Anda di halaman 1dari 56

SISTEM OPERASI EKSITASI PADA GENERATOR SINKRON

TIGA FASA DAN PENGARUH ARUS EKSITASI DI UNIT 3


PT. MEGA POWER MANDIRI – PLTA LEBONG

LAPORAN KERJA PRAKTEK

ABDEWALRI RAMBE
G1D018043

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BENGKULU
2021

iI
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTEK

SISTEM OPERASI EKSITASI PADA GENERATOR SINKRON


TIGA FASA DAN PENGARUH ARUS EKSITASI DI UNIT 3
PT. MEGA POWER MANDIRI – PLTA LEBONG

Oleh :
Abdewalri Rambe
G1D018043

Menyetujui,
Dosen Pembimbing Kerja Praktek

Faisal Hadi,S.T,M.T
NIP. 197707132002121005

Bengkulu, September 2021


Mengesahkan,
Koordinator Program Studi Teknik Elektro

Ika Novia Anggraini,S.T,M.Eng


NIP.198111072006042021

iI
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktek di
PT. Mega Power Mandiri – PLTA Lebong. Kerja praktek ini sangat memberikan
manfaat yang besar khususnya bagi mahasiswa, sehingga dapat memperoleh
pengetahuan lebih di lapangan dibandingan saat di bangku kuliah. Hal tersebut
terlihat saat disiplin ilmu yang telah diperoleh dan diterapkan di lapangan.
Di dalam pelaksanaan kegiatan kerja praktek dan penyusunan laporan ini,
penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa
kesempatan, bimbingan dan petunjuk-petunjuk yang diperlukan dalam usaha
penyelesaian laporan kerja praktek ini. Sehubungan dengan itu pada kesempatan
ini, penulis menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Allah SWT atas nikmat yang luar biasa yang telah diberikan kepada saya,
sehingga dapat menyelesaikan kerja praktek ini dalam keadaan yang sehat
dan tanpa kekurangan apapun.
2. Kedua orang tua dan saudara-saudara saya tercinta yang telah memberikan
do’a dan support yang besar untuk menyelesaikan semua tugas dengan
baik.
3. Ibuk Ika Novia Anggraini, S.T., M.Eng., selaku Koordinator Program
Studi Teknik Elektro Universitas Bengkulu.
4. Bapak Faisal Hadi, S.T., M.T., selaku Dosen pembimbing Kerja Praktek.
5. Bapak/Ibu Dosen dan staf pengajar dan tata usaha Program Studi Teknik
Elektro Universitas Bengkulu.
6. Bapak Yoga selaku Pembimbing Lapangan yang telah memberikan ilmu
dan pengalaman dalam bekerja dan para pegawai pemeliharaan yang tidak
dapat di sebutkan satu persatu terimakasih atas bimbingannya.
7. Seluruh Pegawai PT. Mega Power Mandiri – PLTA Lebong.
8. Untuk Jumwina yang selalu memberikan semangat dan dukungannya.
9. Untuk kawan-kawan KP PT. Mega Power Mandiri, Fikri Al Fahmi, Aldo
Pernando, Ade Okta Malia, Wahyu Berkhe Bestari, terimakasih atas
Kerjasama nya selama KP semangat untuk target selanjutnya.

iiI
10. Seluruh mahasiswa Teknik Elektro, terutama angkatan 2018 yang telah
memberikan dukungannya.
Akhir kata tak ada gading yang tak retak, karena keterbatasan waktu dan
kemampuan, penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan Laporan ini masih
terdapat banyak kekurangan maupun kesalahan. Untuk itu penyusunan membuka
diri atas segala kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempuranaan
laporan ini. Semoga Laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bengkulu, September 2021


Penulis

Abdewalri Rambe
NPM. G1D01804

iiI
ABSTRAK

PT. Mega Power Mandiri merupakan salah satu PLTA yang berada di Kabupaten
Lebong, Provinsi Bengkulu di Indonesia dengan memanfaatkan energi potensial
air kemudian digunakan untuk menggerakkan turbin yang dihubungkan dengan
rotor generator. Pada sistem pengaturan tegangan generator, eksitasi memegang
peranan penting dalam mengendalikan kestabilan suatu pembangkit karena
apabila terjadi fluktuasi beban maka eksitasi sebagai pengendali akan berfungsi
mengontrol keluaran generator seperti tegangan, arus dan faktor daya dengan cara
mengatur kembali besaran-besaran input guna mencapai titik keseimbangan baru.
Sistem eksitasi generator untuk seluruh unit pada PT. Mega Power Mandiri
menggunakan sistem eksitasi jenis brushless excitation. Eksitasi jenis brushless
excitation merupakan eksitasi tanpa sikat akan tetapi memanfaatkan keluaran
generator yang kemudian digunakan sebagai eksitasinya kembali. Daya pada
generator memiliki tiga macam, yaitu daya aktif (MW) dan daya reaktif (MVAR)
dan hasil dari kedua daya tersebut adalah daya total/daya semu (MVA). Data ini
diambil dari Data Operasi Harian Turbine Hydro PT. Mega Power Mandiri unit 3.
Nilai faktor daya tertinggi dihasilkan pada saat nilai daya reaktif 0,6 Mvar dengan
nilai faktor dayanya sebesar 0,995 Cos φ sedangkan nilai faktor daya terendah
dihasilkan pada saat daya reaktif meningkat dengan nilai 0,6 Mvar dengan nilai
faktor daya 0,98 Cos φ. Semakin kecil nilai daya reaktif maka akan menghasilkan
faktor daya yang semakin besar. Nilai tegangan generator bernilai 6,3 KV
menghasilkan arus eksitasi sebesar 3,3 A sedangkan pada saat terjadi penurunan
tegangan generator dengan nilai 6,2 KV menghasilkan arus eksitasi sebesar 3,8 A.
Saat terjadinya kenaikan tegangan generator maka arus eksitasi kembali menurun
AVR akan berkeja untuk menaikan arus eksitasi untuk mendapatkan nilai
tegangan generator yang lebih baik.

Kata kunci : AVR, Brushless Excitation, Generator, Sistem Eksitasi

iv
Daftar Isi

LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................................................i

KATA PENGANTAR......................................................................................................................ii

ABSTRAK........................................................................................................................................iv

Daftar Isi............................................................................................................................................v

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................................1

1.2 Tujuan......................................................................................................................................1

1.3 Batasan Masalah......................................................................................................................1

BAB 2 TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN................................................................................2

2.1 Sejarah Singkat Perusahaan.....................................................................................................2

2.2 Visi, Misi Dan Perusahaan.......................................................................................................2

2.3 Struktur Organisasi..................................................................................................................2

2.4 Sistem Kerja PT. Mega Power Mandiri...................................................................................1

2.5 Single Line Diagram PT. Mega Power Mandiri......................................................................1

BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................................2

3.1 Pengetahuan Umum Tentang PLTA........................................................................................2

3.2 Turbin.......................................................................................................................................2

3.3 Generator..................................................................................................................................2

3.4 Generator Sinkron....................................................................................................................3

3.4.1 Prinsip Kerja Generator Sinkron......................................................................................4

3.4.2 Konstruksi Generator Sinkron..........................................................................................5

3.4.3 Sinkronisasi Generator...................................................................................................11

3.5 Pengertian Daya.....................................................................................................................12

3.5.1 Faktor Daya....................................................................................................................14

3.6 Eksitasi...................................................................................................................................14

3.6.1 Sistem Eksitasi Menggunakan Sikat (Brush Excitation)................................................15

3.6.2 Sistem Eksitasi Tanpa Sikat (Brushless Excitation).......................................................17

v
3.7 AVR (Automatic Voltage Regulator)....................................................................................19

3.7.1 Konstruksi Automatic Voltage Regulator(AVR)...........................................................19

3.7.2 Fungsi Automatic Voltage Regulator (AVR).................................................................20

3.7.3 Prinsip kerja Automatic Voltage Regulator (AVR)........................................................20

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................................................21

4.1 Prinsip Kerja Sistem Eksitasi.................................................................................................21

4.2 Prinsip Kerja System Eksitasi Generator Di Unit 3 PT. Mega Power Mandiri....................22

4.3 Perhitugan Nilai Factor Daya Dan Nilai Daya Reaktif..........................................................23

4.4 Pengaruh Arus Eksitasi Terhadap Nilai Faktor Daya............................................................31

4.5 Pengaruh Arus Eksitasi Terhadap Nilai Daya Reaktif...........................................................32

4.6 Pengaruh Arus Eksitasi Terhadap Tegangan Generator unit 3..............................................33

4.6 Pengaruh Arus Eksitasi Terhadap Beban...............................................................................34

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN .........................................................................................35

5.1 Kesimpulan............................................................................................................................35

5.2 Saran.......................................................................................................................................35

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................36

vi
Daftar Gambar

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Perusahaan .................................................................................3


Gambar 2.1 Single Line Diagram PT. Mega Power Mandiri .......................................................4
Gambar 3.1 Area Bendungan PT. Mega Power Mandiri ...............................................................6
Gambar 3.2 Intake Dam Pt. Mega Power Mandiri ........................................................................6
Gambar 3.3 Area Saluran Penghantar PT.Mega Power Mandiri ...................................................7
Gambar 3.4 Area Headphone PT. Mega Power Mandiri ...............................................................7
Gambar 3.5 Area Penstock PT. Mega Power Mandiri ...................................................................8
Gambar 3.6 Area Power House (a) Unit 4, (b) Unit 3, (c) Unit 2 .................................................8
Gambar 3.7 Area Ruang Kontrol ...................................................................................................9
Gambar 3.8 Trailrace .....................................................................................................................9
Gambar 3.9 Turbin ........................................................................................................................10
Gambar 3.10 Prinsip Kerja Generator ............................................................................................12
Gambar 3.11 Konstruksi Generator Sinkron ..................................................................................14
Gambar 3.12 Non-Salient Pole Rotor ............................................................................................16
Gambar 3.13 Konstruksi Generator ...............................................................................................17
Gambar 3.14 Bentuk – Bentuk Alur Stator ....................................................................................18
Gambar 3.15 Sistem Eksitasi Statis ...............................................................................................25
Gambar 3.16 Brushless Excitation .................................................................................................25
Gambar 3.17 Sistem Eksitasi Menggunakan PMG ........................................................................26
Gambar 4.1 (a) Exiter , (b) Diagram System Eksitasi ...................................................................29
Gambar 4.2 Diagram Blok System Eksitasi Generator Unit 3 PT. Mega Power Mandiri .............30
Gambar 4.3 Grafik Perbandingan Arus Eksitasi Terhadap Nilai Faktor Daya ..............................39
Gambar 4.4 Grafik Perbandingan Arus Eksitasi Terhadap Daya Reaktif ......................................40
Gambar 4.5 Grafik Perbandingan Arus Eksitasi Terhadap Tegangan Generator ..........................41
Gambar 4.6 Grafik Perbandingan Arus Eksitasi Terhadap Beban .................................................42

