`PENDAHULUAN
Pengadaan Barang dan jasa atau dalam istilah asing disebut sebagai
procurement muncul karena adanya kebutuhan akan suatu barang atau jasa, mulai
dari pensil, seprei, aspirin untuk kebutuhan rumah sakit, bahan bakar kendaraan
milik pemerintah, peremajaan mobil dan armada truk, peralatan sekolah dan
rumah sakit, perlengkapan perang untuk instansi militer, perangkat ringan atau
berat untuk perumahan, pembangunan, untuk jasa konsultasi serta kebutuhan jasa
lainnya (seperti pembangunan stasiun pembangkit listrik atau jalan tol hingga
menyewa jasa konsultan bidang teknik, keuangan, hukum atau fungsi konsultasi
lainnya).
Istilah pengadaan barang dan jasa atau procurement diartikan secara luas,
administrasi tender untuk pengadaan barang, lingkup pekerjaan atau jasa lainnya.
Pengadaan barang dan jasa juga tak hanya sebatas pada pemilihan rekanan proyek
dengan bagian pembelian (purchasing) atau perjanjian resmi kedua belah pihak
administrasi dalam pengadaan barang, pekerjaan atau jasa seperti jasa konsultasi
teknis, jasa konsultasi keuangan, jasa konsultasi hukum atau jasa lainnya.
1
2
Pengadaan barang dan jasa pada hakikatnya adalah upaya pihak pengguna
dengan menggunakan metode dan proses tertentu agar dicapai kesepakatan harga,
waktu, dan kesepakatan lainnya. Agar hakikat atau esensi pengadaan barang dan
jasa tersebut dapat dilaksanakan sebaik-baiknya, maka kedua belah pihak yaitu
pengadaan barang dan jasa, tunduk kepada etika dan norma pengadaan barang dan
lembaga negara lainnya) dan perusahaan (baik milik negara atau swasta) bahkan
perorangan.
Pengadaan barang dan jasa pemerintah melibatkan dana yang sangat besar.
Dana besar ini menjadi lahan yang subur bagi praktek korupsi. Dewasa ini tingkat
persentase korupsi pengadaan barang dan jasa hampir mencapai 60% dari
pengeluaran belanja negara yang digunakan untuk pengadaan barang dan jasa.
Sebagai gambaran, APBN TA 2002, dan untuk pengadaan barang dan jasa
mencapai Rp. 159 triliun. Angka tersebut tidak termasuk dana yang dikelola
Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia yang berjudul “Country Procurement
barang dan jasa mengalami kebocoran. Kajian ini memperkuat dugaan bahwa
pengadaan barang dan jasa adalah sasaran empuk para pelaku korupsi.
terhadap informasi.
atau berpura – pura melakukan proses yang “transparan dengan pengaturan orang
dalam”, padahal sebenarnya jelas – jelas merupakan praktek Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme (KKN). Untuk mengatasi hal tersebut, maka pemerintah melalui Pasal
131 ayat (2) perpres No. 54 tahun 2010 mengharuskan proses pengadaan
Di kabupaten Bandung, kasus korupsi bukanlah hal baru. Contoh kasus yang
baru saja terjadi adalah kasus korupsi pada pengadaan fasilitas parkir dan
lapangan upacara di 31 SDN di Kabupaten Bandung pada APBD 2013. Selain itu,
ada pula kasus dalam pengadaan MCK Komunal pada tahun 2009 dan kasus
lainnya.
Pengadaan barang dan jasa yang baik merupakan alat yang tepat untuk
membangun Tata pemerintahan yang baik dan bersih (Good Governance and
Clean Government.
pemerintahan yang baik dan bersih (Good Governance and Clean Government
penyelewengan uang negara diluar kepentingan rakyat. Selain itu juga akan
menciptakan perilaku buruk yang mendorong persaingan usaha yang tidak sehat
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti dan mengkaji
penulis adalah :
1. Kegunaan teoritis
2. Kegunaan Praktis
/ Jasa Pemerintah
sebagai dasar Negara. Pada Pasal 1 ayat (3) Undang- Undang Dasar 1945 terdapat
suatu rumusan yang jelas tentang Negara hukum yang menyatakan bahwa
Rule of Law karena lahirnya konsep-konsep tersebut tidak lepas dari keinginan
Rechtsct muncul di abad ke-19 yang pertama kali dicetuskan oleh Julius Stahl.
