Anda di halaman 1dari 4

Menurut Bruner, hal-hal tersebut dapat dinyatakan sebagai proses belajar

yang terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu:


a. Tahap Enaktif atau Tahap Kegiatan (Enactive) Tahap pertama anak belajar
konsep adalah berhubungan dengan benda-benda real atau mengalami
peristiwa di dunia sekitarnya. Pada tahap ini anak masih dalam gerak
reflek dan coba-coba; belum harmonis. Ia memanipulasikan, menyusun,
menjejerkan, mengutak-ngatik, dan bentuk-bentuk gerak lainnya (serupa
dengan tahap sensori motor dari Peaget).

b. Tahap Ikonik Atau Tahap Gambar Bayangan (Iconic)Pada tahap ini, anak
telah mengubah, menandai, dan menyimpan peristiwa atau benda dalam
bentuk bayangan mental. Dengan kata lain anak dapat membayangkan
kembali atau memberikan gambaran dalam pikirannya tentang benda atau
peristiwa yang dialami atau dikenalnya pada tahap enaktif, walaupun
peristiwa itu telah berlalu atau benda real itu tidak lagi berada di
hadapannya (tahap pre-operasi dari Peaget).

c. Tahap Simbolik (Symbolic) Pada tahap terakhir ini anak dapat


mengutarakan bayangan mental tersebut dalam bentuk simbol dan bahasa.
Apabila ia berjumpa dengan suatu simbol maka bayangan mental yang
ditandai oleh simbol itu akan dapat dikenalnya kembali. Pada tahap ini anak
sudah mampu memahami simbol-simbol dan menjelaskan dengan bahasanya.
(Serupa dengan tahap operasi konkret dan formal dari Peaget)

Selanjutnya, apa yang dapat kita terapkan dari teori Bruner ini dalam
merancang pembelajaran matematika di SD? Jika kita perhatikan dari ketiga
tahap belajar di atas maka jelas bahwa untuk memudahkan pemahaman dan
keberhasilan anak pada pembelajaran matematika haruslah secara bertahap.
Sebenarnya ketiga tahapan belajar dari Bruner ini sudah sejak lama kita
terapkan pada pembelajaran matematika di SD, misalnya seperti berikut ini.

Tahap 1. Setiap kita melakukan pembelajaran tentang konsep, fakta atau


prosedur dalam matematika yang bersifat abstrak biasanya diawali dari
persoalan sehari-hari yang sederhana (peristiwa di dunia sekitarnya), atau
menggunakan benda-benda real/nyata/fisik. (Kita mengenalnya sebagai
model konkret).
Tahap 2. Setelah memanipulasikan benda secara nyata melalui persoalan
keseharian dari dunia sekitarnya, dilanjutkan dengan membentuk modelnya
sebagai bayangan mental dari benda atau peristiwa keseharian tersebut.
Model (Model matematika) di sini berupa gambaran dari bayangan. (Model
semi konkret atau model semi abstrak).

Tahap 3. Pada tahap ke-3 yang merupakan tahap akhir haruslah digunakan
simbol-simbol (lambang-lambang) yang bersifat abstrak sebagai wujud dari
bahasa matematika (Model abstrak).

Agar lebih jelas kita perhatikan contoh pembelajaran matematika di SD yang


melalui tiga tahapan tersebut di atas. Misalnya kita akan menjelaskan operasi
hitung (pengerjaan) penjumlahan pada anak-anak SD kelas 1.

Tahap 1, Dimulai dari model konkret, yaitu menggunakan benda-benda nyata


dalam hal ini “buku” seperti berikut. “Tati mempunyai 3 buku, diberi lagi 2
buku oleh Ibunya, berapa buah banyaknya buku Tati sekarang?”.

Tahap 2, langkah berikutnya dibuatkan modelnya, yaitu model semi konkret


(model gambar) yang tidak menggunakan benda-benda nyata seperti buku
sebenarnya, tetapi cukup dengan gambar buku atau model semi abstrak
(model diagram), yang tidak lagi dengan gambar tetapi cukup menggunakan
tanda-tanda tertentu seperti turus (tally) atau bundaran dan sebagainya.

Tahap 3, bisa digunakan simbol secara abstrak dan mereka akan dapat
mengerti arti tiga dan arti dua tanpa bantuan apa apa. Tahap terakhir
merupakan wujud dari pembelajaran matematika sebagai bahasa simbol yang
padat arti dan bersifat abstrak.3 buku + 2 buku = ... buku 3 + 2 = n
Pembelajaranmatematikadalampenelitianinidilakukandenganmenggunakanpener
apanteori Bruner, dimanapenerapanpembelajaranteori
Brunermerupakansalahsatupenerapanpembelajaran yang sesuai dan
eratkaitannyadengantingkatperkembanganintelektualsiswa
SD.Penerapanpembelajaranteori Bruner
dengantigatahappembelajarannyayaitutahapenaktif, ikonikdansimbolik.
Penerapanteoribelajar Bruner dipilihuntukdapatmempermudah siswa memahami
konseppembagianbilanganasli yang mempunyaiStandarKompetensi (SK)
yaitumelakukanperkaliandanpembagianbilangansampaiduaangka.
KompetensiDasar (KD) yaitumelakukanpembagianduaangka.

pemahaman Konsep Pembagian Bilangan Asli1.Pemahaman KonsepIstilah


pemahaman konsep dibentuk oleh dua kata yaitu pemahaman dan konsep.
Dimana masing-masing kata mempunyai arti tersendiri. Pemahaman dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti proses atau perbuatan mengerti benar
tentang suatu hal. Menurut Ngalim Purwanto (2010: 114) pemahaman adalah
tingkat kemampuan seseorang untuk menangkap arti atau makna dari sesuatu
yang dipelajari dan yang terlihat antara lain dalam kemampuan seseorang
menafsirkan informasi. Lebih lanjut Bloom (Gulo, 2002: 59) menyatakan bahwa
pemahaman (comprehension) adalah kemampuan untuk mengerti melalui
kegiatan mental intelektual yang mengorganisasikan materi yang telah diketahui.
Dalam rumusan tujuan pembelajaran berdasarkan taksonomi Bloom dalam
Swardi (Martinis Yamin, dkk. 2009: 33) memahami termasuk dalam level kedua
penilaian ranah kognitif, yang mempunyai indikator kompetensi sebagai berikut:
menerjemahkan, mengubah, menganalisasi, menguraikan dengan kata-kata
sendiri, meringkas, membedakan, mempertahankan, menyimpulkan,
berpendapat dan menjelaskan.Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
pemahaman merupakan tipe hasil belajar yang lebih tinggi daripada
pengetahuan, misalnya menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri
darisesuatu yang telah dibaca atau yang didengarnya, memberi contoh lain dari
yang telah dicontohkan, atau menggunakan teori atau cara yang telah diketahui
dalam permasalahan lain. Untuk dapat lebih memahami konsep pembagian
bilangan asli, siswa harus mengenal objek yang dipelajari terlebih dahulu. Dalam
pembelajaran matematika materi pembagian bilangan asli, siswa akan dapat
lebih memahami konsep pembagian bilangan asli dimulai dengan mengenal
objek secara langsung yaitu melalui bantuan alat peraga, manipulasi alat peraga,
dan mengenal simbol-simbol matematika
Definisi Operasional VariabelDalam penelitian ini terdapat dua istilah yang perlu
didefinisikan, yakni:1.Penerapan teori BrunerPenerapan teori Bruner merupakan
salah satu penerapan pembelajaran. Penerapan pembelajaran teori Bruner
dalam penelitian ini menjelaskan tiga tahap perkembangan dalam penelitian ini :
(a) Enaktif yang merupakan eksplorasi dirinya sendiri dengan penggunaan benda
konkret berupa kertas lipat, sedotan warna-warni, dan gelas plastik transparan,
(b) Ikonik yaitu manipulasi benda konkret yang menggunakan gambar buku,
pensil, atau gambar bola (c) Simbolik yaitu penggunaan seperti bahasa berupa
latihan pengerjaan soal cerita dalam pembagian dan angka. Alat peraga atau
bantuan media konkret ini sebagai jembatan untuk memahamkan konsep
pembagian bilangan asli yang bersifat abstrak.

Pemahaman konsep pembagian bilangan asliKemampuan untuk memahami


konsep dasar perhitungan pembagian bilangan asli melalui penerapan
pembelajaran teori Bruner, dimana untuk dapat melihat dan mengukur
pemahaman siswa pada konsep pembagian bilangan asli menggunakan tes hasil
belajar yang termasuk dalam ranah kognitif. Kemampuan memahami konsep
pembagian bilangan asli yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
pemahaman konsep pembagian bilanganasli di kelas II yang memiliki: Standar
Kompetensi (SK)
3. Melakukan perkalian dan pembagian bilangan sampai dua angkaKompetensi
Dasar (KD)
3.2 Melakukan pembagian bilangan dua angkaIndikator
3.2.1Mengingat fakta dasar pembagian sampai 50 dengan berbagai cara.
3.2.2Menghitung pembagian secara cepat (bilangan yang dibagi paling besar 50)
3.2.3Memecahkan masalah sehari-hari yang berhubungan dengan pembagian

Anda mungkin juga menyukai