vii
Daftar Tabel

Table 4.1 Data Operasi Harian Generator .............................................................30

viii
Daftar Lampiran

ix
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


PT. Mega Power Mandiri adalah salah satu PLTA yang berada di desa
Turan Lalang, Kecamatan Lebong Selatan, Kabupaten Lebong, Provinsi
Bengkulu, Sumatera. PT. Mega Power Mandiri salah satu pembangkit listrik yang
memanfaatkan energy potensial air dari aliran sungai Ketaun yang dibendung
sebelum dialirkan melalui penstock ke turbin.
PT. Mega Power Mandiri memiliki empat unit mesin pembangkit yang
sama. Untuk unit mesin yang bekerja hanya tiga unit mesin dan yang sisa satu nya
hanya untuk cadangan. Semua unit mesin yang dipakai adalah mesin buatan China
dengan masing – masing kapasitas mesin yaitu 4400 kW. Spesifikasi generator
pada semua unit yaitu tegangan nominal nya 6,3 KV. Untuk saat ini daya yang
terpasang dari keseluruhan unit PT. Mega Power Mandiri yaitu sebesar 3 x 4 MW
yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan di Provinsi Bengkulu melalui
jaringan transmisi 20 KV.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui system kerja eksitasi pada generator unit 3 PT. Mega Power
Mandiri – PLTA Lebong.
2. Mengetahui pengaruh arus eksitasi terhadap nilai factor daya di unit 3 PT.
Mega Power Mandiri – PLTA Lebong.

1.3 Batasan Masalah


1. Hanya membahas cara kerja sistem eksitasi pada generator unit 3 PT.
Mega Power Mandiri – PLTA Lebong.
2. Hanya membahas pengaruh sistem kerja eksitasi terhadap generator unit 3
PT. Mega Power Mandiri – PLTA Lebong.

1
BAB 2
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Singkat Perusahaan


PT.Mega Power Mandiri didirikan di Jakarta pada tanggal 20 Oktober
2000, bergerak dalam bidang pembangkit listrik yaitu sebagai pengembang
pembangkit listrik tenaga air. Pembangunan proyek PT.Mega Power Mandiri
(PLTA Lebong 3×4 MW) dimulai pada tahun 2000 dan diperkirakan selesai pada
tahun 2008. Karena ada halangan sehingga selesai pada tahun 2013.
Pembangunan proyek PLTA Lebong 3×4 MW, dibangun untuk memenuhi
kebutuhan listrik serta meningkatkan keandalan system dan penyaluran tenaga
listrik di Provinsi Bengkulu. Pembangunan itu sendiri pada hakikatnya merupakan
sumber pemanfaatan sumber daya alam dengan tujuan untuk meningkatkan taraf
hidup dan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian setiap kegiatan
pembangunan dan hasil-hasilnya tidak bersifat sementara tetapi akan berlangsung
dan memberi maanfaat dalam jangka panjang.
Pembangunan PLTA Lebong dengan kapasitas 3×4 MW telah dilengkapi
studi analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL, RKL, RPL) yang disetujui
Departemen Pertambangan Dan Energi pada tanggal 18 Juli 2013 dan mendapat
sertifikat layak Operasi oleh PT.PLN (Persero) nomor 327/PN/138A.12/BKT-
JS/2012.

2.2 Visi, Misi Dan Perusahaan


PT. Mega Power Mandiri terus menerus berusaha menjadi terdepan
meningkatkan produksi energi diatas 85% daya terpasang.

2.3 Struktur Organisasi


Berikut merupakan susunan organisasi perusahaan PT. Mega Power
Mandiri – PLTA Lebong dapat dilihat pada Gambar 2.1

2
Gambar 2.2 Struktur Organisasi Perusahaan

2.4 Sistem Kerja PT. Mega Power Mandiri


Sistem kerja atau prinsip kerja dari PLTA Lebong adalah air dari aliran
sungai dibuatkan bendungan dan air disalurkan ke intake dam, intake dam adalah
pintu masuk air dari bendungan atau dam untuk mengalirkan air menuju
headphone dengan menggunakan saluran penghantar dari intake ke headphone.
Fungsi dari headphone ini adalah sebagai suatu bangunan untuk menyaring
sampah – sampah dan kotoran yang meyebabkan derating, headphone juga
sebagai jalan masuknya air ke penstock. Sebelum air disalurkan ke turbin, air
didalam penstock itu mengalami energi potensial dari ketinggian 38 Meter.
Sebelum air dari pipa penstock masuk ke turbin sebelumnya gerbang pada
turbin ditutup gerbang ini disebut main inlet valve dan setelah itu guide vane pada
turbin ditutup karena sebelum air masuk ke tubin hal yang dilakukan adalah
memasukan air terlebih dahulu ke dalam turbin dengan menggunakan bypass
valve sistem penyaluranya air dari penstock tadi disalurkan ke turbin mengapa
demikian pada saat gerbang main inlet valve (MIV) dibuka dapat menyamakan
tekanan air dari pipa penstock dan ruangan turbin, pada saat gerbang main inlet
valve dibuka dan guide vane juga perlahan dibuka maka turbin berputar
bersamaan fly wheel dan rotor generator ikut berputar sehingga menghasilkan
energi listrik 6,3 kV setelah dari generator tegangan diberi pengaman berupa
circuit breaker, output dari circuit breaker disalurkan ke transformator step up

1
dari 6,3 kV ke 20 kV. Masing – masing output trafo yang sudah dinaikan lalu
disalurkan pada bus dan selanjutnya disalurkan ke beberapa pengaman pemutus
seperti PMT dan Disconnecting Switch (DS) kemudian disalurkan ke jaringan
transmisi ke gardu induk untuk didistrbusikan.

2.5 Single Line Diagram PT. Mega Power Mandiri


Pada prinsip kerja dari single line diagram dapat dilihat bahwa PT. mega
power mandiri memiliki 4 unit pembangkit tenaga air dan memiliki 4 unit trafo.
Pada PT. Mega Power Mandiri hanya menggunakan 3 unit pembangkit dan yang
1 hanya untuk cadangan. Tegangan yang dihasilkan yaitu 6,3 kV yang kemudian
dinaikkan menjadi 20 kV. Sebelum jaringan tersebut ditransmisikan, maka
terlebih dahulu diberi pengaman berupa pemutus PMT, dan Disconnecting Switch
(DS) kemudian baru disalurkan ke jaringan transmisi gardu induk lalu
didistribusikan. Single line diagram pada PT. Mega Power Mandiri dapat dilihat
pada gambar 2.2.

Gambar 2.3 Single Line Diagram PT. Mega Power Mandiri

1
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Pengetahuan Umum Tentang PLTA


Sumber daya air yang dimiliki Indonesia sangatlah melimpah hanya saja
penggunaannya yang belum maksimal dan belum tepat. Dengan pemanfaatan
yang tepat maka potensi air tersebut dapat digunakan untuk membangkitkan
listrik. Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa PLTA juga memiliki beberapa
keunggulan baik dari segi keamanan (safety), kenyamanan (comfort), serta
investasi sangatlah jauh dibandingkan dengan pembangkit listrik lain. Air juga
memiliki daya hidrolis dengan mempertimbangkan faktor massa jenis air (ρ), gaya
gravitasi (g), debit air (Q), serta ketinggian/head (H).
Dalam proses untuk membangkitkan energi listrik, terjadi beberapa
perubahan energi. Perubahan energi yang terjadi mulai dari energi potensial yang
dimiliki oleh air karena adanya massa air (m), gaya gravitasi (g), serta
ketinggiannya (head). Kemudian energi potensial tersebut berubah menjadi energi
kinetik yang diakibatkan oleh massa (m) dan kecepatannya (v). Energi kinetik
tersebut kemudian diubah menjadi energi mekanik oleh turbin.
Ketika turbin disambungkan (di-couple) dengan generator maka energi
mekanik tersebut akan diubah oleh generator menjadi energi listrik karena adanya
putaran (n) dan torsi (T). Setelah itu listrik tersebut akan dihubungkan ke gardu
induk yang selanjutnya akan ditransmisikan ke AP2B. Listrik ini kemudian akan
didistribusikan ke konsumen baik itu rumah tangga maupun industri, dari prinsip
tersebut maka berbagai negara membangun beberapa PLTA untuk memenuhi
pasokan listrik di negaranya[1].
PT. Mega Power Mandiri merupakan salah satu pembangkit listrik yang
memanfaatkan energi potensial air yang didirikan di Kabupaten Lebong.
Pembangkit ini menggunakan aliran sungai Ketaun yang dibendung lalu dialirkan
dengan saluran penghantar dan melewati headphone untuk proses penyaringan
sampah dan kotoran – kotoran lalu masuk ke penstock. Setelah air masuk ke
penstock maka air akan dialirkan langsung ke turbin dengan sudut kemiringan

2
tertentu agar mendapatkan energi potensial yang diinginkan. Pada PT. Mega
Power Mandiri memiliki beberapa area yang sangat penting diantaranya :
1. Bendungan PLTA
Bendungan PLTA adalah tempat dimana air sungai ditampung dan di
alirkan ke pembangkit. Berikut area bendungan dapat dilihat pada Gambar 3.1

Gambar 3.1 Area Bendungan PT. Mega Power Mandiri

2. Intake DAM
Intake merupakan pintu masuknya air dari bendungan menuju ke saluran
penghantar. Selain sebagai pintu masuk, intake juga sekaligus menjadi filter air
sebelum masuk ke saluran penghantar. Berikut intake DAM yang berada pada
area PT. Mega Power Madiri yang dapat dilihat pada Gambar 3.2

Gambar 3.2 Intake DAM PT. MEGA POWER MANDIRI

3
3. Saluran Penghantar
Saluran pengahantar adalah area atau tempat menyalurkan air dari
bendungan ke penstock. Berikut saluran penghantar pada PT. Mega Power
Mandiri dapat dilihat pada Gambar 3.3

