian terkecil

4. Menghitung persentase unuk masing-masing dan persentase komulatifnya

5. Mengelompokkan obat menjadi tiga kelompok berdasrakan persentase 70-30-

10 yaitu: a)70% masukkelompok A. b) 20% masuk kelompok B. c)10%

masuk kelompok C.(KMK No 1121,2008).

b. Analisi ABC Investasi

Langkah-langkah yang dilakukan yaitu sebagai berikut:

1. Mengumpulkan seluruh daftar jenis obat selama satu periode

2. Mencatat harga pembelian masing-masing jenis untuk periode tersebut

3. Menghitung biaya pemakaian setiap jenis dengan cara mengalikan antara

jumlah pemakaian dengan harga satuan

4. Menyusun nilai investasi dari yang terbesar hingga yang terkecil

5. Menghitung persentase dan kumulatifnya

6. Mengelompokan obat menjadi 3 kelompok dengan persentase70-20-

10.(KMK No 1121,2008).

B) Analisis VEN

Salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi penggunaan dana obat yang

terbatas adalah dengan mengelompokkan obat yang didasarkan kepada dampak

tiap jenis obat pada kesehatan. Semua jenis obat yang tercantumdalam daftar obat

dikelompokkan kedalam 3 kelompok yaitu:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


28

1. Kelompok V:

Adalah kelompok obat-obatan yang harus tersedia karena dipakai

untuk tindakan penyelamatan hidup manusia, atau untuk pengobatan

penyakit yang menyebabkan kematian. Obat yang termasuk dalam

kelompok ini antara lain, life saving drug, obat untuk pelayanan

kesehatan dasar, dan obat untuk mengatasi penyakit-penyakit

penyebab kematian terbesar.

2. Kelompok E:

Adalah kelompok obat-obatan esensial yang banyak digunakan dalam

tindakan atau dipakai diseluruh unit di Rumah Sakit, biasanya

merupakan obat yang bekerja secara kasual atau obat yang bekerja

pada sumber penyebab penyakit

3. Kelompok N:

Merupakan obat-obatan penunjang atau pelengkap yaitu obat yang

kerjanya ringan dan biasa digunakan untuk menimbulkan kenyamanan

atau untuk mengatasi keluhan ringan.

Penggolongan obat dengan analisis VEN dapat digunakan:

1. Penyesuaian rencana kebutuhan obat dengan alokasi dana yang

tersedia. Obat-obatan yang perlu ditambah atau dikurangi dapat

didasarkan atas pengelompokan obat menurut VEN.

Dalam penyusunan rencana kebutuhan obat yang masuk kelompok V agar

diusahakan tidak terjadi kekosongan obat. Untuk menyusun daftar VEN perlu

ditentukan lebih dahulu kriteria penentuan VEN. Kriteria sebaiknya disusun oleh

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


29

satu tim. Dalam menentukan kriteria perlu dipertimbangkan kondisi dan

kebutuhan masing-masing wilayah kriteria yang disusun dapat mencakup berbagai

aspek antara lain; Klinis, konsumsi, target kondisi dan biaya.(KMK No

1121,2008).

C) Analisis ABC-VEN

Selain menggunakan analisis ABC dan VEN dalam penyesuaian jumlah

obat dengan dana yang tersedia untuk mengatasi perkiraan kebutuhan obat yang

lebih besar dari dana yang tersedia dapat digunakan pula analisis ABC-VEN yaitu

merupakan analisis yang menggabungkan analisis ABC dan VEN ke dalam suatu

matriks sehingga analisis menjadi lebih tajam.

Matriks tersebut dapat dijadikan dasar untuk menetapkan prioritas dalam

rangka, penyesuaian jenis barang yang bersifat vital (VA, VB, VC) merupakan

pilihan utama untuk dibeli atau memerlukan perhatian khusus. Sebaliknya barang

yang non Esensial tetepi menyerap anggaran banyak (NA) dijadikan prioritas

untuk dikeluarkan dari daftar belanja.

Hasil analisis ABCdan VEN dapat digunakan dalam menghemat biaya dan

meningkatkan efisiensi misalnya dalam pengelolaan stok, penetapan harga satuan

obat, penetapan jadwal pengiriman, pengawasan stok, dan monitoring umur pakai

obat.(KMK No 1121,2008).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


30

2.4 Kerangka Pikir

Tahap perencanaan kebutuhan obat Menurut Keputusan Menteri

Kesehatan No 1121/MENKES/SK/XII/2008.

1.Pemilihan dan seleksi obat:

1. Memilih obat berdasarkan seleksi ilmiah.


2. Memilih obat seminimal mungkin.
3. Memilih obat berdasarkan drug of choice
4. Memilih obat tunggal.
5. Membuat bukti terapi obat yang lebih baik

2.Kompilasi pemakaian obat:

1. Membuat nama obat tertentu yang ingin dihitung.


2. Mengumpulkan data pemakaian obat Puskesmas
3. Menjumlah pemakaian obat tiap bulan.
4. Menentukan rata- rata obat setiap bulan
Ketersediaan Data

Perencanaan Obat
3.Penghitungan kebutuhan obat

A. Metode konsumsi.
1. Pengumpulan dan pengolahan data.
2. Analisis data untuk informasi untuk dan evaluasi
3. Penghitungan perkiraan kebutuhan obat
4. Penyesuaian kebutuhan obat dengan alokasi dana
B. Metode Morbiditas
1. Jumlah penduduk yang akan dilayani
2. Jumlah kunjungan kasus penyakit
3. Pedoman pengobatan
4. Perkiraan kebutuhan obat
5. Penyesuaian alokasi dana.

4.Proyeksi kebutuhan obat

1. Menetapkan rancangan stok akhir


2. Menghitung rancangan pengadaan obat
5. Peyesuaian rencana pengadaan 3. Menghitung rancangan anggaran untuk total
kebutuhan obat
dengan Analisa
4. Pengalokasian kebutuhan obat tiap sumber
VEN/ABC anggaran
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
31

Dalam memenuhi kebutuhan obat di puskesmas diperlukan perencanaan

kebutuhan obat yang disusun oleh Keputusan Menteri Kesehatan yaitu No

1121/MENKES/SK/XII/2008. Disini tertulis bagaimana perencanaan kebutuhan

obat puskesmas secara teknis mulai dari instalasi farmasi puskesmas sampai

pengadaan obat puskesmas oleh Dinas Kesehatan secara terperinci. Dimana setiap

tahapan dalam perencanaan obat membutuhkan data output dari setiap tahapan

agar menjadi data untuk tahapan perencanaan berikutnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Peniltian

Jenis Penelitian yang digunakan adalah Penelitian Kualitatif dengan

Wawancara mendalam (Idepth Interview) Terhadap informan untuk menggali

Informasi, memahami pandangan, pengalaman, dan pengetahuan informan

mengenai Perencanaan kebutuhan obat di Puskesmas Pamatang Raya. (Martha

dan Sudarti, 2016)

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Pamatang Raya Kecamatan Raya

Kabupaten Simalungun, karena masih banyaknya terdapat kekurangan dan

kelebihan obat sedangkan perencanaan kebutuhan obat telah terlaksana.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan mulai dari kegiatan survei pendahuluan pada Bulan Agustus

2017 sampai dengan proses penelitian hingga selesai.

3.3 Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik purposive

sampling, yaitu teknik yang dilakukan untuk memilih Informan yang mampu

memberi informasi berkaitan dengan topik penelitian. Informan yang diteliti

adalah tenaga kesehatan di bidang farmasi yang ada di Puskesmas Pamatang Raya

dan yang bersangkutan dengan pengadaan obat di wilayah kerja Dinas Kesehatan

Simalungun yang terdiri dari:

32
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
33

1. Kepala Puskesmas Pamatang Raya.

2. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun.

3. Kepala Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun.

4. Staf farmasi Puskesmas Pamatang Raya.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Dalam penelian ini digunakan sumber data yaitu:

3.4.1 Data Primer

Wawancara mendalam (Indepth interview) kepada informan. Dalam

penelitian ini dilakukan wawancara semi terstruktur yang dilengkapi dengan

pedoman wawancara yang dijadikan patokan dalam alur, urutan dan penggunaan

kata. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemkan masalah lebih

terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, peneliti perlu

mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang ditemukan oleh informan

(sugiyono, 2009).

3.4.2 Data Sekunder

Data yang digunakan sebagai pelengkap dari data primer untuk keperluan

penelitian seperti dari Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun, Lembar

Permintaan dan Lembar Pemakaian Obat, buku buku refrensi dan lain-lain.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


34

3.5 Definisi Operasional

1. Tahap pemilihan dan seleksi obat adalah tahap dimana obat diseleksi

berdasarkan seleksi yang empiris melalui pemilihan yang menguntungkan baik

dari segi dana dan juga efek terapi.

2. Tahap kompilasi pemakaian obat adalah tahap menyusun secara teratur

pemakaian obat di puskesmas dengan menggunnakan data-data yang

mendukung dari puskesmas.

3. Tahap perhitungan kebutuhan obat adalah tahap dimana menghitung kebutuhan

obat berdasarkan beberapa metode penghitungan yang akurat dan juga telah

diuji secara empiris.

4. Tahap proyeksi kebutuhan obat adalah tahap perencanaan yang akan datang

dan juga dengan jangka waktu tertentu dengan memperhitungkan berbagai

sumber dana dan juga jenis perencanaannya.

5. Tahap penyesuaian perencanaan kebutuhan obat adalah tahap menyesuaikan

kebutuhan obat berdasarkan anggaran dana dengan analisis kebutuhan obat

sesuai besarnya penyerapan dana dan juga tingkat kepentingan suatu obat.

3.6 Triangulasi

Triangulasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber,

yaitu dengan memilih informan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan

pertanyaan yang diajukan (patton dalam Moleong, 2007).

3.7 Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif dilakukan secara simultan dengan proses

pengumpulan data, interpretasi data dan dibuat matriks untuk mempermudah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


35

dalam melihat data secara lebih sistematis (Miles dan Huberman dalam

Herdiansyah , 2012).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Puskesmas Raya

Puskesmas Pamatang Raya terletak di kelurahan Raya Kecamatan Raya,

Luas wilayah kecamatan Raya adalah 393,3 km2. yang terdiri dari 5 kelurahan dan

17 Nagori dengan jumlah penduduk 35.326 jiwa dengan kepadatan penduduk

89km2. Batas-batas Puskesmas Pamatang Raya kelurahan Raya Kecamatan Raya

adalah:

1. Sebelah Timur : Kecamatan Panei

2. Sebelah Barat : Dolok Masagal

3. Sebelah Utara : Raya Kehean

4. Sebelah Selatan : Dolok Masagal

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Di Wilayah Kerja Puskesmas Pamatang Raya


Tahun 2016
No. Desa Luas Wilayah JumlahPenduduk Jumlah KK
(km2)

1 Pamatang Raya 16,60 5643 1352


2 Merek Raya 28,40 2025 417
3 Sihubu 13,20 768 586
4 Sondi Raya 24,00 4074 200
5 Raya Bosi 38,00 815 169
6 Dalig Raya 9,80 2025 1056
7 Bongguron 17,20 1350 392
8 Silou Buttu 13,20 717 203
9 Raya Bayu 18,10 1694 485
10 Raya Usang 17,80 1614 760
11 Dolog Huluan 15,20 2165 401
12 Bahbolon 9,80 2067 489
13 Siporkas 15,20 2145 247
14 Raya Huluan 10,20 1771 510

36
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
37

15 Bahapal 10,20 1839 161


16 Silou Huluan 14,80 480 186
17 Simbou 17,60 820 300
18 Bittang Mariah 8,0 617 492
19 Limag 12,20 935 230
20 Lokkung 22,00 1350 256
21 Dame Raya 17,80 617 188
22 Baringin Raya 40,00 1634 120
Jumlah Total 397,3 35.326 9.227
Sumber:Puskesmas Pamatang Raya Tahun 2016

Tabel 4.2 Data Tenaga Kesehatan di Puskesmas Pamatang Raya tahun 2016
No. Tenaga Kesehatan Jumlah

1 Dokter Umum 3

2 Bidan 9

3 Perawat 10

4 Perawat Gigi 1

5 Teknis Kefarmasian 1

6 Tenaga Kesehatan Masyarakat 1

7 Tenaga Kesehatan Lingkungan 1

8 Nutrisionis 1

9 Analasis Kesehatan 1

10 Pengelola Program Kesehatan 1

Jumlah Total 27

Sumber:Puskesmas Pamatang Raya Tahun 2016

Di Puskesmas Pamatang Raya terdapat sebanyak 27 orang tenaga

kesehatan yang berstatus sebagai pegawai aktif. Terdapat 3 orang tenaga

kesehatan dokter umum. Terdapat 9 orang tenaga kesehatan bidan. Terdapat 10

orang tenaga kesehatan perawat.Terdapat 1 orang tenaga kesehatan perawat

gigi.Terdapat 1 orang tenaga kesehatan teknis kefarmasian. Terdapat 1 orang

tenaga kesehatan masyarakat. Terdapat 1 orang tenaga kesehatan lingkungan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


38

Terdapat 1 orang tenaga kesehatan nutrisionis. Terdapat 1 orang tenaga kesehatan

analisis kesehatan. Terdapat 1 orang tenaga pengelola program kesehatan.

