Anda di halaman 1dari 21

TUGAS RESUME

Mata Kuliah Keperawatan Anak 1


Dosen Pengampu: Ns. Neneng Aria, M.Kep.

Nama: Cintia Rindyantika


Kelas: reguler c
Prodi: S1 Keperawatan
NIM: CKR0190089

A. ATRAUMATIC CARE
DEFINISI ATRAUMATIC CARE

• Atraumatic care adalah penyediaan asuhan terapeutik dalam lingkungan, oleh


personel, dan melalui penggunaan intervensi yang menghapuskan atau
memperkecil distres psikologis dan fisik yang diderita oleh anak-anak dan
keluarganya dalam sistem pelayanan kesehatan
MANFAAT ATRAUMATIC CARE

• Mencegah masalah psikologis (kecemasan) pada anak, serta mengoptimalkan


pertumbuhan dan perkembangan anak (Hidayat, 2012).
• Beberapa penelitian juga telah membuktikan bahwa penerapan atraumatic care
memiliki pengaruh atau hubungan terhadap penurunan respon kecemasan pada
anak yang di hospitalisasi (Bolin, 2011 & Breving, et al.,
TUJUAN ATRAUMATIC CARE

A. Jangan melukai, hal tersebut dinyatakan Wong dan koleganya (2009) sebagai
tujuan utama dari atraumatic care.

B. Mencegah dan mengurangi stres fisik (Supartini, 2014).

C. Mencegah dan mengurangi stres psikologis (Supartini, 2014).


• Tujuan utama perawatan atraumatik adalah jangan melukai dengan mencegah
atau meminimalkan pemisahan anak dari keluarganya, meningkatkan pengendalian
perasaan dan mencegah atau meminimalkan nyeri serta cedera pada tubuh.
PRINSIP ATRAUMATIC CARE
Supartini (2014) menyatakan bahwa prinsip atraumatic care dibedakan menjadi
empat, yaitu:
• mencegah atau menurunkan dampak perpisahan antara orang tua dan anak
dengan menggunakan pendekatan family centered,
• meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan anaknya,
• mencegah atau meminimalkan cedera fisik maupun psikologis (nyeri)
• memodifikasi lingkungan fisik ruang perawatan anak.

B. PEDOMAN UMUM PEMERIKSAAN FISIK PADA ANAK

Lakukan pemeriksaan dalam ruang yang menyenangkan dan tdk mengancam

⚫ Penerangan, dekorasi dg warna netral


⚫ Suhu
⚫ Penempatan alat
⚫ Gunakan mainan & permainan
⚫ Bila mungkin, dekorasi ruangan sesuai tingkat usia
⚫ Privasi
⚫ Ketersediaan supply & demand
Berikan waktu bermain dan saling mengenal

⚫ Berbicara pada perawat


⚫ Kontak mata
⚫ Menerima peralatan yang ditawarkan
⚫ Touching
⚫ Duduk diatas meja pemeriksaan
Jika anak tidak siap

⚫ Bicara pada o.t. dulu, bertahap pada anak atau objek favorit
⚫ Beri anak pujian
⚫ Cerita lucu aau sulap sederhana
⚫ Berikan “teman” yang tidak mengancam (mis. Boneka tangan/jari ) untuk
“bicara”dengan anak
Bila anak menolak bekerjasama

⚫ Kaji alasan perilaku menolak bekerjasama


⚫ Libatkan anak dan orangtua dalam proses
⚫ Hindari penjelasan yang panjang tentang prosedur pemeriksaan
⚫ Lakukan pemeriksaan secepat mungkin
⚫ Restrain
⚫ Minimalkan adanya gangguan/stimulasi
Mulailah dengan cara yang tidak mengancam, terutama untuk anak kecil atau yang
takut

⚫ Aktivitas bermain
⚫ Teknik boneka kertas
B. IMUNISASI PADA ANAK
1. Pengertian Imunisasi
Imunisasi adalah cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang terhadap suatu
penyakit, sehingga bila kelak terpajan penyakit tersebut ia tidak menjadi sakit.
Kekebalan yang diperoleh dari imunisasi dapat berupa kekebalan pasif maupun aktif
(Satgas IDAI, 2008). Sedangkan imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal
pada bayi yang baru lahir sampai usia satu tahun untuk mencapai kadar kekebalan
di atas ambang perlindungan. (Depkes RI, 2005).
2. Tujuan Imunisasi
a. Tujuan Umum
Tujuan umum imunisasi adalah untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian
bayi akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Penyakit tersebut
adalah difteri, tetanus, pertusis (batuk rejan), measles (campak), polio dan
tuberculosis.
b. Tujuan Khusus, antara lain:
1). Tercapainya target Universal Child Immunization (UCI), yaitu cakupan imunisasi
lengkap minimal 80% secara merata pada bayi di 100% desa/kelurahan pada tahun
2010.
2). Tercapainya ERAPO (Eradikasi Polio), yaitu tidak adanya virus polio liar di
Indonesia yang dibuktikan dengan tidak ditemukannya virus polio liar pada tahun
2008.
3). Tercapainya eliminasi tetanus maternal dan neonatal MNTE (Maternal Neonatal
Tetanus Elimination).
4). Tercapainya RECAM (Reduksi Campak), artinya angka kesakitan campak turun
pada tahun 2006.
5). Peningkatan mutu pelayanan imunisasi.
6). Menetapkan standar pemberian suntikan yang aman (safe injection practices).
7). Keamanan pengelolaan limbah tajam (safe waste disposal management).

