Anda di halaman 1dari 19

Nama: Erwin Hidayat

Prodi: Perbankan Syariah 5 Karyawan


Matkul: Analisis Laporan Keuangan
Tugas 3 dan Tugas 4

TUGAS 3 Resume Analisis dan Risiko Likuiditas

Di dalam dunia keuangan, likuiditas adalah kapasitas pada sebuah entitas dalam melunasi
kewajiban lancar tanpa adanya berbagai kerugian yang kemungkinan akan timbul di dalam
perusahaan tersebut. Hal ini sangat bergantung pada likuid atau tidaknya nilai keuangan suatu
perusahaan. Likuiditas pada suatu perusahaan bisa dikatakan tidak bermasalah bila seluruh aset
untuk memenuhi kewajibannya tidak mengalami masalah ataupun kerugian tertentu. Tapi, bila
perusahaan tidak mampu mencukupi likuiditas tersebut, maka bisa dikatakan bahwa perusahaan
tersebut harus menerima berbagai risikonya. Untuk itu, jangan heran bila risiko likuiditas selalu
berkaitan dengan kondisi yang merugikan dalam suatu perusahaan. Hal tersebut membuat risiko
likuiditas diartikan sebagai kesulitan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban lancarnya.

Dalam hal memenuhi kewajiban lancar, maka yang diperlukan adalah dalam bentuk kas tunai
ataupun sejenisnya, seperti pada rekening tabungan ataupun rekening giro. Bila suatu aset lancar
sudah dijadikan sebagai andalan perusahaan dalam menutupi hutangnya, maka aset tersebut
harus terlebih dahulu dilikuidasi menjadi kas tunai. Tapi, hal ini juga tidak menutup
kemungkinan bahwa perusahaan tidak bisa mengkonversi asetnya menjadi uang, maka hal inilah
yang menjadi penyebab risiko likuiditas. Ketidakmampuan tersebut terjadi karena beberapa
faktor. Bisa jadi karena adanya kegagalan pengelolaan keuangan, dll. Nah, untuk lebih jelas
dalam memahami penyebab risiko likuiditas, maka kami akan menerangkannya pada beberapa
poin di bawah ini.

 Tim analisa yang kurang mampu memberikan detail dalam hal analisis dari segi aset. Bila
kondisi ini tidak segera diatasi, maka akan mengakibatkan risiko likuiditas perusahaan
menjadi semakin parah.
 Adanya keterlambatan arus kas, sehingga aktiva lancar tidak bisa melampaui nilai
kewajiban lancar perusahaan. Hal tersebut akan mudah terlihat jika sudah melakukan
perhitungan pada rasio likuiditas. Angkanya akan menunjukan posisi yang rendah
daripada standar industri pada setiap jenis rasio.

Pengelolaan risiko likuiditas mewajibkan pihak bank untuk memanfaatkan dua indikator. Kedua
indikator tersebut adalah sebagai berikut.

1. Rasio Keuangan

 Loan to Deposit Ratio (LDR) atau Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah melakukan
perbandingan antara jumlah dana yang disalurkan pada jumlah dana yang sudah
terhimpun. Dana yang sudah terhimpun ini bisa berupa dan dari pihak ketiga saja atau
termasuk dana yang dihimpun dalam wujud lain.
 Current Ratio. Di dunia perbankan, current ratio adalah perbandingan antara aset yang
likuid pada pendanaan dalam jangka waktu pendek. Aset likuid ini berupa aset likuid
primer dan aset likuid sekunder. Kedua komponen tersebut bisa dilihat dari aturan OJK
terkait tingkat kesehatan bank.
 Deposan inti ataupun deposan non-inti atas suatu aset. Jenis rasio ini menilai dana yang
dihimpun dari deposan inti atau deposan non-inti pada total dana dari pihak ketiga. Rasio
ini juga akan membandingkan dengan total aset yang dimiliki oleh pihak bank.

2. Arus Kas
Arus kas dalam hal ini adalah suatu pengukuran likuiditas dengan menggunakan analisa
kesenjangan likuiditas. Kesenjangan dalam hal ini adalah perbandingan antara posisi aset dan
juga kewajiban dalam jangka waktu tertentu.

Manajemen Risiko Likuiditas


Seperti yang sudah kita ketahui, risiko adalah satu satu hal yang tidak bisa kita pisahkan dalam
berbagai aspek apapun. Jika terjadi risiko, maka hal tersebut tetap akan terjadi dan tidak akan
bisa dihindar walaupun sudah melakukan berbagai hal untuk menghilangkan risiko ini.

Oleh karena itu, hal yang bisa Anda lakukan adalah melakukan manajemen risiko. Hal ini harus
dilakukan agar risiko yang sudah terjadi tidak berdampak besar pada operasional perusahaan.

Beberapa manajemen risiko likuiditas yang bisa dilakukan antara lain adalah sebagai berikut:

1. Identifikasi Kesenjangan Likuiditas


Dalam hal ini, tentunya Anda harus mengidentifikasi kesenjangan yang terjadi antara aktiva
lancar dengan kewajiban lancar, dan cara dalam menghadapinya. Selain itu, Anda juga harus
mengidentifikasi kondisi yang bisa menimbulkan gap.

Tujuannya adalah agar Anda bisa mengambil langkah untuk mengisi ketertinggalan tingkat
aktiva lancar. Dengan begitu, maka diharapkan mampu meminimalisir tingkat kerugian
perusahaan.

2. Melakukan Mekanisme yang Jelas dan Terarah


Anda juga harus merancang suatu sistem mekanisme yang jelas pada pemilik usaha dan juga
pada tim keuangan. Setelah itu, perjelaslah dengan membuat mekanisme teknis dan non teknis
secara detail agar ketika melakukan hal teknis tersebut, Anda memiliki tolak ukur yang pasti.

Dengan begitu, akan memungkinkan Anda untuk melakukan pengukuran, pemantauan, dan juga
mitigasi risiko likuiditas. Sehingga berbagai kerugian yang menimpa perusahaan bisa dihindari
secara maksimal.
3. Tingkatkan Cadangan Kas atau Setara Kas
Sifat kas ataupun yang setara dengan kas yang sangat likuid sudah jelas akan mempengaruhi
kesehatan keuangan perusahaan. Karena, proses penyelesaian kewajiban akan lebih cepat tanpa
harus melakukan proses likuiditas yang lama.

Untuk itu, meningkatkan cadangan kas atau setara kas menjadi salah satu cara yang tepat untuk
memperbaiki risiko likuiditas suatu perusahaan. Manajemen risiko likuiditas serta manajemen
biaya yang tepat tentunya akan memberikan tingkat kepercayaan yang baik pada pihak yang
berhubungan di dalamnya, seperti pihak kreditur bank.

Kenapa? Karena kedisiplinan dalam hal manajemen akan tergambar pada suatu eksekusi dalam
melakukan kewajiban secara tepat waktu dan sesuai dengan jadwal tanggal jatuh tempo.

Untuk itu, hal yang penting dalam hal ini adalah perusahaan harus mampu mempertahankan aset
lancarnya agar bisa memastikan mampu memenuhi kewajibannya.

Regulasi tentang Likuiditas


Peraturan tentang likuiditas ini memang tidak secara jelas diatur dalam tingkat kesehatan bank
dan aturan terkait manajemen risiko.

Tapi, karena risiko likuiditas ini sangatlah penting, maka Basel Committee melalui Basel III
yang selanjutnya merujuk OJK sebagai pihak regulator di Indonesia, mengatur likuiditas ini
dengan dua aturan yang sangat detail. Berikut ini adalah penjelasannya.

1. Liquidity Coverage Ratio (LCR)


Peraturan terkait LCR ini mewajibkan pihak bank untuk mampu mempersiapkan alat likuiditas
dengan kualitas tinggi sebagai bentuk antisipasi keperluan arus kas keluar bersih dalam kurun
waktu 30 hari kedepan dalam kondisi skenario stress.

Ketentuan akan hal tersebut sudah diatur dalam POJK No. 42/POJK.03/2015 terkait Kewajiban
Pemenuhan Rasio Kecukupan untuk bank umum.

2. Net Stable Funding Ratio (NSFR)


Regulasi terkait NSFR ini mewajibkan setiap bank menyediakan dana stabil berbentuk liabilitas
dan modal untuk bisa mendanai kegiatan pada aset dan juga rekening administratif.

Itu artinya, pihak bank diminta untuk mempersiapkan tenor penyaluran dana dengan tenor
sumber dananya. Jika bank memiliki rencana untuk melakukan pembiayaan dalam jangka waktu
yang lama, maka pihak bank harus menggunakan sumber daya yang memiliki jangka waktu lama
juga.

Peraturan terkait hal ini sudah diatur dalam POJK No. 50/POJK.03/2017 terkait Kewajiban
Pemenuhan Rasio Pendanaan Stabil Bersih untuk bank umum.
TUGAS 4
1. Penataan modal adalah fungsi penting manajemen untuk mempertahankan posisi keuangan bisnis
yang sehat dan memenuhi persyaratan keuangan. Berikut adalah beberapa fungsi dari menggunakan
struktur modal yang baik:
a. Maksimalisasi Pengembalian: Struktur permodalan yang dirancang dengan baik memberikan
ruang lingkup untuk meningkatkan laba per saham, yang pada akhirnya memaksimalkan
pengembalian bagi pemegang saham ekuitas dan memulihkan biaya pinjaman.
b. Fleksibilitas: Struktur modal yang benar juga memfasilitasi ekspansi atau kontraksi modal utang
agar sesuai dengan strategi dan kondisi bisnis.
c. Solvabilitas: Struktur yang baik membantu menjaga likuiditas di perusahaan karena modal utang
yang tidak direncanakan menyebabkan beban pembayaran bunga, yang pada akhirnya
mengurangi Kas di tangan.
d. Meningkatkan Nilai Perusahaan secara keseluruhan: Investor lebih suka menaruh uang mereka di
perusahaan, yang memiliki struktur permodalan yang sehat. Dengan demikian, mengarah pada
peningkatan nilai pasar dari saham dan sekuritas perusahaan.
e. Mengurangi Risiko Keuangan: Menyeimbangkan proporsi hutang dan ekuitas dalam bisnis
melalui struktur yang benar membantu perusahaan bisnis dalam mengelola dan meminimalkan
risiko.
f. Meminimalkan Biaya Modal: Ini menyediakan untuk merencanakan modal hutang jangka
panjang perusahaan secara strategis dan dengan demikian mengurangi biaya modal.
g. Alat Perencanaan Pajak: Untuk perusahaan yang memilih dana utang, struktur permodalan yang
baik memberi mereka pengurangan pajak manfaat dan tabungan, mengurangi biaya pinjaman.
h. Pemanfaatan Dana yang Optimal: Struktur modal yang terencana dengan baik, dirancang secara
strategis dan tersusun secara sistematis membantu perusahaan dalam menghasilkan output
maksimum dari dana yang tersedia.

2. Modal dalam pandangan Islam berarti semua harta yang bernilai dalam pandangan syar'i, dimana
aktivitas manusia ikut berperan serta dalam usaha produksinya dengan tujuan pengembangan. Istilah
modal tidak harus dibatasi pada harta-harta ribawi saja, tetapi ia juga meliputi semua jenis harta yang
bernilai yang terakumulasi selama proses aktivitas perusahaan dan pengontrolan perkembangan pada
periode-periode lain. Dalam firman Allah yang artinya : "Orang-orang yang menafkahkan hartanya di
malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di
sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati."
Sedangkan modal dalam secara umum, modal disebut capital yang mengandung arti barang yang
dihasilkan oleh alam atau buatan manusia, yang diperlukan bukan untuk memenuhi secara langsung
keinginan manusia tetapi untuk membantu memproduksi barang lain yang nantinya akan dapat
memenuhi kebutuhan manusia secara langsung dan menghasilkan keuntungan.

