Anda di halaman 1dari 1

1.

UU Harmonisasi Peraturan Perpajakan merupakan UU yang terdiri dari sembilan bab dan
memiliki enam ruang lingkup pengaturan, yakni Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
(KUP), Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Program Pengungkapan
Sukarela (PPS), Pajak Karbon, serta Cukai. UU HPP bertujuan untuk membangun sistem pajak
yang adil, sehat, efektif, dan akuntabel.

2. Presiden Joko Widodo resmi mengesahkan Rancangan Undang-Undang Harmonisasi Peraturan


Perpajakan atau RUU HPP menjadi UU Nomor 7 Tahun 2021, pada tanggal 29 Oktober 2021.
Perubahan UU PPh berlaku mulai Tahun Pajak 2022, perubahan UU PPN berlaku mulai 1 April
2022, perubahan UU KUP berlaku mulai tanggal diundangkan, kebijakan PPS berlaku 1
Januari 2022 sampai dengan 30 Juni 2022, Pajak Karbon mulai berlaku 1 April 2022, dan
perubahan UU Cukai berlaku mulai tanggal diundangkan.

3. Tax ratio atau rasio perpajakan merupakan suatu ukuran kinerja penerimaan pajak dalam suatu


negara.

4. UU Harmonisasi Perpajakan hadir dengan 5 (lima) tujuan utama, yaitu:


1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan mendukung percepatan
pemulihan perekonomian;
2. Mengoptimalkan penerimaan negara guna membiayai pembangunan nasional secara
mandiri menuju masyarakat Indonesia yang adil, makmur, dan sejahtera;
3. Mewujudkan sistem perpajakan yang lebih berkeadilan dan berkepastian hukum;
4. Melaksanakan reformasi administrasi, kebijakan perpajakan yang konsolidatif, dan
perluasan basis perpajakan; dan
5. Meningkatkan kepatuhan sukarela Wajib Pajak.

5. Ketentuan Umum dan tatacara perpajakan yang berubah pada UU Harmonisasi Perpajakan:
 Penggunaan Nomor Induk Kependudukan (NIK) menjadi Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP) bagi Wajib Pajak Orang Pribadi.
 Pengungkapan ketidakbenaran pengisian SPT dapat disampaikan sebelum
diterbitkannya Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan.
 Sinkronisasi dengan Undang-Undang Cipta Kerja terkait sanksi administrasi
perpajakan, yaitu sanksi terkait tidak menyampaikan SPT setelah mendapat surat
teguran, PPN dan PPnBM yang seharusnya tidak dikompensasikan atau tidak
seharusnya dikenakan tarif 0%, serta tidak memenuhi kewajiban Pasal 28 atau Pasal
29 yang menyebabkan pajak terutang tidak dapat diketahui. Selain itu, terdapat
penurunan sanksi terkait permohonan keberatan atau banding.
 Pelaksanaan Mutual Agreement Procedure (MAP) dapat dijalankan secara simultan
dengan proses keberatan dan banding. Pada aturan sebelumnya MAP dihentikan
apabila telah terdapat Putusan Pengadilan Pajak atau Mahkamah Agung, meskipun
materi yang diputus berbeda dengan materi yang dirundingkan pada MAP.
 Kuasa Wajib Pajak harus memiliki kompetensi tertentu dalam aspek perpajakan,
kecuali Kuasa Wajib Pajak merupakan suami, istri, keluarga sedarah atau semenda
sampai dengan derajat kedua.

Anda mungkin juga menyukai