Anda di halaman 1dari 18

Laporan Pendahuluan

A. Konsep Medis
1. Pengertian
Gastritis adalah peradangan lambung baik lokal atau menyebar pada
mukosa lambung yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi
dengan bakteri atau bahan iritan lain (Reeves. J. Charlene). Umumnya gastritis
dibedakan menjadi dua yaitu gastritis akut dan gastritis kronik.
Gastritis Akut
Gastritis akut adalah proses peradangan jangka pendek yang terkait
dengan konsumsi agen kimia atau makanan yang mengganggu dan merusak
mukosa gastrik. Agen semacam ini mencakup bumbu, rempah-rempah, alkohol,
obat-obatan, radiasi, kemoterapi dan mikroorganisme inefektif. Gastritis akut
erosif adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan
kerusakan-kerusakan erosif. Erosif karena perlukaan hanya pada bagian mukosa.
Gastritis Kronik
Gastritis kronik adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa
lambung yang menahun.. inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh
ulkus benigna dan maligna dari lambung atau oleh bakteri Helicobacter pylory
(H. pylory). Gastritis kronis dapat diklasifikasikan sebagai tipe A dan tipe B.
Tipe A (sering disebut sebagai gastritis autoimun) diakibatkan dari perubahan sel
pariental yang menimbulkan atrofi dan infiltrasi seluler. Anemia pernisiosa
berkembang dengan proses ini dan terjadi pada fundus atau korpus dari lambung.
Tipe B (kadang disebut sebagai gastritis H. pylory) mempengaruhi antrum dan
pilorus (ujung bawah lambung dekat duodenum). Ini dihubungkan dengan
bakteri H. pylory yang menimbulkan ulkus dinding lambung. Juga dikenal tiga
bentuk gastritis kronik gastritis kronik superfisialis, gastritis kronik hipotrofik
atau atrofi gaster dan gastritis kronik hipertrofikans.
2. Anatomi Fisiologi
Saluran gastrointestinal (GI) adalah jalur panjang (panjang totalnya
23 – 26 kaki) yang berjalan melalui mulut melalui esofagus, lambung dan usus
sampai anus. Esofagus terletak di mediastinum rongga torakal, anterior terhadap
tulang punggung dan posterior terhadap trakea dan jantung. Selang yang dapat
mengempis ini, yang panjangnya kira-kira 25 cm (10 inci), menjadi distensi bila
makanan melewatinya.
Bagian sisa dari gastrointestinal terletak di dalam rongga peritoneal.
Lambung ditempatkan di bagian atas abdomen sebelah kiri dari garis tengah
tubuh, tepat dibawah diafragma kiri. Lambung adalah suatu kantung yang dapat
berdistensi dengan kapasitas kira-kira 1500 ml. Inlet ke lambung disebut
pertemuan esofago-gastrik. Bagian ini dikelilingi oleh cincin otot halus, disebut
sfingter esofagus bawah (atau sfingter kardia), yang pada saat kontraksi,
menutup lambung dari esofagus. Lambung dapat dibagi kedalam empat bagian
anatomis : kardia (jalan masuk), fundus, korpus dan pilorus (outlet).
Lambung terdiri dari empat lapisan :
a. Lapisan peritoneal luar yang merupakan lapisan serosa.
b. Lapisan berotot yang terdiri atas tiga lapis, (a) serabut longitudinal, yang
tidak dalam dan bersambung dengan otot usofagus, (b) serabut sirkuler yang
paling tebal dan terletak di pilorus serta membentuk otot sfingter dan berada
di bawah lapisan pertama dan (c) serabut oblik yang terutama dijumpai pada
fundus lambung dan berjalan dari orifisium kardiak, kemudian membelok ke
bawah melalui kurvatura minor (lengkung kecil).
c. Lapisan submukosa yang terdiri atas jaringan areolar berisi pembuluh darah
dan saluran limfe.
d. Lapisan mukosa yang terletak di sebelah dalam, tebal dan terdiri atas banyak
kerutan atau rugae yang hilang bila organ itu mengembang karena berisi
makanan.