Pada saatnya hampir bersamaan muncul pula konsep negara hukum (rule of Law)
adanya 3 (tiga) ciri penting negara hukum yang disebut dengan Rule of Law,
yaitu :
2. Kedudukan yang sama didepan hukum, baik bagi rakyat biasa atau
pengadilan.
memenuhi kepentingannya.
8
hukum Indonesia, yang sudah barang tentu berdasar dari sistem hukum
institusi).
sudah menjadi subyek hukum secara kodrati atau secara alami. Anak-anak
serta balita pun sudah dianggap sebagai subyek hukum. Manusia dianggap
bayi yang masih berada dalam kandungan pun bisa dianggap sebagai subyek
ada beberapa golongan yang oleh hukum dipandang sebagai subyek hukum
hukum mereka harus diwakili atau dibantu oleh orang lain, seperti anak yang
masih dibawah umur, belum dewasa, atau belum menikah, dan orang yang
pemboros.
9
2. Badan Hukum (recht persoon). Badan hukum adalah suatu badan yang terdiri
dari kumpulan orang yang diberi status "persoon" oleh hukum sehingga
Perbedaan badan hukum dengan manusia sebagai pembawa hak adalah badan
UU No. 22 Tahun 1999 dan UU No. 25 Tahun 1999 pada 1 Januari 2001.
Pemerintah (pusat) kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan
f. Mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
1981. Hal itu diikuti dengan perhatian yang lebih mendalam terhadap berbagai
daerah (eksekutif) Ke Power Sharing antar eksekutif dan legislatif daerah, harus
masyarakat.
11
yang baik dan bersih (Good Governance and Clean Government). Peraturan
Presiden No. 54 Tahun 2010 menyatakan pengertian tata pemerintahan yang baik
dan bersih (Good Governance and Clean Government) sebagai seluruh aspek yang
yang baik dan bersih, perlu didukung dengan pengelolaan keuangan yang efektif,
jawabkan baik dari segi fisik, keuangan, maupun manfaatnya bagi kelancaran
pemerintah membagi proses Pengadaan Barang dan Jasa menjadi 2 (dua), yaitu :
Meskipun telah diatur dengan aturan hukum yang jelas dan mengikat, pada
Kolusi dan Nepotisme (KKN) dan kesalahan persepsi dalam proses pengadaan
barang/jasa. Berdasarkan data yang dihimpun KPK, sebagian besar kasus KKN
elemen kunci yang diperlukan untuk mencegah korupsi dalam pengadaan barang
jasa:2)
1. Transparansi
2. kompetisi
pemerintahan yang baik dan bersih (clean governance and good government),
maka dibuatlah Perpres No. 54 Tahun 2010 sebagai pengganti Keppres No. 80
Tahun 2003. Perpres ini mewajibkan sekurangnya 40% dari belanja APBD
akuntabel.
panduan yang dikeluarkan oleh LKPP sehingga kinerjanya dapat lebih mudah
pemerintah;
c. Dokumen penawaran;
14
e. Penyerahan penawaran;
berapa penawarannya;
prinsip yang tertuang dalam Pasal 5 Perpres No. 54 Tahun 2010, sehingga dapat
1. Pendekatan Penelitian
memerlukan data yang berupa tulisan dari para ahli atau pihak yang
tidak seperti penelitian hukum empiris, namun penelitian hukum dalam hal ini
adalah penelitian yang dilakukan secara langsung dengan pihak atau instansi
akurat dari para pihak yang memiliki hubungan dengan permasalahan yang
dibahas.
2. Metode pendekatan
normatif, yaitu menguji dan mengkaji data sekunder yaitu asas-asas yang
Barang/Jasa Pemerintah.
3. Data penelitian
a. Data Primer, yaitu data yang akan diperoleh langsung di lapangan melalui
dibahas.
16
a. Studi Pustaka
b. Studi Lapangan
5. Analisis Data
Data yang diperoleh penulis baik data primer maupun data sekunder sekunder
yang bersifat umum, kemudian digunakan untuk menilai suatu peristiwa yang
bersifat khusus.
17
6. Lokasi Penelitian
Bandung;