Anda di halaman 1dari 30

KEMENTERIAN KOORDINATOR “Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”

BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN
RUU CIPTA KERJA
Forum Group Discussion – FPG DPR RI
“Omnibus Law Cipta Kerja: Jalan Pintas Menuju Indonesia Maju”

Jakarta, 26 Februari 2020


KEMENTERIAN KOORDINATOR
KEMENTERIAN
BIDANG KOORDINATOR
PEREKONOMIAN
BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
REPUBLIK INDONESIA OUTLINE

01 1. Pengantar dan Latar Belakang RUU Cipta Kerja 3-6

02 2. Arah, Tujuan, dan Asas-Asas RUU Cipta Kerja 7–8


Penjelasan:
03
Rancangan Undang-Undang 3. Struktur RUU Cipta Kerja 9 - 10
CIPTA KERJA 04
4. Ringkasan Substansi RUU Cipta Kerja 11 - 19
05
LAMPIRAN:
06 ▪ Penyiapan Regulasi Pelaksanaan RUU Cipta Kerja
07 ▪ Detil Pengantar dan Latar Belakang RUU Cipta Kerja

08
KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
Visi Indonesia 2045: Menjadi 5 Besar Kekuatan Ekonomi Dunia

INDONESIA akan menjadi negara maju dengan pendapatan tertinggi ke-empat di dunia*
(RPJMN 2020-2024 titik tolak Transformasi Ekonomi mencapai Indonesia Maju 2045)
Indonesia akan mampu keluar dari Middle Income Trap pada tahun 2036**
Tahun 2045: PDB per Kapita = USD 23,199; PDB = USD 7,4 Triliun**

Rank of GDP (PPP Adjusted)


United States 1
China
China 2
India
Japan 3
United States
Germany 4 4 Indonesia
India 5 5 Japan **
France 6 Turkey
Russia 7 7 Brazil
Italy 8 Germany
Brazil 9 United Kingdom
United Kingdom 10 Mexico
Mexico 11 Russia
Spain 12 France
Indonesia 13 Korea
Canada 14 Saudi Arabia
Korea 15 Italy
Saudi Arabia 16 Canada

2000 2002 2004 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2030 2045

Negara Negara
Indonesia
Berkembang Maju

Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja


*Sumber: OECD, IMF
**Sumber: Bappenas
“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju” 3
Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja (RUU Ciptaker)
LATAR BELAKANG
Hiper Regulasi: 8.486 Peraturan Pusat, 14.815 Peraturan
1 Kompleksitas dan Obesitas
Regulasi, di pusat dan daerah
Menteri, 4.337 Peraturan LPNK dan 15.966
Peraturan Daerah (Total = 43.604 Peraturan) Struktur RUU Cipta Kerja
Terdiri: 15 Bab, 174 Pasal (163 Pasal Substansi)

Daya Saing Indonesia: Survey Faktor Utama Permasalahan Bisnis: Investasi dan Perizinan
80 Pasal
Peringkat daya saing masih 1. Korupsi; 2. Inefisiensi Birokrasi; 3. Akses Berusaha
2 Pendanaan; 4. Infrastruktur; 5. Kepastian
rendah, Hasil Survey terkait
Doing Business in Indonesia Kebijakan; 6. Kenaikan Upah; 7. Nilai Tukar…dll. Pengadaan Lahan 19 Pasal
Investasi Pemerintah dan
Kebutuhan Kerja: Pengangguran= 7,05 Juta; Angkatan Kerja Baru= 2,24
Proyek Strategis Nasional 16 Pasal
Juta; Setengah Penganggur= 8,14 Juta; Pekerja Paruh
3 Tingginya data Angkatan Kerja
yang Tidak/ Belum Bekerja dan Waktu= 28,41 Juta; Total= 45,84 Juta (34,4%) Angkatan UMK-M dan Koperasi 15 Pasal
Bekerja Tidak Penuh Kerja bekerja tdk penuh.
Kontribusi UMK-M terhadap PDB= 60,34%, menyerap lebih Kemudahan Berusaha 11 Pasal
UMK-M & Koperasi: dari 97,02% dari total tenaga kerja, dan kontribusi
4 Perlu pemberdayaan UMKM, dan terhadap ekspor= 14,17%. Kontribusi Koperasi terhadap Porsi Substansi terkait Perizinan, Kemudahan Berusaha,
peningkatan peran Koperasi
PDB sebesar 5,1%. Investasi, dan UMKM/ Koperasi sekitar 86,5%
Pekonomian Global: Perang dagang (US-RRT), ketegangan di Timur
5 Ketidakpastian & perlambatan Tengah, Wabah Virus Corona (COVID-19), Ketenagakerjaan 5 Pasal
mempengaruhi ekonomi RI dinamika perubahan ekonomi global dll.
Kawasan Ekonomi 4 Pasal
TUJUAN Investasi
(32%)
Job Creation
Welfare Creation

Perekonomian Pertumbuhan Ekonomi Konsumsi Daya Beli Pengenaan Sanksi 3 Pasal


(56%)

Nasional: Pemerataan Ekonomi Rasio Gini 2020-2024= 0,360-0374


Riset dan Inovasi 1 Pasal
Mewujudkan Visi Indonesia Ketahanan Ekonomi
Peningkatan Inovasi &
Kualitas Investasi
2045: Menjadi 5 Besar Peningkatan Peringkat
Kekuatan Ekonomi Dunia Daya Saing Ekonomi Daya Saing Ekonomi RI
KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
Pentingnya RUU Cipta Kerja
Struktur Angkatan Kerja
1. Dinamika perubahan ekonomi global, memerlukan respon cepat dan tepat.
Tanpa reformasi struktural, pertumbuhan ekonomi akan melambat.
2. Dengan RUU Cipta Kerja, diharapkan terjadi perubahan struktur ekonomi
untuk mendorong pertumbuhan ekonomi mencapai 5,7% - 6,0% melalui:
• Penciptaan Lapangan Kerja sebanyak 2,7 sd 3 juta/tahun (meningkat dari
saat ini 2 juta/tahun), untuk menampung 9,29 juta orang yang tidak/belum
bekerja (7,05 juta pengangguran dan 2,24 juta Angkatan Kerja Baru).
• Peningkatan kompetensi pencari kerja dan kesejahteraan pekerja.
• Peningkatan Produktivitas Pekerja, yang berpengaruh pada peningkatan Sumber: BPS
investasi dan pertumbuhan ekonomi. Produktivitas Indonesia (74,4%) masih
berada di bawah rata-rata negara ASEAN (78,2%). Realisasi Investasi 2015 – 2019
(Rp Triliun)
• Peningkatan Investasi sebesar 6,6%-7,0%, untuk membangun usaha baru
atau mengembangkan usaha eksisting, yang akan menciptakan lapangan 809,6
kerja baru dan meningkatkan kesejahteraan pekerja, sehingga akan 692,8 721,3
mendorong Peningkatan Konsumsi (5,4%-5,6%). 612,8
545,4 423,1
• Pemberdayaan UMK-M dan Koperasi, yang mendukung peningkatan 388,3
430,5
kontribusi UMKM terhadap PDB menjadi 65% dan peningkatan kontribusi 396,5
366
Koperasi terhadap PDB menjadi 5,5%.
333 386,5
3. Jika hal ini (RUU) tidak dilakukan, maka akan terjadi: 262,3
179,4 216,3
• Lapangan kerja akan pindah ke negara lain yang lebih kompetitif,
• Daya saing pencari kerja relatif rendah dibanding negara lain, 2015 2016 2017 2018 2019
• Penduduk yang Tidak/Belum Bekerja akan semakin tinggi, PMDN
• Indonesia terjebak dalam middle income trap. Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja
“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”5 5
KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG PEREKONOMIAN RUU Cipta Kerja: Langkah Strategis Mewujudkan Visi Indonesia 2045
REPUBLIK INDONESIA

