Anda di halaman 1dari 8

Volume 7, Nomor 2, November 2021.

p-ISSN : 2460-9587
e-ISSN : 2614-7017
KONTRIBUSI PENGETAHUAN AWAL DAN MOTIVASI BELAJAR
TERHADAP MISKONSEPSI SISWA PADA PEMBELAJARAN FISIKA

Aloisius Harso1), Daniel Wolo1), Insar Damopolii2)


1)
Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Flores, Flores, Indonesia
2)
Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Papua, Papua Barat, Indonesia

Corresponding author: Aloisius Harso


E-mail: harsoalo4@gmail.com

Diterima 08 November 2021, Direvisi 18 November 2021, Disetujui 18 November 2021

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan (1) menganalisis kontribusi pengetahuan awal terhadap miskonsepsi siswa
dalam pelajaran fisika, (2) menganalisis kontribusi motivasi belajar terhadap miskonsepsi siswa dalam
pelajaran fisika, dan (3) menganalisis kontribusi pengetahuan awal dan motivasi belajar siswa terhadap
miskonsepsi yang dialami siswa dalam pelajaran fisika. Penelitian korelasional adalah jenis penelitian
yang dilakukan dalam riset ini. Total 222 siswa SMA kelas X pada semester genap tahun 2019/2020 di
Kecamatan Nangapanda adalah populasi pada penelitian ini. Total 85 sampel siswa dipilih secara teknik
acak proposional (Propotional random sampling). Data riset dikumpulkan melalui tes pemahaman
konsep fisika untuk mengkalkulasikan pengetahuan awal dan miskonsepsi, dan motivasi belajar
dikumpulkan melalui kuisioner motivasi belajar. Data yang dianalisis regersi dalam penelitian ini adalah
pengetahuan awal, motivasi dan miskonsepsi fisika siswa. Hasil penelitian menunjukkan (1) terdapat
kontribusi pengetahuan awal terhadap miskonsepsi sebesar 54.6% (p<0.05), (2) terdapat kontribusi
motivasi belajar terhadap miskonsepsi sebesar 58.7% (p< 0.05), dan (3) terdapat kontribusi
pengetahuan awal dan motivasi belajar terhadap miskonsepsi sebesar 68.5% (p<0.05). Kesimpulan
penelitian ini adalah terdapat kontribusi pengetahuan awal dan motivasi terhadap miskonsepsi siswa
dalam pembelajaran fisika.

Kata kunci: Pengetahuan awal; Motivasi; Miskonsepsi; Pembelajaran fisika

ABSTRACT
This study aims (1) to analyze the contribution of prior knowledge to students' misconceptions in physics,
(2) to analyze the contribution of learning motivation to students' misconceptions in physics, and (3) to
analyze the contribution of prior knowledge and students' motivation to misconceptions experienced by
students in physics learning. Correlational research is the type of research conducted in this research.
A total of 222 class X high school students in the even semester of 2019/2020 in Nangapanda District
are the population in this study. A total of 85 students were selected as the sample by using the
proportional random sampling technique. Research data were collected through a physics concept
understanding test to calculate prior knowledge and misconceptions, and learning motivation was
collected through a learning motivation questionnaire. The data analyzed by regression in this study
were students' prior knowledge, motivation, and physics misconceptions. The results showed (1) there
was a 54.6% contribution of prior knowledge to misconceptions (p<0.05), (2) there was a 58.7%
contribution of learning motivation to misconceptions (p<0.05), and (3) there was a contribution of prior
knowledge and learning motivation. against misconceptions by 68.5% (p<0.05). This study concludes
that prior knowledge and motivation contribute to students' misconceptions in physics learning.

Keywords: Prior knowledge; Motivation; Misconception; Physics learning

PENDAHULUAN akan tercapai melalui proses belajar. Kegiatan


Perkembangan ilmu pengetahuan dan belajar ialah usaha yang dilakukan seseorang
teknologi telah membawa dunia ke era industri dan berdampak pada suatu perubahan tingkah
4.0. Era yang mampu memberikan peluang lakunya secara keseluruhan, perubahan
sekaligus tantangan bagi umat manusia. Agar pengetahuan dan sikap sebagai hasil
era ini menjadi peluang bagi generasi baru pengalamannya orang itu dalam berinteraksi
maka perlu dibekali dengan berbagai dengan lingkungannya (Slameto, 2003).
pengetahuan dan keterampilan. Proses Hasil belajar yang dicapai oleh siswa
pematangan pengetahuan dan keterampilan Indonesia hingga saat ini secara umum belum

ORBITA. Jurnal Hasil Kajian, Inovasi, dan Aplikasi Pendidikan Fisika


351
Volume 7, Nomor 2, November 2021.
p-ISSN : 2460-9587
e-ISSN : 2614-7017
optimal. Indonesia menduduki peringkat 71 dari 2019). Lebih lanjut miskonsepsi selain terjadi
129 negara berdasarkan data yang dihimpun pada siswa, guru juga mengalami miskonsepsi
oleh United Nation Educational, Scientific, and serta ditemukan dalam buku teks fisika
Cultural Organization (UNESCO) yang dirilis (Suparno, 2013).
pada November tahun 2008. Data hasil Survey Penyebab miskonsepsi bersumber dari
Trend International Mathematics ScienceStudi dalam diri siswa itu sendiri misalnnya besarnya
2007 menginformasikan bahwa kemampuan motivasi dan pengetahuan awal dimiliki
IPA siswa berada pada peringkatke 41 dari 48 (Turkmen & Usta, 2007). Memperoleh informasi
negara (TIMSS, 2007). Upaya yang dilakukan dan membangun atau mengkonstruk
pemerintah Republik Indonesia untuk pengetahuan baru dilakukan secara aktif oleh
meningkatkan kualitas pendidikan yang ada di siswa dalam segala usia dengan penerapan
Indonesia yakni melalui proses pembaharuan berbagai pembelajaran (Chan, Septia, Febrianti,
kurikulum pendidikan, memberikan berbagai & Desnita, 2021; Dahar, 2011). Pengetahuan
jenis pelatihan pada guru-guru, peningkatkan tersebut timbul sebagai akibat adanya interaksi
sarana dan prasarana di sekolah-sekolah, serta dengan lingkungan sekitar. Lebih lanjut
berbagai program lainnya untuk peningkatan Suparno, (2013) menyatakan bahwa konsep
kemampuan keprofesionalan guru. Namun atau pengetahuan awal siswa tentang sebuah
dalam mengatasi masalah mutu pendidikan di materi pelajaran sebenarnya telah ia miliki
Indonesia usaha-usaha tersebut belum optimal. sebelum belajar pada kelas formal, tetapi
Khusus bidang Sains, penyebab utama pengetahuan awal siswa ini kebanyakan
rendahnya hasil belajar yang dicapai oleh siswa mengandung miskonsepsi.
adalah kondisi pembelajaran yang kurang Menurut Duit, (1996), merubah konsep
memperhatikan prakonsepsi yang dimiliki siswa yang dimiliki siswa harus memperhatikan empat
dan berdampak pada timbulnya miskonsepsi kondisi, yaitu a) adanya ketidakpuasan dengan
(Bhure, Welu, See, & Ota, 2021; Nurmaya, gagasan yang ada, b) konsep yang baru harus
Susilawati, Zuhdi, & Hikmawati, 2021; Ruto, dapat dimengerti, c) konsep harus terlihat
Mema, Nduru, & Ota, 2021; Sadia, 1997). Para masuk akal, d) konsep yang baru harus penuh
ahli mendefinisikan miskonsepsi yakni “strongly dengan keberhasilan. Siswa biasanya tidak
held cognitive structures that are different from mampu dan menolak untuk merubah konsep
the accepted understanding in a field and that yang telah mereka miliki, karena siswa lebih
are presumed to interfere with the acquisition of tertarik dengan konsep mereka dan gagal
the knowledge” (Hammer, 1996); suatu menemukan keuntungan dari konsep yang baru
pandangan yang naif yang tidak bisa diterima tersebut. Perubahan konseptual ini sangat
secara ilmiah (Brown, 1992), keyakinan- tergantung oleh besarnya motivasi siswa untuk
keyakinan yang tidak diterima menurut metode belajar. Artinya, diperlukan motivasi yang tinggi
ilmiah (Eryilmaz, 2002), pemahaman yang untuk mendukung perubahan konsepsi siswa
salah (Perkins & Simmons, 1988), pengetahuan agar miskonsepsi tidak terjadi secara terus
intuisi (Vosniadou, Ioannides, Dimitrakopoulou, menerus. Siswa akan memiliki energi yang
& Papademetriou, 2001), kerangka berpikir banyak untuk memulai dan melakukan
alternatif (Carey, Evans, Honda, Jay, & Unger, kehgiatan belajar jika ia memiliki motivasi yang
1989). kuat untuk belajar (Avila & Genio, 2020;
Dari telaah beberapa literatur Kurniawan, Damopolii, & Sirait, 2021; Yurida,
menunjukan bahwa semua siswa telah Damopolii, & Erari, 2021). Ini berarti kurangnya
mengalami miskonsepsi baik pada jenjang SD, motivasi belajar siswa sangat berdampak
SMP, SMA bahkan hingga pada level proses belajarnya, sehingga peluang siswa
perguruan tinggi. Dalam ilmu Fisika hampir untuk mengalami miskonsepsi menjadi lebih
semua pokok bahasan terjadi miskonsepsi besar.
yakni mekanika, termodinamika, optik, teori Hasil belajar siswa akan baik dan
relativitas, fisika kuantum dan astronomi optimal kareanya adanya pengetahuan awal.
(Kuczmann, 2017), gaya dan gerak (Eryilmaz, Pengetahuan awal memegang peranan untuk
2002), dinamis (Harso, 2018), optika geometris membangun secara optimal pemahaman siswa
(Saputri & Nurussaniah, 2015), kinematika terhadap suatu objek yang mereka pelajari.
gerak (Sutrisno, 2019) dan banyak materi fisika Proses pembelajaran akan berjalan lancar jika
lainnya yang ada diajarkan di sekolah. siswa memiliki pengetahuan awal yang cocok
Umumnya, sumber penyebab munculnya dengan pengetahuan baru yang dipatkan dalam
miskonsepsi siswa adalah buku referensi; cara pembelajaran. Sebaliknya, ketidaksesuaian
komunikasi guru saat menginformasikan pengetahuan awal yang dimiliki siswa dengan
materi; orang tua siswa, kelompok belajar pengetahuan yang baru ia peroleh, maka
siswa; budaya siswa; media, eksperimen terjadilah miskonsepsi yang menyebabkan
pribadi siswa (Patil, Chavan, & Khandagale, hambatan dalam pembelajaran (Santyasa,

ORBITA. Jurnal Hasil Kajian, Inovasi, dan Aplikasi Pendidikan Fisika


352
Volume 7, Nomor 2, November 2021.
p-ISSN : 2460-9587
e-ISSN : 2614-7017
2012). Disini dapat dikatakan bahwa METODE PENELITIAN
miskonsepsi masih ditemukan pada Jenis penelitian yang digunakan adalah
pengetahuan awal siswa. Diperlukan sebuah penelitian korelasional, dimana peneliti
penelitian untuk mengkaji bagaimana bermaksud untuk mengungkap derajat
pengetahuan awal ini berkontribusi terhadap keterhubungan antar variabel. Populasi dalam
besarnya miskonsepsi siswa, khususnya pada penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA
pembelajaran fisika. di Kecamatan Nangapandayakni SMA Negeri 1
Selain itu, miskonsepsi bisa terjadi Nangapanda, SMAS Karya Nangapanda dan
karena ketidakhadiran siswa dalam mengikuti MAS Al IklasAnaraja. Jumlah populasi dalam
pelajaran di kelas secara kontinu. Karena ada penelitian ini adalah 222 orang. Sampel dipilih
konsep-konsep yang terlewatkan padahal dengan menggunakan teknik “Proporsional
konsep-konsep tersebut ada keterkaitannya random sampling”. Secara keseluruhan jumlah
dengan materi selanjutnya. Tidak ada upaya sampel yang digunakan adalah 85 orang.
untuk belajar secara mandiri atau berdiskusi Data yang dikumpulkan dalam
dengan teman yang sudah memahami konsep penelitian ini adalah data pengetahuan awal,
tersebut. Bila ada waktu untuk berkumpul motivasi belajar, dan miskonsepsi. Untuk
dengan teman, aktifitas yang sering dilakukan mengumpulkan data pengetahuan awal dan
adalah bermain bersama teman-temannya, miskonsepsi siswa, digunakan tes yang sama
bermain dengan permainan elektronik, yaitu tes pemahaman konsep fisika yang
menonton televisi dan lainnya (Turkmen & Usta, disusun oleh penulis sendiri. Beberapa cara
2007). Miskonsepsi siswa dapat direduksi yang digunakan untuk menggali miskonsepsi
melalui pemberian motivasi, karena dengan siswa adalah pemberian soal open-ended, soal
memotivasi siswa maka mereka akan pilihan ganda, tes diagnotik bertingkat, tes
merespon konsepsi ilmiah yang terbentuk. mengambar. Tes hubungan kata, tes
Motivasi secara umum didefinisikan perubahan konseptual, inventaris konsep dan
sebagai gaya, rangsangan, atau pengaruh yang tes diagnostik secara daring (Patil et al., 2019).
menyebabkan seseorang untuk bertindak atau Pokok bahasan yang digunakan
merespon (Baransano, Yohanita, & Damopolii, sebagai sumber penyusunan instrument
2017; Raiman, Liu, & Wolo, 2021; Yenilmez & pemahaman konsep adalah listrik dinamis
Cemrek, 2008). Bila seseorang tidak memiliki dengan jumlah soal yang disusun sebanyak 30
motivasi belajar maka konsep-konsep baru soal. Dipilihnya pokok bahasan ini karena hasil
yang diperoleh dari aktifitas pembelajaran belajar yang dicapai siswa sangat rendah.
terbentuk akan sulit diterima karena konsep- Sedangkan data motivasi belajar dikumpulkan
konsep lama yang sudah terbentuk dalam diri dengan menggunakan kuisioner motivasi yang
yang bersumber dari aktivitas sehari-hari, maka diadaptasi dari Glynn & Koballa, (2006).
miskonsepsi akan terbentuk. Motivasi sebagai Instrument motivasi belajar dikembangan dari
kekuatan mental dan sebagai penggerak indikator “(1) hasrat dan keinginan berhasil (2)
belajar harus terus ditumbuh kembangkan pada Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar
siswa secara kontinyu sehingga hasil belajar (3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan
yang dicapai sangat memuaskan dan (4) Adanya penghargaan dalam belajar (5)
miskonsepsi siswa menjadi nihil. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar
Miskonsepsi atau kesalahan konsep dan (6) Adanya lingkungan belajar yang
siswa pada pembelajaran fisika jika dibiarkan kondusif” (Uno, 2021). Dari 6 indikator Motivasi
akan berefek lanjut pada level pendidikan siswa Belajar siswa, penulis kembangkan kedalam 30
berikutnya (Fakhruddin, Azizahwati, & Rahmi, pernyataan.
2012). Prakonsepsi, proses pembelajaran guru Sebelum instrument tes pemahaman
yang memtoivasi siswa belajar turut memegang konsep digunakan, dilakukan terlebih dahulu uji
peran dalam mempengaruhi perubahan validitas dan realibilitas. Validitas isi dan butir
miskonsepsi siswa (Yuliati, 2017). Analisis adalah uji validitas yang telah dilakukan.
kontribusi pengetahuan awal dan motivasi Validitas isi dilakukan oleh ahli dan dianalisis
belajar terhadap perubahan miskonsepsi siswa menggunakan formula Gregory (Gregory, 2000).
perlu dilakukan. Penelitian ini bertujuan (1) Hasil analisis uji validitasisi/konten untuk aspek
menganalisis kontribusi pengetahuan awal pemahaman konsep fisika sebesar 0,880 yang
terhadap miskonsepsi siswa dalam pelajaran berarti kategori sangat tinggi. Sedangkan
fisika, (2) menganalisis kontribusi motivasi validitas isi untuk aspek motivasi belajar
belajar terhadap miskonsepsi siswa dalam sebesar 1 berarti kategori sangat tinggi. Untuk
pelajaran fisika, dan (3) menganalisis kontribusi uji validitas butir, kedua instrument
pengetahuan awal dan motivasi siswa terhadap menggunakan uji product moment (rxy) dan
miskonsepsi yang dialaminya dalam pelajaran dianalisis menggunakan bantuan program IBM
fisika. SPSS 20 for windows. Hasil analisis

ORBITA. Jurnal Hasil Kajian, Inovasi, dan Aplikasi Pendidikan Fisika


353
Volume 7, Nomor 2, November 2021.
p-ISSN : 2460-9587
e-ISSN : 2614-7017
menunjukanbahwa10 item yang direvisi dengan kontribusi motivasi belajar terhadap
indeks validitas berada pada rentang dari r = miskonsepsi yang dialami siswa kelas X
0,18 sampai dengan r = 0,28, 20 item yang valid semester genap SMA di Kecamatan
dengan indeks validitas berada pada rentang Nangapanda. 3). Secara Bersama-sama
dari r = 0,30 sampai dengan r = 0,64. Untuk terdapat kontribusi pengetahuan awal dan
aspek motivasi belajar diperoleh 30 item yang motivasi belajar terhadap miskonsepsi yang
konsisten dengan indeks validitas bergerak dari dialami siswa kelas X semester genap SMA di
r = 0,34 sampai dengan r = 0,62. Sedangkan Kecamatan Nangapanda.
untuk realibilitas butir, kedua instrument diuji Sebanyak tiga hipotesis yang diajukan
menggunkan koefisien Alpha Cronbach yang dalam penelitian ini. Untuk menguji ketiga
dianalisis dengan bantuan program SPSS 20.0 hipotesis digunakan uji F melalui analisis
for Windows. Hasil analisis menunjukan (1) regresi. Pengujian antar subjek yang
Data pemahaman konsep fisika diperoleh didasarkan terhadap angka signifikansi dari
koefisien reliabilitas = 0,805 berkualifikasi nilai statistik yang diperoleh. Angka signifikansi
sangat tinggi. (2) Data motivasi belajar (p) < 0,05 mengindikasikan H0 ditolak sehingga
diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,921 terdapat kontribusi variabel bebas terhadap
berkualifikasi sangat tinggi. variabel terikat. Taraf signifikansi 5% sebagai
Sesuai rumusan masalah yang ada dasar pengujian hipotesis.
maka data dianalisis menggunakan analisis
jalur untuk mengetahui kontribusi antara HASIL DAN PEMBAHASAN
pengetahuan awal dan motivasi belajar Penelitian ini telah berhasil
terhadap miskonsepsi fisika siswa. Untuk menemukan data tentang kontibusi
menguji hipotesis penelitian akan digunakan uji pengetahuan awal dan motivasi belajar
F melalui teknik regresi. terhadap miskonsepsi. Tabel 1 adalah deskripsi
Dalam penelitian ini diajukan tiga data miskonsepsi, pengetahuan awal dan
hipotesis yakni 1) terdapat kontribusi motivasi belajar siswa. Tabel 2 adalah hasil
pengetahuan awal terhadap miskonsepsi siswa pengujian normalitas data penelitian. Tabel 3
dalam pelajaran fisika kelas X semester genap adalah hasil analisis regresi.
Kecamatan Nangapanda 2). bahwa terdapat

Tabel 1. Deskripsi Data Miskonsepsi, Pengetahuan Awal dan Motivasi Belajar


Variabel N Minimum Maximum Mean SD
Miskonsepsi 85 1.00 15.00 8.27 3.242
Pengetahuan Awal 85 19.00 45.00 32.40 6.501
Motivasi Belajar 85 68.00 141.00 110.52 13.500

Tabel 1 menunjukkan capaian skor adalah sebesar 110.52, dan skor rata-rata
masing masing variabel. Berdasarkan data miskonsepsi yang dialami pada masing-masing
hasil uji pemahaman konsep fisika yang sekolah adalah sebesar 8.27. Fakta ini
dilakukan di awal materi pembelajaran dan mengindikasikan bahwa pengetahuan awal
selesai pembelajaran serta hasil kuisioner siswa terhadap pelajaran fisika di di Kecamatan
motivasi yang dilakukan di 3 SMA di Nangapanda adalah tergolong sedang,
Kecamatan Nangapanda yaitu SMA Negeri 1 motivasi belajar siswa terhadap pelajaran fisika
Nangapanda, SMAS Karya Nangapanda, dan Kecamatan Nangapanda adalah tergolong
MAS Al Ikhlas Anaraja, ternyata skor rata-rata tinggi, dan miskonsepsi yang dialami siswa
pengetahuan awal pada masing-masing terhadap pelajaran fisika di Kecamatan
sekolah adalah sebesar 32.4, skor rata-rata Nangapanda adalah tergolong dalam kategori
motivasi belajar pada masing-masing sekolah sedang.
Tabel 2. Uji Normalitas Data
Variabel N SD Z P
Pengetahuan awal terhadap miskonsepsi 85 2.184 0.656 0.752
Motivasi belajar terhadap miskonsepsi 85 2.084 1.036 0.782
Pengetahuan awal dan motivasi belajar terhadap miskonsepsi 85 1.820 0.675 0.234

Tabel 1 menjelaskan bahwa data hasil motivasi belajar terhadap miskonsepsi memiliki
penelitian adalah normal. Ketiga data yaitu distribusi normal. Hal ini terlihat dari Nilai P >
pengetahuan awal terhadap miskonsepsi, 0.05. Data temuan selanjutnya dapat dianalisis
motivasi belajar terhadap miskonsepsi, dan regresi. Tabel 3 menghadirkan hasil analisis
secara Bersama-sama pengetahuan awal dan regresi.

ORBITA. Jurnal Hasil Kajian, Inovasi, dan Aplikasi Pendidikan Fisika


354
Volume 7, Nomor 2, November 2021.
p-ISSN : 2460-9587
e-ISSN : 2614-7017
Tabel 3. Hasil Analisis Regresi
Koefisien
Koefisien
Variabel Persamaan Regresi P Determinasi
Korelasi (R)
(R2)
Pengetahuan
awal terhadap Y = 20.209 – 0.368 (X1) 0.000 0.739 0.546
miskonsepsi
Motivasi belajar
terhadap Y = 28.596 – 0.184 (X2) 0.00 0.766 0.587
miskonsepsi
Pengetahuan
awal dan
Y = 28.075 – 0.207 (X1) – 0.119
motivasi belajar 0.00 0.828 0.685
(X2)
terhadap
miskonsepsi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Hasil analisis sumbangan efektif


kontribusi pengetahuan awal terhadap pengetahuan awal terhadap miskonsepsi
miskonsepsi sebesar 54.6% (R2 = 0.546). sebesar 54.6%, artinya pengetahuan awal
Hubungan antara pengetahuan awal terhadap mampu menjelaskan miskonsepsi sebesar
miskonsepsi adalah sangat kuat, itu 54.6%. Sumbangan efektif motivasi belajar
diindikasikan dengan R = 0.739. Persamaan terhadap miskonsepsi sebesar 58.7%, artinya
regresi menunjukkan bahwa setiap kenaikan motivasi belajar mampu menjelaskan
satu poin pengetahuan awal, maka akan miskonsepsi sebesar 58.7%. Sumbangan
menurunkan miskonsepsi sebesar 0.368. efektif pengetahuan awal dan motivasi belajar
temuan ini mengindikasikan bahwa semakin terhadap miskonsepsi sebesar 68.5%, artinya
baik pengetahuan awal siswa, maka terjadinya pengetahuan awal dan motivasi belajar mampu
miskonsepsi siswa akan semakin kecil. menjelaskan miskonsepsi sebesar 68.5%.
Temuan tentang kontribusi motivasi belajar Meskipun pengetahuan awal dan
terhadap miskonsepsi menunjukkan bahwa motivasi belajar sangat berpengaruhi terhadap
motivasi memiliki sumbangsi sebesar 58.7% miskonsepsi siswa, namun belum secara
(R2 = 0.587). Lebih dari setengah miskonsepsi optimal dapat menjamin rendahnya
siswa dipengaruhi oleh motivasi belajar siswa. miskonsepsi yang dialami siswa.
Kekuatan hubungan antara kedua variabel ini Ketidaksesuaian pembekajaran yang dilakukan
adalah sangat kuat yaitu 0.766. Dari oleh guru diduga sebagai salah satu faktor
persamaan regresi yang ada mengungkap penyebab miskonsepsi. Pembelajaran yang
bahwa setiap kenaikan satu poin motivasi tidak sesuai dan pengabaian terhadap
belajar siswa, maka akan mengurangi pengetahuan awal yang dimiliki siswa
miskonsepsi siswa terharap materi pelajaran menyebabkan pembentukan pengetahuan baru
sebesar 0.184. Secara bersama-sama variabel terganggu. Konflik kognitif terjadi ketika
Pengetahuan awal dan motivasi belajar penerimaa informasi baru karena pengetahuan
memiliki kontribusi terhadap miskonsepsi siswa. awal diabaikan. Efek dari pengabaian konflik
Besar kontribusinya adalah sebesar 68.5% kognitif menyebabkan miskonsepsi siswa.
(R2= 0.685). Namun konflik kognitif yang dikontrol misalnya
Temuan dalam penelitian ini konsisten pemberian pembelajaran berbasis konflik
dengan hasil-hasil penelitian sebelumnya, kognitif menyebakan penuruna miskonsepsi
seperti yang dilakukan oleh (Yuliati, 2017) dan (Adnyani, Sadia, & Natajaya, 2013; Handhika,
Repi, (2006), menemukan bahwa pengetahuan Kurniadi, & Muda, 2014). Motivasi belajar yang
awal berdampak signifikan terhadap tinggi dapat menumbuhkan dorongan untuk
miskonsepsi siswa. Turkmen & Usta, (2007), belajar, sehingga terbina keinginan dalam diri
mengungkapkan bahwa motivasi belajar untuk selalu mencari dan memperoleh
menjadi penyebab tinggi rendahnya informasi yang akurat dan benar.
miskonsepsi yang dialami siswa. Temuan Implikasi temuan penelitian ini adalah
dalam penelitian ini juga sejalan dengan hasil pembelajaran fisika dapat memberikan hasil
penelitian Santyasa, (2004) yang belajar yang optimal jika siswa tidak lagi
mengungkapkan bahwa pengetahuan awal, memiliki miskonsepsi. Menghilangkan
persepsi siswa terhadap pesan pembelajaran, miskonsepsi yang dialami siswa didasarkan
dan motivasi berprestasi siswa berhubungan pada paradigma konstruktivisme. Pengetahuan
secara positif dan signifikan dengan hasil awal siswa merupakan sebagai kerangka dasar
belajar. untuk membentuk pengetahuan baru setelah

ORBITA. Jurnal Hasil Kajian, Inovasi, dan Aplikasi Pendidikan Fisika


355
Volume 7, Nomor 2, November 2021.
p-ISSN : 2460-9587
e-ISSN : 2614-7017
melalui proses belajar. Karena itulah SIMPULAN DAN SARAN
pengetahuan awal siswa harus diperhatikan Berdasarkan hasil penelitian dapat
pada saat pembelajaran. Karena dengan dikemukakan tiga buah simpulan sebagai
mengetahui pengetahuan awal siswa, guru berikut: 1) Terdapat kontribusi pengetahuan
dapat memilih teknik-teknik yang baik untuk awal terhadap miskonsepsi yang dialami siswa
mengubah konsepsi awal siswa yang masih kelas X SMA di Kecamatan Nangapanda
bersifat miskonsepsi. Santyasa, (2004) sebesar 54.6% (p < 0.05), 2), terdapat
mengungkapkan bahwa motivasi intrinsik para kontribusi motivasi belajar terhadap
siswa berkembang karena pengetahuan awal miskonsepsi yang dialami siswa kelas X SMA
siswa. Artinya, pengetahuan mendukung dikecamatan Nangapanda sebesar 58.7% (p <
meningkatnta motivasi siswa untuk dapat 0.05), 3) Terdapat kontribusi pengetahuan awal
berprestasi. dan motivasi belajar terhadap miskonsepsi
Motivasi belajar siswa dapat dijadikan yang dialami siswa kelas X SMA di Kecamatan
bahan pertimbangan dalam merencanakan, Nangapanda sebesar 68.5% (p < 0.05).
mendesain dan melaksanakan pembelajaran. Saran untuk penelitian lanjutan adalah
Menurut Sardiman, (2005) “Motivation is an dapat meneliti tentang penggunaan
essensial condition of learning”, artinya pembelajaran yang dapat menumbuhkan
motivasi sangat diperlukan dalam aktivitas motivasi siswa untuk belajar fisika dan
belajar. Hasil belajar mencapai hasil optimal pembelajaran yang dapat mengubah
jika siswa memiliki motivasi yang tinggi. Makin pengetahuan awal siswa menjadi pengetahuan
besar motivasi memberikan keberhasilan yang baru yang benar sehingga dapat
belajar yang besar pula. Pengetahuan awal dan mereduksi miskonsepsi siswa.
motivasi belajar adalah dua unsur lingkungan
belajar konstruktivis yang dapat dijadikan DAFTAR RUJUKAN
pedoman untuk menyusun model Adnyani, N. W., Sadia, I. W., & Natajaya, I. W.
pembelajaran yang mampu meminimalisasi (2013). Pengaruh strategi
miskonsepsi siswa. Pembelajaran berbasis pembelajaran konflik kognitif terhadap
kebutuhan siswa perlu diterapkan untuk penurunan miskonsepsi fisika ditinjau
memotivasi siswa (Andersson & Palm, 2018). dari gaya kognitif siswa kelas X di SMa
Beberapa strategi yang digunakan Negeri 1 Berandem. Jurnal
untuk menurunkan miskonsepsi siswa adalah Administrasi Pendidikan Indonesia,
memilih model pembelajaran yang berbasis 4(1), 1–11.
student center seperti menggunakan model https://doi.org/10.23887/japi.v4i1.956
pembelajaran problem solving (Suparno, 2013), Andersson, C., & Palm, T. (2018). Reasons for
model pembelajaran inquiry training (Lelasari, teachers’ successful development of a
Yohanita, & Damopolii, 2021; Mandasari, Iwan, formative assessment practice through
& Damopolii, 2021; Sani & Aulia, 2018), strategi professional development--a
perubahan konseptual, (Chavan & Patankar, motivation perspective. Assessment in
2016; Eryilmaz, 2002; Suparno, 2013), Metode Education: Principles, Policy & Practice,
peta konsep (Chavan & Patankar, 2016; Patil et 25(6), 576–597.
al., 2019; Suparno, 2013), konsep kartun https://doi.org/10.1080/0969594X.2018
(Chavan & Patankar, 2016), teknik bermain .1430685
peran; pendekatan saintifik, metode mind map, Avila, E. C., & Genio, A. M. G. J. (2020).
wawancaran diagnosis, Briging analogi, dan Motivation and learning strategies of
simulasi computer diskusi kelompok, education students in online learning
pembelajaran kooperatif dibantu animasi during pandemic. Psychology and
(Bahtiar, Kafrawi, & Yeni, 2020; Suparno, 2013). Education Journal, 57(9), 1608–1614.
Adanya kontribusi pengetahuan awal https://doi.org/https://doi.org/10.17762/
dan motivasi terhadap miskonsepsi siswa, pae.v57i9.506
maka dalam pembelajaran harus dapat Bahtiar, B., Kafrawi, M., & Yeni, S. (2020).
memperhatikan kedua variable ini untuk Pengaruh model pembelajaran
mengurangi miskonsepsi siswa. rancangan kooperatif tipe stad menggunakan
pembelajaran yang baik akan mengubah media film animasi terhadap motivasi
pengetahuan awal siswa yang mengandung dan hasil belajar siswa di MTs. Al-
miskonsepsi menjadi pengetahuan yang baru Intishor Sekarbela. ORBITA: Jurnal
yang benar. Hasil riset ini bermanfaat sebagai Kajian, Inovasi Dan Aplikasi Pendidikan
data awal untuk merencanakan pembelajaran Fisika, 6(2), 207.
selanjutnya dalam pembelajaran fisika. https://doi.org/10.31764/orbita.v6i2.28
76
Baransano, A. Y., Yohanita, A. M., & Damopolii,

ORBITA. Jurnal Hasil Kajian, Inovasi, dan Aplikasi Pendidikan Fisika


356
Volume 7, Nomor 2, November 2021.
p-ISSN : 2460-9587
e-ISSN : 2614-7017
I. (2017). Penerapan model regarding force and motion. Journal of
pembelajaran picture and picture untuk Research in Science Teaching, 39(10),
meningkatkan hasil belajar biologi 1001–1015.
siswa kelas XI IPA SMA YABT https://doi.org/10.1002/tea.10054
Manokwari. Prosiding Seminar Fakhruddin, F., Azizahwati, A., & Rahmi, Y.
Nasional MIPA II Universitas Papua (2012). Analisis penyebab miskonsepsi
Tahun 2017, 273–280. Jakarta: Sinar siswa pada pelajaran fisika di kelas XII
Grafika. SMA/MA Kota Duri. Jurnal Pendidikan
Bhure, M., Welu, F., See, S., & Ota, M. K. Matematika, 3(1), 87–98.
(2021). The effort to enhance pupils https://doi.org/10.36709/jpm.v3i1.1988
cognitive learning achievement using Glynn, S. M., & Koballa, T. R. J. (2006).
contextual teaching and learning Motivation to learn in college science.
approach. Journal of Research in In J. J. Mintzes & W. H. Leonard (Eds.),
Instructional, 1(1), 13–22. Handbook of College Science Teaching
https://doi.org/10.30862/jri.v1i1.3 (pp. 25–32). Arlington, VA: National
Brown, D. E. (1992). Using examples and Science Teachers Association Press.
analogies to remediate misconceptions Gregory, R. J. (2000). Psycologycal testing,
in physics: Factors influencing history, principles, and applications.
conceptual change. Journal of Boston: Allyn &Bacon, Inc.
Research in Science Teaching, 29(1), Hammer, D. (1996). More than misconceptions:
17–34. Multiple perspectives on student
https://doi.org/10.1002/tea.366029010 knowledge and reasoning, and an
4 appropriate role for education research.
Carey, S., Evans, R., Honda, M., Jay, E., & American Journal of Physics, 64(10),
Unger, C. (1989). ‘An experiment is 1316–1325.
when you try it and see if it works’: a https://doi.org/10.1119/1.18376
study of grade 7 students’ Handhika, J., Kurniadi, E., & Muda, I. (2014).
understanding of the construction of Pengembangan media pembelajaran
scientific knowledge. International bermuatan konflik kognitif untuk
Journal of Science Education, 11(5), mengurangi dugaan miskonsepsi pada
514–529. matakuliah fisika dasar. Jurnal Materi
https://doi.org/10.1080/095006989011 Dan Pembelajaran Fisika (JMPF), 4(2),
0504 8–13.
Chan, M. I. H., Septia, E. A., Febrianti, K., & Harso, A. (2018). Profil miskonsepsi siswa
Desnita, D. (2021). Efektivitas model dalam pembelajaran fisika kelas X SMA
pembelajaran terhadap peningkatan Se-kecamatan Nangapanda. OPTIKA:
pemahaman konsep fisika siswa SMA: Jurnal Pendidikan Fisika, 2(1), 38–43.
Meta-analisis. ORBITA: Jurnal Kajian, Kuczmann, I. (2017). The structure of
Inovasi Dan Aplikasi Pendidikan Fisika, knowledge and students’
7(2), 238–245. misconceptions in physics. AIP
https://doi.org/10.31764/orbita.v7i2.57 Conference Proceedings, 050001.
14 https://doi.org/10.1063/1.5017454
Chavan, R., & Patankar, D. P. (2016). Kurniawan, R. P., Damopolii, I., & Sirait, S. H. K.
Constructivist strategies for (2021). The correlation between
minimization of science misconceptions biology teacher learning strategies
among school students. during the COVID-19 pandemic on
Interdisciplinary National Conference student motivation. In AECON (pp.
on Researches and Experiments in 299–305).
Constructivist Pedagogy, 1–7. Lelasari, T., Yohanita, A. M., & Damopolii, I.
Kolhapur. (2021). Effect of inquiry science
Dahar, R. W. (2011). Teori-teori belajar dan learning on students’ metacognitive
pembelajaran. Jakarta: Erlangga. skill. Journal of Research in
Duit, R. (1996). Preconception & misconception. Instructional, 1(1), 53–60.
In International Encyclopedia of https://doi.org/10.30862/jri.v1i1.12
Developmental and Instructional Mandasari, F., Iwan, I., & Damopolii, I. (2021).
Psychology. Pergamon. The relationship between science
Eryilmaz, A. (2002). Effects of conceptual process skills and biology learning
assignments and conceptual change outcome. Journal of Research in
discussions on students’ Instructional, 1(1), 23–32.
misconceptions and achievement https://doi.org/10.30862/jri.v1i1.9

ORBITA. Jurnal Hasil Kajian, Inovasi, dan Aplikasi Pendidikan Fisika


357
Volume 7, Nomor 2, November 2021.
p-ISSN : 2460-9587
e-ISSN : 2614-7017
Nurmaya, Y., Susilawati, S., Zuhdi, M., & Dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja,
Hikmawati, H. (2021). Pengembangan 36(3), 40–58.
perangkat pembelajaran model inkuiri Santyasa, I. W. (2012). Pembelajaran Inovatif.
terbimbing pada materi alat-alat optik Seri buku buku ajar perguruan tinggi.
untuk meningkatkan penguasaan Singaraja: Undiksha Press.
konsep fisika. ORBITA: Jurnal Kajian, Saputri, D. F., & Nurussaniah, N. (2015).
Inovasi Dan Aplikasi Pendidikan Fisika, Penyebab miskonsepsi pada optika
7(1), 147. geometris. Prosiding Seminar Nasional
https://doi.org/10.31764/orbita.v7i1.38 Fisika (E-Journal) SNF2015, 4, 33–36.
35 Sardiman. (2005). Interaksi & Motivasi Belajar
Patil, S. J., Chavan, R. L., & Khandagale, V. S. Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo
(2019). Identification of misconceptions Persada.
in science: Tools, techniques & skills for Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor
teachers. Aarhat Multidisciplinary yang Mempengaruhinya. Jakarta:
International Education Research Rineka Cipta.
Journal (AMIERJ), 8(2), 466–472. Suparno, P. (2013). Miskonsepsi dan
Perkins, D. N., & Simmons, R. (1988). Patterns perubahan konsep dalam pendidikan
of misunderstanding: An integrative fisika. Jakarta: Gramedia Widiasarana
model for science, math, and Indonesia.
programming. Review of Educational Sutrisno, A. D. (2019). Survey pemahaman
Research, 58(3), 303–326. konsep dan identifikasi miskonsepsi
https://doi.org/10.3102/003465430580 siswa SMA pada materi kinematika
03303 gerak. WaPFi (Wahana Pendidikan
Raiman, M., Liu, A. N. A. M., & Wolo, D. (2021). Fisika), 4(1), 106.
Investigation of students’ motivation to https://doi.org/10.17509/wapfi.v4i1.157
learn science while studying from home 96
during a pandemic. Journal of Turkmen, H., & Usta, E. (2007). The role of
Research in Instructional, 1(1), 33–42. learning cycle approach overcoming
https://doi.org/10.30862/jri.v1i1.10 misconceptions in science. Kastamonu
Repi, R. A. (2006). Profil kemampuan awal dan Education Journal, 15(2), 491–500.
miskonsepsi IPA biologi siswa SMA Se- Uno, H. B. (2021). Teori motivasi dan
Kota Manado. Jurnal Pendidikan pengukurannya: Analisis di bidang
Matematika Dan Sains, 1(1), 1–47. pendidikan. Bumi Aksara.
Ruto, R., Mema, A., Nduru, M. P., & Ota, M. K. Vosniadou, S., Ioannides, C., Dimitrakopoulou,
(2021). Contextual teaching and A., & Papademetriou, E. (2001).
learning approach in social science: its Designing learning environments to
role to encourage pupils’ cognitive promote conceptual change in science.
learning achievement. Journal of Learning and Instruction, 11(4–5), 381–
Research in Instructional, 1(1), 43–52. 419. https://doi.org/10.1016/S0959-
https://doi.org/10.30862/jri.v1i1.11 4752(00)00038-4
Sadia, I. W. (1997). Efektifitas strategi konflik Yenilmez, K., & Cemrek, F. (2008). Teaching
kognitif dalam mengubah miskonsepsi motivation of the students in secondary
siswa (Suatu studi kuasi eksperimental teacher training schools in Turkeyez, K
dalam pembelajaran konsep energi, & F. Cemrek. International Journal of
usaha, dan gaya di SMU N 1 Singaraja). Environmental & Science Education,
Singaraja. 3(2), 82–88.
Sani, R. A., & Aulia, R. (2018). Upaya Yuliati, Y. (2017). Miskonespsi siswa pada
mengatasi miskonsepsi siswa dengan pembelaran IPA dan Remediasinya.
menggunakan model pembelajaran Jurnal Bio Educatio, 2(2), 50–58.
inquiry training pada materi pokok https://doi.org/10.31949/be.v2i2.1197
momentum dan impuls di kelas X SMA Yurida, Y., Damopolii, I., & Erari, S. S. (2021).
Negeri 3 Binjai T.P 2017/2018. Jurnal Hubungan antara kreativitas guru
Ikatan Alumni Fisika Universitas Negeri dengan motivasi belajar sains siswa
Medan, 4(3), 16–21. selama pandemic COVID-19. Prosiding
https://doi.org/doi.org/10.24114/jiaf.v4i SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan
3.10913 Biologi Dan Saintek), 146–152.
Santyasa, I. W. (2004). Pengaruh model konflik
kognitif dan model siklus belajar untuk
memperbaiki miskonsepsi siswa dalam
pembelajaran fisika. Jurnal Pendidikan

ORBITA. Jurnal Hasil Kajian, Inovasi, dan Aplikasi Pendidikan Fisika


358

Anda mungkin juga menyukai