Membran mukosa dilapisi epitelium silindris dan berisi banyak saluran
limfe. Semua sel-sel itu mengeluarkan sekret mukus. Permukaan mukosa ini
dilintasi saluran-saluran kecil dari kelenjar-kelenjar lambung. Semua ini berjalan
dari kelenjar lambung tubuler yang bercabang-cabang dan lubang-lubang yang
salurannya dilapisi oleh epitelium silinder. Epitelium ini bersambung dengan
permukaan mukosa dari lambung. Epitelium dari bagian kelenjar yang
mengeluarkan sekret berubah-ubah dan berbeda-beda di beberapa daerah
lambung.
Kelenjar kardia terletak paling dekat lubang yang ada di sebelah usofagus.
Kelenjar di sini berbentuk tubuler, baik sederhana maupun bercabang dan
mengeluarkan sekret mukus alkali. Kelenjar dari fundus terdahulu bekerja;
kelenjarnya tubuler dan berisi berbagai jenis sel. Beberapa sel, yaitu sel asam
atau sel oxintik, menghasilkan asam yang terdapat dalam getah lambung. Dan
yang lain lagi menghasilkan musin. Kelenjar pilorik. Kelenjar dalam saluran
pilorik juga berbentuk tubuler. Terutama menghasilkan mukus alkali. Otot halus
sirkuler di dinding pilorus membentuk sfingter piloris dan mengontrol lubang
diantara lambung dan usus halus. Secara ringkas, fungsi lambung antara lain :
a. Lambung menerima makanan dan bekerja sebagai penampung untuk jangka
waktu pendek.
b. Semua makanan dicairkan dan dicampurkan dengan asam hidrokhlorida,dan
dengan cara ini disiapkan untuk dicernakan oleh usus.
c. Protein diubah menjadi pepton.
d. Susu dibekukan dan kasein dikeluarkan.
e. Pencernaan lemak dimulai dari lambung.
f. Faktor antianemi dibentuk.
g. Chime, yaitu isi lambung yang cair, disalurkan masuk duodenum.
Usus halus adalah segmen paling panjang dari saluran GI, yang jumlah
panjangnya kira-kira dua pertiga dari panjang total saluran. Bagian ini membalik
dan melipat diri yang memungkinkan kira-kira 7000 cm area permukaan untuk
sekresi dan absorbsi. Usus halus dibagi ke dalam tiga bagian anatomik : bagian
atas disebut duodenum, bagian tengah disebut jejenum dan bagian bawah disebut
ileum. Duktus koledukus yang memungkinkan untuk pasase baik empedu dan
sekresi pankreas, mengosongkan diri ke dalam duodenum pada ampula vater.
Pertemuan antara usus halus dan besar terletak di bagian bawah kanan
duodenum. Ini disebut sekum. Pada pertemuan ini yaitu katup ileosekal, yang
berfungsi untuk mengontrol pasase isi usus ke dalam usus besar dan mencegah
refluks bakteri ke dalam usus halus. Pada tempat ini terdapat apendiks
veriformis. Usus besar terdiri dari segmen asenden pada sisi kanan abdomen,
segmen tranversum yang memanjang dari abdomen atas kanan ke kiri dan
segmen desenden pada sisi kiri abdomen. Bagian ujung dari usus besar terdiri
dari dua bagian : kolon sigmoid dan rektum. Tektum berlanjut pada anus. Jalan
keluar anal diatur oleh jaringan otot lurik yang membentuk baik sfingter internal
dan eksternal.
3. Etiologi
Gastritis Akut
a. Obat analgetik anti inflamasi (aspirin)
b. Bahan kimia (lysol)
c. Merokok
d. Alkohol
e. Stres fisis yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma pembedahan.
f. Refluks usus lambung
g. Endotoksin
Bentuk terberat dari gastritis akut disebabkan oleh mencerna asam atau
alkali kuat, yang dapat menyebabkan mukosa menjadi gangren atau perforasi.
Pembentukan jaringan parut dapat terjadi, yang mengakibatkan obstruksi pilorus.
Gastritis juga merupakan tanda pertama dari infeksi sistemik akut.
Faktor yang dapat menyebabkan rusaknya mukosa lambung adalah :
a. Kerusakan mukosa barier sehingga difusi balik ion H+ meningkat
b. Perfusi mukosa lambung terganggu
c. Jumlah asam lambung meningkat
Faktor ini saling berhubungan, misalnya stres fisik yang dapat
menyebabkan perfusi mukosa lambung terganggu sehingga timbul daerah-daerah
infark kecil. Disamping itu, sekresi asam lambung juga terpacu. Pada gastritis
refluks, gastritis karena bahan kimia, obat, mucosal barier rusak menyebabkan
difusi balik ion H+ meningkat. Suasana asam yang terdapat pada lumen lambung
akan mempercepat mucosal barier oleh cairan usus.
