Anda di halaman 1dari 3

Nama: Ni Luh Gede Puspita Murdani

NIM: 81930554

Fak/Jur: FHIS/Ilmu Komunikasi

Hasil Ringkasan Materi Kuliah Umum Senin, 11 Mei 2020 Tentang “The Perspective
of ASEAN and the European Union on COVID-19 Issues”

 ASEAN

ASEAN Community memilki 3 pilar kerjasama, yaitu ASEAN Political Security


Community, ASEAN Ecocomic Community, dan Pilar Kerjasama Sosial Budaya ASEAN.
Dalam pilar kerjasama sosial budaya, terdapat 14 badan sektor seperti kebudayaan, olahraga,
manajemen bencana, pendidikan, lingkungan hidup, asap lintas batas, informasi, tanaga kerja,
pembangunan pedesaan dan pengentasan kemiskinan (termasuk kesejahteraan dan
pembangunan sosial), pemberdayaan perempuan, pemuda, aparatur sipil negara dan
kesehatan.

Yang menjadi focal point dalam sektor kesehatan adalah Kementrian Kesehatan.
Tahun 2019-2022, kementrian kesehatan menjadi ketua dari ASEAN Senior Official Meeting
on Health Development atau pertemuan setingkat pejabat menteri ASEAN dan ASEAN
Health Minister Meeting atau pertemuan setingkat menteri. Sehingga pembahasan mengenai
Covid-19 di ASEAN saat ini dimpimpin oleh Kementerian Kesehatan RI. Dalam skema
kerjasama kesehatan, tidak saja dilakukan oleh antar negara ASEAN tetapi juga dengan
Asian Plus Three seperti Cina, Korea dan Jepang.

Ada 4 klaster kerjasama dibawah ASEAN, pertama yaitu promoting healthy lifestyle,
kedua responding to all hazaards and emerging threats, ketiga strengthening health systems
and acces to care, keempat ensuring food safety. Sedangakan penanganan bencana kesehatan
itu berada pada ASEAN health cluster kedua yaitu responding to all hazaards and emerging
threats.

Kerjasama ASEAN sebelum Covid-19 melanda dunia, telah tercatat beberapa


kerjasama yang terkait dengan public health emergency preparedness and respons. Pernah
bersama-sama menangani masalah sars (2003), flu h1n1 (2009), ebola virus (2014), mers cov
(2015), dan virus zika (2016). Kerjasama tersebut adalah melakukan penguatan kerjasama
regional dalam global dalam penanganan pandemi termasuk bekerjasama dengan WHO dan
negara-negara dialogue partners, kemudian melakukan penelitian knowledge sharing and best
practices antara negara ASEAN dan negara-negara yang terkena pandemi.

Virus corona pertama kali ditemukan di Wuhan pada 31 desember 2019. Sebulan
kemudian WHO mendeklarasikan covid-19 sebagai public health emergency of international
concern pada 30 Januari 2020. Di kawasan Asia tenggara, virus pertama kali telah
menginfeksi warga Thailand pada 30 januari 2020. Sedangkan di Indonesia, kasus covid-19
pertama kali ditemukan pada 2 maret. Kemudian WHO mengumumkan covid-19 sebagai
pandemi pada 11 Maret 2020.

Kebijakan-kebijakan yang diambil di negara anggota ASEAN, dalam hal merespon


pandemi yang bertujuan untuk mendeteksi dan menekan jumlah pasien yang terinfeksi relatif
sama. Seperti penerapan status darurat, pembatas bagi pendatang asing yang memasuki
negara setempat, pelarangan pertemuan masal, penutupan frekuensi penerbangan, temasuk
pembatasan mobilitas dalam negeri, kebijakan isolasi mandiri, dan pemberlakukan
persyaratan tambahan bagi pendatang asing. Covid-19 telah menginfeksi sekitar 52.773 orang
di kawasan ASEAN, dengan jumlah kematian sebanyak 1.978 orang. Presentase kawasan
ASEAN kurang lebih 1, 44 %.

Menteri luar negeri, Retno Marsudi telah mengadakan pertemuan divideo conference
dengan seluruh perwakilan RI di luar negeri. Perwakilan Indonesia diminta untuk meberikan
dukungan kekonsuleran bagi warga ASEAN. Itu juga merupakan sebuah komitmen yang
disampaikan oleh ibu menteri luar negeri maupun presiden Joko Widodo, bahwa sudah
waktunya untuk menunjukan rasa solidaritas yang tinggi, memberikan perlindungan dan
proteksi bagi warga ASEAN dimanapun mereka berada, Kerana tidak semua negara anggota
ASEAN memiliki kedutaan besar.

1 bulan sebelum WHO menyatakan covid-19 sebagai pandemic yang melanda dunia,
pada tanggal 15 Pebruari 2020 para pemimpin ASEAN telah melakukan aksi kolektif, jadi
mereka telah mengeluarkan statement bersama untuk menanggapi penyebaran covid-19.
Diantaranya adalah memastikan kehidupan lingkungan yang aman dan damai bagi seluruh
masyrakat ASEAN, menekankan pentingnya solidaritas, menegaskan peran penting WHO,
mendorong peran sektor kesehatan di ASEAN.

 Uni Eropa
Di wilayah Uni Eropa sudah terjadi sekitar 1,2 juta kasus, dan yang meninggal 146
ribu. Pandemi ini mengancam sistem kesehatan masyarakat dan ekonomi global dan bahkan
WTO sudah memperkirakan angka perdagangan dunia akan turun antara 13%-35%.

Penanganan yang dilakukan untuk menekan penyebaran covid 19 di UE hampir sama


dengan yang diterapkan di negara-negara ASEAN termasuk Indonesia seperti memperhatikan
ketersediaan peralatan medis dan obat-obatan, meningkatkan reset untuk vaksin, dan
menyiapkan bantalan untuk ekonominya dimana pemerintah menyiapkan stimulus bagi dunia
usaha untuk menghadapi dampak dari covid-19.

Uni Eropa adalah lembaga supranational dimana negara angota-anggotanya yang


sebelumnya 28 dan sekarang menjadi 27, itu menyerahkan sebagian otorisanya kepada Uni
Eropa. Ada lembaga eksekutifnya bernama Komisi Eropa. Komisi Eropa yang menjalankan
sebagian dari otoritas tersebut.

Tetapi ada perbedaan dari anggota negara-negara eropa terkait cara mereka
menghadapi covid-19. Misanya seperti di Jerman, dan perancis ada yang melakukan
lockodown, tetapi negara-negara eropa yang lain juga ada yang tidak melakukan itu. Uni
Eropa sebagai organisasi regional beperan sebagai penentu standar medis dan obat-obatan
serta memberikan masukan-masukan kepada negara-negara anggotanya melalui badan-badan
yang khusus menangani pandemi adalah European Centre for Disease Prevention and Control
(ECDC).

Di internal Uni Eropa komisinya membantu negara-negara anggota untuk


mendapatkan dan menyediakan peralatan medis, memfasilitasi kerjasama antar negara,
mempermudah pergerakan orang khususnya tenaga medis seperti dokter dan lainnya,
perdagangan alat kesehatan, menyiapkan bantalan stimulus ekonomi.

Anda mungkin juga menyukai