4.2 Karakteristik Informan

Karakteristik masing-masing informan pada penelitian ini, dapat dilihat

dari tabel berikut.

Tabel 4.3 Karateristik Informan


No Informan Jenis Umur Pendidikan Jabatan
Kelamin (tahun)
1 dr.Antonius Laki-laki 52 S2 Kepala Bidang
Purba,M.Epid Sumber Daya
Kesehatan

2 Yeti Forice Perempuan 30 S1 Kepala Puskesmas


Purba,SKM
3 Posma Arta Perempuan 32 S1 Kepala Instalasi
Mutiara,Apt (apoteker) Farmasi Dinas
Kesehatan.

4 Robesita Girsang Perempuan 50 SMF Penanggung Jawab


Apotek Puskesmas

Dari tabel diatas bahwa jumlah informan dalam penelitian ini adalah 4

informan, yang terdiri dari 1 informan Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan

Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun (Mewakili Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten Simalungun) yang berusia 52 tahun dengan pendidikan S2, 1 informan

Kepala Puskesmas Pamatang Raya yang berusia 30 tahun dengan pendidikan S1,

1 informan Kepala Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun

yang berusia 32 tahun dengan pendidikan S1 Apoteker, 1 informan Penanggung

jawab Apotek Puskesmas Pamatang Raya yang berusia 50 tahun dengan

pendidikan SMF.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


39

4.3 Ketersediaan Data Perencanaan Obat

Proses perencanaan kebutuhan obat di puskesmas memiliki beberapa

tahapan dalam pelaksanaannya, dalam setiap tahapan perencanaan obat hal yang

sangat dibutuhkan sebagai pendukung adalah data. Tujuan dari perencanaan

kebutuhan obat adalah untuk menyusun kebutuhhan obat di puskesmas baik dari

segi jumlah dan jenis obat, ketersediaan data perencanaan obat adalah hal yang

sangat mendukung terlaksananya perencanaan obat di puskesmas.

Ketersediaan data juga berhubungan dengan sumber daya manusia yang

menjalankan perencanaan obat tersebut, menurut beberapa informan sumber daya

manusia di Puskesmas Pamatang Raya masih belum mencukupi. Hasil wawancara

mendalam tentang sumber daya manusia di Puskesmas Pamatang Raya adalah

sebagai berikut:

“Sumber daya manusia di Puskesmas Pamatang Raya


belum mencukupi dari segi kualitatas karena kurangnya
tenaga farmasi yang di Puskesmas Pamatang Raya, belum
semua anggota di instalasi farmasi di Puskesmas itu
riwayat pendidikannya dari kefarmasian dan juga tidak
adanya Apoteker di instalasi farmasi di Puskesmas
Pamatang Raya”. (Informan I/ KaBid Sumber Daya
Kesehatan)

Sumber daya manusia di Puskesmas Pamatang Raya belum mencukupi

karena sumber daya manusia di instalasi farmasi puskesmas belum seluruhnya

memiliki pendidikan yang berhubungan tentang obat. dengan demikian

ketersediaan data dalam segi pengolah data atau sumber daya manusia belum

mencukupi. Dari segi kuantitas Puskesmas Pamatang Raya memiliki empat

pegawai Farmasi dan satu penanggung jawab Farmasi dengan hanya penanggung

jawab farmasi yang memiliki latar belakang pendidikan tentang kefarmasian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

dengan begitu dari segi kualitas sumber daya manusia di Instalasi Farmasi

Puskesmas Pamatang Raya belum dikatakan baik. Begitu juga menurut informan

yang lainnya selain informan satu informan II dan informan III juga memiliki

jawaban yang sama mengenai ketersediaan sumber daya manusia di Puskesmas

Pamatang Raya, dalam menentukan rasio untuk menentukan jumlah apoteker di

puskesmas adalah satu apoteker untuk 50 pasien perhari, jadi Puskesmas

Pamatang Raya hanya memiliki satu sumber daya manusia yang memiliki riwayat

pendidikan tentang obat yaitu Penanggung jawab instalasi farmasi di puskesmas

dengan riwayat pendidikan terakhir yaitu Sekolah Menengah Farmasi.

Data yang digunakan dalam perencanaan obat juga sangat penting dalam

ketersediaan data perencanaan obat selain sumber daya manusia atau pengelola

obat, jenis data yang perlu dipersiapkan oleh pengelola obat yang ada di

Puskesmas Pamatang Raya yaitu daftar nama obat, sisa stok obat pada kartu stok,

data obat-obat yang sudah kadaluarsa, dan data pemakaian rata-rata obat pertahun.

Data-data tersebut biasanya dapat diperoleh dalam LPLPO, laporan data kesakitan

(LB1) dan kartu stok obat.

Hasil wawancara mendalam tentang data yang digunakan dalam

perencanaan obat adalah sebagai berikut :

“Jadi data yang dibutuhkan yaitu data dari LB1 yaitu


berdasarkan jumlah penyakit.(Informan IV/ Penanggung
jawab apotek puskesmas)
Sedangkan menurut informan III/ Kepala instalasi farmasi DinKes ada perbedaan
yaitu:
“Jadi data yang dipakai itu adalah data yang bersal dari
Puskesmas seperti LPLPO dan Juga LB1 atau jumlah
penyakit di Puskesmas, lalu dari data tersebut akan
diadakan rapat untuk menentukan perencanaan obat
selanjutya.(Informan III/ Kepala instalasi farmasi DinKes)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


41

Berdasarkan pernyataan informan diatas dapat diketahui bahwa dua

informan memperoleh data yang dijadikan acuan dalam pembuatan penyusunan

perencanaan obat adalah Formularium Nasional yaitu data obat yang sudah

ditentukan oleh Kementrian Kesehatan untuk kebutuhan obat di setiap puskesmas,

LPLPO (Laporan permintaan dan lembar pemakaian obat) yang di catat setiap

bulan untuk mengetahui obat yang diminta dan obat yang dipakai oleh puskesmas

dan Rekapitulasi rencana kebutuhan obat, pernyataan dari informan IV dan

informan II sama mengenai data yang dibutuhkan puskesmas. Data yang ada

dalam Formularium Nasional adalah obat terpilih yang paling dibutuhkan untuk

pelayanan kesehatan dan diupayakan tersedia di fasilitas kesehatan.

Tabel 4.4 Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat Bulan


Agustus-September
No Nama Obat Stok Penerimaan Peresediaan Pemakaian Jumlah Permintaan
Awal Bulan ini
1 Amlodipin 206 1000 1206 651 555 300
Tablet 10 mg
2 Amoksisilin 508 1000 1508 1508 - 2000
Kaplet 500 mg
3 Dexametazone 793 500 1293 1293 - 2000
O,5 mg tab
4 Antasida tab 598 1000 1598 1424 174 2000
DOEN
5 Diazepam 2 mg 161 - 161 53 108 -
tab
Sumber: Puskesmas Pamatang Raya Tahun 2016
Ringkasan tabel Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat

Laporan Pemakaian Bualan Agustus permintaan Bulan September dijelaskan

bahwa obat Amlodipin tab 10 mg, stok awal yang tersedia adalah 206 tablet, dan

diterima pada Bulan Agustus sebanyak 1000 tablet, persediaan obat menjadi 1206

tablet, sedangkan pemakaian adalah 651 tablet, jumlah yang masih tersedia di

puskesmas adalah 555 tablet, dan permintaan untuk bulan september adalah 300

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


42

tablet. Untuk obat Amoksisilin kaplet 500 mg, stok awal yang tersedia adalah 508

tablet, dan diterima pada Bulan Agustus sebanyak 1000 tablet, persediaan obat

menjadi 1508 tablet, sedangkan pemakaian adalah 1508 tablet, semua obat habis

dipakai di Bulan Agustus, dan permintaan untuk bulan september adalah 2000

tablet. Untuk obat Dexametazone 0,5 mg tab, stok awal yang tersedia adalah 793

tablet, dan diterima pada Bulan Agustus sebanyak 500 tablet, persediaan obat

menjadi 1293 tablet, sedangkan pemakaian adalah 1293 tablet, semua obat habis

dipakai di Bulan Agustus, dan permintaan untuk bulan september adalah 2000.

Untuk obat Antasida Tab DOEN, stok awal yang tersedia adalah 598 tablet, dan

diterima pada Bulan Agustus sebanyak 1000 tablet, persediaan obat menjadi 1598

tablet, sedangkan pemakaian adalah 1424 tablet, jumlah yang masih tersedia di

puskesmas adalah 174 tablet, dan permintaan untuk bulan september adalah 2000

tablet. obat Diazepam 2 mg tab, stok awal yang tersedia adalah 161 tablet, dan

pada Bulan Agustus tidak ada menerima obat, persediaan obat menjadi 161 tablet,

sedangkan pemakaian adalah 53 tablet, jumlah yang masih tersedia di puskesmas

adalah 108 tablet, dan tidak ada permintaan untuk bulan september.

Tabel 4.5 10 Penyakit terbesar di Puskesmas Pamatang Raya Tahun 2016


No Nama Penyakit Jumlah Kasus
1 ISPA 5.679
2 Diare 4.098
3 Gastroitis 2.334
4 Darah Tinggi 2.056
5 Penyakit pada sistem otot dan 1.456
jaringan reumatik
6 Kecelakaan dan Ruda Paksa 1.035
7 Penyakit Kulit dan infeksi 1.010
8 Penyakit Kulit dan Alergi 967
9 Penyait lain dan Saluran Pernapasan 921
10 Penyakit Mata Lainnya 297
Sumber: Puskesmas Pamatang Raya Tahun 2016

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


43

Perencanaan obat di Puskesmas Pamatang Raya. memiliki kendala yaitu

dalam ketersediaan data perencanaan obat, hal itu didukung dengan informasi

dari beberapa informan. Salah satunya data perencanaan obat sebelumnya ataupun

data yang berkaitan dengan perencanaan obat yang lain dapat digunakan tapi

banyak juga data yang tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal, Hasil

wawancara mendalam tentang kendala dalam perencanaan obat adalah sebagai

berikut :

“Terkadang ada juga beberapa data yang tidak dipakai


dengan maksimal contohnya pada saat pemilihan dan
seleksi obat karena keterbatasan sumber daya manusia di
Puskasmas”. ( Informan III/ Kepala instalasi farmasi
DinKes)

Berdasarkan pernyataan informan diatas dapat diketahui ada beberapa data

yang tidak dapat digunakan oleh Puskesmas karena keterbatasan sumber daya

manusia di puskesmas Pamatang Raya, contohnya pada tahap pemilihan dan

seleksi obat, yaitu obat yang dipilih oleh Puskesmas Pamatang Raya banyak yang

tidak berdasarkan efek terapi dan penggunaan obat tunggal. hal itu karena di

Puskesmas Pamatang Raya hanya terdapat satu orang yang memiliki riwayat

pendidikian tentang kefarmasian.

Ketersediaan data perencanaan obat di Puskesmas Pamatang Raya masih

belum maksimal, karena adanya kendala dalam ketersediaan data perencanaan

obat tersebut. Kurangnya tenaga kefarmasian di Puskesmas Pamatang Raya

membuat data yang akan dibutuhkan untuk perencanaan kebutuhan obat menjadi

tidak maksimal sehingga data-data yang dibutuhkan dalam perencanaan obat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


44

seperti, LB1, LPLPO, dan rekapitulasi perencanaan obat belum tersusun dengan

baik sehingga menjadi suatu acuan data dalam perencanaan obat.

4.4 Tahap Pemilihan dan Seleksi Obat

Tahap pemilihan dan seleksi obat adalah tahap memilih atau melakukan

seleksi obat yang benar-benar dibutuhkan oleh Puskesmas, dan juga untuk

menghindari duplikasi dan kesamaan jenis serta mengindari penggunaan obat

kombinasi. Staf pengelola obat di Puskesmas Pamatang Raya, melakukan seleksi

obat yang memiliki terapi yang baik, memilih obat berdasarkan Drug of choice

dari kasus penyakit yang ada di Puskesmas,dan juga memilih obat tunggal dan

obat generik. Beberapa obat juga sudah ditetapkan oleh Dinas Kesehatan

Kabupaten Simalungun berdasarkan DOEN atau Daftar Obat Esensial Nasional

akan tetapi Puskesmas Pamatang Raya juga memilih obat yang benar-benar

dibutuhkan melalui daftar obat yang dibutuhkan melalui LB1 dan juga LPLPO.

