Direktori inovasi (./) » INTENSIFIKASIPERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN POS PEMBINAAN TERPADU ( POSBINDU ) PENYAKIT
TIDAK MENULAR (PTM) UNTUK PENINGKATAN SKRINING PENYAKIT TIDAK MENULAR DIKABUPATEN BLORA Cetak
Tahun : 2017
Latar Belakang:
Penyakit Tidak Menular ( PTM ) merupakan penyakit yang sering tidak bergejala dan tidak
memiliki tanda klinis secara khusus. Hal ini menyebabkan seseorang tidak mengetahui dan
menyadari kondisi tersebut sejak awal perjalanan penyakit. Keterlambatan penanganan
akibat tidak adanya gejala atau tanda – tanda tersebut akan mengakibatkan tingginya
biaya yang harus dikeluarkan untuk pengobatan. Bila seseorang sudah menyandang
penyakit tidak menular , maka akan sulit diobati dan dikembalikan pada kondisi normal.
Kejadian ini dapat dicegah melalui pengendalian faktor resikonya. Dengan diketahui atau
dideteksinya faktor resiko penyakit tidak menular ( PTM ) seperti merokok, kurang
aktifitas fisik, diet tidak seimbang, konsumsi alkohol, tekanan darah tinggi, gula darah
tinggi , kolesterol tinggi , berat badan lebih dan obesitas, serta adanya sumbatan jalan
napas dan lain – lain diharapkan menjadi mawas diri untuk mengendalikan faktor
resikonya dan segera mencari pertolongan pada petugas kesehatan di puskesmas, klinik
swasta maupun praktek dokter swasta. Kegiatan monitoring dan skrining faktor resiko
penyakit tidak menular ( PTM ) serta tindak lanjut dini ini dapat dilakukan oleh masyarakat
melalui kegiatan Pos Pembinaan Terpadu ( Posbindu ) Penyakit Tidak Menular ( PTM ).
Masyarakat perlu menyadari dampak dan akibat buruk dari kejadian Penyakit Tidak
Menular ( PTM ). Peningkatan kepedulian masyarakat dilakukan melalui pemberdayaan
dan peningkatan peran sertanya. Masyarakat berperan sebagai pelaku disamping sebagai
sasaran kegiatan untuk mengendalikan Penyakit Tidak Menular ( PTM ).
Dinas Kesehatan merupakan satu dari Organisasi Perangkat Daerah di Kabupaten Blora
yang mempuyai tugas pokok dan fungsi sebagai Organisasi Perangkat Daerah yang
bertanggungjawab pada bidang kesehatan di Kabupaten Blora. Dinas Kesehatan
Kabupaten Blora dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Blora Nomor 11
Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Blora.
Dinas Kesehatan Kabupaten Blora mempunyai tugas pokok melaksanakan perumusan
dan pelaksanaan kebijakan dibidang kesehatan serta evaluasi dan pelaporannya. Dalam
penyelenggaran tugas pokok tersebut sebagaimana dimaksud pada Peraturan Daerah
Kabupaten Blora Nomor 11 Tahun 2016, kemudian dijabarkan dalam Peraturan Bupati
Blora Nomor 56 Tahun 2016 tentang Kedudukan Susunan Organisasi , Tugas dan Fungsi
serta Tata Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Blora.
Dalam struktur organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Blora, terdapat Kepala Seksi
Pencegahan, Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa mempunyai
tugas pokok dan fungsi yaitu membantu tugas pokok dan fungsi Kepala Bidang
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dengan tugas sebagai berikut :
a. Menyusun program dan rencana kerja serta rencana kegiatan berdasarkan program
kerja tahun sebelumnya sebagai pedoman kerja agar pelaksanaan program kerja sesuai
dengan rencana kerja.
b. Mempelajari dan menelaah peraturan perundang – undangan yang terkait dengan
Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa.
e. Menyusun bahan kebijakan teknis sesuai dengan peraturan perundang – undangan
dan petunjuk teknis sebagai bahan kajian pimpinan;
f. Melaksanakan koordinasi dengan Kepala Subbagian dan Kepala Seksi dilingkungan
Dinas Kesehatan, untuk mendapatkan masukan dan informasi sebagai bahan evaluasi
permasalahan;
j. Melaksanakan penilaian dan prestasi kerja bawahan berdasarkan sasaran kerja
pegawai dan perilaku kerja sesuai ketentuan dalam rangka peningkatan karier, pemberian
penghargaan dan sanksi;
Sebagaimana diuraikan diatas pada saat ini, terjadi pergeseran pola penyakit dari
penyakit menular bergeser ke penyakit tidak menular atau degenerative. Penyakit Tidak
Menular ( PTM) menjadi penyebab kematian utama sebesar 36 juta ( 63%) dari seluruh
kasus kematian yang terjadi diseluruh dunia , dimana sekitar 29 juta ( 80% ) justru terjadi
dinegara yang sedang berkembang ( WHO, 2010 ) Peningkatan kematian akibat PTM
dimasa mendatang diproyeksikan akan terus terjadi sebesar 15% (44 juta kematian )
dengan rentang waktu antara 2010 – 2020. Kondisi ini timbul akibat perubahan perilaku
manusia dan lingkungan yang cenderung tidak sehat terutama pada Negara berkembang.
Pada awal perjalanan penyakit tidak menular (PTM) seringkali tidak bergejala dan tidak
menunjukkan tanda klinis secara khusus sehingga datang sudah terlambat atau pada
stadium lanjut akibat tidak mengetahui dan menyadari kondisi kelainan yang terjadi pada
dirinya. Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2013 menunjukkan bahwa 69,9% dari kasus
diabetes mellitus dan 63,2% dari kasus hipertensi masih belum terdiagnosis. Keadaan ini
mengakibatkan penanganan menjadi sulit , terjadi komplikasi bahkan berakibat kematian
lebih dini.
Dalam kurun waktu 1995-2007, kematian akibat penyakit tidak menular (PTM) mengalami
peningkatan dari 41,7% menjadi 59,5%. Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan
prevalensi Stroke 12,1 per 100, Penyakit Jantung Koroner 1,5%, Gagal Jantung 0,3% ,
Diabetes Melitus 6,9%, Gagal Ginjal 0,2%, Kanker 1,4% per 1000, Penyakit Paru Kronik
Obstruktif3,7% dan Cidera 8,2%.
Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, prevalensi merokok 36,3%, dimana
prevalensi perokok laki – laki 68,8% dan perempuan 6,9%, kurang aktifitas fisik 26,1%,
kurang konsumsi sayur dan buah 93,6%, asupan makanan yang beresiko penyakit tidak
menular (PTM) seperti makanan manis 53,1%, makanan asin26,2%, makanan tinggi lemak
40,7%, makanan berpenyedap 77,3% serta gangguan mental emosional 6,0%, obesitas
umum 15,4% dan obesitas sentral 26,6%.
Pengendalian faktor resiko penyakit tidak menular (PTM) merupakan upaya untuk
mencegah penyakit tidak menular (PTM), bagi masyarakat sehat, yang mempunyai
faktorresiko dan bagi penyandang penyakit tidak menular (PTM) , dengan tujuan bagi
yang belum memiliki faktor resiko agar tidak timbul faktor resiko penyakit tidak menular
(PTM), kemudian bagi yang mempunyai faktor resiko diupayakan agar kondisi faktor
resiko penyakit tidak menular (PTM) menjadi normal kembali dan atau mencegah
komplikasi, kecacatan, dan kematian dini serta meningkatkan kualitas hidup.
Salah satu strategi pengendalian penyakit tidak menular (PTM) yang efesien dan efektif
adalah pemberdayaan dan intensifikasi peran serta masyarakat. Masyarakat diberikan
fasilitas dan bimbingan untuk ikut berpartisipasi dalam pengendalian faktor resiko
penyakit tidak menular (PTM) dengan dibekali pengetahuan dan ketrampilan untuk
melakukan skrinning, pemantauan faktor resiko penyakit tidak menular (PTM) serta
tindak lanjutnya. Kegiatan ini disebut dengan Pos Pembinaan Terpadu ( Posbindu )
penyakit tidak menular (PTM).
Posbindu penyakit tidak menular (PTM) merupakan wujud peran serta masyarakat dalam
melakukan kegiatan Pos pembinaan Terpadu ( Posbindu ) Penyakit Tidak Menular ( PTM ),
pemantauan faktor resiko penyakit tidak menular (PTM) serta tindak lanjut dini yang
dilaksanakan secara terpadu , rutin dan periodic. Kegiatan Pos Pembinaan Terpadu
(Posbindu)penyakit tidak menular (PTM) diharapkan dapat meningkatkan sikap mawas
diri masyarakat terhadap faktor resiko penyakit tidak menular (PTM) sehingga
peningkatan kasus penyakit tidak menular (PTM) dapat dicegah. Sikap mawas diri ini
ditunjukkan dengan adanya perubahan masyarakat yang lebih sehat dan pemanfaatan
fasilitas pelayanan kesehatan tidak hanya pada saat sakit, melainkan juga pada keadaan
sehat.Sasaran Posbindu adalah semua penduduk berusia 15 sampai 59 tahun .
Seiring dengan peningkatan prevalensi penyakit tidak menular (PTM) maka diterbitkan
Inpres nomor 1 tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat untuk
mempercepat dan mensinergikan tindakan dari upaya promotif dan preventif hidup sehat
guna meningkatkan produktifitas penduduk dan menurunkan beban pembiayaan
pelayanan kesehatan akibat penyakit. Dalam Instruksi Presiden nomor 1 tahun 2017
tersebut, diinstruksikan secara khusus kepada Kementerian Kesehatan untuk :
b. Meningkatkan pendidikan mengenai gizi seimbang dan pemberian Air Susu Ibu (
eksklusif, serta aktifitas fisik); dan
Dari tabel 1. Jumlah penduduk yang berusia 15 tahun ke atas sebanyak 661.611 orang
yang terdistribusi di 16 kecamatan atau di 26 puskesmas di wilayah Kabupaten Blora
dengan perincian 321.359 orang laki – laki dan 340.252 orang perempuan.
1 DOPLANG 2 1
2 RANDULAWANG 3 1
3 RANDUBLATUNG 3 1
4 KUTUKAN 2 1
5 MENDEN 3 1
6 KEDUNGTUBAN 2 1
7 KETUWAN 3 1
8 CEPU 3 1
9 NGROTO 2 1
10 KAPUAN 4 1
11 SAMBONG 2 1
12 JIKEN 2 2
13 BOGOREJO 3 1
14 JEPON 3 1
15 PULEDAGEL 2 2
16 BLORA 4 3
17 MEDANG 3 2
18 BANJAREJO 2 1
19 TUNJUNGAN 2 1
20 JAPAH 2 1
21 NGAWEN 2 1
22 ROWOBUNGKUL 2 1
23 KUNDURAN 3 1
24 SONOKIDUL 1 1
25 TODANAN 1 1
26 GONDORIO 1 1
JUMLAH 62 31
Dari Tabel 2. Jumlah Posbindu PTM di Kabupaten Blora yang tersebar di 26 Puskesmas
berjumlah 62 Posbindu PTM dengan sarana peralatan deteksi penyakit PTM sebanyak 31
unit.
Dari tabel 1 dan tabel 2 dapat diambil kesimpulan bahwa jumlah posbindu PTM yang ada
di Kabupaten Blora belum dapat melayani semua penduduk usia 15 – 59 tahun keatas
yang ada di Kabupaten Blora.
Dari uraian tersebut diatas saat ini pelaksanaan Inpres Nomor 1 tahun 2017 tentang
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat belum berjalan dengan maksimal, hal ini disebabkan
karena adanya kendala – kendala sebagai berikut :
a. Masih kurangnya pengetahuan masyarakat tentang Penyakit Tidak Menular ( PTM )
dan faktor penyebabnya;
b. Peran serta masyarakat masih kurang dalam pelaksanaanskrining penyakit tidak
menular
e. Pembinaan Pos Pembinaan Terpadu (posbindu)penyakit tidak menular (PTM) belum
dilakukan;
g. Belum adanya panduan deteksi dini penyakit tidak menular untuk Pos Pembinaan
Terpadu ( Posbindu ) Penyakit Tidak Menular ( PTM ).
h. Capaian skrining kesehatan usia produktif ( 15 – 59 tahun ) di Kab. Blora masih
dibawah target Standart Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan.
i. Tidak adadata laporan pelaksanaan Pos Pembinaan Terpadu ( Posbindu )penyakit
tidak menular (PTM) dan pelayanan penyakit tidak menular (PTM) di Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama ke Dinas Kesehatan.
Untuk menentukan solusi masalah dan inovasi dari permasalahan tersebut diatas
selanjutnya kami menggunakan Force Field Analysis ( FFA ) atau Analisis Medan Kekuatan.
Dalam teori ini, menggambarkan bahwa masalah kinerja yang dihadapi organisasi saat ini
merupakan hasil dari keseimbangan kekuatan pendorong dan penghambat saat ini. Pada
saat kita ingin melakukan perubahan organisasi untuk mencapai tingkat kinerja tertentu
yang lebih tinggi, maka akan melalui kondisi disequilibrium sebelum terbangun kembali
equilibrium.
Dari Bencmarking di Kota Batu Jawa Timur diperoleh hasil bahwa program akan lebih
cepat berhasil dengan adanya peran serta seluruh lapisan masyarakat. Hal ini terlihat
dalam pelaksanaan pengembangan agrowisata, pengembangan pertanian organic dan
pengelolaan sampah, semua melibatkan peran serta seluruh lapisan masyarakat.Demikian
juga untuk pelaksanaan skrinning Penyakit Tidak Menular ( PTM ) akan lebih cepat
tercapai targetnya apabila dilaksanakan dengan peran serta masyarakat.
Demikian juga dari hasil visitasi di PT Dua Kelinci Food Industry Pati, diperoleh kesimpulan
bahwa inovasi yang tiada henti akan meningkatkan kinerja dan daya saing dalam
produksi. Demikian juga untuk peningkatan skrinning penyakit tidak menular akan lebih
berhasil dengan inovasi terus menerus disemua kegiatan.
Dari uraian diatas kami mengambil judul Inetnsifikasiperan serta Masyarakat dalam
Pelaksanaan Pos Pembinaan Terpadu ( Posbindu ) Penyakit Tidak Menular (PTM) untuk
meningkatkan skrining penyakit tidak menular di masyarakatdi Kabupaten Blorauntuk
mencegah dan mengendalikan penyakit tidak menular di Kabupaten Blora.
Manfaat:
Pelaksanaan gagasan perubahan memberikan manfaat bagi beberapa kalangan
stakeholders intern maupun ekstern. Disesuaikan dengan klasifikasi stakeholders, maka
manfaat gagasan perubahan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
b. Mendukung pelaksanaan Inpres Nomor 1 tahun 2017 tentang GERMAS ( Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat ).
Manfaat yang dipetik adalah terjalinnya kerjasama lintas program untuk mendukung
pelaksanaan Inpres Nomor 1 tahun 2017 di Dinas Kesehatan Kabupaten Blora dan
terbentuknya system pengembangan peran serta masyarakat. Sedangkan bagi Seksi
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa, perubahan
ini memberikan manfaat berupa terlaksananya sebagian tugas pokok dan fungsi dalam
bidang pembinaan Pos Pembinaan Terpadu ( Posbindu )penyakit tidak menular (PTM).
Pembinaan Pos Pembinaan Terpadu ( Posbindu ) penyakit tidak menular (PTM)
merupakan salah satu tools Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular
dan Kesehatan Jiwa dalam mencapai target – target yang ditentukan. Oleh karena itu
harus direncanakan, dilaksanakan dengan maksimal. Dari Intensifikasi Peran Serta
Masyarakat dalam pelaksanaan ( Pos Pembinaan Terpadu ( Posbindu )penyakit tidak
menular (PTM), SeksiPencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan
Kesehatan Jiwa bisa meningkatkan Skrinning kesehatan, memantau penderita penyakit
tidak menular (PTM) dan Kesehatan Jiwa.
d. Stakeholders Instansi Pemerintah
Dengan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan Pos Pembinaan Terpadu ( Posbindu
)penyakit tidak menular (PTM) maka pelaksanaan Pos Pembinaan Terpadu ( Posbindu )
penyakit tidak menular (PTM) dapat berjalan dengan maksimal, sehingga skrining
kesehatan dan pemantauan penderita penyakit tidak menular (PTM) dapat menjangkau
semua masyarakat usia produktif.
Tonggak pencapaian:
I. Persiapan
c. Mengajukan Penandatanganan SK Tim
permohonan pengesahan oleh Kepala Dinas Kesehatan
dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Blora
Kabupaten Blora
c. Pelaksanaan rapat Terlaksananya rapat dengan
Tim Pelaksana
II. Pelaksanaan
4 Sosialisasi PTM ke Tokoh Terlaksananya Sosialisasi Mei Minggu II
Masyarakat PTM ke Tokoh Masyarakat
5 Pembentukan kader Terbentuknya kader Mei Minggu II
Posbindu PTM posbindu PTM dan Minggu III
d. Melaksanakan pelatihan Terlaksananya pelatihan
skrining penyakit tidak skrining penyakit tidak
menular bagi kader menular bagi kader posbindu
posbindu PTM dan petugas PTM dan petugas PTM
PTM Puskesmas Puskesmas
b. Memilah buku acuan Terpilahnya buku acuan
panduan skrining penyakit panduan skrining penyakit
menular ( PTM ) di Posbindu menular ( PTM ) di Posbindu
Kabupaten Blora Kabupaten Blora
c. Membuat undangan dan Tersedianya undangan dan
Daftar Hadir pengadaan daftar hadir pengadaan
Posbindu Kit (Negosiasi Posbindu Kit ( Negosiasi
harga ) harga )
b. Pelaksanaan Terbentuknya Posbindu di
pembentukan posbindu di masing – masing desa di Kec.
masing – masing desa kec. Todanan
Todanan
a. Membentuk tim Pembina Terbentuknya Tim Pembina
Posbindu PTM Posbindu PTM
b. Membuat jadwal Tersedianya jadwal
pembinaan Posbindu PTM pembinaan Posbindu PTM
c. Melaksanakan Terlaksananya pembinaan
pembinaan Posbindu PTM Posbindu PTM
d. Membuat laporan Tersedianya laporan
pembinaan posbindu PTM pembinaan posbindu PTM
III. Pengawasan
b. Pelaksanaan absensi Terlaksananya absensi
penerimaan laporan penerimaan laporan
posbindu PTM bulan April posbindu PTM bulan April dan
dan Mei sebelum tanggal 5 Mei sebelum tanggal 5 bulan
bulan berikut berikutnya