3. Sasaran Program Imunisasi


Sasaran program imunisasi mencakup:
a. Bayi usia 0-1 tahun untuk mendapatkan vaksinasi BCG, DPT, polio, campak dan
hepatitis-B.
b. Ibu hamil dan wanita usia subur dan calon pengantin (Catin) untuk mendapatkan
imunisasi TT.
c. Anak sekolah dasar (SD) kelas 1, untuk mendapatkan imunisasi DPT.
d. Anak sekolah dasar (SD) kelas II s/d kelas VI untuk mendapatkan imunisasi TT
(dimulai tahun 2001 s/d tahun 2003), anak-anak SD kelas II dan kelas III
mendapatkan vaksinasi TT (Depkes RI, 2005).

4. Manfaat Imunisasi
Manfaat yang didapat dari pemberian imunisasi di antaranya adalah sebagai berikut:
a. Untuk anak, bermanfaat mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit
menular yang sering berjangkit.
b. Untuk keluarga, bermanfaat menghilangkan kecemasan serta biaya pengobatan
jika anak sakit.
c. Untuk negara, bermanfaat memperbaiki derajat kesehatan, menciptakan bangsa
yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara (Depkes RI, 2005).

Jenis Imunisasi
Imunisasi Aktif
Imunisasi aktif adalah proses mendapatkan kekebalan dimana tubuh anak sendiri
membuat zat anti yang akan bertahan selama bertahun-tahun. Vaksin dibuat “hidup
dan mati”. Vaksin hidup mengandung bakteri atau virus (germ) yang tidak
berbahaya, tetapi dapat menginfeksi tubuh dan merangsang pembentukan antibodi.
Vaksin yang mati dibuat dari bakteri atau virus, atau dari bahan toksit yang
dihasilkannya yang dibuat tidak berbahaya dan disebut toxoid.

C.ANTICIPATORY GUIDANCE
Definisi
Secara harfiah, petunjuk antisipasi berasal dari bahasa inggris yaitu anticipatory
guidance. Anticipatory berarti lebih dahulu, guidance berarti petunjuk. Jadi petunjuk
antisipasi dapat diartikan sebagai petunjuk-petunjuk yang perlu diketahui terlebih
dahulu agar orang tua dapat mengarahkan dan membimbing anaknya secara
bijaksana sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara normal (Nursalam,
2005)
Pencegahan terhadap kecelakaan

Masa bayi
Jenis kecelakaan : aspirasi
benda,jatuh,luka bakar,keracunan,kurang O2Pencegahan

▪ Aspirasi:bedak,kancing,permen (hati-hati)
▪ Jatuh: tempat tidur ditutup,restrain,tidak pakai kursi tinggi
▪ Luka bakar:cek air mandi sebelum dipakai
▪ Keracunan:simpan bahan toxic dilemari
▪ Kurang O2: plastik,sarung bantal
Masa Toddler

Jenis kecelakaan : jatuh / luka akibat mengendarai


sepeda,tenggelam,keracunan,terbakar, tertabrak,aspirasi,asfiksia.

Pencegahan:

➢ Awasi jika dekat sumber air


➢ Ajarkan berenang
➢ Simpan korek api,hati-hati thd kompor,setrika
➢ Tempatkan bahan kimia dilemari
➢ Jangan biarkan anak main tanpa pengawasan
➢ Jangan biarkan kabel listrik menggantung
➢ Hindari makan ikan yang ada tulang dan permen yang keras
➢ Awasi saat memanjat,lari,lompat karena keseimbangan

Pra sekolah

Kecelakaan terjadi krn anak kurang menyadari potensial bahaya:obyek panas,benda


tajam,akibat naik sepeda, lari mengambil bola/layangan,menyebrang jalan dsb.