Puskesmas Pamatang Raya melakukan perencanaan obat dengan tahapan-

tahapan yang telah ditentukan dan pengawasan dari Kepala Puskesmas dan juga

dari Dinas Kesehatan Kabupaten simalungun hal itu dapat dapat diketahui dari

informan empat yang memberikan informasi tentang pengawasan kepala

puskesmas terkait perencanaan obat,dengan demikian perencanaan obat di

Puskesmas dapat berjalan dengan baik, hasil wawancara mendalam tentang

adanya pengawasan dari Dinas Kesehatan dan Kepala Puskesmas dan kegiatan

perencanaan obat di Puskesmas Pamatang Raya adalah sebagai berikut:

“Ya, Ibu Kepala Puskesmas ada menyuruh membuat


perencanaan, dengan melakukan seleksi obat yang betul-
betul dibutuhkan Puskesmas dinas kesehatan juga selalu
mengkordinir kegiatan perencanaan obat di Puskesmas,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


45

walaupun kadang ada juga obat yang mengikuti DOEN


tapi puskesmas tetap ada melakukan pemilihan obat”
(Informan IV/ Penanggung jawab apotek puskesmas).

Kepala ruang Farmasi di Puskesmas mempunyai tugas dan tanggung

jawab untuk menjamin terlaksananya pengelolaan sediaan farmasi dan bahan

medis habis pakai yang baik, Perencanaan obat di Puskesmas Pamatang Raya

sudah berjalan tapi Puskesmas juga menerima obat berdasarkan Daftar Obat

Esensial Nasional yang juga menjadi acuan dalam pengadaan obat di Puskesmas,

dengan begitu perencanaan kebutuhan obat di Puskesmas Pamatang Raya sudah

dalam pengawasan Kepala Puskesmas Dan juga Dinas Kesehatan agar tetap

berjalan sesuai prosedur dan langkah-langkah perencanaan obat di puskesmas.

Dalam perencanaan obat di Puskesmas tahap pertama yang dilakukan

adalah tahap pemilihan dan seleksi obat, pada tahap ini ada beberapa kegiatan

yang menjadi prosedur agar tahapan pemilihan dan seleksi obat dikatakan

terlaksana seperti yang dikatakan oleh informan empat, hasil wawancara

mendalam tentang langkah-langkah perencanaan obat pada tahap pemilihan dan

seleksi obat adalah sebagai berikut:

“Dalam pemilihan obat kita melakukan beberapa


prosedur seperti yang pertama itu memilih obat itu
berdasarkan seleksi yang betul-betul secara ilmiah sesuai
dengan ilmu kefarmasian yang berlaku dan terupdate,dan
juga dengan memilih obat seminimal mungkin karena
anggaran dana yang terbatas membuat seleksi harus
benar-benar obat yang tingkat terapi tinggi tetapi harga
seminimal mungkin, selanjutnya dengan memilih obat
berdasarkan penyakit yang tingkat kejadiannya tinggi,
dan yang terakhir itu dengan memilih obat tunggal atau
obat dengan efek terapi tunggal agar lebih baik efek
terapinya.” (informan IV/ Penanggung jawab apotek
puskesmas).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


46

Pada tahap pemilihan dan seleksi obat memiliki langkah-langkah dalam

pelaksanaannya yaitu ada 5 tahapan yaitu: memilih berdasarkan seleksi ilmiah,

yaitu memilih obat sesuai dengan buku panduan terapi yang betul-betul efektif

dalam penanganannya seperti menggunakan Mefenamat Acid untuk mengurangi

rasa nyeri akibat gejala dari penyakit dan menggunakan Antasida juga pasien

terkena ada gejala tukak lambung, memilih obat seminimal mungkin dengan

memilih obat yang memiliki anggaran seminim mungkin, memilih berdasarkan

drug of choice yaitu memilih obat dengan efek terapi yang lebih baik seperti lebih

memilih Amoksisilin Tab daripada Amoksisilin Sirup karena efek terapi yang lebih

dengan menggunakan Amoksisilin tab, memilih obat tunggal yaitu denga lebih

memilih obat tunggal generik dibandingkan obat dengan efek terapi ganda karena

selain lebih hemat, efek terapi dan peracikannya lebih mudan had cepat, dan yang

terakhir membuat bukti untuk terapi obat yang lebih baik.Puskesmas Pamatang

Raya telah melakukan kegiatan pemilihan dan seleksi obat dengan 5 tahapan

tersebut. Begitu juga dengan informasi yang diperoleh dari informan dua dan

informan tiga pada tahap pemilihan dan seleksi obat memiliki lima langkah yang

di seleksi di Puskesmas untuk diajukan dalam tahapan perencanaan obat

berikutnya.

Perencanaan kebutuhan obat pada tahapan ini juga memiliki kendala

dalam pemilihan obat tentang apa obat yang betul-betul dibutuhkan oleh

Puskesmas Pamatang Raya, masih ada kekurangan dalam pemilihan obat tunggal

dan obat dengan terapi yang efektif yang dibutuhkan oleh Puskesmas Pamatang

Raya, tapi Kepala Puskesmas Pamatang Raya telah melakukan pengawasan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


47

terhadap proses perencanan kebutuhan obat di Puskesmas Pamatang Raya.

Langkah-langkah yang dilakukan Puskesmas Pamatang Raya dalam tahapan

pemilihan dan seleksi obat adalah berdasarkan seleksi ilmiah, memilih obat

seminimal mungkin untuk menghemat anggaran, memilih obat berdasarkan drug

of choice, memilih obat tunggal, dan membuat bukti terapi obat yang lebih baik.

4.5 Tahap Kompilasi Pemakaian Obat

Tahap kompilasi pemakaian obat di Puskesmas Pamatang Raya dapat

diketahui dari LPLPO setiap bulan dikumpulkan dan menjadi data, sehingga dapat

diperoleh data untuk membuat perencanaan obat pertahun. Perencanaan obat

pertahun adalah data yang didapat dari kompilasi pemakaian obat dan juga dari

kumpulan pemakaian obat dari LPLPO.

Instalasi Farmasi Kabupaten/ kota akan melakukan kompilasi dan analisa

terhadap kebutuhan sediaan farmasi Puskesmas di wilayah kerjanya,

menyesuaikan anggaran yang tersedia dan memperhitungkan waktu kekosongan

obat, Buffer stock, serta menghindai stok berlebih, dengan demikian maka perlu

diadakan kegiatan kompilasi dalam perencanaan kebutuhan obat di Puskesmas

Hasil wawancara mendalam tentang kegiatan kompilasi pemakaian obat adalah

sebagai berikut:

“Setiap 3 bulan sekali kita mengadakan rapat di dinas


kesehatan dalam hal pengumpulan laporan pemakaian
obat di tiap tiap Puskesmas agar dapat dilakukannya
perencanaan dan pengadaan obat di setiap puskesmas,
jadi dipertemuan itu akan dibahas kebutuhan obat atau
obat yang dipakai setiap bulannya”. (Informan III/ Kepala
instalasi farmasi DinKes)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


48

Berdasarkan informasi dari informan diatas Dinas Kesehatan Kabupaten

Simalungun melakukan kompilasi pemakaian obat di setiap Puskesmas supaya

data dari pemakaian obat setiap bulan selama 1 tahun dapat dilihat dan

dilakukannya tahap berikutnya dalam perencanaan obat, tujuan dari pengumpulan

data pemakaian obat tersebut adalah untuk mengontrol dan mengetahui obat apa

saja dan sejauh mana pemakaian obat di Puskesmas Pamatang Raya oleh Dinas

Kesehatan Kabupaten Simalungun. Begitu juga dengan informasi yang diberikan

oleh informan dua dan informan empat sama dengan informan tiga setiap

pertemuan bertujuan untuk mengumpulkan kompilasi kebutuhan obat agar

dilaksanakannya tahapan perencanaan obat berikutnya.

Pada tahap kompilasi pemakaian obat langkah pertama yang dilakukan

adalah menentukan jenis obat yang ingin dihitung sesuai kebutuhan sampai pada

tahap dimana setiap obat dihitung kebutuhannya, hasil wawancara mendalam

tentang langkah-langkah pada tahap kompilasi pemakaian obat adalah sebagai

berikut:

“kalo dalam penghitungan kompilasi pemakaian obat itu


ada beberapa langkah yaitu membuat daftar nama-nama
obat yang perlu dan akan dihitung,sesudah itu data
pemakaian obat-obat setiap bulan dikumpulkan dan
jumlahkan, setelah itu akan dibagi 12 karena kita akan
menghitung pemakaian rata-rata tiap bulan dalam satu
tahun, dan itu menjadi data kompilasi pemakaian obat di
puskesmas ini” (informan IV/ Penanggung jawab apotek
puskesmas)

Dari pernyataan informan dapat diketahui langkah-langkah untuk

mendapatkan kompilasi pemakaian obat yaitu membuat nama obat yang sudah

ditentukan dengan cara membuat daftar nama obat yang sudah dipilih pada tahap

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


49

seleksi obat, mengumpulkan data pemakaian obat yang sudah ditentukan di

Puskesmas setiap bulan yaitu dari LPLPO, setelah itu menjumlah pemakaian obat

setiap bulan sesuai dengan data yang terdapat di Puskesmas, dan menemukan

pemakaian rata-rata pemakaian obat tiap bulan dalam satu tahun. Data kompilasi

pemakaian obat akan digunakan untuk tahap perencanaan obat berikutnya di

Puskesmas Pamatang Raya. Begitu juga pernyataan dari informan II dan informan

III sama dengan informan IV.

Berdasarkan laporan pertahun Puskesmas Pamatang Raya rata-rata

pemakaian obat untuk beberapa obat adalah

Tabel 4.6 Kebutuhan rata-rata Obat tiap bulan di Puskesmas Pamatang


Raya.
No Nama Obat Kebutuhan Rata-rata tiap bulan
1 Amlodipin Tablet 10 mg 1.200
2 Amoksisilin 1.500
3 Dexametazone 1300
4 Antasida DOEN 1600
5 Diazepam 161
Sumber : Puskesmas Pamatang Raya Tahun 2016

Puskesmas Pamatang Raya melakukan pertemuan untuk pengumpulan

data pemakaian obat yang diadakan tiga bulan sekali dengan tujuan untuk

memantau keperluan obat dan pemakaian obat agar dapat dihitung kompilasi

pemakaian obat dengan tahapan memilih jenis obat yang dilakukan pada tahap

seleksi obat, data yang dapat diambil dari pemekaian obat tiap bulan adalah dari

LPLPO, dengan menjumlah pemakaian obat di setiap bulan dan menjacari rata-

rata pemakaian obat pada satu tahun untuk mendapatkan kompilasi pemakaian

obat di Puskesmas Pamatang Raya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


50

4.6 Tahap Perhitungan Kebutuhan Obat

Puskesmas Pamatang Raya melakukan perhitungan kebutuhan obat

dengan dua metode yaitu metode konsumsi dan juga metode morbiditas,

Puskesmas menghitung kebutuhan obat dengan menggunakan data pemakaian

obat sebelumnya dan juga menggunakan berdasarkan data pola penyakit.Dengan

menggunakan dua metode tersebut Puskesmas Pamatang Raya dapat menghitung

kebutuhan obat dengan sumber data seperti 10 penyakit terbesar dan juga data

konsumsi obat bulan sebelumnya.

Hasil wawancara mendalam tentang kegiatan perhitungan kebutuhan obat

adalah sebagai berikut:

“Penentuan kebutuhan obat di Puskesmas berdasarkan


kebutuhan rata-rata obat pertahun.,(Informan IV/
Penanggung jawab apotek puskesmas)
Sedangkan ada perbedaan mengenai data perencanaan obat dari informan III:
“Kalo data untuk perhitungan kebutuhan obat di
Puskesmas biasanya memakai data 10 penyakit terbesar
dan juga data pemekaian obat sebelumnya.(Informan III/
Kepala instalasi farmasi DinKes)
Dari pernyataan informan empat dikatakan perhitungan kebutuhan obat di

Puskesmas hanya menggunakan data pemakaian rata-rata obat pertahun sehingga

dengan menggunakan LPLPO dan hasil dari tahap kompilasi pemakaian obat

sedangkan pernyataan dari informan tiga berbeda karena adanya data 10 penyakit

terbesar sesuai kasus di Puskesmas dan juga data pemakaian obat sebelumnya.

