ABDEWALRI RAMBE
G1D018043
iI
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTEK
Oleh :
Abdewalri Rambe
G1D018043
Menyetujui,
Dosen Pembimbing Kerja Praktek
Faisal Hadi,S.T,M.T
NIP. 197707132002121005
iI
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktek di
PT. Mega Power Mandiri – PLTA Lebong. Kerja praktek ini sangat memberikan
manfaat yang besar khususnya bagi mahasiswa, sehingga dapat memperoleh
pengetahuan lebih di lapangan dibandingan saat di bangku kuliah. Hal tersebut
terlihat saat disiplin ilmu yang telah diperoleh dan diterapkan di lapangan.
Di dalam pelaksanaan kegiatan kerja praktek dan penyusunan laporan ini,
penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa
kesempatan, bimbingan dan petunjuk-petunjuk yang diperlukan dalam usaha
penyelesaian laporan kerja praktek ini. Sehubungan dengan itu pada kesempatan
ini, penulis menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Allah SWT atas nikmat yang luar biasa yang telah diberikan kepada saya,
sehingga dapat menyelesaikan kerja praktek ini dalam keadaan yang sehat
dan tanpa kekurangan apapun.
2. Kedua orang tua dan saudara-saudara saya tercinta yang telah memberikan
do’a dan support yang besar untuk menyelesaikan semua tugas dengan
baik.
3. Ibuk Ika Novia Anggraini, S.T., M.Eng., selaku Koordinator Program
Studi Teknik Elektro Universitas Bengkulu.
4. Bapak Faisal Hadi, S.T., M.T., selaku Dosen pembimbing Kerja Praktek.
5. Bapak/Ibu Dosen dan staf pengajar dan tata usaha Program Studi Teknik
Elektro Universitas Bengkulu.
6. Bapak Yoga selaku Pembimbing Lapangan yang telah memberikan ilmu
dan pengalaman dalam bekerja dan para pegawai pemeliharaan yang tidak
dapat di sebutkan satu persatu terimakasih atas bimbingannya.
7. Seluruh Pegawai PT. Mega Power Mandiri – PLTA Lebong.
8. Untuk Jumwina yang selalu memberikan semangat dan dukungannya.
9. Untuk kawan-kawan KP PT. Mega Power Mandiri, Fikri Al Fahmi, Aldo
Pernando, Ade Okta Malia, Wahyu Berkhe Bestari, terimakasih atas
Kerjasama nya selama KP semangat untuk target selanjutnya.
iiI
10. Seluruh mahasiswa Teknik Elektro, terutama angkatan 2018 yang telah
memberikan dukungannya.
Akhir kata tak ada gading yang tak retak, karena keterbatasan waktu dan
kemampuan, penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan Laporan ini masih
terdapat banyak kekurangan maupun kesalahan. Untuk itu penyusunan membuka
diri atas segala kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempuranaan
laporan ini. Semoga Laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Abdewalri Rambe
NPM. G1D01804
iiI
ABSTRAK
PT. Mega Power Mandiri merupakan salah satu PLTA yang berada di Kabupaten
Lebong, Provinsi Bengkulu di Indonesia dengan memanfaatkan energi potensial
air kemudian digunakan untuk menggerakkan turbin yang dihubungkan dengan
rotor generator. Pada sistem pengaturan tegangan generator, eksitasi memegang
peranan penting dalam mengendalikan kestabilan suatu pembangkit karena
apabila terjadi fluktuasi beban maka eksitasi sebagai pengendali akan berfungsi
mengontrol keluaran generator seperti tegangan, arus dan faktor daya dengan cara
mengatur kembali besaran-besaran input guna mencapai titik keseimbangan baru.
Sistem eksitasi generator untuk seluruh unit pada PT. Mega Power Mandiri
menggunakan sistem eksitasi jenis brushless excitation. Eksitasi jenis brushless
excitation merupakan eksitasi tanpa sikat akan tetapi memanfaatkan keluaran
generator yang kemudian digunakan sebagai eksitasinya kembali. Daya pada
generator memiliki tiga macam, yaitu daya aktif (MW) dan daya reaktif (MVAR)
dan hasil dari kedua daya tersebut adalah daya total/daya semu (MVA). Data ini
diambil dari Data Operasi Harian Turbine Hydro PT. Mega Power Mandiri unit 3.
Nilai faktor daya tertinggi dihasilkan pada saat nilai daya reaktif 0,6 Mvar dengan
nilai faktor dayanya sebesar 0,995 Cos φ sedangkan nilai faktor daya terendah
dihasilkan pada saat daya reaktif meningkat dengan nilai 0,6 Mvar dengan nilai
faktor daya 0,98 Cos φ. Semakin kecil nilai daya reaktif maka akan menghasilkan
faktor daya yang semakin besar. Nilai tegangan generator bernilai 6,3 KV
menghasilkan arus eksitasi sebesar 3,3 A sedangkan pada saat terjadi penurunan
tegangan generator dengan nilai 6,2 KV menghasilkan arus eksitasi sebesar 3,8 A.
Saat terjadinya kenaikan tegangan generator maka arus eksitasi kembali menurun
AVR akan berkeja untuk menaikan arus eksitasi untuk mendapatkan nilai
tegangan generator yang lebih baik.
iv
Daftar Isi
LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................................................ii
ABSTRAK........................................................................................................................................iv
Daftar Isi............................................................................................................................................v
1.2 Tujuan......................................................................................................................................1
3.2 Turbin.......................................................................................................................................2
3.3 Generator..................................................................................................................................2
3.6 Eksitasi...................................................................................................................................14
v
3.7 AVR (Automatic Voltage Regulator)....................................................................................19
4.2 Prinsip Kerja System Eksitasi Generator Di Unit 3 PT. Mega Power Mandiri....................22
5.1 Kesimpulan............................................................................................................................35
5.2 Saran.......................................................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................36
vi
Daftar Gambar
vii
Daftar Tabel
viii
Daftar Lampiran
ix
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Mengetahui system kerja eksitasi pada generator unit 3 PT. Mega Power
Mandiri – PLTA Lebong.
2. Mengetahui pengaruh arus eksitasi terhadap nilai factor daya di unit 3 PT.
Mega Power Mandiri – PLTA Lebong.
1
BAB 2
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
2
Gambar 2.2 Struktur Organisasi Perusahaan
1
dari 6,3 kV ke 20 kV. Masing – masing output trafo yang sudah dinaikan lalu
disalurkan pada bus dan selanjutnya disalurkan ke beberapa pengaman pemutus
seperti PMT dan Disconnecting Switch (DS) kemudian disalurkan ke jaringan
transmisi ke gardu induk untuk didistrbusikan.
1
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
2
tertentu agar mendapatkan energi potensial yang diinginkan. Pada PT. Mega
Power Mandiri memiliki beberapa area yang sangat penting diantaranya :
1. Bendungan PLTA
Bendungan PLTA adalah tempat dimana air sungai ditampung dan di
alirkan ke pembangkit. Berikut area bendungan dapat dilihat pada Gambar 3.1
2. Intake DAM
Intake merupakan pintu masuknya air dari bendungan menuju ke saluran
penghantar. Selain sebagai pintu masuk, intake juga sekaligus menjadi filter air
sebelum masuk ke saluran penghantar. Berikut intake DAM yang berada pada
area PT. Mega Power Madiri yang dapat dilihat pada Gambar 3.2
3
3. Saluran Penghantar
Saluran pengahantar adalah area atau tempat menyalurkan air dari
bendungan ke penstock. Berikut saluran penghantar pada PT. Mega Power
Mandiri dapat dilihat pada Gambar 3.3
4. Headphone
Headphone merupakan area penyaringan sampah atau kotoran –
kotoran sebelum masuk ke penstock. Berikut merupakan area headphone
dapat dalihat pada Gambar 3.4
1
5. Penstock
Penstock merupakan saluran pipa air yang menuju ke turbin dan di
dalam pipa ini juga tekanan air naik. Berikut merupakan area penstock
pada PT. Mega Power Mandiri dapat dilihat pada Gambar 3.5
6. Power House
Power house merupakan tempat bangunan dimana semua mesin
dan peralatan pembangkit tenaga listrik berada di dalamnya. Berikut
merupakan area power house PT. Mega Power Mandiri dapat dilihat pada
Gambar 3.6
(a) (b)
1
(c)
Gambar 3.6 Area Power House (a) Unit 4, (b) Unit 3, (c) Unit 2
2
7. Ruang Kontol Utama
Ruang kontrol merupakan ruang dimana panel – panel kontrol
untuk mengontrol semua unit dan untuk mengontrol pendistribusian.
Berikut area ruang kontrol pada PT. Mega Power Mandiri dapat dilihat
pada Gambar 3.7
8. Trailrace
Trailrace merupakan saluran pembuangan air yang telah melewati
yang selanjutnya kembali dialirkan ke sungai. Berikut Trailrace dapat
dilihat pada Gambar 3.8
1
Gambar 3.8 Trailrace
3.2 Turbin
Turbin merupakan alat untuk merubah energi kinetik menjadi energi putar,
yang kemudian tenaga putar ini ditransmisikan melalui poros vertikal generator
yang terpasang seporos diatas turbin. Sedangkan turbin sendiri dikontrol dengan
Governor Hydrolik. PT. Mega Power Mandiri sendiri menggunakan jenis turbin
China untuk keempat unit operasinya. Turbin China merupakan turbin dengan
kontruksi air mengalir ke runner dengan arah radial dan keluar dengan arah aksial,
perubahan arah terjadi ketika melewati runner yaitu saat pengoperasian seperti
pada Gambar 3.9
3.3 Generator
Generator adalah suatu alat yang dapat mengubah tenaga mekanik menjadi
energi listrik. Tenaga mekanik bisa berasal dari panas, air, uap, dll. Energi listrik
yang dihasilkan oleh generator bisa berupa listrik AC (listrik bolak-balik) maupun
DC (listrik searah). Hal tersebut tegantung dari konstruksi generator yang dipakai
oleh pembangkit tenaga listrik. Generator berhubungan erat dengan hukum
Faraday. Berikut hasil dari hukum Faraday “ bahwa apabila sepotong kawat
penghantar listrik berada dalam medan magnet berubah-ubah, maka dalam kawat
tersebut akan terbentuk Gaya Gerak Listrik ”.
2
Gaya Gerak Listrik (GGL), Bila sebatang logam panjang berada di
dalam medan listrik,(Eo), maka akan menyebabkan elektron bebas akan
bergerak ke kiri yang akhirnya akan menimbulkan medan listrik induksi
yang sama kuat dengan medan listrik, sehingga kuat medan total menjadi
nol. Dalam hal ini, potensial kedua ujung logam menjadi sama besar dan
aliran elektron akan berhenti, maka kedua ujung logam terdapat muatan
induksi [2].
Agar aliran elektron bebas berjalan terus maka harus muatan
induksi ini terus diambil, sehingga pada logam tidak timbul medan listrik
induksi. Sumber GGL misalkan pada baterai, dapat membuat beda
potensial kedua ujung logam harganya tetap, sehingga aliran elektron tetap
berjalan. Selanjutnya sumber ggl atau sering disebut sumber tegangan, bila
dihubungkan dengan perumusan medan listrik, dapat dilakukan melalui
hubungan kerja.
3
yang sama dengan kecepatan putar rotor. Karena kecepatan putaran medan
magnet sama dengan kecepatan putaran rotor generator, maka generator sinkron
ini akan menghasilkan energi listrik bolak balik (AC). Hubungan antara kecepatan
putar dengan frekuensi ditunjukkan pada persamaan di bawah ini:
120 . f (3.1)
n=
p
4
( sumber : akhdanazizan.com)
Pada gambar 3.10 prinsip kerja generator yaitu prinsip kerja alternator
menerapkan prinsip pembangkitan listrik berdasarkan induksi. Menurut hukum
faraday, apabila kumparan berputar di dalam medan magnet atau sebaliknya
medan magnet berputar di dalam kumparan, maka pada ujung-ujung kumparan
tersebut akan timbul gaya gerak listrik (GGL) atau timbul tegangan. Besar
tegangan yang diinduksikan pada kumparan medan sangat bergantung pada
panjang penghantar dalam kumparan medan, kecepatan putaran dan kuat medan
magnet.
Suatu mesin listrik akan bekerja apabila memiliki kumparan medan yang
berfungsi untuk menghasilkan medan magnet dan kumparan jangkar untuk
menghasilkan ggl induksi pada konduktor yang terdapat pada medan jangkar,
serta celah udara yang berfungsi untuk memungkinkan berputarnya jangkar dalam
medan magnet.
Secara umum prinsip kerja dari generator sinkron adalah apabila
kumparan medan yang terdapat pada rotor dihubungkan dengan sumber eksitasi
yang akan mensuplai arus searah (DC) terhadap kumparan medan, maka dengan
adanya arus searah yang mengalir melalui kumparan medan akan menimbulkan
fluks. Penggerak mula (prime mover) yang sudah terkopel dengan rotor generator
segera dioperasikan, sehingga rotor akan berputar dengan kecepatan tertentu
sesuai dengan jumlah putaran yang diharapkan. Perputaran dari rotor generator
tersebut akan sekaligus memutar medan magnet yang dihasilkan oleh kumparan
medan rotor. Medan putar yang terdapat pada rotor tersebut, selajutnya akan
diinduksikan pada kumparan jangkar, sehingga kumparan jangkar yang terdapat
pada stator generator akan menghasilkan fluks magnetik yang berubah-ubah
nilainya setiap waktu. Adanya perubahan fluks yang terdapat suatu kumparan
medan akan menimbulkan ggl induksi pada ujung kumparan medan tersebut.
5
listrik. Kapasitas generator pembangkitan di Indonesia sangat bervariasi, karena
pembangunannya disesuaikan dengan kebutuhan energi yang harus dilayani.
Konstruksi generator sinkron semuanya menggunakan medan magnet putar stator.
Hal ini bertujuan untuk memudahkan penyambungan (connection) energi listrik
keluar generator, karena titik terminal penyambungannya terdapat pada stator
generator. Berikut dapat dilihat konstruksi generator sinkron pada Gambar 3.11
6
Ada dua jenis generator sinkron yaitu yang menggunakan sikat
(brush) dan tanpa menggunakan sikat (brushless). Sikat pada generator
sinkron berguna sebagai saklar putar untuk mengalirkan arus searah ke
kumparan medan. Namun daya yang dihasilkan dengan menggunakan
sikat pada generator ini sangat terbatas tidak sebesar seperti daya yang
dihasilkan oleh generator yang menggunakan sistem brushless.
Penggunaan sikat pada generator dengan daya yang besar dapat
menimbulkan losses yang besar dan loncatan api yang dapat
menimbulkan kebakaran pada sistem pembangkit tersebut.
b. Slip Ring
Slip ring berfungsi untuk mengaliri arus searah menuju medan
magnet pada rotor. Slip ring ini terbuat dari bahan yang kuat dan tahan
terhadap panas sehingga Slip ring ini mampu mengaliri arus ke rotor
generator dengan baik. Kemudian Slip ring dipasangkan pada terminal
kumparan rotor dan dihubungkan ke sumber arus searah menggunakan
sikat (brush).
c. Kumparan Medan
Kumparan medan merupakan tempat terjadinya medan magnet
pada generator. Kumparan medan terbuat dari tembaga berlapiskan
perak yang dibuat dengan rapi. Kumparan ini berfungsi untuk
menghasilkan medan magnet pada rotor yang mendapat sumber dari
eksitasi.
d. Poros Motor
Poros rotor adalah sebagai tempat untuk meletakkan kumparan
medan, dimana pada poros rotor generator tersebut berbentuk slot-slot
secara paralel terhadap poros rotor.
Pada dasarnya rotor generator sinkron adalah sebuah
elektromagnet yang besar, dimana kutub medan magnet pada rotor
generator sinkron berupa salient pole (kutub menonjol) dan non-salient
pole (kutub tak menonjol).
a) Silent Pole (Kutub Menonjol)
7
Pada jenis salient pole, kutub magnet menonjol keluar dari
permukaan rotor. Belitan-belitan medannya dihubung seri. Ketika belitan
medan ini disuplai oleh eksiter, maka kutub yang berdekatan akan
membentuk kutub berlawanan. Salient pole mempunyai jumlah kutub
yang banyak, hal ini ditandai dimana salient pole memiliki diameter yang
besar dan panjang serta memiliki sumbu pendek.
Pada umumnya rotor salient pole (kutub menonjol) digunakan pada
generator sinkron dengan kecepatan putaran yang rendah dan sedang (120-
400 rpm). Generator sinkron menggunakan rotor salient pole seperti ini
biasanya dikopel oleh mesin diesel atau turbin air pada sistem pembangkit
listrik. Rotor salient pole sangat bagus untuk digunakan pada putaran
rendah dan sedang, hal ini dikarenakan apabila digunakan pada kecepatan
yang tinggi rotor ini dapat menimbulkan rugi-rugi yang besar,
menimbulkan suara bising dan tidak cukup kuat untuk menahan tekanan
mekanis apabila diputar dengan kecepatan tinggi.
b) Non-Salient Pole Rotor (Rotor Kutub Silinder)
Pada jenis non-salient pole, rotor jenis ini terbuat dari plat baja
yang berbentuk silinder dimana kontruksi medan magnetnya rata dengan
permukaan rotor generator sinkron. Belitan medannya dipasang pada alur-
alur sisi luar dan terhubung seri yang mendapatkan pasokan listrik yang
terhubung dengan exciter. Konstruksi dari rotor non-salient pole adalah
dengan memberikan keseimbangan mekanis yang lebih baik dibandingkan
rotor salient pole karena rugi-ruginya lebih kecil. Jenis non salient pole
dapat dilihat pada Gambar 3.12.
8
Gambar 3.12 Non-Salient Pole Rotor
(sumber : docplayer.com)
9
Gambar 3.13 Konstruksi Generator
(sumber : 123dok.com)
10
Slot (alur) dan gigi adalah tempat konduktor berada yang letaknya
pada bagian dalam sepanjang keliling stator. Pada Slot (alur) dan gigi
terdapat tiga bentuk yaitu, slot terbuka, slot setengah terbuka dan slot
tertutup. Jenis slot dan gigi dapat dilihat pada Gambar 3.14.
11
berjudul “Fundamentals and Advancements in Generator Synchronizing Systems
(March 2012)” diantaranya yaitu:
1. Tegangan alternator harus sama dengan tegangan system
Pada saat tegangan sinusoidal memiliki nilai sama baik tegangan
yang ada pada jaringan maupun yang dibangkitkan dari generator sinkron.
Saat proses sinkronisasi perbedaan tegangan generator sangat sensitif
terhadap pembebanan. Pengaturan generator sinkron dapat dilakukan
dengan cara penurunan arus eksitasi yang masuk pada kumparan medan
(field winding) generator. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi
kerusakan pada aspek mekanis generator. Perbedaan tegangan akan
menimbulkan loncatan bunga api sehingga dapat merusak transformator.
Pada saat proses paralel generator, tegangan pada generator lebih besar
dibandingkan tegangan pada jaringan. Oleh karena itu maka generator
akan menerima lonjakan beban lagging (induktif) yang apabila dalam
jumlah yang besar dapat menimbulkan panas pada belitan stator.
2. Frekuensi harus sama dengan frekuensi system
Sebelum proses sinkronisasi dilakukan, generator harus diputar,
sehingga frekuensi tegangan output sama dengan frekuensi sistem. Namun
untuk memastikan fungsi kerja mesin tersebut adalah sebagai generator,
maka sebelum proses sinkronisasi, frekuensi dinaikkan sedikit diatas
frekuensi sistem. Namun yang perlu diketahui, bahwa semakin besar
perbedaan frekuensi maka semakin besar hentakan mekanis yang akan
diterima generator. Untuk mencegah terjadinya kerusakan pada sistem
maka perbedaan frekuensi sistem dan frekuensi generator di ubah sekecil
mungkin. Frekuensi generator dengan frekuensi sistem harus sama. Untuk
menyamakan frekuensi tersebut, maka putaran generator harus diatur
terlebih dahulu dengan mengatur katup governor (aliran uap masuk
turbin). Ketika frekuensi generator lebih besar dari frekuensi sistem, maka
sistem akan mengalami sentakan beban (MW) dari mesin yang
menyebabkan mesin membangkitkan MW. Namun sebaliknya ketika
frekuensi generator lebih rendah dari frekuensi sistem, maka mesin akan
mengalami sentakan (MW) dari sistem yang menyebabkan mesin menjadi
12
motor (motoring). Standar frekuensi yang digunakan di Indonesia yaitu 50
Hz. Sesuai standar dari PLN, frekuensi sebaiknya tidak melebihi 0.5 dari
50 Hz, yaitu: 49,5 - 50,5 Hz atau 2970 - 3030 Rpm.
3. Urutan jumlah dan sudut phasa harus sama dengan system
Urutan sudut phase pada generator sinkron terhadap jaringan jala-
jala harus sama, dimana urutan U,V dan W dari generator sinkron
urutannya harus sama dengan phase R,S dan T jaringan jala-jala [5].
13
2. Daya Reaktif ( Q )
Daya reaktif memiliki satuan (VAR). Daya reaktif merupakan daya
yang tidak termanfaatkan oleh konsumen, namun hanya dapat
termanfaatkan pada pembangkitan. Pada pembangkit daya reaktif ini
digunakan untuk membangkitkan medan magnet, sehingga dari
pembangkitan medan magnet tersebut akan terbentuk fluks-fluks magnet.
Rumus daya reaktif (Q) untuk sistem 3 fasa :
Q = √ 3 x V x I x Sin φ (3.3)
Ket :
Q = Daya reaktif (VAR)
V= Tegangan (Volt)
I = Arus yang mengalir pada penghantar (Amper)
Sin φ = Faktor daya
3. Daya Semu ( S )
Daya semu memiliki satuan (VA). Daya semu merupakan daya
sebenarnya yang disuplai oleh PLN, yang merupakan resultan antara daya
aktif (P) dengan daya reaktif (Q).
Rumus daya semu (S) untuk sistem 3 fasa :
S = √ 3 x V x I (3.3) (3.4)
Ket :
S = Daya semu (VA)
V= Tegangan (Volt)
I = Arus yang mengalir pada penghantar (Ampere)
14
3.6 Eksitasi
Sistem eksitasi merupakan suatu proses penguatan medan magnet
dengan cara memberikan arus searah (DC) ke belitan medan pada rotor
generator sinkron. Secara umum ketika suatu konduktor berupa kumparan
dialiri arus searah (DC), maka kumparan tersebut akan menjadi magnet
yang nantinya akan menghasilkan fluks magnet. Ketika kumparan medan
sudah diberi arus searah yang di dapat dari arus eksitasi dan berputar
dengan kecepatan tertentu, maka kumparan jangkar stator generator akan
terinduksi dari fluks-fluks magnet yang dihasilkan oleh kumparan medan,
sehingga akan menghasilkan tegangan listrik bolak-balik (AC). Tegangan
yang dihasilkan oleh generator sangat tergantung dari besarnya arus
eksitasi dan putaran rotor, hal ini dikarenakan semakin besar arus eksitasi
dan putaran yang diberikan, maka akan semakin besar tegangan yang
dihasilkan oleh generator.
Seperti yang diketahui bahwa arus eksitasi menggunakan arus
searah, maka sebagai eksiternya adalah mesin arus searah (generator DC)
atau dapat juga dengan menggunakan mesin arus bolak-balik (generator
AC) kemudian disearahkan dengan rectifier. Secara umum dalam
penyaluran sistem arus searah pada rotor, sistem eksitasi terbagi atas dua
jenis yaitu sistem eksitasi menggunakan sikat (brush excitation) dan sistem
eksitasi tanpa menggunakan sikat (brushless excitation).
Sistem eksitasi dengan menggunakan sikat (brush excitation) ada
dua jenis yaitu:
1. Sistem eksitasi konvensional (menggunakan generator arus searah).
2. Sistem eksitasi statis.
Sedangkan sistem eksitasi tanpa menggunakan sikat (brushless
excitation) terdiri dari:
1. Sistem eksitasi dengan menggunakan baterai.
2. Sistem eksitasi dengan menggunakan Permanent Magnet Generator
(PMG) [5].
15
3.6.1 Sistem Eksitasi Menggunakan Sikat (Brush Excitation)
1. Sistem eksitasi konvensional (menggunakan generator arus searah).
Untuk sistem eksitasi yang konvensional, arus searah diperoleh
dari sebuah generator arus searah berkapasitas kecil yang disebut dengan
eksiter. Generator arus searah tersebut terkopel dengan generator sinkron
dalam satu poros, sehingga putaran generator arus searah sama dengan
putaran generator sinkron. Tegangan yang dihasilkan oleh eksiter
diberikan kebelitan rotor generator sinkron melalui sikat karbon dan slip
ring. Akibatnya arus searah mengalir ke rotor dan menimbulkan medan
magnet yang dibutuhkan untuk menghasilkan tegangan arus bolak- balik
pada kumparan utama yang terletak di stator generator sinkron. Pada
sistem eksitasi konvensional ini terdapat beberapa kerugian yaitu:
1) Generator arus searah merupakan beban tambahan untuk penggerak
mula (prime mover).
2) Penggunaan slip ring dan sikat dapat menimbulkan masalah ketika
digunakan untuk mensuplai sumber arus searah pada belitan medan
generator sinkron.
3) Terdapat sikat arang yang menekan slip ring sehingga menimbulkan
rugi gesekan pada generator utamanya.
4) Generator arus searah juga memiliki keandalan yang rendah
2. Sistem Eksitasi Statis
Sistem eksitasi statis merupakan sistem eksitasi yang
menggunakan peralatan eksitasi yang tidak bergerak (static), yang berarti
peralatan eksitasi tersebut tidak ikut berputar bersama dengan rotor
generator sinkron. Sistem eksitasi satis (static excitation system) ini biasa
disebut juga dengan self excitation yang merupakan sistem eksitasi yang
tidak memerlukan generator tambahan sebagai sumber eksitasi generator
sinkron tersebut. Sumber eksitasi pada sistem eksitasi statis ini berasal dari
tegangan output generator itu sendiri yang disearahkan terlebih dahulu
dengan menggunakan penyearah thyristor.
Pada mulanya pada rotor terdapat sedikit sisa magnet, magnet sisa
ini akan menimbulkan tegangan pada stator, tegangan ini akan masuk
dalam penyearah dan dimasukkan kembali ke rotor. Akibatnya medan
16
magnet yang dihasilkan makin besar dan tegangan AC akan naik.
Demikian seterusnya hingga dicapai tegangan nominal yang dibutuhkan
oleh generator untuk proses pembangkitan. Biasanya penyearah itu juga
mempunyai pengatur sehingga tegangan generator dapat diatur konstan.
Pengaturan tersebut biasanya dilakukan oleh peralatan yang disebut
dengan AVR (Automatic Voltage Regulator).
Sistem eksitasi statis, apabila dibandingkan dengan sistem eksitasi
konvensional memang sudah jauh lebih baik karena tidak ada generator
arus searah (yang keandalannya rendah) dan beban pada penggerak utama
berupa generator arus searah dihilangkan. Pada sistem eksitasi statis ini,
untuk keperluan eksitasi awal pada generator sinkron saat belum mampu
menghasilkan tegangan keluaran, maka energi yang digunakan untuk
sistem eksitasi diambil dari baterai. Dan proses ini dinamakan dengan
proses field flashing. Di mana pada proses field flashing ini baterai
menginjeksikan arus eksitasi ke rotor generator. Hal ini dibutuhkan karena
generator sinkron tidak memiliki sumber arus dan tegangan sendiri untuk
mensuplai kumparan medan. Dengan adanya arus eksitasi ini maka
generator akan menghasilkan tegangan keluaran system eksitasi statis
dapat dilihat pada Gambar 3.15 [6].
17
3.6.2 Sistem Eksitasi Tanpa Sikat (Brushless Excitation)
1. Sistem eksitasi dengan menggunakan baterai.
Sistem eksitasi tanpa sikat diaplikasikan pada generator sinkron,
sebagaimana suplai arus searah kebelitan medan dilakukan tanpa melalui
sikat. Arus searah yang digunakan untuk suplai eksitasi start awal
generator menggunakan suplai dari baterai, dimana arus ini selanjutnya
disalurkan ke belitan medan AC eksiter. Tegangan keluaran dari generator
sinkron ini disearahkan oleh penyearah yang menggunakan dioda, yang
disebut rotating rectifier, yang diletakkan pada bagian poros ataupun pada
bagian dalam rotor generator sinkron, sehingga rotating rectifier tersebut
ikut berputar sesuai dengan putaran rotor. System eksitasi brushless dapat
dilihat pada Gambar 3.16.
18
mesin itu. Sistem eksitasi menggunakan PMG dapat dilihat pada Gambar
3.17.
Dari gambar 3.17, dilihat bahwa pada bagian mesin yang berputar
(rotor) terdapat magnet permanent, kumparan jangkar generator eksitasi,
kumparan medan generator utama. Hal ini memungkinkan generator
tersebut tidak menggunakan slip ring dan sikat dalam pengoperasiaanya
sehingga lebih efektif dan efesien. Permanent Magnet Generator akan
berputar ketika rotor berputar, karena telah terhubung pada satu sumbu
atau poros. PMG di sini berfungsi untuk membangkitkan tegangan atau
arus AC yang selanjutnya disearahkan dan dimasukkan ke AVR untuk
diatur dan dikontrol. Dikarenakan tegangan atau arus AC pada PMG
sangat kecil, maka arus AC yang telah disearahkan dimasukkan ke eksiter
yang bertujuan untuk membangkitkan tegangan AC yang lebih besar. Arus
keluaran dari eksiter kemudian akan disearahkan menggunakan rotating
diode. Dan selanjutnya arus eksitasi diinjeksikan ke rotor sehingga
terdapat medan magnet pada generator yang akhirnya menimbulkan fluks
listrik yang menghasilkan tegangan keluaran pada generator [7].
19
dihasilkan. AVR berfungsi untuk menjaga agar tegangan generator tetap konstan
dengan kata lain generator akan tetap mengeluarkan tegangan yang selalu stabil
tidak terpengaruh pada perubahan beban yang selalu berubah-ubah, dikarenakan
beban sangat mempengaruhi tegangan output generator. Sistem AVR pada
pembangkit sangat penting peranannya, dikarenakan sebuah generator tidak akan
menghasilkan listrik jika didalamnya sistem tidak terdapat AVR.
20
generator akan dapat distabilkan oleh AVR secara otomatis dikerenakan
dilengkapi dengan peralataan seperti alat yang digunakan untuk
pembatasan minimum ataupun maksimum yang bekerja secara
otomatis.Tiga keadaan AVR, yaitu :
a. Jika tegangan output tinggi maka error signal(+) AVR akan
memberian perintah untuk mengurangi arus eksitasi.
b. Jika tegangan cocok dengan harga set point (0) maka AVR tidak akan
memberikan perintah apapun.
c. Jika tegangan output rendah maka error signalakan (-) maka AVR akan
memberi perintah agar menambahkan arus eksitasi [8].
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
21
rangkaian rotating rectifier menjadi tegangan DC. Arus yang dihasilkan oleh
rotating rectifier kemudian akan disalurkan ke field coil dari generator.
(a)
(b)
4.2 Prinsip Kerja System Eksitasi Generator Di Unit 3 PT. Mega Power
Mandiri
Sistem eksitasi pada seluruh generator unit 1,2,3, dan 4 di PT. Mega
Power Mandiri menggunakan sistem eksitasi jenis brushless excitation. Eksitasi
jenis brusless excitation adalah eksitasi tanpa sikat yang memanfaatkan keluaran
22
dari generator yang digunakan kembali sebagai sistem eksitasinya. Eksitasi pada
generator sinkron adalah pemberian arus searah pada belitan medan yang terdapat
pada rotor. Sesuai dengan prinsip elektromagnetik, apabila suatu konduktor atau
penghantar yang berupa kumparan yang dialiri arus listrik searah maka kumparan
tersebut akan menjadi magnet sehingga akan menghasilkan fluks-fluks magnetik.
Jika kumparan yang telah diberi arus eksitasi diputar dengan kecepatan tertentu,
maka kumparan jangkar yang terdapat pada stator akan terinduksi oleh fluks-fluks
magnet yang dihasilkan oleh kumparan medan sehingga akan dihasilkan tegangan
listrik bolak-balik.
Exciter
Automatic Field
Rectifier
Voltage
Regulator
Gambar 4.2 Diagram Blok System Eksitasi Generator Unit 3 PT. Mega Power Mandiri
Berdasarkan Gambar 4.2 blok diagram ini menjelaskan tahapan
dari sistem eksitasi generator unit 3 PT. Mega Power Mandiri. Sistem
eksitasi pada generator unit 3 PT. Mega Power Mandiri menggunakan
sistem autoreclosing yang mana disaat awal eksitasi sumber yang
digunakan adalah tegangan baterai berkapasitas 220 V DC serta
menggunakan bantuan rangkaian field flashing, setelah generator dapat
membangkitkan tegangan, maka secara otomatis field flashing akan
terlepas sehingga menyebabkan eksitasi sumber baterai 220 V DC akan
terputus. Saat 220 terputus, sumber eksitasi pada generator ini
memanfaatkan keluaran generator yang sebelumnya telah diturunkan
23
teganganya melalui transformator dari 6,3 KV menjadi 220 V. Setelah
tegangan pada generator diturunkan, selanjutnya akan disearahkan
menggunakan rectifier dengan rangkain penyearah berupa thyristor yang
kemudian dihubungkan dengan AVR sebagai pengontrol sistem eksitasi
generator agar dapat menjaga kestabilan dari tegangan tersebut. Keluaran
yang telah melewati rectifire dan telah menjadi DC akan di salurkan pada
stator AC exciter. Kemudian untuk rotor AC exciter satu poros dengan
rotor generator utama sehingga pada saat turbin berputar maka kedua rotor
akan ikut berputar.
Pada saat generator berputar maka AC exciter akan menghasilan tegangan
yang kemudian disearahkan menggunakan rotating dioda yang selanjutnya akan
digunakan sebagai penguat pada generator yang dialirkan pada rotor generator
utama. Ketika aliran listrik DC masuk pada rotor generator maka akan
menghasilkan medan magnet, sehingga putaran rotor akan mengakibatkan
kumparan magnet rotor pada rotor memotong kumparan jangkar pada stator yang
menyebabkan terjadinya GGL. GGL yang dihasilkan pada stator generator adalah
AC 3 phase dengan tegangan 6,3 kV yang selanjutnya keluaran tersebut akan
disaluran kan ke trafo step up, trafo ps ( power suplai ) dan trafo eksitasi. PT.
Mega Power Mandiri menggunakan penggunaan listrik sendiri dari hasil keluaran
generator. Untuk trafo ke sistem akan dinaikkan dari 6,3 kV menjadi 20 kV.
24
1. Pada saat nilai daya reaktif 0,61 MVAR, nilai tegangan generator 6,2 KV, dan
nilai arus 382 A.
Diketahui : Q = 0,61 MVAR
V = 6,2 KV
I = 382 A
Ditanya = Cos φ ?
Penyelesaian :
Q = V.I.Sin φ √ 3
0,61 MVAR = 6,2 KV.382 A.sin φ √ 3
0,61 MVAr
sin φ =
6,2 KV .382 A . √ 3
=0,148
φ = sin-1 0,148
= 8,51
Cos φ = 0,988
2. Pada saat nilai daya reaktif 0,47 MVAR, nilai tegangan generator 6,2 KV, dan
nilai arus 383 A.
Diketahui : Q = 0,47 MVAR
V = 6,2 KV
I = 383 A
Ditanya = Cos φ ?
Penyelesaian :
Q = V.I.Sin φ √ 3
0,47 MVAR = 6,2 KV.383 A.sin φ √ 3
0,47 MVAr
sin φ = = 0,114
6,2 KV .383 A . √ 3
φ = sin-1 0,114 = 6.54
Cos φ = 0,993
3. Pada saat nilai daya reaktif 0.92 MVAR, nilai tegangan generator 6.2 KV, dan
nilai arus 386 A.
Diketahui : Q = 0,92 MVAR
V = 6,2 KV
I = 386 A
25
Ditanya = Cos φ ?
Penyelesaian :
Q = V.I.Sin φ √ 3
0,92 MVAR = 6.2 KV.386 A.sin φ √ 3
0,92 MVAr
sin φ =
6,2 KV .386 A . √ 3
=0,132
φ = sin-1 0,221
= 12,76
Cos φ = 0,975
4. Pada saat nilai daya reaktif 0,65 MVAR, nilai tegangan generator 6,2 KV, dan
nilai arus 385 A.
Diketahui : Q = 0,65 MVAR
V = 6,2 KV
I = 385 A
Ditanya = Cos φ ?
Penyelesaian :
Q = V.I.Sin φ √ 3
0,65 MVAR = 6,2 KV.385 A.sin φ √ 3
0,65 MVAr
sin φ =
6,2 KV .385 A . √ 3
=0,157
φ = sin-1 0,157
= 9,03
Cos φ = 0,987
5. Pada saat nilai daya reaktif 0,57 MVAR, nilai tegangan generator 6,2 KV, dan
nilai arus 301 A.
Diketahui : Q = 0,57 MVAR
V = 6,2 KV
I = 301 A
Ditanya = Cos φ ?
Penyelesaian :
Q = V.I.Sin φ √ 3
26
0,57 MVAR = 6,2 KV.301 A.sin φ √ 3
0 , 57 MVAr
sin φ =
6 , 2 KV .301 A . √ 3
=0,176
φ = sin-1 0.176
= 10,13
Cos φ = 0,984
6. Pada saat nilai daya reaktif 1,11 MVAR, nilai tegangan generator 6,2 KV, dan
nilai arus 311 A.
Diketahui : Q = 1,11 MVAR
V = 6,2 KV
I = 311 A
Ditanya = Cos φ ?
Penyelesaian :
Q = V.I.Sin φ √ 3
1,11 MVAR = 6,2 KV.311 A.sin φ √ 3
1,11 MVAr
sin φ =
6,2 KV .311 A . √ 3
=0,332
φ = sin-1 0.332
= 19,39
Cos φ = 0,943
7. Pada saat nilai daya reaktif 1,06 MVAR, nilai tegangan generator 6,1 KV, dan
nilai arus 384 A.
Diketahui : Q = 1,06 MVAR
V = 6,1 KV
I = 384 A
Ditanya = Cos φ ?
Penyelesaian :
Q = V.I.Sin φ √ 3
1,06 MVAR = 6,1 KV.384 A.sin φ √ 3
1,06 MVAr
sin φ =
6,1 KV .384 A . √ 3
27
=0,261
φ = sin-1 0,261
= 15.12
Cos φ = 0,965
8. Pada saat nilai daya reaktif 1,2 MVAR, nilai tegangan generator 6,2 KV, dan
nilai arus 387 A.
Diketahui : Q = 1,2 MVAR
V = 6,2 KV
I = 387 A
Ditanya = Cos φ ?
Penyelesaian :
Q = V.I.Sin φ √ 3
1,11 MVAR = 6,2 KV.387 A.sin φ √ 3
1,2 MVAr
sin φ =
6,2 KV .387 A . √ 3
=0,288
φ = sin-1 0,288
= 16,73
Cos φ = 0,957
9. Pada saat nilai daya reaktif 1,11 MVAR, nilai tegangan generator 6,2 KV, dan
nilai arus 388 A.
Diketahui : Q = 1,11 MVAR
V = 6,2 KV
I = 388 A
Ditanya = Cos φ ?
Penyelesaian :
Q = V.I.Sin φ √ 3
1,11 MVAR = 6,2 KV.388 A.sin φ √ 3
1,11 MVAr
sin φ =
6,2 KV .388 A . √ 3
=0,266
φ = sin-1 0,266
= 15,42
28
Cos φ = 0,964
10. Pada saat nilai daya reaktif 1,24 MVAR, nilai tegangan generator 6,1 KV, dan
nilai arus 392 A.
Diketahui : Q = 1,24 MVAR,
V = 61 KV,
I = 392 A
Ditanya = Cos φ ?
Penyelesaian :
Q = V.I.Sin φ √ 3
1,24 MVAR = 6,1 KV.392 A.sin φ √ 3
1,24 MVAr
sin φ =
6,1 KV .392 A . √ 3
φ = sin-1 0,299
= 17,39
Cos φ = 0,954
11. Pada saat nilai daya reaktif 1,34 MVAR, nilai tegangan generator 6,1 KV, dan
nilai arus 395 A.
Diketahui : Q = 1,34 MVAR
V = 6,1 KV
I = 395 A
Ditanya = Cos φ ?
Penyelesaian :
Q = V.I.Sin φ √ 3
1,34 MVAR = 6,1 KV.395 A.sin φ √ 3
1,34 MVAr
sin φ =
6,1 KV .395 A . √ 3
=0,321
φ = sin-1 0,321
= 18,72
Cos φ = 0,947
12. Pada saat nilai daya reaktif 1,33 MVAR, nilai tegangan generator 6,1 KV, dan
nilai arus 396 A.
29
Diketahui : Q = 1,33 MVAR
V = 6,1 KV
I = 396 A
Ditanya = Cos φ ?
Penyelesaian :
Q = V.I.Sin φ √ 3
1,33 MVAR = 6,1 KV.396 A.sin φ √ 3
1,33 MVAr
sin φ =
6,1 KV .396 A . √ 3
= 0,317
φ = sin-1 0,317
= 14,48
Cos φ = 0,948
Table 4.1 Data Operasi Harian Generator Rata - Rata pada Tanggal 2 Mei 2021
30
7 07:00 160 36 301 3,1 0,57 6,22 0.984
8 08:00 160 36 311 3,3 1,11 6,21 0.973
9 09:00 160 36 386 4,1 0,92 6,13 0.975
10 10:00 160 36 384 4,1 1,06 6,16 0.965
11 11:00 160 36 384 4,1 1,06 6,16 0.965
12 12:00 160 36 386 4,1 0,92 6,22 0.975
13 13:00 160 36 388 4,1 1,11 6,26 0.964
14 14:00 160 36 392 4,1 1,24 6,18 0.954
15 15:00 160 36 386 4,1 0,92 6,22 0.975
16 16:00 160 36 386 4,1 0,92 6,22 0.975
17 17:00 160 36 382 4,1 0,61 6,22 0.988
18 18:00 160 36 388 4,1 1,11 6,26 0.964
19 19:00 180 36 388 4,1 1,11 6,26 0.964
20 20:00 180 38 395 4,1 1,34 6,15 0.947
21 21:00 180 38 396 4,1 1,33 6,16 0.948
22 22:00 160 36 387 4,1 1,20 6,24 0.964
23 23:00 160 36 387 4,1 1,20 6,24 0.964
24 0:00 160 36 387 4,1 1,20 6,24 0.964
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui adanya perbedaan pada nilai faktor
daya (cosφ ¿. Nilai faktor daya terbaik yang mendekati nilai factor daya sempurna
adalah pada saat nilai daya reaktif sebesar 0,47 MVar dengan nilai factor daya
yang didapatkan yaitu sebesar 0,993 yang terjadi pada saat dini hari. Sedangkan
nilai factor daya yang terendah atau menjauhi sempurna yaitu pada saat nilai daya
reaktif sebesar 1,34 MVar dengan nilai factor daya yang didapatkan yaitu sebesar
0,947 yang terjadi pada malam hari yaitu sekitar jam 8 malam. Hal ini terjadi
karena pada malam hari beban bertambah banyak dikarena kan beban puncak
terjadi pada malam hari.
31
Pengaruh Arus Eksitasi Terhadap Nilai Faktor Daya
1
0.99
Faktor Daya (Cos 𝜑 )
0.98
0.97
0.96
0.95
0.94
0.93
0.92
Arus Eksitasi (A) /Jam
32
Pengaruh Arus Eksitasi Terhadap Nilai Daya Reaktif
1.6
1.4
Daya Reaktif (MVAR)
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
Arus Eksitasi (A) / Jam
33
Pengaruh Arus Eksitasi Terhadap Tegangan Generator unit 3
Tegangan Generator (Kv)
6.3
6.25
6.2
6.15
6.1
6.05
Arus Eksitasi (A) / Jam
34
Pengaruh Arus Eksitasi Terhadap Beban
5
BEBAN (MW)
4
3
2
1
0
ARUS EKSITASI (A) / JAM
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
35
5.1 Kesimpulan
1. Sistem eksitasi yang digunakan pada unit 3 PT. Mega Power Mandiri
berjenis brushless excitation yang merupakan sistem eksitasi tanpa sikat
dengan menggunakan input sumber listrik DC sebagai pemicu awal
pembangkitan medan magnet dan menggunakan AVR sebagai kontrol
untuk menjaga sistem eksitasi.
2. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan menyatakan bahwa nilai faktor
daya terbaik pada generator unit 3 PT. Mega Power Mandiri mencapai
nilai 0,9 Cos 𝜑 yang dipengaruhi oleh nilai daya reaktif yang dihasilkan
dimana semakin tinggi nilai daya reaktif maka nilai faktor daya akan
semakin rendah.
5.2 Saran
1. Peralatan sistem eksitasi yang sudah ada harus terus dimonitoring dan
dilakukan perawatan yang berkala karena mengingat sangat vitalnya
sistem eksitasi dalam suatu pembangkit.
2. Dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja, gunakan selalu alat
pelindung diri mengikuti SOP yang telah dibuat. Hal ini perlu dilakukan,
selain untuk memberikan kenyamanan dan keamanan bagi personil
pabrik yang ada, juga untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang bisa
mengugurkan Zero Accident dari Pabrik itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
36
[1] Ristianto, Puji dan Sunardi. (2019). Generator Ganda pada Pembangkit
Listrik Mikrohydo dengan Turbin Tunggal. Jurnal AVITEC. Vol 1.
No.1 Agustus 2019, hlm 65-70, ISSN:2685-2381.
[2] Sunarlik, Wahyu (2014).Prinsip Kerja Generator Sinkron. Kediri: Univesitas
Pawyatan Daha Kediri.
[3] Syukur, D. (2013). Generator Sinkron Tiga Fasa. Semarang: Politeknik
Negeri Semarang.
[4] Andri, S. (2013). Analisa Pengaruh Perubahan Beban Terhadap Karakteristik
Generator Sinkron. Padang: Institut Teknologi Padang.
[5] Basofi. (2014). Studi Pengaruh Arus Eksitasi Pada Generator Sinkron Yang
Bekerja Parallel Terhadap Perubahan Faktor Daya. Medan:
Universitas Sumatera Utara.
[6] Irawan, H. (2010). Sistem Penguatan Dengan Eksitasi (Brush Excitation
System) Pada Generator Unit 1 PLTU Cilacap. Semarang: Universitas
Diponegoro.
[7] Pane, E.(2009).Studi Sistem Eksitasi Dengan Menggunakan Magnet
Permanent Generator. Medan: Universitas Sumatera Utara.
[8] Alam, A. A.(2015).Pemodelan dan Simulasi Automatic Voltage Regulator
Untuk Generator Sinkron 3 KVA Berbasis Proportional Integral. Jurnal
Reka Elkomika, Vol 3, No.2 Juli 2015, hlm. 97-110,ISSN:2337-439X.
37