Gambar 3.3 Area Saluran Penghantar PT.Mega Power Mandiri

4. Headphone
Headphone merupakan area penyaringan sampah atau kotoran –
kotoran sebelum masuk ke penstock. Berikut merupakan area headphone
dapat dalihat pada Gambar 3.4

Gambar 3.4 Area Headphone PT. Mega Power Mandiri

1
5. Penstock
Penstock merupakan saluran pipa air yang menuju ke turbin dan di
dalam pipa ini juga tekanan air naik. Berikut merupakan area penstock
pada PT. Mega Power Mandiri dapat dilihat pada Gambar 3.5

Gambar 3.5 Area Penstock PT. Mega Power Mandiri

6. Power House
Power house merupakan tempat bangunan dimana semua mesin
dan peralatan pembangkit tenaga listrik berada di dalamnya. Berikut
merupakan area power house PT. Mega Power Mandiri dapat dilihat pada
Gambar 3.6

(a) (b)

1
(c)
Gambar 3.6 Area Power House (a) Unit 4, (b) Unit 3, (c) Unit 2

2
7. Ruang Kontol Utama
Ruang kontrol merupakan ruang dimana panel – panel kontrol
untuk mengontrol semua unit dan untuk mengontrol pendistribusian.
Berikut area ruang kontrol pada PT. Mega Power Mandiri dapat dilihat
pada Gambar 3.7

Gambar 3.7 Area Ruang Kontrol

8. Trailrace
Trailrace merupakan saluran pembuangan air yang telah melewati
yang selanjutnya kembali dialirkan ke sungai. Berikut Trailrace dapat
dilihat pada Gambar 3.8

1
Gambar 3.8 Trailrace

3.2 Turbin
Turbin merupakan alat untuk merubah energi kinetik menjadi energi putar,
yang kemudian tenaga putar ini ditransmisikan melalui poros vertikal generator
yang terpasang seporos diatas turbin. Sedangkan turbin sendiri dikontrol dengan
Governor Hydrolik. PT. Mega Power Mandiri sendiri menggunakan jenis turbin
China untuk keempat unit operasinya. Turbin China merupakan turbin dengan
kontruksi air mengalir ke runner dengan arah radial dan keluar dengan arah aksial,
perubahan arah terjadi ketika melewati runner yaitu saat pengoperasian seperti
pada Gambar 3.9

Gambar 3.9 Turbin

3.3 Generator
Generator adalah suatu alat yang dapat mengubah tenaga mekanik menjadi
energi listrik. Tenaga mekanik bisa berasal dari panas, air, uap, dll. Energi listrik
yang dihasilkan oleh generator bisa berupa listrik AC (listrik bolak-balik) maupun
DC (listrik searah). Hal tersebut tegantung dari konstruksi generator yang dipakai
oleh pembangkit tenaga listrik. Generator berhubungan erat dengan hukum
Faraday. Berikut hasil dari hukum Faraday “ bahwa apabila sepotong kawat
penghantar listrik berada dalam medan magnet berubah-ubah, maka dalam kawat
tersebut akan terbentuk Gaya Gerak Listrik ”.

2
Gaya Gerak Listrik (GGL), Bila sebatang logam panjang berada di
dalam medan listrik,(Eo), maka akan menyebabkan elektron bebas akan
bergerak ke kiri yang akhirnya akan menimbulkan medan listrik induksi
yang sama kuat dengan medan listrik, sehingga kuat medan total menjadi
nol. Dalam hal ini, potensial kedua ujung logam menjadi sama besar dan
aliran elektron akan berhenti, maka kedua ujung logam terdapat muatan
induksi [2].
Agar aliran elektron bebas berjalan terus maka harus muatan
induksi ini terus diambil, sehingga pada logam tidak timbul medan listrik
induksi. Sumber GGL misalkan pada baterai, dapat membuat beda
potensial kedua ujung logam harganya tetap, sehingga aliran elektron tetap
berjalan. Selanjutnya sumber ggl atau sering disebut sumber tegangan, bila
dihubungkan dengan perumusan medan listrik, dapat dilakukan melalui
hubungan kerja.

3.4 Generator Sinkron


Generator sinkron adalah suatu mesin listrik yang digunakan untuk
memproduksi energi listrik dari sumber mekanikal dengan menggunakan induksi
elektromagnetik. Energi mekanik diperoleh dari putaran rotor yang digerakkan
oleh penggerak mula, sedangkan energi listrik diperoleh dari perpotongan medan
magnet dengan penghantar, maka pada penghantar akan timbul gaya gerak listrik
melalui proses induksi elektromagnetik yang terjadi pada kumparan rotor dan
stator. Perubahan energi ini terjadi karena adanya pergerakan relatif antara medan
magnet dengan kumparan generator. Pergerakan relatif merupakan terjadinya
perubahan medan magnet pada kumparan jangkar (tempat terbangkitnya tegangan
pada generator) karena pergerakan medan magnet terhadap kumparan jangkar.
Dikatakan generator sinkron karena kecepatan putaran medan magnet
sama dengan kecepatan putaran rotor generator, sehingga kecepatan sinkron
dihasilkan dari kecepatan putar rotor dengan kutub-kutub magnet yang berputar
dengan kecepatan yang sama dengan medan putar pada stator. Kumparan medan
generator sinkron terdapat pada rotor, sedangkan kumparan jangkar terdapat pada
stator. Rotor generator sinkron yang terdiri dari belitan medan yang suplai dengan
arus searah akan menghasilkan medan magnet yang berputar dengan kecepatan

3
yang sama dengan kecepatan putar rotor. Karena kecepatan putaran medan
magnet sama dengan kecepatan putaran rotor generator, maka generator sinkron
ini akan menghasilkan energi listrik bolak balik (AC). Hubungan antara kecepatan
putar dengan frekuensi ditunjukkan pada persamaan di bawah ini:

120 . f (3.1)
n=
p

Dengan : n = Kecepatan Putaran Rotor (rpm)


P = Jumlah Kutub Rotor
f = Frekuensi (Hz)
Frekuensi adalah banyaknya siklus (gelombang) dalam setiap detik
(s). Standar frekuensi listrik di Indonesia adalah 50 Hz. Oleh karena itu
apabila generator unit pembangkit diputar oleh turbin dengan kecepatan
3000 rpm, maka jumlah kutub magnetnya adalah 2 pasang. Jumlah kutub
magnet suatu generator ditentukan berdasarkan putaran kerja dan frekuensi
generator yang dinginkan. Frekuensi listrik harus dijaga konstan sepanjang
waktu, karena perubahan frekuensi akan menyebabkan berubahnya
putaran motor. Indikator kualitas listrik yang baik salah satunya
ditunjukkan dengan frekuensi yang stabil [3].

3.4.1 Prinsip Kerja Generator Sinkron

Gambar 3. 10 Prinsip Kerja Generator

4
( sumber : akhdanazizan.com)

Pada gambar 3.10 prinsip kerja generator yaitu prinsip kerja alternator
menerapkan prinsip pembangkitan listrik berdasarkan induksi. Menurut hukum
faraday, apabila kumparan berputar di dalam medan magnet atau sebaliknya
medan magnet berputar di dalam kumparan, maka pada ujung-ujung kumparan
tersebut akan timbul gaya gerak listrik (GGL) atau timbul tegangan. Besar
tegangan yang diinduksikan pada kumparan medan sangat bergantung pada
panjang penghantar dalam kumparan medan, kecepatan putaran dan kuat medan
magnet.
Suatu mesin listrik akan bekerja apabila memiliki kumparan medan yang
berfungsi untuk menghasilkan medan magnet dan kumparan jangkar untuk
menghasilkan ggl induksi pada konduktor yang terdapat pada medan jangkar,
serta celah udara yang berfungsi untuk memungkinkan berputarnya jangkar dalam
medan magnet.
Secara umum prinsip kerja dari generator sinkron adalah apabila
kumparan medan yang terdapat pada rotor dihubungkan dengan sumber eksitasi
yang akan mensuplai arus searah (DC) terhadap kumparan medan, maka dengan
adanya arus searah yang mengalir melalui kumparan medan akan menimbulkan
fluks. Penggerak mula (prime mover) yang sudah terkopel dengan rotor generator
segera dioperasikan, sehingga rotor akan berputar dengan kecepatan tertentu
sesuai dengan jumlah putaran yang diharapkan. Perputaran dari rotor generator
tersebut akan sekaligus memutar medan magnet yang dihasilkan oleh kumparan
medan rotor. Medan putar yang terdapat pada rotor tersebut, selajutnya akan
diinduksikan pada kumparan jangkar, sehingga kumparan jangkar yang terdapat
pada stator generator akan menghasilkan fluks magnetik yang berubah-ubah
nilainya setiap waktu. Adanya perubahan fluks yang terdapat suatu kumparan
medan akan menimbulkan ggl induksi pada ujung kumparan medan tersebut.

3.4.2 Konstruksi Generator Sinkron


Generator sinkron merupakan komponen utama dalam sistem
pembangkitan yang berfungsi untuk merubah energi mekanik menjadi energi

5
listrik. Kapasitas generator pembangkitan di Indonesia sangat bervariasi, karena
pembangunannya disesuaikan dengan kebutuhan energi yang harus dilayani.
Konstruksi generator sinkron semuanya menggunakan medan magnet putar stator.
Hal ini bertujuan untuk memudahkan penyambungan (connection) energi listrik
keluar generator, karena titik terminal penyambungannya terdapat pada stator
generator. Berikut dapat dilihat konstruksi generator sinkron pada Gambar 3.11

Gambar 3.11 Konstruksi Generator Sinkron


( sumber : dokumen.tips)

Secara umum konstruksi generator sinkron sama dengan motor


sinkron, dimana konstruksi generator sinkron terdiri dari rotor, stator dan
celah udara. Rotor yaitu bagian yang berputar dalam suatu generator
dimana kumparan medan disuplai arus searah dari eksitasi. Stator yaitu
bagian dari generator sinkron yang diam, dimana akan menghasilkan ggl
induksi pada konduktor yang terdapat pada medan jangkar. Celah udara
adalah ruang antara rotor dan stator yang berfungsi sebagai tempat
terjadinya fluks atau induksi energi listrik dari rotor ke stator dan
memungkinkan berputarnya jangkar dalam medan magnet.
1. Rotor
Rotor berfungsi sebagai tempat ketika medan magnet dibangkitkan,
secara umum rotor juga dapat disebut sebuah electromagnet yang besar.
Rotor memiliki beberapa komponen seperti :
a. Sikat ( Brush )

6
Ada dua jenis generator sinkron yaitu yang menggunakan sikat
(brush) dan tanpa menggunakan sikat (brushless). Sikat pada generator
sinkron berguna sebagai saklar putar untuk mengalirkan arus searah ke
kumparan medan. Namun daya yang dihasilkan dengan menggunakan
sikat pada generator ini sangat terbatas tidak sebesar seperti daya yang
dihasilkan oleh generator yang menggunakan sistem brushless.
Penggunaan sikat pada generator dengan daya yang besar dapat
menimbulkan losses yang besar dan loncatan api yang dapat
menimbulkan kebakaran pada sistem pembangkit tersebut.
b. Slip Ring
Slip ring berfungsi untuk mengaliri arus searah menuju medan
magnet pada rotor. Slip ring ini terbuat dari bahan yang kuat dan tahan
terhadap panas sehingga Slip ring ini mampu mengaliri arus ke rotor
generator dengan baik. Kemudian Slip ring dipasangkan pada terminal
kumparan rotor dan dihubungkan ke sumber arus searah menggunakan
sikat (brush).
c. Kumparan Medan
Kumparan medan merupakan tempat terjadinya medan magnet
pada generator. Kumparan medan terbuat dari tembaga berlapiskan
perak yang dibuat dengan rapi. Kumparan ini berfungsi untuk
menghasilkan medan magnet pada rotor yang mendapat sumber dari
eksitasi.
d. Poros Motor
Poros rotor adalah sebagai tempat untuk meletakkan kumparan
medan, dimana pada poros rotor generator tersebut berbentuk slot-slot
secara paralel terhadap poros rotor.
Pada dasarnya rotor generator sinkron adalah sebuah
elektromagnet yang besar, dimana kutub medan magnet pada rotor
generator sinkron berupa salient pole (kutub menonjol) dan non-salient
pole (kutub tak menonjol).
a) Silent Pole (Kutub Menonjol)

7
Pada jenis salient pole, kutub magnet menonjol keluar dari
permukaan rotor. Belitan-belitan medannya dihubung seri. Ketika belitan
medan ini disuplai oleh eksiter, maka kutub yang berdekatan akan
membentuk kutub berlawanan. Salient pole mempunyai jumlah kutub
yang banyak, hal ini ditandai dimana salient pole memiliki diameter yang
besar dan panjang serta memiliki sumbu pendek.
Pada umumnya rotor salient pole (kutub menonjol) digunakan pada
generator sinkron dengan kecepatan putaran yang rendah dan sedang (120-
400 rpm). Generator sinkron menggunakan rotor salient pole seperti ini
biasanya dikopel oleh mesin diesel atau turbin air pada sistem pembangkit
listrik. Rotor salient pole sangat bagus untuk digunakan pada putaran
rendah dan sedang, hal ini dikarenakan apabila digunakan pada kecepatan
yang tinggi rotor ini dapat menimbulkan rugi-rugi yang besar,
menimbulkan suara bising dan tidak cukup kuat untuk menahan tekanan
mekanis apabila diputar dengan kecepatan tinggi.
b) Non-Salient Pole Rotor (Rotor Kutub Silinder)
Pada jenis non-salient pole, rotor jenis ini terbuat dari plat baja
yang berbentuk silinder dimana kontruksi medan magnetnya rata dengan
permukaan rotor generator sinkron. Belitan medannya dipasang pada alur-
alur sisi luar dan terhubung seri yang mendapatkan pasokan listrik yang
terhubung dengan exciter. Konstruksi dari rotor non-salient pole adalah
dengan memberikan keseimbangan mekanis yang lebih baik dibandingkan
rotor salient pole karena rugi-ruginya lebih kecil. Jenis non salient pole
dapat dilihat pada Gambar 3.12.

8
Gambar 3.12 Non-Salient Pole Rotor
(sumber : docplayer.com)

Rotor kutub non-salient pole ini biasanya digunakan pada


generator sinkron dengan kecepatan putar yang tinggi (lebih dari 1500
rpm) dengan diameter kecil dan panjang. Kumparan rotor diatur
sedemikian sehingga terdapat fluks maksimum pada satu posisi tertentu.
Rotor dengan bentuk ini biasanya lebih balance dan memiliki kebisingan
(noise) yang rendah. Rotor silinder baik digunakan pada kecepatan putar
tinggi karena konstruksinya memiliki kekuatan mekanik yang baik pada
kecepatan putar tinggi. Selain itu distribusi di sekeliling rotor mendekati
bentuk gelombang sinus sehingga lebih baik dari kutub menonjol.
2. Stator
Stator (armature) adalah bagian yang berfungsi sebagai tempat
untuk menerima induksi magnet dari rotor. Arus AC yang menuju ke
beban disalurkan melalui stator. Komponen ini berbentuk sebuah rangka
silinder dengan lilitan kawat konduktor yang sangat banyak. Konstruksi
generator dapat dilihat pada gambar 3.13.

9
Gambar 3.13 Konstruksi Generator
(sumber : 123dok.com)

Terdapat beberapa komponen utama dalam stator generator sinkron


yaitu sebagai berikut:
a. Rangka stator (Stator Frame)
Rangka stator merupakan sebagai tempat dari kumparan jangkar
pada generator. Rangka stator berupa kerangka (rumah pembangkit)
yang terbuat dari elemen plat baja yang dibentuk sedemikian rupa
hingga diperoleh rangka stator yang sesuai dengan kebutuhan.
Pemasangan rangka stator dilakukan dengan cermat agar diperoleh
kedudukannya yang tepat dan mampu menahan hal-hal dan kondisi
yang tidak menguntungkan baik pada saat gangguan seperti hubung
singkat maupun gangguan bencana alam. Gambar dibawah
memperlihatkan rangka stator pada generator.
b. Inti Stator
Inti stator merupakan tempat mengalirnya fluks magnet yang
memotong kumparan jangkar di stator. Dimana inti stator terbuat dari
laminasi-laminasi baja campuran atau besi magnetik khusus yang
terpasang ke rangka stator. Tujuan dari laminasi-laminasi tersebut
adalah untuk mengurangi besarnya arus pusar (eddy current), karena
arus pusar ini dapat menimbulkan panas pada inti stator yang dapat
merusak inti stator dan isolasi kumparan penghantar.
c. Slot dan Gigi

10
Slot (alur) dan gigi adalah tempat konduktor berada yang letaknya
pada bagian dalam sepanjang keliling stator. Pada Slot (alur) dan gigi
terdapat tiga bentuk yaitu, slot terbuka, slot setengah terbuka dan slot
tertutup. Jenis slot dan gigi dapat dilihat pada Gambar 3.14.

Gambar 3.14 Bentuk – Bentuk Alur Stator


(sumber : docplayer.com)

d. Kumparan Stator ( Kumparan Jangkar )


Kumparan jangkar adalah tempat terbentuknya GGL induksi yang
diakibatkan adanya perpotongan medan magnet putar dari rotor yang
memotong kumparan jangkar atau penghantar stator. Kumparan
jangkar ini berupa gulungan kawat penghantar yang berisolasi yang
disusun sedemikian rupa dan ditempatkan pada alur-alur inti besi..
Pada kumparan jangkar stator akan mengalirkan arus jangkar bolak –
balik 3 fasa apabila pada kumparan tersebut terhubung dengan beban.
Dimana arus tersebut akan menimbulkan panas pada kumparan yang
dapat merusak isolasi kumparan jangkar dan memberi efek pemanasan
pada inti besi. Kumparan tersebut dibagi menjadi 3 bagian yang
berbeda fasa 1200 listrik. Dimana umumnya dihubungkan dengan
sambungan bintang (Y) dan delta (Δ) [4].

3.4.3 Sinkronisasi Generator


Sebuah generator dapat terhubung ke dalam sistem maka ada beberapa
persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjaga generator agar bekerja seperti
halnya generator, bukan menjadi motor. Syarat-syarat yang harus dipenuhi
sebelum terhubung ke sistem menurut Michael J. Thompson dalam bukunya yang

11
berjudul “Fundamentals and Advancements in Generator Synchronizing Systems
(March 2012)” diantaranya yaitu:
1. Tegangan alternator harus sama dengan tegangan system
Pada saat tegangan sinusoidal memiliki nilai sama baik tegangan
yang ada pada jaringan maupun yang dibangkitkan dari generator sinkron.
Saat proses sinkronisasi perbedaan tegangan generator sangat sensitif
terhadap pembebanan. Pengaturan generator sinkron dapat dilakukan
dengan cara penurunan arus eksitasi yang masuk pada kumparan medan
(field winding) generator. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi
kerusakan pada aspek mekanis generator. Perbedaan tegangan akan
menimbulkan loncatan bunga api sehingga dapat merusak transformator.
Pada saat proses paralel generator, tegangan pada generator lebih besar
dibandingkan tegangan pada jaringan. Oleh karena itu maka generator
akan menerima lonjakan beban lagging (induktif) yang apabila dalam
jumlah yang besar dapat menimbulkan panas pada belitan stator.
2. Frekuensi harus sama dengan frekuensi system
Sebelum proses sinkronisasi dilakukan, generator harus diputar,
sehingga frekuensi tegangan output sama dengan frekuensi sistem. Namun
untuk memastikan fungsi kerja mesin tersebut adalah sebagai generator,
maka sebelum proses sinkronisasi, frekuensi dinaikkan sedikit diatas
frekuensi sistem. Namun yang perlu diketahui, bahwa semakin besar
perbedaan frekuensi maka semakin besar hentakan mekanis yang akan
diterima generator. Untuk mencegah terjadinya kerusakan pada sistem
maka perbedaan frekuensi sistem dan frekuensi generator di ubah sekecil
mungkin. Frekuensi generator dengan frekuensi sistem harus sama. Untuk
menyamakan frekuensi tersebut, maka putaran generator harus diatur
terlebih dahulu dengan mengatur katup governor (aliran uap masuk
turbin). Ketika frekuensi generator lebih besar dari frekuensi sistem, maka
sistem akan mengalami sentakan beban (MW) dari mesin yang
menyebabkan mesin membangkitkan MW. Namun sebaliknya ketika
frekuensi generator lebih rendah dari frekuensi sistem, maka mesin akan
mengalami sentakan (MW) dari sistem yang menyebabkan mesin menjadi

12
motor (motoring). Standar frekuensi yang digunakan di Indonesia yaitu 50
Hz. Sesuai standar dari PLN, frekuensi sebaiknya tidak melebihi  0.5 dari
50 Hz, yaitu: 49,5 - 50,5 Hz atau 2970 - 3030 Rpm.
3. Urutan jumlah dan sudut phasa harus sama dengan system
Urutan sudut phase pada generator sinkron terhadap jaringan jala-
jala harus sama, dimana urutan U,V dan W dari generator sinkron
urutannya harus sama dengan phase R,S dan T jaringan jala-jala [5].

3.5 Pengertian Daya


Daya listrik memiliki satuan Watt dalam Standar Internasional (SI),
dimana daya listrik berfungsi sebagai bentuk besaran terukur yang
ditunjukkan dengan adanya produksi energi listrik dari pembangkit, maupun
penyerapan energi listrik pada beban. Secara umum daya listrik adalah
kecepatan aliran suatu energi listrik pada suatu jaringan listrik ke beban
dalam tiap satuan waktu. Dalam suatu sistem pembangkit daya dikenal
dengan tiga daya yaitu:
1. Daya Aktif / Nyata (P)
Daya nyata / aktif memiliki satuan Watt (W). Daya aktif
merupakan daya yang dibutuhkan oleh beban resistif, dimana daya ini
akan menunjukkan adanya aliran energi listrik dari pembangkit ke beban.
Secara umum daya ini sering digunakan oleh konsumen dan sebagai
satuan yang digunakan untuk daya listrik. Dalam kehidupan sehari-hari
energi listrik yang disalurkan dari PLN ke rumah-rumah, maka daya yang
tertulis pada kWH meter merupakan daya aktif dan itu merupakan daya
yang akan dibayarkan oleh pelanggan.
Rumus daya aktif (P) untuk sistem 3 fasa :
P = √ 3 x V x I x Cos φ (3.2)
Ket :
P = Daya aktif (Watt)
V= Tegangan (Volt)
I = Arus yang mengalir pada penghantar (Amper)
Cos φ = Faktor daya

13
2. Daya Reaktif ( Q )
Daya reaktif memiliki satuan (VAR). Daya reaktif merupakan daya
yang tidak termanfaatkan oleh konsumen, namun hanya dapat
termanfaatkan pada pembangkitan. Pada pembangkit daya reaktif ini
digunakan untuk membangkitkan medan magnet, sehingga dari
pembangkitan medan magnet tersebut akan terbentuk fluks-fluks magnet.
Rumus daya reaktif (Q) untuk sistem 3 fasa :
Q = √ 3 x V x I x Sin φ (3.3)
Ket :
Q = Daya reaktif (VAR)
V= Tegangan (Volt)
I = Arus yang mengalir pada penghantar (Amper)
Sin φ = Faktor daya
3. Daya Semu ( S )
Daya semu memiliki satuan (VA). Daya semu merupakan daya
sebenarnya yang disuplai oleh PLN, yang merupakan resultan antara daya
aktif (P) dengan daya reaktif (Q).
Rumus daya semu (S) untuk sistem 3 fasa :
S = √ 3 x V x I (3.3) (3.4)
Ket :
S = Daya semu (VA)
V= Tegangan (Volt)
I = Arus yang mengalir pada penghantar (Ampere)

3.5.1 Faktor Daya


Faktor daya merupakan perbandingan antara daya nyata (P)
terhadap daya semu (Q). Faktor daya menunjukkan besarnya rasio daya
nyata yang bisa dimanfaatkan pada daya semu yang dihasilkan oleh
sumber. Pernyataan tersebut berdasarkan persamaan berikut.
P
Cos φ = S (3.5)
Dimana : Cos φ = Faktor daya
P = Daya aktip (Watt)
S = Daya semu (VA)

14
3.6 Eksitasi
Sistem eksitasi merupakan suatu proses penguatan medan magnet
dengan cara memberikan arus searah (DC) ke belitan medan pada rotor
generator sinkron. Secara umum ketika suatu konduktor berupa kumparan
dialiri arus searah (DC), maka kumparan tersebut akan menjadi magnet
yang nantinya akan menghasilkan fluks magnet. Ketika kumparan medan
sudah diberi arus searah yang di dapat dari arus eksitasi dan berputar
dengan kecepatan tertentu, maka kumparan jangkar stator generator akan
terinduksi dari fluks-fluks magnet yang dihasilkan oleh kumparan medan,
sehingga akan menghasilkan tegangan listrik bolak-balik (AC). Tegangan
yang dihasilkan oleh generator sangat tergantung dari besarnya arus
eksitasi dan putaran rotor, hal ini dikarenakan semakin besar arus eksitasi
dan putaran yang diberikan, maka akan semakin besar tegangan yang
dihasilkan oleh generator.
Seperti yang diketahui bahwa arus eksitasi menggunakan arus
searah, maka sebagai eksiternya adalah mesin arus searah (generator DC)
atau dapat juga dengan menggunakan mesin arus bolak-balik (generator
AC) kemudian disearahkan dengan rectifier. Secara umum dalam
penyaluran sistem arus searah pada rotor, sistem eksitasi terbagi atas dua
jenis yaitu sistem eksitasi menggunakan sikat (brush excitation) dan sistem
eksitasi tanpa menggunakan sikat (brushless excitation).
Sistem eksitasi dengan menggunakan sikat (brush excitation) ada
dua jenis yaitu:
1. Sistem eksitasi konvensional (menggunakan generator arus searah).
2. Sistem eksitasi statis.
Sedangkan sistem eksitasi tanpa menggunakan sikat (brushless
excitation) terdiri dari:
1. Sistem eksitasi dengan menggunakan baterai.
2. Sistem eksitasi dengan menggunakan Permanent Magnet Generator
(PMG) [5].

15
3.6.1 Sistem Eksitasi Menggunakan Sikat (Brush Excitation)
1. Sistem eksitasi konvensional (menggunakan generator arus searah).
Untuk sistem eksitasi yang konvensional, arus searah diperoleh
dari sebuah generator arus searah berkapasitas kecil yang disebut dengan
eksiter. Generator arus searah tersebut terkopel dengan generator sinkron
dalam satu poros, sehingga putaran generator arus searah sama dengan
putaran generator sinkron. Tegangan yang dihasilkan oleh eksiter
diberikan kebelitan rotor generator sinkron melalui sikat karbon dan slip
ring. Akibatnya arus searah mengalir ke rotor dan menimbulkan medan
magnet yang dibutuhkan untuk menghasilkan tegangan arus bolak- balik
pada kumparan utama yang terletak di stator generator sinkron. Pada
sistem eksitasi konvensional ini terdapat beberapa kerugian yaitu:
1) Generator arus searah merupakan beban tambahan untuk penggerak
mula (prime mover).
2) Penggunaan slip ring dan sikat dapat menimbulkan masalah ketika
digunakan untuk mensuplai sumber arus searah pada belitan medan
generator sinkron.
3) Terdapat sikat arang yang menekan slip ring sehingga menimbulkan
rugi gesekan pada generator utamanya.
4) Generator arus searah juga memiliki keandalan yang rendah
2. Sistem Eksitasi Statis
Sistem eksitasi statis merupakan sistem eksitasi yang
menggunakan peralatan eksitasi yang tidak bergerak (static), yang berarti
peralatan eksitasi tersebut tidak ikut berputar bersama dengan rotor
generator sinkron. Sistem eksitasi satis (static excitation system) ini biasa
disebut juga dengan self excitation yang merupakan sistem eksitasi yang
tidak memerlukan generator tambahan sebagai sumber eksitasi generator
sinkron tersebut. Sumber eksitasi pada sistem eksitasi statis ini berasal dari
tegangan output generator itu sendiri yang disearahkan terlebih dahulu
dengan menggunakan penyearah thyristor.
Pada mulanya pada rotor terdapat sedikit sisa magnet, magnet sisa
ini akan menimbulkan tegangan pada stator, tegangan ini akan masuk
dalam penyearah dan dimasukkan kembali ke rotor. Akibatnya medan

16
magnet yang dihasilkan makin besar dan tegangan AC akan naik.
Demikian seterusnya hingga dicapai tegangan nominal yang dibutuhkan
oleh generator untuk proses pembangkitan. Biasanya penyearah itu juga
mempunyai pengatur sehingga tegangan generator dapat diatur konstan.
Pengaturan tersebut biasanya dilakukan oleh peralatan yang disebut
dengan AVR (Automatic Voltage Regulator).
Sistem eksitasi statis, apabila dibandingkan dengan sistem eksitasi
konvensional memang sudah jauh lebih baik karena tidak ada generator
arus searah (yang keandalannya rendah) dan beban pada penggerak utama
berupa generator arus searah dihilangkan. Pada sistem eksitasi statis ini,
untuk keperluan eksitasi awal pada generator sinkron saat belum mampu
menghasilkan tegangan keluaran, maka energi yang digunakan untuk
sistem eksitasi diambil dari baterai. Dan proses ini dinamakan dengan
proses field flashing. Di mana pada proses field flashing ini baterai
menginjeksikan arus eksitasi ke rotor generator. Hal ini dibutuhkan karena
generator sinkron tidak memiliki sumber arus dan tegangan sendiri untuk
mensuplai kumparan medan. Dengan adanya arus eksitasi ini maka
generator akan menghasilkan tegangan keluaran system eksitasi statis
dapat dilihat pada Gambar 3.15 [6].

Gambar 3.15 Sistem Eksitasi Statis


(sumber : bangunpane.blogspot.com)

17
3.6.2 Sistem Eksitasi Tanpa Sikat (Brushless Excitation)
1. Sistem eksitasi dengan menggunakan baterai.
Sistem eksitasi tanpa sikat diaplikasikan pada generator sinkron,
sebagaimana suplai arus searah kebelitan medan dilakukan tanpa melalui
sikat. Arus searah yang digunakan untuk suplai eksitasi start awal
generator menggunakan suplai dari baterai, dimana arus ini selanjutnya
disalurkan ke belitan medan AC eksiter. Tegangan keluaran dari generator
sinkron ini disearahkan oleh penyearah yang menggunakan dioda, yang
disebut rotating rectifier, yang diletakkan pada bagian poros ataupun pada
bagian dalam rotor generator sinkron, sehingga rotating rectifier tersebut
ikut berputar sesuai dengan putaran rotor. System eksitasi brushless dapat
dilihat pada Gambar 3.16.

Gambar 3.16 Brushless Excitation


(sumber : bangunpane.blogspot.com)
2. Sistem eksitasi dengan menggunakan Permanent Magnet Generator
(PMG).
Suatu generator sinkron harus memiliki sebuah medan magnet
yang berputar agar generator tersebut menghasilkan tegangan pada
statornya. Medan magnet ini dapat dihasilkan dari belitan rotor yang
disuplai dengan sumber listrik arus searah. Cara lain untuk menghasilkan
medan magnet pada rotor adalah dengan menggunakan magnet permanen
sebagai sumber eksitasinya ini disebut dengan Permanen Magnet
Generator (PMG). Generator sinkron yang berkapasitas besar biasanya
menggunakan sistem brushless excitation yang dilengkapi dengan
permanen magnet generator. Hal ini dimaksudkan agar sistem eksitasi dari
generator sama sekali tidak tergantung pada sumber daya listrik dari luar

18
mesin itu. Sistem eksitasi menggunakan PMG dapat dilihat pada Gambar
3.17.

Gambar 3.17 Sistem Eksitasi Menggunakan PMG


(sumber : ugmmatrika.wordpress.com)

Dari gambar 3.17, dilihat bahwa pada bagian mesin yang berputar
(rotor) terdapat magnet permanent, kumparan jangkar generator eksitasi,
kumparan medan generator utama. Hal ini memungkinkan generator
tersebut tidak menggunakan slip ring dan sikat dalam pengoperasiaanya
sehingga lebih efektif dan efesien. Permanent Magnet Generator akan
berputar ketika rotor berputar, karena telah terhubung pada satu sumbu
atau poros. PMG di sini berfungsi untuk membangkitkan tegangan atau
arus AC yang selanjutnya disearahkan dan dimasukkan ke AVR untuk
diatur dan dikontrol. Dikarenakan tegangan atau arus AC pada PMG
sangat kecil, maka arus AC yang telah disearahkan dimasukkan ke eksiter
yang bertujuan untuk membangkitkan tegangan AC yang lebih besar. Arus
keluaran dari eksiter kemudian akan disearahkan menggunakan rotating
diode. Dan selanjutnya arus eksitasi diinjeksikan ke rotor sehingga
terdapat medan magnet pada generator yang akhirnya menimbulkan fluks
listrik yang menghasilkan tegangan keluaran pada generator [7].

3.7 AVR (Automatic Voltage Regulator)


Automatic Voltage Regulator (AVR) adalah sebuah divais pengaturan yang
digunakan pada generator sinkron untuk menyetabilkan tegangan keluaran yang

19
dihasilkan. AVR berfungsi untuk menjaga agar tegangan generator tetap konstan
dengan kata lain generator akan tetap mengeluarkan tegangan yang selalu stabil
tidak terpengaruh pada perubahan beban yang selalu berubah-ubah, dikarenakan
beban sangat mempengaruhi tegangan output generator. Sistem AVR pada
pembangkit sangat penting peranannya, dikarenakan sebuah generator tidak akan
menghasilkan listrik jika didalamnya sistem tidak terdapat AVR.

3.7.1 Konstruksi Automatic Voltage Regulator(AVR)


Bagian AVR dibagi menjadi dua bagian utama yaitu :
a. Bagian penyearah(rectifier) yang berfungsi mengubah energi AC
menjadi DC yang dibutuhkan oleh generator sinkron dalam proses
eksitasi. Pada bagian ini yang lebih diutamakan adalah kontrol sinyal
yang untuk menyalakan transistor.
b. Bagian pengatur tegangan yang berfungsi sebagai pengontrol tegangan
DC generator sinkron. Voltage regulator merupakan bagian terpenting
dalam proses eksitasi pada generator sinkron. Pada bagian ini terdapat
kontrol PI yang berfungsi untuk mengatur tegangan DC
yangakandiinjeksikan pada medan generator sinkron. Masukan dari
pengatur tegangan merupakan tegangan DC yang berasal dari
penyearah serta tegangan refrensi yang diinginkan dengan kontrol PI
yang digunakan maka didapat keluaran berupa tegangan eksitasi yang
menjadi masukan generator sinkron.

3.7.2 Fungsi Automatic Voltage Regulator (AVR)


a. Menjaga kesetabilan tegangan output generator
b. Mengatur pembagian daya semu reaktif saat kerja paralel
c. Memberikan pengaturan arus esitasi dalam kondisi gangguan supaya
tidak keluar dari sinkronisasi
d. Menurunkan tegangan dengan cepat apabila generator terlepas dari
beban yang akan mengakibatkan terjadinya over voltage.

3.7.3 Prinsip kerja Automatic Voltage Regulator (AVR)


Apabila tegangan output generator dibawah tegangan normal
tegangan generator, maka AVR akan memperbesar arus pengutan (exitacy)
pada exiter. Dengan demikian apabila terjadi perubahan tegangan output

20
generator akan dapat distabilkan oleh AVR secara otomatis dikerenakan
dilengkapi dengan peralataan seperti alat yang digunakan untuk
pembatasan minimum ataupun maksimum yang bekerja secara
otomatis.Tiga keadaan AVR, yaitu :
a. Jika tegangan output tinggi maka error signal(+) AVR akan
memberian perintah untuk mengurangi arus eksitasi.
b. Jika tegangan cocok dengan harga set point (0) maka AVR tidak akan
memberikan perintah apapun.
c. Jika tegangan output rendah maka error signalakan (-) maka AVR akan
memberi perintah agar menambahkan arus eksitasi [8].

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Prinsip Kerja Sistem Eksitasi


Saat generator diputar, Pilot Exciter yang memiliki permanen magnet yang
berada pada rotor coil nya akan membangkitkan tegangan AC. Power ini
kemudian akan menjadi sumber power untuk AVR (Automatic Voltage
Regulator). Pada AVR tegangan AC disearahkan menjadi tegangan DC dan diatur
besar arusnya untuk kemudian disalurkan ke AC Exciter field (stator) coil. Arus
yang mengalir pada field coil membangkitkan AC 3 fasa di armature coil AC
Exciter. Tegangan AC itu disearahkan oleh dioda silikon yang terdapat di

21
rangkaian rotating rectifier menjadi tegangan DC. Arus yang dihasilkan oleh
rotating rectifier kemudian akan disalurkan ke field coil dari generator.

(a)

(b)

Gambar 4.1 (a) Exiter , (b) Diagram System Eksitasi


(sumber : rakhman.net)
Keluaran AC Exciter yang berupa tegangan AC disearahkan oleh
Rotating Rectifier yang kemudian diumpankan ke field coil dari generator.
Konstruksi ini tidak membutuhkan injeksi arus melalui komponen sliding
yang menggunakan komutator, carbon-brush dan slip ring.

4.2 Prinsip Kerja System Eksitasi Generator Di Unit 3 PT. Mega Power
Mandiri
Sistem eksitasi pada seluruh generator unit 1,2,3, dan 4 di PT. Mega
Power Mandiri menggunakan sistem eksitasi jenis brushless excitation. Eksitasi
jenis brusless excitation adalah eksitasi tanpa sikat yang memanfaatkan keluaran

22
dari generator yang digunakan kembali sebagai sistem eksitasinya. Eksitasi pada
generator sinkron adalah pemberian arus searah pada belitan medan yang terdapat
pada rotor. Sesuai dengan prinsip elektromagnetik, apabila suatu konduktor atau
penghantar yang berupa kumparan yang dialiri arus listrik searah maka kumparan
tersebut akan menjadi magnet sehingga akan menghasilkan fluks-fluks magnetik.
Jika kumparan yang telah diberi arus eksitasi diputar dengan kecepatan tertentu,
maka kumparan jangkar yang terdapat pada stator akan terinduksi oleh fluks-fluks
magnet yang dihasilkan oleh kumparan medan sehingga akan dihasilkan tegangan
listrik bolak-balik.

Generator Rotating Generator


Baterai
Utama Dioda Exciter

Exciter
Automatic Field
Rectifier
Voltage
Regulator

Gambar 4.2 Diagram Blok System Eksitasi Generator Unit 3 PT. Mega Power Mandiri
Berdasarkan Gambar 4.2 blok diagram ini menjelaskan tahapan
dari sistem eksitasi generator unit 3 PT. Mega Power Mandiri. Sistem
eksitasi pada generator unit 3 PT. Mega Power Mandiri menggunakan
sistem autoreclosing yang mana disaat awal eksitasi sumber yang
digunakan adalah tegangan baterai berkapasitas 220 V DC serta
menggunakan bantuan rangkaian field flashing, setelah generator dapat
membangkitkan tegangan, maka secara otomatis field flashing akan
terlepas sehingga menyebabkan eksitasi sumber baterai 220 V DC akan
terputus. Saat 220 terputus, sumber eksitasi pada generator ini
memanfaatkan keluaran generator yang sebelumnya telah diturunkan

23
teganganya melalui transformator dari 6,3 KV menjadi 220 V. Setelah
tegangan pada generator diturunkan, selanjutnya akan disearahkan
menggunakan rectifier dengan rangkain penyearah berupa thyristor yang
kemudian dihubungkan dengan AVR sebagai pengontrol sistem eksitasi
generator agar dapat menjaga kestabilan dari tegangan tersebut. Keluaran
yang telah melewati rectifire dan telah menjadi DC akan di salurkan pada
stator AC exciter. Kemudian untuk rotor AC exciter satu poros dengan
rotor generator utama sehingga pada saat turbin berputar maka kedua rotor
akan ikut berputar.
Pada saat generator berputar maka AC exciter akan menghasilan tegangan
yang kemudian disearahkan menggunakan rotating dioda yang selanjutnya akan
digunakan sebagai penguat pada generator yang dialirkan pada rotor generator
utama. Ketika aliran listrik DC masuk pada rotor generator maka akan
menghasilkan medan magnet, sehingga putaran rotor akan mengakibatkan
kumparan magnet rotor pada rotor memotong kumparan jangkar pada stator yang
menyebabkan terjadinya GGL. GGL yang dihasilkan pada stator generator adalah
AC 3 phase dengan tegangan 6,3 kV yang selanjutnya keluaran tersebut akan
disaluran kan ke trafo step up, trafo ps ( power suplai ) dan trafo eksitasi. PT.
Mega Power Mandiri menggunakan penggunaan listrik sendiri dari hasil keluaran
generator. Untuk trafo ke sistem akan dinaikkan dari 6,3 kV menjadi 20 kV.

4.3 Perhitugan Nilai Factor Daya Dan Nilai Daya Reaktif


Daya pada generator memiliki tiga macam daya, yaitu daya aktif (MW),
daya reaktif (MVAr), dan daya semu (VA). Daya semu adalah daya dari pekalian
antara daya aktif dan daya reaktif atau daya semu biasa dikatan dengan daya total.
Berikut ini perhitungan Nilai pengaruh antara nilai faktor daya terhadap nilai daya
reaktif yang akan berpengaruh juga terhadap arus eksitasi pada generator unit 3
PT. Mega Power Mandiri. Data yang didapat berdasarkan data operasi harian
generator dengan rata-rata per jam pada generator unit 3 pada PT. Mega Power
Mandiri. Nilai daya aktif dan daya reaktif dapat dinyatakan dengan persamaan 3.2
dan persamaan 3.4. Dari persamaan 3.4 maka dapat dilakukan perhitungan nilai
faktor daya yang didapatkan berdasarkan data operasi harian generator dengan
rata-rata per unit 3 PT. Mega Power Mandiri.

24
1. Pada saat nilai daya reaktif 0,61 MVAR, nilai tegangan generator 6,2 KV, dan
nilai arus 382 A.
Diketahui : Q = 0,61 MVAR
V = 6,2 KV
I = 382 A
Ditanya = Cos φ ?
Penyelesaian :
Q = V.I.Sin φ √ 3
0,61 MVAR = 6,2 KV.382 A.sin φ √ 3
0,61 MVAr
sin φ =
6,2 KV .382 A . √ 3
=0,148
φ = sin-1 0,148
= 8,51
Cos φ = 0,988
2. Pada saat nilai daya reaktif 0,47 MVAR, nilai tegangan generator 6,2 KV, dan
nilai arus 383 A.
Diketahui : Q = 0,47 MVAR
V = 6,2 KV
I = 383 A
Ditanya = Cos φ ?
Penyelesaian :
Q = V.I.Sin φ √ 3
0,47 MVAR = 6,2 KV.383 A.sin φ √ 3
0,47 MVAr
sin φ = = 0,114
6,2 KV .383 A . √ 3
φ = sin-1 0,114 = 6.54
Cos φ = 0,993
3. Pada saat nilai daya reaktif 0.92 MVAR, nilai tegangan generator 6.2 KV, dan
nilai arus 386 A.
Diketahui : Q = 0,92 MVAR
V = 6,2 KV
I = 386 A

25
Ditanya = Cos φ ?
Penyelesaian :
Q = V.I.Sin φ √ 3
0,92 MVAR = 6.2 KV.386 A.sin φ √ 3
0,92 MVAr
sin φ =
6,2 KV .386 A . √ 3
=0,132
φ = sin-1 0,221
= 12,76
Cos φ = 0,975
4. Pada saat nilai daya reaktif 0,65 MVAR, nilai tegangan generator 6,2 KV, dan
nilai arus 385 A.
Diketahui : Q = 0,65 MVAR
V = 6,2 KV
I = 385 A
Ditanya = Cos φ ?
Penyelesaian :
Q = V.I.Sin φ √ 3
0,65 MVAR = 6,2 KV.385 A.sin φ √ 3
0,65 MVAr
sin φ =
6,2 KV .385 A . √ 3
=0,157
φ = sin-1 0,157
= 9,03
Cos φ = 0,987
5. Pada saat nilai daya reaktif 0,57 MVAR, nilai tegangan generator 6,2 KV, dan
nilai arus 301 A.
Diketahui : Q = 0,57 MVAR
V = 6,2 KV
I = 301 A
Ditanya = Cos φ ?
Penyelesaian :
Q = V.I.Sin φ √ 3

26
0,57 MVAR = 6,2 KV.301 A.sin φ √ 3
0 , 57 MVAr
sin φ =
6 , 2 KV .301 A . √ 3
=0,176
φ = sin-1 0.176
= 10,13
Cos φ = 0,984
6. Pada saat nilai daya reaktif 1,11 MVAR, nilai tegangan generator 6,2 KV, dan
nilai arus 311 A.
Diketahui : Q = 1,11 MVAR
V = 6,2 KV
I = 311 A
Ditanya = Cos φ ?
Penyelesaian :
Q = V.I.Sin φ √ 3
1,11 MVAR = 6,2 KV.311 A.sin φ √ 3
1,11 MVAr
sin φ =
6,2 KV .311 A . √ 3
=0,332
φ = sin-1 0.332
= 19,39
Cos φ = 0,943
7. Pada saat nilai daya reaktif 1,06 MVAR, nilai tegangan generator 6,1 KV, dan
nilai arus 384 A.
Diketahui : Q = 1,06 MVAR
V = 6,1 KV
I = 384 A
Ditanya = Cos φ ?
Penyelesaian :
Q = V.I.Sin φ √ 3
1,06 MVAR = 6,1 KV.384 A.sin φ √ 3
1,06 MVAr
sin φ =
6,1 KV .384 A . √ 3

27
=0,261
φ = sin-1 0,261
= 15.12
Cos φ = 0,965
8. Pada saat nilai daya reaktif 1,2 MVAR, nilai tegangan generator 6,2 KV, dan
nilai arus 387 A.
Diketahui : Q = 1,2 MVAR
V = 6,2 KV
I = 387 A
Ditanya = Cos φ ?
Penyelesaian :
Q = V.I.Sin φ √ 3
1,11 MVAR = 6,2 KV.387 A.sin φ √ 3
1,2 MVAr
sin φ =
6,2 KV .387 A . √ 3
=0,288
φ = sin-1 0,288
= 16,73
Cos φ = 0,957
9. Pada saat nilai daya reaktif 1,11 MVAR, nilai tegangan generator 6,2 KV, dan
nilai arus 388 A.
Diketahui : Q = 1,11 MVAR
V = 6,2 KV
I = 388 A
Ditanya = Cos φ ?
Penyelesaian :
Q = V.I.Sin φ √ 3
1,11 MVAR = 6,2 KV.388 A.sin φ √ 3
1,11 MVAr
sin φ =
6,2 KV .388 A . √ 3
=0,266
φ = sin-1 0,266
= 15,42

28
Cos φ = 0,964
10. Pada saat nilai daya reaktif 1,24 MVAR, nilai tegangan generator 6,1 KV, dan
nilai arus 392 A.
Diketahui : Q = 1,24 MVAR,
V = 61 KV,
I = 392 A
Ditanya = Cos φ ?
Penyelesaian :
Q = V.I.Sin φ √ 3
1,24 MVAR = 6,1 KV.392 A.sin φ √ 3
1,24 MVAr
sin φ =
6,1 KV .392 A . √ 3
φ = sin-1 0,299
= 17,39
Cos φ = 0,954

11. Pada saat nilai daya reaktif 1,34 MVAR, nilai tegangan generator 6,1 KV, dan
nilai arus 395 A.
Diketahui : Q = 1,34 MVAR
V = 6,1 KV
I = 395 A
Ditanya = Cos φ ?
Penyelesaian :
Q = V.I.Sin φ √ 3
1,34 MVAR = 6,1 KV.395 A.sin φ √ 3
1,34 MVAr
sin φ =
6,1 KV .395 A . √ 3
=0,321
φ = sin-1 0,321
= 18,72
Cos φ = 0,947
12. Pada saat nilai daya reaktif 1,33 MVAR, nilai tegangan generator 6,1 KV, dan
nilai arus 396 A.

29
Diketahui : Q = 1,33 MVAR
V = 6,1 KV
I = 396 A
Ditanya = Cos φ ?
Penyelesaian :
Q = V.I.Sin φ √ 3
1,33 MVAR = 6,1 KV.396 A.sin φ √ 3
1,33 MVAr
sin φ =
6,1 KV .396 A . √ 3
= 0,317
φ = sin-1 0,317
= 14,48
Cos φ = 0,948

Table 4.1 Data Operasi Harian Generator Rata - Rata pada Tanggal 2 Mei 2021

Eksitasi Main Alternator Cos φ


No Jam Arus Volt Arus Daya
MVAR KV
(A) (V) (A) (MW)
1 01:00 160 36 382 4,1 0,61 6,22 0.988
2 02:00 160 36 383 4,1 0,47 6,21 0.993
3 03:00 160 36 386 4,1 0,92 6,22 0.975
4 04:00 160 36 386 4,1 0,92 6,22 0.975
5 05:00 160 36 385 41 0,65 6,23 0.987
6 06:00 160 36 386 4,1 0,92 6,21 0.975

30
7 07:00 160 36 301 3,1 0,57 6,22 0.984
8 08:00 160 36 311 3,3 1,11 6,21 0.973
9 09:00 160 36 386 4,1 0,92 6,13 0.975
10 10:00 160 36 384 4,1 1,06 6,16 0.965
11 11:00 160 36 384 4,1 1,06 6,16 0.965
12 12:00 160 36 386 4,1 0,92 6,22 0.975
13 13:00 160 36 388 4,1 1,11 6,26 0.964
14 14:00 160 36 392 4,1 1,24 6,18 0.954
15 15:00 160 36 386 4,1 0,92 6,22 0.975
16 16:00 160 36 386 4,1 0,92 6,22 0.975
17 17:00 160 36 382 4,1 0,61 6,22 0.988
18 18:00 160 36 388 4,1 1,11 6,26 0.964
19 19:00 180 36 388 4,1 1,11 6,26 0.964
20 20:00 180 38 395 4,1 1,34 6,15 0.947
21 21:00 180 38 396 4,1 1,33 6,16 0.948
22 22:00 160 36 387 4,1 1,20 6,24 0.964
23 23:00 160 36 387 4,1 1,20 6,24 0.964
24 0:00 160 36 387 4,1 1,20 6,24 0.964

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui adanya perbedaan pada nilai faktor
daya (cosφ ¿. Nilai faktor daya terbaik yang mendekati nilai factor daya sempurna
adalah pada saat nilai daya reaktif sebesar 0,47 MVar dengan nilai factor daya
yang didapatkan yaitu sebesar 0,993 yang terjadi pada saat dini hari. Sedangkan
nilai factor daya yang terendah atau menjauhi sempurna yaitu pada saat nilai daya
reaktif sebesar 1,34 MVar dengan nilai factor daya yang didapatkan yaitu sebesar
0,947 yang terjadi pada malam hari yaitu sekitar jam 8 malam. Hal ini terjadi
karena pada malam hari beban bertambah banyak dikarena kan beban puncak
terjadi pada malam hari.

4.4 Pengaruh Arus Eksitasi Terhadap Nilai Faktor Daya


Arus eksitasi memiliki peranan penting terhadap perubahan nilai faktor
daya pada unit 3 PT. Mega Power Mandiri. Berdasarkan data pada Tabel 4.1
maka dapat dibuat perbandingan arus eksitasi terhadap nilai faktor daya pada unit
3 PT. Mega Power Mandiri berdasarkan data operasi harian generator rata-rata per
jam pada tanggal 02 Mei 2021.

31
Pengaruh Arus Eksitasi Terhadap Nilai Faktor Daya
1
0.99
Faktor Daya (Cos 𝜑 )

0.98
0.97
0.96
0.95
0.94
0.93
0.92
Arus Eksitasi (A) /Jam

Gambar 4.3 Perbandingan Arus Eksitasi Terhadap Nilai Faktor Daya

Berdasarkan Gambar 4.3 perbandingan arus eksitasi terhadap nilai factor


daya maka dapat dianalisa pada saat arus eksitasi yang diberikan AVR sebesar
160 A maka nilai factor daya yang dihasilkan mulai dari 0,957 hingga 0,993 cos φ
Pada saat arus eksitasi yang diberikan yaitu sebesar 180 A maka dapat dilihat dari
Tabel 4.1 faktor daya yang didapatkan yaitu dari 0,94 hingga 0,95 cos φ.
Perubahan nilai arus eksitasi yang diberikan akan berpengaruh terhadap nilai
factor daya pada generator di unit 3 PT. Mega Power Mandiri dilakukan hanya 2
variasi yaitu 160 A dan 180 A. Maka dapat disimpulkan nilai arus eksitasi yang
diberikan pada generator yaitu semakin besar arus yang diberikan maka factor
daya yang di dapatkan akan menurun. Sedangkan semakin kecil arus yang
diberikan maka nilai factor daya yang didapatkan akan semakin membaik.

4.5 Pengaruh Arus Eksitasi Terhadap Nilai Daya Reaktif


Arus eksitasi memiliki peranan penting terhadap perubahan nilai faktor
daya pada unit 3 PT. Mega Power Mandiri. Berdasarkan data pada Tabel 4.1
maka dapat dibuat perbandingan arus eksitasi terhadap nilai faktor daya pada unit
3 PT. Mega Power Mandiri berdasarkan data operasi harian generator rata-rata per
jam pada tanggal 02 Mei 2021.

32
Pengaruh Arus Eksitasi Terhadap Nilai Daya Reaktif
1.6
1.4
Daya Reaktif (MVAR)

1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
Arus Eksitasi (A) / Jam

Gambar 4.4 Perbandingan Arus Eksitasi Terhadap Daya Reaktif

Berdasarkan Gambar 4.4 perbandingan arus eksitasi terhdapa daya reaktif


dapat dianalisa bahwa nilai daya reaktif tertinggi arus eksitasi yang diberikan
AVR terhdapa generator yaitu sebesar 180 A dapat menghasilkan nilai daya
reaktif yaitu sebesar 1,3 MVar. Sedangkan nilai daya reaktif terendah yang
dihasilkan yaitu pada saat arus eksitasi yang diberikan AVR terhadap generator
sebesar 160 A yang dapat menghasilkan nilai daya reaktif yaitu sebesar 0,5 MVar.
Maka dapat disimpulkan nilai daya reaktif yang dihasilkan terhadap pengaruh arus
eksitasi yang diberikan AVR terhadap generator unit 3 PT. Mega Power Mandiri
yaitu berubah – ubah.

4.6 Pengaruh Arus Eksitasi Terhadap Tegangan Generator unit 3


Arus eksitasi memiliki peranan penting terhadap perubahan nilai
tegangan generator pada unit 3 PT. Mega Power Mandiri. Berdasarkan
data pada Tabel 4.4 maka dapat dibuat perbandingan arus eksitasi terhadap
tegangan generator pada unit 3 PT. Mega Power Mandiri berdasarkan data
operasi harian generator rata-rata per jam pada tanggal 02 Mei 2021.

33
Pengaruh Arus Eksitasi Terhadap Tegangan Generator unit 3
Tegangan Generator (Kv)

6.3
6.25
6.2
6.15
6.1
6.05
Arus Eksitasi (A) / Jam

Gambar 4.5 Grafik Perbandingan Arus Eksitasi Terhadap Tegangan Generator

Berdasarkan Gambar 4.5 perbandingan arus eksitasi


terhadap tegangan generator maka dapat dianalisa pada saat tegangan
generator sebesar 6,1 KV arus eksitasi yang dibutuhkan untuk menjaga
frekuensi 50 Hz dengan menaikan arus eksitasi sebesar 180 A dan pada
saat tegangan mengalami kenaikan sebesar 6,2 KV untuk menjaga
frekuensi 50 Hz maka arus eksitasi yang diberikan perlahan menurun
dimulai dari 180 A menuju 160 A . Sehingga AVR akan bekerja untuk
membaca tegangan pada generator unit 3 apabila terjadi penurunan
tegangan AVR akan menaikan arus eksitasi sebaliknya pada saat
terjadinya penurunan tegangan maka AVR akan menyuplai arus menjadi
naik untuk mempertahankan frekuensi sebsar 50 Hz.

4.6 Pengaruh Arus Eksitasi Terhadap Beban


Arus eksitasi memiliki peranan penting terhadap perubahan beban
pada unit 3 PT. Mega Power Mandiri. Berdasarkan data pada Tabel 4.1
maka dapat dibuat perbandingan arus eksitasi terhadap beban pada unit 3
PT. Mega Power Mandiri berdasarkan data operasi harian generator rata-
rata per jam pada tanggal 02 Mei 2021.

34
Pengaruh Arus Eksitasi Terhadap Beban
5
BEBAN (MW)

4
3
2
1
0
ARUS EKSITASI (A) / JAM

Gambar 4.6 Grafik Perbandingan Arus Eksitasi Terhadap Beban

Berdasarkan Gambar 4.6 perbandingan arus eksitasi terhadap


beban pada unit 3 PT. Mega Power Mandiri maka dapat dianalisa pada
saat beban sebesar 4,1 MW maka arus ekstasi yang diberikan AVR sebesar
160 A. Pada pukul 07.00 WIB dan 08.00 WIB arus eksitasi tetap sama
yaitu sebesar 160 A, tetapi pada beban mengalami penurunan yaitu dari
4,1 MW menjadi 3,1 MW pada pukul 7 pagi dan 3,3 pada pukul 8 pagi.
Pada prinsip kerjanya pada saat terjadi kenaikan pada saat terjadinya
kenaikan beban maka AVR akan bekerja dengan menurunkan arus eksitasi
secara perlahan dan pada saat terjadinya penurunan beban AVR akan
bekerja dengan menaikan arus eksitasi secara perlahan. Jadi dapat
disimpulkan, pada waktu siang hari arus eksitasi yang diberikan nilainya
akan semakin besar dan berbanding terbalik pada saat malam hari arus
eksitasi yang diberikan nilainya akan semakin menurun sampai pada nilai
160 A.

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

35
5.1 Kesimpulan
1. Sistem eksitasi yang digunakan pada unit 3 PT. Mega Power Mandiri
berjenis brushless excitation yang merupakan sistem eksitasi tanpa sikat
dengan menggunakan input sumber listrik DC sebagai pemicu awal
pembangkitan medan magnet dan menggunakan AVR sebagai kontrol
untuk menjaga sistem eksitasi.
2. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan menyatakan bahwa nilai faktor
daya terbaik pada generator unit 3 PT. Mega Power Mandiri mencapai
nilai 0,9 Cos 𝜑 yang dipengaruhi oleh nilai daya reaktif yang dihasilkan
dimana semakin tinggi nilai daya reaktif maka nilai faktor daya akan
semakin rendah.

5.2 Saran
1. Peralatan sistem eksitasi yang sudah ada harus terus dimonitoring dan
dilakukan perawatan yang berkala karena mengingat sangat vitalnya
sistem eksitasi dalam suatu pembangkit.
2. Dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja, gunakan selalu alat
pelindung diri mengikuti SOP yang telah dibuat. Hal ini perlu dilakukan,
selain untuk memberikan kenyamanan dan keamanan bagi personil
pabrik yang ada, juga untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang bisa
mengugurkan Zero Accident dari Pabrik itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

36
[1] Ristianto, Puji dan Sunardi. (2019). Generator Ganda pada Pembangkit
Listrik Mikrohydo dengan Turbin Tunggal. Jurnal AVITEC. Vol 1.
No.1 Agustus 2019, hlm 65-70, ISSN:2685-2381.
[2] Sunarlik, Wahyu (2014).Prinsip Kerja Generator Sinkron. Kediri: Univesitas
Pawyatan Daha Kediri.
[3] Syukur, D. (2013). Generator Sinkron Tiga Fasa. Semarang: Politeknik
Negeri Semarang.
[4] Andri, S. (2013). Analisa Pengaruh Perubahan Beban Terhadap Karakteristik
Generator Sinkron. Padang: Institut Teknologi Padang.
[5] Basofi. (2014). Studi Pengaruh Arus Eksitasi Pada Generator Sinkron Yang
Bekerja Parallel Terhadap Perubahan Faktor Daya. Medan:
Universitas Sumatera Utara.
[6] Irawan, H. (2010). Sistem Penguatan Dengan Eksitasi (Brush Excitation
System) Pada Generator Unit 1 PLTU Cilacap. Semarang: Universitas
Diponegoro.
[7] Pane, E.(2009).Studi Sistem Eksitasi Dengan Menggunakan Magnet
Permanent Generator. Medan: Universitas Sumatera Utara.
[8] Alam, A. A.(2015).Pemodelan dan Simulasi Automatic Voltage Regulator
Untuk Generator Sinkron 3 KVA Berbasis Proportional Integral. Jurnal
Reka Elkomika, Vol 3, No.2 Juli 2015, hlm. 97-110,ISSN:2337-439X.

37

Anda mungkin juga menyukai