Pencegahan :

1. Mengontrol lingkungan

2. Mendidik anak thd keamanan dan potensial


bahaya:cara menyebrang jalan,arti rambu-rambu lalu lintas,cara mengendarai
sepeda yg aman
Usia Sekolah

Anak sudah berfikir sebelum bertindak. Perawat mengajarkan keamanan:

✓ Aturan lalu lintas bagi pengendara sepeda


✓ Aturan yg aman dalam berenang
✓ Mengawasi anak saat m’gunakan alat berbahaya:gergaji,alat listrik
✓ Mengajarkan agar tidak m’gunakan alat yg bisa meledak/terbakar

Remaja

Penggunaan kendaraan bermotor :fraktur,luka kepala,kecelakaan krn olahraga


Bimbingan antisipasi bagi orang tua untuk setiap anak Bimbingan antisipasi bagi
orang tua akan berbeda untuk setiap tahap usia anak karena disesuaikan dengan
karakteristiknya (Wong, 2004):

a. Usia Bayi

1) 6 bulan pertama
Ajarkan perawatan bayi dan bantu orang tua untuk memahami kebutuhan dan
respons bayi Bantu orang tua untuk memenuhi kebutuhan stimulasi bayi Tekankan
kebutuhan imunisasi Persiapkan untuk pengenalan MPASI-makanan padat
2) 6 bulan kedua
Siapkan orang tua akan respons stranger anxiety (takut pada orang asing) dari anak.
Bimbing orang tua mengenai disiplin karena peningkatan mobilitas bayi.
Ajarkan pencegahan cedera karena peningkatan keterampilan motorik anak
dan rasa keingintahuannya.
b. Usia toddler (1-3 tahun):

1) Usia 12-18 bulan


Menyiapkan orang tua untuk mengantisipasi adanya perubahan tingkah laku dari
toddler khususnya negativisme. Dorong orang tua untuk melakukan penyapihan
secara bertahap dan peningkatan pemberian makanan padat. Adanya jadwal waktu
makan yang rutin. Pencegahan bahaya kecelakaan yang potensial terjadi terutama
di rumah,kendaraan bermotor, keracunan, jatuh.Perlunya ketentuan-
ketentuan/peraturan/aturan disiplin dengan lembut dan cara-cara untuk mengatasi
negatifistik dan temper tantrum yang sering terjadi pada todler. Perlunya mainan
baru untuk mengembangkan motorik, bahasa, pengetahuan dan keterampilan sosial
2) Usia 18-24 bulan
Menekankan pentingnya persahabatan sebaya dalam bermain. Menekankan
pentingnya persiapan anak untuk kehadiran bayi baru dan kemungkinan terjadinya
persaingan dengan saudara kandung (sibling rivalry) karena perubahan situasi.
Libatkan anak dalam perawatan adik barunya seperti mengambilkan baju, popok,
susu dan sebagainya. Mendiskusikan kesiapan fisik dan psikologis anak untuk toilet
training. Mendiskusikan berkembangnya rasa takut seperti pada kegelapan atau
suara keras. Menyiapkan orang tua akan adanya tanda-tanda regresi pada waktu
anak mengalami stress (misalnya anak yang tadinya sudah tidak mengompol tiba-
tiba menjadi sering mengompol).
3) Usia 24-36 bulan
Mendiskusikan kebutuhan anak untuk dilibatkan dalam kegiatan dengan cara
meniru.
Mendiskusikan pendekatan yang dilakukan dalam toilet training dan sikap
menghadapi keadaankeadaan seperti mengompol atau buang air besar (BAB)
dicelana. Menekankan keunikan dari proses berfikir toddler misalnya: melalui
bahasa yang digunakan, ketidakmampuan melihat kejadian dari perspektif yang lain.
Menekankan disiplin harus tetap berstruktur dengan benar dan nyata, ajukan alasan
yang rasional, hindari kebingungan dan salah pengertian.
c. Usia Prasekolah

Bimbingan terhadap orang tua selama usia prasekolah di antaranya adalah:

1) Usia 3 tahun
Menganjurkan orang tua untuk meningkatkan minat anak dalam hubungan yang
luas.
Menekankan pentingnya batas-batas/peraturanperaturan. Mengantisipasi perubahan
perilaku yang agresif (menurunkan ketegangan/ tension). Menganjurkan orang tua
untuk menawarkan kepada anaknya alternatif-alternatif pilihan pada saat anak
bimbang. Perlunya perhatian ekstra.
2) Usia 4 tahun
Perilaku lebih agresif termasuk aktivitas motorik dan bahasa. Menyiapkan
meningkatnya rasa ingin tahu tentang seksual. Menekankan pentingnya batasbatas
yang realistik dari tingkah lakunya.
3) Usia 5 tahun
Menyiapkan anak memasuki lingkungan sekolah. Meyakinkan bahwa usia tersebut
merupakan periode tenang pada anak.
d. Usia Sekolah

Bimbingan yang dapat dilakukan pada orang tua untuk anak usia sekolah di
antaranya adalah:

1) Usia 6 tahun
Bantu orang tua untuk memahami kebutuhan sosialisasi dengan cara mendorong
anak berinteraksi dengan temannya. Ajarkan pencegahan kecelakaan dan
keamanan terutama naik sepeda. Siapkan orang tua akan peningkatan ketertarikan
anak keluar rumah.

Dorong orang tua untuk menghargai kebutuhan anak akan privacy dan menyiapkan
kamar tidur yang berbeda.
2) Usia 7-10 tahun
Menekankan untuk mendorong kebutuhan akan kemandirian. Tertarik untuk
beraktivitas di luar rumah. Siapkan orang tua untuk menghadapi anak terutama anak
perempuan memasuki prapubertas.
3) Usia 11-12 tahun
Bantu orang tua untuk menyiapkan anak tentang perubahan tubuh saat pubertas.
Anak wanita mengalami pertumbuhan cepat. Pendidikan seks (Sex education) yang
adekuat dan informasi yang akurat.
e. Usia Remaja

1) Terima remaja sebagai manusia biasa


2) Hargai ide-idenya, kesukaan dan ketidaksukaan serta harapannya.
3) Biarkan remaja mempelajari dan melakukan hal-hal yang disukainya walaupun
metodenya berbeda dengan orang dewasa.
4) Berikn batasan yang jelas dan masuk akal.
5) Hargai privacy remaja
6) Berikan kasih sayang tanpa menuntut.
7) Gunakan pertemuan keluarga untuk merundingkan masalah dan menentukan
aturan-aturan.
8) Orangtua juga harus menyadari bahwa: mereka ingin mandiri, sensitif terhadap
perasaan dan perilaku yang mempengaruhinya, teman-temannya merupakan hal
yang sangat penting dan memandang segala sesuatu sebagai hitam atau putih, baik
atau buruk.

Upaya-upaya pencegahan kecelakaan yang dapat dilakukan sesuai dengan tahap


usia anak (wong, 2004):
a. Masa Bayi
Jenis kecelakaan yang biasa terjadi di antaranya adalah aspirasi benda asing
(terutama benda-benda kecil seperti kancing, kacang-kacangan, biji buah, bedak
dan sebagainya) jatuh, luka bakar (tersiram air panas atau minyak panas),
keracunan dan kekurangan oksigen.
b. Masa Toddler
Jenis kecelakaan yang sering terjadi :

 1) Jatuh/luka akibat mengendarai sepeda.

 2) Tenggelam.
 3) Keracunan atau terbakar.

 4) Tertabrak karena lari mengejar bola/balon.

 5) Aspirasi dan asfiksia.


c. Pra Sekolah

 Kecelakaan terjadi biasanya karena anak kurang menyadari potensi bahaya


seperti: obyek panas, benda tajam, akibat naik sepeda misalnya main di jalan, lari
mengambil bola/layangan, menyeberang jalan. Pencegahannya ada 2 cara:

1) Mengontrol lingkungan.

2) Mendidik anak terhadap keamanan dan potensial bahaya.


Jauhkan korek api dari jangkauan. Mengamankan tempat-tempat yang secara
potensial dapat membahayakan anak. Mendidik anak cara menyeberang jalan, arti
rambu-rambu lalu lintas.
d. Usia Sekolah

 1) Anak biasanya sudah berpikir sebelum bertindak.

 2) Aktif dalam kegiatan: mengendarai sepeda, mendaki gunung, berenang.

 3) Berikan pendidikan tentang Aturan lalulintas pada anak.

 4) Apabila anak suka berenang, ajakan aturan yang aman dalam berenang.

 5) Awasi anak saat menggunakan alat berbahaya seperti gergaji, alat listrik.

 6) Ajarkan anak untuk tidak menggunakan alat yang bisa meledak/terbakar.


e. Remaja

1) Jenis kecelakaan yang sering terjadi pada usia ini adalah:

 Kecelakaan lalu lintas terutama kendaraan bermotor yang dapat mengakibatkan


fraktur, cedera kepala. Kecelakaan karena olah raga.
D. APLIKASI FAMILY CENTERED CARE DI PEDIATRIC INTENSIF CARE UNIT
Definisi
 Family Centered Care (FCC) atau perawatan yang berpusat pada keluarga
didefinisikan sebagai filosofi perawatan berpusat pada keluarga, mengakui keluarga
sebagai konstanta dalam kehidupan anak.