3. a. Ukuran Perusahaan
4. Perusahaan yang besar akan
lebih mudah mendapatkan
modal dari
5. pihak eksternal daripada
perusahaan yang memiliki
ukuran relatif kecil.
6. Besar kecilnya perusahaan
akan mempengaruhi besarnya
struktur modal
7. yang dimiliki (Sartono,
2005: 249). Ukuran
perusahaan berpengaruh
8. terhadap struktur modal,
terbukti bahwa semakin besar
suatu perusahaan
9. maka perusahaan tersebut
akan cenderung untuk
menggunakan jumlah
10. pinjaman yang besar
(Sartono, 2005: 249).
Perusahaan yang besar
11. cenderung memiliki
jumlah aset yang besar pula.
Semakin besar aset yang
12. dimiliki perusahaan,
maka semakin besar pula
peluang kreditur akan
13. memberikan kredit pada
perusahaan tersebut. Dengan
demikian
14. perusahaan mendapatkan
kemudahan dalam melakukan
pinjaman. Ukuran
15. perusahaan dapat diukur
melalui size. Ukuran
perusahaan yang didasarkan
16. pada total aset diatur dalam
ketentuan BAPEPAM
No.11/PM/1997 yang
17. menyatakan bahwa
perusahaan menengah atau
kecil adalah perusahaan
18. yang memiliki jumlah
kekayaan (total asset) tidak
lebih dari 100 milyar
19. rupiah. Rumus untuk
mencari size adalah sebagai
berikut (Kashmir, 2009:
20. 124):
21. Size = Ln (Total Aktiva)
22. b. Tingkat
Pertumbuhan Perusahaan
23. Pertumbuhan pendapatan
merupakan kemampuan
perusahaan
24. dalam meningkatkan
jumlah aset yang dimiliki
perusahaan. Perusahaan
25. yang memiliki tingkat
pertumbuhan yang lebih cepat
harus mengandalkan
26. diri pada modal ekternal
(Brigham dan Houston,
2013: 189). Modal
27. eksternal yang dimaksud
adalah hutang. Tingkat
pertumbuhan yang cepat
3. Struktur Modal Berbasis Syariah:
a. Ukuran Perusahaan Perusahaan yang besar akan lebih mudah mendapatkan modal dari pihak eksternal
daripada perusahaan yang memiliki ukuran relatif kecil. Besar kecilnya perusahaan akan
mempengaruhi besarnya struktur modal yang dimiliki (Sartono, 2005: 249). Ukuran perusahaan
berpengaruh terhadap struktur modal, terbukti bahwa semakin besar suatu perusahaan maka perusahaan
tersebut akan cenderung untuk menggunakan jumlah pinjaman yang besar (Sartono, 2005: 249).
Perusahaan yang besar cenderung memiliki jumlah aset yang besar pula. Semakin besar aset yang
dimiliki perusahaan, maka semakin besar pula peluang kreditur akan memberikan kredit pada
perusahaan tersebut. Dengan demikian perusahaan mendapatkan kemudahan dalam melakukan
pinjaman. Ukuran perusahaan dapat diukur melalui size. Ukuran perusahaan yang didasarkan pada total
aset diatur dalam ketentuan BAPEPAM No.11/PM/1997 yang menyatakan bahwa perusahaan
menengah atau kecil adalah perusahaan yang memiliki jumlah kekayaan (total asset) tidak lebih
dari 100 milyar rupiah. Rumus untuk mencari size adalah sebagai berikut (Kashmir, 2009: 124)
b. Tingkat Pertumbuhan Perusahaan Pertumbuhan pendapatan merupakan kemampuan perusahaan
dalam meningkatkan jumlah aset yang dimiliki perusahaan. Perusahaan yang memiliki tingkat
pertumbuhan yang lebih cepat harus mengandalkan diri pada modal ekternal (Brigham dan Houston,
2013: 189). Modal eksternal yang dimaksud adalah hutang. Tingkat pertumbuhan yang cepat akan
mendorong perusahaan untuk mengandalkan diri pada hutang. Tingkat pertumbuhan pendapatan yang
tinggi atau stabil akan berdampak positif bagi keberlangsungan perusahaan sehingga hal ini akan
dijadikan pertimbangan bagi manajemen perusahaan dalam menentukan struktur modal. Perusahaan
dengan tingkat pendapatan yang tinggi akan menggunakan hutang dalam struktur modal (Hanafi,
2004: 345). Meningkatnya pertumbuhan penjualan akan mendorong pihak manajemen menambah
hutang. Hal ini dipandang baik oleh investor dan masyarakat, bahwa perusahaan mampu mengelola
hutang dengan baik. Dengan penambahan hutang, maka perusahaan secara tidak langsung menambah
modal untuk operasional yang berdampak langsung meningkatnya struktur modal.

