IILMU EKONOMI
Semenjak masyarakat primitif, telah ada pengetahun ekonomi masyarakat, karena telah
melakukan kegiatan ekonomi walaupun sangat sederhana. Pada masyarakat primitif hampir tidak
pernah menghadapi permasalahan dalam pemenuhan kebutuhan karena kebutuhan mereka belum
begitu kompleks.
Jaman terus berkembang, kebutuhan manusia juga makin kompleks, berkembang dengan
cepat baik secara kunatitas maupun kualitasnya. Di lain pihak, perkembangan usaha manusia untuk
menghasilkan alat pemuas kebutuhan tidak mampu mengimbangi laju kebutuhan. Kehidupan yang
makin sulit akhirnya membuat manusia makin bijak. Manusia mulai melihat ada hubungan sebab
akibat antara apa yang dikerjakan dengan apa yang akan mereka peroleh. Hasil pemahaman
tersebut disusun secara teratur dari waktu ke waktu dan menghasilkan ilmu pengetahuan sehingga
muncullah ilmu ekonomi. Ilmu ekonomi pada dasarnya bersumber dari pemahaman tentang
kegiatan-kegiatan ekonomi masyarakat.
Adam Smith, seorang filsuf dari negara Inggris, yang hidup antara tahun 1723-1790 adalah
orang yang pertama kali secara sistematis menyusun pengetahuan ekonomi. Menurut Adam Smith,
alam raya di jagad ini dapat bertahan karena adanya keteraturan yang menyebabkan alam dapat
berfungsi sebagaimana seharusnya. Karena itu kehidupan bermasyarakat juga dapat bertahan
karena adanya keteraturan. Keteraturan menyebabkan seseorang tidak bisa bertindak seenaknya
dalam kehidupannya. Contohnya, pedagang tidak akan menetapkan harga setinggi-tingginya
karena pasti tidak akan ada yang mau membeli. Sebaliknya pembeli juga tidak akan menawar
harga barang serendah-rendahnya karena tidak akan ada penjual yang mau melepaskan barang
dagangan pada harga yang sangat rendah. Keteraturan pada masyarakat ini menurut Adam Smith
akan menghindarkan perekonomian dari keruntuhan. Bahkan, menyebabkan perekonomian dapat
tumbuh dan berkembang.
Adam Smith menyebut kekuatan dibalik keteraturan ekonomi sebagai invisible hands atau
tangan-tangan gaib yang tidak terlihat. Ini menunjukkan adanya kekuatan atau kekuasaan yang
tidak terlihat tetapi sangat kuat pengaruhnya dalam menjaga keteraturan dalam kehidupan
perekonomian. Tangan-tangan gaib yang tidak terlihat itu adalah kekuatan permintaan dan
penawaran atau mekanisme pasar.
Pemikiran Adam Smith tentang keteraturan kehidupan perekonomian tersebut melahirkan
sebuah buku pada tahun 1776 yang berjudul “An inquiry into the Nature and Causes of the Wealth
of Nations”. Di kemudian hari, buku tersebut lebih dikenal sebagai The Wealth of Nations. Buku
tersebut mendeskripsikan penyelidikan manusia terhadap alam dan faktor-faktor yang
menyebabkan tercapainya kemakmuran bangsa. Lahirnya buku tersebut menandai lahirnya ilmu
ekonomi, sehingga Adam Smith dikenal sebagai “Bapak Ilmu Ekonomi”.
Setelah Adam Smith, bermunculan pemikiran-pemikiran ahli ekonomi selanjutnya baik
yang berasal dari Eropa maupun Amerika Serikat. Dalam dua dekade terakhir, banyak pemikiran-
pemikaran ahli ekonomi yang mengubah sendi-sendi kehidupan ekonomi. Beberapa ahli tersebut
adalah Thomas Robert Malthus yang mengajarkan tentang pentingnya pengendalian jumlah
penduduk untuk mencapai kemakmuran masyarakat. Ada pula John Maynard Keynes yang
mengajarkan pentingnya peran kebijakan ekonomi pemerintah dalam pengelolaan kehidupan
ekonomi modern. Masih ada David Ricardo, Karl Marx, dan lainnya. Pada abad 20, lahir pula ahli-
ahli ekonomi besar yang dianugerahi hadiah Nobel bidang ekonomi. Hadiah Nobel adalah hadiah
penghormatan dari negara Swedia bagi para ilmuwan dunia yang dianggap berprestasi luar biasa
dalam bidangnya yang telah menyumbangkan ilmu/pemikiran yang bermanfaat bagi dunia.
Beberapa diantaranya adalah Milton Friedman yang mengembangkan teori uang dan kebijakan
moneter, Garry S. Becker yang menyumbangkan teori investasi sumber daya manusia, Amartya
Sen yang mengembangkan pemikiran baru konsep kemiskinan dan pembangunan ekonomi, Jean
Marcel Tiroel peraih nobel ekonomi tahun 2014 yang mengemukakan tentang ekonomi mikro dan
game theory, dan Angus Deaton peraih nobel ekonomi tahun 2015 dengan pemikirannya bahwa
konsumsi barang dan jasa merupakan penentu fundamental dalam menetapkan kesejahteraan dan
tingkat kemiskinan.