Gastritis Kronik
a. Pada umumnya belum diketahui
b. Sering dijumpai bersama dengan penyakit lain (anemia penyakit adisson dan
gondok)
c. Ulkus lambung kronik atau oleh bakteri Helicobacter pylory (H. Pylory)
d. Beberapa peneliti menghubungkan dengan proses imunologi
4. Manifestasi Klinik
Gastritis Akut
a. Muntah kadang disertai darah
b. Nyeri epigastrium
c. Nausea dan rasa ingin vomitus
Membran mukosa lambung menjadi edema dan hiperemik (kongesti
dengan jaringan, cairan dan darah) dan mengalami erosi superfisial, bagian ini
mensekresi sejumlah getah lambung yang mengandung sangat sedikit asam tetapi
banyak mukus. Ulserasi superfusial dapat terjadi dan dapat menimbulkan
hemoragi. Pasien dapat mengalami ketidaknyamanan, sakit kepala, malas, mual
dan anoreksia, sering disertai dengan muntah dan cegukan. Beberapa pasien
asimtomatik.
Mukosa lambung mampu memperbaiki diri sendiri setelah mengalami
gastritis. Kadang-kadang, hemoragi memerlukan intervensi bedah. Bila makanan
pengiritasi tidak dimuntahkan tetapi mencapai usus, dapat mengakibatkan kolik
dan diare. Biasanya, pasien sembuh kira-kira sehari, meskipun napsu makan
mungkin menurun selama 2 atau 3 hari kemudian.
Gastritis Kronik
a. Sebagian asimtomatik
b. Nyeri ulu hati
c. Anoreksia
d. Nausea
e. Nyeri seperti ulkus peptik
f. Anemia
g. Nyeri tekan epigastrium
h. Cairan lambung terganggu
i. Aklorhidria
5. Pemeriksaan Dignostik
Gastritis Akut
a. Anamnesis
b. Endoscopy dilanjutkan pemeriksaan biopsy
Gastritis Kronik
Pemeriksaan kadar asam lambung perlu dilakukan karena berhubungan
dengan pengobatan. Pada gastritis kronik hipotropik dan atrofi gaster, kadar
asam lambung menurun, sedang pada gastritis kronik superfisialis oleh
hipertrofikan, kadar asam lambung normal atau meninggi. Foto rontgen dapat
membantu yaitu dengan melihat gejala benda-benda sekunder yaitu hipersekresi,
mukosa yang tebal dengan lipatan-lipatan tebal dan kasar, dll. Tetapi hal ini tidak
memastikan diagnosis.
Gastritis tipe A dihubungkan dengan aklorhidria atau hipoklorhidria
(kadar asam lambung klorida tidak ada atau rendah), sedangkan gastritis tipe B
dihubungkan dengan hiperklorhidria (kadar tinggi dari asam hidroklorida).
Diagnosis dapat ditegakkan dengan endoskopi, serangkaian pemeriksaan sinar-x
gastrointestinal (GI) atas dan pemeriksaan histologis. Tindakan diagnostik untuk
mendeteksi H. pylory mencakup tes serologis untuk antibody terhadap antigen H.
pylory dan tes pernapasan.
6. Penatalaksanaan
a. Gastritis Akut
Gastritis akut diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk menghindari
alkohol dan makanan yang mengganggu dan merusak mukosa gastrik sampai
gejala berkurang. Bila pasien mampu makan melalui mulut, diet mengandung
gizi dianjurkan. Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara parenteral.
Bila perdarahan terjadi, maka penatalaksanaannya serupa dengan prosedur yang
dilakukan untuk hemoragi saluran gastrointestinal atas. Bila gastritis diakibatkan
oleh mencerna makanan yang sangat asam atau alkali, pengobatan terdiri dari
pengenceran dan penetralisasian agen penyebab.
a. Untuk menetralisir asam digunakan antasida (mis, aluminium hidroksida);
untuk menetral alkali digunakan jus lemon encer atau cuka encer.
b. Bila korosi luas atau berat, emetic dan lavase dihindari karena bahaya
perforasi.