c. Stabilitas Pendapatan
Suatu perusahaan yang
memiliki pendapatan yang
realtif stabil akan
memperoleh hutang yang lebih
besar dan mengeluarkan beban
tetap yang
tinggi bila dibandingkan
dengan perusahaan yang
memiliki pendapatan
yang tidak stabil (Brigham dan
Houston, 2013:188). Stabilitas
perusahaan
menunjukkan stabilitas dari
pendapatan (earning) yang
diperoleh
perusahaan. Stabilitas
pendapatan juga menunjukkan
jumlah pendapatan
yang diperoleh perusahaan
dalam satu periode atau satu
siklus akuntansi.
Stabilitas pendapatan dan rasio
hutang berkaitan erat sekali.
Bila stabilitas
pendapatan dan perolehan laba
lebih besar, maka beban hutang
tetap yang
dimiliki perusahaan akan
memiliki risiko yang lebih kecil
bila dibandingkan
dengan perusahaan yang
memiliki stabilitas pendapatan
yang rendah dan
laba yang kecil
c. Stabilitas Pendapatan Suatu perusahaan yang memiliki pendapatan yang realtif stabil akan memperoleh
hutang yang lebih besar dan mengeluarkan beban tetap yang tinggi bila dibandingkan dengan
perusahaan yang memiliki pendapatan yang tidak stabil (Brigham dan Houston, 2013:188). Stabilitas
perusahaan menunjukkan stabilitas dari pendapatan (earning) yang diperoleh perusahaan. Stabilitas
pendapatan juga menunjukkan jumlah pendapatan yang diperoleh perusahaan dalam satu periode atau
satu siklus akuntansi. Stabilitas pendapatan dan rasio hutang berkaitan erat sekali. Bila stabilitas
pendapatan dan perolehan laba lebih besar, maka beban hutang tetap yang dimiliki perusahaan akan
memiliki risiko yang lebih kecil bila dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki stabilitas
pendapatan yang rendah dan laba yang kecil.
d. Struktur Aktiva Struktur aktiva menggambarkan jumlah aset yang dapat dijadikan jaminan.
Struktur aktiva merupakan perbandingan antara aktiva tetap dengan total aktiva yang menentukan
besarnya alokasi dana untuk setiap komponen aktiva (Naray dan Mananeke, 2015: 898). Perusahaan
dengan jumlah aset yang memadai cenderung akan dijadikan jaminan dalam memperoleh hutang.
Aset yang biasa digunakan sebagai jaminan merupakan aset yang bersifat umum (Brigham dan
Houston, 2013: 188). Struktur aktiva memegang peranan yang penting bagi keberlangsungan suatu
perusahaan, terutama dalam menentukan pembiayaan yang akan diperoleh. Struktur aktiva akan
menentukan seberapa besar alokasi dana untuk masing-masing aktiva baik itu aktiva tetap maupun
aktiva lancar.
4. formulasi WACC membantu manajemen mengevaluasi apakah perusahaan harus membiayai pembelian
aset baru dengan utang atau ekuitas dengan membandingkan kedua opsi biaya. Membiayai pembelian aset
baru dengan utang atau ekuitas dapat membuat dampak besar pada profitabilitas perusahaan dan harga
saham secara keseluruhan. Manajemen harus menggunakan persamaan WACC untuk menyeimbangkan
harga saham, ekspektasi pengembalian investor, dan total biaya pembelian aset. Eksekutif dan dewan
direksi menggunakan WACC untuk menilai apakah keputusan merger berpotensi baik atau buruk. Di sisi
lain, investor dan kreditor menggunakan WACC untuk mengevaluasi apakah suatu perusahaan layak
diinvestasikan atau diberikan pinjaman. Persentase WACC yang tinggi mengindikasikan biaya
keseluruhan pendanaan perusahaan lebih besar dan perusahaan akan memiliki lebih sedikit uang kas
untuk didistribusikan kepada pemegang saham atau untuk pelunasan utang. Dengan meningkatnya biaya
rata-rata modal, perusahaan cenderung tidak menciptakan nilai lebih bagi investor dan kreditur. Sehingga
investor dan kreditur cenderung mencari peluang investasi dari perusahan lain. Formulasi untuk
menghitung WACC adalah:
WACC = [Wd x Kd (1-tax)] + [Wp x Kp] + [Wr x Kr] + [We x Ke]
Keterangan:
WACC = biaya modal rata-rata tertimbang
Wd = proporsi utang dari modal
Wp = proporsi saham preferen dari modal
Wr = proporsi saham laba ditahan dari modal
We = proporsi saham biasa baru
Kd = biaya utang
Kp = biaya saham preferen
Kr = biaya laba ditahan
Ke = biaya saham biasa baru

Dari beberapa faktor-faktor di


atas penulis mengambil empat
faktor
yang dijadikan variabel
independen dalam penelitian
ini. Faktor-faktor
tersebut yaitu: ukuran
perusahaan, tingkat
pertumbuhan perusahaan,
stabilitas pendapatan dan
struktur aktiva.
a. Ukuran Perusahaan
Perusahaan yang besar akan
lebih mudah mendapatkan
modal dari
pihak eksternal daripada
perusahaan yang memiliki
ukuran relatif kecil.
Besar kecilnya perusahaan
akan mempengaruhi besarnya
struktur modal
yang dimiliki (Sartono, 2005:
249). Ukuran perusahaan
berpengaruh
terhadap struktur modal,
terbukti bahwa semakin besar
suatu perusahaan
maka perusahaan tersebut
akan cenderung untuk
menggunakan jumlah
pinjaman yang besar (Sartono,
2005: 249). Perusahaan yang
besar
cenderung memiliki jumlah aset
yang besar pula. Semakin besar
aset yang
dimiliki perusahaan, maka
semakin besar pula peluang
kreditur akan
memberikan kredit pada
perusahaan tersebut. Dengan
demikian
perusahaan mendapatkan
kemudahan dalam melakukan
pinjaman. Ukuran
perusahaan dapat diukur
melalui size. Ukuran
perusahaan yang didasarkan
pada total aset diatur dalam
ketentuan BAPEPAM
No.11/PM/1997 yang
menyatakan bahwa perusahaan
menengah atau kecil adalah
perusahaan
yang memiliki jumlah
kekayaan (total asset) tidak
lebih dari 100 milyar
rupiah. Rumus untuk mencari
size adalah sebagai berikut
(Kashmir, 2009:
124):
Size = Ln (Total Aktiva)
b. Tingkat Pertumbuhan
Perusahaan
Pertumbuhan pendapatan
merupakan kemampuan
perusahaan
dalam meningkatkan jumlah
aset yang dimiliki perusahaan.
Perusahaan
yang memiliki tingkat
pertumbuhan yang lebih cepat
harus mengandalkan
diri pada modal ekternal
(Brigham dan Houston, 2013:
189). Modal
eksternal yang dimaksud adalah
hutang. Tingkat pertumbuhan
yang cepat
5. Modal yang berasal dari dalam perusahaan merupakan sumber dana internal dalam bentuk
laba ditahan,sedangkan modal yang berasal dari luar perusahaan merupakan sumber dana
eksternal dalam bentuk utang.Dalam konteks Islamic Banking(IB), struktur modal terdiri dari
kedua pemegang saham, ekuitas dan utang. Rekening investasi dan giro adalah sumber
utama utang. Elemen signifikan utama yang mempengaruhi struktur modal adalah utang, karena
merupakan bagian terbesar dari ibukota. IB mengumpulkan dana dari deposan untuk menginvestasikan
uang mereka keuntungan dan risiko yang wajar oleh manajemen investasi profesional. Struktur
modal adalah dianggap sebagai salah satu atribut paling substansial, yang memberlakukan kendala
penting pada IB. Sebagai sebuah aturan, IB memiliki lebih banyak modal dari pada tingkat
minimum yang diwajibkan oleh persyaratan modal secara berurutan untuk menghadapi potensi
guncangan. Salah satu bank diIndonesia yang saat ini telah berusaha melaksanakan prinsip
syariah dalam kegiatan

Anda mungkin juga menyukai