Anda di halaman 1dari 16

Diagnosis dan Pemeriksaan Psikiatri.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan pengelompokkan gejala klinik yang teramati, diagnosis


diskriptif (dengan mengabaikan berbagai latar belakang teori yang menjelaskan mengapa
gejala tersebut muncul.
1. Diagnosis multiaksial mempunyai 5 aksis :
 Aksis I : Diagnosis Klinik
Merupakan gejala-gejala klinik yang terbukti dalam pemeriksaan dikelompokkan ke dalam
kriteria diagnosis.
Contoh : gangguan depresi (gejala utama adalah rasa sedih), gangguan psikotik (gejala
utamanya kehilangan kemampuan menilai realitas), gangguan cemas (gejala utamanya
adalah cemas).
 Aksis II : Ciri/gangguan Kepribadian & Retardasi Mental
Merupakan ciri atau gangguan kepribadian yaitu pola perilaku yang menetap (kebiasaan,
sifat) yang tampak dalam persepsi tentang diri dan lingkungan (yang akan ditampilkan
dalam pola interaksi dengan orang lain).
Contoh : gangguan kepribadian anankastik  segala sesuatu yg dilihat harus sempurna,
orang lain harus mengikuti perkataannya shg seringkali menimbulkan kekecewaan pd
dirinya  sering terdpt suatu yg mengakibatkan obsesif kompulsif
 Aksis III : Penyakit Fisik
Penyakit atau kondisi fisik, khususnya yang perlu diperhatikan pada tatalaksana atau
menjadi penyebab munculnya gangguan yang dituliskan di aksis I.
 Aksis IV : Stresor Psikososial
Merupakan stressor psikososial yaitu semua peristiwa yang mencetuskan gangguan yang
dituliskan di aksis I.
Contoh : hubungan antar individu (bercerai, ditinggal meninggal).
 Aksis V : Fungsi Penyesuaian
Fungsi penyesuaian yang dinilai dari :
- fungsi social (hubungan social dengan keluarga dan masyarakat)
- fungsi peran (yang dinilai mutu dan produktivitas peran yang disandang subyek)
- pemanfaatan waktu luang
- fungsi perawatan diri
2. Pemeriksaan Psikiatri
Teknik umum :
a. Bina rapport sejak awal
b. Tentukan keluhan utama
c. Gunakan keluhan utama untuk DD (Differential Diagnosis)
d. Singkirkan DD dengan pertanyaan focus dan lebbih rinci
e. Lanjutkan jawaban pasien bila ada jawaban yang kurang jelas (samara-samar)
f. Biarkan pasien bicara bebas untuk mengetahui proses pikir
g. Gunakan campuran pertanyaan terbuka dan tertutup
h. Jangan takut bertanya hal yang sulit atau mungkin membuat pasien malu
i. Tanya tentang ide suicide
j. Berikan kesempatan pasien bertanya pada akhir wawancara
3. Garis besar riwayat psikiatrik
a. Data identitas
b. Keluhan utama dan masalah
c. Riwayat penyakit sekarang onset dan factor presipitasi
d. Riwayat penyakit dahulu psikiatrik, medis, riwayat penggunaan zat dan atau alcohol
e. Riwayat pribadi (prenatal, masa kanak dini, pertengahan dan akhir atau remaja, masa
dewasa, riwayat pekerjaan, perkawinan, pendidikan, agama, aktivitas social, lingkungan
tempat tinggal sekarang)
f. Riwayat seksual : pernah mengalami trauma dimasa muda/tidak (spt diperkosa), pernah
melihat kekerasan seksual yg dilakukan ayahnya pd ibunya/tdk.
g. Riwayat keluarga : ada keluarga yg pernah mengalami gangguan jiwa spt
schizophrenia/tdk
h. Fantasi dan impian : bisa mempengaruhi munculnya gejala tertentu.
4. Garis besar status mental
a. Deskripsi umum : penampilan, perilaku yang dapat diobservasi
b. Mood dan afek
c. Pembicaraan 
d. Persepsi 
e. Isi pikir dan proses pikir
f. Sensorium dan kognisi : kesadaran, orientasi, daya ingat, konsentrasi, perhatian, daya
pikir abstrak
g. Impuls 
h. Judgment dan insight
i. Realibility (taraf dapat dipercaya)

19 September 2008
Penyebab Umum Gangguan Jiwa :
Insidens Menurut WHO - Schizophrenia  0,2-0,8 %
- Retardasi mental  1-3 %
- Anak-anak  3-15 tahun  5-15 % gangguan jiwa
Di Indonesia - Psikosis fungsional – 4 %
- Soo akut – 0,5 %
- Soo menahun – 1 %
- Retardasi Mental – 2 %
- Neurosa – 5 %
- Psikosomatik – 5 %
- Gangguan kepribadian – 15
- Ketergantungan obat – 1000

Sumber penyebab Gangguan Jiwa :


a. Somatogenik (badan)
b. Sosiogenik (lingkungan sosial)
c. Psikogenik (psike)
d. Pada umumnya beberapa penyebab sekaligus terjadi bersamaan :
- Depresi  nafsu makan berkurang  daya tahan tubuh berkurang  infeksi.
- Anak gangg otak  Hiperkinetik  sulit diasuh  pengaruh lingkungan (ortu).
Uraian :
a) Faktor perkembangan Somatogenik
 Keturunan :
- Kembar Monozygot  86,2 %, Kembar Heterozygot  14,5 %
- Saudara kandung  14,2 %, Saudara tiri  7,1 %
- Masyarakat umum  0,85 %
 Konstitusi dan Perilaku abnormal :
- Atletik  tinggi kurus : pendek gemuk
- Individu dengan reaksi agresif  stress
- Reaksi emosi tinggi  reaksi berlebihan thd dorongan ringan
 Kongenital  retardasi mental
b) Faktor Sosiologik yang salah
 Kecepatan perubahan & pergantian dalam (kesementaraan, kebaruan, keanekaragaman)
 rangsangan berlebihan  kekacauan mental.
 Shock kebudayaan  mendadak berada ditengah2 kebudayaan asing.
 Lingkungan fisik (subur  tandus), keadaan sosial (ketidakadilan, diskriminasi)  daya
tahan frustrasi kurang  gangguan mental.
c) Faktor Perkembangan Psikogenik 
 Ketidakmatangan (fixasi)  gagal berkembang ke fase berikutnya
 Pengalaman traumatis
 Distorsi  gagal mencapai integrasi kepribadian yang normal/pola reaksi yang tidak
sesuai :
a. Deprivasi (kehilangan)  kehilangan asuhan ibu, kehilangan rangsangan umum.
b. Pola keluarga :
- Memegang peranan penting dalam pembentukan kepribadian 
- Hubungan/interaksi ortu yang salah seperti : penolakan, perlindungan berlebihan, manja
berlebihan, tuntutan perfeksionistik, standar mental kaku & tidak realistic, disiplin salah,
persaingan yang tidak sehat.
c. Masa remaja  krisis identitas  bingung dan terombang-ambing tanpa tujuan.

Stress dan Penyesuaian Diri


 Stress  respon tubuh yang sifatnya non spesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya.
 Distress  adanya suatu beban/stressor yang mengakibatkan gangguan pada suatu atau
lebih organ tubuh sehingga yang bersangkutan tidak lagi dapat menjalankan fungsinya
dengan baik.
 General Adaption Syndrome (Biological Stres Syndrome) :
- Alarm Reaction  tanda awal terhadap stressor, daya tahan tubuh berkurang.
- Stage of Resistance  daya melawan tubuh terhadap stress & dapat diimbangi daya tahan.
- Stage of Exnaustion  tubuh kehabisan energi untuk beradaptasi.
 Manifestasi stress terhadap jaringan psiko-neuro imunologi :
- Stressor  susunan saraf pusat (system limbic, neurotransmitter), kelenjar endokrin
(hormonal & kekebalan/immunity  cemas, stress, depresi)
- Stress  hypothalamus  glandula pitultaria  ACTH  cortex adrenal  glucocorticol (stress
hormone)  menghadapi stressor.

17 Oktober 2008
PSIKIATRI

1. Psikiatri adalah ilmu yang mempelajari segala segi kejiwaan baik dalam keadaan sehat
maupun sakit, proses terjadinya dan menegakkan diagnosis untuk membantu
merencanakan dan melaksanakan pengelolaan, pengobatan, pencegahan (prevention),
pemulihan keadaan (restoration), dan rehabilitasi.
2. Gangguan jiwa atau mental adalah pola perilaku atau psikologik seseorang yang secara
klinik cukup bermakna yang mengakibatkan keluhan yang bersifat subjektif sehingga
mengakibatkan suatu distress dan hendaya (impairment/disability).
Contoh : - terjadi hendaya dalam fungsi sosial  klien menarik diri dari lingkungan sosial,
malas berteman/bersosialisasi
3. Hendaya (impairment) adalah kehilangan atau abnormalitas fungsi dimanisfestasi secara
psikologi oleh gangguan fungsi mental seperti daya ingat, perhatian dan fungsi emosi.
Macam-macam hendaya :
 Hendaya fungsi peran  contoh : tidak mau sekolah, menarik diri dari lingkungan social.
 Hendaya pemanfaatan waktu luang  contoh : tidak mau melakukan hobinya seperti olah
raga, musik, dll.
 Hendaya perawatan diri  contoh : tidak mau makan, minum, mandi.
4. Disability adalah keterbatasan atau kekurangan kemampuan untuk melakukan aktivitas
dalam batas yang dianggap normal untuk manusia.
 Gangguan-gangguan psikiatri.
Gangguan Psikiatri :
 Terdiri dari tanda yang bersifat obyektif  diobservasi kumpln tanda & 
 Gejala (symptom) bersifat subyektif  keluhan & perasaan subyek symptom sindrom
 Batasnya tidak begitu tegas shg sering tumpang tindih  gang.psikiatri
 Cirri-ciri orang yang mengalami gangguan :
- Menimbulkan keluhan subyektif
- Mempengaruhi kehidupannya sehari2
- Timbul bermacam2 symptom yang menunjukkan suatu gangguan jiwa
Misal : orang sedang cemas  cemasnya berlebihan  keluar keringat dingin, tidak bisa
berpikir, & sulit beraktifitas.