Sehingga terdapat kendala dalam tahap perhitungan kebutuhan obat. Hasil

wawancara mendalam tentang kendala pada pelaksanaan tahap perhitungan

kebutuhan obat adalah sebagai berikut :

“Masalahnya adalah terkadang kita tidak memakai data


morbiditas karena sering terjadinya perubahan jumlah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


51

kasus yang drastis sehingga sering tidak memakai data


tersebut”. (informan IV/ Penanggung jawab apotek
puskesmas)

Berdasarkan pernyataan informan diatas dapat diketahui bahwa

menentukan jumlah perhitungan kebutuhan obat berasal dari kebutuhan obat

bulan sebelumnya dan juga data 10 penyakit terbesar, dengan kata lain Puskesmas

Pamatang raya menggunakan 2 metode dalam perhitungan kebutuhan obat yaitu

metode konsumsi dan metode morbiditas. Pada umumnya setiap puskesmas

menggunakan dua metode tersebut sedangkan Puskesmas Pamatang Raya tidak

menggunakan data morbiditas secara berkala karena perubahan kasus yang selalu

berubah-ubah secara drastis, sehingga sulit untuk menentukan kebutuhan dengan

data tersebut,begitu juga halnya dengan pendapat informan II sama dengan

informan IV.

Tahap perhitungan kebutuhan obat di Puskesmas Pamatang Raya memiliki

dua metode yaitu metode konsumsi dan metode morbiditas, walaupun metode

morbiditas sering tidak digunakan oloh Puskesmas Pamatang Raya karena data

penyakit yang sering berubah-ubah tetapi Puskesmas Pamatang Raya pernah

menggunakan metode tersebut dalam tahap perhitungan kebutuhan obat, dalam

metode konsumsi ada beberapa langkah yang dilaksanakan sesuai dengan

pernyataan dari informan empat, hasil wawancara mendalam tentang metode

konsumsi pada tahap perhitungan kebutuhan obat adalah sebagai berikut:

“dalam metode konsumsi itu langkah yang kita lakukan itu


adalah mengumpulkan data penggunaan obat dan data
dari tahapan perencanaan sebelumnya setelah itu data
akan kita kita bawa ke pertemuan yang membahas
mengenai obat yang diadakan di Dinas Kesehatan
Kabupaten Simalungun untuk diadakannya evaluasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


52

penggunaan obat, setelah itu hasil rapat yaitu perkiraan


kebutuhan obat untuk periode berikutnya sesuai dengan
anggaran dana untuk obat di Puskesmas.(informan IV/
Penanggung jawab apotek puskesmas).

Langkah-langkah dalam tahap perhitungan obat yang dilakukan

Puskesmas Pamatang Raya dengan menggunakan metode konsumsi adalah,

pertama Puskesmas Pamatang Raya menggunakan data pemakaian obat yang

sudah dihitung atau rata-rata pemakaian obat di tahap kompilasi pemakaian obat

untuk di analisis, setelah itu data dianalisis dan dievaluasi untuk kebutuhan obat

periode berikutnya, setelah itu akan hasil evaluasi akan disesuaikan dengan

alokasi dana yang disediakan untuk kebutuhan obat di Puskesmas Pamatang Raya,

begitu juga dengan informan II dan informan III mengatakan pernyataan yang

sama.

Pemakaian Obat perbulan dengan menggunakan metode konsumsi adalah

sebagai berikut:

A=(B+C+D)-E

A= Rencana Pengadaan

B= Pemakaian Rata-rata tiap bulan

C= Stok pengaman ( 10%- 20%)

D= waktu tunggu (3-6 bulan)

E= Sisa stok

Jadi perhitungannya adalah

Perhitungan Pemakaian Obat Amlodipine Perbulan

Amlodipine = (1.200+ 240+ 3.600) - 209 = 4.831 pemakainan per bulan.

Amoksisilin = (1.500 + 300 + 4.500) – 508 = 5.792 pemakainan per bulan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


53

Dexametazone = (1300 + 260 + 3.900) – 793 = 4.667 pemakainan per bulan

Antasida DOEN = (1600 + 320 + 4.800 ) – 598 = 6122 pemakainan per bulan

Diazepam = ( 161 + 32 + 483 ) – 161 = 515 pemakainan per bulan

Pada tahapan ini Puskesmas Pamatang Raya juga menggunakan metode

morbiditas selain menggunakan metode konsumsi,walaupun metode morbiditas

sering tidak digunakan karena data 10 penyakit terbesar sering berubah, tetapi

metode ini pernah dipakai oleh Puskesmas Pamatang Raya. dalam metode

morbiditas Puskesmas Pamatang Raya melakukukan langkah-langkah sesuai

dengan pernyataan informan empat, hasil wawancara mendalam tentang metode

konsumsi pada tahap perhitungan kebutuhan obat adalah sebagai berikut:

“jadi dengan metode morbiditas langkah-langkah yang


kita lakukan itu adalah mengitung jumlah jiwa yang
berobat di Puskesmas, stelah itu kita kelompokkan
berdasarkan kasus penyakit setelah itu hampir sama
dengan metode konsumsi data yang kita peroleh akan kita
bawa ke Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun untuk
dibahas dan diadakannya evaluasi kebutuhan obat
berikutnya, setelah itu kita akan menyesuaikan dengan
alokasi dana yang untuk obat di Puskesmas”. (informan
III/Kepala instalasi farmasi DinKes)

Sama halnya dengan metode konsumsi metode morbiditas memiliki

tahapan yang sama tetapi sumber data yang berbeda dengan tahapan yaitu

mengumpulkan data jumlah penduduk yang datang untuk berobat ke Puskesmas

Pamatang Raya setelah itu mengelompokkan sesuai dengan jenis kasus penyakit,

setelah itu data akan dianalisis dan dievaluasi untuk kebutuhan obat periode

berikutnya sesuai dengan anggaran dana yang disediakan untuk kebutuhan obat di

Puskesmas Pamatang Raya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


54

Tahap perhitungan kebutuhan obat di Puskesmas Pamatang Raya

menggunakan dua metode yaitu metode konsumsi obat pertahun dengan langkah

langkah yaitu pengumpulan data, analisis data untuk informasi dan evaluasi,

menghitung perkiraan kebutuhan obat, dan menyesuaikan jumlah kebutuhan obat

dengan alokasi dana, dan metode morbiditas langkah-langkah pada metode ini

adalah menentukan jumlah penduduk yang menerima pelayanan medis di

puskesmas, menentukkan jumlah kunjungan kasus berdasarkan frekuensi

penyakit, menyediakan standart pedoman pengobatan yang digunakan,

menghitung perkiraan kebutuhan obat, menyesuaikan dengan alokasi dana yang

tersedia.

4.7 Tahap Proyeksi Kebutuhan Obat

Data yang diperlukan untuk melakukan proyeksi kebutuhan obat di

Puskesmas Pamatang Raya adalah Pemakaian obat rata-rata tiap bulan, stok awal

tahun obat, persentasi kenaikan kunjungan, stok penyanggah dan juga persediaan

obat di gudang Farmasi Dinas Kesehatan Simalungun dengan mempertimbangkan

dana yang tersedia baik itu dari anggaran APBD, Anggaran akses, Anggaran

Program, Dana anggaran Buffer Stock Nasional, dan juga dana PKPSBBM

(Program Kompensasi Pengurangan subsidi Bahan Bakar Minyak).

Dari tahap proyeksi kebutuhan obat maka akan didapat beberapa data yang

diperlukan untuk kebutuhan oban yang akan datang, data itu seperti:

1. Jumlah kebutuhan obat yang akan datang

2. Jumlah persediaan obat di gudang Farmasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


55

3. Jumlah obat di tahun anggaran berjalan

4. Rencana pengadaan obat di tahun berikutnya berdasarkan sumber

anggaran

5. Tingkat kecukupan tiap jenis obat

Dalam tahapan proyeksi kebutuhan obat bagian instalasi farmasi Dinas Kesehatan

Kabupaten Simalungun membutuhkan data yang diberikan oleh Puskesmas

Pamatang Raya, Pada tahap proyeksi kebutuhan obat langkah-langkah yang

dilakukan sesuai pernyataan dari informan tiga, hasil wawancara mendalam

tentang langah-langkah pada tahap proyeksi kebutuhan obat adalah sebagai

berikut:

“dalam tahap proyeksi kebutuhan obat langkah-langkah


yang kita lakukan yaitu pertama menetapkan atau
menghitung stok akhir yang ada di Puskesmas, setelah itu
mengitung rancangan pengadaan obat yang akan di drop
ke puskesmas sesuai dengan anggaran dana obat yang
telah disediakan”.(informan III/ Kepala instalasi farmasi
DinKes)

Tahap proyeksi kebutuhan obat yang dilakukan kepala gudang instalasi

Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun menerapkan langkah-langkah

yaitu, pertama menetapkan rancangan stok akhir dengan data yang disediakan

oleh Puskesmas langkah selanjutnya adalah menghitung rancangan pengadaan

obat untuk Puskesmas Pamatang Raya, setelah dilakukannya rancangan

pengadaan obat data akan disesuaikan dengan anggaran total kebutuhan obat

yang sudah dihitung sesuai dengan alokasi dana yang sudah ditentukan, sama

halnya dengan pernyataan dari informan satu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


56

Tabel 4.7 Daftar Kebutuhan Obat Tahun yang Akan Datang untuk
Puskesmas Pamatang Raya
No Nama Rata-Rata Kebutuhan Stok Kebutuhan obat
Obat perbulan penyanggah tahun yang akan
dating

1 Amlodopin tab 5.000 209 75.709

2 Amoksisilin 10.000 508 151.508

3 Dexametazone 10.000 793 151.793

4 Antasida DOEN 10.000 598 151.598

5 Diazepam tab 200 161 3181

Kebutuhan Obat tahun yang akan datang dapat diketahui dengan:

Kebutuhan untuk Amlodipine = Pemakaian rata-rata Amlodipine setiap bulan x

12 + persentase kenaikan kunjungan (10%)+ stok

penyanggah+ waktu tunggu

5.000 x 12 + 10% + 209 + 3 bulan Pemakaian

5.000 x 15 + 500 +209 = 75.709

Kebutuhan untuk Amoksisilin = Pemakaian rata-rata Amoksisilin setiap bulan x

12 + persentase kenaikan kunjungan (10%)+ stok

penyanggah+ waktu tunggu

= 10.000 x 12 + 10% + 508 +3 bulan Pemakaian

= 10.000 x 15 + 1.000 + 508 = 151.508

Kebutuhan untuk Dexametazone = Pemakaian rata-rata Dexametazone setiap

bulan x 12 + persentase kenaikan kunjungan

(10%)+ stok penyanggah+ waktu tunggu

= 10.000 x 12 + 10% + 793 +3 bulan

Pemakaian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


57

= 10.000 x 15 + 1.000 +793 = 151.793

Kebutuhan untuk Antasida DOEN = Pemakaian rata-rata Antasida DOEN setiap

bulan x 12 + persentase kenaikan kunjungan

(10%)+ stok penyanggah+ waktu tunggu

= 10.000 x 12 + 10% + 598 + 3 bulan

Pemakaian

= 10.000 x 15 + 1.000 + 598 = 151.598

Kebutuhan untuk Diazepam tab = Pemakaian rata-rata Diazepam tab setiap bulan

x 12 + persentase kenaikan kunjungan

(10%)+ stok penyanggah+ waktu tunggu

= 200 x 12 + 10% + 161 +3 bulan

Pemakaian

= 200 x 15 + 20 +161 = 3181

Dalam Penyesuaian APBD Dinas Kesehatan Simalungun Memiliki anggaran

belanja untuk kesehatan yaitu Rp.183.221.285.040 dan dana untuk DAK yaitu

sebesar Rp. 29.277.960.000 dan dana untuk obat yaitu 13,08%, sedangkan untuk

BPJS atau JKN di Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun terdaftar 352.690 jiwa

yang menggunakan JKN dengan dana Rp. 10.971 tiap jiwa.

Tetapi ada permasalahan dalam tahapan proyeksi kebutuhan obat ,

terbatasnya anggaran dana mengakibatkan terjadinya hambatan dalam tahap

proyeksi kebutuhan obat, hasil wawancara mendalam tentang masalah pada tahap

proyeksi kebutuhan obat adalah sebagai berikut:

“Permasalahan dana juga menjadi hambatan dalam


proses membuat proyeksi kebutuhan obat karena

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


58

terkadang menyesuaikan dana dengan perencanaan dan


kebutuhan obat tidak sesuai sehingga perencanaan jadi
kurang efektif”. (Informan III/Kepala instalasi farmasi
DinKes)
Berdasarkan pernyataan informan diatas dapat diketahui bahwa adanya

permasalah dana dalam melakukan proyeksi kebutuhan obat yang membutuhkan

data anggaran dana, karena kebutuhan proyeksi obat dipengaruhi jumlah anggaran

dana yang tersedia sehingga sering terjadi kurang efektifnya perencanaan obat di

Puskesmas, permasalahan dana adalah permasalahan yang umum di berbagai

instansi dengan dana yang minim dan tidak menentu bantak obat yang tidak

dimasukan dalam daftar pengadan obat walau telah dimasukkan dalam

perencanaan obat Puskesmas.