Terapi pendukung mencakup intubasi, analgesic dan sedative, antasida
serta cairan intravena. Endoskopi fiber-optik mungkin diperlukan. Pembedahan
darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat gangren atau jaringan perforasi.
Gastrojejenostomi atau reseksi lambung mungkin diperlukan untuk mengatasi
obstruksi pylorus.
b.Gastritis Kronik
Gastritis kronik diatasi dengan memodifikasi diet pasien, meningkatkan
istirahat, mengurasi stress dan memulai farmakoterapi. H. pylory dapat diatasi
dengan antibiotic (seperti tetrasiklin atau amoksisilin) dan garam bismut (pepto-
bismol). Pasien dengan gastritis tipe A biasanya mengalami malabsorbsi vitamin
B12 yang disebabkan oleh adanya antibody terhadap faktor intrinsik.
7. Komplikasi
Gastritis Akut
a. Perdarahan saluran cerna bagian atas berupa hematemesis dan melena, dapat
berakhir sebagai syok hemoragik.
b. Terjadi ulkus  hebat
c. Jarang terjadi perforasi
Gastritis Kronik
a. Perdarahan saluran cerna bagian atas
b. Ulkus
c. Perforasi
d. Anemia karena gangguan absorbsi vitamin B12
e. Penyempitan daerah antrum pilorus
f. Dihubungkan dengan Ca lambung

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Selama mengumpulkan riwayat, perawat menanyakan tentang tanda dan
gejala pada pasien. Apakah pasien mengalami nyeri ulu hati, tidak dapat makan,
mual atau muntah ? Apakah gejala terjadi pada waktu kapan saja, sebelum atau
sesudah makan, setelah mencerna makanan pedas atau pengiritasi atau setelah
mencerna obat tertentu atau alcohol ? Apakah gejala berhubungan dengan
ansietas, stress, alergi, makan atau minum terlalu banyak, atau makan terlalu
cepat ? bagaimana gejala hilang ? Adakah riwayat penyakit lambung sebelumnya
atau pembedahan lambung ? Riwayat diet ditambah jenis diet yang baru dimakan
selama 72 jam, akan membantu. Riwayat lengkap sangat penting dalam
membantu perawat untuk mengidentifikasi apakah kelebihan diet sembrono yang
diketahui, berhubungan dengan gejala saat ini, apakah orang lain pada
lingkungan pasien mempunyai gejala serupa, apakah pasien memuntahkan darah
dan apakah elemen penyebab yang diketahui telah tertelan.
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan semua data pengkajian, diagnosa keperawatan utama mencakup
yang berikut :
a. Ansietas berhubungan dengan pengobatan
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
masukan nutrien yang tidak adekuat
c. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan masukan cairan tidak
cukup dan kehilangan cairan berlebihan karena muntah
d. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan diet dan proses penyakit
e. Nyeri berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi
3. Perencanaan
a. Ansietas berhubungan dengan pengobatan
Tujuan : Klien akan menunjukkan rileks dan laporan ansietas menurun
sampai tingkat dapat ditangani.
Intervensi :
Mandiri
1) Awasi respon fisiologis mis, takipnea, palpitasi, pusing, sakit kepala.
Rasional : Dapat menjadi indikatif derajat takut yang dialami pasien
tetapi dapat juga berhubungan dengan kondisi fisik/ status
syok.
2) Catat petunjuk perilaku contoh gelisah, mudah terangsang, kurang kontak
mata, perilaku melawan/ menyerang.
Rasional : Indikator derajat takut yang dialami pasien mis, pasien akan
merasa tak terkontrol terhadap situasi atau mencapai status
panik.
3) Dorong pernyataan takut dan ansietas, berikan umpan balik.
Rasional : Membuat hubungan terapeutik. Membantu pasien menerima
perasaan dan memberikan kesempatan untuk memperjelas
kesalahan konsep.
4) Akui bahwa ini merupakan situasi menakutkan dan lainnya diekspresikan
mirip dengan takut. Bantu pasien dalam menyatakan perasaan dengan
mendengar dengan aktif.
Rasional : Bila pasien mengalami takut sendiri, validasi bahwa ini
perasaan yang normal dapat membantu pasien merasa kurang
terisolasi.
5) Berikan informasi akurat, nyata tentang apa yang dilakukan.
Rasional : Melibatkan pasien dalam rencana asuhan dan menurunkan
ansietas yang tak perlu tentang ketidaktahuan.