 Family Centered Care meyakini adanya dukungan individu, menghormati,


mendorong dan meningkatkan kekuatan dan kompetensi keluarga.
Manfaat penerapan family centered care fcc
a. Hubungan tenaga kesehatan dengan keluarga semakin menguat dalam
meningkatkan kesehatan dan perkembangan setiap anak.
b. Meningkatkan pengambilan keputusan klinis berdasarkan informasi yang lebih
baik dan proses kolaborasi.
c. Membuat dan mengembangkan tindak lanjut rencana perawatan
berkolaborasidengan keluarga.
d. Meningkatkan pemahaman tentang kekuatan yang dimiliki keluarga dan kapasitas
pemberi pelayanan.
e. Penggunaan sumber-sumber pelayanan kesehatan dan waktu tenaga profesional
lebih efisien dan efektif (mengoptimalkan manajemen perawatan di rumah,
mengurangi kunjungan ke unit gawat darurat atau rumah sakit jika tidak perlu, lebih
efektif dalam menggunakan cara pencegahan).
f. Mengembangkan komunikasi antara anggota tim kesehatan.
E. ELEMEN-ELEMEN FAMILY CENTERED CARE (FCC)
a. Memasukkan pemahaman ke dalam kebijakan dan praktik bahwa keluarga
bersifat konstan dalam kehidupan anak, sementara sistem pelayanan dari personal
pendukung di dalam sistem tersebut berubah-rubah.
b. Memfasilitasi kolaborasi keluarga/profesional pada semua tingkat pelayanan
keperawatan di rumah sakit, rumah, dan di masyarakat. Perawatan anak secara
individual, pengembangan implementasi dan evaluasi program serta pembentukan
kebijakan.
c. Saling bertukar informasi yang lengkap dan jelas antara anggota keluarga dan
profesional dalam hal dukungan tentang cara yang supportif di setiap saat.
d. Menggabungkan pemahaman dan penghormatan terhadap keanekaragaman
budaya, kekuatan dan individualitas di dalam dan diantara seluruh keluarga
termasuk keanekaragaman suku, ras, spiritual, sosial, ekonomi, bidang pendidikan
dan geografi ke dalam kebijakan praktik.
e. Mengenali dan menghormati metode koping yang berbeda dan menerapkan
program dan kebijakan menyeluruh yang menyediakan pelayanan perkembangan,
pendidikan, emosi, lingkungan dan dukungan keuangan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga yang berbeda-beda.

RESPON ANAK
 Tingkat perkembangan dan usia anak

 Pengalaman masa lalu

 Tipe penyakit

 Mekanisme koping

 Dukungan emosional yang tersedia

STRESSOR PADA ANAK

Disebabkan oleh:

 Tidak adanya persiapan

 Kejadian yang tidak pasti dan tidak dapat diprediksi

 Lingkungan yang tidak familiar

 Meningkatnya kecemasan orang tua.

 Beberapa anak merasa takut dengan prosedur-prosedur invasif.

 Merasa dibatasi oleh tempat tidurnya

 Merasa terancam oleh peralatan yang digunakan

F.APLIKASI FFC PADA ANAK DI RUANG PICU PENERAPAN ELEMEN-ELEMEN


FCC

1. PERAWAT MENYADARI bahwa keluarga adalah bagian konstan bagi anak →


Kesadaran utk menghargai & memotivasi klg sbg bagian yg penting dalam
perawatan anaknya

 Keluarga sebagai pengambil keputusan dalam perawatan anaknya


 Bertanggung jawab penuh terhdp kesehatan anaknya

 Keluarga Pemberi asuhan yang natural bagi anak


2. PERAWAT memfasilitasi kerjasama antara klg dan staf pemberi asuhan →
kolaborasi antara orang tua dan pemberi asuhan (interdisiplin)

 Keluarga memberikan data atau informasi kpd tim pemberi asuhan

 Tim pemberi asuhan memberikan informasi ttg status kesehatan anak

 Mendiskusikan asuhan kepada anak secara komprehensif


3. PERAWAT menghormati ras, etnis, sosial, budaya → tumbang anak dan penyakit

 Asuhan keperawatan diberikan tidak bertentangan dgn nilai2 klg

 Aspek spiritual klg menjd dukungan positif bg anak

4. Mengakui kekuatan keluarga dan koping keluarga

 Focus pada hal-hal positif saat anak melalui fase-fase kritis.

 Mendukung koping yg positif

 Suport system bagi anak dan keluarga


5. Memberikan informasi yang lengkap dan jelas:

 Excelent communication skill

 Informasi secara berkala dan akurat tentang penyakit anaknya, kondisi dan
rencana perawatan

 Persiapan prosedur khusus

 Peralatan yang terpasang pada tubuh anaknya.

 Orientasi ruangan PICU utk beradaptasi dengan lingkungan


6. Mendorong dan memfasilitasi klg untuk saling mendukung → Komunikasi antar
sesama klg yg mempunyai sakit yang sama Menjalin persahabatan
7. memahami dan menggabungkan kebutuhan anak sesuai tumbuh kembangnya ke
dalam sistem perawatan Aspek kenyamanan anak: rooming in, sentuhan, pelukan,
perhatian orang tua sesuai tumbang anak Peningkatan kontrol anak pemenuhan
bermain sesuai tumbang anak dan penyakit anak
8. Menerapkan kebijakan yg komprehensif dan program yg memberikan dukungan
emosi Ruang tunggu keluarga di PICU Keluarga dapat menemani anak selama 24
jam Pelayanan konseling keluarga sesuai kebutuhan

G. APLIKASI FCC DIRUANG PICU (KATLEEN L MEERT)


1. FAMILY VISITATION
Membuka peluang yang besar kepada keluarga untuk dapat mengunjungi anaknya
selama 24 jam. Rumah sakit → kebijakan khusus untuk keluarga berkunjung tanpa
harus membatasi jam berkunjung
2. FAMILY CENTERED ROUNDING
Kegiatan ronde medis, diskusi dilakukan disamping anak dan dihadiri oleh orang
tuanya. Selama ronde ini orang tua dapat bertanya, mengklarifikasi data dan
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.
3. FAMILY PRESENCE DURING INVASIF PROCEDURES AND
CARDIOPULMONARY RESCUCITATION
Keluarga untuk hadir pada saat dilakukan CPR dan prosedur invasif lainnya.
Kehadiran keluarga meningkatkan pemahaman keluarga akan situasi dan mampu
meningkatkan kontrol mereka. Kehadiran orang tua dalam situasi ini dapat
memberikan umpan balik yang positif terhadap tenaga kesehatan
4. FAMILY CONFERENCES
Pertemuan yang direncanakan antara anggota keluarga dan team interdisiplin yang
merawat anaknya. Sharing pengambilan keputusan terkait kondisi pasien.
Keluarga dapat meminta pendapat tentang pengambilan keputusan terbaik untuk
anaknya dan pemberian tindakan terbaik sesuai standar.

H. APLIKASI FAMILY CENTERED CARE PADA BERBAGAI KONDISI DAN


TAHAPAN USIA
APLIKASI FAMILY CENTERED CARE DI RUANG NEONATUS
1.Penerapan pola perawatan yang sesuai bagi neonatus :
rooming in :
Memfasilitasi proses ikatan ibu-bayi, Kesempatan ibu memberikan sentuhan kepada
bayi. Support group dan parent care.
2. Penerapan asuhan perkembangan di ruang neonatus meliputi:
Penerangan ruangan Kebisingan Handling Posisi Sentuhan
3. Discharge Planning
• APLIKASI FAMILY CENTERED CARE PADA ANAK DENGAN CHILD ABUSE
LAYANAN PERLINDUNGAN ANAK YANG DI SINGKAT DENGAN (CPS)
MEMPROMOSIKAN ANAK ANAK SELAMAT DAN SEJAHTERA DENGAN
BERBAGAI KEGIATAN APLIKASI FAMILY CENTERED CARE ANAK DENGAN
THALASEMIA DIBAGI PADA USIA :

1.USIA 3 TAHUN
2.USIA 4-7 TAHUN
3.USIA 8-11 TAHUN
4.USIA 12-15 TAHUN
5.USIA 16 DAN SETERUSNYA.
I. STIMULASI, DETEKSI DAN INTERVENSI DINI TUMBUH KEMBANG (SDIDTK)

DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG


Salah satu cara deteksi dini adalah dengan METODE SKRINING Skrining dapat
dilakukan pada saat pemeriksaan rutin / anak berobat di RS atau praktek Dokter dan
tenaga kesehatan lain :
profesi yang paling mungkin melakukan skrining tumbuh kembang

 FAKTA : HANYA 15-30% dokter anak di USA melakukan skrining secara formal
 Keterbatasan waktu dalam praktek :

Mengabaikan pengetahuan tentang pertumbuhan perkembangan anak termasuk


kelainan psikososial

 Perlu metode yang mudah dan cepat


DEPKES RI & IDAI 2005

 Buku Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini tumbuh


Kembang anak (SDIDTK) edisi revisi

 Mudah dipahami, sederhana ,dapat dilakukan dengan cepat

SDIDTK Anak
Meliputi

 Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan


 Deteksi dini penyimpangan perkembangan

 Deteksi dini penyimpangan emosional.

Deteksi dini penyimpangan perkembangan terdiri dari :

1. Pemeriksaan perkembangan anak dengan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan


(KPSP)

2. Tes daya lihat (TDL)

3. Tes daya dengar (TDD)

Deteksi dini penyimpangan mental emosional

1. Kuesioner Masalah Mental Emosional

(KMME) bagi anak usia 36-72 bulan

2. Ceklis Autis Anak Pra Sekolah (Checklist

for Autism in Toddlers =CHAT) bagi anak

usia 18-36 bulan

3. Formulir deteksi dini Gangguan

Pemusatan Perhatian dan Hiperaktifitas

(GPPH) bagi anak usia 36 bulan ke atas

J. SEX EDUCATION/PENDIDIKAN KESEHATAN SEX PADA ANAK


Pengertian Pendidikan Seks Pendidikan seks adalah upaya pengajaran,
penyadaran, dan pemberian informasi tentang masalah seksual.
Para ahli psikologi menganjurkan agar anak-anak sejak dini hendaknya mulai
dikenalkan dengan pendidikan seks.
TUJUAN
Tujuannya adalah untuk memperkenalkan organ seks yang dimiliki, seperti
menjelaskan anggota tubuh lainnya, termasuk menjelaskan fungsi serta cara
melindungi. Pendidikan Seks kepada anak usia 1-5 Tahun Pada usia ini orangtua
sudah bisa memberikan penjelasan tentang pendidikan seks secara singkat dan
dengan bahasa yang baik untuk anak.

PENDIDIKAN SEKS PADA ANAK


PENDIDIKAN SEKS MULAI DIBERIKAN

◼ DIMUALAI DARI KANDUNGAN saat penentuan jenis kelamin


◼ SAAT ANAK SADAR MULAI SEKS
◼ SAAT ANAK MULAI BERTANYA TENTANG BAGAIMANA BAYI LAHIR
PEMERIKSAAN FISIK BAYI BARU LAHIR
Kegiatan ini merupakan pengkajian fisik yang dilakukan oleh bidan yang bertujuan
untuk memastikan normalitas & mendeteksi adanya penyimpangan dari normal.

Prinsip pemeriksaan bayi baru lahir


Jelaskan prosedur pada orang tua dan minta persetujuan tindakan

Cuci dan keringkan tangan , pakai sarung tangan

Pastikan pencahayaan baik

Periksa apakah bayi dalam keadaan hangat, buka bagian yangg akan diperiksa (jika
bayi telanjang pemeriksaan harus dibawah lampu pemancar) dan segera selimuti
kembali dengan cepat Periksa bayi secara sistematis dan menyeluruh

PERALATAN DAN PERLENGKAPAN

kapas
senter
termometer
stetoskop
selimut bayi
bengkok
timbangan bayi
pita ukur/metlin
pengukur panjang badan
Cuci tangan menggunakan sabun dibawah air mengalir, keringkan dengan
handuk bersih
Memakai sarung tangan
Letakkan bayi pada tempat yang rata
PENGUKURAN ANTHOPOMETRI

Penimbangan berat badan

Letakkan kain atau kertas pelindung dan atur skala penimbangan ke titik

nol sebelum penimbangan. Hasil timbangan dikurangi berat alas dan pembungkus
bayi

Pengukuran panjang badan

Letakkan bayi di tempat yang datar. Ukur panjang badan dari kepala

sampai tumit dengan kaki/badan bayi diluruskan. Alat ukur harus terbuat

dari bahan yang tidak lentur (Bennet & Brown, 1999).

Ukur lingkar kepala


Pengukuran dilakukan dari dahi kemudian melingkari kepala kembali lagi ke dahi
(Bennet & Brown, 1999).

Ukur lingkar dada


ukur lingkar dada dari daerah dada ke punggung kembali ke dada (pengukuran
dilakukan melalui kedua puting susu)
PEMERIKSAAN FISIK

Kepala

Raba sepanjang garis sutura dan fontanel ,apakah ukuran dan tampilannya normal.

Sutura yang berjarak lebar mengindikasikan bayi preterm,moulding yang buruk atau
hidrosefalus. Pada kelahiran spontan letak kepala, sering terlihat tulang kepala
tumpang tindih yang disebut moulding/moulase.Keadaan ini normal kembali setelah
beberapa hari sehingga ubun-ubun mudah diraba.
Wajah

wajah harus tampak simetris. Terkadang wajah bayi tampak asimetris hal ini
dikarenakan posisi bayi di intrauteri.Perhatikan kelainan wajah yang khas seperti
sindrom down atau sindrom piere robin. Perhatikan juga kelainan wajah akibat
trauma lahir seperti laserasi, paresi N.fasialis.

Mata

Goyangkan kepala bayi secara perlahan-lahan supaya mata bayi terbuka.


Periksa jumlah, posisi atau letak mata
Perksa adanya strabismus yaitu koordinasi
mata yang belum sempurna
Periksa adanya glaukoma kongenital,
mulanya akan tampak sebagai pembesaran
kemudian sebagai kekeruhan pada kornea

Katarak kongenital akan mudah terlihat yaitu pupil berwarna putih. Pupil harus
tampak bulat. Terkadang ditemukan bentuk
seperti lubang kunci (kolobama) yang dapat mengindikasikan adanya defek retina
Hidung

Kaji bentuk dan lebar hidung, pada bayi cukup bulan lebarnya harus lebih dari 2,5
cm. Bayi harus bernapas dengan hidung, jika melalui mulut harus diperhatikan
kemungkinan ada obstruksi jalan napas akarena atresia koana bilateral, fraktur
tulang hidung atau ensefalokel yang menonjol ke nasofaring

Mulut

Perhatikan mulut bayi, bibir harus berbentuk dan simetris.

Ketidaksimetrisan bibir

menunjukkan adanya palsi wajah.


Mulut yang kecil menunjukkan mikrognatia

Periksa adanya bibir sumbing, adanya gigi atau ranula (kista lunak yang

berasal dari dasar mulut)


Telinga

Periksa dan pastikan jumlah, bentuk dan posisinya


Pada bayi cukup bulan, tulang rawan sudah matang
Dauntelinga harus berbentuk sempurna dengan lengkungan yang jelas dibagia atas
Perhatikan letak daun telinga. Daun telinga yang letaknya rendah (low set ears)
terdapat pada bayi yangmengalami
sindrom tertentu (Pierre-robin)
Perhatikan adanya kulit tambahan atau aurikel hal ini dapat berhubungan dengan
abnormalitas ginjal
Leher

Leher bayibiasanya pendek dan harus diperiksa kesimetrisannya. Pergerakannya


harus baik. Jika terdapat keterbatasan pergerakan kemungkinan ada kelainan tulang
leher
Periksa adanya trauma leher yang dapat menyebabkan
kerusakan pad fleksus brakhialis
Lakukan perabaan untuk mengidentifikasi adanya pembengkakan.
periksa adanya pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis
Adanya lipata kulit yang berlebihan di bagian belakang leher menunjukkan adanya
kemungkinan trisomi 21.

Klavikula

Raba seluruh klavikula untuk memastikan keutuhannya terutama pada bayi yang
lahir dengan presentasi bokong atau distosia bahu.
Periksa kemungkinan adanya fraktur
Tangan

Kedua lengan harus sama panjang, periksa dengan cara meluruskan kedua lengan
ke bawah Kedua lengan harus bebas bergerak, jika gerakan kurang kemungkinan
adanya kerusakan neurologis atau fraktur Periksa jumlah jari. Perhatikan adanya
polidaktili atau

sidaktili

Telapak tangan harus dapat terbuka, garis tangan yang hanya satu buah berkaitan
dengan abnormaltas kromosom, seperti trisomi 21
Periksa adanya paronisia pada kuku yang dapat terinfeksi atau tercabut sehingga
menimbulkan luka dan perdarahan

Dada

Periksa kesimetrisan gerakan dada saat bernapas.


Apabila tidak simetris kemungkinan bayi mengalami
pneumotoraks, paresis diafragma atau hernia diafragmatika. Pernapasan yang
normal dinding dada dan abdomen bergerak secara bersamaan.Tarikan sternum
atau interkostal pada saat bernapas perlu diperhatikan Pada bayi cukup bulan,
puting susu sudah terbentuk dengan baik dan tampak simetris Payudara dapat
tampak membesar tetapi ini normal
Abdomen

Abdomen harus tampak bulat dan bergerak secara bersamaan dengan gerakan
dada saat bernapas. Kaji adanya pembengkakan Jika perut sangat cekung
kemungkinan terdapat hernia diafragmatika
Abdomen yang membuncit kemungkinan karena hepato-splenomegali atau tumor
lainnya
Jika perut kembung kemungkinan adanya enterokolitis vesikalis, omfalokel atau
ductus omfaloentriskus persisten (Lodermik, Jensen 2005)

Genetalia

Pada bayi laki-laki panjang penis 3-4 cm dan lebar 1-1,3 cm.Periksa posisi lubang
uretra. Prepusium tidak boleh ditarik karena akan menyebabkan fimosis
Periksa adanya hipospadia dan epispadia
Skrortum harus dipalpasi untuk memastikan jumlah testis ada dua
Pada bayi perempuan cukup bulan labia mayora menutupi labia minora
Lubang uretra terpisah dengan lubang vagina
Terkadang tampak adanya sekret yang berdarah dari vagina, hal ini disebabkan oleh
pengaruh hormon ibu (withdrawl bedding) (Lodermik, Jensen 2005)

Anus dan rectum

Periksa adanya kelainan atresia ani , kaji posisinya Mekonium secara umum keluar
pada 24 jam pertama, jika sampai 48 jam belumkeluar kemungkinan adanya
mekonium plug syndrom, megakolon atau obstruksi saluran pencernaan
Tungkai

Periksa kesimetrisan tungkai dan kaki.


Periksa panjang kedua kaki dengan meluruskan keduanya dan bandingkan

Kedua tungkai harus dapat bergerak bebas.

Kuraknya gerakan berkaitan dengan adanya trauma, misalnya fraktur, kerusakan


neurologis.

Periksa adanya polidaktili atau sidaktili pada jari kaki

Spinal

Periksa psina dengan cara menelungkupkan bayi, cari adanya tanda-tanda


abnormalitas seperti spina bifida, pembengkakan, lesung atau bercak kecil berambut
yang dapat menunjukkan adanya abdormalitas medula spinalis atau kolumna
vertebra (Lodermik, Jensen 2005)

Kulit

Perhatikan kondisi kuli bayi.

Periksa adanya ruam dan bercak atau tanda lahir

Periksa adanya pembekakan

Perhatinan adanya vernik kaseosa

Perhatikan adanya lanugo, jumlah yang banyak terdapat pada bayi kurang bulan

Anda mungkin juga menyukai