Tahap proyeksi kebutuhan obat di Puskesmas Pamatang Raya memiliki

langkah-langkah, menetapkan rancangan stok akhir periode yang akan datang,

menghitung rancangan pengadaan obat periode tahun yang akan datang,

menghitung rancangan anggaran untuk total kebutuhan obat, pengalokasian

kebutuhan obat tiap sumber anggaran. Dalam pelaksanaan langkah-langkah ini

terkhususnya Puskesmas Pamatang Raya memiliki permasalahan yaitu

permasalahan dana, anggaran dana yang tidak sesuai dan terkadang berubah-ubah

membuat penghitungan proyeksi kebutuhan obat tidak dapat diadakan

keseluruhannya. Dalam tahap proyeksi kebutuhan obat ada lima hasil yang akan

diperoleh yaitu jumlah kebutuhan obat yang akan datang, jumlah persediaan obat

di gudang farmasi, jumlah obat di tahun anggaran berjalan, rencana pengadaan

obat di tahun berikutnya berdasarkan sumber anggaran, tingkat kecukupan tiap

jenis obat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


59

4.8 Tahap Penyesuaian Perencanaan Kebutuhan Obat

Puskesmas Pamatang Raya menggunakan dua metode analisis dalam

melaksanakan tahap penyesuaian perencanaan kebutuhan obat yaitu analisis ABC

dan VEN, dengan menggunakan dua metode analisis tersebut maka tahapan

terakhir dalam perencanaan obat di Puskesmas telah dilaksanakan, dalam tahap

penyesuaian perencanaan kebutuhan obat analisis yang digunakan sangan berbeda

antara kedua analisis yang digunakan, tetapi saling mendukung dalam

keefektifitasannya, hasil wawancara mendalam terhadap analisis ABC dan VEN

pada tahap penyesuaian perencanaan kebutuhan obat adalah sebagai berikut:

“Untuk perencanaan obat metode terakhir yang dipakai


itu adalah analisis ABC dan VEN , sedikit penjelasan
analisis ABC itu adalah analisis berdasarkan besarnya
penyerapan dana dari jenis obat tersebut, sedangkan
analisis VEN adalah analisis berdasarkan fungsi obatnya.
Dan nanti setelah dapat kedua hasil analisis akan
digabungkan kedua analisis tersebut untuk obat yang
layak di drop ke Puskesmas”. (Informan III/ Kepala
instalasi farmasi DinKes)
Sedangkan untuk informan satu dijelaskan sebagai berikut:
“Kalo untuk analisis perencanaan obat yang digunakan
itu adalah analisis ABC dan analisis VEN dan setelah
kedua analisis tersebut terlaksana baru diadakan rapat
untuk obat yang akan di drop ke Puskesmas.(Informan I/
KaBid Sumber Daya Kesehatan)

Berdasarkan pernyataan informan diatas dapat diketahui bahwa pada tahap

penyesuaian perencanaan kebutuhan obat untuk Puskesmas Pamatang Raya

adalah dengan dua metode analisis, yaitu analisis ABC dan analisis VEN, dengan

penjelasan analisis ABC adalah analisis penyesuaian perencanaan obat sesuai

dengan besarnya penyerapan dana, kelompok A dengan penyerapan dana sebesar

70% ,kelompok B dengan penyerapan dana 20 %, kelompok C dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


60

penyerapan dana sebesar 10 %. Sedangkan untuk analiisis VEN adalah analisis

penyesuaian sesuai dengan dampak tiap jenis obat pada kesehatan. Kelompok V

adalah obat untuk mengatasi penyakit-penyakit penyebab kematian terbesar,

kelompok E adalah kelompok obat untuk mengatasi keluhan ringan, kelompok N

adalah obat penunjang untuk keluhan ringan.

Tabel 4.8 Hasil Analisis dengan Metode ABC


No Nama Banyak Harga (P) Nilai (N) Persen Nilai Klasifikasi
(D) (N%) ABC

1 Amlodopin tab 1206 Rp.300 361.800 20,23 C

2 Amoksisilin 1598 Rp.350 527.800 29,5 B

3 Dexametazone 1293 Rp.200 258.600 14,45 C

4 Antasida 1598 Rp.300 479.400 26.8 B

5 Diazepam tab 161 Rp.1000 161.000 9 C

Sumber: Puskesmas Pamatang Raya Tahun 2016

Mencari Klasifikasi obat pada tahap Penyesuaian Perencanaan Kebutuhan Obat

yaitu dengan :

Mencari Nilai N= D x P

N Amlodipin = 1206 x 300 = 361.800

N Amoksisilin = 1508 x 350 = 527.800

N Dexametazone = 1293 x 200 = 258.600

N Antasida = 1598 x 300 = 479.400

N Diazepam = 161 x 1000 = 161.000

Total nilai N (Nt) adalah 1.788.600

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


61

Persen nilai N (N%) diperoleh dari (N/Nt) x 100

N% Amlodipin = (361.800/1.788.600) x 100 = 20,23

N% Amoksisilin = (527.800/1.788.600) x 100 = 29,5

N% Dexametazone = (258.600/1.788.600) x 100 = 14,45

N% Antasida = (479.400/1.788.600) x 100 = 26,8

N% Diazepam = (161.000/1.788.600) x 100 = 9

Untuk mengelompokkan obat dalam kategori A,B, atau C adalah dengan mencari:

N%1 = persen nilai terkecil = 9 (Diazepam)

N%2 = persen nilai terbesar = 29,5 (Amoksisilin)

Range = (N%1 + N%2) /3

9 + 29,5 / 3 = 12,8

Klasifikasi Nilai C = 9% s/d (9 + 12,8) atau 9 s/d 21,8

Klasifikasi Nilai B = 21,8% s/d (21,8 + 12,8) atau 21,8 s/d 34,6

Klasifikasi Nilai A = 34,6% s/d (34,6 + 12,8) atau 34,6 s/d 47,4

Pengelompokan dengan Analisis VEN untuk Puskesmas Pamatang Raya

seperti:

Kelompok V: Rifamicin 150 mg, Isoniazid 75 mg, Piranizamid 400 mg, Etambutol

275 mg.

Kelompok E : Ranitidine 150 mg, Asam Mefenamat 500 mg, dexametazone,

Antasida DOEN

Kelompok N : Vitamin B1, Vitamin K tab, Vitamin B12 inj, Vitamin K inj.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Ketersediaan Data Perencanaan Obat

Perencanaan kebutuhan obat di Puskesmas memiliki 5 tahapan yang

dijalankan oleh tenaga kesehatan baik dari puskesmas maupun dari dinas

kesehatan. Dalam melaksanakan tahapan-tahapan perencanaan obat di Puskesmas

pihak puskesmas harus mengumpulkan data-data untuk mendukung perencanaan

obat di puskesmas, ketersediaan data perencanaan obat adalah faktor yang sangat

penting dalam perencanaan obat di puskesmas. Data yang digunakan puskesmas

untuk perencanaan obat berhubungan dengan sumber daya manusia yang

mengelola data tersebut.

Jenis data yang perlu dipersiapkan oleh pengelola obat yang ada di

Puskesmas Pamatang Raya yaitu daftar nama obat, stok awal obat, data

penerimaan obat, data pengeluaran obat sisa stok obat pada kartu stok, dan obat-

obat yang sudah kadaluarsa, dan data pemakaian rata-rata obat pertahun. Data-

data tersebut biasanya dapat ditemukan dalam LPLPO, laporan bulanan data

kesakitan (LB1), dan kartu stok obat. Dalam pengelolaan data Puskesmas

Pamatang Raya masih kekurangan sumber daya manusia yaitu karena dalam

PerMenKes no 30 tahun 2014 dikatakan bahwa setiap puskesmas harus ada

apoteker, dengan perbandingan dengan rasio kunjungan pasien 50 kunjungan 1

apoteker, sedangkan Puskesmas Pamatang Raya memiliki satu tenaga yang

berhubungan dengan obat yaitu dari SMF (Sekolah menengah farmasi).

62
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
63

Selain menggunakan data metode konsumsi, Puskesmas Pamatang Raya

juga menggunakan data metode epidemiologi. Data epidemiologi yang relatif

berubah-ubah juga menghambat perencanaan obat, dan terkadang dianggap tidak

berperan dalam membuat perencanaan obat. Walau data-data yang diperlukan

dalam membuat perencanaan kebutuhan obat relatif sudah mencukupi namun pada

kenyataannya belum dapat digunakan secara optimal karena harus disesuaikan

dengan Formularium Nasional, hal itu membuat perencanaan yang dilakukan

tidak seluruhnya dapat dipenuhi sedangkan perencanaan yang dilakukan oleh

Puskesmas adalah kebutuhan yang sebenarnya. Masih minimnya pengetahuan

tenaga perencanaan obat dalam merencanakan jumlah kebutuhan obat sehingga

hal ini berakibat terhadap ketersediaan obat hasil perencanaan yang sebagian

mengalami stok kosong (Out of stock).

Faktor yang sangat mempengaruhi ketersediaan data dalam perencanan

obat adalah sumber daya manusia seperti yang ditulis oleh Inggrid N.Rumbay

dalam jurnalnya yang berjudul Analisis Perencanaan obat di Dinas Kesehatan

Kabupten Minahasa Tenggara tahun 2015, Sumber daya manusia yang bertugas

melaksanakan pekerjaan kefarmasian di dinas kesehatan dan puskesmas menjadi

faktor yang sangat berpengaruh. Kurangnya tenaga farmasi khususnya Apoteker

yang terlatih menyebabkan pekerjaan kefarmasian terganggu. Pengatahuan

petugas pengelola obat tentang manajemen pengelolaan obat menjadi tidak baik.

Hal ini dapat mempengaruhi keakuratan data sehingga menyababkan perencanaan

kebutuhan obat menjadi tidak tepat. Ketersediaan data puskesmas yang sangat

diperlukan dalam perencanaan obat merupakan tersedianya data-data yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


64

mendukung yang diperoleh di puskesmas seperti yang ditulis oleh Linta Nurniati

dalam jurnalnya yang berjudul Studi Tentang Pengelolaan Obat di Puskesmas

Buranga Kabupaten Wakatobi Tahun 2016, Perencanaan obat yang dilakukan di

Puskesmas Buranga mengacu pada kebutuhan obat sebelumnya. Data pemakaian

obat pada Puskesmas Buranga diperoleh dari Laporan Pemakaian dan Lembar

Permintaan Obat (LPLPO). Kompilasi obat di Puskesmas dilakukan dengan

mengumpulkan data dari tiap unit pelayanan dan sub unit pelayanan kemudian

merekapitulasi untuk menentukan jumlah dan jenis obat yang dibutuhkan. Obat

yang sering diguanakan akan menjadi prioritas utama untuk diusulkan oleh

Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

5.2 Proses Perencanaan

Menentukan jumlah obat merupakan salah satu tantangan berat yang harus

dihadapi oleh dokter, perawat, ataupun pengelola obat dalam menjaga agar obat

dapat tersedia sesuai kebutuhan, tepat jenis, tepat jumlah dan tepat waktu. Proses

perencanaan obat memiliki tahapan-tahapan yang harus dilaksanakan secara benar

sesuai prosedur agar hasil perencanaan sesuai dengan kebutuhan obat dan

meminimalisir kekurangan dan kelebihan stok obat di puskesmas.

Menentukan jumlah obat memerlukan data dan informasi yang lengkap,

akurat dan dapat dipercaya. Pengadministrasian, pencatatan dan pengolah data

diarahkan untuk mendukung pengelolaan yang dititikberatkan pada aspek

dinamika logistik obat. Sejalan dengan pendekatan ini, Pencatatan, pelaporan

dan, pengolahan data obat yang berkaitan dengan perencanaan diarahkan untuk

mendukung metode perhitungan kebutuhan obat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


65

Dasar didalam menentukan kebutuhan obat dapat dilakukan dengan

berbagai pendekatan yaitu antara lain dengan metode konsumsi dan metode

morbiditas. Metode konsumsi adalah metode yang berdasarkan pada analisis obat

sebelumnya sedangkan metode morbiditas adalah metode yang berdasarkan kasus

penyakit di Puskesmas Pamatang Raya.