A. Kesadaran.
 Relasi (hubungan) dan limitasi dengan sekitar/lingkungan
 Dikatakan baik  dpt mengenal, mengerti & mengetahui keadaan tentang
dirinya/sektrnya
 Gangguan  berhub dgn kerusakan otak
1. Gangguan Kesadaran
a. Disorientasi : gang orientasi waktu, tempat/orang.
b. Kesadaran berkabut : kejernihan ingatan tidak lengkap dalam kaitan dengan gangguan
persepsi dan sikap.
c. Stupor : tidak adanya reaksi dari stimulus yang muncul dari luar lingkungan, hanya diam.
d. Delirium : seperti pikun, tjdnya tergantg kondisi fisik  disorientasi, halusinasi, takut
e. Koma : derajat kesadaran paling berat.
f. Koma Vigil : koma dimana pasien tampak tertidur tetapi segera dapat dibangunkan.
2. Gangguan Perhatian.
a. Distrakbilitas : tidak mampu memusatkan perhatian.
b. Inatensi Selektif : perhatian/kewaspadaan berlebih yang menimbulkan kecemasan
c. Autisme : perhatian (-).
d. hipervigilitas : perhatian berlebihan pada stimuli eksternal dan internal.
e. Trance : atensi yang terpusat dan kesadaran yang berubah/keadaan tak sadarkan diri.
B. Keadaan Afektif dan Reaksi Emosionil.
1. Keadaan Afektif.
Adalah merupakan corak perasaan yang sifatnya menetap atau konstan, lama, sifatnya
subyektif.
a. Eutimik : corak perasaan yang normal.
b. Distorik : corak perasaan yang tidak menyenangkan.
c. Hipertim : suasana perasaan yang meninggi tanpa sebab yang jelas atau obyektif.
Misalnya : - ekspansive (ekspresi perasaan tanpa hambatan, sering disertai dengan
penilaian diri yang berlebih seperti merasa diri orang penting) 
- elevasi (suasana gembira dan percaya diri lebih dari biasa).
d. Eufori : elasi yang kuat dengan perasaan kebesaran.
e. Eksaltase : keyakinan diri berlebihan dan sering terpusat pada pikiran kebesaran.
f. Ekstase : gembira yang mendalam sekali disertai perasaan kepuasan.
g. Irritabel : rasa gampang tersinggung.
h. Depresi atau hipotim : suasana dan perasaan menjadi menurun atau sedih
i. Anhedonia : hilang minat, menarik diri dari semua aktivitas biasa dan menyenangkan.
j. Paratimi : keadaan afektif yang tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya.
k. Aleksitimia : ketdkmampuan merasakan emosi.

2. Reaksi Emosionil.
Adalah perasaan yang tidak stabil, dapat berkembang dan surut dalam waktu relative
singkat, mengandung komponen fisik (kenaikan tekanan darah, berkeringat).
a. Stabilitas : stabil >< labil b. Pengendalian : kuat >< lemah c. Echt – Unecht : sungguh-
sungguh >< tak sungguh-sungguh. d. Dalam dangkal : dalam >< dangkal. e. Empati :
kemampuan pemeriksa untuk dapat menghayati dan meraba rasakan perasaan pasien, baik
dalam keadaan normal atau patologik. f. Skala Diferensiasi : sempit (pengurangan
intensitas irama perasaan; hanya pada peristiwa emosionil, perasaan yang konkret saja) ><
luas (termasuk yang abstrak, bersifat simbolik, kiasan). g. Reaksi emosionil/afek : - Afek
Datar : tidak adanya ekspresi afek spt suara monoton & wajah tdk bergerak - Afek
sesuai/tdk : kondisi harmonis/tdk harmonis antara perasaan emosional dgn gagasan,
pikiran/pembcran yang menyertai - Afek Tumpul : penurunan dalam intensitas irama
perasaan yang diungkap keluar - Afek Labil : perubahan irama perasaan yang cepat & tiba2
- Afek Terbatas : penurunan intensitas irama perasaan yang kurang parah daripd afek yg
tumpul tapi menurun 3. Emosi yang lain. a. Kecemasan : perasaan takut yang disebabkan
oleh antisipasi (dugaan) bahaya yang berasal dari dalam atau luar individu. b. Panik :
serangan anxietas yang akut, episodic, dan kuat disertai rasa takut yang hebat dan
pelepasan otonomik. c. Ambivalensi : adanya dua dorongan perasaan yang bertentangan
tehadap hal yang sama pada satu orang yang sama serta saat yang sama. d. Apati : irama
emosi yang tumpul disertai ketidakacuhan e. Abreaksional : pelepasan/pelimpahan emosi
setlh mengingat pengalmn yg menakutkan f. Anoreksia : hilang/menurunnya nafsu makan
g. Hiperfagia : meningkatnya nafsu makan h. Insomnia : hilangnya kemampuan untuk tidur
i. Hipersomnia : tidur yang berlebihan j. Konstipasi : ketidakmampuan defekasi k. Agitasi :
kecemasan berat yg disertai dgn kegelisahan motorik C. Perilaku Motorik. 1. Sikap. Statis,
gerakan badan terbatas, gangguannya : a. Indifferent-netral : mampu menyesuaikan situasi.
b. Apatik : masa bodoh c. Kooperatif : mau bekerja sama d. Negative pasif : manolak
petunjuk tanpa alasan obyektif e. Infantil : kekanak-kanakan f. Rigid : kaku, tidak fleksibel
g. Curiga : tidak percaya dengan orang lain h. Berubah-ubah : menunjukkan kegelisahan i.
Tegang : tidak tenang j. Pasif : tidak ada inisiatif k. Aktif : inisiatif berlebihan l. Dependen :
bergantung pada orang lain berlebihan m. Bermusuhan : matang, menyerang n. Katalepsi :
suatu sikap yang aneh, tidak bergerak yang dipertahankan dalam waktu yang cukup lama,
yang biasa ditemukan pada pasien pengidap schizophrenia. 2. Tingkah Laku – Lebih aktif,
gangguannya : a. Ekopraksi : menirukan gerakan yang patologis pd orang lain b. Katatonia :
kelainan motorik dlm gangguan non organic (sbg lawan dari gang kesadaran & aktivitas
motorik sekunder), a.l :  Katalepsi : posisi tidak bergerak yg dipertahankan terus. 
Impulsif : tiba-tiba perilakunya berlebihan.  Stupor : si pasien mematung sehingga seluruh
aktivitas normalnya hilang semua.  Posturing : penerimaan yg tdk sesuai/kaku yg disadari
yg dipertahankan dlm waktu lama  Rigiditas : sikap yang kaku, tidak fleksibel, menahan,
dan melawan.  Fleksibel cerea : sikap yang bisa dibentuk apapun oleh pemeriksa dan jika
telah dibentuk biasanya pasien akan bertahan dalam waktu yang lama pula (seperti lilin). c.
Negativisme aktif : mrpk sikap menolak dg cara aktif (contoh : jika ditanya langsung pergi).
d. Katapleksi : tiba-tiba lemas, seolah-olah tidak memiliki tenaga, merasa tulang-tulang
tubuhnya hilang. e. Stereotipik : gerakan yang sama dan diulang-ulang dalam waktu yang
cukup lama (contoh : tangannya digoyang-goyangkan terus) f. Mannerisme : gerakan-
gerakan aneh pada kelompok tangan dan kaki, dan gerakan tersebut tidak disadari, tidak
dikontrol dan menjadi kebiasaan pasien (contoh gerakan pencak silat). g. Grimasseren :
gerakan otot-otot wajah, seringkali merupakan symptom dari schizophrenia (contoh
meringis). h. Gerakan otomatis : melakukan gerakan tanpa bisa dilakukan. i. Overaktivitas :
tingkah laku yang terdapat pada pasien semuanya akan berlebihan.  Agitasi Psikomotor :
kognitifnya berlebihan tetapi tidak produktif, karena yang dilakukannya tidak sempurna
(akan beraktivitas berlebihan).  Hiperaktivitas : tidak bisa diam seakan-akan tidak
mengenal lelah.  Tik : suatu kejangan syaraf dari kelompok otot-otot di wajah, biasanya
terdapat pada orang yang mengalami ketegangan (contoh matanya berkedip-kedip sendiri).
 Somnabulisme : berjalan pada saat tidur.  Akathisia : Orang yang mengalami ini
biasanya tidak bisa duduk diam, gelisah, mondar-mandir terus, rasa subyektif akibat
adanya ketegangan motorik sehingga munculnya rasa kegelisahan.  Kompulsi : adanya
suatu dorongan atau impuls yang tidak terkontrol untuk melakukan gerakan atau aktivitas
yang berulang-ulang dan jika dia tidak melakukannya akan menimulkan ketegangan. -
Dipsomania : dorongan untuk minum alcohol. - Kleptomania : dorongan untuk impuls
untuk mengambil barang berulang-ulang - Nimfomani : dorongan melakukan hubungan
seksual pada wanita. - Satriasis : dorongan untuk melakukan hubungan seksual pada laki-
laki. - Trikotilomani : dorongan untuk mencabut rambut. - Ritual : aktivitas menurunkan
kecemasan yg orisinil  Ataksi : gagalnya koordinasi pada otot atau irregularitas gerakan
otot (contoh : tidak bisa berjalan dengan gerakan teratur).  Polifagi : dorongan untuk
makan makanan secara berlebihan.  Hipoaktivitas : penurunan aktivitas motorik dan
kognitif  Agresi : tindakan yg kuat dan berlebihan scr verbal & fisik.  Ambivalensi : 2
kemauan bertentangan, pd 1 individu, pd 1 waktu  Abulia : penurunan impuls untuk
bertindak atau berpikir.  Mimikri : aktivitas motorik tiruan & sederhana pd anak2. D.
Berfikir  Emosi. Merupakan proses intrapsisik berupa pikiran dan paham baru seperti
membayangkan, menghayalkan, memahami, membandingkan, dan mengambil kesimpulan.
1. Gangguan bentuk pikiran. a. Dereisme  tidak realistik Adalah bentuk pikiran yang tidak
realistic & tidak sesuai pengalaman dan logika  biasa terjadi pada pasien gangguan
psikosis. Contoh : “Tembak nyamuk dari Kalimantan  takut ibunya terganggu”. b. Autisme
Adalah berfikir secara fantasi di dalam alam pikirannya sendiri. Preokupasi adalah terpaku
dalam satu hal dalam pikirannya (berfantasi sendiri). c. Psikosis Adalah keadaan tidak
mampu membedakan kenyataan dari fantasi dimana apa yang dialami sebenarnya tidak
nyata. Dapat dites menggunakan tes realita (hasil +). d. Neurosis Adalah gangguan mental
dimana tes realitanya masih utuh, perilakunya tidak melanggar norma social. Kondisi ini
relative bertahan lama/terulang jika tanpa pengobatan/pengobatannya berhenti. 2.
Gangguan Progresi/Kelancaran/Arus Pikiran a. Flight of Ideas : Bicaranya cepat, terus
menerus, tidak bisa disela, disertai dengan asosiasi bunyi/asosiasi pikiran, bergeser dari
satu ide ke ide lain  biasa terjadi pada pasien gangguan manic. b. Retardasi : Bicaranya
pelan, lambat, arus tidak cepat  biasa terjadi pada pasien depresi. c. Circumstantial : Jika
ditanya jawabannya berputar-putar, bicaranya tidak langsung, menjelaskan rincian-rincian
yang sebenarnya tidak perlu diungkapkan meskipun akhirnya sampai pada tujuan yang
diharapkan  biasa terjadi pada pasien gangguan schizophrenia awal. d. Blocking 
penghambatan dalam bicara : Terputusnya aliran berpikir secara tiba-tiba sebelum suatu
pikiran atau gagasan diselesaikan (pada saat bicara tiba-tiba berhenti, meskipun belum
selesai)  biasanya setelah blocking terjadi, orang itu bisa mengingat apa yang dikatakan. e.
Neologisme : Membentuk kata-kata baru yang hanya dapat dimengerti oleh pasien. f.
Inkoherensi : Bicaranya kacau, antara kata satu dengan kata yang lain tidak nyambung 
hubungan antar kata tidak ada dan tidak bisa dipahami. g. Tangensiality : Ketidakmampuan
untuk mempunyai asosiasi pikiran yang bertujuan. Contoh : Dari Sumatera naik layar, terus
naik roda. h. Preseverasi : Kalimat yang sama diulang-ulang. i. Verbigerasi : Kata-kata yang
sama diulang-ulang. j. Ekolali : Menirukan pembicaraan orang lain. k. Jawaban yang tidak
relevan : Jawaban yang tidak harmonis dengan pertanyaannya. l. Asosiasi Longgar : Aliran
pikiran dimana gagasan-gagasan bergeser dari satu subjek ke subjek lain dengan cara yang
sama sekali tidak berhubungan. m. Asosiasi Bunyi : Bunyi sama namun artinya tidak sama
(ada bunyi yang mirip). Contoh : kapal terbang, kapal laut, laut Jawa Tengah. n. Word salad
(gado2 kata) : campuran kata& frase yg membingungkan. o. Kondensasi : penggabungan
berbagai konsep mjd 1 konsep. p. Derailment (keluar jalur) : penyimpangan yg mendadak
dlm urutan pikiran tnp penghambtn. q. Glossolalia : ekspresi pesan2 yg relevan mell kata2
yg tdk dapat dipahami. 3. Gangguan Isi Pikiran. a. Kemiskinan Isi Pikiran Pikiran yang
hanya memberikan sedikit informasi  jika ditanya jawabannya hanya ya/tidak/tidak
tahu,dll. b. Gangguan Berlebihan Keyakinan palsu yang dipertahankan dan tidak beralasan.
c. Waham Keyakinan palsu yang didasarkan pada kesimpulan yang salah terhadap
kenyataan eksternal, tidak sejalan dengan inteligensi pasien maupun latar belakang
kultural. Contoh latar belakang kultural  ada yang menyantet saya. Contoh tidak sesuai
inteligensi  merasa punya dana yang akan diberikan ke sekolah. Ciri-ciri waham : - sifatnya
egosentris (mengenai dirinya sendiri) - tidak bisa dibantah - diyakini 100% - tidak rasional
dan tidak logis Jenis Waham :  Waham Nihilistik  perasaan seperti pernah meninggal
dan hidup lagi sehingga bisa menceritakan pengalaman matinya.  Waham Berdosa  suatu
keyakinan palsu tentang penyesalan yang dalam dan bersalah.  Waham Paranoid : -
Waham Kejar/persekutorik  merasa bahwa ada yang mau mengganggu, membunuh,
mencelakakan dia. - Waham Kebesaran  gambaran mengenai kepentingan, kekuatan,
identitas seseorang yang berlebihan. Contoh : merasa dirinya seorang ilmuwan padahal
hanya lulusan SD. - Waham Rujukan/referensi  keyakinan palsu bahwa perilaku orang lain
ditujukan pada dirinya. Contoh : merasa ada orang yang mau merampok ketika di lampu
merah dan langsung pergi karena ia membawa banyak uang.  Waham Aneh (merupakan
tanda khas gangguan Schizophrenia) : - Waham Penyisipan  pasien merasa pikirannya
disisipi pikiran orang lain, sehingga merasa kalau dalam pikirannya ada pikiran orang lain
juga. - Waham Pengendalian  pikirannya dikendalikan orang lain/tenaga lain. - Waham
Penyedotan  pikirannya disedot keluar/dihilangkan oleh orang lain/tenaga lain. - Waham
Penyiaran  keyakinan bahwa pikirannya bisa dibaca/diketahui orang lain seperti pemancar
radio. - Waham Cemburu  keyakinan palsu yang didapat karena kecemburuan patologis. 
Waham Kacau  keyakinan palsu yg aneh & tidak masuk akal. Contoh : orang luar angkasa
menanamkan suatu elektroda pada otak pasien.  Waham Tersistematisasi  keyakinan
palsu yg digabungkan oleh peristiwa tunggal. Contoh : pasien dimata2i oleh agen rahasia. 
Waham yg sejalan dgn mood  co : pasien mers bertanggung jwb utk penghancuran dunia.
 Waham Kemiskinan  pasien merasa kehilangan semua hartanya.  Waham Somatik 
merasakan palsu ttg fungsi tubuhnya. Contoh : merasa otak pasien berakar/mencair. 
Erotomania  keyakinan bahwa ada seseorang yang mencintai dirinya.  Hipokondriasis 
merasa bahwa ada satu kelainan/interpretasi yang berlebihan terhadap kelainan fisik yang
terjadi. Contoh : pusing  tumor.  Obsesi  pikiran dan perasaan yang tidak dapat
ditentang dan tidak dapat dihilangkan dari kesadaran oleh usaha logika. Contoh : pintu
sudah dikunci belum ?  biasa diikuti oleh Kompulsif (perilaku yang berulang terjadi
sebagai respon terhadap suatu obsesi). • Koprolalia  pengungkapan scr kompulsif dr kata2
yang cabul. • Preokupasi pikiran  pemusatan isi pikiran pd ide tertentu, disertai irama
person yg kuat. • Egomania  preokupasi pd diri sendiri yg patologis. • Monomania 
preokupasi pd suatu objek tunggal. • Noesis  su person bhw pasien telah dipilih utk
memimpin setelah mendpt wahyu.  Fobia  rasa takut patologis yang irasional, persisten,
berlebihan, dan selalu terjadi terhadap suatu jenis/stimuli tertentu : - Fobia sederhana :
takut pada objek/situasi yg jelas (co : takut pd laba2/ular) - Fobia sosial : takut thd
keramaian masyarakat (co : takut bicara dgn masyarakat) - Akrofobia : takut pd tempat yg
tinggi - Agoraphobia : takut pd tempat yg terbuka - Algofobia : takut thd rasa nyeri -
Ailurofobia : takut thd kucing - Eritrofobia : takut thd warna merah - Panfobia : takut thd
segala sesuatu - Klaustrofobia : takut thd tempat yg tertutup - Xenofobia : takut thd orang
asing - Zoophobia : takut thd binatang E. Gangguan Bicara. Adalah bentuk dari gagasan,
pikiran, perasaan yang diekspresikan melalui bahasa. 1. Logorrhea : Bicaranya banyak
sekali, pembicaraannya masih logis, masih bisa dipahami tapi sulit disela  biasa terjadi
pada pasien gangguan manic. 2. Gagap/Stuttering : Pengulangan/perpanjangan suara/suku
kata yang sering, sehingga menyebabkan gangguan kefasihan bicara yang jelas. 3. Disartri :
Kesulitan di dalam artikulasi bukan dalam pengulangan kata (artikulasi tidak jelas). 4.
Tekanan Bicara : bicara cepat (peningkatan jml & kesulitan utk memutuskan pembcran). 5.
Kemiskinan bicara : pembatasan jumlah bicara yg digunakan. 6. Bicara yg tidak spontan :
tidak ada bicara yg dimulai dr diri sendiri. 7. Disprosodi : hilangnya irama bicara yg normal.
8. Kekacauan : bicara yg aneh & distrimik. 9. Afasia. a. Afasia Motorik  tidak bisa
mengucapkan tetapi memahami pembicaraan. Jika bicara sering terhenti-henti, susah, dan
tidak akurat (area broca). b. Afasia Sensorik  bicara lancer, spontan, tetapi tidak mampu
memahami pembicaraan orang lain sehingga membingungkan dan bicaranya yang bukan-
bukan  terjadi karena kelainan organic (area wernicke). c. Afasia Nominal  kesulitan
untuk menemukan nama yang tepat untuk suatu benda (sering disebut afasia
anomia/amnestik)  gagar otak. d. Afasia Sintatikal  tidak mampu menyusun kata-kata
baru dalam urutan yang tepat. e. Afasia Logat Khusus  kata2 yg dihasilkan seluruhnya
neologistik/diulang dgn bbgi intonasi. f. Afasia Global  kombinasi afasia yg sangat tidak
fasih & afasia fasih yg berat. F. Gangguan Persepsi. Suatu proses memindahkan informasi
fisik menjadi informasi psikologi  melihat, mendengar, merasakan sesuatu yang ada
objeknya. Macamnya : 1. Halusinasi. Merupakan persepsi sensoris yang palsu yang tidak
berkaitan dengan stimuli eksternal yang nyata  Sering terjadi pada orang yang mengalami
gangguan berat (psikosis). Macamnya : a. Hypnagogik  muncul menjelang tidur  normal.
b. Hypnopompik  terjadi saat bangun tidur  normal dengan seseorang dan jenisnya sesuai
panca indera. c. Kinestetik  merasa anggota tubuhnya bisa lepas sendiri. d. Autoskpik 
merasa dirinya bisa melihat dirinya sendiri. e. Auditoris/dengar  bunyi yg palsu & bunyi2
yg lain. f. Sinestesia  disebabkan oleh sensasi lain (co : suatu bunyi dirasa dialami sbg hal
yg dilihat). g. Halusinasi Liliput  benda2 seperti tampak lebih kecil. h. Halusinosis 
berhubungan dgnpenyalahgunaan alcohol. i. Halusinasi panca indera :  Akustik : merasa
ada suara di telinga yang menyuruh dia melakukan sesuatu sehingga merasa harus
menuruti suara itu.  Visual : merasa bisa melihat malaikat, jin, arwah, dan meramal
sesuatu.  Gustatorik : tidak makan apa-apa tapi merasakan sesuatu di mulutnya.  Taktil :
merasa tubuhnya menyentuh sesuatu.  Olfaktorius : merasa ada bau wangi tapi
sumbernya tidak ada. 2. Ilusi. Merupakan persepsi yang salah  ada stimuli eksternal tapi
dipersepsikan salah. Perbedaan Halusinasi Stimuli eksternal (objek) (-) Persepsi (+) Ilusi
Stimuli eksternal (+) Persepsi (+) tapi salah, tidak sesuai dgn stimuli eksternal 3. Hubungan
dengan fenomena konversi dan disosiasi. a. Anestesi Histerikal  hilangnya modalitas
sensoris yang disebabkan oleh konflik emosional. Contoh : saya dicubit tetapi tidak
merasakan apa-apa. b. Makropsia  merasa bahwa keadaan disekelilingnya menjadi besar.
c. Mikropsia  merasa bahwa keadaan disekelilingnya menjadi kecil  berhubungan dengan
keadaan organic (pada orang yang mengalami epilepsy)  tidak menggangu pertumbuhan.
d. Depersonalisasi  perasaan subyektif yang merasa sekitarnya tidak nyata, aneh atau tidak
mengenali diri sendiri. Contoh : ini bukan tangan saya, ini tangan adik saya. e. Derealisasi 
perasaan subyektif bahwa lingkungan tidak nyata atau aneh  suatu perasaan mengenai
perubahan realitas. f. Fuga/fugue  mengambil identitas baru pd amnesia identitas lama. g.
Kepribadian ganda  1 orang yg tampak pada waktu yg berbeda mjd 2/lebih karakter yg
berbeda. 4. Gangguan Kognitif : a. Anosognosia : ketidakmampuan ttg penyakit b.
Somatopagnosia : ketidakmampuan utk tahu ttg tubuh c. Agnosia visual : ketidakmampuan
utk mengenali benda2/orang. d. Astereognosis : ketidakmampuan utk mengenali benda
mell sentuhan e. Prosopagnosia : ketidakmampuan utk mengenali wajah f. Apraksia :
ketidakmampuan utk melakukan tugas tertentu g. Simultagnosia : ketidakmampuan utk
mengerti >1 elemen visual
h. Adiadokokinesia : ketidakmampuan utk melakukan gerakan yg berubah dgn cepat

14 November 2008
G. Gangguan Daya Ingat.
Adalah besarnya penilaian asosiasi dengan peristiwa yang dihubungkan dengan kuatnya
emosi tergantung pada penerimaan dan pencatatan serta penyimpanan reproduksi.
Orang yang mengalami gangguan daya ingat bisa mengarah ke depresi.
1. Daya ingat jangka panjang
Ingatan tentang kejadian-kejadian penting di masa lampau  missal : tempat lahir,
pekerjaan.
2. Daya ingat jangka pendek 
Kemampuan mengingat kembali kata-kata yang tidak berhubungan satu dengan yang
lainnya, sesudah perhatiannya dialihkan selama 5-15 menit.
3. Daya ingat segera 
Kemampuan mengulang 6 angka secara berurutan sesudah diucapkan pemeriksa (perlu
perhatian dan konsentrasi).
4. Hemisfer otak kiri  daya ingat verbal logika matematika.
5. Hemisfer otak kanan  daya ingat visual (seni).
6. Gangguan/hendaya daya ingat (Dysmnesia) :
a. Amnesia : tidak mampu mengingat pengalaman masa lampau (sifatnya organic (misal :
skecelakaan lalu gagar otak).
 Amnesia Retrograd : hal ikhwal sebelum trauma
 Amnesia Anterograd : hal ikhwal sesudah trauma
b. Hipersnesia : proses ingatan yang berlebih (biasanya dlm lingkungan sosial kaku & cuek,
orgnya pintar sekali).
c. Eidetic image : ingatan visual ttg kejelasan halusinasi.
d. Screen memory : ingatan utk menutupi ingatan yg menyakitkan.
e. Represi : mekanisme pertahanan yg ditandai oleh pelupaan scr tdk disadari thd gagasan
yg tdk dapat diterima.
f. Letologika : ketidakmampuan sementara utk mengingat suatu nama/kata benda dgn
cepat.
g. Paramnesia : pemalsuan daya ingat karena distorsi proses mengingat, dapat terjadi pada
orang normal meliputi :
 Konfabulasi : pengisian kekosongan ingatan secara tidak disadari oleh pengalaman yang
dibayangkan atau tidak nyata yang berupa fantasi tetapi orang lain percaya  sering muncul
pd alkoholik.
 De Ja Vu : belum pernah mengalami tapi mengaku pernah mengalami.
 Jamais Vu : pasien tidak mengenali suatu situasi nyata yang pernah dialami.
 De Ja Entendu : ilusi pengenalan auditoris.
 De Ja Pense : ilusi bahwa pikiran baru dikenali sebagai pikiran yg pernah dirasakan.

H. Intelegensia
Merupakan kemampuan utnuk mengerti, mengingat, menggerakkan, dan menyatukan
secara konstruktif terhadap hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya.
1. Demensia (karena kerusakan otak)
 Deteriorisasi/kemunduran intelektual disertai gangguan ingat yg berat tnp kesadaran
berkabut 
 disebabkan factor organ obiologik
 kehilangan efisiensi intelektual yang sifatnya permanent dan ilfersible.
 Interaksi sosialnya aneh.
 Awalnya normal  krn faktor usia/penyakit  abnormal (co : stroke  penyakit, alzeimer 
usia).
 Macamnya :
- Diskalkulia : hilangnya kemampuan dlm berhitung
- Disgrafia : hilangnya kemampuan menulis dlm gaya yg kursif/hilang struktur kata
- Aleksia : hilangnya kemampuan membaca bkn krn gangguan penglihatan
2. Retardasi Mental (terjadi sjk masa kanak2)
 Berkurangnya taraf kecerdasan sampai derajat dimana terdapat gangguan fungsi atau
kinerja, social, kejuruan pada individu di bawah 18 Hz. 
 Idiot (usia <3tahun), Imbesil (usia 3-7tahun), Moron (usia ±8 tahun)
3. Pseudodemensia
Sama seperti demensia tetapi penyebabnya karena gangguan depresi.
4. Berpikir Konkret : penggunaan kiasan yg terbatas tanpa pengertian arti
5. Berpikir abstrak : kemampuan menggunakan kiasan & hipotesis dgn tepat

I. Tilikan (Insight)
Adalah kemampuan pasien untuk mengerti arti dan sebab yang benar dari suatu situasi 
biasa terjadi pada penderita gangguan jiwa berat schizophrenia.
Derajat tilikan :
 Penyangkalan penuh bahwa dirinya sakit
 Sadar sakit dan butuh bantuan, tetapi pada saat yang sama juga menyangkal
 Sadar sakit tetapi menyalahkan orang lain atau factor lain
 Sadar sakit disebabkan sesuatu yang tidak diketahui di dalam dirinya.
 Tilikan Intelektual : mengetahui bahwa penyakit disebabkan oleh perasaan yg tidak
rasional
 Tilikan Emosional : kesadaran emosional ttg penyebab sakit. Kesadaran itu menyebabkan
terjadinya perubahan kepribadian shg membuka diri utk pendpt yg baru, konsep diri & org2
penting dlm hidupnya.

Anda mungkin juga menyukai