KONDISI SAAT INI 2045


• Kondisi Global (Eksternal) MENUJU 2024
INDONESIA 2045
o Ketidakpastian dan perlambatan ekonomi global diperlukan : Berdaulat, Maju, Adil dan Makmur
o Dinamika geopolitik berbagai belahan dunia
o Perubahan teknologi, industri 4.0, ekonomi digital RUU • Indonesia menjadi Negara Maju,
• Kondisi Nasional (Internal)
o Pertumbuhan Ekonomi rata-rata di kisaran 5%
Cipta Kerja dengan ekonomi berkelanjutan
• Perekonomian Indonesia masuk 5
dalam 5 tahun terakhir Simplifikasi dan harmonisasi Besar Ekonomi Dunia
o Realisasi Investasi: 1 REGULASI dan PERIZINAN • Indonesia telah keluar dari Jebakan
Negara Berpendapatan Menengah
▪ BKPM: 2018= Rp 721,3 T; 2019= Rp 809,6 T; INVESTASI yang berkualitas (Middle Income Trap)
▪ Nasional: 2018= Rp 4.789 T; 2019= Rp 5.119 T. 2 • Tingkat kemiskinan mendekati 0%
o Ketenagakerjaan: Jumlah Angkatan kerja 133,56 Penciptaan LAPANGAN KERJA • PDB mencapai USD 7,4 Triliun
juta; namun 45,84 juta (34,4%) bekerja tidak penuh; 3 berkualitas dan kesejahteraan
PEKERJA yang berkelanjutan
• Tenaga Kerja berkualitas.
Permasalahan kenaikan upah dan produktivitas
yang rendah (survey JETRO);
Pemberdayaan UMK-M dan
o Peran thd PDB: UMKM= 60,3%, Koperasi= 5,1%. 4 Koperasi
• Permasalahan Ekonomi dan Bisnis
o Tumpang tindih Regulasi
Rp
27,0jt
6,8-7,0jt
o Efektivitas Investasi yang Rendah PDB per kapita/ bulan
Rp
o Tingkat Pengangguran, Angkatan Kerja baru, dan
jumlah Penduduk yang Tidak Bekerja
PDB per kapita/ bulan
o Perlu pemberdayaan UMK-M dan peningkatan
peran Koperasi. Lapangan Kerja
Rp
4,6jt Produktif
Omnibus Law Cipta Kerja
Rancangan Undang-Undang
“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju” 6
PDB per kapita/ bulan *perhitungan PDB perkapita menggunakan kurs konstan Rp14.000
KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA Arah dan Tujuan RUU Cipta Kerja
Mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan makmur
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Arah Tahun 1945 melalui upaya untuk memenuhi hak warga negara atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak melalui cipta kerja.

Menciptakan lapangan kerja yang seluas-luasnya bagi rakyat Indonesia secara


Tujuan merata di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam rangka
memenuhi hak atas penghidupan yang layak melalui:
• kemudahan dan perlindungan UMK-M serta perkoperasian,
• peningkatan ekosistem investasi,
• kemudahan berusaha,
• peningkatan perlindungan dan kesejahteraan pekerja,
• investasi Pemerintah Pusat dan percepatan proyek strategis nasional.

1. Pemerataan hak
2. Kepastian hukum;
Asas 3. Kemudahan berusaha;
4. Kebersamaan; dan
5. Kemandirian
Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja
“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju” 7
KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA Asas-Asas RUU Cipta Kerja
Untuk memenuhi hak warga Negara atas pekerjaan dan penghidupan
Pemerataan Hak yang layak bagi rakyat Indonesia dilakukan secara merata di seluruh
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Penciptaan iklim usaha kondusif yang dibentuk melalui sistem hukum
Kepastian Hukum yang menjamin konsistensi antara peraturan perundang-undangan
dengan pelaksanaannya

Proses berusaha yang sederhana, mudah, dan cepat akan mampu


Kemudahan Berusaha mendorong peningkatan investasi, pemberdayaan UMKM untuk
memperkuat perekonomian yang mampu membuka seluas-luasnya
lapangan kerja bagi rakyat Indonesia

Kebersamaan Mendorong peran seluruh dunia usaha, UMKM dan Koperasi secara
bersama-sama dalam kegiatannya untuk kesejahteraan rakyat

Pemberdayaan UMKM dan Koperasi dilakukan dengan tetap


Kemandirian mendorong, menjaga, dan mengedepankan kemandirian dalam
pengembangan potensinya
Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja
“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju” 8
KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG PEREKONOMIAN Struktur RUU Cipta Kerja (1)
REPUBLIK INDONESIA

RUU Cipta Kerja terdiri dari 15 Bab dan 174 Pasal


Struktur dan Substansi Pengaturan RUU Cipta Kerja:

Bab I: Ketentuan Umum Bab V: Kemudahan, Perlindungan, Pemberdayaan UMKM dan Perkoperasian
Bab II: Maksud dan Tujuan 1. Kriteria UMK-M, 2. Basis Data Tunggal, 3. Pengelolaan Terpadu UMK, 4.
Bab III: Peningkatan Ekosistem Investasi dan Kegiatan Berusaha Kemitraan, 5. Kemudahan Perizinan Berusaha, 6. Insentif Fiskal dan Pembiayaan,
1. Penerapan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko 7. Dana Alokasi Khusus, 8. Partisipasi dalam Pengusahaan Pelayanan di Jalan Tol,
2. Penyederhanaan Persyaratan Dasar Perizinan Berusaha dan Pengadaan Lahan: 9. Perkoperasian (kemudahan pendirian dan koperasi berbasis Syariah).
a. Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang
b. Persetujuan Lingkungan Bab VI: Kemudahan Berusaha
c. Persetujuan Bangunan Gedung dan Sertifikat Laik Fungsi
3. Penyederhanaan Perizinan Berusaha Sektor serta Kemudahan dan Persyaratan 1. Kemudahan Keimigrasian untuk penanaman modal asing
Investasi 2. Kemudahan atas paten untuk membuat produk atau proses di Indonesia.
a. Penyeragaman konsepsi Perizinan Berusaha (standar) dengan penerapan 3. Kemudahaan pendirian Perseroan Terbatas (PT) dan pendirian PT untuk
Risk Based Approach Usaha Mikro dan Kecil (dapat didirikan oleh 1 orang).
b. Pengaturan kewenangan penerbitan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko yang 4. Mencabut Undang-Undang Gangguan (Izin Gangguan).
diatur NSPK 5. Ketersediaan Bahan Baku dan/atau Bahan Penolong Bagi Industri dan
c. Pengaturan Perizinan Berusaha pada15 Sektor pengaturan atas importasi komoditas perikanan dan komoditas pergaraman.
d. Persyaratan Investasi Pada Sektor Tertentu 6. Mencabut ketentuan Wajib Daftar Perusahaan.
7. Mendorong BUMDes berbentuk Badan Hukum.
Bab IV: Ketenagakerjaan
1. Pengupahan dan Upah Minimum, 2. Pesangon PHK, 3. Waktu Kerja, 4. Perizinan TKA Bab VII: Dukungan Riset dan Inovasi
(Ahli), 5. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT), 6. Penyerahan sebagian pelaksanaan Pemerintah dapat melakukan penugasan khusus kepada BUMN untuk
pekerjaan (alih daya), 7. Program Jamiman Kehilangan Pekerjaan (JKP), 8. pemanfaatan umum, riset, pengembangan, dan inovasi.
Penghargaan Lainnya (Sweetener).
Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja
“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju” 9
KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG PEREKONOMIAN Struktur RUU Cipta Kerja (2)
REPUBLIK INDONESIA

Bab VIII: Pengadaan Lahan 7. Service Level Agreement (SLA) penyelesaian perizinan
1. Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum 8. Presiden menetapkan NSPK yang dilaksanakan oleh Menteri/Kepala dan/atau
2. Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Pemda.
3. Pertanahan: Pembentukan Bank Tanah, penguatan Hak Pengelolaan (HPL), 9. NSPK bersifat standar dan mengacu kepada best practices
Satuan Rumah Susun untuk Orang Asing, Pemberian Hak Atas Tanah/Hak 10. Perda dan Perkada yang bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-
Pengelolaan pada Ruang Atas Tanah dan Ruang Bawah Tanah undangan yang lebih tinggi dan asas-asas pembentukan peraturan perundang-
Bab IX: Kawasan Ekonomi undangan yang baik, dapat dibatalkan dan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku
1. Kawasan Ekonomi Khusus dengan Peraturan Presiden
2. Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas 11. Obligasi Daerah dan/atau Sukuk Daerah
Bab X: Investasi Pemerintah Pusat dan Kemudahan Proyek Strategis Nasional Bab XII: Pengenaan Sanksi
1. Investasi Pemerintah Pusat 1. Pengawasan dan pembinaan atas Perizinan Berusaha.
• Membentuk Lembaga Pengelola Investasi Pemerintah Pusat (Sovereign Wealth 2. ASN dapat melakukan kerjasama dengan profesi bersertifikat dalam rangka
Fund) untuk mengelola dan menempatkan sejumlah dana dan/atau aset negara. pengawasan dan pembinaan.
2. Kemudahan Proyek Strategis Nasional 3. Pengenaan sanksi administrative yang dapat berupa: peringatan, penghentian
• Pemerintah menyediakan lahan dan Perizinan Berusaha bagi proyek strategis sementara kegiatan berusaha, pengenaan denda administrative, pengenaan
nasional dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, BUMN, atau BUMD. daya paksa polisional, pencabutan Lisensi/Sertifikasi/Persetujuan, dan/atau
• Pengadaan lahan dapat dilaksanakan oleh badan usaha pencabutan Perizinan Berusaha.
Bab XI: Pelaksanaan Administrasi Pemerintahan Untuk Mendukung Cipta Kerja 4. Pengawasan atas ASN dan profesi bersertifikat.
1. Presiden menjalankan undang-undang dan dapat mendelegasikan kewenangannya Bab XIII: Ketentuan Lain-Lain
kepada Menteri, Kepala Lembaga, atau Pemerintah Daerah. Bab XIV: Ketentuan Peralihan
2. Kewenangan Menteri, Kepala Lembaga, atau Pemerintah Daerah merupakan
pelaksanaan kewenangan Presiden. Bab XV: Ketentuan Penutup
3. Penerapan Standar dalam Administrasi Pemerintahan.
4. Diskresi.
5. Penerapan keputusan elektronik dan sistem elektronik.
6. Pengawasan oleh profesi ahli (bersertifikat). Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja
“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju” 10
KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG PEREKONOMIAN Ringkasan Isi RUU Cipta Kerja (1)
REPUBLIK INDONESIA

Bab III: Peningkatan Ekosistem Investasi dan Kegiatan Berusaha


1. Penerapan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko (Pasal 8 – Pasal 13)
2. Penyederhanaan Persyaratan Dasar Perizinan Berusaha dan Pengadaan Lahan (Pasal 14 – Pasal 26)
a) Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang (Penerapan RDTR Digital)
b) Persetujuan Lingkungan (untuk kegiatan risiko tinggi memerlukan AMDAL, risiko menengah menerapkan standar)
c) Persetujuan Bangunan Gedung dan Sertifikat Laik Fungsi (penerapan standar bangunan gedung dan pengawasan oleh profesi
bersertifikat).
3. Penyederhanaan Perizinan Berusaha Sektor (Pasal 27 –Pasal 82)
a) Pengaturan terhadap 15 sektor kegiatan yang memerlukan Perizinan Berusaha menyangkut:
➢ Penyeragaman konsepsi Perizinan Berusaha (standar) dengan penerapan Risk Based Approach
➢ Pengaturan kewenangan terhadap penerbitan Perizinan Berusaha sektor dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah
diatur dalam Peraturan Pemerintah (NSPK).
➢ Pengaturan pengenaan sanksi administrasi terhadap pelanggaran Perizinan Berusaha yang bersifat administratif dan
pengenaan sanksi pidana merupakan upaya terakhir (ultimum remedium) atau yang berdampak negatif bagi keamanan,
keselamatan, dan lingkungan hidup
➢ Pengaturan kembali mengenai kewenangan Penyidik PNS.
b) Pengaturan Perizinan Berusaha pada Sektor
15 cakupan sektor Perizinan Berusaha, yaitu: 1. Kelautan dan Perikanan, 2. Pertanian, 3. Kehutanan, 4. Energi dan Sumber
Daya Mineral, 5. Ketenaganukliran, 6. Perindustrian, 7. Perdagangan, Metrologi Legal, Jaminan Produk Halal, dan Standardisasi
dan Penilaian Kesesuaian, 8. Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 9. Transportasi, 10. Kesehatan, obat dan Makanan, 11.
Pendidikan dan Kebudayaan, 12. Kepariwisataan, 13. Keagamaan, 14. Pos, telekomunikasi, dan penyiaran, 15. Pertahanan dan
keamanan
c) Persyaratan Investasi Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja
“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju” 11
KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG PEREKONOMIAN Ringkasan Isi RUU Cipta Kerja (2)
REPUBLIK INDONESIA

Bab IV: Ketenagakerjaan (Pasal 88 – Pasal 92)


1. Pengupahan dan Upah Minimum: Upah tidak turun dan menggunakan formulasi pertumbuhan ekonomi daerah dalam menghitung
kenaikan, serta formulasi khusus untuk industri padat kaya (Gubernur menetapkan Upah Minimum).
2. Pesangon PHK: Penyesuaian perhitungan besaran pesangon PHK dan menambahkan Program Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP)
di samping program yang telah ada (Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian, Jaminan Pensiun, Jamiman Hari Tua).
3. Waktu Kerja: Selain waktu kerja yang umum (paling lama 8 jam/hari dan 40 jam/minggu) diatur juga waktu kerja untuk pekerjaan yang
khusus, yang waktunya dapat kurang dari 8 jam/hari (pekerjaan paruh waktu, ekonomi digital) atau pekerjaan yang melebihi 8 jam/hari
(migas, pertambangan, perkebunan, pertanian dan perikanan).
4. Pekerja Kontrak (Perjanjian Kerja Waktu Tertentu/PKWT): Pekerja Kontrak diberikan hak dan perlindungan yang sama dengan
Pekerja Tetap, antara lain dalam hal: Upah, Jaminan Sosial, Perlindungan K3, termasuk kompensasi pengakhiran hubungan kerja.
5. Alih Daya (Outsourcing): Pengusaha Alih Daya (outsourcing) wajib memberikan hak dan perlindungan yang sama bagi pekerjanya,
baik sebagai Pekerja Kontrak maupun Pekerja Tetap, antara lain dalam hal: Upah, Jaminan Sosial, Perlindungan K3.
6. Perizinan TKA Ahli: Kemudahan perizinan bagi TKA Ahli yang diperlukan dalam proses produksi dan ekonomi (darurat/maintenance,
vokasi, ekonomi digital/startup, kunjungan bisnis, dan penelitian).
7. Program Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP): Perlindungan bagi pekerja yang terkena PHK, dengan manfaat JKP berupa: 1) Cash
Benefit, 2) Vocational Training, 3). Job Placement Access. Penambahan manfaat JKP, tidak menambah beban iuran bagi pekerja dan
perusahaan. Pekerja yang mendapatkan JKP, tetap akan mendapatkan jaminan sosial lainnya yang berupa: 1) Jaminan Kecelakaan
Kerja (JKK); 2) Jaminan Hari Tua (JHT); 3) Jaminan Pensiun (JP); 4) Jaminan Kematian (JKm); 5) Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
8. Penghargaan Lainnya (Sweetener): Pemberian Sweetener sebagai tambahan di luar Upah, dan besaran Sweetener maksimal 5 X
Upah disesuaikan dengan masa kerja. Pemberian penghargaan dilaksanakan dalam jangka waktu 1 tahun, dan penghargaan lainnya
tidak berlaku bagi UMK.
Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja
“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju” 12
KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG PEREKONOMIAN Ringkasan Isi RUU Cipta Kerja (4)
REPUBLIK INDONESIA

Bab V: Kemudahan, Perlindungan, dan Pemberdayaan UMKM serta Perkoperasian


(Pasal 93 – Pasal 107)
1. Penetapan kriteria UMKM untuk seluruh sektor.
2. Penerapan Basis Data Tunggal sebagai dasar pengambilan kebijakan UMK
3. Pemerintah melaksanakan pengelolaan terpadu UMK melalui sinergi dengan pemangku kepentingan.
4. Mendorong Usaha Menengah dan Besar untuk melibatkan UMK dalam kemitraan, memberikan insentif dan kemudahan.
5. Pendaftaran bagi UMK sebagai kemudahan perizinan tunggal yang meliputi perizinan berusaha, standardisasi dan sertifikasi
(terkait izin edar, jaminan produk halal, dan pangan), dan Hak Kekayaan Intelektual.
6. Pemerintah (K/L) dan Pemda (Dinas) yang aktif melakukan pendaftaran UMK.
7. Insentif fiskal berupa kemudahan/penyederhanaan administrasi perpajakan.
8. Kegiatan usaha dapat dijadikan agunan pinjaman untuk UMK.
9. Pemerintah memprioritaskan penggunaan DAK untuk mendanai kegiatan pengembangan dan pemberdayaan UMK-M.
10. Pemberian fasilitasi layanan bantuan dan perlindungan hukum bagi UMK.
11. Prioritas produk/jasa UMK dalam pengadaan barang/jasa pemerintah.
12. Peningkatan kesejaheraan UMKM dengan mengakomodasi kepentingan UMK untuk berusaha di ruas jalan tol.
13. Penentuan syarat minimal pembentukan koperasi primer sebanyak 3 orang dan koperasi sekunder sebanyak 3 koperasi.
14. Pengaturan kehadiran anggota dalam rapat anggota yang dapat dilakukan melalui sistem perwakilan.
15. Pelaksanaan usaha koperasi berdasarkan prinsip Syariah. Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja
“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju” 13
KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG PEREKONOMIAN Ringkasan Isi RUU Cipta Kerja (5)
REPUBLIK INDONESIA

Bab VI: Kemudahan Berusaha


(Pasal 108 – Pasal 118)
3. Fleksibilitas pemegang paten untuk membuat produk atau
1. Kemudahan Pendirian Badan Usaha menggunakan proses di Indonesia (fleksibilitas).
• Persyaratan jumlah modal yang disetorkan kedalam
4. Mencabut Izin Gangguan (Staatblad Tahun 1926 Nomor
PT diserahkan kepada pendiri.
226 jo. Staatblad Tahun 1940 Nomor 450 tentang Undang-
• PT untuk UMK dapat didirikan oleh perseorangan Undang Gangguan/ Hinder Ordonnantie) dan penyesuaian
yang tidak memerlukan akta pendirian, cukup UU Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
pernyataan pendirian perseroan yang disahkan
secara elektronik oleh Menteri Hukum dan HAM 5. Ketersediaan Bahan Baku dan/atau Bahan Penolong Bagi
Industri dan pengaturan atas importasi komoditas perikanan
• Perubahan PT untuk UMK dibuat dalam akta
dan komoditas pergaraman.
notaris dan diberitahukan secara elektronik kepada
Menteri Hukum dan HAM. 6. Mencabut ketentuan Wajib Daftar Perusahaan.
2. Keimigrasian 7. Mendorong BUMDes berbentuk Badan Hukum.
• Penjaminan kemigirasian dapat berupa deposit.
• Kemudahan untuk mendapatkan visa untuk
kegiatan maintenance, vokasi, start up, kunjungan Bab VII: Dukungan Riset dan Inovasi
bisnis, penelitian (Pasal 119)
Pemerintah dapat melakukan penugasan khusus kepada BUMN
untuk pemanfaatan umum, riset, pengembangan, dan inovasi

Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja


“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju” 14
KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG PEREKONOMIAN Ringkasan Isi RUU Cipta Kerja (6)
REPUBLIK INDONESIA

Bab VIII: Pengadaan Lahan


(Pasal 121 – Pasal 139)
1) Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk • Pengumpulan data-data yuridis terkait subjek dan
Kepentingan Umum objek Pengadaan Tanah dapat dilakukan oleh
• Mempercepat proses Pengadaan Tanah dalam surveyor berlinsensi.
Kawasan Hutan, Tanah Kas Desa, Tanah Wakaf dan • Penegasan kewajiban Pengadilan Negeri untuk
Tanah Aset menerima penitipan ganti kerugian.
• Pengadaan lahan dalam kawasan hutan melalui 2) Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
mekanisme perubahan peruntukan atau pelepasan
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan hanya dapat
kawasan hutan untuk PSN
dialihfungsikan untuk kepentingan umum dan/atau proyek
• Percepatan pelepasan tanah yang dimiliki Pemerintah strategis nasional dengan penyediaan lahan pengganti.
bagi pembangunan untuk kepentingan umum
3) Pertanahan
• Kementerian ATR/BPN membantu instansi yang
• Pembentukan Bank Tanah
memerlukan tanah, dalam menyusun DPPT
(Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah) • Tanah yang dikelola Bank Tanah diberikan HPL yang
dapat diberikan HGU, HGB, dan Hak Pakai dalam
• Kepemilikan saham dan lahan pengganti sebagai
jangka waktu 90 tahun.
bentuk ganti rugi pengadaan tanah untuk
kepentingan umum • Hak milik satuan rumah susun untuk orang asing.
• Jangka waktu berlakunya Penetapan Lokasi (Penlok) • Pemberian Hak Atas Tanah/Hak Pengelolaan pada
diberikan selama 3 tahun dan dapat diperpanjang ruang atas tanah dan bawah tanah.
tanpa memulai proses dari awal • Hak Guna Usaha atau Hak Pakai diatas HPL dapat
diberikan perpanjangan sekaligus.
Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja
“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju” 15
KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG PEREKONOMIAN Ringkasan Isi RUU Cipta Kerja (7)
REPUBLIK INDONESIA

Bab IX: Kawasan Ekonomi


(Pasal 142 – Pasal 145)
1. Kawasan Ekonomi Khusus
• Administrator KEK berwenang (otoritas) 2. Kawasan Perdagangan Bebas dan
melaksanakan perizinan, pelayanan, insentif dan Pelabuhan Bebas Kelembagaan KPBPB
kemudahan, serta pengawasan di KEK • Kelembagaan KPBPB
berdasarkan NSPK. • Penghapusan pembebasan cukai untuk
• Administrator ditunjuk dan ditetapkan oleh Dewan konsumsi.
Nasional dari profesional melalui seleksi • Badan Pengusahaan berwenang
terbuka. (otoritas) melaksanakan perizinan,
• Tanah di KEK dapat ditetapkan sebagai insentif pelayanan, insentif dan kemudahan di
investasi. KPBPB berdasarkan NSPK.
• Kewajiban Pemerintah Daerah untuk mendukung
KEK.
• Penerapan pola pengelolaan keuangan BLU
oleh Administrator.
• Penambahan fasilitas untuk impor barang
konsumsi di KEK non industri.
Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja
“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju” 16
KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG PEREKONOMIAN Ringkasan Isi RUU Cipta Kerja (8)
REPUBLIK INDONESIA

Bab X: Investasi Pemerintah Pusat dan Kemudahan Proyek Strategis Nasional


(Pasal 145 – Pasal 160)
1. Investasi Pemerintah Pusat 2. Kemudahan Proyek Strategis Nasional
• Membentuk Lembaga Pengelola Investasi • Pemerintah menyediakan lahan (tanah atau
Pemerintah Pusat (Sovereign Wealth Fund) kawasan hutan) yang diperlukan dalam
untuk mengelola dan menempatkan sejumlah pelaksanaan proyek strategis nasional
dana dan/atau aset negara. dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,
• Lembaga SWF berbentuk badan hukum BUMN, BUMD.
Indonesia yang sepenuhnya dimiliki
Pemerintah. • Pengadaan lahan dapat dilakukan oleh
• Lembaga Pengelola Investasi dapat swasta (Pelaksana kegiatan apabila tidak
melaksanakan investasi secara langsung tersedia anggaran pemerintah)
maupun tidak langsung, melakukan • Pemerintah menyediakan seluruh
kerjasama dengan pihak ketiga, atau melalui perizinan yang diperlukan dalam
pembentukan entitas khusus. pelaksanaan proyek Pemerintah.

Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja


“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju” 17
KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG PEREKONOMIAN Ringkasan Isi RUU Cipta Kerja (9)
REPUBLIK INDONESIA

Bab XI: Pelaksanaan Administrasi Pemerintahan Untuk Mendukung Cipta Kerja (Pasal 162 –166)
1. Presiden menjalankan undang-undang dan dapat mendelegasikan kewenangannya kepada Menteri, Kepala Lembaga,
atau Pemerintah Daerah
2. Kewenangan Menteri, Kepala Lembaga, atau Pemerintah Daerah yang telah ditetapkan dalam UU untuk menjalankan atau
membentuk peraturan perundang-undangan harus dimaknai sebagai pelaksanaan kewenangan Presiden.
3. Penerapan Standar dalam Administrasi Pemerintahan.
4. Persyaratan penggunaan diskresi, yaitu: sesuai tujuan, sesuai dengan Asas-Asas Pemerintahan Umum Yang Baik
(AUPB), berdasarkan alasan yang objektif, tidak menimbulkan konflik kepentingan, dan dilakukan dengan itikad baik.
5. Penerapan keputusan elektronik yang diproses melalui sistem elektronik.
6. Pengawasan pelaksanaan perizinan dapat dilakukan oleh profesi ahli (bersertifikat).
7. Permohonan perizinan dianggap dikabulkan secara hukum apabila batas waktu sesuai Service Level Agreement (SLA)
telah terlewati (batas waktu 5 hari atau sesuai batas waktu yang ditetapkan).
8. Penetapan NSPK dalam rangka penyelenggaraan Urusan Pemerintahan (Pemerintah Pusat dan Pemda) dalam bentuk PP
9. NSPK bersifat standar dan mengacu kepada praktik yang baik (good practices).
10. Perda dan Perkada yang bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan asas-asas
pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik, dapat dibatalkan dan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku
dengan Peraturan Presiden.
11. Kepala Daerah dapat menerbitkan Obligasi Daerah dan/atau Sukuk Daerah untuk membiayai infrastruktur dan/atau
investasi berupa kegiatan penyediaan pelayanan publik (dengan pertimbangan Menteri Keuangan)
12. Penyederhanaan pelayanan perizinan dan dilakukan secara elektronik sesuai NSPK. Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja
“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju” 18
KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG PEREKONOMIAN Ringkasan Isi RUU Cipta Kerja (11)
REPUBLIK INDONESIA

Bab XII: Pengenaan Sanksi


(Pasal 167 – Pasal 169)

1. Pemerintah berkewajiban melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap setiap pelaksanaan Perizinan Berusaha
2. Pelaksanaan pengawasan dan pembinaan Aparatur Sipil Negara (ASN) yang dalam pelaksanaannya dapat
bekerjasama dengan profesi bersertifikat sesuai dengan bidang pengawasan dan pembinaan yang dilakukan.
3. ASN dapat mengenai sanksi administratif kepada pemilik Perizinan Berusaha.
4. Sanksi administratif dapat berupa: peringatan, penghentian sementara kegiatan berusaha, pengenaan denda
administrative, pengenaan daya paksa polisional, pencabutan Lisensi/Sertifikasi/Persetujuan, dan/atau pencabutan
Perizinan Berusaha.
5. Pemerintah berkewajiban melakukan pengawasan terhadap ASN dan/atau profesi bersertifikat, yang melaksanakan
tugas dan tanggungjawab pengawasan dan pembinaan.

Bab XIII: Ketentuan Lain-Lain

Bab XIV: Ketentuan Peralihan

Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja


“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju” 19
“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”

TERIMAKASIH

RUU CIPTA KERJA


Dapat diunduh di Tautan:
https://ekon.go.id/info-sektoral/15/6/dokumen-ruu-cipta-kerja

@perekonomianRI ekon.go.id perekonomianRI


KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA Lampiran: Penyiapan Regulasi Pelaksanaan RUU Cipta Kerja (1)

Secara paralel dengan proses pembahasan RUU Cipta Kerja bersama DPR RI, masing-masing Menteri/ Kepala Lembaga
menyiapkan regulasi turunan, yang telah diidentifikasi sebanyak 43 regulasi (36 RPP dan 7 RPerpres):
1. NSPK Perizinan Berusaha: RPP NSPK Perizinan Berusaha
2. Kesesuaian Tata Ruang: RPP Penyelenggaraan Tata Ruang, RPP Perubahan PP Informasi Geospasial, Rperpres
Penyelesaian TumpangTindih Pemanfaatan Lahan
3. Persetujuan Lingkungan: RPP Persetujuan Lingkungan
4. Persetujuan Bangunan Gedung: RPP Persetujuan Bangunan Gedung, RPP Standar Teknis Bangunan Gedung,
Rperpres Profesi Arsitek
5. Pesyaratan Investasi: RPerpres Daftar Prioritas Investasi
6. Ketenagakerjaan: RPP tentang Perubahan PP Pengupahan, RPP Penyelenggaraan Program Jaminan Kehilangan
Pekerjaan , RPP Pemutusan Hubungan Kerja dan Pemberian Penghargaan Lainnya, RPP Pelaksaan Hubungan Kerja
dan Waktu Kerja, RPerpres tentang Perubahan Perpres Penggunaan TKA
7. UMK-M dan Koperasi: RPP Kemudahan, Perlindungan, dan Pemberdayaan UMK-M, RPP Perubahan PP Persyaratan
dan Tata Cara Pengesahan Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi, RPP Perubahan PP Jalan Tol
8. Kemudahan Berusaha: RPP Perubahan PP Pelaksanaan UU Keimigrasian, RPP Pelaksanaan UU PT, RPP
Pelaksanaan Kegiatan Minerba, RPP Kegiatan Usaha Minyak dan Gas Bumi, RPP Badan Hukum BUM Desa, RPP
Ketersediaan Bahan Baku Industri
9. Riset dan Inovasi: RPP Penugasan BUMN dan Badan Usaha Swasta Dalam Pelaksanaan Riset dan Inovasi

Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja


*Status: 29 Januari 2020 “Ekonomi Unggul, Indonesia Maju” 21
KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA Lampiran: Penyiapan Regulasi Pelaksanaan RUU Cipta Kerja (2)

10. Pengadaan Lahan:


RPP Pemanfaatan dan Pelepasan Kawasan Hutan, RPP Perubahan PP Perencanaan Kehutanan, RPerpres tentang
Penyelenggaraan Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum, RPP Bank Tanah, RPP Pemberian Hak atas Tanah, RPP
Hak Pengelolaan, RPerpres Pemanfaatan Ruang Bawah Tanah dan Ruang Atas Tanah, RPP Penyelesaian Kebun Kelapa
Sawit Dalam Kawasan Hutan, RPerpres Penyelesaian Desa Dalam Kawasan Hutan, RPP Tanah dan/atau Kawasan
Terlantar, RPP Perubahan PP Hak Tanggungan
11. Investasi Pemerintah Pusat: RPP Lembaga Pengelola Investasi
12. Kemudahan Proyek Pemerintah: RPP Kemudahan Proyek Pemerintah
13. Kawasan Ekonomi: RPP Pelaksanaan UU KEK, RPP Pelaksanaan UU KPBPB, RPP Pelaksanaan UU KPBPB Sabang
14. Administrasi Pemerintahan: RPerpres Penyusunan NSPK, RPerpres Pembatalan Perda

Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja


*Status: 29 Januari 2020 “Ekonomi Unggul, Indonesia Maju” 22
KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
1. Simplifikasi/ Harmonisasi Regulasi dan Perizinan

Kemudahan berusaha di Indonesia masih di Faktor Penghambat


bawah beberapa negara ASEAN Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Kemudahan Berusaha (2020) Regulasi dan Institusi adalah penghambat


paling mengikat bagi pertumbuhan ekonomi.
• Regulasi tidak mendukung penciptaan dan
Visi Indonesia Maju pengembangan bisnis, bahkan cenderung
membatasi, khususnya pada regulasi: (i)
Tenaga Kerja; (ii) Investasi, dan (iii)
Perdagangan
SDM • Kualitas institusi rendah
o Korupsi tinggi dan in-efisiensi birokrasi
INFRASTRUKTUR o Lemahnya koordinasi antar kebijakan

Sumber: WB Ease of Doing Business Survey 2020

FISKAL Fiskal: Rendahnya penerimaan perpajakan


Saat ini terdapat 8.486 Peraturan
Pusat, 14.815 Peraturan Menteri, Infrastruktur: Belum memadai, utamanya
konektivitas
4.337 Peraturan LPNK dan 15.966 REGULASI & INSTITUSI
Peraturan Daerah (Total = 43.604
Sumber Daya Manusia adalah kendala
Peraturan) yang menggambarkan mengikat bagi pertumbuhan ekonomi jangka
kompleksitas dan obesitas regulasi di menengah-panjang

Indonesia. Sumber: Bappenas

Sumber: Kemen Kumham per 24 Februari 2020


Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja
“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju” 23
KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
2. Persepsi Iklim Investasi, Daya Saing dan Kemudahan Berusaha
• Pemerintah secara konsisten melakukan perbaikan kemudahan berusaha dan berupaya menjaga daya saing perekonomian
• Negara layak investasi dengan kategori risiko rendah disematkan ke Indonesia oleh beberapa lembaga rating internasional
Penilaian Lembaga Rating Negara EODB 2020 EODB 2019
Perubahan
Ranking
Area Reform.

April 2019, Rating Singapura 2 2 0 1


Affirmed at BBB/Stable May 2019, Rating Malaysia 12 15 +3 1
Upgraded at Thailand 21 27 +6 1
BBB/Stable Brunei 66 55 -11 2
April 2018, Rating Januari 2020, JCR Vietnam 70 71 -1 2
Upgraded at Baa2/Stable meningkatkan Credit Indonesia 73 73 0 5
Rating Indonesia menjadi Filipina 95 124 +29 3
March 2019, Rating BBB+/outlook stabil Kamboja 144 138 -6 -
Affirmed at BBB/Stable (investment grade) Laos 154 154 0 2
Myanmar 165 171 +6 5
India 63 77 +14 4
Sumber: IRU, Bank Indonesia
Tiongkok 31 46 +15 8

Posisi Indonesia pada Doing Business 2020 di peringkat 73 (dari 190


Peringkat daya saing
negara), dan berhasil melakukan reformasi dalam 5 area (dari 10 indikator),
Indonesia berdasarkan
yaitu Memulai Bisnis, Mendapatkan Listrik, Membayar Pajak, Menegakkan
#30 penilaian IMD* WCY
2019 meningkat secara Kontrak, dan Perdagangan Lintas Batas.
#31
signifikan dari 43 ke
#32 32. Peningkatan ini
yang tertinggi di
#33 kawasan Asia, berada
di atas negara-negara
#34
peers seperti India,
#35 Filipina, Turki, Afrika
Selatan dan Brazil. Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja
“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju” 2424
*International Institute for Management Development
KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
3. Kebutuhan Lapangan Kerja dan Permasalahan (Wage Hike & Productivity)

Meski tingkat pengangguran terbuka terus turun, Indonesia sangat membutuhkan penciptaan lapangan kerja yang berkualitas:
1. Masih terdapat 7,05 Juta Pengangguran; 2,24 Juta Angkatan Kerja Baru; 8,14 Juta Setengah Penganggur, dan 28,41 Juta Pekerja Paruh
Waktu (45,84 Juta Angkatan Kerja yang bekerja tidak penuh). Penciptaan lapangan kerja masih berkisar 2 juta per tahunnya.
2. Jumlah penduduk yang bekerja pada kegiatan informal sebanyak 70,49 juta orang (55,72 persen dari total penduduk yang bekerja).
3. Dibutuhkan kenaikan upah yang pertumbuhannya sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan produktivitas pekerja.
34,3
34

Angkatan Kerja yang


Bekerja Tidak Penuh* 32

Sumber: Sakernas, BPS (Agustus 2019)


30
2016 2017 2018 2019

2019 JETRO Survey on Business Conditions of Japanese Companies in Asia and Oceania

Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja


“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju” 25
KEMENTERIANKOORDINATOR
BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
4. Pemberdayaan UMKM dan Peningkatan Peran Koperasi

Perlunya pemberdayaan UMKM dan peningkatan peran Koperasi dengan mempertimbangkan:


1. Usaha Mikro dan Kecil sebanyak 64,2 juta usaha atau 99,8% dari jumlah usaha di Indonesia sebanyak 64,3 juta usaha.
2. UMKM berkontribusi sekitar 60,34% dari PDB dan menyerap lebih dari 97% dari total tenaga kerja.
3. Koperasi memberikan kontribusi sebesar 5,1% terhadap PDB Nasional.

Jumlah dan Komposisi Kontribusi UMKM terhadap PDB Peran Sektor UMKM Peran Koperasi
UMKM
Kontribusi Koperasi terhadap
PDB Nasional

5.550
Sektor UMKM menyerap
USAHA
97,02 % dari total tenaga kerja 5,10%
Unit BESAR
4,48%
3,99%
60.702
USAHA
Unit
MENENGAH
Investasi untuk sektor UMKM
783.132 KO N T R IB U S I P D B sebesar 58,18% dari total investasi 1,71%
Unit
USAHA
KECIL
Kontribusi terhadap
PDB 60,34 % atau 2014 2016 2017 2018
63.5 Juta
Unit USAHA Rp 8.400 T
Kontribusi Koperasi terhadap PDB nasional tahun
MIKRO Kontribusi ekspor UMKM hanya 2018 sebesar 5,1% meningkat 3 kali lipat dari tahun
14,17% dari total ekspor non migas 2014 sebesar 1,71%

Sumber : Kementerian KUKM, 2018


Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja
“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju”
KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
5. Perekonomian Dunia di Tengah Ketidakpastian Global

• Tahun 2019: Perekonomian dunia masih diliputi sejumlah ketidakpastian global yang berdampak ke perlambatan pertumbuhan ekonomi.
• Tahun 2020: Sumber ketidakpastian masih berlanjut. Awal 2020 terjadi wabah COVID-19, yang dampaknya melebihi SARS (2002-2003).
Namun pemulihan perekonomian di beberapa negara diprediksi akan mendorong perbaikan pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2020.

• Perang dagang AS-Tiongkok

• Ketegangan Politik: Timur Tengah, Jepang dan Korea


PEREKONOMIAN INDONESIA
• Fluktuasi harga komoditas
Pertumbuhan ekonomi masih
• Pelemahan aktivitas manufaktur pada kisaran 5%

• Lethal Autonomous Weapons (LAWs) Tingkat kemiskinan,


pengangguran, dan gini rasio
membaik
• Virus Korona China (COVID-19)

• BREXIT Inflasi rendah dan stabil

Current Account Defisit


RISIKO EKONOMI DOMESTIK
Meningkat; Volatilitas nilai tukar
dan saham

Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja


Sumber: Global Economic Prospect, World Bank January 2020, WEO IMF January 2020 “Ekonomi Unggul, Indonesia Maju” 2727
KEMENTERIANKOORDINATOR
BIDANG PEREKONOMIAN Dampak COVID-19 dan Transmisi ke Perekonomian Indonesia
REPUBLIK INDONESIA

Dampak COVID-19 diperkirakan lebih besar dibandingkan virus SARS tahun 2002-2003 disebabkan semakin besarnya peranan Tiongkok dalam
perekonomian global. Porsi PDB Tiongkok terhadap dunia meningkat dari 4,3 persen (2003) menjadi 15,8 persen (2018-nomor dua setelah AS). Kontribusi
ekspor Tiongkok ke dunia meningkat dari 5,9% (2003) menjadi 12,9% (2018-nomor satu di dunia).
SARS COVID-19
Tahun 2002-2003 Tahun 2019-2020
Transmisi Ke Perekonomian Indonesia
• Dampak corona virus terhadap perlambatan ekonomi Tiongkok diperkirakan antara 1% - 2%
PDB Nominal (Triliun USD)
(konsensus forecast – barclays, cnbc, the economist);
China AS • Setiap perlambatan ekonomi Tiongkok sebesar 1%, akan mengakibatkan perlambatan pertumbuhan
20,6 21,4
ekonomi Indonesia antara 0,11-0,3%. (sumber: konsensus forecast – World Bank)
11,5 13,9 14,3
10,9 • Transmisi dampak akan lebih dalam lagi, mengingat Tiongkok merupakan Patner Utama dalam
1,7 perdagangan, investasi, dan pariwisata di Indonesia.
1,5
Negara Tujuan Ekspor Indonesia PMA di Indonesia
2002 2003 2018 2019 Nilai Eksp. Share
No Negara Peringkat Nilai PMA
(Bio USD) (%) Negara Porsi (%)
Ranking dunia 2019 (Miliar USD)
Ranking dunia
AS : 1 Tiongkok : 6 AS : 1 Tiongkok : 2 1 Tiongkok 27.9 16.7
1 Singapura 6,5 23,0
2 Japan 15.9 9.5 2 R.R. Tiongkok 4,7 16,7
3 USA 17.7 10.6 3 Jepang 4,3 15,2
Ekspor Tiongkok dan AS ke Dunia (Miliar USD) 4 Hongkong, RRT 2,9 10,3
Negara Asal Impor Indonesia
2.494
Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Indonesia
AS China Nilai Imp. Share
No Negara
(Bio USD) (%)
1.666
Peringkat Negara 2019 Share (%)
1 Tiongkok 44.9 26.3
1 Malaysia 3,0 18,51
725 2 Singapore 17.3 10.1 2 China 2,1 12,86
438
3 Japan 15.6 9.2 3 Singapura 1,9 12,01
2003 2018

Porsi Ekspor thd Dunia 2003 2018


UPDATE (26 Febr, 07.45 WIB): Novel Corona Virus (COVID-19)
AS 9.7% 8.6% COVID-19 telah menyebar ke 41 Negara, dengan jumlah 80.429 kasus terinfeksi dan
Tiongkok 5.9% 12.9% 2.712 kematian: 2.664 orang di RRT, 48 orang di Luar RRT.
28
KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
Peningkatan Investasi Tahun 2019

• Sepanjang 2019, investasi mencapai Rp 809,6 triliun Realisasi Investasi 2015 – 2019
atau meningkat 12,24% dari tahun sebelumnya Rp (Rp Triliun)
721,3 triliun. 809,6
692,8 721,3
• Terdiri dari PMDN sebesar Rp 386,5 triliun (125,4% dari 545,4
612,8
423,1
target Rp 308,3 triliun) dan PMA sebesar Rp 423,1 388,3
430,5
triliun (87,5% dari target Rp 483,7 triliun). 396,5
366
• Investasi tersebut menyerap tenaga kerja Indonesia 333 386,5
179,4 216,3 262,3
sebesar 1,03 juta orang, atau meningkat 7,68 % dari
realisasi 2018 sebesar 0,96 juta orang. 2015 2016 2017 2018 2019
PMDN PMA

Penyerapan Tenaga Kerja Realisasi Investasi 2019 Menurut Sektor Investasi PMA Menurut Negara 2019
(Juta orang)
1,03 Usaha (Rp Triliun) Nilai PMA
Negara Porsi (%)
(Miliar USD)
Transportasi, Gudang dan
139,0 (17,2%) Singapura 6.5 23.0
Telekomunikasi
R.R. Tiongkok 4.7 16.7
Listrik, Gas dan Air 126,0 (15,6%)
0,96 Jepang 4.3 15.2
Perumahan, Kawasan Industri,
dan Perkantoran
71,1 (8,8%) Hongkong, RRT 2.9 10.3
Industri Logam Dasar, Barang Belanda 2.6 9.2
61,6 (7,6%)
Logam, bukan Mesin dan…
Lainnya 7.2 25.5
2018 2019 Pertambangan 59,5 (7,4%)
Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja
Sumber: BKPM, 2020 “Ekonomi Unggul, Indonesia Maju” 29
29
29
KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
Indonesia Masih Menjadi Daya Tarik Investasi

The Economist: Indonesia rounds out the top five of Asian economies that IMF: Indonesia enjoys large investment relative to peers within the region
can look forward to increased investment spending (January 2019) 34,47
35,00 31,59 2018 2019e 2020e
China 58,3

Total Investment / GD (%)


34,69
India 48,7 30,00 31,81 27,04 26,57
25,01
Indonesia 48,1 25,00 23,63 28,05
Vietnam 39,8 26,17 25,98
24,56
Singapore 39,2 20,00
Thailand 38,5
15,00
Australia 36,4
Japan 36,4 10,00
Malaysia 34,2
5,00
Hong Kong 32,1 31,74 34,61 24,61 27,14 25,79 26,04
Philippines 31,9 0,00
South Korea 26,3 India Indonesia Malaysia Philippines Thailand Vietnam
Taiwan 25,2
Source: IMF World Economic Outlook, Database April 2019
Myanmar 22,5
Source: The Economist –Asia Business Outlook Survey 2018
US (1) 252
China (2) 139
JBIC: Among ASEAN countries, Indonesia is one of the most preferred Hongkong (3) (x) = 2017 ranking
116
place for business investment (November 2018) Singapore (5) 78
Netherlands (7) 70 2017
China 52,5 United… 64
46,2 Brazil (6) 2018
61
Thailand 37,1 Australia (8) 60
33,9 Spain (17) 44
Indonesia 30,4 India (9) 42
28,8 Canada (15) 40
Mexico 13,7 France (13) 37 UNCTAD: Indonesia is listed in the top 20
10,0 Mexico (12) 32 host economies based on FDI inflows,
Myanmar 8,6 Germany (11) 26
2017 and 2018 – Billion USD
8,4 Italy (16) 24
Germany 5,8 Israel (19) 22
5,6 Indonesia (18) 22
Korea Viet Nam (21) 16
5,1
Korea,… 14
4,4
Russia (14) 13
Russia 3,7 Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja
Source: JBIC –Outlook for Japanese Foreign Direct Investment (30th Annual Survey) “Ekonomi
Source: United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) – World Unggul, Indonesia
Investment Maju”
Report 2019 3030

Anda mungkin juga menyukai