Langkah-langkah perencanaan obat di Puskesmas Pamatang Raya adalah:

1. Tahap pemilihan dan seleksi obat.

Memilih dan membuat seleksi obat berdasarkan seleksi ilmiah dan juga

dengan perhitungan yang sudah ditetapkan dan sudah di uji secara empiris

dan diterapkan di berbagai Puskesmas dengan efek terapi yang lebih baik,

memilih obat berdasarkan Drug of choice dari penyakit yang prevalensinya

tinggi, apabila banyak kasus penyakit yang sama. Ada juga obat yang sudah

ditentukan oleh lembaga perencanaan obat Nasional yaitu DOEN atau Daftar

Obat Esensial Nasional tetap tidak semua daftar obat yang terdaftar di DOEN

sesuai dengan obat yang dibutuhkan oleh Puskesmas Pamatang Raya. Staf

pengelola obat di Puskesmas Pamatang Raya sudah melakukan pemilihan

obat berdasarkan tahapan yang sudah tertulis di SOP dan juga dari pelatihan

yang diadakan Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun. Pemilihan obat di

Puskesmas Pamatang Raya, ketidaksesuaian Daftar Obat Esensial Nasional

dengan kebutuhan obat membuat pemilihan obat semakin sulit karena banyak

obat di DOEN yang tidak sesuai sengan apa yang dibutuhkan Puskesmas

Pamatang Raya, hal ini sama seperti yang disebutkan oleh Dian safriantini

dalam jurnalnya yang berjudul analisis perencanaan dan pengadaan obat di

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


66

Puskesmas Pembina Palembang tahun 2011 yaitu, Puskesmas Pembina

Palembang menggunakan obat generik yang sesuai dengan DOEN dan non

generik pada penggunaan pelayanan kesehatannya. Persentase obat generic

dan non generik itu sendiri adalah 66,67% dari 90 jenis obat yang diterima

pada bulan Januari 2010.

2. Tahap kompilasi pemakaian obat.

Tahap kompilasi dilakukan Puskesmas Pamatang Raya dilakukan dengan

membuat daftar obat yang dipakai tiap bulan dalam satu tahun dan juga

mencari rata-rata pemakaian obat tersebut agar diketahui berapa obat yang

diperlukan dalam satu bulan, agar dapat disusun untuk tahapan perencanaan

obat selanjutnya. Tahap kompilasi pemakaian obat dapat di hitung dengan

menggunakan data dari Lembar Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat

(LPLPO) yang terdapat di Puskesmas Pamatang Raya. Hal ini sama seperti

pernyataan Dian Safriantini dalam jurnalnya yang berjudul analisis

perencanaan dan pengadaan obat di Puskesmas Pembina Palembang yaitu

Dalam data kompilasi pemakaian obat ini terdapat data pemakaian jenis obat

berdasarkan data masing-masing puskesmas setiap bulannya. Kemudian di

totalkan dan dibuat rata-ratanya dalam satu tahun. Lalu dibuatkan persentase

pemakaian jenis obat per masing- masing puskesmas.

3. Tahap perhitungan kebutuhan obat.

Puskesmas Pamatang Raya menggunakan dua metode dalam melakukan

tahap perhitungan kebutuhan obat yaitu metode konsumsi dan metode

morbiditas. Dari hasil yang didapat pada tahap kompilasi pemakaian obat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


67

maka dapat dihitung kebutuhan obat dengan metode konsumsi dengan

menjumlahkan dengan stok pengaman waktu tunggu dan dikurangi dengan

sisa stok tahun lalu. Lain halnya dengan metode morbiditas yang

menggunakan data 10 penyakit terbesar, jumlah kasus dan juga jumlah

populasi yang ada di Puskesmas Pamatang Raya. Jumlah permintaan obat

yang diajukan Puskesmas Pamatang Raya di tahun 2017 yaitu contoh obat

Amlodipine kebutuhan tahun 2017, jadi Puskesmas Pamatang Raya

menggunakan rumus dengan metode konsumsi yaitu:

A=(B+C+D)-E

A= Rencana Pengadaan

B= Pemakaian Rata-rata tiap bulan

C= Stok pengaman ( 10%- 20%)

D= waktu tunggu (3-6 bulan)

E= Sisa stok

Jadi perhitungannya adalah

A= (1200+ 240+ 3600) - 209 = 4831 pemakainan per bulan.

Sedangkan untuk metode morbiditas puskesmas tidak memakai metode

tersebut dalam waktu yang cukup lama karena masalah data kasus penyakit

terbesar selalu berubah-ubah.

4. Tahap proyeksi kebutuhan obat.

Tahap proyeksi kebutuhan obat dengan output atau hasil yang lebih luas dan

juga dengan menggunakan anggaran dana yang tersedia yang sudah

ditentukan untuk dana obat di Puskesmas Pamatang Raya. Hasil yang akan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


68

diperoleh adalah jumlah kebutuhan obat yang akan datang, jumlah kebutuhan

obat di gudang farmasi, obat yang diterima pada tahun anggaran berjalan,

rencana pengadaan obat untuk tahun berikutnya berdasarkan sumber

anggaran, dan juga tingkat kecukupan setiap jenis obat. Dengan hasil tersebut

dapat diketahui secara detail obat apa saja yang akan diajukan oleh

Puskesmas Pamatang Raya untuk obat dalam satu tahun ataupun dalam

periode berjalan dalam satu tahun. Dalam pengadaan obat alokasi dana

anggaran yang digunakan adalah Dana Alokasi Khusus (DAK) seperti yang

dikatakan Dian Safriantini dalam jurnalnya yang berjudul analisis

perencanaan dan pengadaan obat di Puskesmas Pembina Palembang tahun

2011 yaitu, Berkaitan dengan sumber anggaran yang terdapat dalam lembar

perencanaan pengadaan, sumber dana/anggaran pengadaan obat untuk tahun

2010 di Kota Palembang bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK).

5. Tahap penyesuaian perencanaan kebutuhan obat.

Penyesuaian perencanaan kebutuhan obat dilakukan dengan cara

mengelompokkan obat mulai dari yang menyerap dana terbesar hingga obat

yang meyerap dana sedikit, dan juga obat yang memiliki kategori vital atau

sangat dibutuhkan untuk pertolongan medis di Puskesmas hingga obat yang

hanya untuk terapi lanjutan suatau penyakit, yang terdiri dari dua metode

analisis, yaitu analisis ABC dan analisis VEN. Dengan menggunakan dua

metode analisis tersebut Puskesmas Pamatang Raya dapat mengajukan obat

yang akan benar-benar diajukan dengan akurat dan terperinci.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


69

Pada proses perencanaan obat, penentuan jenis obat yang tepat merupakan

salah satu hal yang harus diperhatikan. Dengan tersedianya obat yang tepat maka

penyakit yang diderita pasien bisa segera disembuhkan. Puskesmas Pamatang

Raya melakukan perencanaan kebutuhan obat sesuai dengan prosedur agar obat

yang direncanakan di Puskesmas benar-benar terpenuhi dan proses pengobatan

berjalan dengan baik tanpa ada halangan dalam hal ketersediaan obat.

Puskesmas Pamatang Raya Kabupaten Simalungun belum melakukan

perencanaan obat secara maksimal. Dapat dilihat dari banyaknya data yang tidak

dipakai, dan juga tahapan yang masih belum sepenuhnya dilakukan secara

maksimal sehingga sering terjadi kekosongan obat. Puskesmas Pamatang Raya

sudah menjalani tahapan perencanaan kebutuhan obat namun masih ada

kekurangan dalam melaksanakan perencanaan tersebut. Contohnya pada tahap

perhitungan kebutuhan obat karena sering terjadinya perubahan pada kasus

penyakit di Puskesmas Pamatang Raya maka staf farmasi tidak menggunakan data

morbiditas untuk menghitung kebutuhan obat, dan juga pada tahap proyeksi

kebutuhan obat tidak pastinya anggaran dana membuat tahapan ini jadi tidak

maksimal, tidak pastinya anggaran dana untuk obat di Puskesmas Pamatang Raya

membuat perencanaan jadi tidak dapat dihitung dengan pasti. Dari segi

keterbatasan sumber daya juga menjadi permasalahan perencanaan obat di

Puskesmas Pamatang Raya, kurangnya tenaga penunjang farmasi dalam insatansi

Farmasi di Puskesmas Pamatang Raya mengakibatkan kurang efektifnya

perencanaan obat di Puskesmas Pamatang Raya. Hal ini lah yang menjadi faktor-

faktor penyebab terjadinya kekosongan obat dan perhitungan obat yang kurang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


70

efektif. Kurangnya tenaga farmasi juga membuat perencanaan obat berjalan

kurang maksimal, hal yang sama juga dinyatakan oleh Inggrid N Rubay dalam

jurnalnya yang berjudul analisis perencanaan obat di Dins Kesehatan Kabupaten

Minahasa Tenggara tahun 2015 yaitu Faktor yang mempengaruhi pelaksanaan

perencanaan kebutuhan obat di Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa Tenggara

ialah kurangnya tenaga farmasi, lemahnya koordinasi dengan bagian perencanaan

dan pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi yang tidak maksimal.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Tahap pemilihan dan seleksi obat setelah obat diseleksi dengan menggunakan

seleksi yang ilmiah dan terapi yang lebih baik, yaitu memilih obat sesuai

dengan buku panduan terapi yang betul-betul efektif dalam penanganannya,

memilih obat seminimal mungkin dengan memilih obat yang memiliki

anggaran seminim mungkin, memilih berdasarkan drug of choice yaitu

memilih obat dengan efek terapi yang lebih baik, memilih obat tunggal yaitu

denga lebih memilih obat tunggal generik dibandingkan obat dengan efek

terapi ganda, membuat bukti untuk terapi obat yang lebih baik. Perencanaan

obat di Puskesmas Pamatang Raya sudah berjalan tapi Puskesmas juga

menerima obat berdasarkan Daftar Obat Esensial Nasional yang juga menjadi

acuan dalam pengadaan obat di Puskesmas, dengan begitu perencanaan

kebutuhan obat di Puskesmas Pamatang Raya sudah dalam pengawasan Kepala

Puskesmas Dan juga Dinas Kesehatan agar tetap berjalan sesuai prosedur dan

langkah-langkah perencanaan obat di puskesmas.

2. langkah untuk mendapatkan kompilasi pemakaian obat yaitu membuat nama

obat yang sudah ditentukan dengan cara membuat daftar nama obat yang sudah

dipilih pada tahap seleksi obat, mengumpulkan data pemakaian obat yang

sudah ditentukan di Puskesmas setiap bulan yaitu dari LPLPO, setelah itu

menjumlah pemakaian obat setiap bulan sesuai dengan data yang terdapat di

Puskesmas, dan menemukan pemakaian rata-rata pemakaian obat tiap bulan

71
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
72

dalam satu tahun. Data kompilasi pemakaian obat akan digunakan untuk tahap

perencanaan obat berikutnya di Puskesmas Pamatang Raya.

3. Tahap perhitungan obat yang dilakukan Puskesmas Pamatang Raya dengan

menggunakan metode konsumsi adalah, pertama Puskesmas Pamatang Raya

menggunakan data pemakaian obat yang sudah dihitung atau rata-rata

pemakaian obat di tahap kompilasi pemakaian obat untuk di analisis, setelah itu

data dianalisis dan dievaluasi untuk kebutuhan obat periode berikutnya, setelah

itu akan hasil evaluasi akan disesuaikan dengan alokasi dana yang disediakan

untuk kebutuhan obat di Puskesmas Pamatang Raya, Data yang disediakan

oleh Puskesmas Pamatang Raya masih belum dimanfaatkan secara maksimal,

data penyakit yang terdapat dipakai dalam perencanaan obat karena selalu

terjadi perubahan atau pun jumlah kasus yang naik dan turun, sehingga metode

morbiditas tidak digunakan dalam perencanaan obat di Puskesmas Pmatang

Raya.

4. Tahap proyeksi kebutuhan obat yang dilakukan kepala gudang instalasi

Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun menerapkan langkah-

langkah yaitu, pertama menetapkan rancangan stok akhir dengan data yang

disediakan oleh Puskesmas langkah selanjutnya adalah menghitung rancangan

pengadaan obat untuk Puskesmas Pamatang Raya, setelah dilakukannya

rancangan pengadaan obat data akan disesuaikan dengan anggaran total

kebutuhan obat yang sudah dihitung sesuai dengan alokasi dana yang sudah

ditentukan, permasalah dana dalam melakukan proyeksi kebutuhan obat yang

membutuhkan data anggaran dana, karena kebutuhan proyeksi obat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


73

dipengaruhi jumlah anggaran dana yang tersedia sehingga sering terjadi kurang

efektifnya perencanaan obat di Puskesmas

5. Tahap penyesuaian perencanaan kebutuhan obat untuk Puskesmas Pamatang

Raya adalah dengan dua metode analisis, yaitu analisis ABC dan analisis VEN,

dengan penjelasan analisis ABC adalah analisis penyesuaian perencanaan obat

sesuai dengan besarnya penyerapan dana, kelompok A dengan penyerapan

dana sebesar 70% ,kelompok B dengan penyerapan dana 20 %, kelompok C

dengan penyerapan dana sebesar 10 %. Sedangkan untuk analiisis VEN adalah

analisis penyesuaian sesuai dengan dampak tiap jenis obat pada kesehatan.

Kelompok V adalah obat untuk mengatasi penyakit-penyakit penyebab

kematian terbesar, kelompok E adalah kelompok obat untuk mengatasi keluhan

ringan, kelompok N adalah obat penunjang untuk keluhan ringan.

6.2 Saran

1. Kepada Instalasi Farmasi Puskesmas Pamatang Raya agar memilih obat

sesuai dengan prosedur pada tahap seleksi dan pemilihan obat meskipun

adanya DOEN tetapi kebutuhan obat di Puskesmas Pamatang Raya dapat

diketahui dari riwayat pemakaian obat puskasmas.

2. Kepada Kepala Puskesmas Pamatang Raya agar memantau dan mengawasi

dalam penghitungan kompilasi pemakaian obat agar tidak terjadi kesalahan

dalam penghitungan.

3. Kepada Instalasi Farmasi Puskesmas Pamatang Raya agar memakai data

kesakitan atau LB1 agar perencanaan pada tahap perhitungan obat lebih

akurat dan efektif.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


74

4. Kepada Kepala Gudang Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten

Simalungun agar memanfaatkan dana yang tersedia untuk obat dan membuat

proyeksi kebutuhan obat sesuai dana yang tersedia untuk obat.

5. Kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun agar membuat proyeksi

kebutuhan obat dengan maksimal sesuai dengan analisis ABC dan analisis

VEN.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

Athijah, Umi. 2010. Perencanaan dan Pengadaan Obat di Puskesmas


Surabaya Timur dan Selatan. Jurnal, Fakultas Farmasi Universitas
Airlangga. Surabaya.

Dian S. 2011. Analisis Perencanaan dan Pengadaan Obat di Puskesmas


Pembina Palembanng. FKM Universitas Sriwijaya.

Djuna, Sarlin. 2013. Manajemen Pengelolaan Obat di Puskesmas Labakkang


Kabupaten Pangkep. FKM UNHAS. Makassar.

Hartono, Joko Puji. 2007. Analisis Proses Perencanaan Kebutuhan Obat


Publik Untuk Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD) di Puskesmas
Sewilayah Kerja Dinas Kota Tasikmalaya. Tesis, UNDIP. Semarang.

. 2002. Pedoman Teknis Pengadaan Obat Publik dan Perbekalan


Kesehatan untuk Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD). Direktorat
Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Jakarta.

Herdiansyah, Haris. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu Sosial.


Salemba Humanika. Jakarta.

Inggrid N, 2015. Analisis Perencanaan Obat di Dinas Kesehatan Kabupaten


Minahasa Tenggara. FKM Universitas Sam Ratulangi Manado

Kemenkes RI. 2010. Materi Pelatihan Manajemen Kefarmasian di Instalasi


Farmasi Kabupaten/Kota. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan
Alat Kesehatan. Jakarta.

Keputusan Menteri Kesehatan RI. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 1426/MENKES/SK/XI/2002 tentang
Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan.
Jakarta.

Keputusan Menteri Kesehatan RI. 2008. Keputusan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 1121/MENKES/SK/XII/2008 tentang
Pedoman TeknikPengelolaan Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan. Jakarta.

Linta N, 2016. Studi Tentang Pengelolaan Obat di Puskesmas Barunga


Kabupaten Wakatobi. FKM Universitas Halu Oleo

M.Manullang, 2015 Dasar-Dasar Manajemen. Gadjah Mada University press

75
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
76

Martha, Evi, dan Sudarti K. 2016. Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk


Bidang Kesehatan. Jakarta: PT RajaGrafindoPersada

Martono, Ricky. 2015. Manajemen Logistik Terintegrasi. PPM. Jakarta.

Peraturan Menteri Kesehatan RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat. Jakarta.

. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 30


Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.
Jakarta.

Rahmadhani, 2015. Evaluasi Pengelolaan Obat Program Filariasis Di Instalasi


Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. Program Studi
Diploma III Analisis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas
SumateraUtara

Satibi, 2015.Manajemen Obat di Rumah Sakit. Gadjah Mada University press


2016.

Stephen Z. 2013.Pengelolaan dan Penggunaan Obat Wajib Apotek. D- Medika

Sulanto S , 2012. Materi kuliah Aplikasi Management. Peminatan Managemen


dan Kebijakan Obat, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada Jogjakarta-Indonesia.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN I

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (IN-DEPTH-INTERWIEV)


PERENCANAAN KEBUTUHAN OBAT DI UPT PUSKESMAS PAMATANG
RAYA DI WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN
SIMALUNGUN
I. Daftar Pertanyaan untuk Informan Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten Simalungun.
A. Identitas Informan.
1. Nama:
2. Umur:
3. Jenis Kelamin:
4. Pendidikan Terakhir:
5. Tanggal Wawancara:
B. Pertanyaan.
1. Bagaimana peran Dinas Kesehatan terhadap Puskesmas terkait
perencanaan obat?
2. Bagimana ketersediaan sumber daya manusia untuk merencanakan
kebutuhan obat?
3. Bagaimana proses perencanaan obat pada tahap proyeksi kebutuhan obat?
4. Bagaimana proses perencanaan obat pada tahap penyesuaian perencanaan
kebutuhan obat?
5. Apakah data yang diberikan oleh Puskesmas Pamatang Raya sesuai dan
mendukung dalam tahap perencanaan obat di Dinas Kesehatan Kabupaten
Simalungun?
6. Apakah ada kendala dalam merencanakan obat-obat dan memenuhi
permintaan obat dari Puskesmas?
7. Apa langkah-langkah yang Bapak/Ibu lakukan/usulkan?

77
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
78

II. Daftar Pertanyaan Untuk Informan Kepala Puskesmas Pamatang


Raya.
A. Identitas Informan
A. Nama:
B. Umur:
C. Jenis Kelamin:
D. Pendidikan Terakhir:
E. Tanggal Wawancara:
B. Pertanyaan.
1. Bagaimanakah Peran Kepala Puskesmas dalam mengkordinir perencanaan
obat di Puskesmas Pamatang Raya?
2. Bagaimana ketersediaan sumber daya manusia untuk merencanakan
kebutuhan obat di Puskesmas Pamatang Raya?
3. Bagaimana proses perencanaan obat pada tahap pemilihan dan seleksi
obat?
4. Bagaimana proses perencanaan obat pada tahap kompilasi pemakaian
obat?
5. Bagaimana proses perencanaan obat pada tahap perhitungan obat?
6. Apa peran dinas kesehatan terhadap puskesmas terkait perencanaan obat?
7. Apakah data yang dibutuhkan untuk perencanaan obat di Puskesmas
Pamatang Raya?
8. Apakah ada kendala dalam merencanakan obat-obat di Puskesmas?
9. Apa langkah-langkah yang Bapak/Ibu lakukan/usulkan?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


79

III. Daftar Pertanyaan Untuk Informan Kepala Instalasi Farmasi Dinas


Kesehatan Kabupaten Simalungun.
A. Identitas Informan.
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Pendidikan terakhir :
5. Tanggal wawancara :
B. Pertanyaan.
1. Bagaimana peran Dinas Kesehatan terhadap Puskesmas terkait
perencanaan obat?

2. Bagaimana ketersediaan sumber daya manusia dalam perencanaan


kebutuhan obat di Puskasmas?
3. Bagaimana proses perencanaan obat pada tahap pemilihan dan seleksi
obat?
4. Bagaimana proses perencanaan obat pada tahap kompilasi pemakaian
obat?
5. Bagaimana proses perencanaan obat pada tahap perhitungan kebutuhan
obat?
6. Bagaimana proses perencanaan obat pada tahap proyeksi kebutuhan obat?
7. Bagaimana proses perencanaan obat pada tahap penyesuaian perencanaan
kebutuhan obat?
8. Bagaimana ketersediaan data dalam perencanaan kebutuhan obat di
Puskesmas?
9. Apakah ada kendala-kendala dalam perencanaan, pengadaan obat-obat di
Puskesmas?
10. Bagaimana cara Bapak/Ibu mengatasi permasalahan tersebut?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


80

IV. Daftar Pertanyaan Untuk Informan Staf Farmasi Puskesmas


Pamatang Raya.
A. Identitas Informan.
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Pendidikan terakhir :
5. Tanggal wawancara :
B. Pertanyaan.
1. Apakah Bapak/Ibu ada disuruh Kepala Puskesmas merencanakan obat
untuk Puskesmas?
2. Bagaimana proses perencanaan obat pada tahap pemilihan dan seleksi
obat?
3. Bagaimana proses perencanaan obat pada tahap kompilasi pemakaian
obat?
4. Bagaimana proses perencanaan obat pada tahap perhitungan kebutuhan
obat?
5. Data apa saja yang dibutuhkan dalam melakukan perencanaan obat?
6. Bagaimana pengawasan dari dinas kesehatan terhadap kebutuhan obat di
puskesmas ini?
7. Apa saja kendala dalam pelayanan obat pada pasien di Puskesmas?
8. Apa langkah-langkah yang dilakukan dalam mengatasi permasalahan
tersebut?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


81

LAMPIRAN II

Tabel Matriks 1. Peranan Dalam Perencanaan Kebutuhan Obat


Informan Pernyataan

Bagaimana Peran Dinas Kesehatan Terhadap Puskesmas Terkait

Perencanaan Obat?

Informan I Jadi peran dinas kesehatan terkait perencanaan obat adalah

mengawasi perencanaan obat yang dilaksanakan oleh

puskesmas melakukan pelatihan dan juga melakukan pertemuan

setidaknya tiga bulan sekali untuk mengumpulkan dan

mengevaluasi data perencanaan obat dari puskesmas.

Informan II Jadi peran dinas kesehatan dalam perencanaan obat di

puskesmas itu adalah dalam melakukan koordinasi terkait data

perencanaan obat yang ditandai dengan diadakannya pertemuan

dalam mengumpulkan data dan mengadakan evalusai dan juga

ada beberapa tahapan perencanaan obat tang melibatkan dinas

kesehatan.

Informan III peran dinas kesehatan terkait perencanaan obat adalah

mengawasi perencanaan obat yang dilaksanakan oleh

puskesmas melakukan pelatihan dan juga melakukan pertemuan

setidaknya tiga bulan sekali untuk mengumpulkan dan

mengevaluasi data perencanaan obat dari puskesmas, agar

perencanaan yang dilaksanakan berjalan sesuai standar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


82

operasional yang berlaku.

Bagaimana Peran Kepala Puskesmas Pamatang Raya Terhadap

Puskesmas Terkait Perencanaan Obat?

Informan II Ya, saya sebagai kepala puskesmas menyuruh membuat

perencanaan dan juga selalu mengkordinir perencanaan obat di

Puskesmas Pamatang Raya, karena data perencanaan obat di

puskesmas sangat dibutuhkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten

simalungun untuk tahap perencanaan obat lanjutan.

Apakah Ibu ada disuruh Kepala Puskesmas Merencanakan Obat untuk

Puskesmas?

Informan IV Ya, Ibu Kepala Puskesmas ada menyuruh membuat

perencanaan, dengan melakukan seleksi obat yang betul-betul

dibutuhkan Puskesmas dinas kesehatan juga selalu

mengkordinir kegiatan perencanaan obat di Puskesmas,

walaupun kadang ada juga obat yang mengikuti DOEN tapi

puskesmas tetap ada melakukan pemilihan obat.

Tabel Matriks 2. Sumber Daya Manusia


Informan Pernyataan

Bagaimana Ketersediaan Sumber Daya Manusia Untuk Merencanakan

Kebutuhan Obat?

Informan I Sumber daya manusia di puskesmas pamatang Raya belum


mencukupi dari segi kualitas karena kurangnya tenaga farmasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


83

yang di puskesmas pamatang raya, belum semua anggota di


instalasi farmasi di puskesmas itu riwayat pendidikannya dari
kefarmasiannya dan juga tidak adanya apoteker di instalasi
farmasi di puskesmas pamatang raya.
Informan II Sumber daya manusia di Puskesmas Pamatang Raya belum

mencukupi karena kurangnya tenaga farmasi yang di

Puskesmas Pamatang Raya, belum semua anggota di instalasi

farmasi di Puskesmas itu riwayat pendidikannya dari

kefarmasian dan juga tidak adanya Apoteker di instalasi

farmasi di Puskesmas Pamatang Raya.

Informan III Sumber daya manusia di puskesmas pamatang raya belum

mencukupi dari segi kualitas karena kurangnya tenaga farmasi

yang di puskesmas pamatang raya, belum semua anggota di

instalasi farmasi di puskesmas itu riwayat pendidikannya dari

kefarmasiannya dan juga tidak adanya apoteker di instalasi

farmasi di puskesmas pamatang raya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


84

Tabel Matriks 3. Proses Perencanaan


Informan Pernyataan

Bagaimana Proses Perencanaan Obat Pada Tahap Pemilihan dan Seleksi

Obat?

Informan II Dalam pemilihan obat kita melakukan beberapa prosedur

seperti yang pertama itu memilih obat itu berdasarkan seleksi

yang betul-betul secara ilmiah sesuai dengan ilmu kefarmasian

yang berlaku dan terupdate,dan juga dengan memilih obat

seminimal mungkin karena anggaran dana yang terbatas

membuat selekksi harus benar-benar obat yang tingkat terapi

tinggi tetapi harga seminimal mungkin, selanjutnya dengan

memilih obat berdasarkan penyakit yang tingkat kejadiannya

tinggi, dan yang terakhir itu dengan memilih obat tunggal atau

obat dengan efek terapi tunggal agar lebih baik efek terapinya.

Informan III Dalam pemilihan obat yang dilakukan itu adalah beberapa

prosedur seperti yang pertama itu memilih obat itu

berdasarkan seleksi yang betul-betul secara ilmiah sesuai

dengan ilmu kefarmasian yang berlaku dan terupdate,dan juga

dengan memilih obat seminimal mungkin karena anggaran

dana yang terbatas membuat selekksi harus benar-benar obat

yang tingkat terapi tinggi tetapi harga seminimal mungkin,

selanjutnya dengan memilih obat berdasarkan penyakit yang

tingkat kejadiannya tinggi, dan yang terakhir itu dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


85

memilih obat tunggal atau obat dengan efek terapi tunggal

agar lebih baik efek terapinya.

Informan IV Dalam pemilihan obat kita melakukan beberapa prosedur

seperti yang pertama itu memilih obat itu berdasarkan seleksi

yang betul-betul secara ilmiah sesuai dengan ilmu kefarmasian

yang berlaku dan terupdate,dan juga dengan memilih obat

seminimal mungkin karena anggaran dana yang terbatas

membuat selekksi harus benar-benar obat yang tingkat terapi

tinggi tetapi harga seminimal mungkin, selanjutnya dengan

memilih obat berdasarkan penyakit yang tingkat kejadiannya

tinggi, dan yang terakhir itu dengan memilih obat tunggal atau

obat dengan efek terapi tunggal agar lebih baik efek terapinya.

Bagaimana Proses Perencanaan Obat Pada Tahap Kompilasi Pemakaian

Obat?

Informan II Dalam penghitungan kompilasi pemakaian obat itu ada

beberapa langkah yaitu membuat daftar nama-nama obat yang

perlu dan akan dihitung,sesudah itu data pemakaian obat-obat

setiap bulan dikumpulkan dan jumlahkan, setelah itu akan

dibagi 12 karena kita akan menghitung pemakaian rata-rata

tiap bulan dalam satu tahun, dan itu menjadi data kompilasi

pemakaian obat di puskesmas ini

Informan III Dalam penghitungan kompilasi pemakaian obat itu langkah-

langkah yang dilakukan yaitu membuat daftar nama-nama

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


86

obat yang perlu dan akan dihitung,sesudah itu data pemakaian

obat-obat setiap bulan dikumpulkan dan jumlahkan, setelah itu

akan dibagi 12 karena kita akan menghitung pemakaian rata-

rata tiap bulan dalam satu tahun, dan itu menjadi data

kompilasi pemakaian obat di Puskesmas Pamatang Raya.

Informan IV kalo dalam penghitungan kompilasi pemakaian obat itu ada

beberapa langkah yaitu membuat daftar nama-nama obat yang

perlu dan akan dihitung,sesudah itu data pemakaian obat-obat

setiap bulan dikumpulkan dan jumlahkan, setelah itu akan

dibagi 12 karena kita akan menghitung pemakaian rata-rata

tiap bulan dalam satu tahun, dan itu menjadi data kompilasi

pemakaian obat di puskesmas ini.

Bagaimana Proses Perencanaan Obat Pada Tahap Perhitungan

Kebutuhan Obat?

Informan II Dalam metode konsumsi itu langkah yang kita lakukan itu

adalah mengumpulkan data penggunaan obat dan data dari

tahapan perencanaan sebelumnya setelah itu data akan kita

kita bawa ke pertemuan yang membahas mengenai obat yang

diadakan di Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun untuk

diadakannya evaluasi penggunaan obat, setelah itu hasil rapat

yaitu perkiraan kebutuhan obat untuk periode berikutnya

sesuai dengan anggaran dana untuk obat di Puskesmas.

Informan III Dalam tahap perhitungan obat itu menggunakan dua metode

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


87

yaitu metode konsumsi itu langkah yang kita lakukan itu

adalah mengumpulkan data penggunaan obat dan data dari

tahapan perencanaan sebelumnya setelah itu data akan kita

kita bawa ke pertemuan yang membahas mengenai obat yang

diadakan di Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun untuk

diadakannya evaluasi penggunaan obat, setelah itu hasil rapat

yaitu perkiraan kebutuhan obat untuk periode berikutnya

sesuai dengan anggaran dana untuk obat di Puskesmas,

sedangkan dengan metode morbiditas langkah-langkah yang

kita lakukan itu adalah mengitung jumlah jiwa yang berobat di

Puskesmas, stelah itu kita kelompokkan berdasarkan kasus

penyakit setelah itu hampir sama dengan metode konsumsi

data yang kita peroleh akan kita bawa ke Dinas Kesehatan

Kabupaten Simalungun untuk dibahas dan diadakannya

evaluasi kebutuhan obat berikutnya, setelah itu kita akan

menyesuaikan dengan alokasi dana yang untuk obat di

Puskesmas

Informan IV Dalam tahap perhitungan obat yaitu dengan metode konsumsi

itu langkah yang kita lakukan itu adalah mengumpulkan data

penggunaan obat dan data dari tahapan perencanaan

sebelumnya setelah itu data akan kita kita bawa ke pertemuan

yang membahas mengenai obat yang diadakan di Dinas

Kesehatan Kabupaten Simalungun untuk diadakannya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


88

evaluasi penggunaan obat, setelah itu hasil rapat yaitu

perkiraan kebutuhan obat untuk periode berikutnya sesuai

dengan anggaran dana untuk obat di Puskesmas.

Bagaimana Proses Perencanaan Obat Pada Tahap Proyeksi Kebutuhan

Obat?

Informan I Dalam tahap proyeksi kebutuhan obat langkah-langkah yang

dilakukan yaitu pertama menghitung stok akhir yang ada di

puskesmas, stelah itu menghitung rancangan pengadaan obat

yang akan di drop ke puskesmas sesuai dengan anggaran dana

obat yang telalh disediakan.

Informan III Dalam tahap proyeksi kebutuhan obat langkah-langkah yang

kita lakukan yaitu pertama menetapkan atau menghitung stok

akhir yang ada di Puskesmas, stelah itu mengitung rancangan

pengadaan obat yang akan di drop ke puskesmas sesuai

dengan anggaran dana obat yang telah disediakan.

Bagaimana Proses Perencanaan Obat Pada Tahap Penyesuaian

Perencanaan Kebutuhan Obat?

Informan I Kalo untuk analisis perencanaan obat yang digunakan itu

adalah analisis ABC dan analisis VEN dan setelah kedua

analisis tersebut terlaksana baru diadakan rapat untuk obat

yang akan di drop ke puskesmas.

Informan III Untuk perencanaan obat metode terakhir yang dipakai itu

adalah analisis ABC dan VEN , sedikit penjelasan analisis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


89

ABC itu adalah analisis berdasarkan besarnya penyerapan

dana dari jenis obat tersebut, sedangkan analisis VEN adalah

analisis berdasarkan fungsi obatnya. Dan nanti setelah dapat

kedua hasil analisis akan digabungkan kedua analisis tersebut

untuk obat yang layak di drop ke Puskesmas.

Tabel Matriks 4. Ketersediaan Data


Informan Pernyataan

Bagaimana Ketersediaan Data Dalam Perencanaan Kebutuhan Obat di

Puskesmas?

Informan I Data yang diberikan Puskesmas Pamatang Raya sudah bagus

tapi belum dalam tahap sempurna karena masih ada data yang

tidak dimaksimalkan seperti halnya data 10 kasus penyakit

terbesar yang jarang di pakai Puskesmas Pamatang Raya.

Informan II Jadi data yang dibutuhkan yaitu data dari LB1 yaitu

berdasarkan jumlah penyakit

Informan III Jadi data yang dipakai itu adalah data yang bersal dari

Puskesmas seperti LPLPO dan Juga LB1 atau jumlah penyakit

di Puskesmas, lalu dari data tersebut akan diadakan rapat

untuk menentukan perencanaan obat selanjutya, dan data itu

disediakan oleh Puskesmas Pamatang Raya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


90

Informan IV Jadi data yang dibutuhkan yaitu data dari LB1 yaitu

berdasarkan jumlah penyakit.

Tabel Matriks 5. Hambatan


Informan Pernyataan

Apakah ada Kendala Dalam Melakukan Perencanaan Obat Di

Puskesmas?

Informan I Kendala dalam perencanaan obat adalah sumber daya manusia

yang belum semuanya menjurus kepada obat dan

mengakibatkan susah dalam memaksimalkan data

perencanaan obat tersebut, kalo untuk memenuhi perencanaan

obat kendalanya adalah anggaran dana yang terbatas dan

banyaknya permintaan obat dari setiap puskesmas membuat

tidak semua obat bisa dimasukkan dalam daftar pemenuhan

obat di puskesmas.

Informan II Jadi kendalanya adalah terkadang kita tidak memakai data

morbiditas karena sering terjadinya perubahan jumlah kasus

yang drastis sehingga sering tidak memakai data tersebut.

Informan III Kendalanya ada yaitu terkadang ada juga beberapa data yang

tidak dipakai dengan maksimal contohnya pada saat pemilihan

dan seleksi obat karena keterbatasan sumber daya manusia di

Puskasmas, Permasalahan dana juga menjadi hambatan dalam

proses membuat proyeksi kebutuhan obat karena terkadang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


91

menyesuaikan dana dengan perencanaan dan kebutuhan obat

tidak sesuai sehingga perencanaan jadi kurang efektif

Innforman IV Masalahnya adalah terkadang kita tidak memakai data

morbiditas karena sering terjadinya perubahan jumlah kasus

yang drastis sehingga sering tidak memakai data tersebut.

Tabel Matriks 6. Proyeksi Pemecahan Hambatan


Informan Pernyataan

Bagaimana Cara Bapak/Ibu Mengatasi Permasalahan Tersebut?

Informan I Langkah yang diusulkan itu karena Dinas Kesehatan

Pamatang Raya kekurangan tenaga Apoteker ini lagi

diupayakan dalam untuk setiap puskesmas mempunyai

minimal satu apoteker sebagai penanggung jawab instalasi

farmasi, dan untuk dana agar semaksimal mungkin untuk

dipergunakan dan dalam seleksi obat harus betul-betul

dilaksankan sesuai standar operasionalnya.

Informan II Langkah-langkah yang diusulkan adalah dengan memakai

semua data yang ditetapkan dalam prosedur walaupun dalam

tingkat kesulitan yang tinggi karena itu sudah menjadi resiko.

Informan III Yaitu dengan mengawasi dan tetap mengarahkan Puskesmas

agar memakai setiap metode dalam perencanaan obat walau

dengan data yang berubah-ubah.

Informan IV Melakukan penghitungan dengan metode yang lebih efektif

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


92

selain dengan metode morbiditas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


93

LAMPIRAN III

Gambar Penelitian

Wawancara dengan Penanggung jawab Farmasi Puskesmas Pamatang Raya

Wawancara Dengan Kepala Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Simalungun

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


94

Wawancara Dengan Kepala Puskesmas Puskesmas Pamatang Raya

Pegawai di Bagian Instalasi Farmasi Puskesmas Pamatang Raya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


95

Wawancara Dengan Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan Dinas


Kesehatan Simalungun

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


96

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


97

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


98

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai