Anda di halaman 1dari 14

A.

Pengertian
Ureterolithiasis adalah kalkulus atau batu di dalam ureter.Batu ureter pada
umumnya berasal dari batu ginjal yang turun ke ureter. Batu ureter mungkin
dapat lewat sampai ke kandung kemih dan kemudian keluar bersama kemih.
Batu ureter juga bisa sampai ke kandung kemih dan kemudian berupa nidus
menjadi batu kandung yang besar. Batu juga tetap bisa tinggal di ureter sambil
menyumbat dan menyebabkan obstruksi kronik dengan hidroureter yang
mungkin asimtomatik. Tidak jarang hematuria yang didahului oleh serangan
kolik (R. Samsuhidajat, 2011).

B. Klasifikasi
Berikut ini beberapa klasifikasi batu saluran kemih (Sjamsuhidajat, 2011):
a. Batu Kalsium
Kalsium adalah jenis batu yang paling banyak menyebabkan BSK yaitu
sekitar 70%-80% dari seluruh kasus BSK. Batu ini kadang-kadang di
jumpai dalam bentuk murni atau juga bisa dalam bentuk campuran,
misalnya dengan batu kalsium oksalat, batu kalsium fosfat atau campuran
dari kedua unsur tersebut.
b. Batu Asam Urat
Lebih kurang 5-10% penderita BSK dengan komposisi asam urat. Pasien
biasanya berusia > 60 tahun. Orang dengan kegemukan, peminum alkohol,
dan diet tinggi protein mempunyai peluang lebih besar menderita penyakit
BSK, karena keadaan tersebut dapat meningkatkan ekskresi asam urat
sehingga pH air kemih menjadi rendah. Ukuran batu asam urat bervariasi
mulai dari ukuran kecil sampai ukuran besar sehingga membentuk staghorn
(tanduk rusa).
c. Batu Struvit
Batu struvit disebut juga batu infeksi, karena terbentuknya batu ini
disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih.Ditemukan sekitar 15- 20%
pada penderita BSK Batu struvit lebih sering terjadi pada wanita daripada
laki-laki.
d. Batu Sistin
Batu Sistin terjadi pada saat kehamilan, disebabkan karena gangguan
ginjal. Merupakan batu yang paling jarang dijumpai dengan frekuensi
kejadian 1-2%

C. Etiologi
Faktor yang mempengaruhi pembentukan batu ureter, yaitu:
a. Genetik
Anggota keluarga penderita batu urin lebih banyak kemungkinan menderita
penyakit yang sama dibanding dengan keluarga bukan penderita batu urin.
Lebih kurang 30% sampai 40% penderita batu kalsium oksalat mempunyai
riwayat famili yang positif menderita batu.
b. Jenis Kelamin
Pria lebih banyak menderita batu saluran kemih dibanding wanita (3-4:1).
Disebabkan oleh anatomis saluran kemih pada laki-laki lebih panjang
dibandingkan perempuan, secara alamiah didalam air kemih laki-laki kadar
kalsium lebih tinggi dibanding perempuan. Dan pada air kemih perempuan
kadar sitrat (inhibitor) lebih tinggi, laki-laki memiliki hormon testosteron
yang dapat meningkatkan produksi oksalat endogen di hati, serta adanya
hormon estrogen pada perempuan mampu mencegah agregasi garam
kalsium.
c. Pekerjaan
Kejadian batu kemih lebih banyak terjadi pada orang-orang yang banyak
duduk dalam melakukan pekerjaannya.
d. Air
Banyak minum air meningkatkan diuresis sehingga mencegah
pembentukan batu. Kurang minum dapat mengurangi diuresis, kadar
substansi dalam urin meningkat, mempermudah pembentukan batu.
e. Diet
Konsumsi makanan tinggi protein yang akan meningkatkan resiko
terjadinya batu. Konsumsi makanan tinggi protein yang berlebihan dan
garam atau antasida yang mengandung kalsium, produk susu, makananan
yang mengandung oksalat (misalnya teh, kopi instan, coklat, kacang-
kacang, bayam), vitamin C, atau vitamin D akan meningkatkan
pembentukan batu kalsium. Pemakaian vitamin D akan meningkatkan
absobsi kalsium diusus dan tubulus ginjal sehingga dapat menyebabkan
hiperkalsemia dan penumpukan kalsium di ginjal dan untuk konsumsi
vitamin D ini harus digunakan dengan perawatan. Makan makanan dan
minuman yang mengandung purin yang berlebihan (kerangkerangan,
anggur) akan menyebabkan pembentukan batu asam urat Makanan
makanan yang banyak mengandung serat dan protein nabati mengurangi
resiko batu urin, sebaliknya makanan yang mengandung lemak dan protein
hewani akan meningkatkan resiko batu urin.
f. Infeksi
Hampir terbentuknya batu jenis struvit didahului oleh infeksi saluran kemih
yang disebabkan oleh bakteri pemecah urea, namun jenis batu lain tidak
jelas apakah batu sebagai penyebab infeksi atau infeksi sebagai penyebab
batu.
g. Obat-obatan
Penggunaan obat anti hipertensi (Dyazide) berhubungan dengan
peningkatan frekuensi batu urin, begitu juga penggunaan antasida yang
mengandung silica berhubungan dengan perkembangan batu silica.
(Pramod. 2009)

D. Manifestasi Klinis
a. Nyeri
Batu yang berada di ureter dapat menyebabkan nyeri yang luar biasa, akut
dan kolik. Nyeri ini dapat menjalar hingga ke perut bagian depan, perut
sebelah bawah, daerah inguinal, dan sampai ke kemaluan. Penderita sering
ingin merasa berkemih, namun hanya sedikit urine yang keluar, dan
biasanya air kemih disertai dengan darah, maka penderita tersebut
mengalami kolik ureter
b. Hematuri
Penderita sering mengeluh hematuria atau urin berwarna seperti teh.
Namun lebih kurang 10-15% penderita batu saluran kemih tidak menderita
hematuria.
c. Infeksi
Biasanya dengan gejala-gejala menggigil, demam, nyeri pinggang, nausea
serta muntah dan disuria. Secara umum infeksi pada batu struvit (batu
infeksi) berhubungan dengan infeksi dari Proteus sp, Pseudomonas sp,
Klebsiella sp, dan jarang dengan E.colli.
d. Demam
Hubungan batu urin dengan demam adalah merupakan kedaruratan medik
relatif. Tanda-tanda klinik sepsis adalah Demam akibat obstruksi saluran
kemih.
e. Mual dan Muntah
Obstruksi saluran kemih bagian atas (ginjal dan ureter) seringkali
menyebabkan mual dan muntah
(Sjamsuhidajat, 2011)

E. Patofisiologi
Komposisi batu saluran kemih yang dapat ditemukan adalah dari jenis
urat, asam urat, oksalat, fosfat, sistin, dan xantin. Batu oksalat kalsium
kebanyakan merupakan batu idiopatik. Batu campuran oksalat kalsium dan
fosfat biasanya juga idiopatik; di antaranya berkaitan dengan sindrom alkali
atau kelebihan vitamin D. Batu fosfat dan kalsium (hidroksiapatit) kadang
disebabkan hiperkalsiuria (tanpa hiperkalsemia). Batu fosfat amonium
magnesium didapatkan pada infeksi kronik yang disebabkan bakteria yang
menghasilkan urease sehingga urin menjadi alkali karena pemecahan ureum.
Batu asam urin disebabkan hiperuremia pada artritis urika. Batu urat pada anak
terbentuk karena pH urin rendah (R. Sjamsuhidajat, 1998 Hal. 1027). Pada
kebanyakan penderita batu kemih tidak ditemukan penyebab yang jelas. Faktor
predisposisi berupa stasis, infeksi, dan benda asing. Infeksi, stasis, dan litiasis
merupakan faktor yang saling memperkuat sehingga terbentuk lingkaran setan
atau sirkulus visiosus. Jaringan abnormal atau mati seperti pada nekrosis papila
di ginjal dan benda asing mudah menjadi nidus dan inti batu. Demikian pula
telor sistosoma kadang berupa nidus batu (R. Sjamsuhidajat, 2011).
Pathway
Faktor Faktor
Intrinsik Ekstrinsik

Hereditair Umur Jenis Geografi Iklim dan Asupan Die Pekerjaan


Kelamin temperatur Air t

Terjadi Presipitasi
garam dalam urine

Terjadi pengendapan
yang berbentuk kristal-
kristal

Peningkatan
Obstruksi Batu Ginjal
distensi Abdomen

Pembedahan
Anoreksia
Tekanan Penurunan
Hidrostatik Reabsorbsi dan Mual
sekresi Turbulensi muntah Adanya Luka Insisi Hospitalisasi

Trauma
Gangguan Fungsi Output Inkontinuitas Kurang informasi
Ginjal berlebihan jaringan Kulit
Distensi pada
ginjal serta ureter Stessor pada
proksimal Ketidakefektifan nutrisi Keluarga
kurang dari kebutuhan tubuh Buffer Pertahanan
Terganggu
Pelepasan Ansietas
Mediator seni
(Bradikinin, Penurunan Perubahan Status Masuknya kuman
serotonin, produksi urine Kesehatan Patogen
Histamin)

Retensi Urine Kurang terpajan Resiko Infeksi


Nyeri Akut Informasi

Gangguan
Misintrepretasi
Kurang
Eliminasi urine
Pengetahuan
F. Penatalaksanan
a. Medikamentosa
Ditujukan untuk batu yang ukurannya < 5 mm, karena batu diharapkan
dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan bertujuan mengurangi nyeri,
memperlancar aliran urine dengan pemberian diuretikum, dan minum
banyak supaya dapat mendorong batu keluar.
b. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsi)
Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh
Caussy pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter
proksimal, atau batu buli-buli tanpa melalui tindakan invasif atau
pembiusan. Batu dipecah menjadi fragmen-fragmen kecil dengan
menggunakan gelombang kejut sehingga mudah dikeluarkan melalui
saluran kemih.
c. Endourologi
Tindakan Endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk
mengeluarkan batu saluran kemih yang terdiri atas memecah batu, dan
kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang
dimasukkan langsung ke dalam saluran kemih. Alat itu dimasukkan melalui
uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Proses pemecahan
batu dapat dilakukan secara mekanik, dengan memakai energi hidraulik,
energi gelombang suara, atau dengan energi laser.
d. Bedah Laparoskopi
Pembedahan laparoskopi untuk mengambil batu saluran kemih saat ini
sedang berkembang. Cara ini banyak dipakai untuk mengambil batu ureter.
e. Uroterolitotomi
Ureterolitotomi adalah suatu tindakan operasi yang bertujuan untuk
mengambil batu ureter baik ureter proksimal (atas) ataupun distal (bawah).
G. Pemeriksaan Fisik
1. Air kemih
 Mikroskopis endapan: sedimen urin yang menunjukkkan adanya
leukosituria, hematuria, kristal-kristal pembentuk batu.
 Makroskopis: didapatkan gross hematuri
 Biakan: menunjukkan adanya pertumbuhan kuman pemecah urea.
 Sensitivitas kuman.
2. Faal Ginjal
Pemeriksaan ureum dan kreatinin adalah untuk melihat fungsi ginjal baik
atau tidak. Pemeriksaan elektrolit untuk memeriksa factor penyebab
timbulnya batu antara lain kadar kalsium, oksalat, fosfat maupun urat di
dalam urin.
3. Radiologis
4. Foto polos perut (90% batu kemih radioopak)
5. Foto pielogram intravena (adanya efek obstruksi)
6. Ultrasonografi ginjal (Hidronefrosis)
7. Foto Kontras Khusus Retrograd dan perkerutan.
8. Analisis biokimia batu.
9. Pemeriksaan kelainan metabolik.
10. Pemeriksaan pH urin lebih dari 7,6
11. Pemeriksaan darah lengkap
H. Komplikasi
1) Obstruksi urine dapat terjadi di sebelah hulu dari batu dibagian mana saja
di saluran kemih. Obstruksi diatas kandung kemih dapat menyebabkan
hidroureter, yaitu ureter membengkak oleh urine. Hidoureter yang tidak
diatasi, atau obstruksi pada atau atas tempat ureter keluar dari ginjal dapat
menyebabkan hidronefrosis yaitu pembengkakan pelvis ginjal dan sistem
duktus pengumpul. Hidronefrosis dapat menyebabkan ginjal tidak dapat
memekatkan urine sehingga terjadi ketidakseimbangan elektrolit dan
cairan.
2) Obstruksi menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatistik intersium dan
dapat menyebabkan penurunan GFR. Obstruksi yang tidak diatasi dapat
menyebabkan kolapsnya nefron dan kapiler sehingga terjadi iskemia nefron
karena suplai darah terganggu. Akhirnya dapat terjadi gagal ginjal jika
kedua ginjal terserang.
3) Komplikasi batu saluran kemih biasanya obstruksi, infeksi sekunder, dan
iritasi yang berkepanjangan pada urothelium yang dapat menyebabkan
tumbuhnya keganasan yang sering berupa karsinoma epidermoid.
4) Sebagai akibat obstruksi, khususnya di ginjal atau ureter, dapat terjadi
hidronefrosis dan kemudian berlanjut dengan atau tanpa pionefrosis yang
berakhir dengan kegagalan faal ginjal yang terkena. Bila terjadi pada kedua
ginjal, akan timbul uremia karena gagal ginjal total. Hal yang sama dapat
juga terjadi akibat batu kandung kemih, lebih-lebih bila batu tersebut
membesar sehingga juga mengganggu aliran kemih dari kedua orifisium
ureter. Khusus pada batu uretra, dapat terjadi diverticulum uretra. Bila
obstruksi berlangsung lama, dapat terjadi ekstravasasi kemih dan
terbentuklah fistula yang terletak proksimal dari batu ureter (Corwin,
2009).

I. Masalah Keperawatan
 Nyeri akut
 Gangguan Eliminasi Urin
 Defisit pengetahuan
 Ansietas

J. Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi


keperawatan
1. Nyeri akut NOC NIC
 Pain level Pain management
 Pain control  Lakukan pengkjian nyeri secara kompratif
 Comfort level  Observasi reaksi nonverbal dari
Kriteria hasil ketidaknyamanan
 Mampu  Gunakan komunikasi terapeutik untuk
mengontrol nyeri mengetahui skala nyeri
 Melaporkan bahwa  Kaji kultur yang mempengaruhi respon
nyeri berkurang nyeri
dengan  Evaluasi kultur dan pengalaman nyeri
menggunakan  Bantu pasien dan keluarga mencari
manajemen nyeri dukungan
 Mampu mengenali  Kurangi faktor presipitasi nyeri
nyeri  Pilih dan lakukan penanganan non
 Menyatakan bahwa farmakologi dan farmakologi
rasa nyaman
 Ajarkan teknk non farmokologi
setelah nyeri
 Berikan analgetik untuk nyeri
berkurang
 Tingkatkan istirahat
 Kolaborasi dengan dokter jika nyeri tidak
teratasi
Analgesic administration
 Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas
dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
 Cek instruksi dokter tentang jenis obat,
dosisi dan frekuensi
 Cek riwayat elergi
 Pil analgesik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesik jika pemberian
lebih dari satu
 Monitor vital sign
 Berikan analgesik tepat waktu
 Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan
gejala
2. Gangguan NOC NIC
Eliminasi  Urinary Urinary retentional care
Urin elimination  lakukan penilaian kemih yang
 Urinary komperensif berfokus pada komprehansif
continuence  memantau penggunakan obat dengan
Kriteria hasil sifat antikolinergik
 kandung kemih  monitor dari efek obat-obatan diresepkan
kosong secara  merangsang reflek kandung kemih dngan
penuh dingin utnuk perut
 tidak ada residu  sediakan waktu yang cukup untuk
unrine > 100-200 mengosongkan kandung kemih
cc  menyediakn manuver crede yang
 intake cairan diperlukan
dalam rentang  gunakan dobele void teknik
normal
 masukkan kateter kemih
 bebas dari ISK
 anjurkan pasien dan keluarga untuk
 tidak ada spasme
merekap output urin
bladder
 instruksikan cara-cara untuk
 blance cairan
menghindari konstipasi
seimbang
 memantau asupan dn pengeluaran
 membantu dengan toilet secara berkala
 memasukkan pipa kedalam lubang tubuh
untuk sisa
 mnerapkan kateter intermiten
 merujuk ke spesialis kontinensia kemih
3. Defisit NOC NIC
pengetahuan  Knowledge : Treaching : Disease Prosess
disease process  Berikan penilaian tentang tingkat
 Knowledge : pengetahuan pasien tentang proses
health behahavior penyakit yang spesifik
Kriteriah hasil  Jelaskan patofisiologi dari penyakit yang
 Pasien dan spesifik
keluarga  Jelaskan patofisiologi penyakit
menyatakan  Gambarkan tanda gejala yang bisa
pemahaman muncul pada penyakit
tentang penyakit,  Identifikasi kemungkinan penyakit
kondisi, prognosis dengan cara yang tepat
dan program  Sediakan informasi anda mengenai
pengobatan kondisi dengan cara yang tepat
 Pasien dan  Diskusikan perubahan gaya hidup yang
keluarga mampu mungkin diperlukan untuk mencegah
melaksanakan komplikasi
prosedur yang  Ddiskusikan pemberian terapi atau
dijelaskan secara penanganan
benar  Dukung pasien untuk mengesplorasi
 Pasien dan dengan cara yang tepat
keluargaa mampu  Sediakan bagi keluarga dan pasien
menjelaskan tentang kemajuan pasien dengan cara
perawatan/ tim yang tepat.
kesehatan lainnya.  Rujuk pasien pada grub atau agensi di
komunitas lokal dengan carayang tepat
 Insttruksikan pasien mengenal tanda dan
gejala untuk melaporkan pada perawat.
4. Ansietas NOC NIC
 Anxiety self Anxiety Reduction
control  Gunakan pendekatan yang menekan
 Anxiety level  Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
 Coping pelaku pasien
Kriteria hasil  Jelaskan semua prosedur dan apa yang
 Klien mampu dirasakan selama prosedur
mengidentifikasi  Pahami prespektif pasien terhadap stuasi
dan strees
mengungkapkan  Temani pasien untuk memberikan
gejala cemas keamanan dan mengurangi takut
 Mengidentifikasi,  Dorong kluarga untuk menemani anak
mengungkapkan
 Lakukan back / neck rub
dan menunjukkan
 Dengarkan dengan penuh perhatian
teknik untuk
 Identifikasi tingkat kecemasan
mengontrol cemas
 Bantu pasien untuk mengungkapkan
 Vital sign dalam perasaan, ketakutan, persepsi
batas normal  Instruksi pasien menggunakan teknik
 Postur tubuh , relaksasi
ekpresi wajah,  Berikan obat untuk mengurangi
bahasa tubuh dan kecemasan
tingkat aktivitas
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan

DAFTAR PUSTAKA
Sjamsuhidajat, R. & Jong, Wim de. 2011. Buku Ajar Ilmu Bedah.
Jakarta: EGC
Susanne, C Smel zer. 2002. Keperawatan Medikal Bedah (Brunner
&Suddart) , Edisi VIII, Volume 2, Jakarta, EGC
Pramod PR, Barrieras DJ, Bagli DJ, et al. 2009. Initial experience with
endoscopic Holmium laser lithotripsy for pediatric urolithiasis. J Urol
162:1714-1716.
Wehle MJ, Segura JW. In : Belman AB., Eds. 2002. Clinical pediatric
urology. Martin Dunitz.:1241.
Basuki B. Purnomo. 2000. Dasar-Dasar Urologi. Malang, Fakultas
kedokteran Brawijaya
Franzoni DF, Decter RM. 2009. Percutaneous vesicolithotomy: an
alternative to open bladder surgery in patients with an impassable or
surgically ablated urethra. J Urol;162:777-778.
Doenges E. Marilynn. 2000 Rencana Asuhan keperawatan : Pedoman
Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Jakarta.
EGC

Anda mungkin juga menyukai