6) Berikan lingkungan tenang untuk istirahat.
Rasional : Meningkatkan relaksasi, dapat meningkatkan ketrampilan
koping.
7) Berikan kesempatan pada orang terdekat untuk mengekspresikan
perasaan/ masalah. Dorong orang terdekat untuk memperlihatkan
perilaku nyata positif.
Rasional : Membantu orang terdekat menerima kecemasan/ rasa
takutnya sendiri yang dapat dipindahkan ke pasien.
Meningkatkan perilaku dukungan yang dapat mempermudah
penyembuhan.
8) Tunjukkan teknik relaksasi, contoh latihan napas dalam, bimbingan
imajinasi
Rasional : Belajar cara untuk rileks dapat membantu menurunkan takut
dan ansietas.
Kolaborasi
9) Berikan obat sesuai indikasi misal :
a) Diazepam (valium); klorazepat (tranxene); alprazolam (xanax).
Rasional : Sedatif/ tranquilizer dapat digunakan kadang-kadang
untuk menurunkan ansietas dan meningkatkan istirahat,
khususnya pada pasien ulkus.
b) Rujuk ke perawat psikiatrik
Rasional : Mungkin diperlukan bantuan tambahan selama
penyembuhan untuk menerima konsekuensi kedaruratan
situasi/keputusan untuk perlunya/kebutuhan perubahan
pola hidup.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
masukan nutrien yang tidak adekuat.
Tujuan : Klien akan menunjukkan berat badan stabil atau peningkatan berat
badan sesuai sasaran dengan nilai laboratorium normal dan tak ada
tanda malnutrisi.
Intervensi :
Mandiri
1) Timbang berat badan tiap hari
Rasional : Memberikan informasi tentang kebutuhan diet/keefektifan
terapi.
2) Dorong tirah baring dan/ pembatasan aktivitas selam fase sakit akut.
Rasional : Menurunkan kebutuhan metabolik untuk mencegah
penurunan kalori dan simpanan energi.
3) Berikan kebersihan oral.
Rasional : Mulut yang bersih dapat meningkatkan rasa makan.
4) Sediakan makanan dalam ventilasi yang baik, lingkungan menyenangkan
dengan situasi tidak terburu-buru, temani.
Rasional : Lingkungan yang menyenangkan menurunkan stress dan
lebih kondusif untuk makan.
c. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan masukan cairan tidak
cukup dan kehilangan cairan berlebihan karena muntah.
Tujuan : Klien akan menunjukkan perbaikan keseimbangan cairan.
Intervensi :
Mandiri
1) Catat karakteristik muntah dan atau drainase.
Rasional : Membantu dalam membedakan penyebab distress gaster.
Kandungan empedu kuning kehijauan menunjukkan bahwa
pylorus terbuka. Kandungan fekal menunjukkan obstruksi
usus.
2) Awasi tanda vital; bandingkan dengan hasil normal pasien/ sebelumnya.
Rasional : Perubahan TD dan nadi dapat digunakan untuk perkiraan
kasar kehilangan darah.
3) Awasi masukan dan haluaran dan hubungkan dengan perubahan berat
badan. Ukur kehilangan darah/ cairan melalui muntah, penghisapan
gaster/lavase dan defekasi.
Rasional : Memberikan pedoman untuk penggantian cairan.
4) Tinggikan kepala tempat tidur selama pemberian antasida.
Rasional : Mencegah refluks gaster dan aspirasi antasida dimana dapat
menyebabkan komplikasi paru serius.
5) Berikan cairan jernih/ lembut bila masukan dimulai lagi. Hindari kafein
dan minuman berkabonat
Rasional : kafein dan minuman berkarbonat merangsang produksi asam
hidroklorida, kemungkinan potensial perdarahan ulang.
d. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan diet dan proses penyakit.
Tujuan : Klien akan menyatakan pemahaman penatalaksanaan diet dan
proses penyakit.
Intervensi :
Mandiri
1) Bantu pasien untuk mengidentifikasi hubungan masukan makanan dan
pencetus termasuk menghindari iritan gaster misalnya, merica, kafein,
alkohol, minuman karbonat, merokok, makanan pedas, dll.
Rasional : Kafein dan rokok merangsang keasaman lambung. Alkohol
mendukung untuk erosi mukosa lambung. Makanan atau
minuman tertentu meningkatkan sekresi lambung dan nyeri.
2) Anjurkan makan sedikit tapi sering/ makanan kecil, mengunyah makanan
dengan perlahan, makan pada waktu yang teratur dan menghindari makan
“banyak”.
Rasional : Sering makan mempertahankan netralisasi HCl, melarutkan isi
lambung pada kerja minimal asam mukosa lambung. Makan
sedikit mencegah distensi gaster yang berlebihan.
3) Tentukan persepsi pasien tentang proses penyakit.
Rasional : Membuat pengetahuan dasar dan memberikan kesadaran
kebutuhan belajar individu.
4) Diskusikan pentingnya menghentikan merokok.
Rasional : Penyembuhan ulkus dapat melambat pada orang yang merokok.
Merokok juga berhubungan dengan peningkatan risiko
terjadinya/ berulangnya ulkus peptikum.
e. Nyeri berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi.
Tujuan : Klien akan menyatakan nyeri hilang.
Intervensi :
Mandiri
1) Catat keluhan nyeri, termasuk lokasi, lamanya, intensitas (skala 0 – 10).
Rasional : gejala nyeri pasien dapat membantu mendiagnosa etiologi
perdarahan dan terjadinya komplikasi.
2) Kaji ulang faktor yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.
Rasional : Membantu dalam membuat dignosa dan kebutuhan terapi.
3) Catat petunjuk nyeri nonverbal, contoh gelisah, menolak bergerak, berhati-
hati dengan abdomen, takikardia, berkeringat. Selidiki ketidaksesuaian
antara petunjuk verbal dan nonverbal.
Rasional : Petunjuk nonverbal dapat berupa fisiologis dan psikologis dan
dapat digunakan dalam menghubungkan petunjuk verbal untuk
mengidentifikasi luas/ beratnya masalah.
4) Berikan makan sedikit tapi sering sesuai indikasi untuk pasien.
Rasional : Makanan mempunyai efek penetralisir asam, juga
menghancurkan kandungan gaster. Makan sedikit mencegah
distensi dan haluaran gastrin.
5) Identifikasi dan batasi makanan yang menimbulkan ketidaknyamanan.
Rasional : Makanan khusus yang menyebabkan distres bermacam-macam
antara individu. Penelitian menunjukkan merica berbahaya dan
kopi (termasuk dekafein) dapat menimbulkan dyspepsia.
C. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Keluarga
a. Defenisi keluarga
1) Menurut Depkes. RI. 1988
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal
disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Menurut S .G . Bailon dan Aracelis Maglaya 1989
Keluarga adalah dua atau lebih dari individu yang tergabung
karena hubungan darah ,hubungan perkawinan,, atau pengangkatan dan
mereka hidup bersama dalam satu rumah tangga ,berinteraksi satu sama
lain dan didalam perannya masing- masing menciptakan serta
mempertahankan kebudayaan ( Nasrul Effendi ,1998 : 33 ).
Dari kedua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah :
1.1. Unit terkecil dari masyarakat.
1.2. Terdiri atas dua orang atau lebih.
1.3. Adanya ikatan perkawianan dan pertalian darah.
1.4. Hidup dalam satu rumah tangga.
1.5. Dibawah asuhan seorang kepala keluarga.
1.6. Berinteraksi diantara sesama anggota keluarga
1.7. Setiap anggota keluarga mempunyai perannya masing-
masing.
1.8. Menciptakan dan mempertahankan kebudayaan
2) Keperawaatan kesehatan keluarga
Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan
kesehatan masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga
sebagai unit atau kesatuan yang dirawat dengan sehat sebagai tujuan
melalui perawatan sebagai sarana penyalur (Nasrul Effendi,1998:39)
b. Tipe keluarga
Terdiri dari :
1) Keluarga inti (nuclear family ) adalah keluarga yang
terdiri dari ayah,ibu, anak-anak.
2) Keluarga besar ( extended family ) adalah keluarga inti
ditambah dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakandan
sebagainya. Keluarga berantai (serial family ) ialah keluarga yang terdiri
dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu
keluarga inti.
3) Keluarga duda / janda ( single family ) adalah keluarga yang
terjadi karena perceraian atau kematian.
4) Keluarga berkomposisi (composite ) adalah keluarga yang
perkawinanya berpoligami dan hidup secara bersama – sama.
5) Keluarga kabitas ( cahabitasia ) adalah dua orang menjadi
satu tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga .
c. Keluarga sebagai unit keperawatan
Alasan keluarga sebagai unit pelayanan ( R.B freedman, 1981 ) adalah sebagai
berikut :
1) Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga
yang menyangkut kehidupan masyarakat .
2) Keluarga sebagai suatu dapat menimbulkan, mencegah,
mengabaikan atau memperbaiki masalah – masalah dalam kelompoknya
3) Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan dan
apabila salah satu angota keluarganya mempunyai masalah kesehatan akan
berpengaruh terhadap anggota keluarga yang lain.
4) Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu
( pasien ) keluarga tetap berperan sebagai pengambil keputusan dalam
memelihara kesehatan anggota keluarganya yang menderita hipertensi.
5) Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah dalam upaya
kesehatan bagi anggota keluarga yang menderita sakit hipertensi.
d. Faktor yang mempengaruhi sehat - sakit
Faktor yang mempengaruhi status kesehatan individu dan keluarga menurut H. L
Bloom yaitu
1) Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang dapat mencegah terjadinya penyakit hipertensi
adalah dengan cara menghindari adanya stres
2) Faktor social budaya
a). Faktor sosial budaya yang dapat mempengaruhi penyakit hipertensi
adalah :
(1) Kebiasaan merokok
(2) Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang banyak
mengandung garam
(3) Pola diet tidak teratur
(4) Bila sakit tidak segera berobat
b) Status social budaya yang dapat meningkatkan stasus kesehatan pada
kasus hipertensi adalah :
(1) Menghindari kebiasaan merokok.
(2) Mengurangi konsumsi makanan yang banyak
mengandung garam
(3) Menjaga berat badan dan olah raga yang terratur
(4) Melakukan konril yang teratur
3) Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan sangat diperlukan untuk menurunkan angka
kesakitan dan kematian akibat hipertensi
4) Faktor keturunan
Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang bersifat genetic
e. Tugas keluarga dalam pemeliharaan kesehatan
Menurut Freedman (198) keluarga mempunyai lima (5) tugas
memelihara kesehatan keluarga khususnya keluarga yang anggotanya
menderita penyakit hipertensi yaitu :
1) Mengenal gangguan dan perkembangan kesehatan setiap
anggota keluarga tentang gejala hipertensi
2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
terhadap angota keluarga yang menderita penyakit hpertensi
3) Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang
menderita hipertensi
4) Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan
kesehatan dan perkembangan kepada anggota keluarganya
5) Mempertahankan hubungan timbal balik dengan fasilitas
kesehatan yang dapat mengatasi penyakit hipertensi.
f. Peran perawat dalam memberi asuhan keperawatan pada keluarga
yang menderita penyakit hipertensi.
Dalam proses membantu keluarga yang menderita penyakit hipertensi maka
peran perawat diperlukan sebagai berikut :
1) Pengenal tentang gejala hipertensi
Perawat membatu keluarga untuk mengenal tentang gejala penyakit
hipertensi .
2) Pemberi perawatan pada anggota keluarga yang menderita
penyakit hipertensi . Dalam memberikan perawatan pada anggota
keluarga yang menderita penyakit hipertensi, perawat memberikan
kesempatan kepada keluarga untuk mengembangkan kemampuam
mereka dalam melaksanakan perawatan dan memberikan demonstrasi
kepada keluarga bagaimana merawat anggota keluarga yang menderita
hipertensi.
3) Koordinator pelayanan kesehatan kepada keluarga yang
menderita penyakit hipertensi .
Perawat melakukan hubungan yang terus menerus dengan kelurga yang
menderita penyakit hipertensi, sehingga dapat menilai, mengetahui
masalah dan kebutuhan keluarga serta mencari cara penyelesaian masalah
penyakit yang sedang dihadapi
4) Fasilitator
Menjadikan pelayanan kesehatan dengan mudah untuk mengenal masalah
pada keluarga yang menderita penyakit hipertensi dan mencari alternatif
pemecahanya.

5) Pendidik kesehatan
Perawat dapat berperan sebagai pendidik untuk merubah perilaku
keluarga dari perilaku tidak sehat menjadi sehat dalam mencegah
penyakit hipertensi
6) Penyuluh dan konsultasi
Perawat berperan sebagai petunjuk dalam asuhan keperawatan dasar
terhadap keluarga yang anggotanya mederita penyakit hipertensi.

Anda mungkin juga menyukai