Anda di halaman 1dari 8

GASTRITIS

A. PENGERTIAN

Gastritis adalah imflamasi mukosa lambung, sering akibat diet yang sembarangan.
Biasanya individu ini makan terlalu banyak atau terlalu cepat atau makan makanan
yang terlalu berbumbu atau mengandung mikroorganisme penyebab penyakit.

( Smelzer 2002 )

Gastritis kronis adalah imflamasi lambung yan lama dapat disebabkan oleh ulku
benigna atau maligna dari lambung atau oleh bakteri helicobacter pylory ( H. pylory )

( Smelzer, 2002 )

Gastritis Akut adalah dapat diatasi dengan mengintruksikan pasien untuk


menghindari alcohol atau makanan yang banyak mengandung bumbu sampai gejala
berkurang.

( Smelzer, 2002 )

Gastritis adalah imflamasi dari mukosa lambung gambaran klinis yang ditemukan
berupa dyspepsia atau indigesti. Berdasarkan Eudaskopi ditemukan entema mukosa,
sedangkan hasil foto memperlihatkan iregularitas mukosa.

( Dongoes, 2000 )

Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat akut,
kronik, difus atau local. Dua jenis gastritis yang paling sering terjadi yaitu gastritis
supervisial akut dan gastritis atrofik kronik.

( Price and Wilson, 1995 )

B. ETIOLOGI

Penyebab penyakit Gastritis antara lain :


<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Obat-obatan, Aspirin, Obat anti Inflamasi non
steroid ( AINS )

<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Alkohol dan stress

<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Gangguan mikrosirkulasi mukosa lambung :


trauma, luka baker, sepsis

Secara makroskopik terdapat lesi erosi mukosa dengan lokasi berbeda, jika ditemukan
pada korfus dan tundus biasanya disebabkan oleh stress. Jika disebabkan karena obat-
obatan AINS, terutama ditemukan didaerah antrum, namun juga dapat menyeluruh.
Sedangkan secara mikroskopik terdapat eresi dengan degenerasi epitel dan ditemukan
reaksi sel inflamasi neutrofil yang minimal.

( Mansjoer, 2000 )

C. PATOFISIOLOGI

a. Grastitis Akut

Membran mukosa lambung menjadi edema dan heperemik ( kongesti dengan


jaringan , cairan dan darah ) dan mengalami erosi surperfisial , bagian ini mensekresi
sejumlah getah lambung yang mengandung sangat sedikkit asam tetapi banyak
mucus. Lserasi superfesial dapat terjadi dan dapat menimbulkan hemoragi. Pasien
dapat mengalami ketidaknyamanan. Sakit kepala, malas , mual dan anoretia, pasien
asimtomatik.

Mukosa lambung mampu memperbaiki diri sendiri setelah mengalami gastritis.


Kadang-kadang hemoragi memerlukan intervensi bedah. Bila makanan pengiritasi
tidak dimuntahkan tetapi mencapai usus, dapat mengakibatkan kolik dan diare.
Biasanya pasien sembuh kira-kira sehari. Meskipun nafsu makan menurun selama 2/3
hari.

b. Gastritis Kronis
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna
dari lambung atau maligna dari lambung atau oleh bakteri helicobactery pylory ( H.
pylory ) Gastritis Kronis dapat diklasifikasikan sebagai tipe A / tipe B, tipe A ( sering
disebut sebagai gastritis automun ) diakibatkan dari perubahan sel parietal, yang
menimbulkan atrofi dan infiltrasi seluler. Hal ini dihubungkan dengan penyakit
otaimun seperti anemia pelusiosa dan terjadi pada fondues atau korpus dari lambung.
Tipe B ( kadang disebut sebagai gastritis H. Pylory ) mempengaruhi antrum dan dan
pylorus ( ujung bawah lambung dekat duodenum ) ini dihubungkan dengan bakteri
Pylory. Factor diet seperti minum panas atau pedas, penggunaan atau obat-obatan dan
alcohol, merokok, atau reflaks isi usus kedalam lambung.

( Smelzer, 2002 )

E. MANIFESTASI KLINIS

Sindrom dupepsia berupa nyeri epigastrium, mual, kembung, muntah merupakan


salah satu keluhan yang sering muncul. Ditemukan pula pendarahan/ hemoragi
saluran cerna berupa hematemesis dan melena. Kemudian disusul dengan tanda-tanda
anemia paska perdarahan. Biasanya, jika dilakukan anamnesis lebih dalam terdapat
riwayat penggunaan obat-obatan atau kimia tertentu, dan juga bias disebabkan oleh
stress. ( Mansjoer, 2000 )

F. PEMERIKSAAN PENUJANG

Gastritis tipe A dihubungkan dengan aklorhidria atau hipoklorhidria ( kadar asam


hidro klorida tidak ada atau rendah ), sedangkan gastritis tipe B dihubungkan dengan
hiperkherhidria ( kadar tinggi dari asam hidroklorida ). Diagnosis dapat ditentukan
dengan endoskopi, Serangkaian pemeriksaan sinar- X gastroeutestinal atas, dan
pemeriksaan histologis. Tindakan diagnostic untuk mendeteksi H. Pylory mencakup
tes serologis untuk anti bodi terhadap anti gen H. pylory dan tes pernafasan.

( Smelzer, 2002 )
G. PENATALAKSANAAN

Gastritis akut diatasi dengan mengintruksikan pasien untuk menghindari alcohol


dan makanan sampai gejala berkurang. Bila pasien mampu makan melalui mulut, diet
mengandung gizi dianjurkan. Bila gejala menetap cairan perlu diberikan secara
parenteral. Bila perdarahan terjadi maka penatalaksanaan adalah serupa dengan
prosedur yang dilakukan untuk hemoragi saluran gastrointestinal atas. Bila gastritis
diakibatkan oleh mencerna makanan yang sangat asam atau alkali, pengobatan terdiri
dari pengenceran dan penetralisasian agen penyebab.

<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Untuk menetralisasi asam lambung digunakan


antasida umum ( mis, aluminium hidroksida ), untuk menetralisasi alkali
digunakan jus lemon encer atau cuka encer.

<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Bila korosi luas atau berat, emetic dan levase
dihindari karena bahaya perforasi.

Terapi pendukung mencakup intubasi, analgesic, dan sedative, antasida serta cairan
intravena. Eudoskopi fiberoptik mungkin diperlukan. Pembedahan darurat mungkin
diperlukan untuk mengangkat gangrene atau jaringan perforasi. Gastrojejunostami
atau reaksi lambung mungkin diperlukan untuk mengatasi distruksi pylorus.

Gastritis kronis diatasi dengan memodifikasi diet pasien, meningkatkan istirahat,


megurangi stress, dan memulai farmakoterapi. H. Pylory dapat diatasi dengan
antibotik ( seperti tetrasiklin atau amaxilin ) dan garam bismuth. Pasien dengan
gastritis A biasanya mengalami malabsorbsi vitamin B12 yang disebabkan oleh
adanya antibody terhadap factor intrinsic.

( smelzer, 2002 )

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Selama mengumpulkan riwayat, perawat menanyakan tentang tanda dan gejala
pada pasien. Apakah pasien mengalami nyeri ulu hati, tidak dapat makan, mual,
muntah? Apakah gejala terjadi pada wktu kapan saja, sebelum atau sesudaha makan,
setelah mencerna makanan pedas atau pengiritasi, atau setelah mencerna obat tertentu
atau alkohol?Apakah gejala berhubungan dengan ansietas, stress, alergi, makan atau
minum terlalu banyak, atau makan terlalu cepat? Bagaimana gejala hilang? Adakah
riwayat penyakit lambung sebelumnya atau pembedahan lambung? Riwayat diet
ditambah jenis diet yang baru dimakan selama 72 jam, akan membantu. Riwayat
lengkap sangat penting membantu perawat untuk mengidentifikasi apakah kelebihan
diet atau diet sembarang yang diketahui, berhubungan dengan gejala saat ini, apakah
orang lain dalam lingkungan pasien muntahkan darah dan apakah elemen penyebab
yang diketahui telah tertelan.
Tanda yang diketahui selama pemeriksaan fisik mencakup nyeri tekan abdomen,
dehidrasi ( perubahan lurgor kulit ), membrane mukosa kering, dan bukti adanya
gangguan sistematik dapat menyebabkan gejala gastritis, lamanya waktu dimana
gejala saat ini hilang dan metode yang digunakan oleh pasien untuk mengatasi gejala
serta efek-efeknya juga diidentifikasi.
( Smelzer, 2002 )
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan semua data pengkajian, diagnosa perawat utama mencakup hal berikut :
<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Ansietas berhubungan dengan pengobatan
<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan
tubuh, berhubungan dengan masukan nutrient yang tidak adekuet
<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Resiko kekurangan volume cairan
berhubungan dengan masukan cairan tidak cukup dan kehilangan cairan
berkelebihan karena muntah
<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan
diet dan proses penyakit
<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Nyeri berhubungan dengan mukosa lambung
teriritasi
( Smelzer, 2002 )
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Mengurangi ansietas bila pasien mencerna
asam atau alkali, maka tindakan darurat diperlukan, terapi pendukung diberikan
pada pasien dan keluarga selama pengobatan dan setelah mencerna asam atau
alkali yang telah dinetralisasi atau diencerkan. Pasien perlu disiapkan untuk
pemeriksaan diagnostic ( endoskopi ) atau pembedahan ansietas karena nyeri dan
modalitas pengobatan biasanya timbul demikian juga ras takut terhadap kerusakan
prmanen pada esophagus.
<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Meningkatkan nutrisi. Untuk gastritis akut
dukungan fisik dan emosi diberikan dan pasien dibentuk untuk menghadapi gejala
yang dapat mencakup mual, muntah, sakit ulu hati dan kelelahan makanan dan
cairan tidak diijinkan melalui mulut selama beberapa jam/ beberapa hari sampai
gejala akut berkurang.
<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Meningkatkan keseimbangan cairan. Masukan
dan haluara cairan setiap hari dipantau untuk mendeteksi tanda-tanda dehidrasi
haluaran urin minimal 30 ml/jam, masukan minimal 1,5 l/hari bila makanan dan
minuman ditunda cairan intravena 3 l/hari masukan cairan ditambah nilai kalori
diukur 1 L 5 % dektrosa dalam air + 170 kalori karbohidrat ) nilai elektrolit
( natrium, kalium klorida ) dapat dikaji selama 24 jam untuk mendeteksi indicator
awal ketidakseimbangan.
<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Menghilangkan nyeri. Pasien diinstruksikan
untuk menghindari makanan dan minuman yang dapat mengiritasi mukosa
lambung perawat mengkaji tingkat nyeri dan kenyamanan pasien setelah
penggunaan obta-obatan dan menghindari zat pengiritasi.
<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Pendidikan pasien dan pertimbangan
perawatan dirumah. Pengetahuan pasien tentang gastritis dievaluasi sehingga
rencana penyuluhan dapat bersifat individual. Diet diresepkan dan disesuaikan
dengan jumlah kebutuhan kalori harian pasien, makanan yang disukai dan pola
makan.
( Smelzer, 2002 )
D. TINDAKAN KEPERAWATAN
Pelaksanaan adalah pemberian asuhan keperawatan secara nyata berupa
serangkaian kegiatan sistematis berdasarkan perencanaan untuk mencapai hasil yang
optimal. Pada tahap ini perawat menggunakan segala kemampuan yang dimiliki
dalam melaksanakan tindakan keperawatan terhadap klien baik secara umum maupun
secara khusus pada klien gastritis.
( Dongoes, 2000 )
E. EVALUASI
Hasil yang diharapkan
<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->menunjukan berkurangnya ansietas
<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->menghindari makan makanan pengiritasi atau
minuman yang mengandung kafein dan alcohol
<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->mempertahankan keseimbangan cairan
<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->mentoleransi terapi intervena
sedikitnya 1,5 L/hari
<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Minum sampai 6-8 gelas/hari
<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Mempunyai haluaran urin kira-kira 1
L setiap hari
<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Menunjukan turgor kulit yang adekuat
<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Memenuhi program pengobatan
<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Memilih makanan dan minuman
bukan pengiritasi
<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Menggunakan obat-obatan sesuai
resep
<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Melaporkan nyeri berkurang.
( Smeltzer, 2002 )

DAFTAR PUSTAKA
 Dongoes, Marlynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 8. EGC; Jakarta
 Mansjoer, Arif. 2000.Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Media
Aesculapius: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai