Anda di halaman 1dari 10

TEORI TABUNGAN

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Makalah

Mata Kuliah: Ekonomi Makro

Dosen Pembimbing : Zahida I’tisoma Billah, M.E

Disusun Oleh:

AHMAD HIDAYATULLAH

JAMILATIN SIKA KARIMAH

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM ZAINUL HASAN GENGGONG
KRAKSAAN PROBOLINGGO
2020
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah dengan mengucap syukur kepada Allah SWT, karena atas
rahmat-Nya makalah dengan judul “TEORI TABUNGAN” ini dapat terselesaikan
sesuai waktu yang telah ditentukan.

Dan saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Zahida I’tisoma Billah,
M.E selaku dosen pembina dalam mata kuliah Ekonomi Makro di Universitas
Islam Zainul Hasan Genggong, yang telah memberikan kesempatan dan
kepercayaan kepada kami guna untuk membuat dan menyelesaikan makalah ini,
sehingga kami mendapatkan banyak informasi, ilmu serta pengetahuan tambahan
selama kami membuat dan menyelesaikan makalah ini.

Akhir kata, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terjadi


kesalahan dalam penulisan, penyusunan maupun ketidaksempurnaan yang
lainnya. Untuk itu kami sangat membutuhkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca guna untuk perbaikan makalah ini.

Kraksaan, 25 November 2021

Tim Penulis

Kelompok 10
DAFTAR ISI
Halaman Sampul
Kata Pengantar .......................................................................
Daftar Isi .......................................................................

BAB I PENDAHULUAN ...............................................

1.1 Latar Belakang ...................................


1.2 Rumusan Masalah ...................................
1.3 Tujuan ...................................
BAB II PEMBAHASAN ...............................................

2.1 Teori Tabungan Dalam Konvensional ...........


2.2 Teori Tabungan Dalam Islam ...........
2.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Orang Untuk
Menabung Menurut Perspektif Ekonomi Islam..
BAB III PENUTUP ...............................................

3.1 Kesimpulan ...................................


3.2 Kritik dan Saran ...................................
Daftar Pustaka .......................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perbedaan Islam dengan materialisme adalah bahwa Islam tidak pernah
memisahkan ekonomi dengan etika, Islam juga tidak memisahkan agama dengan
negara, Islam juga berbeda dengan konsep kapitalisme yang memisahkan akhlak
dengan ekonomi.

Umat muslim, entah itu individu maupun kelompok dalam sektor ekonomi
atau bisnis, di satu sisi diberi kebebasan untuk mencari keuntungan sebesar
besarnya. Namun di sisi lain ia terikat dengan iman dan etika sehingga ia tidak
bebas mutlak dalam menginvestasikan modalnya atau membelanjakan hartanya.
Maka kita sebagai muslim alangkah baiknya jika kita mengobarkan citra ekonomi
Islam sebagai suatu cita-cita ilmu ekonomi.

Kemudian di antara bidang yang terpenting dalam perekonomian itu adalah


tentang teori tabungan baik itu dalam Islam maupun konvensional. Sebelum kita
mengkaji lebih jauh tentang teori tabungan, maka ada baiknya diberikan beberapa
rumusan masalah yang perlu dikemukakan di bawah ini.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang yang dipaparkan, maka dapat diambil
sebuah kesimpulan bahwa rumusan masalahnya adalah :

1. Apa Itu Teori Tabungan Dalam Konvensional?


2. Apa Itu Teori Tabungan Dalam Islam?
3. Apa Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Orang Untuk Menabung Menurut
Perspektif Ekonomi Islam?
1.3 Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk :
1. Mengetahui Teori Tabungan Dalam Konvensional.
2. Mengetahui Teori Tabungan Dalam Islam.
3. Mengetahui Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Orang Untuk Menabung
Menurut Perspektif Ekonomi Islam.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Teori Tabungan Dalam Konvensional


Tabungan adalah bagian dari pendapatan yang disimpan atau tidak
dibelanjakan. Tabungan disimbolkan dengan (S). Atau bisa juga disebutselisih
langsung antara pendapatan nasional dengan konsumsi agregat (S = Y – C).

Persamaan di atas telah menunjukkan bahwa, tabungan adalah sama dengan


pendapatan dikurangi konsumsi.Penghasilan yang diterima oleh suatu keluarga
tidak selalu habis dibelanjakan untuk membeli barang-barangkebutuhan. Orang
kaya dengan penghasilan yang tinggi akan menghabiskan seluruh penghasilannya
untuk konsumsi(kecuali kalau kekayaannya itu diboroskan untuk cara hidup yang
serba mewah). Akan tetapi orang-orang sederhanapun berusaha untuk
menyisihkan sekadar uang agar kemudian hari bisa membeli barang-barang yang
agak mahal.Bagian penghasilan yang tidak habis dibelanjakan untuk konsumsi
disebut tabungan. Tabungan masyarakat ikutberpengaruh terhadap arus uang
beredar terhadap nvestasi, produksi, dan permintaan, dan berperan dalam
rangkastabilitas dan pembangunan ekonomi.

2.2 Teori Tabngan Dalam Islam


Definisi tabungan menurut M. Nejatullah Siddiqi (Role of the State in the
Economy: An Islamic Perspective, The Islamic Foundation, Leicester UK, 1996)
bermakna dua; pertama tabungan yang ditujukan untuk berjaga-jaga dan tabungan
yang ditujukan untuk investasi. Tentu saja investasi yang produktif, bukan
investasi dalam makna luas yang dilakukan oleh konvensional, dimana aktivitas
spekulasi masuk dalam definisi investasi ini.

Menurut Monzer Kahf dan Umar Chapra bahwa pengeluaran yang berlebihan
dilarang, penimbunan simpanan juga dikecam tegas oleh Al-Quran dan As-
Sunnah. Sumber-sumber daya yang telah disediakan Allah harus dipergunakan
untuk digunakan oleh pemiliknya (dalam batasan-batasan yang ditetapkan Allah)
atau diperuntukan bagi orang lain sehingga memenuhi tujuan dasar
penciptaannya. Membiarkannya menganggur dan tidak memanfaatkannya bagi
tujuan-tujuan konsumsi yang benar dan bukan untuk pengembangan barang-
barang umum lewat kontribusi kesejahteraan (zakat, sedekah atau pembayaran
semacamnya) atau untuk investasi produktif telah dikecam oleh Islam.

Lebih lanjut, Kahf dan Chapra menyatakan bahwa sangatlah perlu


mengorganisasikan serta meregulasi uang dan system perbankan dalam suatu cara
yang tidak saja akan mengurangi dorongan melakukan pengeluaran yang
berlebihan, tetapi juga memobilisasi simpanandan menyalurkannya ke dalam
pemanfatanpemanfatan secara sosialproduktif. Bagaimanapun, sistem itu tidak
boleh menggalakkan atau memfasilitasi produksi serta konsumsi barang dan jasa
yang memiliki prioritas yang rendah dalam sistem nilai islam. Deposito yang
dipakai oleh bank untuk memberikan pinjaman adalah milik masyarakat dan
keadilan sosioekonomi menuntut bahwa sumber-sumber daya yang sudah
dimobilisasi itu dialokasikan untuk membantu membiayai produksi dan distribusi
semua kebutuhan pokok masyarakat sebelum dana-dana itu dipersiapkan untuk
tujuan-tujuan lain.

Selain itu, dalam perekonomian Islam yang menerapkan sistem pajak juga
akan berdampak perbedaan pada jumlah tabungan umat muslim dengan jumlah
tabungan pada non-muslim. Zakat yang dikenakan pada harta dan asset yang
menganggur dan tidak dimanfaatkan (namun berpotensi untuk berkembang),
menyebabkan umat muslim untuk lebih memilih melakukan investasi
dibandingkan membiarkan uangnya ditabung.

Dengan demikian, Tabungan dalam Islam jelas merupakan sebuah


konsekuensi atau respon dari prinsip ekonomi Islam dan nilai moral Islam, yang
menyebutkan bahwa manusia haruslah hidup hemat dan tidak bermewah-mewah
karena Allah sangat mengutuk perbuatan israf (pemborosan) dan tabzir
(menghambur-hamburkan harta tanpa guna), serta mereka (diri sendiri dan
keturunannya) dianjurkan ada dalam kondisi yang tidak fakir. Jadi dapat
dikatakan bahwa motivasi utama orang menabung disini adalah nilai moral hidup
sederhana (hidup hemat) dan keutamaan tidak fakir. Serta efek zakat terhadap
tabungan akan mendorong umat muslim untuk lebih sering melakukan investasi
sehingga akan mengurangi kesenjangan sosial yang ada.

2.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Orang Untuk Menabung


Menurut Perspektif Ekonomi Islam.
Alokasi anggaran konsumsi seorang muslim akan mempengaruhi
keputusannya dalam menabung dan investasi. Seseorang biasanya akan menabung
sebagian dari pendapatnya dengan beagam motif, antara lain :

a. Untuk berjaga-jaga terhadap ketidakpastian masa depan,


b. untuk persiapan pembelian suatu barang konsumsi dimasa depan, serta
c. untuk mengakumulasikan kekayaannya.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan di atas dapat kami simpulkan bahwa yang dimaksud
dengan tabungan (Saving) yang disimbolkan dengan (S) ialah bagian dari
pendapatan yang disimpan atau tidak dibelanjakan.Sedangkan yang dimaksud
investasi (investment) yang disimbolkan dengan (I) ialah bagian dari pendapatan
perusahaan yang ditanam sebagai penambah modal.

Sedangkan faktor menabung bagi umat Muslimberagam motif, antara lain : (a)
untuk berjaga-jaga terhadap ketidakpastian masa depan, (b) untuk persiapan
pembelian suatu barang konsumsi dimasa depan, serta (c) untuk
mengakumulasikan kekayaannya.

3.2 Kritik dan Saran


Setelah disusunnya makalah ini yang membahas tentang Sekilas Tentang
Akuntansi Syariah Di Indonesia diharapkan dapat menambah wawasan bagi para
pembaca khususnya dalam mata kuliah Akuntansi Syariah. Disamping itu kami
sangat menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna.
Untuk itu kami membutuhkan kritik dan saran yang membangun guna untuk
perbaikan dalam pembuatan makalah yang selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Adiwarman A. Karim. (2007). Ekonomi Makro Islami. Jakarta: RajaGrafindo
Persada, Edisi Ketiga.

Muana Nanga. (2001). Makroekonomi: teori, masalah dan kebijakan. Jakarta:


RajaGrafindo Persada.

M. Suparmoko. (1996). Pengantar Ekonomi Makro. Yogyakarta: BPFE, Edisi


Ketiga.

Nurul Huda, et al. (2009). Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis. Jakarta:
Kencana.

http://3.bp.blogspot.com/untitled.bmp.

Anda mungkin juga menyukai